bab iv hasil dan pembahasan 4.1. hasil penelitian 4.1.1...
TRANSCRIPT
27
BAB IV
Hasil Dan Pembahasan
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Peternakan Sapi Pedaging di Dusun Getasan
Kecamatan Getasan merupakan salah satu kecamatan dari sembilan belas
kecamatan yang ada di Kabupaten Semarang. Kecamatan Getasan terdiri dari tiga
belas desa. Salah satunya Desa Getasan dan Dusun Getasan berada di dalamnya.
“Kecamatan Getasan memiliki wilayah seluas 63.764,30274
Ha.”1Secara administratif, batas wilayah Kecamatan Getasan
adalah :“Sebelah Timur : Kota Salatiga, Kecamatan Tengaran,
Kabupaten Boyolali, Sebelah Barat : Kabupaten Magelang,
Kabupaten Temanggung, Sebelah Utara : Kecamatan Banyubiru,
Kecamatan Tuntang, Sebelah Selatan : Kabupaten Boyolali”2
Kecamatan Getasan mempunyai topografi daerah pegunungan
karena terletak pada ketinggian ±700 m di atas permukaan laut. Daerah
ini memiliki suhu rata-rata harian 23’C pada situasi normal, sehingga
sangat cocok untuk pengembangan usaha sapi pedaging.
“...suhu optimal untuk usaha sapi pedaging adalah 17-27’C.”3
Penduduk Kecamatan Getasan sebagian besar mempunyai mata pencaharian
sebagai petani dan peternak. Hampir semua penduduk yang bekerja sebagai petani
dan buruh tani ini juga mempunyai usaha lain, usaha tersebut adalah usaha
peternakan sapi, baik sapi perah maupun sapi pedaging. Gambaran penduduk
Kecamatan Getasan dilihat dari mata pencahariannya dapat dilihat dari data sebagai
berikut :
1 Kecamatan Getasan, op. cit., hal. 2
2 Kecamatan Getasan, ibid, hal. 1
3Armaaditya.wordpress.com
28
Tabel 4.1. Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Getasan Tahun 2011 *)
DESA
MATA PENCAHARIAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Σ
Kopeng 1219 133 23 77 0 227 68 0 20 12 6 35 98 1918
Batur 1981 171 131 127 0 27 149 0 9 3 6 18 718 3340
Tajuk 2309 507 62 209 0 0 31 0 12 0 3 28 745 3906
Jetak 3317 55 114 24 0 69 52 0 11 6 7 9 11 3675
Samirono 375 7 42 87 0 97 41 0 7 9 6 12 174 857
Sumoga
we
2356 607 121 319 0 7 165 0 14 19 12 22 474 4116
Polobugo 655 961 254 442 0 75 38 0 6 4 14 14 356 2819
Manggih
an
327 84 7 73 0 17 35 0 4 0 3 4 41 595
Getasan 336 551 37 61 0 8 68 0 26 17 16 85 347 1552
Wates 1737 92 12 112 0 2 36 0 10 9 4 25 9 2048
Tolokan 1496 29 41 89 0 6 45 0 12 6 4 4 17 1749
Ngkrawa
n
655 24 9 36 0 0 62 0 14 3 4 3 207 1017
Nogosare
n
934 73 14 43 0 0 23 0 8 7 7 2 233 1344
JUMLA
H
17697 3294 867 1699 0 535 813 0 153 95 92 261 3430 28936
Keterangan :
Mata Pencaharian (1)Petani, (2)Buruh tani, (3)Buruh industri, (4)Buruh bangunan, (5)Nelayan, (6)Pengusaha, (7)
Pegawai swasta, (8) Perikanan, (9) Pedagang, (10) Angkutan, (11)PNS/ABRI/POLRI, (12)Pensiunan, (13)Lainnya
*) Sumber : Kecamatan Getasan, 2011, Kecamatan Getasan Dalam Angka 2011,
Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang, Semarang, hal. 33
29
Besarnya jumlah penduduk yang menjadi petani dan buruh tani ini
menandakan bahwa besar pula usaha peternakan sapi di Kecamatan Getasan.
Peternakan adalah salah satu usaha yang dijalankan oleh sebagian besar penduduk
Kecamatan Getasan selain sebagai petani dan buruh tani. Peternakan dijalankan oleh
petani di Kecamatan Getasan karena pertanian di wilayah ini sebagain besar juga
masih bergantung pada musim sehingga petani tidak mempunyai pendapatan yang
dapat mereka gunakan untuk membiayai kehidupan rumah tangga mereka sehari-hari.
Peternakan yang mereka kembangkan adalah peternakan sapi, baik sapi perah
maupun sapi pedaging. Pada tahun 2013 harga daging perkilogram Rp. 100.000,- dan
harga susu perliter Rp. 3.500,-Peterakan sapi perah lebih dominan dibanding
peternakan sapi pedaging. Peternakan sapi pedaging baru beberapa tahun saja mulai
berkembang di Kecamatan Getasan. Berikut data populasi ternak yang ada di
Kecamatan Getasan :
Tabel 4.2. Populasi Ternak Sapi di Kecamatan Getasan Tahun 2011 *)
DESA PEMILIK TERNAK SAPI POTONG SAPI PERAH
Kopeng 561 10 1237
Batur 1035 160 2614
Tajuk 719 109 2001
Jetak 701 67 1987
Samirono 389 201 1764
Sumogawe 1139 30 3665
Polobugo 632 0 1567
Manggihan 319 116 924
30
Getasan 380 0 1388
Wates 326 38 703
Tolokan 390 116 741
Ngkrawan 257 3 777
Nogosaren 297 5 1055
Jumlah 7145 855 20423
*) Sumber : PSPK2011-L1, Rekapitulasi Rumah Tangga Pemelihara Ternak / Perusahaan /
Pedagang / Lainnya, Ternak Sapi Potong, Ternak Sapi Perah, dan Ternak Kerbau
Menurut Desa / Kelurahan, Tahun 2011
Melihat data tersebut, tampak bahwa peternakan sapi yang lebih dominan
adalah peternakan sapi perah. Tapi pada saat ini peternakan sapi pedaging mengalami
peningkatan yang cukup tinggi. Menurut Bp. Widodo selaku kepala desa di Getasan,
di desa Getasan saja sudah ada lebih dari 600 sapi pada 2013. Satu peternak di
Kecamatan Getasan rata-rata mempunyai tiga sampai empat ekor sapi pedaging. Ada
yang khusus memelihara sapi pedaging, ada pula yang memelihara sapi pedaging dan
sapi perah.
Peternakan sapi pedaging di dusun Getasan masih tergolong sebagai
peternakan sapi pedaging tradisional. Pengelolaan ternak yang dilakukan oleh
peternak masih menggunakan cara-cara yang belum banyak melibatkan produk-
produk hasil perkembangan teknologi. Belum ada yang menggunakan teknologi
seperti alat pemotong rumput, dan lain- lain karena keterbatasan pengetahuan dan
biaya.
Kegiatan peternakan sapi pedaging di dusun Getasan yang masih tradisional
ditandai dengan cara dan peralatan yang masih tradisional pula. Peternak
menggunakan sabit untuk mencari rumput dan memebersihkan kandang dengan alat
seadanya seperti garpu atau sekop merupakan bukti dari masih tradisionalnya
peternakan sapi di dusun Getasan.
31
Pengelolaan sapi pedaging oleh peternak dilakukan dengan cara-cara yang
masih sangat sederhana. Peternak mencari rumput sebagai pakan ternak masih dengan
alat-alat yang sederhana. Sabit adalah alat utamanya. Oleh karena sebagian besar
peternak di dusun Getasan memberikan makan sapi dengan rumput gajah, peternak
menggunakan tali yang berasal dari karung bagor bekas atau bambu sebagai alat
pengikatnya ketika membawa rumput dari ladang sampai ke kandang sapi mereka.
Jarak yang relatif jauh antara ladang dengan kandang sapi membuat peternak
menggunakan beberapa alat angkutan untuk membawa rumput. Selain mobil dan
sepeda motor yang sudah menggunakan unsur teknologi, peternak di Kecamatan
Getasan juga menggunakan alat-alat tradisional seperti grobak atau yang lebih
terkenal di daerah dusun Getasan dengan sebutan kletek. Masih ada juga peternak
yang membawa rumput dengan cara sunggi (membawa rumput di atas kepala) baik
rumput yang diikat dengan tali maupun yang ditempatkan dalam kranjang. Kendala
yang sering dihadapi peternak dalam hal pemberian makan dalam bentuk rumput
gajah adalah saat musim kemarau panjang. Saat musim kemarau panjang, rumput
gajah sulit untuk tumbuh, jadi peternak harus mencari pakan alternatif untuk sapi
yang mereka pelihara. Mereka mengganti pakan rumput gajah dengan rumput-rumput
liar. Untuk sapi pedaging peternak tidak terlalu sulit, karena sapi pedaging rata-rata
makan rumput sedikit, banyak bekatul atau sentratnya.
Selain rumput sebagai pakan ternak yang utama, peternak juga memberikan
pakan tambahan kepada ternaknya. Jenis pakan ternak ini kebanyakan dicampurkan
pada saat peternak memberikan minum air untuk sapi yang mereka pelihara. Khusus
untuk sapi pedaging ini makanan tambahan inilah yang membuat sapi mereka lebih
cepat gemuk. Pakan tambahan tersebut antara lain bekatul, konsentrat, growol dan
ketela pohon. Pakan ternak tersebut biasanya diperoleh dari ternak-ternak besar yang
ada di sekitar dusun getasan ataupun juga tersedia di pasar-pasar tradisional di
lingkungan Dusun Getasan. Mereka membeli pakan ternak dari hasil mereka menjual
sapi pedaging yang baru mereka jual atau tabungan dari sisa penjualan sapi periode
32
sebelumnya, pemberian makan bekatul atau sentrat ini di lakukan dua kali tiap hari
yaitu pagi dan sore hari.
Pemeliharaan di dalam kandang juga masih tergolong sederhana. Peternak
membersihkan kandang dengan peralatan tradisional seperti sekop dan garpu.
Pembersihan kandang rata-rata dilakukan dua kali dalam satu hari oleh peternak.
Selain pembersihan terhadap kandang, sapi juga dibersihkan dari kotoran-kotoran
yang menempel pada tubuhnya. Menjaga kebersihan kandang sapi beserta sapinya
dimaksudkan untuk menjaga lingkungan sapi demi kesehatan sapi.
Gambaran peternakan sapi di Kecamatan Getasan tidak hanya sekedar
mencakup pada bagaimana cara pemeliharaan ternak yang dilakukan peternak. Lebih
jauh dari itu, sistem pembibitan dan pembinaan peternak juga dilakukan dalam
rangka mengembangkan peternakan sapi di Kecamatan Getasan. Pembibitan sapi
pedaging di ketahui oleh peternak secara otodikdak berdasarkan pengalaman dari
masing-masing peternak dan hasil tukar pengalaman dari tiap-tiap peternak.
Kesehatan sapi pedaging juga diperhatikan oleh peternak. Hal ini penting
karena berpengaruh kepada pertumbuhan bobot sapi pedaging, maka tiap baru
membeli sapi peternak memanggil mantra atau dokter hewan khususnya sapi untuk
menyuntikan vaksin.
4.1.2. Harga Sapi Pedaging
Harga sapi pedaging merupakan nilai dari sapi yang merupakan pertemuan
antara harga yang ditawarkan dengan harga yang dibeli, sehingga mencapai
kesepakatan. Di Dusun Getasan penjualan sapi pedaging dapat dilakukan melalui 2
cara,yaitu:
1. Di jual langsung ke pasar atau di sembelih
Penjualan langsung ini biasanya dilakukan oleh peternak sapi yang mulai
besar, dimana harga dipasar atau harga di sembelihkan akan lebih tinggi
dengan harga yang ditawarkan blantik. Pasar penjualan sapi terdapat di
33
Ambarawa, Ngampel, Sunggingan. RPH ( Rumah Potong Hewan ) di
Banyuputih Salatiga.
2. Di jual melalui blantik sapi (perantara)
Blantik merupakan perantara sapi. Pada dasarnya peternak sapi kecil lebih
memilih untuk menjual hasil ternaknya melalui blantik karena kurangnya
modal untuk menjual di pasar dan efisiensi waktu. Penjualan sapi ke pasar
membutuhkan biaya transport yang lumayan mahal. Selain itu penjualan sapi
langsung kepasar membutuhkan waktu yang realtif lebih lama. Untuk itu
peternak sapi kecil biasanya menjual sapinya melalui blantik.
Di Dusun Getasan rata-rata hasil dari peternakan sapi mereka di jual kepada
blantik/ perantara karena masih kurangnya informasi jika di sembelih sendiri. Dalam
mekanisme pembelian, prosesnya hampir sama dengan mekanisme penjualan diatas.
Namun, pada saat pembelian peternak terlebih dahulu memperkirakan harga sapi
dengan menyiapkan uang untuk membelinya dengan mempertimbangkan umur sapi
dan modal yang di miliki.
Di Dusun Getasan terdapat lebih dari 100 ekor sapi pedaging. Pemilik sapi
pedaging tersebut terdiri dari 40 Kepala Keluarga. Rincian harga sapi pedaging yang
dibeli, di sekarang dengan umur saat dibeli dan di saat ini terdapat di lampiran tabel
4.3. Data tersebut menunjukan bahwa rata-rata lama pemeliharaan sapi pedaging di
Dusun Getasan adalah 3,5 bulan, dengan umur rata-rata pembelian sapi adalah 12,9
bulan rata-rata penjualan sapi di umur 16,4 bulan. Umur yang dibeli oleh peternak
sapi pedaging rata-rata adalah Rp 12.366.677 dengan setelah dipelihara selama 3,5
bulan adalah Rp 17.0666.667. Maka dalam pemeliharaan selam 3,5 bulan ini laba
kotor dari peternak adalah Rp 17.066.667 – Rp 12.366.667 = Rp 4.700.000.
4.1.3. Biaya Pemeliharaan Sapi
Proses pemeliharaan sapi tidaklah semudah yang dibayangkan. Sapi
memerlukan ketlatenan dan biaya pemeliharaannya. Biaya pemeliharaan ini yaitu:
34
1. Biaya makan sapi
Sapi adalah hewan herbivore, karena itu sapi biasanya diberikan makan
rumput. Tidak jarang rumput ini diganti dengan sampah sayuran seperti kol, sawi, dll.
Di jaman modern ini, mendapatkan rumput akan memakan banyak waktu dan tenaga.
Untuk itu, peternak sapi tidak hanya memberikan rumput saja untuk maka sapinya
dan mengantinya dengan bekatul/ kosentrat. Di samping itu, bekatul/ kosentrat lebih
berperan dalam pertumbuhan sapi. Harga bekatul/kosentrat sekarang kurang lebih
adalah Rp 2500 per kilogram.
Dalam praktek pemeliharaan sapi, peternak akan memberikan
bekatul/kosentrat sekitar 3-7 kg per sapi per hari. Dan rumput setengah bongkok
(bahasa orang Getasan yang berarti ikat). Daftar kebutuhan makan sapi, ditunjukan
oleh table 4.4 di lampiran.
Table 4.4 menunjukan bahwa biaya bekatul/kosentrat satu sapi dalam satu
bulan di Dusun Getasan adalah Rp 300.000 (tiga ratus ribu rupiah) dan biaya rumput
satu sapi dalam satu bulan adalah Rp 50.000 (lima puluh ribu rupiah). t= Rp 350.000
(tiga ratus lima puluh ribu rupiah).
2. Biaya Tenaga Kerja
Dalam pemeliharaan sapi, dibutuhkan tenaga kerja untuk memberikan makan,
minum dan membersihkan kandang sapi. Tenaga kerja ini memang tidak selamanya
harus pegawai, karena pada kenyataannya peternak sapi kecil mengunakan tenaga
kerja dirinya sendiri. Dari hal tersebut, tenaga kerja tetap harus diperhitungkan,
walaupun pemilik peternakan mengunakan tenaga kerja dirinya sendiri. Tabel biaya
tenaga kerja terdapat di lampiran tabel 4.5.
Dari hasil wawancara di Dusun Getasan yang ditunjukan pada table 4.5, 17
responden dari 36 mengunakan tenaga kerja orang lain untuk pemeliharaan sapinya.
17 responden ini digunakan sebagai acuhan untuk menghitung rata-rata biaya tenaga
kerja yang dibutuhkan dalam pemeliharaan sapi pedaging. Sehingga rata-rata biaya
35
tenaga kerja yang dibutuhkan 1 sapi untuk satu bulan adalah Rp 108.631 (seratus
delapan ribu enam ratus tiga puluh satu rupiah).
3. Biaya Kandang
Kandang merupakan tempat yang digunakan untuk pemeliharaan sapi. Untuk
itu, biaya pembuatan dan masa manfaat kandang tersebut merupakan biaya dalam
pemeliharaan sapi. Biaya kandang terdapat pada lampiran tabel 4.6
Dari responden yang di wawancara maka dapat di rata-rata bahwa Rp 22.955
(dua puluh dua ribu Sembilan ratus lima puluh lima rupiah)satu sapi per bulan.
4. Biaya Lain-lain
Pemeliharaan sapi tidak hanya memberikannya makan yang cukup, tenaga
kerja dan tempat pemeliharaan sapi atau kandang saja, namun memerlukan jaminan
kesehatan agar sapi tetap sehat dan menghasilkan daging yang berkualitas. Vaksin ini
dilakukan saat pembelian sapi saja. Dari hal tersebut maka setiap sapi yang dibeli
harus di vaksin supaya terhindar dari penyakit. Tabel 4.7 menunjukan kebutuhan
vaksin yang merupakan biaya pemeliharaan sapi.
36
4.2.Pembahasan
Dari temuan yang ada, maka diketahui bahwa rata-rata pembelian sapi
pedaging adalah Rp 12.366.667. Pemeliharaan saat ini yang dilakukan peternak sapi
pedaging adalah 3,5 tahun maka harganya menjadi Rp 17.066.667. Maka laba
Kotornya adalah Rp 12.366.667 – Rp 17.066.667 = Rp 4.700.000.
Biaya pemeliharaan sapi yang meliputi biaya makan, biaya tenaga kerja dan
biaya kandang. Jumlah biaya tersebut adalah Rp 481.586 (empat ratus delapan pulih
satu ribu lima ratus delapan pulih enam rupiah, yang ditunjukan oleh table 4.7. serta
ditambah oleh biaya lain-lain, yaitu biaya saat sapi dibeli yaitu Rp 20.000. Pemberian
makan rumput yang menggunakan tenaga kerja sendiri juga menghemat Rp.50.000,-
jika mereka mencari rumput-rumput yang berada di sekitar ladang mereka atau milik
tetangga yang tidak di kenakan biaya jika mencari di sana.
Tabel 4.8 Total Biaya Pemeliharaan Sapi
Maca-macam Biaya Jumlah biaya
Biaya Makan Rp 350,000
Biaya Tenaga Kerja Rp 108,631
Biaya Kandang Rp 22,955
Total Biaya Rp 481,586
Sumber : Data Primer Penelitian
Sehingga dapat diperkirakan bahwa laba bersih selama pemeliharaan (3,5
bulan) saat ini dari setiap sapi adalah Rp 4.700.000 – (3,5 x Rp 481.586) – Rp 20.000
= Rp 2.994.449 (dua juta sembilan ratus sembilan puluh empat ribu empat ratus
empat puluh sembilan rupiah).
Bisnis sapi pedaging ini memang mempunyai laba yang cukup besar, namun
belum tentu layak untuk dijadikan bisnis keseharian. Maka harus dihitung tingkat
kelayakannya melalui perhitungan berikut:
37
4.2.1 Payback Period (PP)
Dengan analisis ini maka diperimbangkan pengembalian pada saat investasi
ini. Pengembalian ini berarti memperhitungkan modal yang dibutuhkan untuk
pemeliharaan sapi hingga sekarang dengan jangka pengembalian. Modal
pemeliharaan sapi sendiri adalah harga beli + biaya makan + biaya tenaga kerja +
biaya kandang + biaya lain-lain. Maka jumlahnya adalah Rp 12.366.667 + (Rp
350.000x 3,5) + (Rp 108.631 x 3) + (Rp 22.955 x 3) + Rp 20.000 = Rp 14.072.218
(empat belas juta tujuh puluh dua ribu dua ratus delapan belas rupiah).
Perhitungan Payback Period adalah modal pemeliharaan dibagi dengan
pemeliharaan sampai sekarang yaitu 3,5 bulan yaitu Rp 14.072.218 : 3,5 = Rp
4.020.634 (empat juta dua puluh ribu enam ratus tiga puluh empat rupiah). Dengan
perhitungan sebagai:
Tabel 4.9 Perhitungan Payback Period
Jangka Waktu Pengembalian
1 Rp 4,020,634
2 Rp 4,020,634
3 Rp 4,020,634
3.5 Rp 2,010,316
Total Pengembalian Rp 14,072,218
Sumber: Data Primer penelitian
Tabel diatas menunjukan bahwa total pengenbalian adalah tetap yaitu Rp
14.072.218, sedangkan total pengembalian untuk usaha perternakan sapi pedaging
adalah Rp 17.066.667. Sehingga bisnis perternakan sapi pedaging ini dinyatakan
layak, karena terdapat kelebihan pembayaran sejumlah Rp 17.066.667 – Rp
14.072.218 = Rp 2.994.449 (dua juta sembilan ratus sembilan puluh empat ribu empat
ratus empat puluh sembilan rupiah). Payback Period 14.029.218 : 17.0667.667 x 3,5
bulan =kurang lebih 86 hari atau sekitar 2 bulan 3 minggu.
38
4.2.3. Average Rate of Return (ARR)
Tingkat pengembalian investasi yang di hitung dengan mengambil arus kas
masuk total selama kehidupan investasi dan membaginya dengan jumlah tahun dalam
kehidupan investasi.
ARR dapat di hitung dengan menggunakan rumus:
Rata-rata EAT:Rata-rata Investasi x 100%
4.248.414 : 12.336.667 x 100% = 34 %
Jika kurang dari 0% tidak layak karena rugi, jika 0% maka titik impas.Karena ini
sudah 34 % maka sudah bisa di katakan layak.