bab iv. hasil dan pembahasan 4.1 hasil 4.1.1. analisis ...eprints.umm.ac.id/55812/5/bab iv.pdf ·...
TRANSCRIPT
31
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1. Analisis Pertumbuhan Tanaman Cabai Merah
Hasil analisis ragam pengamatan peubah pertumbuhan tanaman cabe merah
besar meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang. Adapun analisis
penggunaan mulsa organik lebih rinci diuraikan sebagai berikut:
4.1.1.1 Tinggi tanaman
Hasil analisis ragam tinggi tanaman cabe terhadap perlakuan penggunaan
mulsa organik berbahan dasar eceng gondok, sabut kelapa dan pupuk kandang pada
tinggi tanaman cabai merah besar menunjukkan berpengaruh sangat nyata terhadap
tinggi tanaman minggu ke 1, 2, 3,4,5,6 dan 7 setelah tanam. Hal tersebut
ditunjukkan pada Lampiran 13.
Tabel 1, menunjukkan rata-rata tinggi tanaman semai cabai merah besar
(Capsicum annuum L.) dengan menggunakan pot tanam organik. Pot tanam organik
berbahan dasar eceng gondok dan sabut kelapa menggunakan perbandingan
konsentrasi bahan dasar yang berbeda. Adapun perbandingan konsentrasi bahan
dasar yaituberikut P0: Kontrol (tanpa mulsa organik), POM: Mulsa plastik hitam
perak, PO1 : Eceng Gondok : Sabut Kelapa (70g:20g) + pupuk kandang kambing
10 g, PO2: Eceng Gondok : Sabut Kelapa (60g:30g) + pupuk kandang kambing
10 g, PO3: Eceng Gondok : Sabut Kelapa (50g:40g) + pupuk kandang kambing
10 g, PO4: Eceng Gondok : Sabut Sabut Kelapa (40g:50g) + pupuk kandang
kambing 10 g, dan PO5: Eceng Gondok : Sabut Kelapa (30g:60g) + pupuk kandang
kambing 10 g. Tinggi tanaman cabai merah besar disajikan pada Tabel 1, sebagai
berikut :
32
Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Cabai Merah Besar terhadap penggunaan mulsa
organik berbahan dasar eceng gondok, sabut kelapa dan pupuk kambing
pada pengamatan ke 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 minggu setelah tanam (MST)
Perlakua
n
Tinggi Tanaman (cm) pada umur (MST)
1 2 3 4 5 6 7
P0 12,8 d 13,8 b 15,3 b 15,5 b 18,3 b 18,2 b 17,6 b
POM 20,5 a 22,4 a 23,8 a 24,8 a 25,7 a 26,8 a 27,7 a
PO1 20,9 ab 22,3 a 23,4 a 23,8 a 26,2 a 27,4 a 27,8 a
PO2 19,9 abc 20,8 a 21,8 a 23,1 a 24,8 a 25,9 a 26,7 a
PO3 20,1 abc 21,4 a 22,2 a 23,3 a 25,9 a 25,9 a 27,0 a
PO4 19,8 c 20,6 a 22,8 a 22,9 a 25,8 a 27,1 a 26,6 a
PO5 20,2 bc 22,1 a 24,2 a 24,1 a 27,0 a 28,0 a 26,0 a
BNJ 5 % 6,11 6,49 6,49 6,79 6,55 7,50 7,73
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji BNJ pada taraf α 5 %.
Tabel 1, pengamatan tinggi tanaman Cabai Merah Besar (Capsicum annuum
L.) minggu ke 1, 2, 3, 4, 5,6 dan 7 setelah tanam menunjukkan bahwa perlakuan
berpengaruh sangat nyata. Perlakuan penggunaan mulsa organik dengan
perbandingan bahan eceng gondok 70g, sabut kelapa 20g dan pupuk kambing
10%g (PO1) menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman dengan nilai rata-rata yang
tinggi daripada perlakuan lainnya, sedangkan nilai rata-rata yang rendah terdapat
pada kontrol (P0).
33
4.1.1.2. Jumlah Daun (Helai)
Hasil analisis ragam jumlah daun cabai merah besar menunjukkan
berpengaruh sangat nyata pada minggu ke 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 setelah tanam
terhadap perlakuan penggunaan mulsa organik berbahan dasar eceng gondok, sabut
kelapa dan pupuk kambing dengan perbandingan komposisi bahan dasar yang
berbeda. Hasil rata-rata terhadap jumlah daun cabe merah besar ditampilkan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata Jumlah Daun Cabai Merah Besar terhadap penggunaan mulsa
organik berbahan dasar eceng gondok, sabut kelapa dan pupuk kambing
pada pengamatan ke 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 minggu setelah tanam (MST).
Perlakuan Jumlah Daun (Helai) pada umur (MST)
1 2 3 4 5 6 7
P0 7,3 b 8,4 d 9,8 c 12,7 b 21,6 b 27,0 b 36,6 b
POM 13,3 a 17,0 a 21,3 a 26,6 a 29,7 ab 44,4 a 54,6 a
PO1 14,1 a 16,9 ab 18,4 ab 27,4 a 38,9 a 43,7 a 49,4 a
PO2 12,2 a 15,0 abc 16,2 b 21 ab 29,1 ab 37,1 ab 44,8 ab
PO3 12,7 a 15,3 abc 16,7 b 25,8 a 26,9 b 33,6 ab 46,4 ab
PO4 11,8 a 14,6 c 16,4 b 22,3 a 30,0 ab 38,3 ab 48,0 a
PO5 11,8 a 14,8 bc 15,9 b 19 ab 28,0 ab 38,9 ab 47,9 a
BNJ 5 % 4,31 4,68 6,65 11,12 11,07 13,21 12,05
Keterangan : Angka-Angka Yang Diikuti Oleh Huruf Yang Sama Pada Kolom Yang Sama
Menunjukkan Berbeda Tidak Nyata Menurut Uji Bnj Pada Taraf Α 5%.
Tabel 2, pengamatan jumlah daun pada minggu ke 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 setelah
tanam menunjukkan nilai rata-rata semakin tinggi sedangkan perlakuan
penggunaan mulsa organik pada perlakuan POM (mulsa plastik hitam perak), dan
PO1 (eceng gondok 70g sabut kelapa 20g dan pupuk kambing 10g) pengamatan
minggu ke 7 setelah tanam menunjukkan hasil nilai rata-rata yang paling tinggi
daripada perlakuan lainnya.
34
4.1.1.3. Diameter Batang
Hasil analisis ragam diameter batang cabai merah besar menunjukkan
berpengaruh nyata pada minggu ke 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 setelah tanam terhadap
perlakuan penggunaan mulsa organik berbahan dasar eceng gondok, sabut kelapa
dan pupuk kambing dengan perbandingan komposisi bahan dasar yang berbeda.
Lampiran 13. Hasil rata-rata terhadap jumlah daun cabe merah besar ditampilkan
pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata diameter batang cabai merah besar (Capsicum annum L.)
terhadap penggunaan mulsa organik berbahan dasar eceng gondok, sabut
kelapa, dan pupuk kambing pada pengamatan ke 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7
min ggu setelah tanam (MST).
Perlakua
n
Diameter Batang (mm) pada umur (MST)
1 2 3 4 5 6 7
P0 0,9 a 1,1 a 1,9 a 3,1 b 3,9 a 5,0 a 5,7 a
POM 1,2 a 1,4 a 2,0 a 3,6 a 4,0 a 5,2 a 6,4 a
PO1 1,4 a 1,7 a 1,9 a 3,2 ab 3,9 a 4,8 a 5,6 a
PO2 1,3 a 1,6 a 2,1 a 3,0 b 3,8 a 4,2 a 5,7 a
PO3 1,5 a 1,7 a 2,1 a 3,1 b 4,3 a 4,7 a 5,8 a
PO4 1,4 a 1,6 a 1,9 a 3,4 ab 4,0 a 4,5 a 5,5 a
PO5 1,5 a 1,8 a 2,2 a 3,1 b 4,2 a 4,5 a 5,4 a
BNJ 5 % 0,89 0,93 0,57 0,59 0,53 1,54 2,31
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji BNJ pada taraf α 5 %.
Tabel 3, pengamatan diameter batang pada minggu ke 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7
setelah tanam menunjukkan nilai rata-rata semakin rendah sedangkan perlakuan
penggunaan mulsa organik pada perlakuan POM (mulsa plastik hitam perak), dan
PO3 (eceng gondok 50g sabut kelapa 40g dan pupuk kambing 10g) pengamatan
minggu ke 7 setelah tanam menunjukkan hasil nilai rata-rata yang paling tinggi
daripada perlakuan lainnya.
35
4.1.2. Analisis Jumlah Bunga Tanaman Cabe Merah Besar
Hasil analisis ragam jumlah bunga cabai merah besar menunjukkan
berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan penggunaan mulsa organik berbahan
dasar eceng gondok, sabut kelapa dan pupuk kambing dengan perbandingan
komposisi bahan. Analisis ragam jumlah bunga cabai merah besar terhadap
perlakuan penggunaan mulsa organik berbahan dasar eceng gondok dan sabut
kelapa yang diamati pada pengamatan pertama sampai pengamatan ke 6. Hal
tersebut dapat dilihat pada Lampiran 13.
Tabel 4. Rata-rata jumlah bunga cabai merah besar (Capsicum annum L.) terhadap
penggunaan mulsa organik berbahan dasar eceng gondok, sabut kelapa,
dan pupuk kambing pada pengamatan ke 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 minggu
setelah tanam (MST).
Perlakuan Jumlah Bunga (MST)
1 2 3 4 5 6
P0 1,7 b 3,7 b 7,7 c 10,9 c 19,4 b 25,2 b
POM 7,0 ab 11,7 a 15,3 b 19,7 b 26,9 ab 33,6 a
PO1 8,4 a 15,9 a 19,8 ab 24,3 ab 28,2 a 30,8 ab
PO2 6,7 ab 15,9 a 21,6 ab 26,3 ab 29,3 a 30,8 ab
PO3 8,4 a 16,6 a 23,0 a 27,0 a 30,8 a 35,7 a
PO4 8,0 ab 16,0 a 19,0 ab 23,4 ab 26,8 ab 29,8 ab
PO5 6,2 b 14,6 a 21,7 ab 25,7 ab 29,2 a 33,9 a
BNJ 5 % 7,54 9,03 8,54 8,43 7,38 6,49
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji BNJ pada taraf α 5 %.
Tabel 4 rata-rata jumlah bunga tanaman cabai merah terhadap perlakuan
kontrol serta masing-masing perlakuan penggunaan mulsa organik berbahan dasar
eceng gondok, sabut kelapa dan pupuk kambing setelah tanam menunjukkan
berpengaruh sangat nyata.
36
4.1.3. Analisis Hasil Panen Tanaman Cabe Merah Besar
Hasil analisis jumlah buah per panen terhadap perlakuan penggunaan mulsa
organik berbahan dasar eceng gondok dan sabut kelapa ditampilkan pada tabel 5.
Tabel 5. Jumlah buah per panen cabai merah besar (Capsicum annum L.) terhadap
penggunaan mulsa organik berbahan dasar eceng gondok, sabut kelapa,
dan pupuk kambing.
Perlakuan Jumlah Buah Per Tanaman (Panen Ke-) Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9
P0 25 26 24 27 30 25 29 27 28 241
POM 24 31 35 33 36 29 31 33 29 281
PO1 24 28 30 28 29 27 30 27 25 248
PO2 25 29 28 30 28 26 27 30 26 249
PO3 27 30 33 36 30 29 31 30 28 274
PO4 24 28 30 29 27 25 26 28 25 242
PO5 26 29 31 28 25 26 27 30 27 249
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji BNJ pada taraf α 5 %.
Tabel 5 menunjukkan hasil panen buah per panennya. Pada perlakuan PO
sampai dan PO5 menunjukkan hasil panen sebanyak 9 kali pemanenan. Tabel 5
menunjukkan bahwa perlakuan yang terbaik adalah perlakuan POM mulsa plastik
hitam perak dan pada perlakuan PO3 Eceng Gondok: Sabut Kelapa : pupuk
kambing (60g:30g:10g).
Hasil analisis ragam jumlah buah total cabai merah besar menunjukkan
bahwa perlakuan dengan perbandingan komposisi bahan dasar eceng gondok
berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah buah total. Sama halnya dengan hasil
analisis ragam berat segar dan berat kering buah menunjukkan berpengaruh sangat
37
nyata terhadap perlakuan penggunaan mulsa organik. Hasil analisis ragam berat
buah per buah tidak berpengaruh pada perlakuan penggunaan mulsa organik. Hasil
analisis ragam panjang buah menunjukkan berpengaruh sangat nyata sedangkan
untuk diameter buah berpengaruh nyata dengan perlakuan penggunaan mulsa
organik. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 6:
Tabel 6. Rata-rata jumlah buah , berat segar buah, berat kering buah, diameter
buah, dan panjang buah cabai merah besar (Capsicum annum L.)
terhadap penggunaan mulsa organik berbahan dasar eceng gondok, sabut
kelapa, dan pupuk kambing.
Perlakuan Hasil Panen Cabai Merah Besar
Jumlah
Buah Per
Tanaman
(g)
Berat
Segar
Buah (g)
Berat
Kering
Buah (g)
Berat
Segar
Per
Buah
(g)
Diamet
er Buah
(mm)
Panjang
Buah
(cm)
P0 37,8 c 326,6 ab 27,3 c 5,2 a 11,1 bcd 10,6 a
POM 47,4 a 395,6 a 54,8 a 5,7 a 13,8 ab 10,1 ab
PO1 39,7 bc 297,0 b 38,8 bc 5,5 a 10,2 d 8,8 c
PO2 36,8 c 311,7 b 34,7 bc 5,4 a 10,4 cd 9,5 abc
PO3 46,1 ab 341,5 ab 43,3 ab 5,7 a 14,2 a 9,3 bc
PO4 36,3 c 347,0 ab 35,6 bc 5,4 a 10,3 d 10,2 ab
PO5 47,1 a 319,9 b 30,9 bc 5,7 a 13,4 abc 9,4 abc
BNJ 5 % 6,12 75,86 16,17 5,13 5,11 1,78
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji BNJ pada taraf α 5 %.
Tabel 6 menunjukkan rata-rata jumlah buah per tanaman dan berat segar buah
menunjukkan pada perlakuan mulsa plastik hitam perak (POM) merupakan hasil
nilai rata-rata yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hasil
rata-rata panjang buah menunjukkan berbeda sangat nyata, sedangkan hasil rata-
rata diameter buah menunjukkan berbeda nyata. Hasil rata-rata P0 pada peubah
panjang buah menunjukkan nilai rata-rata yang paling tinggi dan hasil rata rata PO1
38
pada peubah diameter buah menunjukkan nilai rata rata yang paling tinggi
dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
4.1.4. Analisis Berat Basah Dan Berat Kering Tanaman Cabe Merah Besar
Hasil analisis ragam berat basah tanaman cabai merah besar menunjukkan
bahwa penggunaan mulsa organik dengan perbandingan komposisi berbeda
berpengaruh sangat nyata. Analisis ragam berat kering tanaman menunjukkan
berpengaruh tidak nyata Lampiran 15.
Tabel 7. Rata-rata berat basah tanaman, berat kering tanaman cabai merah besar
(Capsicum annum L.) terhadap penggunaan mulsa organik berbahan dasar
eceng gondok, sabut kelapa, dan pupuk kambing.
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji BNJ pada taraf α 5 %.
Tabel 7, menunjukkan hasil rata-rata berat basah tanaman pada perlakuan
mulsa plastik hitam perak (POM) dan eceng gondok 50g,sabut kelapa 40g dan
pupuk kambing 10g (PO3) merupakan nilai rata-rata yang paling tinggi
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Sedangkan hasil rata rata berat kering
tanaman pada perlakuan mulsa plastik hitam perak (POM) dan eceng gondok 40g,
Perlakuan Hasil Data Destruktif
Berat Basah Tanaman (g) Berat Kering Tanaman
(g)
P0 71,7 D 21,5 a
POM 108,1 a 28,4 a
PO1 97,6 bc 27,4 a
PO2 97,9 bc 25,7 a
PO3 106,4 a 26,6 a
PO4 97,0 c 36,4 a
P05 103,0 ab 22,1 a
BNJ 5 % 15,92 19,84
39
sabut kelapa 50g dan pupuk kambing 10g. Analisis ragam panjang akar dan berat
basah akar tanaman cabai merah besar menunjukkan berbeda sangat nyata terhadap
perlakuan penggunaan mulsa organik. Hasil analisis ragam berat kering akar
menunjukkan berbeda tidak nyata terhadap perlakuan penggunaan mulsa organik
berbahan dasar eceng gondok dan sabut kelapa
4.1.5 Analisis Panjang Akar Berat Basah Dan Berat Kering Akar Tanaman
Cabai Merah Besar
Analisis ragam panjang akar tanaman cabai merah besar menunjukkan
tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan penggunaan mulsa organik. Hasil
analisis ragam berat basah dan kering akar menunjukkan berpengaruh sangat
nyata terhadap perlakuan penggunaan mulsa organik berbahan dasar eceng
gondok dan sabut kelapa (Lampiran 8).
Tabel 8. Rata-rata panjang akar, berat basah dan berat kering akar tanaman cabai
merah besar (Capsicum annum L.) terhadap penggunaan mulsa organik
berbahan dasar eceng gondok, sabut kelapa, dan pupuk kambing.
Perlakuan Hasil Data Destruktif
Panjang Akar
(cm)
Berat Basah
Akar (g)
Berat Kering
Akar (g)
P0 17,6 a 7,9 b 4,1 b
POM 18,1 a 15,3 a 11,4 a
PO1 20,2 a 14,4 a 10,6 a
PO2 18,7 a 14,2 a 10,4 a
PO3 20,5 a 15,2 a 11,3 a
PO4 18,2 a 15,7 a 12,0 a
,PO5 18,8 a 16,2 a 12,3 a
BNJ 5 % 5,37 4,00 4,06
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji BNJ pada taraf α 5 %.
40
Tabel 8, Menunjukkan perlakuan eceng gondok 50g : sabut kelapa 40g :pupuk
kambing 10g(PO3) merupakan nilai rata-rata yang paling tinggi untuk panjang akar
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hasil rata-rata berat basah akar
menunjukkan PO5 memiliki nilai rata-rata yang paling tinggi.
4.1.6 Analisis Korelasi
Tabel 9. Analisis korelasi pertumbuhan serta hasil tanmaan cabai merah besar
(Capsicum annum L.) terhadap penggunaaan mulsa organik berbahan
dasar eceng gondok, sabut kelapa, dan pupuk kambing.
Keterangan :
41
a) ns = berpengaruh tidak nyata
b) * = berpengaruh nyata
c) ** = berpengaruh sangat nyata
Keterangan: TT: tinggi tanaman, JD: jumlah daun, DB: diameter batang, JB:jumlah
bunga, PB:panjang buah, DB:diameter buah,JBUAH : jumlah buah,
BBB:berat basah buah, BKB: berat kering buah, BBT:berat basah tanaman,
BKT:berat kering tanaman, PA:panjang akar BBA: berat basah akar,
BKA:berat kering akar.
Tabel 9, menunjukkan bahwa antar variabel pengamatan memiliki korelasi
dengan variabel lainnya. Korelasi yang terdapat pada peubah tanaman meliputi
tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, jumlah bunga dan berat buah per
tanaman menunjukkan korelasi yang kuat. Dilihat pada peubah tinggi tanaman
bertemu dengan berat kering tanaman,berat basah akar, dan berat kering kering akar
menunjukkan hasil * (berpengaruh) yang artinya penambahan berat kering
tanaman,berat basah akar dan berat kering akar di pengaruhi dengan pertumbuhan
tinggi tanaman senilai 0,05,0,05 dan 0,04. Sedangkan pada hasil korelasi jumlah
bunga bertemu dengan tinggi tanaman menunjukkan ** (sangat berpengaruh) yang
artinya penambahan jumlah buah di pengaruhi dengan tinggi tanaman dengan nilai
0,0. Variable yang memiliki korelasi berpengaruh nyata (*) dan berpengaruh sangat
nyata(**) terhadap variabel lainnya adalah korelasi yang menunjukkan hasil jika
0,01-0,05 itu artinya memiliki pengaruh nyata sedangkan jika menunjukkan hasil
<0,01 itu artinya sangat berpengaruh nyata antara variabel 1 dengan lainnya.
42
4.1.7 Analisis Metode Respon Surface
4.1.7.1 Surface Dan Contour Plot Tanaman Cabe Merah Besar
Response Surface Methodology (RSM) merupakan kumpulan teknik
matematik dan statistik yang digunakan untuk modeling dan analisis permasalahan
pada respon yang dipengaruhi oleh beberapa variabel dan bertujuan memperoleh
optimasi respon (Nurmiah, Syarief, Peranginangin, & Nurtama, 2013). Respon
surface dapat dinyatakan secara grafik dalam gambar tiga dimensi untuk
memvisualisasikan bentuk konturnya. Respon tanaman cabai pada pengaruh mulsa
organik dapat dinyatakan secara grafik dalam gambar tiga dimensi untuk
memvisualisasikan bentuk konturnya. Hasil analisis dengan software Mintab
menghasilkan dua gambar berupa grafik contour dan surface seperti yang
ditunjukkan pada Gambar berikut
1A 1B
2A 2B
eceng gondok
sab
ut
kela
pa
706050403020100
60
50
40
30
20
10
0
>
–
–
–
–
–
< 20
20 21
21 22
22 23
23 24
24 25
25
tanaman
tinggi
Contour Plot of tinggi tanaman vs sabut kelapa; eceng gondok
020
40
20
22
42
02
006
04
02
60
42
26
anamant iggnit
tubas paalek
kodnogce eng
urface Plot of tinggi tanS mana vs sabut kelapa; eceng gondok
eceng gondok
sab
ut
kela
pa
706050403020100
60
50
40
30
20
10
0
>
–
–
–
< 11,0
11,0 11,5
11,5 12,0
12,0 12,5
12,5
daun
jumlah
Contour Plot of jumlah daun vs sabut kelapa; eceng gondok
3,2
,2 4
2,5
002
04
02
006
40
02
60
6,2
atangb retemaid
apalek tubas
gnec oE ndokg
urface Plot of diameteS batang vs sabut kelapa; Eceng gondokr
43
A
3A 3B
4A 4B
Gambar 1. Karakteristik permukaan respon ; a) surface plot, dan b) contour plot
Penentuan kondisi optimum dari faktor diatas dibuktikan dengan bentuk kurva tiga
dimensi yang membentuk puncak optimum seperti ditunjukkan pada Gambar 1 (a).
Gambar ini menampilkan contour plot dalam tiga dimensi. Gambar 1(b) menunjukkan
contour plot yang dihasilkan, terdiri dari berbagai variasi warna yang masing-masing
menunjukkan range besarnya respon yang dihasilkan. Kondisi paling maksimal untuk
plot diatas berada di warna hijau tua. Range warna inilah yang akan memberi garis besar
petunjuk letak titik optimum variabel.
Gambar (1a) menampilkan permukaan dalam tiga dimensi yang membentuk puncak
optimum. Hasil penelitian diperoleh respon tinggi tanaman dan jumlah buah cabai
terhadap kosentrasi eceng gondok titik optimum berada pada 70g menghasilkan tinggi
020
40
11
21
20
060
40
20
06
31
daunhalmuj
tubsa apalek
c kodnoge eng
urface Plot of jumlah daun vs sS but kelapa; eceng gondoka
Eceng gondok
sab
ut
kela
pa
706050403020100
60
50
40
30
20
10
0
>
–
–
–
–
–
–
< 2,35
2,35 2,40
2,40 2,45
2,45 2,50
2,50 2,55
2,55 2,60
2,60 2,65
2,65
batang
diameter
Contour Plot of diameter batang vs sabut kelapa; Eceng gondok
eceng gondok
sab
ut
kela
pa
706050403020100
60
50
40
30
20
10
0
>
–
–
–
–
< 35
35 40
40 45
45 50
50 55
55
buah
jumlah
Contour Plot of jumlah buah vs sabut kelapa; eceng gondok
002
04
40
05
20
006
40
20
60
05
60
h buahalmuj
tubas paalek
kodnogce eng
urfaS e Plot of jumlah buah vs sabut kelapa; eceng gondokc
44
tanaman cabai yang maksimal. Kosentrasi sabut kelapa titik optimum berada pada 60 g
menghasilkan tinggi tanaman cabai yang maksimal yaitu berdasarkan plot permukaan
(Gambar 1a. Dan 4a). Hasil respon jumlah daun cabai terhadap kosentrasi eceng gondok
titik optimum berada pada 10g menghasilkan tinggi tanaman cabai yang maksimal.
Kosentrasi sabut kelapa titik optimum berada pada 60 g menghasilkan jumlah daun cabai
yang maksimal yaitu berdasarkan plot permukaan (Gambar 2a). Hasil respon diameter
batang menunjukan titik optimum pada eceng gondok sebesar 30g sedangkan titik
optimum pada sabut kelapa ada 10g (Gambar 3a.).
Gambar 1b, 2b, 3b dan 4b menunjukkan grafik alur kontur variabel pengamatan
dibandingkan dengan penggunaan konsentrasi (%) sabut kelapa dan eceng gondok yang
berbeda. Sabut kelapa sebagai skala Y sedangkan eceng gondok yaitu skala X,
berdasarkan gambar 1 skala X,Y merupakan perbandingan konsentrasi (%) eceng
gondok dan sabut kelapa.
Response-surface juga mengakomodasi adanya “steepest ascent/descent”, dimana
steepest ascent/descent ini merupakan salah satu metode untuk menentukan hasil respon
optimalnya. Permukaan respon ini menjadi suatu metode, dimana metode ini biasa
disebut metode permukaan respon. Metode permukaan respon menjadi suatu metode
yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan optimisation. Persentase eceng gondok
dan sabut kelapa berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabe merah
besar.
4.2 Pembahasan
Penelitian mulsa organik terbuat dari bahan eceng gondok, sabut kelapa dan pupuk
kambing menghasilkan struktur yang kompak dan kuat. Kandungan selulosa pada eceng
gondok dan sabut kelapa yang tinggi (64.51% dan 43%) serta kandungan lignin eceng
45
gondok 17% dan sabut kelapa 45% melalui proses delignifikasi untuk menghilangkan
lignin yang ada pada bahan (Munkar dan Nugraha, 2017). Pradana, Ardhyananta, & Farid,
(2017) menyatakan lignin merupakan zat pengikat antara molekul selulosa. Lignin larut
dalam air dan harus dihilangkan untuk memperoleh serat. Proses pemanasan/perebusan
dimaksudkan untuk mempercepat proses pelunakan selulosa sehingga pembuatan pulp
menjadi lebih mudah. Selain itu proses pemasakan ini juga dimaksudkan untuk
memisahkan selulosa dari zat-zat yang lain.
Pemanfaatan eceng gondok, sabut kelapa dan pupuk kambing sebagai mulsa
organik menguntungkan bagi tanaman karena mengandung unsur hara seperti Ca, Mg, K,
Na dan P yang dibutuhkan tanaman selama pertumbuhan. kotoran kambing memiliki
kandungan unsur nitrogen yang lebih tinggi dan kadar airnya lebih rendah bila
dibandingkan dengan pupuk yang berasal dari kotoran hewan lainnya. Keadaan seperti
ini merangsang jasad renik untuk melakukan perubahan-perubahan (dekomposisi) secara
aktif (sutedjo, 2002). Sabut kelapa sebagai mulsa organik mampu mengikat dan
menyimpan air dengan kuat, aerasi dan drainase yang baik, sesuai dengan daerah panas,
mengandung unsur-unsur hara essensial dan mudah terdekomposisi oleh mikroba tanah
(Vox et al., 2013) . Bahan organik eceng gondok mengandung 75,8 % bahan organik; 1,5
% nitrogen, 24,2 % abu, 7.0 % fosfor, 28,7 % kalium, 1,8 % natrium, 12,8 % kalsium,
dan 21,0 % khlorida (Yuliatin, Puspita Sari, & Hendra, 2018). Kandungan bahan organik
dan unsur hara yang tinggi pada eceng gondok tersebut dapat memenuhi kebutuhan
tanaman.
Penelitian dan hasil analisis ragam secara keseluruhan dapat diketahui bahwa
perlakuan penggunaan mulsa organik berbahan dasar eceng gondok, sabut kelapa dan
pupuk kambing menunjukkan nilai rata-rata paling tinggi yang merupakan perlakuan
46
paling baik pada penelitian yang telah dilakukan. Perlakuan yang terbaik menggunakan
mulsa organik pada parameter tinggi tanaman adalah pada berbahan dasar eceng gondok
70g, sabut kelapa 20g dan pupuk kambing 10g (PO1) menunjukkan respon nyata pada
minggu ke-7 setelah tanam. Kandungan hara yang terkandung pada bahan organik yang
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan mulsa organik menyebabkan respon yang
nyata. Bahan dasar pembuatan mulsa organik menggunakan eceng gondok sabut kelapa,
dan pupuk kambing.
Eceng gondok memiliki kandungan bahan organik sebesar 36,59, C-organik 21,23,
N total 0,28, P total 0,0011 dan K total 0,016. Sedangkan sabut kelapa memiliki
kandungan berbagai unsur hara seperti N, P, K, Ca, Mg, Na, Fe, Mn, Cu, Zn dan Al dan
pada pupuk kambing mengandung unsur N 1.41%, C/N 32.98%, P 0.54%, K 0.75% dan
setelah dikomposkan N 1.85%, C/N 11.3%, P 1.14% K 2.49% . Faktor pertambahan
tinggi ini diduga akibat kandungan unsur hara N, P dan K pada kombinasi mulsa organik.
Pertumbuhan vegetatif seperti pada pertumbuhan batang membutuhkan jumlah nitrogen
yang relatif besar. Kekurangan nitrogen akan mengakibatkan hambatan pertumbuhan
tanaman hingga kerdil tergantung intensitas kekurangan. Peran utama K sebagai aktivator
berbagai enzim dan juga berpengaruh dalam absorbsi unsur hara, transpirasi dan
translokasi fotosintat (Yuliatin, Sari, et al., 2018).Unsur K membantu tanaman mencapai
pertumbuhan dan hasil maksimal (Fan et al., 2015). Selain itu, fosfor (P) berperan dalam
metabolisme, penyusun senyawa-senyawa seperti enzim, protein, ATP, ADP dan
komponen struktural pembentuk RNA dan DNA serta bagian dari asam nukleat, koenzim
NAD dan NADP dalam proses fotosintesis (Yuliatin, Sari, et al., 2018). Kekurangan
unsur P menyebabkan perakaran tidak berkembang dengan baik, pertumbuhan tanaman
terhambat dan daun tua cepat rontok(Yuliatin, Sari, et al., 2018).
47
Hasil analisis ragam pada parameter jumlah daun menunjukkan dasar eceng
gondok 70g, sabut kelapa 20g dan pupuk kambing 10g(PO1) menunjukkan respon nyata
hanya pada minggu ke-7. Jumlah daun tanaman cabe merah besar meningkat seiring
pertumbuhan diduga karena kandungan bahan organik mulsa organik menyediakan unsur
hara yang dibutuhkan tanaman. Selain itu pada bahan organik eceng gondok, sabut kelapa
dan pupuk kambing mengandung unsur N. Hal ini menunjukkan bahwa bahan organik
eceng gondok mengandung unsur hara yang cukup untuk meningkatkan pertumbuhan
tanaman (Chanan & Iriany, 2016), terutama peranannya dalam meningkatkan jumlah
daun (Soverda , Rinaldy; Susanti, Irmia, 2008) .
Nitrogen sangat dibutuhkan tanaman untuk memacu pembentukan daun (Peni &
Purwanto, 2007) karena nitrogen berfungsi merangsang enzim-enzim yang berperan
dalam proses pembentukan daun (Fageria, Filho, Moreira, & Guimarães, 2009). Nitrogen
juga merupakan sumber energi bagi mikroorganisme dalam tanah yang berperan penting
dalam proses pelapukan atau dekomposisi bahan organik. Nitrogen ini diperlukan dalam
proses fotosintesis (Fan et al., 2015).
Hasil analisis ragam diameter batang tanaman cabe merah dapat diketahui bahwa
perlakuan mulsa organik berbahan dasar eceng gondok 50g, sabut kelapa 40g dan pupuk
kambing 10 g (PO4) menunjukkan respon nyata pada minggu ke 3, 4, 5, 6 dan 7 setelah
tanam, adanya respon nyata tersebut karena tanaman sudah mulai terlihat adanya suply
nutrisi yang berasal dari mulsa organik yang telah terdekomposisi dan terurai didalam
tanah.
Bahan organik eceng gondok dan sabut kelapa terdiri dari unsur hara makro dan
mikro yang membantu pertumbuhan tanaman menjadi lebih optimal, terutama unsur
nitrogen. Unsur hara nitrogen merupakan hara utama pada umumnya sangat diperlukan
48
tanaman karena mampu mendorong untuk pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman
seperti daun, batang, dan akar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suharja, (2009), bahwa
nitrogen merupakan penyusun dari banyak senyawa seperti asamamino yang diperlukan
dalam pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif seperti batang, daun, dan
akar.
Hasil analisis ragam parameter jumlah buah, panjang buah, diameter buah dan
berat segar buah menunjukkan respon nyata. Hal ini diduga karena tanaman mendapatkan
suplai unsur hara untuk menunjang pertumbuhannya dan pada uji bahan organik eceng
gondok, sabut kelapa dan pupuk kambing memiliki kandungan unsur hara P dan K.
Menurut Binti Lestari, (2016) Sabut kelapa mengandung 30% serat yang kaya dengan
unsur kalium dan 2% fosfor. Unsur K berperan untuk ukuran buah dan kualitas buah,
sedangkan unsur P berperan dalam pembentukan buah dan bunga (Dahanayake,
Madurangi, & Ranawake, 2013). Masa generatif unsur hara P banyak dialokasikan pada
proses pembentukan biji atau buah tanaman (Susanti, 2016). Kadar P pada bagian
generatif tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan bagian yang lainnya, karena semakin
tua tanaman, maka semakin tinggi penyerapan unsur P oleh tanaman sehingga apabila
pada masa generatif P kurang tersedia, maka pertumbuhan biji juga kurang sempurna
(Matana, 2010). Kebutuhan unsur hara terutama P pada fase generatif, adanya cahaya dan
air juga sangat dibutuhkan. Terpenuhinya kebutuhan cahaya dan air menjadikan hasil
fotosintesis akan terbentuk dengan baik.
Hasil analisis ragam berat basah tanaman, menunjukkan pada mulsa organik
berbahan dasar eceng gondok 40g dan sabut kelapa 60g dan pupuk kambing 10g (PO4)
memiliki respon nyata. Hal ini diduga karena ketersediaan unsur hara dalam jumlah yang
cukup dan seimbang dapat menyuplai bagi pertumbuhan dan produksi tanaman cabe
49
merah besar. Kandungan K yang tinggi pada bahan organik sabut kelapa dapat
meningkatkan berat basah tanaman karena K berfungsi mutlak pada proses metabolism
tanaman dan membantu mencegah penguapan. Aplikasi penggunaan bahan organik sabut
kelapa akan menigkatkan jumlah sel pada tanaman sehingga dapat meningkatkan berat
segar tanaman (Matana, 2010).
50