bab iv hasil dan pembahasan 1.1 1.1.1 1. -...
TRANSCRIPT
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Data Hasil Penelitian
1.1.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah Kabupaten Morowali
1. Letak Astronomi dan Geografis
Letak astronomi wilayah Kabupaten Morowali berada pada Bujur Timur :
1210 02’24-123015’36” dan Lintang Selatan: 01031’12” – 03046’48”. Dengan
batas-batas sebagai berikut :
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Wilayah Kabupaten Tojo Una-Una,
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara
dan Sulawesi Selatan,
3) Sebelah Timur berbatasan dengan Perairan Teluk Tolo dan Kabupaten
Banggai, dan
4) Sebelah Barat Berbatasan dengan Wilayah Kabupaten Poso, Tojo Una-
Una, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.
Adapun wilayah Kabupaten Morowali dapat dilihat pada peta administrasi
Kabupaten pada gambar 4 dibawah ini :
Luas daratan Kabupaten Morowali kurang lebih 15.490.12 Km² atau sekitar
22.77 persen dari luas daratan Provinsi Sulawesi Tengah. Luas wilayah
Kabupaten Morowali menempati urutan pertama bila dibandingkan dengan luas
daratan kabupaten/kota lainnya di Sulawesi Tengah. Secara administratif
pemerintahan, Kabupaten Morowali terdiri dari 14 kecamatan dengan rincian
kecamatan terluas wilayahnya adalah Kecamatan Bungku Utara dan yang terkecil
Kecamatan Menui Kepulauan dan Jumlah desa yang terdapat di Wilayah
Kabupaten Morowali sebanyak 240 desa yang terdiri atas 230 desa dan 10
kelurahan dimana 132 desa diantaranya berbatasan dengan pantai yang tersebar
pada 11 Kecamatan dan 3 Kecamatan lainnya yaitu Lembo, Mori Atas dan Mori
Gambar 4. Peta Administrasi Kabupaten Morowali
Utara yang tidak memiliki desa pantai. Luas dan sebaran Desa/Kelurahan dapat
dilihat pada Tabel 2 berikut ini :
No Nama Kecamatan Luas (Km²) % Jumlah
Desa
Pusat
Pemerintahan
1 Menui Kepulauan
223,63
1,44
19
Ulunambo
2 Bungku Selatan 1.271,19
8,21
33
Kaleroang
3 Bahodopi
1.080,98
6,98
12
Bahodopi
4 Bungku Tengah
1.112,80
7,18
29
Bungku
5 Bungku Barat
758,93
4,90
10
Wosu
6 Bumi Raya
504,77
3,26
13
Bahonsuai
7 Witaponda
519,70
3,36
9
Lantula Jaya
8 Lembo
1.332,84
8,60
24
Beteleme
9 Mori Atas
1.508,81
9,74
14
Tomata
10 Petasia
1.635,24
10,56
28
Kolonodale
11 Soyo Jaya
605,51
3,91
9
Lembasumara
12 Bungku Utara
2.406,79
15,54
20
Baturube
13 Mamosalato
1.480,00
9,55
14
Tanasumpu
14 Mori Utara
1.048,93
6,77
8
Mayumba
Sumber : Kabupaten Morowali Dalam Angka 2007 dalam dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Morowali 2008-2012
2. Wilayah Pesisir
Tabel 2. Luas dan sebaran Desa/Kelurahan Kabupaten Morowali
Wilayah Kabupaten Morowali dengan total garis pantai sepanjang kurang
lebih 650 km dapat dikatakan sebagai wilayah pesisir, karena dari 14 kecamatan
hanya 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Mori Atas, Mori Utara dan Kecamatan
Lembo yang tidak memiliki wilayah pesisir. Kabupaten ini memiliki 51 buah
pulau dengan luas total 126.058,74 ha, 20 buah pulau diantaranya berpenghuni.
Sebaran pulau-pulau tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini :
Nama Kecamatan Jumlah Pulau Luas Keseluruhan
Menui Kepulauan
15
24.100
Bungku Selatan
22
100.318
Bahodopi
1
1,74
Petasia
4
791
Mamosalato
3
5
Bungku Utara 6 349
Jumlah
51
126.058, 74
Sumber : RPJMD Morowali 2008-2012
3. Perekonomian Daerah
Berdasarkan distribusi prosentasi PDRB Kabupaten Morowali dari 2003-
2013 bahwa sub sektor tanaman perkebunan merupakan penyumbang terbesar
yaitu 60,04% pada tahun 2004 dan pada tahun 2007 mengalami penurunan
sebesar 49,84%. Selanjutnya sub sektor tanaman bahan makanan dalam beberapa
tahun terakhir ini menunjukkan kinerja yang agak menurun, jika pada tahun 2002
kontribusinya 9,69% dan hanya berada dibawah tanaman perkebunan, maka pada
tahun 2007 menjadi 5,96%. Pada sub sektor perikanan terjadi penurunan dari
Tabel 3. Sebaran Pulau-Pulau di Kabupaten Morowali
9,59% pada tahun 2002 menjadi 7,59% pada tahun 2007. Dan potensi hutan yang
besar di Kabupaten ini menyumbang 8,01% pada tahun 2002 dan pada tahun 2007
menurun menjadi 6,05%.
Sektor yang menduduki urutan kedua dalam sumbangannya terhadap
pembentukan nilai tambah perekonomian daerah adalah sektor perdagangan, hotel
dan restoran. Pada tahun 2002 kontribusinya 14,46% meningkat mencapai 14,71%
pada tahun 2004, dan pada tahun 2007 menurun sebesar 13,05%. Sektor ketiga
terbesar adalah sektor jasa, sektor ini pada tahun 2002 memberikan berkontribusi
sebesar 12,14%, namun dari tahun ke tahun terjadi penurunan yang sangat besar
yakni dari 11,76% pada tahun 2003 menjadi 9,22% pada tahun 2007. Sedangkan
untuk pertambangan minyak dan gas bumi (migas) mengalami peningkatan yaitu
pada tahun 2005 memberikan kontribusi perekonomian daerah 3,91 %, pada tahun
2006 8,95 % dan pada tahun 2007 sebesar 16,21 %.
4. Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Morowali dapat dikatakan relatif
masih rendah. Berdasarkan data tahun 2002, jumlah penduduk yang
berpendidikan di bawah SMU/SMK sederajat (SLTP, SD termasuk didalamnya
mereka yang tidak atau belum pernah sekolah) berjumlah 121.764 jiwa (89,09 %).
Sedangkan yang berpendidikan SMU sederajat ke atas (D1, D2, D3, S1 dan S2)
berjumlah 14.912 jiwa (sekitar 10,91 %).
5. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Morowali terus meningkat dari162.529 jiwa
pada tahun 2002 menjadi 170.200 jiwa pada tahun 2005, dan meningkat lagi
menjadi 178.328 jiwa pada tahun 2006 (Kabupaten Morowali Dalam Angka 2002-
2007). Berdasarkan data tersebut selama 5 tahun (tahun 2002-2007) rata-rata
pertumbuhan penduduk sebesar 2,27%. Pada tahun 2007 penduduk kabupaten ini
meningkat menjadi 190.012 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 44.137 KK.
Dengan demikian terjadi pertumbuhan penduduk sebesar 12.726 jiwa selama 3
tahun atau rata-rata tingkat pertumbuhannya sebesar 2,56% per tahun. Sudah
barang tentu tingkat kepadatan penduduk di wilayah ini juga mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun sebagaimana dalam Tabel 4 dibawah ini.
Tahun
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
2002
162.529
2003
165.542
2004
166.837
2005
170.200
2006 178.328
2007 190.012
Sumber : Kabupaten Morowali Dalam Angka 2002-2007
Jumlah penduduk menurut Kecamatan dan jenis kelamin dapat dilihat pada
tabel 5 berikut :
Kecamatan Penduduk Sex Ratio
Tabel 4. Perkembangan Jumlah Penduduk Morowali dari tahun 2002-2007
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Dan Jenis Kelamin
Laki-laki (L) Perempuan (P) L+P
Menui Kepulauan 5.927 6.136 12.063 97
Bungku Selatan 8.689 8.580 17.269 101
Bahodopi 3.519 3.072 6.591 115
Bungku Tengah 14.234 13.537 27.771 105
Bungku Barat 5.286 4.749 10.035 111
Bumi Raya 5.965 5.521 11.486 108
Wita Ponda 8.815 8.121 16.936 109
Lembo 10.655 9.638 20.293 111
Mori Atas 5.506 4.868 10.374 113
Mori Utara 3.625 3.189 6.814 114
Petasia 17.525 16.164 33.689 108
Soyojaya 4.312 3.583 7.895 120
Bungku Utara 7.565 7.142 14.707 106
Mamosolato 5.299 4.965 10.266 107
Sumber : Data sensus penduduk 2010, BPS Morowali
Adapun pemetaan jumlah penduduk Kabupaten Morowali menurut
Kecamatan tahun 2010 dapat dilihat pada gambar berikut :
1.1.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Bungku Utara
Kecamatan Bungku Utara secara geografis terletak di sebelah utara
wilayah Kabupaten Morowali. Luas wilayah Kecamatan Bungku Utara adalah
Gambar 5. Peta Jumlah Penduduk Kabupaten Morowali tahun 2010
2.406,79 km² dan merupakan kecamatan terluas di Kabupaten Morowali dengan
persentase 15,54% dari luas wilayah Kabupaten Morowali yaitu 15.490,12 km².
Ibu Kota Kecamatan Bungku Utara adalah Desa Baturube.
Adapun jumlah desa di Kecamatan Bungku Utara pada tahun 2013 adalah
berjumlah 23 desa. Dari 23 desa di Kecamatan Bungku Utara, 8 desa diantaranya
secara geografis terletak di kawasan pesisir, yaitu; Desa Baturube, Uewaju,
Tirongan Bawah, Siliti, Ueruru, Boba, Tokonanaka, dan Matube. Berdasarkan
hasil wawancara bersama Pemerintah Kecamatan Bungku Utara dan informasi
dari tokoh masyarakat serta dengan cara mengamati langsung jarak operasi
perusahan pengeboran minyak dan gas bumi pulau Tiaka yang cukup dekat. Desa
yang termasuk dalam desa lingkar tambang berjumlah 6 desa. Adapun nama-nama
Desa di Kecamatan Bungku Utara dan 6 Desa lingkar tambang dapat dilihat pada
Tabel 6 berikut :
No Nama Desa Keterangan
1 Baturube Lingkar tambang
2 Uewaju Lingkar tambang
3 Kalombang -
4 Tirongan Atas -
5 Tirongan Bawah Lingkar tambang
6 Tanakuraya -
7 Opo -
8 Siliti Lingkar tambang
9 Ueruru Lingkar tambang
Tabel 6. Nama-nama Desa di Kec. Bungku Utara dan 6 Desa Lingkar Tambang
10 Boba Lingkar tambang
11 Lemo -
12 Salubiro -
13 Uepakatu -
14 Uemasi -
15 Taronggo -
16 Tokala atas -
17 Tambarabone -
18 Woomparigi -
19 Pokeang -
20 Tokonanaka -
21 Matube -
22 Lemowalia -
23 Uempanapa -
Akan tetapi berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pihak perusahan,
yang ditemui oleh 2 orang humas lapangan PT. JOB Pertamina – Medco E&P
Tomori Sulawesi yakni Bapak Iwan dan Bapak Sodikun bahwa desa yang masuk
dalam keputusan AMDAL perusahan di Kecamatan Bungku Utara hanya Desa
Baturube yang merupakan ibu kota Kecamatan.
Kalau dalam keputusan AMDAL perusahan itu hanya Desa Baturube yang
masuk. Lima desa lingkar tambang yang tidak masuk dalam keputusan
AMDAL tapi masuk dalam program pemberdayaan perusahan karena
telah dilaksanakan kegiatan Need Assessment pada tahun 2011 dari
perusahan yang melibatkan dua Universitas di Sulawesi Tengah, yakni
Universitas Tadulako dan Universitas Tompotika Luwuk. (Bapak Iwan dan
Bapak Sodikun Humas Lapangan PT. JOB Pertamina – Medco E&P
Tomori Sulawesi)
1.1.3 Kondisi Sosial dan Ekonomi Desa Baturube dan Uewaju
1. Desa baturube
Secara geografis Desa Baturube berada di kawasan pesisir kecamatan
Bungku Utara. Adapun batas wilayah Desa Baturube adalah sebagai berikut ; 1)
Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tirongan Bawah, 2) Sebelah timur
berbatasan dengan Perairan Teluk Tolo, 3) Sebelah selatan berbatasan dengan
Desa Uewaju, dan 4) Sebelah barat berbatasan dengan Desa Kalombang
a. Pertumbuhan Penduduk
Dari sumber data yang diperoleh peneliti bahwa pada tahun 2012 total
penduduk Desa Baturube berjumlah 2.157 jiwa dengan populasi perempuan
berjumlah 1132 jiwa dan laki-laki berjumlah 1025 jiwa. Adapun perkembangan
penduduk Desa Baturube dari tahun 2002-2012 dapat dilihat pada tabel 7 dibawah
ini :
Tahun
Jumlah penduduk
(Jiwa)
Total (Jiwa)
L P
2002 1034 1032 2.066
2003 1025 1049 2.071
2004 1003 1076 2.079
2005 1037 1053 2.090
2006 1005 1097 2.102
2007 1041 1066 2.107
2008 1039 1079 2.118
2009 1045 1085 2.130
2010 1026 1113 2.139
2011 1023 1123 2.146
2012 1025 1132 2.157
Sumber : Dokumen Sekretaris Desa Baturube tahun 2002-2013
Jika dilihat dari tabel diatas bahwa perkembangan penduduk Desa
Baturube terus meningkat dari tahun 2002 berjumlah 2.066 jiwa hingga 2012
berjumlah 2.157 jiwa.
Tabel 7. Perkembangan Penduduk Desa Baturube dari tahun 2002-2012
b. Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk Desa Baturube pada tahun 2012 dapat
dikatakan relatif berkembang. Daya serap pendidikan anak Desa Baturube dapat
dilihat pada tabel 8 berikut :
Uraian Pendidikan Jumlah (orang) %
SD 97 27,55
SMP 46 13,06
SLTA/SMA 49 13,92
PT 81 23,01
Putus dan tidak Sekolah 35 9,94
Tidak lanjut kuliah 44 12,5
352 100
Sumber : Monografi Desa Baturube tahun 2012
Berdasarkan keterangan tabel diatas telah menunjukan persentase daya
serap pendidikan anak Desa Baturube yaitu sebanyak 27,55 % jenjang SD, 13,06
% SMP, 13,92 % SLTA, 23,01 % PT, 9,94 % putus sekolah dan 12,5 % tidak
lanjut kuliah.
c. Perekonomian Masyarakat Desa
Mata pencaharian masyarakat desa baturube mayoritas adalah petani. Dari
429 KK sebanyak 53, 14 % bermata pencaharian sebagai petani. Adapun
pertanian masyarakat adalah kebun persawahan padi. Sebelumnya masyarakat
mengolah perkebunan kakao namun pada tahun 2010 petani beralih ke
perkebunan sawah karena kakao diserang penyakit kangker.
Rata-rata hasil panen petani kakao sekitar 30 kg tiap jangka panen 1
minggu dengan harga biji kakao kering 1 kg Rp. 17.000. Jadi pendapatan
rata-rata petani kakao dalam 1 bulan Rp. 2.040.000. (Bapak Iksan warga
Desa Baturube yang dulunya bekerja sebagai penampung biji
kakao/coklat)
Tabel 8. Daya Serap Pendidikan Anak Desa Baturube pada tahun 2012
Setelah berpindah ke perkebunan sawah pendapatan rata-rata petani dalam
jangka panen 3 bulan berkisar 8 karung beras (50 kg) dengan harga beras di
Bungku Utara saat ini Rp. 310.000. Jadi pendapatan petani dalam tiap jangka
panen 3 bulan berjumlah Rp. 2.480.000.
Pendapatan tersebut sangat minim karena belum terhitung ongkos
pengeluaran dari masa pembibitan hingga panen. Jadi hasil panen kami
hanya untuk kebutuhan makan saja karena pengeluran cukup banyak. Ini
juga karena sawah kami belum ada irigasi, sehingga kami kesulitan
mengurus rumput dan alang-alang. (Petani Desa Baturube Bapak Sami’un)
Pekerjaan masyarakat Desa Baturube berdasarkan KK dapat dilihat pada
tabel 9 berikut :
Pekerjaan Jumlah %
PNS 76 17,71
Honorer 46 10,72
Pedagang 35 8,15
TNI/Polri 7 1,63
Petani 228 53,14
Swasta 12 2,79
Lain-lain 25 5,82
Sumber : Data Monografi Desa Baturube tahun 2012
2. Desa Uewaju
Secara geografis Desa Uewaju berada di kawasan pesisir kecamatan
Bungku Utara. Adapun batas wilayah Desa Uewaju adalah sebagai berikut ; 1)
Sebelah utara berbatasan dengan Desa Baturube, 2) Sebelah timur berbatasan
dengan Perairan Teluk Tolo, 3) Sebelah selatan berbatasan dengan Cagar Alam
Tabel 9. Pekerjaan Masyarakat Desa Baturube Berdasarkan KK
Morowali, dan 4) Sebelah barat berbatasan dengan Desa Kalombang dan Desa
Pokeang
a. Pertumbuhan Penduduk
Perkembangan penduduk Desa Uewaju dari tahun 2004 sampai 2012 dapat
dilihat pada tabel 10 dibawah ini :
Tahun
Jumlah penduduk
(Jiwa)
Total (Jiwa)
L P
2004 414 454 868
2005 406 467 873
2006 453 432 885
2007 415 441 856
2008 368 459 827
2009 411 438 849
2010 402 465 867
2011 418 471 889
2012 396 479 875
Sumber : Dokumen Pemerintah Desa Uewaju tahun 2004-2012
Berdasarkan tabel diatas perkembangan jumlah penduduk Desa Uewaju
terus mengalami perubahan jumlah pendududuk dari tahun 2004 sampai 2012.
Dari tahun 2004-2006 terus meningkat, namun ditahun 2007-2008 semakin
berkurang dan meningkat kembali pada tahun 2009-2011, dan pada tahun 2012
kembali berkurang hingga 875 jiwa.
b. Pendidikan
Tabel 10. Perkembangan Penduduk Desa Uewaju Dari Tahun 2004-2012
Daya serap pendidikan anak Desa Uewaju dapat dilihat pada tabel 11
berikut ini :
Uraian Pendidikan Jumlah (orang) %
SD 34 18,57
SMP 19 10,38
SLTA/SMA 13 7,10
PT 7 3,82
Putus dan tidak sekolah 89 48,63
Tidak lanjut kuliah 21 11,47
183 100
Sumber : Monografi Desa Uewaju tahun 2012
Jika dilihat tabel 10 diatas, daya serap pendidikan anak Desa Uewaju
cukup minim atau rendah, dimana persentasenya hanya 18,57 % SD, 10,38 SMP,
7,10 SLTA, 3,82 % PT. Dan cukup tingginya anak putus sekolah di Desa Uewaju
pada tahun 2012 hingga mencapai 48,63 % dan tidak lanjut kuliah 11,47 %.
c. Perekonomian Masyarakat Uewaju
Mata pencaharian masyarakat Desa Uewaju mayoritas adalah nelayan.
Adapun keterangan pekerjaan masyarakat Desa Uewaju berdasarkan KK dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Pekerjaan Jumlah %
PNS 5 2,23
Honorer 8 3,55
Pedagang 9 4
Nelayan 190 84, 44
*Lain-lain 13 5,78
Tabel 11. Daya serap pendidikan anak Desa Uewaju tahun 2012
Tabel 12. Pekerjaan Masyarakat Desa Uewaju
Sumber : Monografi Desa Uewaju dalam tahun 2012
Dari tabel di atas menunjukan bahwa 84,44 % dari 225 KK Desa Uewaju
bermata pencaharian sebagai nelayan. Sebelum adanya perusahan di Blok Tiaka
pendapatan rata-rata nelayan dalam perhari Rp. 50.000-Rp.100.000. Namun
setelah perusahan pengeboran minyak dan gas bumi aktif beroperasi di Blok Tiaka
pendapatan masyarakat mulai menurun hingga Rp. 50.000 perhari karena
adanya larangan dari perusahan memancing dan menangkap hasil laut di sekitar
karang tiaka
1.1.4 Perubahan Nilai Sosial dan Ekonomi Masyarakat Desa Baturube dan
Uewaju Sebelum dan Setelah Beroperasinya PT. JOB Pertamina –
Medco E&P Tomori Sulawesi
1. Desa Baturube
Keterangan perubahan sosial dan ekonomi masyarakat Desa Baturube
sebelum dan setelah adanya perusahan dapat dilihat pada tabel 13 berikut :
Sebelum Beroperasi Setelah Beroperasi
Masyarakat jarang melaksanakan
rapat dan musyawarah
Masyarakat sering melaksanakan rapat
dan musyawarah desa
Masyarakat tidak mengetahui
potensi minyak yang ada di karang
tiaka
Masyarakat sudah mulai mengetahui
potensi minyak di karang tiaka
Tidak ada organisasi atau lembaga
kemasyarakatan
Sudah mulai membentuk dan ikut
bergabung di lembaga kemasyarakatan
Tidak ada sekat-sekat kelompok
masyarakat
Adanya kelompok-kelompok
masyarakat
Ket. Lain-lain : penjahit atap, penjual ikan
Tabel 13. Perubahan Nilai Sosial dan Ekonomi Masyarakat Desa Baturube
Sebelum dan Setelah Beroperasi Perusahan
Tidak pernah terjadi aksi unjuk rasa Sering terjadi aksi unjuk rasa
Masih kurang tokoh masyarakat dan
pemuda
Mulai bermunculan tokoh masyarakat
dan pemuda
Taraf pendidikan masih rendah Semakin banyak masyarakat yang
kuliah
Mata pencaharian masyarakat
mayoritas sebagai petani kebun
kakao
Mata pencaharian masyarakat
mayoritas sebagai petani persawahan
Sebagian masyarakat bermata
pencaharian sebagai nelayan
Berpindah jadi petani
Tempat pemancingan masrakat
nelayan di sekitar karang Tiaka
Adanya larangan dari perusahan untuk
memancing di sekitar kawasan tiaka
Harga ikan masih mudah dijangkau
masyarakat dengan harga Rp.5000-
10.000
Harga ikan semakin mahal mulai
15.000-25.000
Adanya penduduk trans dari
Sulawesi Selatan datang ke Baturube
menangkap ikan dengan
menggunakan bagang dan pukat
cincing
Tidak ada bagang dan masyarakat
Sulawesi selatan kembali ke kampung
mereka
Sebelum beroperasinya perusahan masyarakat Desa Baturube tidak pernah
melakukan aksi unjuk rasa. Masyarakat Desa Baturube tidak pernah membentuk
organisasi lembaga kemasyarakatan. Masyarakat jarang ikut dalam rapat atau
pertemuan.
Setelah PT. JOB Pertamina – Medco E&P Tomori Sulawesi aktif
beroperasi mengolah sumber daya alam minyak dan gas bumi di karang Tiaka
pada tahun 2005, lahirlah rasa kepedulian masyarakat dengan ikatan pemikiran
dan perasaan yang sama atas dikelolahnya kekayaan minyak dan gas bumi di
wilayah mereka. Atas dasar itu mulailah direncanakan membentuk organisasi
kelembagaan masyarakat dan ikut bergabung kedalam lembaga masyarakat
tersebut yang pada akhirnya masyarakat mulai aktif melaksanakan dan menghadiri
pertemuan-pertemuan atau rapat, baik yang dilaksanakan desa ataupun organisasi
kelembagaan yang telah dibentuk. Perubahan nilai sosial ini berawal dari
munculnya tokoh-tokoh masyarakat dan pemuda serta semakin banyaknya
generasi muda desa yang melanjutkan studi di perguruan tinggi. Hingga
berdampak pula pada aksi-aksi unjuk rasa yang berturut-turut mulai tahun 2010
sampai tahun 2012. Pada saat itu pula masyarakat yang dulunya awam dengan
potensi minyak dan gas bumi di Blok Tiaka dan minimnya pengetahuan tentang
dana bagi hasil (DBH), pemberdayaan masyarakat (community development), dan
CSR, akhirnya mulai paham dan mengerti tentang hal tersebut.
Sebelum beroperasinya PT. JOB Pertamina – Medco E&P Tomori
Sulawesi di Blok Tiaka, mayoritas mata pencaharian masyarakat Desa Baturube
adalah petani perkebunan kakao. Dan sebagian masyarakat bermata pencaharian
sebagai nelayan. Sebelum perusahan aktif beroperasi banyak warga pendatang
dari Sulawesi Selatan datang mencari tinggal untuk menangkap ikan dengan
menggunakan bagang dan pukat cincing.
Setelah PT. JOB Pertamina – Medco E&P Tomori Sulawesi mulai aktif
beroperasi mata pencaharian masyarakat Desa Baturube yang sebelumnya
mayoritas petani kebun coklat berubah menjadi petani persawahan pada tahun
2010. Pada saat perusahan aktif beroperasi masyarakat pendatang dari Sulawesi
Selatan kembali ke asal mereka karena mulai berkurangnya hasil penangkapan
ikan di wilayah tersebut. Harga ikan pula naik hingga Rp. 15.000-25.000 satu
gantungan yang sebelumnya hanya Rp. 5.000-10.000. Adapun sebab kenaikan
tersebut karena tempat pemancingan yang semakin jauh karena tempat
pemancingan di sekitar karang Tiaka sudah direklamasi untuk kepentingan
pengeboran minyak dan adanya larangan dari perusahan untuk memancing di
kawasan tersebut.
2. Desa Uewaju
Sebelum Beroperasi Setelah Beroperasi
Masyarakat jarang melaksanakan
rapat dan musyawarah
Masyarakat sering melaksanakan rapat
dan musyawarah
Masyarakat tidak mengetahui potensi
minyak yang ada di karang tiaka
Masyarakat sudah mulai mengetahui
potensi minyak di karang tiaka
Tidak pernah terjadi aksi unjuk rasa Sering terjadi aksi unjuk rasa
Masyarakat masih bertahan hidup di
desa mereka
Masyarakat mulai berpindah ke tempat
pemancingan di kawasan Tente dan
tanjung Poso
Mata pencaharian masyarakat
mayoritas sebagai nelayan
Mata pencaharian masyarakat
sebagaian beralih ke penjahit atap,
panampung kayu bakar dan sebagian
menjadi petani persawahan
Rata-rata pendapatan masyarakat
nelayan 50.000-100.000/hari Pendapatan masyarakat 50.000/hari
Masih banyak menggunakan perahu
tradisional dengan layar dan
menggunakan dayung
Mulai berkurang nelayan tradisional
Masih banyak penampung ikan Kurangnya penampung ikan
Banyaknya pedagang dari luar desa
datang berjualan ke Uewaju
Sudah jarang pedagang masuk
berjualan
Sumber : Data primer dari Desa Uewaju yang dikelolah tahun 2013
Sebelum beroperasinya perusahan mayoritas mata pencaharian masyarakat
Desa Uewaju adalah nelayan. Nelayan Desa Uewaju sebagaian besar adalah
Tabel 12. Perubahan Nilai Sosial dan Ekonomi Masyarakat Desa Uewaju
Sebelum dan Setelah Beroperasi Perusahan
nelayan tradisional dengan menggunakan perahu layar dan dengan menggunakan
dayung. Desa Uewaju sebelum beroperasinya perusahan adalah tempat masuknya
banyak pedagang untuk berjualan jenis-jenis makanan dan buah-buahan. Karena
pada saat itu pendapatan ekonomi masrayakat nelayan Uewaju masih cukup
tinggi.
Sebelum adanya perusahan di Tiaka nelayan di Desa kami cukup senang.
Pendapatan para nelayan rata-rata 50.000-100.000/hari. Tapi setelah
perusahan beroperasi kasian pendapatan nelayan tidak menetap hanya
dibawah 50.000. Yah terpaksa banyak nelayan pindah di tente dan tanjung
poso karena disana lebih dekat tempat pemancingan. (Bapak Sarman
Penampung Ikan di Desa Uewaju)
Setelah perusahan PT. JOB Pertamina – Medco E&P Tomori Sulawesi
aktif melakukan pengoboran minyak dan gas bumi di karang Tiaka, banyak dari
masyarakat Desa Uewaju berpindah tempat ke Tente dan Tanjung Poso yaitu
suatu tempat sebelah selatan Bungku Utara dikawasan lindung cagar alam
Morowali. Untuk bertahan hidup, pencaharian masyarakat sebagian beralih
menjadi penjahit atap, penampung kayu bakar dan beberapa masyarakat menjadi
petani persawahan. Itu disebabkan karena pendapatan nelayan mulai berkurang
hingga dibawah Rp. 50.000 dalam perhari dan bahkan sama sekali tidak ada
karena semakin sulitnya menjangkau tempat pemancingan yang jauh bagi
masyarakat nelayan tradisional.
Yah syukurlah kami dapat bisah mengolah sawah. Bagi saya ini cukup
lumayan jadi petani sawah ada kesibukan dibanding harus bertahan jadi
nelayan, keluarga mau makan apa? (Bapak Haling Warga Desa Uewaju)
1.1.5 Dampak Sosial dan Ekonomi Terhadap Masyarakat Desa Baturube
dan Uewaju Sebelum dan Setelah Beroperasi PT. JOB Pertamina –
Medco E&P Tomori Sulawesi
Sebelum Beroperasi Setelah Beroperasi
Belum ada program kesehatan sunatan
massal di Desa Baturube dan Uewaju
Adanya program sunatan massal dari
perusahan untuk anak-anak yang siap
disunat di Kecamatan Bungku Utara
yang dilaksanakan di Puskesmas
Baturube
Tidak pernah ada pengadaan bolsak,
bantal pasien di Puskesmas Baturube
Adanya pengadaan pengadaan bolsak,
bantal pasien di Puskesmas Baturube
Belum pernah ada program pelatihan IT
untuk siswa-siswi SMP di Bungku
Utara
Adanya program pelatihan IT dari
perusahan di SMPN 1 Bungku Utara di
Baturube yang dilaksanakan pada awal
tahun 2013
Pembangunan sarana pendidikan hanya
bersumber dari anggaran daerah
Adanya bantuan untuk pembangunan
sarana pendidikan dari perusahan di
Desa Baturube
Pembangunan rumah ibadah (masjid)
hanya bersumber dari uang kas masjid
dan sumbangan atau infak dermawan
Adanya bantuan dari perusahan untuk
pembangunan dan renovasi masjid di
Desa Baturube dan Uewaju
Desa Baturube dan Uewaju tidak
pernah mendapat bantuan dana tunai
selain program pemerintah pusat BLT
Adanya pemberian dana tunai dari
perusahan berjumlah Rp. 250.000.000
pada tahu 2011 untuk Kecamatan
Bungku Utara yang kemudian Desa
Baturube mendapat bagian sebesar Rp.
50.000.000 dan desa Uewaju berjumlah
Rp. 15.000.000,-
Tidak pernah ada bantuan mesin
ketinting untuk nelayan Desa Baturube
dan Uewaju
Adanya pengadaan ketinting dari
perusahan pada tahun 2007 untuk Desa
Baturube 10 unit dan Uewaju 10 unit
Kurangnya lapangan pekerjaan Adanya penerimaan tenaga kerja di
perusahan yang berasal dari Desa
Baturube berjumlah 14 orang dan Desa
Uewaju 1 orang
Tidak pernah ada program
pemberdayaan pupuk organik untuk
petani Baturube
Adanya program pemberdayaan pupuk
organik dari perusahan yang sudah
dalam tahap pembinaan dan akan
dimulai bulan agustus 2013 pada
musim menanam padi
Tabel 14. Dampak Sosial Dan Ekonomi Pada Masyarakat Desa Baturube
Dan Uewaju Sebelum Dan Setelah Beroperasi Perusahan
Sumber : Data primer dari Desa Baturube dan Uewaju yang diolah tahun 2013
Adapun data hasil penelitian dampak sosial dan ekonomi PT. JOB
Pertamina – Medco E&P Tomori Sulawesi di Desa Baturube dan Uewaju
Kecamatan Bungku Utara dapat diuraikan sesuai indikator dampak sosial dan
ekonomi dalam penelitian, yaitu :
1. Dampak Sosial
a. Pelayanan Kesehatan
Pada program kesehatan dari hasil wawancara bahwa sudah ada bantuan
kesehatan dalam bentuk program sunatan massal pada tahun 2008 yang
dilaksanakan di Puskesmas Baturube.
Program kesehatan sudah pernah dilaksanakan sekali oleh perusahan PT.
JOB Pertamina – Medco E&P Tomori Sulawesi pada tahun 2008 yang
dilaksanakan di Puskesmas Baturube yaitu program sunatan massal.
Program sunatan massal tersebut melibatkan seluruh anak-anak yang siap
untuk disunat di seluruh Kecamatan Bungku Utara. Ada juga bantuan di
Puskesmas yaitu ; pengadaan bolsak pasien, bantal, dan pembuatan Jaket
HKN berjumlah 30 lembar (Warga Desa Baturube ibu Minarti yang juga
pegawai puskesmas Baturube)
Selain program sunatan massal belum ada program kesehatan lainnya yang
dilakukan oleh perusahan hingga tahun 2013. Adapun untuk bantuan dalam
bentuk pengadaan di Puskesmas Baturube yaitu ; 1) Pengadaan bolsak kecil untuk
pasien, 2) Pengadaan bantal pasien, 3) Pengadaan Jaket HKN sekitar 30 Lembar
untuk pegawai Puskesmas
Tidak pernah ada pemberian bantuan
dalam bentuk sembako
Adanya bantuan sembako dari
perusahan setiap hari raya idul fitri dan
idul adha
Tidak ada kecemburuan sosial antar
masyarakat Uewaju dan Baturube
Adanya kecemburuan sosial dari Desa
Uewaju karena tenaga kerja dari desa
mereka hanya 1 orang
b. Pendidikan dan Pelatihan
Dari hasil wawancara peneliti kepada pihak perusahan PT. JOB Pertamina
– Medco E&P Tomori Sulawesi bahwa perusahan sudah pernah memberikan
bantuan pendidikan dalam bentuk pengadaan material dan pelaksanaan kegiatan
pelatihan IT dan training ketenaga kerjaan.
Adapun bantuan pendidikan untuk pengadaan material yaitu ; 1)
Pembangunan halaman parkir SMAN 1 Bungku Utara di Baturube, 2) Rehabilitasi
Gedung SDN 2 Baturube. Sedangkan untuk program pelatihan dan training, yaitu
: 1) Pelatihan IT untuk siswa-siswi SMPN 1 di Baturube, 2) Training ketenaga
kerjaan yang dilaksanakan di Kota Palu selama 1 minggu pada tahun 2011.
Bantuan untuk rehabilitasi Gedung SDN 2 dapat dilihat pada gambar 5
dibawah ini :
Menurut hasil wawancara dengan Humas perusahan Bapak Sodikun dan
Bapak Iwan bahwa bantuan pendidikan dalam bentuk pengadaan material untuk
SMAN 1 Bungku Utara dengan total biaya Rp. 30.000.000,- dan pengadaan
Gambar 6 : Foto Bantuan Perusahan Untuk Rehabilitasi Gedung SDN 2 Baturube
material untuk rehabilitasi gedung SDN 2 Baturube dengan biaya Rp.
40.000.000,-.
Kami dari pihak perusahan baru membantu dalam bentuk pengadaan
material untuk pembangunan tempat parkir SMAN 1 Bungku Utara dan
rehabilitasi gedung SDN 2 Baturube. Dengan total biaya yang kami
keluarkan untuk SMAN berjumlah Rp. 30.000.000,- dan SDN 2 berjumlah
Rp. 40.000.000. Untuk pembangunan rumah ibadah (masjid) juga ada
pada tahun 2013 Desa Uewaju Rp. 30.000.000 dan Baturube (Bapak
Sodikun dan Bapak Iwan)
c. Perumahan
Bantuan sosial dalam bentuk pembangunan perumahan warga belum ada,
karena pihak perusahan lebih memprioritaskan program pembangunan fasilitas
umum yaitu rumah ibadah khususnya masjid yang ada di desa-desa lingkar
tambang. Pada tahun 2012 perusahan sudah memberikan bantuan biaya
pembangunan dan renovasi masjid di Desa Uewaju dengan total biaya Rp.
30.000.000,- dan untuk Desa Baturube Rp. 35.000.000
2. Dampak Ekonomi
a. Menambah dan Mempertinggi Pendapatan
Humas perusahan Bapak Sodikun dan Bapak Iwan juga mengakui bahwa
adanya bantuan tunai dari perusahan sebesar Rp. 250.000.000 pada tahun 2011.
Kami juga pernah menyalurkan dana tunai berjumlah Rp. 250.000.000
khusus Desa Baturube pada tahun 2011 karena Desa Baturube masuk ring
satu desa lingkar tambang dalam keputusan AMDAL. Tapi dalam
pelaporannya kami agak kesulitan karena dana tersebut ternyata dibagi ke
desa-desa lain.
Pada tahun 2013 ini perusahan sementara menjalankan program
pemberdayaan pupuk organik untuk petani persawahan. Bulan mei 2013 sudah
dilaksanakan sosialisasi di kantor Desa Baturube dan sudah ada tim pembinaan
berjumlah 5 orang di Desa Baturube.
Kami sementara menjalankan tahap pemberdayaan program pupuk
organik untuk petani sawah di Desa Baturube. Dan sesuai hasil sosialisasi
dikantor Desa Baturube bahwa program tersebut akan dimulai bulan
agustus pada musim tanam padi. Sudah ada tim khusus bidang pertanian
5 orang dari perusahan yang siap mengawal program tersebut. (Humas
Perusahan Bapak Iwan)
Pada tahun 2007 PT. JOB Pertamina – Medco E&P Tomori Sulawesi
pernah memberikan bantuan pengadaan mesin ketinting untuk nelayan desa
baturube berjumlah 10 unit dan nelayan desa uewaju 10 unit, sehingga total
pengadaan mesin ketinting berjumlah 20 unit.
Ada bantuan dari perusahan pengadaan mesin ketinting untuk desa kami
Uewaju 10 unit tahun 2007 (Bapak Sarman Warga Desa Uewaju).
Perusahan pernah membagikan mesin ketinting di Desa Baturube untuk
nelayan, itu mesin ketinting ada 10 unit (Bapak Hasrullah Nelayan Desa
Baturube)
b. Penyediaan Lapangan Kerja
Pada dampak ekonomi khususnya kesempatan kerja di Desa Baturube
berjumlah 14 orang yang sedang bekerja di perusahan PT. JOB Pertamina –
Medco E&P Tomori Sulawesi. Sedangkan untuk Desa Uewaju berjumlah 1 orang
yang sedang bekerja di perusahan PT. JOB Pertamina – Medco E&P Tomori
Sulawesi.
Kami yang kerja di perusahan ada 13 orang tapi ada H. Muchtar, DP tapi
beliau dikontrak untuk pengadaan bahan makanan, air minum aqua dal
lainnya. Mengenai gaji kami di perusahan rata-rata berkisar Rp.
2.000.000,-2.300.000 tergantung pada posisi atau job pekerjaan. Adapun
pekerjaan kami di perusahan berfariasi, mulai dari penjaga gudang,
mengurusi pakaian (mencuci, menjemur, menyetrika dan melipat pakaian
para pekerja), dan membantu pekerjaan dapur (cooker). (Bapak Ayub
dan Irlan tenaga kerja dari Desa Baturube)
Namun ada satu orang tenaga kontrak yaitu bapak H. Muchtar, DP yang
mulai bekerja di perusahan pada bulan februari 2013. Beliau mengadakan bahan-
bahan makanan, air bersih, dan air minum.
Saya sedang di kontrak perusahan subkontraktor PT. Bintang Jaya
Pratama (BJP) untuk mensuplay bahan makanan di pengoboran Tiaka
tiap 2 hari. Pendapatan saya rata-rata perbulan berkisar Rp. 15.000.000-
20.000.000. (Hi. Muchtar, DP Warga Desa Baturube)
Keterangan tenaga kerja yang berasal dari Desa Baturube dan Desa
Uewaju dapat dilihat pada Tabel 15 berikut :
No Nama Asal Pekerjaan
Sebelumnya
Pendapatan/
Bulan
Tahun
Masuk
PT
Gaji
/Bulan
1 H.
Muchtar,
DP
Baturube Swasta 2013 *15-20
juta
2 Anwar A.
Sape
Baturube Buruh
Bangunan
*1.500.000 2012 2.000.000
3 Sahlan Baturube Buruh
Bangunan
*1.500.000 2010 2.000.000
4 Sarif AP Baturube Buruh
Bangunan
*1.500.000 2012 2.000.000
5 Arwin H. Baturube Tidak
Bekerja
- 2012 2.000.000
6 Mukni M Baturube Honorer
Puskesmas
200.000 2012 2.000.000
7 Ayub Baturube Honorer
Penjaga
Sekolah SD
500.000 2012 2.300.000
8 Udin Baturube Tidak
Bekerja
- 2012 2.000.000
9 Yayan Baturube Tidak
Bekerja
- 2012 2.000.000
10 Arfan
Lamonda
Baturube Buruh
Bangunan
*1.500.000 2012 2.000.000
11 Aco Oni Baturube Buruh *1.500.000 2012 2.000.000
Tabel 15. Keterangan Tenaga Kerja yang Bekerja di PT. JOB Pertamina-
Medco E&P Tomori Sulawesi yang Berasal dari Baturube dan Uewaju
Bangunan
12 Gou Baturube Buruh
Bangunan
*1.500.000 2012 2.000.000
13 Irlan S. Baturube Tidak
Bekerja
- 2013 2.000.000
14 Jamaludin Baturube Tidak
bekerja
2010 2.300.000
15 Asis Uewaju Tidak
Bekerja
- 2012 2.000.000
*Ket : Gaji buruh bangunan tidak tetap/bulan, tergantung peluang kerja dari
proyek kalau ada. Rata-rata upah buruh bangunan/hari = Rp. 50.000, Jika 30 hari
kerja maka gaji/bulan = Rp. 1.500.000,-.
*H.Muchtar, DP pekerja kontrak untuk pengadaan bahan makanan (catering)
Sumber : Data primer dari Desa Baturube dan Uewaju yang dikelolah tahun 2013
Dari keterangan tabel 8 diatas, maka dapat dilihat kontribusi tenaga kerja
di perusahan berjumlah 14 orang dari Desa Baturube dan 1 orang dari Desa
Uewaju. Adapun perbandingan masyarakat produktif (berdasarkan umur 17-40
tahun) dan masyarakat yang kera di PT.JOB Pertamina – Medco E&P Tomori
Sulawesi Desa Baturube dan Uewaju Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 16
berikut:
Sumber : Monografi Desa Baturube dan Uewaju tahun 2013
Jika dilihat tabel diatas dimana jumlah masyarakat produktif Desa
Baturube berjumlah 548 orang dan yang bekerja di perusahan 14 orang, maka
secara persentase perbandingan hanya 2,39 % yang diserap perusahan. Sedangkan
untuk Desa Uewaju dengan jumlah masyarakat produktif 176 orang dan yang
kerja di perusahan berjumlah 1 orang, maka dapat memberikan kontribusi 0,56 %.
Nama Desa Jumlah masyarakat
produktif (umur 17-
40) laki-laki
Jumlah masyarakat
yang kerja di
perusahan
%
Baturube 584 14 2,39
Uewaju 176 1 0,56
Tabel 16. Perbandingan Masyarakat Produktif dan yang Bekerja di Perusahan
Dari keterangan tabel 8 terlihat adanya perbedaan porsi tenaga kerja antara
masyarakat Desa Baturube dan Uewaju. Secara persentase perbedaan porsi tenaga
kerja dapat dilihat pada tabel 17 dibawah ini :
Nama Desa Jumlah Tenaga Kerja (%)
Baturube 14 orang 93, 34
Uewaju 1 orang 6,66
15 orang 100
Sumber : Data primer yang dikelolah tahun 2013
1.2 Pembahasan
1.2.1 Peran PT. JOB Pertamina – Medco E&P Tomori Sulawesi Dalam
Menagani Dampak Sosial dan Ekonomi Masyarakat Lingkar
Tambang Desa Baturube dan Desa Uewaju Kecamatan Bungku Utara
Kontrak kerjasama Pertamina dan PT. Medco E&P Tomori Sulawesi yaitu
mulai 04 Desember 1997 sampai 04 Desember 2027 dengan tipe kontrak
Production Sharing Contract (PSC). Jadi pada tahun 2013 ini PT. JOB Pertamina
– Medco E&P Tomori Sulawesi sudah berjalan 16 tahun beroperasi di Blok Tiaka.
Luas wilayah lepas pantai yang dikuasai oleh PT. JOB Pertamina – Medco E&P
Tomori Sulawesi adalah sebesar 451 km². (Ditjen Migas, 2010)
Tabel 17. Persentase Perbedaan Tenaga Kerja Desa Baturube dan Uewaju
Adapun mengenai program sosial dan ekonomi yang dijalankan melalui
program CSR yang sudah direalisasikan oleh pihak perusahan di Kecamatan
Bungku Utara adalah sebagai berikut :
1. Pembangunan tempat parkir SMAN 1 Bungku Utara dan rehabilitasi
gedung SDN 2 Baturube
2. Program sunatan massal pada tahun 2008 di Puskesmas Baturube dan
pengadaan bolsak dan bantal pasien
3. Pelatihan IT untuk siswa-siswi SMPN 1 di Baturube dan Training
ketenaga kerjaan
4. Pembangunan dan renovasi masjid Desa Baturube dan Uewaju
5. Pengadaan mesin ketinting untuk Desa Uewaju dan Baturube pada tahun
2007 berjumlah 20 unit, Desa Baturube 10 unit dan Desa Uewaju 10 unit.
6. Dana tunai Rp.250.000.000,- untuk Kecamatan Bungku Utara pada tahun
2011
Dari hasil analisis bahwa beberapa program diatas sudah cukup signifikan
jika dibandingkan dengan keadaan sebelum adanya perusahan PT. JOB Pertamina
– Medco E&P Tomori Sulawesi beroperasi di Blok Tiaka Kecamatan Bungku
Utara. Jika dikaji dan dianalisis berdasarkan teori pembangunan sosial dan
ekonomi bahwa program pengadaan mesin ketinting itu cukup berdampak positif
bagi masyarakat nelayan bila dikelolah dengan efisien. Peneliti mendapatkan
informasi dari nelayan Baturube dan Uewaju bahwa mesin tersebut ditarik
kembali oleh oknum masyarakat yang mengusulkan proposal untuk pengadaan
mesin 20 unit tersebut. Alasannya karena pihak nelayan tidak siap membayar
kewajiban tiap bulan. Padahal pengadaan mesin tersebut dari pihak perusahan
adalah pemberian secara cuma-cuma atau gratis tanpa ada pungutan sama sekali,
karena bantuan tersebut adalah bentuk kepedulian pihak perusahan yang melalui
program pemberdayaan untuk mempermudah dan menambah pendapatan
ekonomi masyarakat nelayan. Jadi permasalahan yang ada merupakan masalah
kepentingan sekelompok orang atau oknum masyarakat setempat bukan antar
masyarakat secara umum dan perusahan.
Begitu pun pada pemberian dana tunai yang berjumlah Rp.250.000.000,-
yang pada saat pembagian Desa Baturube mendapat bagian Rp. 50.000.000,- dan
Desa Uewaju mendapat bagian Rp. 15.000.000,-. Namun pihak humas perusahan
Bapak Iwan menyatakan bahwa adanya kekeliruan masyarakat saat penyaluran
dana Rp.250.000.000,- tersebut. Dimana pada kenyataannya disaat penyaluran
dana tersebut terjadi masalah di tengah-tengah masyarakat khususnya Desa
Baturube kerena ada dua kelompok masyarakat yang berbeda persepsi.
Masyarakat pertama, menginginkan dana Rp. 50.000.000 itu dibagi tiap KK . Dan
masyarakat kedua, menginginkan dana tersebut dikelolah oleh pemerintah desa
dengan baik untuk dijadikan modal usaha masyarakat.
Hanya saja Pemerintah Desa, Pemerintah Kecamatan dan Lembaga
Swadaya Masyarakat yang ada saat itu, yaitu Forum Kerukunan Peduli
Masyarakat Bungku Utara (FKPMB) tidak mampu mengurusi dan mengatur
masyarakat. Sehingga akhirnya diputuskan dana tersebut dibagi tiap KK yang
masing-masing KK Desa Baturube mendapat Rp. 116.550,- karena jumlah KK
Desa Baturube sebanyak 429 KK. Hasil pembagian KK tersebut digunakan
masyarakat untuk perbaikan dan pembuatan pagar. Padahal jika dana tersebut
dimanfaatkan atau dikelolah untuk usaha masyarakat yang kemudian diputar dan
dijadikan modal dalam menunjang usaha masyarakat pasti akan jauh lebih baik
dan berdampak pada kemajuan ekonomi masyarakat.
Sedangkan untuk Desa Uewaju yang mendapat bagian Rp. 15.000.000,-
diperuntukan untuk pembangunan masjid karena disebabkan pula oleh kebijakan
pemerintah desa yang keliru tanpa adanya kajian kebutuhan masyarakat desa yang
prioritas untuk kemajuan ekonomi. Padahal dana pembangunan mesjid dari pihak
perusahan sudah dialokasikan sendiri untuk desa lingkar tambang.
Sehingga pemberian bantuan beberapa program sosial dan ekonomi dari
perusahan baik dalam bentuk pengadaan, maupun dana tunai selalu saja mendapat
permasalahan internal pada masyarakat lingkar tambang karena cara dan sistem
pengolahan serta cara untuk mendistribusikan ke masyarakat tidak memenuhi
standar kesejahteraan masyarakat umum, tapi cenderung atas kepentingan
segelintir atau kelompok masyarakat, oknum maupun pemerintah.
Adapun peran perusahan lainnya dalam mengatasi dampak ekonomi pada
tahun 2013 ini di Desa Baturube baru dilaksanakan tahap pembinaan pertanian sri
organik oleh perusahan untuk petani persawahan padi yang akan dimulai pada
bulan Agustus sesuai musim penanaman padi di Baturube. Menurut Humas
perusahan Bapak Iwan, bulan Mei sudah dilaksanakan sosialisasi ke Masyarakat
Desa Baturube yang dilaksanakan di kantor Desa Baturube. Dan sudah ada
ditugaskan tim pembinaan pupuk organik dari perusahan yang saat ini berada di
Baturube.