bab iv analisis terhadap kebijakan dakwah dewan...

21
BAB IV ANALISIS TERHADAP KEBIJAKAN DAKWAH DEWAN PENGURUS PERSATUAN ISLAM TIONGHOA INDONESIA (DPD PITI) TERHADAP KOMUNITAS ETNIS TIONGHOA 4.1. Eksistensi DPD PITI di Semarang Untuk menganalisis eksistensi DPD PITI Semarang dapat dilihat dari beberapa aspek yang dapat membangun keeksistensian lembaga tersebut. Diantaranya aspek yang pertama adalah pada tingkat objek dakwah, dimana objek dakwah ini yang menjadi bidang garapan secara umum yaitu masyarakat etnis Tionghoa yang berada di Semarang. Sejauh ini objek dakwah DPD PITI sebagian besar mereka (etnis Tionghoa) yang telah masuk Islam. Diantara objek dakwah ini merupakan mereka yang telah terikat dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan keagamaan maupun yang belum. Dalam kehidupannya masyarakat Tionghoa dan keturunannya, memiliki dinamika hidup yang komplek, mereka pada umumnya mereka merupakan orang-orang terdidik dan tingkat kehidupannya berada pada tingkat menengah ke atas serta memiliki tingkat kesibukannya tinggi sehingga menyita banyak waktu, tenaga, harta dan perhatiannya terhadap agama. Pada kondisi seperti inilah sangat perlu adanya usaha atau pelaksanaan dakwah guna menjelaskan tentang ajaran agama Islam secara rasional, santun dan humanis agar dapat diterima oleh mereka. Hal ini sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah yang memuat ajaran untuk menuntun

Upload: dangdung

Post on 30-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IV

ANALISIS TERHADAP KEBIJAKAN DAKWAH DEWAN

PENGURUS PERSATUAN ISLAM TIONGHOA INDONESIA (DPD PITI)

TERHADAP KOMUNITAS ETNIS TIONGHOA

4.1. Eksistensi DPD PITI di Semarang

Untuk menganalisis eksistensi DPD PITI Semarang dapat dilihat

dari beberapa aspek yang dapat membangun keeksistensian lembaga

tersebut. Diantaranya aspek yang pertama adalah pada tingkat objek

dakwah, dimana objek dakwah ini yang menjadi bidang garapan secara

umum yaitu masyarakat etnis Tionghoa yang berada di Semarang. Sejauh ini

objek dakwah DPD PITI sebagian besar mereka (etnis Tionghoa) yang telah

masuk Islam. Diantara objek dakwah ini merupakan mereka yang telah

terikat dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan keagamaan maupun yang belum.

Dalam kehidupannya masyarakat Tionghoa dan keturunannya,

memiliki dinamika hidup yang komplek, mereka pada umumnya mereka

merupakan orang-orang terdidik dan tingkat kehidupannya berada pada

tingkat menengah ke atas serta memiliki tingkat kesibukannya tinggi

sehingga menyita banyak waktu, tenaga, harta dan perhatiannya terhadap

agama. Pada kondisi seperti inilah sangat perlu adanya usaha atau

pelaksanaan dakwah guna menjelaskan tentang ajaran agama Islam secara

rasional, santun dan humanis agar dapat diterima oleh mereka. Hal ini sesuai

dengan al-Qur’an dan as-Sunnah yang memuat ajaran untuk menuntun

52

kepada setiap muslim untuk berdakwah, baik dalam arti sempit maupun

luas. Dalam pengertian yang luas dakwah bukan hanya tuntunan agama

semata, tetapi juga tuntunan kemanusiaan dan kebenaran universal. Dalam

pengertian yang luas, dakwah bukan cuma berkaitan dengan persoalan

menambah jumlah pemeluk Islam, akan tetapi yang paling utama adalah

bagaimana dakwah dapat berpihak pada nilai-nilai kebenaran dan

kemanusiaan. (Sulthon Muhammad, 2003: 35).

Karena selama ini Islam dimata mereka (etnis Tionghoa) merupakan

sebuah agama yang keras yang jauh dari nilai-nilai kasih sayang. Serta

banyaknya kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan dalam segala

bidang serta kekerasan yang selama ini terjadi membuat Islam dimata

mereka agama yang tidak penuh kedamaian, kesejahteraan bagai

pemeluknya dan umat lain. Anggapan yang salah oleh mereka terhadap

nilai-nilai ajaran Islam seperti itu membuat mereka enggan untuk mengenal

Islam dan masuk Islam karena mereka takut kalau nantinya mereka masuk

Islam akan membuat mereka terjebak dalam situasi yang seperti itu.

Anggapan yang salah itu maka harus adanya penjelasan bahwa Islam

merupakan agama rahmatan lil alamin, agama yang sangat menganjurkan

pemeluknya untuk menjaga kedamaian, memelihara kesejahteraan dan

agama yang mengharuskan untuk saling menyayangi baik terhadap sesama

umat muslim maupun non muslim serta agama yang mengharuskan umatnya

untuk mencari dan memiliki ilmu yang tinggi serta mencari harta sebanyak-

53

banyaknya asalkan dengan jalan yang halal agar dapat menjalankan ibadah

secara benar dan tenang.

Selain untuk menjelaskan tentang agama Islam seperti yang telah

diuraikan diatas. Dakwah terhadap etnis Tionghoa dan keturunannya juga

bertujuan untuk membimbing mereka dalam melakukan dan mengamalkan

ajaran Islam secara benar yang berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah, karena

kebanyakan dari mereka adalah merupakan orang-orang mualaf yang masih

sangat membutuhkan adanya perhatian, bimbingan, pembelajaran mengenai

ajaran agama Islam serta dalam menjalankannya. Serta untuk memberi

perlindungan dan pembelaan baik dalam lingkungan keluarganya maupun

lingkungan masyarakat dari rasa dikucilkan maupun dianggap aneh karena

mereka masuk Islam, sehingga mereka dapat menjalankan ajaran Islam

dengan baik dan tenang serta dapat berbaur dan menyatu dalam lingkungan

masayarakat agar mereka tidak dianggap lagi sebagai mahkluk yang aneh

dan eksklusif.

Dalam hal memahami agama Islam, muslim Tionghoa dapat

dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu:

1. muslim Tionghoa yang memiliki kesadaran untuk mempelajari dan

menjalankan ajaran agama dengan mendatangi tokoh-tokoh agama

(ulama).

54

2. mualim Tionghoa masih menunggu peran aktif dari para pelaku

dakwah (ulama) untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam

mempelajari dan menjalankan ajaran agama Islam.

Terhadap objek dakwah tersebut DPD PITI mengklasifikasikan

berdasarkan pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap Islam. Bagi

mereka yang telah memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup baik

maka DPD PITI memberikan materi dakwah dengan uraian-uraian

mendalam dan logis. Bagi mereka yang masih awam dan masih baru

menjadi mualaf maka DPD PITI memberikan materi dasar keislaman yang

mampu dijangkau oleh mereka secara logis dan santun.

Dalam kontek ini DPD PITI memiliki tugas yang mulia yaitu

mensyi’arkan ajaran Islam kepada etnis Tionghoa sebagai pedoman hidup

agar tidak melenceng dari norma-norma ajaran agama Islam. Mengingat

memberikan pemahaman, bimbingan tentang nilai-nilai ajaran Islam serta

pendampingan dan pembelaan kepada mad’u (muslim Tionghoa) menjadi

tugas utama. Hal ini sesuai apa yang terkandung dalam QS Ali Imran. 104

Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.(Depag RI, 2000: 79). Serta apa yang menjadi kebijakan dan program DPD PITI dalam

melakukan dakwah di masyarakat muslim Tionghoa. Kesesuaian tersebut

dapat dilihat dari kebijakan dan program dengan realisasi yang dijalankan

55

yaitu selalu melibatkan mereka dalam segala kegiatan keagamaan serta

memberikan andil dalam menyelesaikan persoalan.

Aspek yang kedua adalah dari sisi subjek dakwah (pelaku) dakwah,

sejauh ini DPD PITI miliki da’i yang mampu untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat muslim Tionghoa dalam memberikan bimbingan dan

pengetahuan tentang ajaran Islam sesuai al-Qur’an dan as-Sunnah.

Walaupun da’i yang ada masih sedikit, baik da’i itu dari kalangan muslim

Tionghoa maupun dari muslim pribumi namun hal ini tidak menjadi

persoalan karena mereka memiliki semangat yang tinggi untuk memberikan

bimbingan, pemahaman dan pengetahuan dalam mempelajari dan

menjalankan ajaran agama Islam.

Aspek ketiga adalah secara struktural organisasi ini dibentuk oleh

PITI pusat yang memiliki mata rantai dari pusat sampai daerah-daerah,

sedangkan dalam tingkat cabang sejauh ini belum terbentuk. Dalam hal ini

DPD PITI merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam menjalankan

keputusan dan kebijakan amanat Dewan Pimpinan Pusat di Daerah,

melakukan kebijakan dan melaksanakan program-program PITI di Daerah

serta memberikan petunjuk, bimbingan dan pengawasan kepada segenap

anggota dalam pelaksanaan kebijakan dan program-program PITI di tingkat

Daerah. (Dokumen AD ART DPD PITI).

Keberadaan DPD PITI Semarang juga didukung oleh sistem yang

ada di dalam lingkungan organisasi PITI, yaitu Pengurus Pusat dan Wilayah

56

selalu memonitoring aktivitas yang dijalankan. Jadi secara struktural dapat

dikatakan eksis.

Keberadaan DPD PITI Semarang sebagai sebuah organisasi pada

hakekatnya memiliki kesamaan dengan organisasi-organisasi yang sejenis.

Sebagai lembaga Islam, memiliki beberapa fungsi yaitu:

a. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat (muslim) bagaimana

mereka harus bertingkah laku atau bersikap dalam menghadapi berbagi

masalah yang timbul dan berkembang dalam masyarakat, terutama yang

menyangkut pemenuhan kebutuhan mereka.

b. Memberikan pegangan kepada masyarakat bersangkutan dalam

melakukan pengendalian sosial menurut sistem tertentu yaitu sistem

pengawasan tingkah laku para anggotanya dan menjaga keutuhan

masyarakat. (Ali Muhammad Daud, 1999: 2-3).

Jika dilihat dari beberapa fungsi yang melekat pada Organisasi

tersebut diatas, jelas bahwa kalau seseorang hendak mempelajari dan

memahami masyarakat tertentu, ia harus memperhatikan dengan seksama

lembaga atau organisasi yang terdapat dalam masyarakat yang bersangkutan.

Dalam hal ini DPD PITI memiliki nilai yang lebih dalam bidang dakwah

dari pada organisasi yang lain yaitu secara spesifik bergerak dalam bidang

dakwah dalam lingkungan komunitas muslim Tionghoa dan mengelola

persoalan-persoalan dakwah.

Dengan demikian secara umum dapat dikatakan bahwa DPD PITI

Semarang keberadaannya sangat eksis dan strategis mengingat kebutuhan

57

akan dakwah terhadap muslim etnis Tionghoa di kota Semarang sangat

dibutuhkan. Dakwah akan mudah dilaksanakan dan diterima oleh komunitas

muslim etnis Tionghoa bila yang melakukan itu juga oleh orang-orang

Tionghoa itu sendiri.

4.2. Konsep Kebijakan dakwah DPD PITI Semarang

Dalam kegiatan dakwah jika mengingat akan hasil yang maksimal

dan mengarah pada sasaran yang tepat sesuai dengan tujuan akhir dakwah,

maka harus ditunjang dengan adanya kebijakan yang jelas dan tepat.

Kebijakan dakwah DPD PITI Semarang dalam pembuatannya secara

garis besar dapat dikategorikan ke dalam tiga langkah, yaitu perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi. Pada tahap perencanaan dimulai dari konsolidasi

pengurus dengan mengkoordinir, mengendalikan, merumuskan dan

menyebarkan tenaga mubalig serta mempersiapkan materi dakwah dan

metode. Pada tahap pelaksanaan, yaitu berdakwah dengan memperhatikan

kondisi objek dakwah, artinya tahap penerapan materi, metode dan media

tersebut disesuaikan dengan situasi dan kondisi sosial budaya masyarakat

etnis Tionghoa Semarang sehingga kebijakan yang dibuat dapat diterapakan

dan dilaksanakan. Sedang tahap yang ketiga adalah evaluasi, yaitu dengan

menilai subjektif apakah kebijakan dakwah dan pelaksanaan yang dilakukan

mencapai target sasaran dan tujuan atau malah tidak tercapai.

Setiap usaha apapun akan dapat berjalan secara efektif dan efisien,

bilamana sebelumnya sudah dipersiapkan dan direncanakan dengan matang.

58

Demikian pula usaha dakwah DPD PITI Semarang yang mencakup segi-segi

yang luas akan dapat berlangsung dengan efektif dan efisien apabila

sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pengidentifikasian, perencanaan dan

persiapan tindakan-tindakan yang matang.

Dengan adanya perencanaan, maka dapatlah dipersiapkan terlebih

dahulu tenaga-tenaga pelaksana yang diperlukan, alat-alat perlengkapan dan

fasilitas lainnya. Rencana tersebut seyogyanya jangan bersifat kaku

melainkan fleksibel. Pimpinan dapat mengadakan perbaikan, perubahan-

perubahan dan penyesuaian seperlunya terhadap sesuatu rencana, apabila

kejadian-kejadian pada masa yang akan datang tidak sesuai dengan apa yang

diperkirakan sebelumnya.

Pada tahap pelaksanaan kebijakan dakwah harus mengacu pada hal-

hal yang telah dirumuskan. Dan dalam pelaksanaan bimbingan dan

penyampaian pesan dakwah harus disinkronkan dengan permasalahan-

permasalahan dan kebutuhan objek dakwah. Melihat objek dakwah DPD

PITI adalah orang-orang mualaf maka materi yang disampaikan harus sesuai

dengan keadaan mereka, dimana kebanyakan diantara merek belum banyak

tahu tentang ajaran Islam. Pada intinya jangan memberikan materi yang

memberatkan kepada mereka melainkan memberikan atau mengajarkan hal-

hal yang ringan agar mereka merasa nyaman dalam mengerjakan dan

mengamalkan ajaran Islam. Dengan hal ini pelaku dakwah harus

mempunyai kemampuan yang tinggi baik dalam melihat situasi,

kesempatan, metode dan materi yang harus diberikan serta dapat

59

memberikan pemahaman yang jelas dan logis terhadap materi yang

disampaikan.

Sedangkan tahap evaluasi. Evaluasi dilakukan guna untuk mengukur

apakah kebijakan yang diterapkan dalam kegiatan dakwah sudah pas dan

sesuai dengan hasil yang diharapkan atau belum, jika sudah berhasil apa

yang selam ini dilakukan perlu dipertahankan bahkan dikembangkan. Jika

belum berhasil maka langkah selanjutnya menganalisis apa yang menjadikan

ketidak keberhasilan itu, dengan memperhatikan faktor penghambat,

pendukung dan segala faktor baik dari dalam maupun luar dalam

pelaksanaan kebijakan dakwah itu.

Dalam mengembangkan dakwah Islam di etnis Tionghoa muslim,

sebagai kelengkapan unsur dakwah dalam penerapan kebijakan dakwah

yang dilaksanakan oleh DPD PITI, penulis deskripsikan sebagai berikut:

1. Metode dakwah DPD PITI Semarang

Metode merupakan komponen dasar dalam berdakwah, dimana

metode merupakan cara atau cara bekerja. (Shiddiq Syamsuri, 1981: 13).

Sebagai mana yang penulis jelaskan pada bab Tiga bahwa secara

garis besar metode dakwah DPD PITI Semarang diantaranya adalah:

metode hikmah, metode bil-lisan, metode diskusi dan metode bil-hal.

Dalam hal ini DPD PITI tidak mengklasifikasikan beberapa metode

tersebut ke dalam golongan objek dakwah misalkan, metode hikmah

untuk digunakan pada golongan pemikir atau intelektual metode bil-lisan

60

untuk golongan awam dan seterusnya, melainkan menggabungkan dari

beberapa metode yang ada. Hal ini dilakukan mengingat yang menjadi

objek dakwah adalah orang-orang mualaf yang mempunyai latar

belakang yang berbeda-beda, serta harus dengan memberikan penjelasan

secara santun, logis dan pelajaran yang baik. Metode diatas merupakan

metode al-Qur’an. Hal ini mengacu pada Q.S an-Nahl: 125 yang artinya:

Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah

dan pelajaran yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang

lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan

Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapatkan

petunjuk. (Departemen Agama, 1989: 241).

Bila melihat dari segi cara penyampaiannya dakwah yang

dilakukan DPD PITI Semarang. Maka dakwah yang dilakukan mencoba

untuk memadukan metode dakwah secara tradisional dan modern. Cara

tradisional termasuk didalamnya adalah sistem ceramah umum

(pengajian). Dalam metode ini seperti yang telah kita ketahui bahwa da’i

aktif berbicara dengan mendominasi situasi, dan mad’u hanya pasif,

mendengarkan apa yang disampaikan oleh da’i. cara modern yang

dilakukan adalah dengan mengadakan diskusi, seminar dan sejenisnya.

Dalam hal ini semuanya terlibat aktif didalamnya yaitu adanya tanya

jawab. Metode ini lebih efektif untuk digunakan dibanding dengan

metode ceramah mengingat objek yang dihadapi adalah mereka yang

baru mengenal Islam.

61

Dari segi jumlah audien, sasaran dakwah DPD PITI Semarang

termasuk dalam kategori dakwah perorang dan kelompok. Dakwah

perorangan adalah dakwah yang dilakukan oleh terhadap orang perorang

secara langsung. Dalam hal ini melakukan bimbingan, pendampingan,

melakukan privat keagamaan dan silaturahmi. Sedangkan dakwah

kelompok, yaitu dakwah yang dilakukan terhadap kelompok tertentu

yang sudah ditentukan sebelumnya. (Muhaimin Slamet, 1994:83).

Dalam hal ini DPD PITI melakukan dakwah dengan kelompok pengajian

dan tabligh akbar.

Jadi secara keseluruhan metode dakwah yang diterapkan oleh

DPD PITI pada dasarnya sudah cukup baik, Namun hendaknya metode-

metode yang digunakan perlu ditingkatkan, dalam melakukan dakwah

hendaknya dikoordinir dengan lebih baik dan rapi mengingat objek

dakwahnya merupakan orang-orang mualaf yang sangat butuh adanya

bimbingan, tuntunan dan pendampingan dalam belajar dan

mengamalkan ajaran agama Islam dengan baik, serta untuk membantu

menghadapi dan menyelesaikan kesulitan-kesulitan karena masuk Islam

baik itu yang timbul dari dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan

masyarakat karena sampai saat ini masih adanya anggapan bila orang

Tionghoa masuk Islam dianggap aneh.

2. Media Dakwah DPD PITI

DPD PITI Semarang dalam berdakwah menggunakan media

massa baik elektronik maupun media cetak. Media elektronik seperti

62

TV, Radio, Tape dan sebagainya, sedangkan media cetak seperti koran,

majalah dan buletin dakwah. Selain itu juga melalui organisasi-

organisasi yang ada dimasyarakat dan lingkungan keluarga semua itu

yang dijadikan sebagai media dakwah.

Media dakwah yang diterapkan oleh DPD PITI tersebut relevan

dengan bentuk-bentuk penyampaian dakwah yang ditawarkan oleh

Hamzah Ya’kub yaitu media lisan, tulisan, lukisan audio visual dan

akhlak (keteladanan). ( Ya’kub Hamzah, 1981: 47-48). Sedangkan

Asmuni Syukir membagi media antara lain: lembaga-lembaga

pendidikan formal, lingkungan keluarga, organisasi-organisasi Islam,

hari-hari besar Islam, media massa dan seni budaya.(Syukir Asmuni,

1983: 173).

Menurut penulis pada dasarnya DPD PITI telah menyadari akan

pentingnya media massa dalam melakukan dakwah, karena informasi

menjadi tulang punggung kehidupan artinya informasi sudah menjadi

kebutuhan hidup masyarakat setiap hari baik kebutuhan ekonomi, politik

maupun pesan-pesan agama. Oleh karena itu penggunaan media dalam

dakwah sangat relevan. Begitu pentingnya media dakwah mengingat

hakekat dakwah adalah mempengaruhi dan mengajak manusia untuk

mengikuti (menjalankan) idiologi (pengajak)-nya. Sedangkan pengajak

da’i sudah barang tentu memiliki tujuan yang akan dicapai. Maka dalam

proses dakwah tersebut agar dapat tercapai tujuan yang efektif dan

efisien, para pelaku dakwah harus mengorganisir komponen-komponen

63

(unsur) dakwah secara baik dan tepat, salah satu komponennya adalah

media dakwah.

Dalam penggunaan media dakwah melalui media elektronik

maupun cetak oleh DPD PITI kurang maksimal. Kekurangan tersebut

dapat dilihat dari ketidak keseriusan dan pemaksimalan untuk

menggunakan media elektronik dan media cetak. Dalam hal ini penulis

melihat penggunaan media tersebut sifatnya menyesuaikan dan

menunggu kesempatan dan waktu yang ada. Seperti jika ada permintaan

dakwah di Radio atau Televisi, kemudian dalam penerbitan buletin atau

majalah juga menunggu kalau ada permintaan. apalagi sejauh ini DPD

PITI belum bisa membuat dan menerbitkan namun menunggu kalau ada

yang mengajak dari pihak lain, sehingga untuk penggunaan media massa

kurang maksimal.

Kemudian media dakwah melalui organisasi-organisasi dan

media tatap muka, media ini merupakan langkah tepat digunakan oleh

DPD PITI mengingat masyarakat Tionghoa khususnya dan masayarakat

pada umumnya banyak berdiri organisasi-organisasi baik yang berbasis

Islam maupun yang non Islam. Dengan adanya kerjasama yang baik

antar organisasi maka akan adanya timbul gagasan untuk melakukan

kegiatan, dengan demikian pesan-pesan dakwah dapat disampaikan

dalam kegiatan bersama tersebut dan juga untuk mengarahkan agar

kegiatan yang akan dilaksanakan sedikit banyak menyinggung ukhuwah

Islamiyah. Dalam hal penggunaan dakwah melalui organisasi-organisasi

64

DPD PITI telah melaksanakan kerjasama dengan Ceng ho organiser

dalam acara perayaan Ceng Ho dalam bentuk kebudayaan Islam seperti

khosidah, lomba beduk serta melakukan baktisosil dalam rangka

membantu gempa bumi di Yogyakarta dan Klaten bekerjasama PT

(Perkumpulan Tahlil) dan PKRKS (Pengajian Keliling Remaja Kauman

Semarang).

Media lingkungan keluarga, karena keluarga merupakan unit

terkecil di masyarakat oleh karenanya sangat efektif bila dijadikan media

dakwah, selain itu keluarga mempunyai ikatan yang kuat. Bila ikatan

keluarga bernada Islam, maka akidah dan amaliyahnya akan semakin

kuat serta dakwah dalam keluarga akan selalu berjalan dengan baik

bahkan dapat mempengaruhi terhadap keluarga yang lain. Ketika

keluarga tentram dan riliguisitasnya tinggi maka bisa dikatakan

masyarakatpun akan baik dan tentram. DPD PITI dalam menggunakan

media keluarga sebagai media dakwah ini melalui seperti privat

keagamaan, bimbingan, pengajian dan silaturrahiim kepada ulama.

3. Materi Dakwah DPD PITI Semarang

Ditengah masyarakat Tionghoa DPD PITI menggunakan materi

sebagai berikut, yaitu tentang akidah (keyakinan), akhlak (sikap atau

tingkah laku) dan syari’ah dalam bidang ini DPD PITI memberikan

pendekatan yang berkisar pada arkanul Islam, yaitu shalat, zakat puasa

dan haji serta ajaran Islam yang linnya..

65

Semua materi yang ditetapkan oleh DPD PITI pada hakekatnya

bersumberkan dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Al-Qur’an merupakan

sumber utama yang menjadi sumber pokok yang harus disampaikan

melalui dakwah dengan bahasa yang dimengerti dan dipahami oleh

mad’u. al-Qur’an merupakan suatu pedoman hidup yang harus ditaati

dan dipatuhi oleh umat Islam dalam menuju keselamatan dunia dan

akhirat. al-Qur’an sebagai pedoman hidup didalamnya telah terkandung

secara lengkap petunjuk, pedoman, hukum, sejarah, pergaulan, akhlak,

politik, ilmu pengetahuan, teknologi dan sebagainya.

Sedangkan sumber yang kedua setelah al-Qur’an adalah as-

Sunnah, yaitu segala sesuatu yang menyangkut segala perbuatan nabi

Muhammad baik dalam ucapan tingkah laku atau dalam sikapnya. As-

Sunnah sebagai pedoman hidup setelah al-Qur’an Allah menjelaskan

antara lain dalam surat al-Anfal ayat 13 yang artinya

(ketentuan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya

mereka menentang Allah dan Rasul-Nya dan barang siapa yang

menentang Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya Allah amat

keras siksanya.(Departemen Agama, 189: 262).

DPD PITI dalam kontek ini materi dakwahnya sudah

mendasarkan pada kedua sumber tersebut. Materi akidah merupakan

nilai-nilai dasar agama yang fundamental, karena materi ini menyangkut

keyakinan seseorang. Aqidah inilah yang merupakan inti dari ajaran

Islam, kemudian akhlak dan syari’ah sebagai bingkai dari akidah.

66

Syari’ah yang merupakan peraturan-peraturan atau sistem-sistem yang

ditentukan oleh Allah SWT untuk umat manusia, baik terperinci maupun

pokok-pokok meliputi beberapa bagian yaitu masalah ibadah, mu’amalat

(perdata) maupun hukum-hukum yang lain. Sedangkan akhlak

mencakup beberapa aspek baik akhlak kepada Allah baik akhlak kepada

manusia.

Menurut hemat penulis rumusan materi dakwah DPD PITI masih

bersifat tekstual dan kontekstual, tinggal bagaimana DPD PITI

mengemas materi tersebut sehingga mampu diterima dan dimengerti

oleh mad’u. dari sini dapat dilihat bahwa DPD PITI telah berusaha

menyampaikan pesan dakwah (materi) yang disesuaikan dengan keadaan

dan kebutuhan objek dakwah yaitu orang-orang muslim Tionghoa

mengingat dakwah kepada kaum mualaf harus bersifat logis dan disertai

dengan argumen-argumen yang masuk akal sehingga mereka mau dan

mampu menerimanya.

Dengan demikian dapat dilihat bahwa sejauh ini kebijakan

dakwah DPD PITI perihal materi dakwah masih relevan jika diterapkan

pada masyarakat muslim etnis Tionghoa semarang, hanya saja materi

dakwah tersebut perlu disampaikan secara jelas dan rasional mengingat

sasaran dakwah yang dihadapi merupakan orang-orang mualaf yang

benar-benar butuh adanya bimbingan dan penjelasan yang jelas dan

rasional tentang ajaran Islam.

67

4. Evaluasi kegiatan dakwah DPD PITI

Evaluasi kegiatan dakwah ini merupakan rangkaian dari

kebijakan dakwah DPD PITI yang terakhir evaluasi dalam pengertian ini

merupakan penelitian terhadap apa yang telah dilakukan, apa yang

sedang dilakukan dan persiapan perencanaan untuk tindakan yang akan

dilakukan oleh DPD PITI Semarang. Evaluasi harus terus diadakan

untuk menilai apakah materi yang sudah disampaikan telah cocok dan

baik, apakah metode dan medianya sudah tepat serta acara penyajiannya

apakah telah mengena dan juga untuk mengetahui kelebihan dan

kekurangan dari semua komponen dalam pelaksanaan kegiatan itu.

Tanpa adanya evaluasi sebuah kegiatan tidak akan bisa diketahui

sejauh mana tingkat keberhasilannya apakah sudah sesuai dengan yang

di harapkan atau belum. Hasil dari evaluasi akan digunakan untuk

menentukan langkah selanjutnya. Menurut hemat penulis sejauh ini

DPD PITI Semarang belum dapat secara maksimal dalam melakukan

evaluasi terhadap kegiatan dakwah yang telah dilaksanakan sehingga

belum dapat mengetahui seberapa tingkat keberhasilannya serta

kelemahan dan kelebihannya.

4.3. Faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan kebijakan dakwah

DPD PITI

Hampir setiap organisasi memiliki kekurangan dan kelebihan

dalam menjalankan tugas dan fungsinya, demikian juga dengan DPD

68

PITI Semarang sebagai organisasi keagamaan yang secara langsung

bersinggungan dengan masyarakat memiliki faktor penghambat dan

pendukung.

4.3.1. Faktor Penghambat

A. Faktor Penghambat dari dalam Organisasi DPD PITI

1. Kurangnya Konsolidasi dan komunikasi bagi para

pengurus dan anggotanya, mengakibatkan DPD PITI

kesulitan dalam melaksanakan kegiatan dan seringkali

ditemuinya tumpang tindih kegiatan.

2. Lemahnya kualitas manajemen pengorganisasian

pengurus DPD PITI yang mengakibatkan administrasi

dan dokumentasi kurang tertata rapi serta mengakibatkan

miskinnya kreatifitas.

3. Kurang maksimalnya jaringan luar yang berimbas pada

kurang maksimalnya kegiatan di dalam.

4. Kurang pendanaan sehingga berakibat kurangnya

terealisasinya kegiatan yang telah direncanakan.

5. Tingkat kesibukan pengurus yang tinggi mengakibatkan

sulitnya untuk melakukan konsolidasi.

69

B. Faktor Penghambat dari Luar DPD PITI

1. Perbedaan faham dengan masyarakat terutama organisasi

lain, sehingga berimplikasi kegiatan yang kurang lepas,

artinya bersifat dengan penuh kehati-hatian.

2. Dalam hal skill atau ketrampilan dalam menyampaikan

dakwah lebih banyak dengan secara individu.

3. Kurangnya adanya dukungan dari berbagai pihak

terhadap keberadaan DPD PITI Semarang.(Wawancara

dengan Gautma setiadi mantan ketua DPD PITI, 3 Juli

2006)

4.3.2. Faktor Pendukung

a. Masih adanya loyalitas pengurus yang memiliki dedikasi

yang tinggi akan tugas dan fungsinya sebagai pengurus dan

pengemban amanat.

b. Adanya dukungan yang besar oleh para masyarakat muslim

Tionghoa dan simpatisan PITI.

Mengetahui dan mengidentifikasi hal tersebut sangat lah penting

karena dapat menjadikan pijakan langkah organisasi kedepan agar lebih

baik dan lancar. Kelancaran suatu kegiatan ditentukan oleh faktor

tenaga, biaya, fasilitas dan alat perlengkapan yang dibutuhkan. Suatu

usaha akan berjalan lancar bilamana disamping didukung oleh tenaga-

tenaga yang cakap juga tersedia cukup biaya, fasilitas dan alat-alat

perlengkapan yang diperlukan.

70

Sebagai faktor penghambat DPD PITI disini memiliki ialah

faktor dari dalam organisasi dan luar organisasi. Faktor dari dalam

kurang adanya konsolidasi, lemahnya manajemen dan pendanaan

kekurangan tersebut sedikit banyak akan mempengaruhi terhadap

penerapan dan pelaksanaan sebuah kebijakan. Sehingga apa yang telah

direncanakan dan ditetapkan tidak bisa dijalankan sebagai mana

mestinya. Sedang faktor dari luar adanya perbedaan faham dengan

masyarakat terutama organisasi lain, sehingga berimplikasi kegiatan

yang kurang lepas, artinya bersifat dengan penuh kehati-hatian, dalam

hal skill atau ketrampilan dalam menyampaikan dakwah lebih banyak

dengan secara individu, kurang adanya dukungan dari berbagai pihak

terhadap keberadaan DPD PITI Semarang. Sehingga hal ini menjadikan

tugas berat DPD PITI dalam rangka memberikan dakwah dikalangan

etnis Tionghoa ditengah perbedaan.

Namun hal terpenting DPD PITI memiliki potensi pendorong

dalam menjalankan kebijakan yang diterapkan yaitu masih adanya

loyalitas pengurus terhadap organisasinya, adanya dukungan yang besar

oleh para masyarakat muslim Tionghoa dan simpatisan PITI. Sehingga

meskipun banyaknya faktor penghambat baik dari dalam maupun luar

DPD PITI masih dapat mempertahankan keberadaannya karena

disebabkan akan kebutuhan dakwah terhadap muslim Tionghoa dalam

rangka memberikan bimbingan, pendampingan guna untuk mengetahui

dan mengamalkan ajaran Islam serta untuk memberi pembelaan dan

71

perlindungan terhadap mereka baik dari dalam lingkungan keluarganya

maupun lingkungan masyarakat berkenaan dengan perpindahan

keyakinannya.

3.1.1. Faktor Pendukung

c. Masih adanya loyalitas pengurus yang memiliki dedikasi yang

tinggi akan tugas dan fungsinya sebagai pengurus dan

pengemban amanat.

d. Adanya dukungan yang besar oleh para masyarakat muslim

Tionghoa dan simpatisan PITI.