bab iii metodologi penelitian - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab3/babiii_05-96.pdfimbal...
TRANSCRIPT
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1
1.1. Kerangka Pikir
Dalam melakukan penilaian terhadap harga saham dapat dilakukan dengan dua
pendekatan yaitu pendekatan analisis secara fundamental dan analisis secara teknikal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi analisis fundamental dapat berasal dari faktor
internal perusahaan dan faktor eksternal perusahaan.
Faktor internal perusahaan dicerminkan oleh struktur modal, pengelolaan uang
kas dan piutang serta pengelolaan persediaan. Sedangkan faktor eksternal perusahaan
dicerminkan oleh kondisi politik, ekonomi, dan keamanan secara makro.
Dari faktor internal perusahaan tersebut di atas, penulis lebih memfokuskan
penelitian terhadap struktur modal perusahaan. Struktur modal sebuah perusahaan
mempengaruhi nilai perusahaan tersebut, dimana nilai perusahaan tercermin dari
imbal hasil harga saham yang diperdagangkan di bursa, demikian disebutkan oleh
satu teori struktur modal.
Struktur modal sebuah perusahaan yang terdiri dari hutang dan modal, masing-
masing mempunyai biaya tersendiri untuk mendapatkannya. Pembiayaan melalui
hutang boleh jadi merupakan pembiayaan yang lebih murah dibandingkan
pembiayaan melalui penerbitan saham. Hal yang mendasari pemikiran ini adalah
1
2
karena semakin besar hutang maka akan semakin banyak tax benefit yang dapat
dinikmati oleh perusahaan, disamping itu pembiayaan melalui hutang diharapkan
dapat memacu kinerja manajemen perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
Namun perlu diperhatikan bahwa apabila perusahaan menggunakan terlalu banyak
hutang dalam struktur modalnya, para investor akan menjadi lebih hati-hati dan
cenderung kuatir apakah perusahaan akan mampu membayar hutang-hutangnya
tersebut. Kekuatiran dari para investor ini sering disebut sebagai financial distress.
Financial distress perlu diperhatikan oleh perusahaan dimana perusahaan harus
dapat mengelola struktur modal perusahaan secara optimal. Dengan optimalnya
struktur modal sebuah perusahaan, diharapkan bahwa nilai perusahaan yang
tercermin dari imbal hasil harga sahamnya di bursa akan meningkat. Diharapkan pula
dengan semakin optimalnya struktur modal mampu membatasi volatilitas harga
saham dalam batas-batas kewajaran. Sehingga demikian tujuan perusahaan untuk
memaksimalkan keuntungan bagi para pemegang sahamnya dapat tercapai.
1.2.
1.2.1.
Gambaran Umum Perusahaan
PT. Astra International, Tbk.
1.2.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan
Perusahaan yang terbesar dalam produksi dan perakitan otomotif, terutama
dengan merek Toyota di Indonesia. Pada bulan November 1992, pemegang saham
terbesar yaitu William Soeryadjaya, menjual 100 juta lembar saham di perusahaan ini
kepada perusahaan lain dan indivdu seperti PT Danareksa Fund Management, Oykel
3
Limited, PT Delta Mustika, Prajogo Pangestu dan Henry Pribadi. PT Astra
International, Tbk. juga telah mendapatkan sertifikasi ISO 9001 dari AFAQ Perancis
dan EQNet Eropa untuk Astra Management Development Center (AMDC).
Sertifikasi yang didapatkan oleh AMDC diperuntukkan bagi Divisi Pelatihan Desain.
Pada akhir tahun 2000 perusahaan ini telah berhasil melakukan restrukturisasi hutang
seluruh anak perusahaannya. Pada awal tahun 2001, perusahaan mengambil alih
100% kepemilikan saham di PT. Tjahja Sakti Motor dengan membeli sisa saham
terakhir sebesar 50% yang dimiliki oleh beberapa pemilik saham minoritas. Pada
bulan Februari tahun 2003 perusahaan memulai bisnis telepon selular, dengan
investasi sebesar US $ 3,825 juta berkerjasama dengan PT. Astratel Nusantara.
1.2.1.2. Kinerja Keuangan Perusahaan
Pendapatan bersih pada tahun 2003, perusahaan membukukan pendapatan
bersih sebesar Rp. 31,5 triliun, naik sebesar Rp. 30,2 triliun dari tahun 2002. Laba
bersih naik dari Rp. 3,636 triliun ke Rp. 4,421 triliun.
1.2.1.3. Profil Perusahaan
! Alamat:
Gedung AMDI 2nd Floor, Jl. Gaya Motor Raya No.8 Sunter II
Jakarta 14330
Telepon: (021) 231 2555, 652 2555
Fax: (021) 5714232, 651 2058, 651 2059
! Underwriter:
PT. Danareksa Sekuritas
4
! Kepemilikan saham:
Cycle & Carriage (Mauritius) Ltd 41,94%
Publik 58,06%
! Susunan Direksi:
Presiden Direktur: Theodore Permadi Rachmat
Direktur-direktur: Benjamin Arman Suriadjaya, Djunaedi Hadisumarto,
Juwono Sudarsono, Mari Elka Pangestu, Philip Eng Heng Nee,
! Susunan Komisaris:
Ketua: Rachman Halim
Anggota: Juni Setiawati Wonowidjojo; Yudiono Muktiwidjojo; Frank
Willem van Gelder.
1.2.2. PT. Gudang Garam, Tbk.
1.2.2.1. Sejarah Singkat Perusahaan
Perusahaan ini mulai dari sebuah venture tahun 1971 di Kudus, Jawa Timur.
Perusahaan ini dapat memproduksi 105 milyar batang rokok setiap tahun, termasuk
90 milyar rokok mesin dan 15 milyar rokok yang digulung oleh tangan manusia.
Distribusi utamanya terdiri dari 3 distribusi besar: yaitu PT. Surya Bhakti Utama, PT.
Surya Kerta Bhakti, dan Surya Jaya Bhakti. Pada tahun 1993 perusahaan menerima
pinjaman sebesar 60 milyar US dollar dari Singapore Bank untuk menambah
kapasitas produksi. Sekarang kapasitas produksi telah naik dari 2.500 batang ke
12.000 batang per menit. Pada tahun 1994 ekspor meraih 3.3 milyar batang, yang
sebesar 4% dari total penjualan. Tahun 1994 perusahaan menambah jumlah sahamnya
5
di PT. Surya Pamenang, sebuah manufaktur pengemas, dari 79% ke 100%. Pada
tahun 1996, perusahaan mengembangkan lahan seluas 10.000 hektar untuk industri
perhutanan, dengan dana pengembangan Rp. 260 milyar. Pada awal Februari 1997,
perusahaan terpukul oleh penggelapan dana yang dilakukan mantan Kepala
Departemen Keuangan di Surabaya, oleh karena penggelapan ini, perusahaan rugi
sebesar 8.5 milyar, kerugian tersebut kemudian ditutup oleh pendiri perusahaan.
1.2.2.2. Kinerja Keuangan Perusahaan
Pada tahun 2003, perusahaan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp.
1,838 triliun atau turun sebesar dari Rp. 2,086 triliun pada tahun 2001. Laba operasi
turun dari Rp. 3,455 triliun ke Rp. 2,930 triliun
1.2.2.3. Profil Perusahaan
! Alamat:
Jl. Semampir II/1 Wisselboard 21091 s/d 21096, Kediri-Jawa Timur
Telepon: (0354) 682091,82091-97, 81551-54
Fax: (0354) 681555
! Underwriter:
PT. Danareksa Sekuritas, PT.Merincorp
! Kepemilikan saham:
PT. Suryaduta Investama 66.8%
PT. Suryamitra Kusuma 5.32%
Rachman Halim 0.94%
Juni Setiawan Wonowidjojo 0.52%
6
Susilo Wonowidjojo 0.28%
Publik 26.14%
! Susunan Direksi:
Presiden Direktur: Djajusman Surjowijono
Direktur-direktur: Susilo Wonowidjojo, Mintarya, Haji Rinto Harno, Hadi
Soetirto, Widijanto, Gabriel Tasman, Heru Budiman, Djohan Harijono,
Mintarjo Widya.
! Susunan Komisaris:
Ketua: Rachman Halim
Anggota: Juni Setiawati Wonowidjojo; Yudiono Muktiwidjojo; Frank
Willem van Gelder.
1.2.3. PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk.
1.2.3.1. Sejarah Singkat Perusahaan
Perusahaan ini didirikan pada tahun 1963 di Surabaya dengan nama PT
Perusahaan Dagang Industri Panamas. Pada bulan Oktober 1988, PT. H.M
Sampoerna mengambil alih PT Handel Maatschappij, dan mengubah namanya ke PT
Hanjaya Mandala Sampoerna. Disamping merek dagang Dji Sam Soe, perusahaan ini
juga menjual produknya dengan menggunakan nama Sampoerna A Hijau, Panamas
Kuning, Sampoerna A Exclusive, Sampoerna A International, Sampoerna A
Universal, Sampoerna A Mild. Pada bulan Januari 1996, dengan saham 50%
gabungan dengan grup bisnis asal Kampuchea, Thai Boon Rong Group, Sampoerna
membangun pabrik di Phnom Pehn. Pada tahun 2000, perusahaan berhasil
7
meningkatkan volume penjualan sebanyak 22,44% menjadi 36,351 milyar batang
rokok. Pada awal tahun 2001, dengan memanfaatkan ekspansi dari pasar rokok lokal,
Sampoerna berhasil menguasai pangsa pasar sebesar 18.7%,meningkat dari
sebelumnya 13.5%. Perusahaan ini secara agresif memposisikan dirinya untuk dapat
berkompetisi di pasar global dengan membangun pabrik baru di negara lain, termasuk
India. Pada bulan Maret 2005 ini, Putera Sampoerna menjual 40% saham perusahaan
kepada Philip Morris, dengan mendapat uang kontan sebesar Rp. 18,6 triliun atau
setara dengan 2 milyar dollar.
1.2.3.2. Kinerja Keuangan Perusahaan
Laba bersih telah menurun dari Rp. 1,671 triliun pada tahun 2002 ke Rp.
1,406 triliun di tahun 2003. Penjualan bersih turun sedikit dari Rp. 15,128 triliun ke
Rp.14,675 triliun.
1.2.3.3. Profil Perusahaan
! Alamat:
Jl. Rungkut Industri Raya no. 18
Surabaya 60293, Jawa Timur
Telepon: (031) 843-1699
Fax: (031) 843-0986
! Underwriter:
PT. Danareksa Securities, PT. ABN Amro Asia Securities Indonesia
! Kepemilikan saham:
Philip Morris 40%
8
Publik 53.25%
! Susunan Direksi:
Presiden Direktur: Michael Joseph Sampoerna
Direktur-direktur: Hendra Prasetya, Djoko Susanto, Edward Harvey
Frankel, Angky Camaro, Sugiarta Gandasaputra.
! Susunan Komisaris:
Ketua: Putera Sampoerna
Anggota: Boedi Sampoerna, Soetjahjono Winarko, Ekadharmajanto
Kasih, Phang Cheow Hock, James Paul Barnes.
1.2.4. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk.
1.2.4.1. Sejarah Singkat Perusahaan
Produk perusahaan ini antara lain Indomie, Sarimi, Supermi, Pop Mie dan
Top Mie, mengontrol 90% dari pasar mie instan di Indonesia. Perusahaan ini juga
memproduksi bumbu Indofood, dan kecap dengan brand Indofood dan Piring
Lombok. Juga produk snack, makanan bayi, dan kopi. Perusahaan ini memiliki 12
anak perusahaan, yaitu: PT. Ciptakemas Abadi, PT. Gizindo Primanusantara, PT.
Prima Intipangan Sejati, PT. Intranusa Cipta, PT. Tristar Makmur, PT. Indosentra
Pelangi, PT.Arthanugraha Mandiri, PT. Suryapangan Indonesia, PT. Cemako Mandiri
Corp, dan PT. Putri Usahatama.
1.2.4.2. Kinerja Keuangan Perusahaan
Penjualan bersih perusahaan meningkat sebesar 7,8% pada tahun 2003 sebesar
Rp. 17,871 triliun. Tetapi laba bersih menurun dari Rp. 802 milyar ke Rp. 603 milyar.
9
1.2.4.3. Profil Perusahaan
! Alamat:
Gedung Ariobimo Cnetral, Jl. Rasuna Said X-2 Kav.5 Jakarta 12950
Telepon (021) 522-8822
Fax (021) 522-6014
http://www.indofood.co.id
! Underwriter:
PT. Merincorp Securities Indonesia
! Kepemilikan saham:
CAB Holdings Ltd 51.53%
Publik 48.47%
! Susunan Direksi:
Presiden Direktur: Anthoni Salim
Direktur-direktur: Cesar. M dela Cruz, Franciscus Welirang; Darmawan
Sarsito, Aswan Tukiaty, Tjhie The Fie, Taufik Wiraatmadja, Philip
Suwardi Purnama, Djoko Wibowo, Maringan Purba Sibarani.
! Susunan Komisaris:
Ketua: Manuel V. Pangilinan
Anggota: Benny Setiawan Santoso, Ibrahim Risjad, Torstein Stephansen,
Edward A Tortorici, Albert del Rosario, Robert C Nicholson, Drs. Utomo
Josodirjo, Prof. Dr. Wahjudi Prakarsa, Juan B. Santos.
10
1.2.5. PT. Indosat, Tbk.
1.2.5.1. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Indonesian Satellite Corporation Tbk. (Indosat) didirikan pada tahun 1967
sebagai sebuah perusahaan asing yang menyediakan layanan telekomunikasi
internasional di Indonesia, memulai kegiatan operasionalnya pada tahun 1969 dengan
stasiun bumi Jatiluhur sebagai pembukaan. Tahun 1980, pemerintah Indonesia
mengakuisisi semua saham Indosat, yang kemudian menjadi State-Owned Enterprise
(SOE). Tahun 1994, Indosat menjadi perusahaan publik.
Memasuki abad 21 dan mengikuti trend global, pemerintah Indonesia
memutuskan untuk mengatur peraturan yang mengatur masalah telekomunikasi
nasional, membuka persaingan bebas di pasar.
Indosat memulai bisnis seluler di pertengahan tahun 90-an, dengan
mendirikan PT Indosat Multi Media Mobile (IM3), yang diikuti dengan mengakuisisi
penuh PT Satelit Palapa Indonesia, yang membuat IndosatGroup operator seluler
terbesar kedua di Indonesia. Pada akhir tahun 2002, pemerintah Indonesia
mendivestasikan saham Indosat ke Singtel. Dengan divestasi tersebut, Indosat sekali
lagi menjadi perusahaan asing, yang menawarkan layanan untuk solusi komunikasi.
1.2.5.2. Kinerja Keuangan Perusahaan
Pendapatan bersih pada tahun 2003 naik dari Rp. 6,766 triliun ke Rp. 8,235
triliun. Perusahaan membukukan laba bersih sebesar Rp. 1,569 triliun, sebuah
kenaikan yang signifikan bila dibandingkan dengan tahun lalu yang sebesar Rp. 336
milyar.
11
1.2.5.3. Profil Perusahaan
! Alamat:
Jl. Medan Merdeka Barat No.21- Jakarta
Telepon: (021)3000 3001, 3869614, 3869166
Fax: (021) 3804045
http://www.indosat.co.id
! Underwriter:
PT. Merrill Lynch.
! Kepemilikan saham:
ICL/STT Telemedia 41.94%
Pemerintah Indonesia 15.00%
Publik 42.06%
! Susunan Direksi:
Presiden Direktur: Widya Purnama
Direktur-direktur: Ng Eng Hoe, Harsnul Suhaimi, Wityasmoro Sih
Handayanto, Nicholas Tan Kok Peng, Wahyu Wijayadi, Sutrisman,
Raymond Tan Kim Meng.
! Susunan Komisaris:
Ketua: Peter Seah Lim Huat
Anggota: Lee Theng Kiat, Sio Tat Hiang, Sum Soon Lim, Roes
Aryawidjaya, Umar Rusdi, Lim Ah Doo, Mohamad Ikhsan.
12
1.2.6. PT. Matahari Putra Prima, Tbk.
1.2.6.1. Sejarah Singkat Perusahaan
Pada tahun 1958 Matahari mulai dengan sebuah toko kecil di daerah Pasar
Baru, tahun 1972 menjadi pionir konsep department store di Indonesia, tahun 1980
membuka toko pertama diluar Jakarta, yaitu Bogor. Tahun 1992 terdaftar di Bursa
Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya sebagai perusahaan publik. Tahun 1995
memfokuskan diri pada bisnis supermarket. Pada tahun 2000 meluncurkan Matahari
Club Card (MCC). Bisnis inti terpisah kepada 2 jenis bisnis unit: Matahari
Department Store dan Matahari Supermarket. Saat ini perusahaan memiliki 4 pilar
bisnis: Matahari Department Store, Matahari Supermarket, Properti dan Distribution
Centre.
1.2.6.2. Kinerja Keuangan Perusahaan
Perusahaan berhasil membukukan pendapatan bersih Rp. 115,4 milyar pada
tahun 2003, naik 8.69% dari Rp. 105,3 milyar pada tahun 2002. Laba operasi naik
dari Rp. 88 milyar ke Rp. 150 milyar.
1.2.6.3. Profil Perusahaan
! Alamat:
Menara Matahari-Lippo Life, 20 Floor th
Jl. Bulevar Palem Raya No. 7
Lippo Karawaci 1200
Tangerang 15811
Telepon: (021) - 310 6653
13
Fax: (021) - 319 34245
! Underwriter:
PT. Lippo Securities Indonesia
! Kepemilikan saham:
PT. Multipolar Corporation Tbk 43.96%
PT. Matahari Putra Prima Tbk 7.34%
PT. Lippo-E-Net Tbk 6.30%
Publik 42.40%
! Susunan Direksi:
Presiden Direktur: Benyamin J.Mailool
Direktur-direktur: Hendra Sidin, Carmelito Regalado, Djoko Harjono,
Lina Haryanti Latif.
! Susunan Komisaris:
Ketua: Dr. Cheng Cheng Wen
Anggota: Jeffrey Koes Wonsono, Jonathan Limbong Parapak, Jusuf
Arbianto Tjondrolukito, Ganesh Chander Grover, Mardy Sutanto, John
Bellis.
PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. 1.2.7.
1.2.7.1. Sejarah Singkat Perusahaan
Didirikan tahun 1983, perusahaan ini menjadi salah satu perusahaan retail
yang cukup diperhitungkan. Pada akhir tahun 1997, perusahaan telah memiliki 52
outlet, terbagi antara outlet dengan nama Ramayana dan Robinson. 50 outlet ada di
14
pulau Jawa, satu di pulau Batam dan satu di Bali. Untuk menguatkan imej
perusahaan, semua toko Robinson akan diganti menjadi Ramayana. Pada bulan Juli
2002, perusahaan telah membuka mall dan supermarket di Medan dengan biaya Rp.
30 milyar.
1.2.7.2. Kinerja Keuangan Perusahaan
Penjualan bersih perusahaan naik 8.2% ke Rp. 3,553 triliun pada tahun 2003.
Laba bersih juga meningkat dari 299 milyar ke 302 milyar.
1.2.7.3. Profil Perusahaan
! Alamat:
JL. K.H. Wahid Hasyim No. 220 A-B, Jakarta
Telepon: (021) - 310 6653
Fax: (021) - 319 34245
! Underwriter:
PT. WI Carr Indonesia
! Kepemilikan saham:
PT. Ramayana Makmursentosa 65.50%
Paulus Tumewu 3.71%
Publik 30.79%
! Susunan Direksi:
Presiden Direktur: Agus Makmur
Direktur-direktur: Muhammad Iqbal, Setiasa Kusuma, William Leady,
Kismanto.
15
! Susunan Komisaris:
Ketua: Paulus Tumewu
Anggota: Tan Lee Chuan, Koh Boon Kim, Kardinal Alamsyah Karim.
1.2.8. PT. Semen Gresik, Tbk.
1.2.8.1. Sejarah Singkat Perusahaan
NV Pabrik Semen Gresik didirikan pada tanggal 25 Maret 1953. Pada tanggal
1 April 1960, NV Pabrik Semen Gresik dibuat menjadi perusahaan Negara dengan PP
No. 132 tahun 1960 dan menjadi PT. Semen Gresik (Persero). Pabrik perusahaan
yang berada di Gresik, Jawa Timur telah dibangun menjadi lebih baik 3 kali.
Perusahaan mempunyai pabrik semen baru di Tuban, Jawa Timur dengan kapasitas
2,3 milyar ton per tahun dan menambah kapasitas pabrik di Gresik dari 1 milyar ton
menjadi 1,8 milyar ton. Pada tahun 1992, perusahaan mendirikan dua anak
perusahaan untuk mendukung operai dari pabrik di Tuban, yaitu PT. Industri
Kemasan Semen Gresik yang beroperasi pada manufaktur dari kantong semen dan
PT. United Tractor Semen Gresik, yang menjadi supplier dari bahan mentah semen.
Sejak Juli 1994, dengan selesainya pabrik baru di Tuban dan ekspansi dari pabrik di
Gresik, perusahaan mampu memproduksi 4.1 milyar ton tiap tahunnya. Pada bulan
Juli 1995 RUPS perusahaan menyetujui untuk mengakuisis 100% saham dari 2
perusahaan produsen semen, yaitu PT. Semen Tonasa dan PT. Semen Padang.
Perusahaan mendapatkan dana dari sebesar 600 milyar dari PT. Bahana Sekuritas,
PT. Merril Lynch dan PT. Danareksa Sekuritas. Dana tersebut digunakan untuk
mengkonstruksi Semen Tuban III dengan kapasitas produksi 2,3 milyar ton per tahun.
16
Pada 21 Februari 2001, perusahan mendapatkan sertifikat manajemen lingkungan,
ISO 14001.
1.2.8.2. Kinerja Keuangan Perusahaan
Penjualan bersih perusahaan naik dari Rp. 5.177 triliun pada tahun 2002 ke
Rp. 5.445 triliun tahun 2003. Hasilnya, pendapatan bersih naik secara signifikan dari
Rp. 196 milyar ke Rp. 399 milyar.
1.2.8.3. Profil Perusahaan
! Alamat:
Gedung Utama Semen Gresik Jl. Veteran-Gresik 61122 Jawa Timur
Telepon: (031) 398-1731, 398-1732
Fax: (031) 397-2264
Email: [email protected]
! Underwriter:
PT. Danareksa Sekuritas
! Kepemilikan saham:
Pemerintah Indonesia 51.01%
Cemex 25.53%
Publik 23.46%
! Susunan Direksi:
Presiden Direktur: Satriyo
Direktur-direktur: Francisco Noriega, Cholil Hasan, Hasan Baraja, Endah
Dwi Astuti, Armando Martinez.
17
! Susunan Komisaris:
Ketua: Zaenal Arifin
Anggota: Jose Luis Saenz de Miera; Gofar Suwarno; Ignacio Ortiz; Tjuk
Kasturi Sukiadi.
1.2.9. PT. Tambang Timah, Tbk.
1.2.9.1. Sejarah Singkat Perusahaan
Setelah kemerdekaan Republik indonesia 17 Agustus 1945, Pemerintah
Indonesia mengambil alih perusahaan tambang timah dari tangan Belanda. Puncak
dari masa transfer itu adalah di tahun 1960 dengan dibuatnya undang -undang nomor
19 dimana telah ditetapkan oleh Badan Pimpinan Perusahaan Tambang Timah dan
Perusahaan Negara dengan 3 unit-unit produksinya yang berada Bangka, Belitung
dan Pulau Singkep. Di tahun 1968, ada empat yang benar-benar berada dibawah
kendali Perusahaan Timah sesuai Peraturan Pemerintah nomor 21, pengoperasian
timah di bawah koordinasi Perusahaan PN Tambang Timah yang mengontrol deposit
timah di Indonesia. Di tahun 1976 status Perusahaan telah berubah menjadi PT
Tambang Timah (Persero), yang merupakan status Perusahaan resmi, dimana
Pemerintahaan Indonesia adalah sebagai satu-satunya pemegang saham.
Pengoperasian Perusahaan berpusat pada sekitar Bangka, Belitung dan Pulau
Singkep. Kantor operasinya berada di gedung besar berbentuk garis singkup kerup
dan mengontrol aktifitas utama lainnya, mengutamakan penggunaan arti dari metode
hidrolik. Diawal tahun 1991, program utama restrukturisasi adalah dengan
dimulainya yang termasuk dari penutupan pusat pengoperasian di Pulau Singkep dan
18
memindahkan kantor pusat ke Pulau Bangka. Restrukturisasi juga memasukkan
program moderenisasi dan rekonstruksi dari fasilitas produksi dan konsentrasi pada
aktifitas bisnis biji timah. Pada tanggal 19 Oktober 1995 telah disimpulkan bahwa
program restrukturisasi Timah sudah terdaftar di Jakarta, Surabaya dan London Stock
Exchanges.
1.2.9.2. Kinerja Keuangan Perusahaan
Pada tahun 2003, penjualan tumbuh dari Rp. 1,667 triliun ke Rp. 1,945 triliun.
Pendapatan bersih juga naik dari Rp. 13,4 milyar ke 76,3 milyar.
1.2.9.3. Profil Perusahaan
! Alamat:
Jl. Jenderal Sudirman 51
Pangkal Pinang - 33121
Bangka, Indonesia
Phone: 62-717-431335
Fax: 62-717-432323
! Underwriter:
BZW Ltd (Lead Underwriter), PT. Niaga Sekuritas, PT. Pentasena
Arthasentosa
! Kepemilikan saham:
Pemerintah Indonesia 65.00%
Publik 35.00%
! Susunan Direksi:
19
Presiden Direktur: Ir. Thobrani Alwi
Direktur-direktur: Ir. Wachid Usman, MM; Ir. Ari Fauzi, MBA; Ir.
Surawardi, MM.
! Susunan Komisaris:
Ketua : Dr. Wimpy S.Tjetjep.
Anggota: Dr. R. Sukhyar; Shanti. L Poesposoetjipto.
1.2.10. PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
1.2.10.1. Sejarah Singkat Perusahaan
Pada tahun 1882 sebuah badan usaha swasta penyedia layanan pos dan
telegraf dibentuk pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Tahun 1906 pemerintah
kolonial Belanda membentuk sebuah jawatan yang mengatur layanan pos dan
telekomunikasi yang diberi nama Jawatan Pos, Telegraf dan Telepon (Post, Telegraph
en Telephone Dienst/PTT). Setelah kemerdekaan bangsa Indonesia, pada tahun 1961
status jawatan diubah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN
Postel). Tahun 1965 PN Postel dipecah menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN
Pos & Giro), dan Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN Telekomunikasi). Tahun
1974 PN Telekomunikasi disesuaikan menjadi Perusahaan Umum Telekomunikasi
(Perumtel) yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi nasional maupun
internasional. Pada tahun 1980 PT Indonesian Satellite Corporation (Indosat)
didirikan untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi internasional, terpisah dari
Perumtel. Tahun 1989 pemerintah menerbitkan Undang-undang nomor 3/1989
tentang Telekomunikasi, tentang peran serta swasta dalam penyelenggaraan
20
telekomunikasi. Pemerintah memutuskan Perumtel berubah bentuk menjadi
Perusahaan Perseroan (Persero) Telekomunikasi Indonesia berdasarkan PP no.25
tahun 1991. Penawaran Umum perdana saham TELKOM (Initial Public Offering /
IPO) dilakukan pada tanggal 14 November 1995, sejak itu saham TELKOM tercatat
dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), New
York Stock Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange (LSE). Saham TELKOM
juga diperdagangkan tanpa pencatatan (Public Offering Without Listing / POWL) di
Tokyo Stock Exchange. Tahun 1996 Kerja sama Operasi (KSO) mulai
diimplementasikan pada 1 Januari 1996 di wilayah Divisi Regional I Sumatra �
dengan mitra PT. Pramindo Ikat Nusantara (Pramindo); Divisi Regional III Jawa
Barat dan Banten � dengan mitra PT. Aria West International (AriaWest); Divisi
Regional IV Jawa Tengah dan DI Yogyakarta � dengan mitra PT. Mitra Global
Telekomunikasi Indonesia (MGTI); Divisi Regional VI Kalimantan � dengan mitra
PT. Dayamitra Telekomunikasi (Dayamitra); dan Divisi Regional VII Kawasan
Timur Indonesia � dengan mitra PT. Bukaka Singtel. Tahun 1999, pemerintah
mengeluarkan 1999 Undang-undang nomor 36/1999, tentang penghapusan monopoli
penyelenggaraan telekomunikasi. Tahun 2001 TELKOM membeli 35% saham
Telkomsel dari PT Indosat sebagai bagian dari implementasi restrukturisasi industri
jasa telekomunikasi di Indonesia, yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan
bersama dan kepemilikan silang antara TELKOM dengan Indosat. Dengan transaksi
ini, TELKOM menguasai 72.72% saham Telkomsel. TELKOM membeli 90.32%
saham Dayamitra dan mengkonsolidasikan laporan keuangan Dayamitra ke dalam
laporan keuangan TELKOM. Pada tahun 2002 TELKOM membeli seluruh saham
21
Pramindo melalui 3 tahap, yaitu 30% saham pada saat ditandatanganinya perjanjian
jual-beli pada tanggal 15 Agustus 2002, 15% pada tanggal 30 September 2003 dan
sisa 55% saham pada tanggal 31 Desember 2004. TELKOM menjual 12.72% saham
Telkomsel kepada Singapore Telecom, dan dengan demikian TELKOM memiliki
65% saham Telkomsel. Sejak Agustus 2002 terjadi duopoli penyelenggaraan
telekomunikasi lokal.
1.2.10.2. Kinerja Keuangan Perusahaan
Pendapatan bersih Telkom naik sebesar 26% dari 4,843 triliun tahun 2002 ke
6,087 tahun 2003, pendapatan operasi naik dari 9.1 triliun ke 11.4 triliun.
1.2.10.3. Profil Perusahaan
! Alamat:
Jl. Japati No.1 Bandung 4133, Jawa Barat
Telepon: (022) 452-1108
Fax: (022) 452-1408
Email: [email protected]
http://www.telkom.co.id
! Underwriter:
Danareksa Sekuritas
! Kepemilikan saham:
Pemerintah Indonesia 51.19%
JPMCB US Resident (Norbax Inc.) c/o HSBC 5.89%
The Bank of New York c/o Bank Mandiri 6.52%
22
Publik 33.40%
! Susunan Direksi:
Presiden Direktur/CEO: Kristiono
Director of Human Resources and Support Business/CIO: Woeryanto
Soeradji, MBA
Director of Telecommunications Services Business: Suryatin Setiawan
Director of Telecommunications Network Business: Abdul Haris, MBA.
Director of Finance/CFO: Rinaldi Firmansyah, CFA
! Susunan Komisaris:
Ketua: Tanri Abeng, MBA.
Anggota: Anggito Abimanyu, PhD. ; Gatot Trihargo; Arif Arryman,
P.Sartono
Model dan Metode Analisis 1.3.
Model yang dilakukan dalam penelitian ini adalah secara deskriptif dan secara
analitik, dimana model deskriptif adalah model penelitian dengan menyajikan
permasalahan melalui diagram, grafik, lengkap dengan penjelasannya, sedangkan
secara analitik, dilakukan uji statistika dengan menggunakan metode korelasi, regresi
linier dan regresi berganda.
Dan langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan metode analisis adalah
sebagai berikut:
23
Mulai
Penentuan Variabel Penelitian 1. Imbal hasil saham, Volatilitas imbal hasil saham 2. Debt to equity ratio, Debt to total asset ratio, Long term leverage, Degree of finance leverage
Uji Signifikansi AdaKorelasi
Tidak AdaKorelasi
Yap-value < 0.05
Tidakp-value > 0.05
Stop
Uji Korelasi
∑ ∑∑ ∑∑ ∑ ∑
−−
−=
2222 )()()()(
))((
yynxxn
yxxynr
Bagan 3.1. Tahapan Uji Korelasi
24
Mulai
Penentuan Variabel Penelitian 1. Variabel dependen Y1 = Imbal hasil saham Y2 = Volatilitas imbal hasil saham 2. Variabel independen X1 = Debt to equity ratio X2 = Debt to total asset ratio X3 = Long term leverage X4 = Degree of finance leverage
Uji regresi linier berganda
Tidakp-value > 0.05
Yap-value < 0.05
Model Persamaan Regresi
Stop
Uji Anova / F-Test
)1/()1(/
2
2
−−−=
knRkR
FStop
Tidak dapat membentukpersamaan regresi
Uji regresi linier berganda denganMetode Stepwise
Hasil uji Multikolinieritas, Hasil uji Otokorelasi,Hasil uji Heteroskedastisitas, Hasil ujiKoefisien Determinasi (Hasil Uji R2)
Uji MultikolinieritasYa
1. Tolerance hampir mendekati 0 (nol)2. VIF > 23. Eigenvalue hampir mendekati 0 (nol)4. Condition index > 15Keempat uji di atas salah satunya menyatakan Ya
Tidak1. Tolerance hampir mendekati 0 (nol)2. VIF > 23. Eigenvalue hampir mendekati 0 (nol)4. Condition index > 15Keempat uji di atas semuanya menyatakan Tidak
Bagan 3.2. Tahapan Uji Regresi Linier Berganda
25
1.3.1. Korelasi
Analisis korelasi mencerminkan hubungan antara dua data series dan
correlation coefficient yang mengukur seberapa dekat hubungan antara kedua data
tersebut. Pada beberapa kasus tertentu, koefisien korelasi juga dapat dijadikan alat
ukur dan memprediksi kecenderungan dan seberapa besar hubungan secara linier
yang dimiliki oleh variabel.
Nilai koefisien korelasi r mempunyai nilai bervariasi mulai dari �1 melalui 0
hingga +1, dimana:
• Bila nilai r = 0 atau mendekati 0, maka tidak ada hubungan antara kedua
variabel.
• Bila nilai r = +1 atau mendekati 1, maka dikatakan ada korelasi (berbanding
lurus) antara kedua variabel.
• Bila nilai r = �1 atau mendekati �1, maka dikatakan ada korelasi negatif
(berbanding terbalik) antara kedua variabel.
Tanda positif (+) dan negatif (-) pada koefisien korelasi memiliki arti sebagai
berikut:
• Bila r positif, maka korelasi antara dua variabel yang diuji tersebut bersifat
searah, dengan kata lain kenaikan atau penurunan nilai-nilai X terjadi
bersama-sama dengan kenaikan atau penurunan nilai Y.
• Bila r negatif , mengindikasikan bahwa kenaikan nilai X terjadi bersama-sama
dengan penurunan nilai Y atau sebaliknya.
26
Koefisien korelasi yang dilakukan dengan menggunakan data dari sampel,
dinotasikan sebagai, yang dirumuskan sebagai berikut:
Tes Hipotesis – Korelasi
Tes hipotesis korelasi digunakan untuk menentukan ada tidaknya hubungan
linier yang signifikan antara kedua variabel yang diujikan. Tes hipotesis korelasi
menggunakan bentuk dasar dari null dan alternative hypotesis sebagai berikut:
∑ ∑∑ ∑∑ ∑ ∑
−−
−=
2222 )()()()(
))((
yynxxn
yxxynr
H : ρ = 0 (Tidak adanya hubungan linier) 0
H : ρ ≠ 0 (Kemungkinan adanya hubungan linier) 1
1.3.2.
Uji signifikansi tes hipotesis korelasi pada penelitian ini menggunakan SPSS
dengan tingkat kepercayaan 95%, dimana kriteria penilaiannya sebagai berikut:
• Apabila nilai p-value ≤ 5%, bisa dikatakan bahwa terdapat hubungan linier
yang signifikan antar kedua variabel yang diujikan.
• Sedangkan apabila nilai p-value > 5%, bisa dikatakan bahwa tidak terdapat
hubungan linier yang signifikan antar kedua variabel yang diujikan.
Regresi Berganda
Regresi berganda, pada dasarnya sama dengan regresi linier biasa, namun
apabila pada regresi linier sederhana hanya terdapat satu variabel independen (x)
yang dapat mempengaruhi nilai variabel dependen (y), pada regresi berganda terdapat
lebih dari satu variabel independen (x1,x2,....xn) yang dapat mempengaruhi nilai
variabel dependen (y).
27
Persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut:
Untuk menghitung b ,b ,b ...b digunakan persamaan sebagai berikut : 0 1
nn xbxbxbb ...y 22110
^+++=
2 n
∑ ∑
∑∑ ∑ ++= 22110 xbxbnby
2122
11101 xxbxbxbyx∑ ∑ ∑ ∑++=2
22211202 ∑ ∑++= xbxxbxbyx
Sedangkan untuk mengukur korelasi antara ketiga variabel atau lebih, digunakan
koefisien determinasi atau R Square, yang juga berfungsi mengetahui seberapa layak
(fit) suatu model regresi berganda, dengan rumus sebagai berikut :
21
221212
21
22
1..2
xxrxrxryxryxyxryxrR
−++
=
R Square berfungsi untuk menilai performans suatu model regresi namun memiliki
batasan. Suatu nilai R Square bisa menyesatkan dikarenakan nilainya yang akan
semakin meningkat dan tidak akan berkurang, seiring penambahan variabel
independen dalam suatu model regresi berganda. Oleh karena itu diperlukan indikator
penilaian yang lebih tepat untuk menilai korelasi antar ketiga variabel atau lebih
dalam model regresi, yaitu koefisien determinasi yang disesuaikan (Adjusted R
Square) dengan rumus sebagai berikut:
Rumus Adjusted R Square
)1(1)1(1 22
+−−
−−=kn
nRR
Suatu model regresi berganda semakin fit apabila nilai Adjusted R Square-nya
semakin mendekati nilai satu, yang artinya semakin besar variasi pada variabel
dependen yang bisa dijelaskan oleh variabel-variabel independen dalam model
persamaan regresi.
28
1.4.
1.5.
Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel
dependen dan variabel independen. Variabel dependen adalah suatu variabel yang
berhubungan dengan variabel lain atau tergantung kepada variabel lainnya, disebut
juga variabel tidak bebas (variabel Y). Sedangkan variabel yang tidak tergantung
pada variabel lain disebut variabel independen atau variabel bebas (variabel X).
Variabel dependen dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu imbal
hasil saham dikonotasikan sebagai Y dan volatilitas imbal hasil saham dikonotasikan
sebagai Y . Sedangkan yang menjadi variabel independennya adalah:
1
2
1. Debt to Equity Ratio
2. Debt to Total Asset Ratio
3. Long Term Leverage
4. Degree of Financial Leverage
Hipotesis
Sesuai dengan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas maka hipotesis-
hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
! Uji korelasi Debt to Equity Ratio dan imbal hasil atau volatilitas imbal hasil
saham perusahaan.
H 1 A,B : ρ , ρ = 0 (Tidak ada hubungan linier yang signifikan antara Debt to
Equity Ratio dan imbal hasil atau volatilitas imbal hasil harga saham).
0 1A 1B
29
H 1 A,B : ρ , ρ ≠ 0 (Ada hubungan linier yang signifikan antara Debt to Equity
Ratio dan imbal hasil atau volatilitas imbal hasil harga saham).
1 1A 1B
! Uji korelasi Debt to Total Asset Ratio dan imbal hasil atau volatilitas imbal hasil
saham perusahaan.
H 2 A,B : ρ , ρ = 0 (Tidak ada hubungan linier yang signifikan antara Debt to
Total Asset Ratio dan imbal hasil atau volatilitas imbal hasil harga saham).
0 2A 2B
H 2 A,B : ρ , ρ ≠ 0 (Ada hubungan linier yang signifikan antara Debt to Total
Asset Ratio dan imbal hasil atau volatilitas imbal hasil harga saham).
1 2A 2B
! Uji korelasi Long Term Leverage dan imbal hasil atau volatilitas imbal hasil
saham perusahaan.
H 3 A,B : ρ , ρ = 0 (Tidak ada hubungan linier yang signifikan antara Long
Term Leverage dan imbal hasil atau volatilitas imbal hasil harga saham).
0 3A 3B
H 3 A,B : ρ , ρ ≠ 0 (Ada hubungan linier yang signifikan antara Long Term
Leverage dan imbal hasil atau volatilitas imbal hasil harga saham).
1 3A 3B
! Uji korelasi Degree of Financial Leverage dan imbal hasil atau volatilitas imbal
hasil saham perusahaan.
H04 A,B : ρ , ρ = 0 (Tidak ada hubungan linier yang signifikan antara Degree
of Financial Leverage dan imbal hasil atau volatilitas imbal hasil harga saham).
4A 4B
H 4 A,B : ρ , ρ ≠ 0 (Ada hubungan linier yang signifikan antara Degree of
Financial Leverage dan imbal hasil atau volatilitas imbal hasil harga saham).
1 4A 4B
30
! Uji regresi berganda Debt to Equity Ratio, Debt to Total Asset Ratio, Long Term
Leverage dan Degree of Financial Leverage terhadap imbal hasil atau volatilitas
imbal hasil saham perusahaan.
H 9 A : β = β = .. β = 0 0 1A 2A nA
H19 A : Tidak semua β (i=1,2,...n) adalah 0 iA
H 9 B : β = β = .. β = 0 0 1B 2B nB
H19 B : Tidak semua βiB (i=1,2,...n) adalah 0
1.6. Populasi dan Sampel
Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-
perusahaan yang telah tercatat di Bursa Efek Jakarta khususnya yang termasuk dalam
kelompok LQ45 selama enam tahun berturut-turut mulai dari periode Januari 1999
sampai dengan Desember 2004.
Daftar saham emiten yang termasuk dalam kelompok tersebut di atas adalah
sebagai berikut:
31
Tabel 3.1. Daftar Saham Emiten
1.7. Metode Pengumpulan Data
Sampel diperoleh dengan metode Judgement Sampling (Pengambilan Sampel
Keputusan) dimana sampel-sampel tersebut diseleksi berdasarkan beberapa kriteria
yang disiapkan penulis. Kriteria tersebut antara lain:
a. Sampel diperoleh dari daftar saham kelompok LQ45 periode Januari 1999
sampai dengan Desember 2004.
No. Nama Saham Kode Sektor industri
1. PT. Astra International, Tbk. ASII Otomotif dan komponennya
2. PT. Gudang Garam, Tbk. GGRM Rokok
3. PT. H.M. Sampoerna, Tbk. HMSP Rokok
4. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk INDF Makanan dan minuman
5. PT. Indosat, Tbk. ISAT Telekomunikasi
6. PT. Kalbe Farma, Tbk. KLBF Farmasi
7. PT. Matahari Putra Prima, Tbk. MPPA Perdagangan eceran
8. PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. RALS Perdagangan eceran
9. PT. Semen Gresik, Tbk. SMGR Semen
10. PT. Tambang Timah, Tbk. TINS Pertambangan logam dan
mineral lainnya
11. Telekomunikasi Indonesia TLKM Telekomunikasi
32
b. Dari data 45 saham yang tercatat dalam kelompok LQ45, penelitian ditarik
mundur untuk diseleksi dengan kriteria sebagai berikut:
• Akan dipilih perusahaan-perusahaan yang tercatatkan secara terus
menerus dalam kelompok LQ45 mulai periode Januari 1999 sampai
dengan Desember 2004.
• Perusahaan-perusahaan yang memiliki ekuitas negatif atau telah
mengalami kebangkrutan secara teknis, tidak dimasukkan dalam
penelitian.
c. Hasil saham-saham yang terseleksi akhirnya dijadikan sebagai objek
penelitian.
Setelah melewati proses seleksi Judgement Sampling, ternyata PT Kalbe Farma
memiliki ekuitas negatif pada laporan keuangan kuartal I tahun 1999, sehingga
dikeluarkan dari daftar saham emiten yang dijadikan sebagai objek penelitian.
1.8.
Validitas dan Reliabilitas
Untuk mendapatkan kualitas hasil penelitian yang bermutu dan baik, sudah
semestinya jika rangkaian penelitian yang dilakukan harus baik juga. Perencanaan
yang matang mutlak diperlukan, lalu alat-alat yang digunakan juga harus dalam
kondisi baik. Oleh karena itulah seringkali sebelum penelitian dilakukan alat-alat
yang digunakan ditera lebih dahulu. Tidak lain dan tidak bukan agar data-data yang
diperoleh valid dan reliabel.
33
Valid artinya data-data yang diperoleh dengan penggunaan alat (instrumen)
dapat menjawab tujuan penilitian. Reliabel artinya konsisten atau stabil, misalnya
sebuah altimeter digunakan untuk mengukur ketinggian tempat dan hari ini tempat X
diukur mempunyai ketinggian 1,000 m. Jika dilakukan pengukuran di tempat yang
sama pada hari berikutnya, altimeter tersebut juga harus menunjukkan ketinggian
1,000 m.
Uji validitas dan reliabilitas dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Repetitive measurement (pengukuran secara berulang)
2. One shot (sekali ukur)
Pengujian validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antar item pengukuran,
sedangkan realibilitas menggunakan korelasi total antar item secara keseluruhan yang
dijadikan indikator pengukuran suatu variabel.
Dengan repetitive measurement system, pengukuran objek dilakukan secara
berulang. Prinsipnya adalah dengan membandingkan hasil pengukuran pertama
dengan hasil pengukuran kedua. Sistem ini sering disebut juga sistem eksternal.
Pengujian sistem ini dapat dilakukan tes retest, ekuivalen dan gabungan keduanya.
Metode one shot, sering juga disebut dengan pengujian internal consistency.
Dengan metode ini pengukuran cukup dilakukan satu kali.
1.9. Uji Problem Regresi
Analisis regresi bukanlah analisis yang selalu mulus digunakan, ada beberapa
masalah yang dihadapi dalam analisis regresi, yaitu multikolinearitas, otokorelasi,
34
dan heteroskedastisitas. Pada kesempatan kali ini, penulis hanya melakukan
pengujian multikolinearitas, otokorelasi, dan heteroskedastisitas.
1.9.1. Multikolinearitas
1. Koefisien regresi yang bertanda positif dalam regresi sederhana bisa berubah
negatif dalam regresi berganda atau sebaliknya.
2. Fluktuasi nilai estimasi koefisien regresi sangat besar.
3. Jika variabel-variabel independen terkorelasi satu sama lain, variabel-variabel
tersebut menjelaskan varian yang sama dalam mengestimasi variabel dependen,
jadi penambahan variabel independen tidak berpengaruh apa-apa.
Multikolineritas terkadang dapat dihilangkan dengan cara:
1. Memperbanyak jumlah sampel
2. Melakukan transformasi terhadap hubungan fungsional, dan/atau
Multikolinearitas adalah keadaan dimana variabel-variabel independen dalam
persamaan regresi mempunyai korelasi (hubungan) yang erat satu sama lain.
Parameter yang mudah ditenggarai dari adanya multikolinearitas:
1. Biasanya regresi mempunyai persamaan dengan nilai R yang tinggi atau sangat
tinggi, F tinggi, tetapi banyak variabel bebas yang tidak signifikan (t -
nya rendah).
2
hitung hitung
2. Terdapat beberapa variabel yang mempunyai nilai Eigenvalue mendekati nol
dan nilai Condition Index lebih besar dari 15.
3. Variabel-variabel independen mempunyai nilai VIF disekitar angka 1 dan nilai
Tolerance yang mendekati 1.
Multikolinearitas menyebabkan timbulnya masalah-masalah, yaitu:
35
3. Menghilangkan variabel independen yang memiliki kolinearitas tinggi.
Metode terakhir dapat berarti penghilangan harga sebagai variabel penjelas
yang kadang dapat menimbulkan permasalahan baru yang lebih serius dibandingkan
masalah multikolinearitas itu sendiri.
1.9.2. Otokorelasi
Istilah otokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara sejumlah
penelitian dalam waktu yang berurutan. Oleh karenanya masalah otokorelasi sering
timbul pada data rentet waktu (time series). Otokorelasi seringkali disebut dengan
istilah korelasi serial, misalnya data pertama berkorelasi dengan data kedua, data
kedua berkorelasi dengan data ketiga, dan selanjutnya, hal ini disebut korelasi serial
derajat pertama.
Model regresi yang baik tentunya mengandung asumsi bahwa tidak terdapat
korelasi serial diantara error term-nya (e). Salah satu pendekatan yang sering
digunakan untuk menguji ada tidaknya otokorelasi adalah menggunakan Durbin-
Watson d Statistic, dengan rumus sebagai berikut:
∑∑
=
−=−
= n
i i
in
i i
e
eed
12
212)(
Dimana:
ei = residual (selisih antara Y observasi dengan Y prediksi/Y-Ŷ)
ei -1 = residual satu periode sebelumnya
Korelasi serial diantara error term dapat terjadi karena berbagai faktor antara
lain sebagai berikut:
36
1. Data observasi dari suatu situasi kelesuan sehingga data observasi selanjutnya
yang menaik jelas dipengaruhi oleh data sebelumnya. Dalam situasi seperti ini, data
observasi yang dahulu dengan yang belakangan kemungkinan besar bersifat
interdependen.
2. Tidak memasukkan variabel bebas tertentu yang sebenarnya turut
mempengaruhi variabel dependen.
Adapun akibat adanya otokorelasi diantara error terms terhadap penaksiran
regresi ialah:
1. Varian residual (error term) akan diperoleh lebih rendah daripada semestinya
sehingga mengakibatkan koefisien determinasi (R2) menjadi lebih tinggi daripada
yang seharusnya.
2. Pengujian statistik dengan menggunakan t-statistics dan F-statistics akan
menyesatkan.
Dengan menggunakan Durbin-Watson Test, nilai yang dihasilkan akan
berkisar antara 0 sampai dengan 4.
• Semakin nilai d mendekati nilai 0 (nol) menandakan semakin cukup bukti untuk
dikatakan adanya otokorelasi positif.
• Tetapi jika nilai d semakin mendekati nilai 4 (empat) menandakan cukup bukti
untuk dikatakan adanya otokorelasi negatif.
• Jika nilai d semakin mendekati nilai 2 (dua) menandakan semakin terbukti tidak
adanya otokorelasi.
37
Sedangkan pengambilan keputusan menurut aturan Durbin-Watson Test
adalah sebagai berikut:
Hipotesis nol (H0) Keputusan Jika (If)
Tidak ada otokorelasi positif Tolak H0 0<d<dL
Tidak ada otokorelasi positif Tidak ada keputusan dL<d<dU
Tidak ada otokorelasi negatif Tolak H0 4-dL<d<4
Tidak ada otokorelasi negatif Tidak ada keputusan 4-dU<d<4-dL
Tidak ada otokorelasi positif
ataupun negatif Tidak ada keputusan dU<d<4-dU
Ada dua nilai kritis (two critical d values) yang dihasilkan oleh Durbin-
Watson Test, yaitu batas atas (upper limit) dU dan batas bawah (lower limit) dL.
Keputusan bisa diambil apabila nilai d yang dihasilkan berada diluar batas antara dU
dan dL.
1.9.3. Heteroskedastisitas
Tujuan uji heteroskedastisitas adalah menguji apakah dalam sebuah model
regresi, terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika varians dari residual satu ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homokedastisitas. Dan jika varians berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi
yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
38
Masalah heteroskedastisitas pada model regresi dapat dilihat dengan
menggunakan scatterplot, yang melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik,
menggunakan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
• Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka telah terjadi
heteroskedastisitas.
• Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
39