bab iii metodologi penelitian a. metode...
TRANSCRIPT
37
Imma Fretisari, 2012 Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang
pemecahan masalahnya dengan menggunakan data empiris. Dalam penelitian
awal, peneliti menghimpun data-data tentang fenomena serta masalah yang
terdapat dilapangan. Hal itu mencakup tentang fenomena alienansi budaya
(keterasingan budaya), yaitu terkait keberadaan sekolah, kesiapan guru dalam
proses pembelajaran, prilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran Seni
Budaya, serta kegiatan pembelajarannya.
Selain itu peneliti juga mendeskripsikan fenomena yang terjadi di
lingkungan masyarakat (fenomena eksternal) seperti keasingan anak-anak usia
sekolah terhadap seni budaya lokal yang ada di daerahnya. Hal ini
mempengaruhi pola hidup dari para generasi penerus bangsa ini yang lebih
suka meniru budaya luar yang sedang berkembang dengan mode dan trend-
nya. Semakin menipisnya seni budaya tradisi yang melekat dalam kehidupan
sosial masyarakat muda, mengakibatkan para gerenasi sebelum mereka merasa
kehilangan akan pembelajaran kebermaknaan nilai-nilai positif yang terdapat
dalam seni budaya lokal.
Untuk menindaklanjuti dari hasil observasi awal, peneliti menggunakan
metode penelitian action research. Seperti yang dijelaskan oleh Masyhuri
(2008: 42) bahwa penelitian action research merupakan penelitian untuk
38
Imma Fretisari, 2012 Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru
untuk memecahkan suatu masalah. Action research dianggap sebagai cara yang
tepat dan efektif untuk mengembangkan profesionalisme para guru sebagai
tenaga pendidik serta memperbaiki proses belajar mengajar.
Dalam hal ini peneliti mencoba untuk memecahkan masalah yang
terjadi. Berdasarkan pemaparan Sukmadinata (2010) penelitian tindakan secara
alamiah memberikan perbaikan-perbaikan langsung sesuai dengan kondisi dan
situasi nyata, maka diharapkan dengan penelitian tindakan ini adanya
perubahan yang mengarah perbaikan dalam mengatasi aleinsi budaya baik
secara internal maupun eksternal. Murtiyasa (2008), menjelaskan bahwa action
research merupakan bentuk kolektif dari penyelidikan refleksi dan evaluasi
bagi para dosen, mahasiswa, orangtua, dan anggota masyarakat lainnya pada
situasi sosial tertentu dalam rangka memperbaiki rasionalitas serta menilai
praktek sosial/praktek pendidikan.
Meskipun penelitian ini bukan merupakan penelitian pengembangan
tetapi dalam penelitian ini menggunakan sebuah produk berupa bahan ajar
untuk uji coba yang dilengkapi dengan media pembelajaran sebagai alat bantu
dalam meningkatkan apresiasi dan kreasi siswa. Penelitian ini menggunakan
pendekatan etnopedagogik yang menekankan pada pendekatan kultural.
Pendekatan ini berusaha untuk mengetahui dan menggali potensi yang ada
dalam diri siswa untuk dapat mengapresiasi serta mengembangkan nilai-nilai
budaya.
39
Imma Fretisari, 2012 Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
B. PROSEDUR/LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
Lewin (Murtiyasa, 2008) menggambar action research sebagai awal
dari langkah yang berbentuk spiral dimana terdiri dari perencanaan, tindakan,
dan evaluasi hasil suatu tindakan. Kemmis dalam Sukmadinata (2011: 145)
mengembangkan bagan spiral penelitian tindakan dibuat oleh Lewin. Model
Kemmis tersebut meliputi (1) pengamatan; (2) perencanaan; (3) tindakan
pertama; (4) monitoring; (5) refleksi; (6) berfikir ulang; dan (7) evaluasi.
Dari kedua model penelitian tindakan yang utarakan, Arikunto (2010:
17 – 20) menyederhanakannya menjadi empat langkah yaitu (1) perencanaan;
(2) pelaksanaan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi. Ke-empat langkah tersebut
merupakan langkah-langkah penelitian yang sering dilakukan oleh peneliti
lainnya dalam sebuah penelitian tindakan. Adapun gambaran siklus model
penelitian action research menurut Arikunto, sebagai berikut.
40
Imma Fretisari, 2012 Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 3
Model Penelitian Tindakan Kelas
(Model oleh Arikunto, 2010)
Unsur-unsur dalam siklus action research dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Plan (rencana/perencanaan)
Rencana adalah tindakan yang tersusun, dengan kata lain harus
terdapat kemungkinan untuk ditindaklanjuti. Rencana merupakan tindakan
untuk memperbaiki apa yang telah terjadi. Dalam hal ini rencana awal
yang peneliti lakukan adalah membuat RPP dan mempersiapkan materi
41
Imma Fretisari, 2012 Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
serta media pembelajaran sekaligus pembagian alokasi waktu dalam setiap
kegiatan pembelajaran.
2. Action (tindakan/pelaksanaan)
Berupa implementasi dari perencanaan yang telah dibuat. Terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan, yaitu: (a) apakah
ada kesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan; (b) apakah proses
tindakan yang dilakukan siswa cukup lancar; (c) bagaimanakah situasi
proses tindakan; (d) apakah siswa-siswa melaksanakan dengan
bersemangat; (e) bagaimanakah hasil keseluruhan dari tindakan tersebut.
Pada tahap action, peneliti berusaha menjalankan semua yang telah
direncanakan dalam proses tahapan sebelumnya, meskipun terkadang
terdapat tindakan/action yang bersifat situasional. Hal ini dilakukan agar
tetap menjaga adanya interaksi dan komunikasi antara siswa dengan
peneliti sebagai guru, siswa dengan siswa, serta siswa dengan lingkungan
sosial.
3. Observation (observasi/pengamatan)
Pengamatan merupakan proses mencermati jalannya pelaksanaan
tindakan. Hal-hal yang diamati merupakan hal-hal yang telah disebutkan
dalam proses pelaksanaan/tindakan. Pengamatan yang peneliti lakukan
memiliki fungsi dalam mendokumentasikan proses tindakan, efek baik dari
42
Imma Fretisari, 2012 Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tindakan yang dituju maupun yang di luar tujuan. Peneliti selalu
melakukan tahapan observasi ini pada setiap pertemuan.
Dalam hal ini, ada dua yang melakukan pengamatan, antara lain:
(a) Pengamatan yang dilakukan oleh orang lain, yaitu oleh guru mata
pelajaran sebagai pendamping peneliti dan siswa; serta (b) Pengamatan
yang dilakukan oleh peneliti sebagai guru dalam pelaksanaan tindakan.
Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai participant observer,
dimana dalam proses observasi/pengamatan, peneliti bertindak sebagai
guru mata pelajaran dalam mengaplikasikan konsep pembelajaran serta
terlibat langsung dalam kegiatan objek yang diamati.
4. Reflection (melakukan refleksi)
Refleksi dilakukan atas efek sebagai dasar dari perencanaan
selanjutnya. Refleksi berhubungan dengan masa lalu karena refleksi
mengingat kembali tindakan yang tercatat dalam pengamatan. Dalam hal
ini kegiatan refleksi yang peneliti lakukan merupakan sebuah rekomendasi
untuk menuju tahapan siklus selanjutnya.
Berdasarkan data-data hasil observasi awal terhadap masalah dan
fenomena yang ditemukan, maka peneliti memilih langkah-langkah ini untuk
dijadikan dasar dalam proses pelaksanaan penelitian tindakan yang peneliti
lakukan. Langkah-langkah tersebut terdiri dari satu siklus dengan empat kali
pertemuan, yang mana setiap pertemuan di dalamnya terdapat tahapan-tahapan
43
Imma Fretisari, 2012 Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tersebut. Jika divisualkan dalam bentuk grafik, maka siklus tersebut akan
tergambar sebagai berikut.
[Type text]
Gambar 4
Siklus tindakan penelitian dalam peningkatan apresiasi pada pembalajaran
Tari Nimang Padi
(konsep oleh Imma, 2012)
Observasi Awal
(penelitian awal)
Pertemuan I
(kegiatan Eksplorasi)
- Perencanaan - Pelaksanaan
- Pengamatan - Refleksi
Pertemuan II dan III
(kegiatan apresiasi)
- Perencanaan - Pelaksanaan
- Pengamatan - Refleksi
Pertemuan IV
(kegiatan kreasi)
- Perencanaan - Pelaksanaan
- Pengamatan - Refleksi
Kesimpulan
[Type text]
Berikut ini merupakan bagan dari penggambaran proses penerapan
bahan ajar Tari Nimang Padi.
Gambar 5
Bagan tahapan proses pembelajaran Tari Nimang Padi
(Konsep Imma, 2012)
KEGIATAN EKSPLORASI
• Pemahaman unsur-unsur tari
• Eksplorasi unsur tari berdasarkan pemahaman awal
KEGIATAN APRESIASI
• Apresiasi Audio Visual
• Pemahaman deskripsi materi
• Apresiasi langsung melalui observasi lapangan
KEGIATAN KREASI
• Penggabungan pemahaman kompetensi apresiasi dan kreasi
• Aplikasi pembelajaran dengan berkreasi dan berekspresi berdasarkan pemahaman konsep
46
Imma Fretisari, 2012 Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
C. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN
1. Propinsi Kalimantan Barat
a. Keberadaan Multietnis di Kalimantan Barat
Gambar 6
Peta Propinsi Kalimantan Barat
(Dokumen di http://saripedia.wordpress.com/2010/11/19/peta-33-
provinsi-indonesia-terbaru-22/)
Secara etnografi, penduduk Kalimantan Barat terdiri dari
berbagai komunitas yang beragam yaitu etnis Dayak, Melayu Sambas,
Keturunan Tionghoa (Cina), Melayu Pontianak, Jawa, Madura, Bugis,
Sunda, dan lainnya. Penduduk Kalimantan Barat memiliki berbagai
komunitas masyarakat ini biasa disebut dengan multietnis. Jika
komunitas tersebut di klasifikasi menjadi kelompok etnis besar maka
penduduk Kalimantan Barat terdiri atas tiga etnis besar yang
mendiami propinsi tersebut, yaitu etnis Dayak, Melayu, dan Tionghoa
47
Imma Fretisari, 2012 Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(Cina). Masing-masing etnis tersebut memiliki ciri khas budaya yang
berbeda dan unik serta memperkaya budaya tradisi di Kalimanatan
Barat.
Begitu juga dengan seni-seni budaya yang menjadi tradisi dari
masyarakatnya, seperti pada masyarakat dayak khususnya masyarakat
Dayak Kanayatn memiliki upacara adat tahunan yaitu Upacara Naek
Dango, sedangkan pada masyarakat melayu khususnya masyarakat
Melayu Kabupaten Mempawah selalu melaksanakan pesta Robo-Robo
yang dilakukan setahun sekali pula. Begitu halnya dengan masyarakat
etnis Cina yang selalu merayakan pesta tahun barunya yaitu Imlek dan
Cap Gome yang mana di dalamnya terdapat seni tradisi yang kita
kenal yaitu Barongsai dan pertunjukan para Tatung serta lampion
naga.
Pada dasarnya seni tradisi dari etnis-etnis tersebut merupakan
seni ritual. Langer dalam Taum (2009: 4) memperlihatkan bahwa
ritual merupakan ungkapan yang lebih bersifat logis daripada hanya
bersifat psikologis. Ritual memperlihatkan tatanan atas simbol-simbol
yang diobjekkan. Faktor utama dalam tari upacara bukan semata
keindahan, melainkan mencari kekuatan yang dapat mempengaruhi
atau mengatur alam sekitarnya sesuai dengan yang dikehendaki. Salah
satu etnis yang masih mempertahankan keaslian ritualnya sampai saat
ini yaitu masyarakat dayak khususnya masyarakat Dayak Kanayatn
dengan Pesta Adat tahunannya yaitu Upacara Naek Dango. Mulai dari
48
Imma Fretisari, 2012 Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
syarat-syarat persiapan, pelaksanaan, dan penutupan upacara tersebut
masih terkait dengan hukum adat ritual kepercayaan, yang harus
mereka taati.
Gambar 7
Tari Tiga Etnis pada Pembukaan Pekan Gawai Dayak 2012
Kabupaten Sambas
(dokumen di http://sambas-borneo.blogspot.com/2012/05/jc-oevaang-
oeray-dari-kapuas-hulu.html)
Dari ketiga etnis yang terdapat di Kalimantan Barat tersebut,
etnis dayak memiliki populasi yang terbesar dibanding yang lain,
karena mereka hidup secara menyebar di pedalaman wilayah
Kalimantan Barat. Etnis Melayu lebih banyak berada di pesisir
Kalimantan Barat, sedangkan etnis Tionghoa dan yang lainnya berada
di kota Pontianak dan sekitarnya termasuk kota Singkawang yang
menjadi pusat komunitas masyarakat Tionghoa (Cina). Komunitas
49
Imma Fretisari, 2012 Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dayak merupakan suku asli kalimantan yang sebagian besar bermata
pencaharian bertani dan berladang, khususnya pada masyarakat
pedalaman. Dahulu masyarakat Dayak ini merupakan masyarakat
yang nomaden. Mereka selalu berpindah tempat untuk terus
memenuhi kebutuhan hidup mereka, sampai akhirnya mereka menetap
di suatu tempat. Hal inilah yang menyebabkan kehidupan komunitas
mereka menyebar termasuk di Propinsi Kalimantan Barat.
Walaupun pada masa sekarang masyarakat Dayak tidak lagi
hidup secara nomaden khususnya bagi masyarakat Dayak Kanayatn,
sebagian besar mereka masih bermata pencaharian sebagai petani dan
berladang. Mereka percaya akan kekuatan alam sebagai pendamping
hidup mereka yang diberikan oleh Jubata untuk memenuhi kehidupan
mereka. Sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil alam yang mereka
peroleh, secara tradisi setiap tahunnya selalu diadakan upacara adat
besar yang disebut dengan Upacara Adat Naek Dango.
b. Upacara Adat Naek Dango
Berdasarkan hasil penelitian Fretisari (2009), dijelaskan bahwa
upacara tradisional merupakan kearifan lokal melalui kegiatan sosial
yang padat dengan nilai-nilai dan norma-norma kehidupan masyarakat
pendukungnya. Hal itu dikarenakan upacara tradisonal berkaitan
dengan sistem kepercayaan atau religi yang pada umumnya dilakukan
untuk menghormati, mensyukuri karunia Tuhan Yang Maha Kuasa
50
Imma Fretisari, 2012 Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
serta berusaha menjaga keseimbangan semesta dan isinya termasuk
makhluk halus dan leluhurnya.
Salah satu seni budaya Nusantara yang memiliki fungsi ritual
yaitu Upacara Naek Dango oleh masyarakat Dayak Kanayatn di
Propinsi Kalimantan Barat. Upacara Naek Dango adalah kegiatan
upacara yang dilakukan untuk mensyukuri hasil panen yang diperoleh.
Upacara ini merupakan upacara puncak perladangan tradisional yang
hingga kini masih dilakukan oleh masyarakat Dayak Kanayatn secara
turun temurun.
Pada hakekatnya kegiatan ini bersifat ritual, karena dalam
pelaksanaannya secara keseluruhan mengungkapkan keyakinan akan
adanya kebesaran Tuhan Yang Maha Kuasa (Jubata), yang dapat
menurunkan berkat serta rahmat, dan dapat pula diyakini menurunkan
kutukan serta bencana yang secara harfiah berkaitan dengan
kelangsungan hidup mereka sebagai peladang. Selain itu, upacara ini
juga untuk menghormati arwah para nenek moyang yang telah
meninggal sebagai ungkapan balas budi dari anak cucu terhadap
leluhur yang telah berjasa memberikan tempat tinggal dan mata
pencaharian bagi mereka.
51
Imma Fretisari, 2012 Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 8
Penyajian Tari Nmang Padi pada Upacara Adat Naek Dango ke-27
(foto Imma, 2012)
Berdasarkan hasil kesepakatan yang dilakukan oleh
Masyarakat Adat Dayak Kanayatn yang diwakili oleh para dewan,
Nomor: XV/Kep/Musdat.DK.Kab.Ptk/85 serta disesuaikan dengan
kalender wisata Propinsi Kalimantan Barat maka diputuskanlah
tentang pelaksanaan Upacara Naek Dango yang dirayakan setiap
tahunnya tepat pada tanggal 27 April (Ajisman, 1999: 43). Menurut
masyarakatnya penetapan tanggal ini sudah sesuai, hal ini dikarenakan
bertepatan dengan selesainya panen padi pada masyarakat Dayak
Kanayatn itu sendiri. Ketentuan tanggal dan bulan tersebut ditetapkan
oleh Dewan Adat. Pada saat ini, Naek Dango diikuti oleh peserta dari
kecamatan-kecamatan (pangonyokng) yang terdapat di tiga kabupaten
52
Imma Fretisari, 2012 Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yaitu kabupaten Pontianak, Kabupaten Kuburaya, dan Kabupaten
Landak.
Pelaksanaan Upacara Adat Naek Dango dilaksanakan langsung
oleh kecamatan yang terpilih menjadi tuan rumah, dan diawasi
langsung oleh kabupaten di bawah perlindungan Propinsi Kalimantan
Barat. Pesertanya pun tidak sebatas hanya pihak keluarga dan
tetangganya saja, melainkan diikuti oleh beberapa kecamatan di tiga
kabupaten tersebut. Dimana dari masing-masing perwakilan
kecamatan wajib membawa plantar dari hasil-hasil panen pertanian
dan perkebunan mereka. Selain itu setiap kecamatan juga wajib
mengikuti seluruh kegiatan Upacara Naek Dango ini, mulai dari
pembukaan, acara inti, acara hiburan, sampai pada penutupan. Untuk
mengadakan upacara tersebut diperlukan biaya yang tidak sedikit.
Jadi, bisa dibilang Upacara Naek Dango ini termasuk salah satu
upacara ritual yang mahal.
Naek Dango merupakan salah satu bentuk aktualisasi budaya
adat Suku Dayak Kalimantan Barat. Budaya dan nilai-nilai spritual
yang diyakini memiliki misi membangun kebersamaan di tengah
masyarakat serta sebagai perwujudan rasa terima kasih atas
perlindungan dan berkah dari Yang Maha Kuasa. Kegiatan ini sangat
penting dan strategis dalam konteks pembangunan dan pengembangan
nilai-nilai budaya bangsa. Hal ini sejalan dengan kebijakan dalam
Program Pembangunan Nasional yang menggariskan arah kebijakan
53
Imma Fretisari, 2012 Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pembangunan kebudayaan, kesenian dan pariwisata meliputi
pengembangan dan pembinaan kebudayaan nasional, perumusan nilai-
nilai budaya Indonesia yang antara lain berupa pelestarian serta
apresiasi nilai kesenian dan kebudayaan tradisional sebagai wahana
pengembangan pariwisata dan ekonomi rakyat berdasarkan
pemberdayaan masyarakat.
Dalam proses pelaksanaan Upacara Naek Dango tersebut, tari
memiliki peran penting. Mulai dari pembukaan dan kegiatan inti
upacara selalu disertai dengan gerak-gerak tari, bahkan sampai pada
acara hiburan pun tari-tarian selalu menjadi bagian dalam kegiatan
tersebut. Maka sudah pasti dalam prosesi upacara adat tersebut selalu
disertai dengan berbagai iringan musik khas Dayak yang disertai
dengan gerakan-gerakan tari yang masing-masing memiliki arti
makna, simbol serta fungsi tertentu.
Salah satu tarian yang wajib dilaksanakan dalam proses
Upacara Naek Dango adalah Tari Nimang Padi. Tarian ini termasuk
bagian yang penting dalam upacara tersebut, karena inti dari
pelaksanaan Upacara Naek Dango teletak pada Tari Nimang Padi itu
sendiri, yaitu pengungkapan rasa syukur kepada Jubata dengan
disimbolkan persembahan padi yang tergambar dalam tarian tersebut.
Kesan ritus yang ada di dalamnya pun sangat kental. Hukum adat
yang mengatur hal ini pun sangat kuat, ini terlihat dari seberapa
pentingnya pelaksanaan Tari Nimang Padi pada Upacara Naek Dango.
54
Imma Fretisari, 2012 Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tari ini terdapat di dalam Upacara Naek Dango sekaligus
merupakan inti ritual dari upacara tersebut. Secara tradisi, upacara ini
dipercaya sebagai pengungkapan keyakinan atas kebesaran Tuhan
Yang Maha Kuasa yang disebut Jubata oleh masyarakat Dayak
Kanayatn. Jubata dipercaya dapat menurunkan berkat serta rahmat,
dan dapat pula diyakini menurunkan kutukan serta bencana yang
secara harfiah berkaitan dengan kelangsungan hidup mereka sebagai
peladang.
Sesuai dengan motto sebagai filosofi masyarakat Dayak
Kanayatn sendiri yaitu “Adil Ka Talino, Ba Curamin Ka Saruga, Ba
Semgat Ka Jubata”, yang artinya yaitu “Adil Sesama (manusia),
Bercermin ke Surga, Nafas Kita Milik Tuhan. Filosofi tersebut
mengandung makna nilai yang begitu dalam. Nilai-nilai yang
terkandung dalam filosofi tersebut diwujudkan dalam setiap kegiatan
yang dilakukan oleh masyarakatnya antara lain sikap toleransi dan
menghargai, saling kerjasama, selalu berbuat baik, serta beribadah.
Manusia sebagai masyarakatnya dituntut untuk selalu berbuat baik
dalam setiap aktivitas yang mereka lakukan, yaitu dengan cara berbuat
adil sesama baik itu sesama manusia sebagai masyarakat serta alam
sekitar untuk penunjang kelangsungan hidup mereka agar nantinya
tujuan akhir hidup mereka adalah kekal abadi di surga.
55
Imma Fretisari, 2012 Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Disamping itu mereka juga selalu diingatkan bahwa ada kuasa
Jubata yang selalu mengawasi mereka dalam setiap tindakan serta
dapat memberikan imbalan dari apa yang mereka lakukan. Jika
masyarakat berbuat baik, maka imbalan yang mereka terima akan baik
pula, begitu sebaliknya jika mereka berbuat buruk atau merusak, maka
imbalan yang mereka terima juga akan sama buruknya. Untuk itu
sebagai rasa syukur dan penghormatan terhadap Jubata yang mereka
percaya sebagai penguasa alam semesta termasuk isinya, maka
masyarakat selalu mengadakan upacara-upacara ritual setiap tahunnya
termasuk upacara Naek Dango.
Gambar 9
Ritual penyambutan Gubernur Kalimantan Barat oleh Masyarakat
Dayak Kanayatn pada Upacara Naek Dango ke-27
(Foto Imma, 2012)
56
Imma Fretisari, 2012 Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Nilai-nilai dalam filosofi tersebut juga tergambar dalam
kegiatan Upacara Adat Naek Dango khususnya pada Tari Nimang
Padi. Setiap gerak tari yang mereka lakukan menggambarkan adanya
keselarasan hidup dalam masyarakat yang disesuaikan dengan fungsi
dan peran masing-masing, selain itu juga sebagai ungkapan balas budi
dari anak cucu terhadap leluhur yang telah berjasa memberikan tempat
tinggal dan mata pencaharian bagi mereka serta penghormatan
terhadap arwah para nenek moyang yang telah meninggal.
Dari berbagai nilai-nilai budaya yang terkandung dalam Tari
Nimang Padi ini, terdapat beberapa nilai yang dapat dijadikan dasar
dalam pembentukan identitas dan karakter siswa melalui pendidikan
seni, yaitu sebagai berikut.
1) “Adil Katalino” yaitu adil sesama manusia, maksudnya
sebagai sesama umat manusia harus selalu berlaku adil dan
bijaksana. Sikap saling menghormati dan menghargai sangat
dibutuhkan bagi seseorang dalam bersikap. Tidak hanya
kepada sesama manusia saja, kepada alam sekitar pun sebagai
manusia ciptaan Tuhan harus bisa menghargai dengan cara
memelihara dan tidak berbuat pengrusakan ekosistem
didalamnya.
2) “Ba Curamin Ka Saruga” yaitu bercermin ke surga,
maksudnya sebagai umat manusia ciptaan Tuhan haruslah
selalu berbuat baik antar sesama. Jangan pernah melakukan
57
Imma Fretisari, 2012 Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
perbuatan yang tidak baik karena itu dianggap sebagai
kesalahan. Kalimat “Ba Curamin Ka Saruga” sebagai
pengingat bagi manusia untuk menjaga dan berhati-hati
dalam bersikap. Mereka percaya bahwa apa yang mereka
lakukan di dunia akan diberikan imbalan yang setimpal
dengan apa yang telah mereka lakukan.
3) “Ba Semgat Ka Jubata” yang artinya nafas kita milik Tuhan,
ini dimaksudkan bahwa kita sebagai umat manusia ini harus
selalu ingat akan adanya sang pencipta yang mengatur
semuanya dengan sempurna.
Nilai-nilai yang terkandung dalam filosofi tersebut
mengandung makna yang sangat bermanfaat dalam kehidupan
manusia, serta dapat juga sebagai dasar dalam pembentukan karakter
diri manusia itu sendiri khususnya siswa sebagai objek penerapan
materi ini. Selain nilai-nilai budayanya, dari upacara tersebut juga
terdapat rangkaian kegiatan yang dapat digunakan sebagai salah satu
cara untuk internalisasi (pembiasaan, meningkatkan afeksi) nilai.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti memilih Tari Nimang
Padi untuk dijadikan materi dalam penerapan nilai-nilai seni budaya
tradisi. Hal ini dikarenakan peneliti merasa bahwa nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya dirasakan sudah cukup untuk mewakili seni
tradisi setempat yang lainnya. Untuk itu Tari Nimang Padi dalam
58
Imma Fretisari, 2012 Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Upacara Adat Naek Dango berpotensi untuk dijadikan bahan ajar di
sekolah khususnya pada materi tari daerah setempat.
Disamping itu, seni tersebut sangat mendukung dalam proses
tahapan aplikasi penerapan nilai-nilai seni budaya tradisi. Hal ini
dikarenakan pada semester ini bertepatan dengan pelaksanaan
perayaan tahunan masyarakat Dayak Kanayatn yaitu Upacara Adat
Naek Dango yang mana Tari Nimang Padi ini merupakan salah satu
bagian terpenting dalam upacara tersebut. Siswa tidak hanya dapat
mengapresiasi tari tersebut melalui media audio visual saja, melainkan
siswa dapat berpartisipasi langsung dan merasakan bagaimana
kegiatan seni tersebut berlangsung. Kegiatan ini disebut dengan
apresiasi aktif. Tentu saja proses penyerapan nilai-nilai budaya tradisi
secara pengamatan langsung akan lebih bermakna dibandingkan
hanya sekedar melihatnya melalui media audio visual.
Pengalaman yang dirasakan oleh siswa saat mengapresiasi seni
budaya tradisi secara live (langsung) menjadi suatu pembelajaran yang
akan terus melekat dalam ingatan siswa tersebut. Dalam hal ini
strategi dalam mengarahkan serta membimbing siswa dalam proses
analisis hasil pengamatan serta penyerapannya disusun dengan arah
yang jelas agar tidak salah alur. Salah satu dampaknya akan terlihat
dari perubahan sikap dan karakter siswa yang akan terekspresi dalam
bentuk hasil kreasi.
59
Imma Fretisari, 2012 Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pontianak
a. Lokasi SMP Negeri 2 Pontianak Lingkungan Budaya
Penerapan nilai-nilai seni budaya tradisi melalui bahan ajar
Tari Nimang Padi diaplikasikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri
2 Pontianak. Sekolah tersebut beralamat di Jalan Selayar Kelurahan
Akcaya Kecamatan Pontianak Selatan Kota Baru Pontianak Propinsi
Kalimantan Barat. Menurut kepala sekolah yang menjabat saat ini
yaitu Bapak Dede Rukadi, S.Pd., SMP Negeri 2 Pontianak didirikan
pada tahun 1958 (wawancara tanggal 5 April 2012). Bapak Dede
mengatakan, semenjak awal berdirinya hingga sekarang, sarana dan
prasarana yang ada di sekolah ini khususunya untuk bidang seni baru
berupa alat-alat musik seperti alat band lengkap, keyboard, 10 pianika,
dan 3 tar. Hal ini secara tidak langsung menuntut guru bidang studi
Seni Budaya khususnya untuk seni tari serta pengajar ekstrakurikuler
seni untuk bisa lebih kreatif dalam memberikan materi ajar.
Pada tahun 2005, berdasarkan SKEPMEN DIKNAS No.
818.a/C3/Kep/2007 SMP ini telah terakreditasi A serta berpredikat
sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN) yang mulai berlaku pada Juli
2007. SMP Negeri 2 Pontianak ini termasuk sekolah favorit ketiga
setara dengan SMP Negeri 10 Pontianak, walaupun lokasinya
berdekatan dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi. Dua
sekolah di atasnya dianggap lebih unggul dari segi sistem manajemen
dan prestasi serta nilai akreditasi, seperti SMP Negeri 3 Pontianak
60
Imma Fretisari, 2012 Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang saat ini sudah terakreditasi A serta berpredikat sebagai Sekolah
Standar Internasional (SSI). Sekolah lainnya yaitu SMP Negeri 1
Pontianak yang saat ini sedang dalam pantauan dan binaan Walikota
Pontianak.
Prestasi yang pernah diraih SMP Negeri 2 Pontianak ini juga
tak kalah saingnya dengan SMP yang lainnya. Sayangnya potensi
yang mereka miliki belum semuanya tergali dan terolah dengan baik.
Dalam hal ini faktor kesempatan/peluang yang menjadi dominan
keterbatasan bergerak bagi SMP Negeri 2 ini.
Beberapa guru bidang studi Seni Budaya yang mengajar di
SMP Negeri 2 ini memiliki latar belakang pendidikan yang tidak
sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkannya. Seperti halnya kelas
yang akan digunakan dalam penelitian ini dipegang oleh guru yang
berlatar belakang pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan
bukan dari pendidikan seni. Hal ini dikarenakan di sekolah tersebut
tidak memiliki guru yang berlatar belakang pendidikan seni. Guru seni
yang bertugas mengajar seni budaya tersebut dipilih berdasarkan skill
(keterampilan) serta minatnya dalam bidang seni, selain itu ia juga
sebagai pembina dalam kegiatan ekstrakurikuler tari. Kebijakan
kepala sekolah yang memberikan kebebasan guru untuk kreatif dalam
mengelola mata pelajaran tersebut menjadi satu keuntungan oleh guru
dalam mengembangkan materi di kelas.
61
Imma Fretisari, 2012 Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Melihat fenomena tersebut, tentu saja dalam proses
pembelajaran seperti metode dan strategi serta pengolahan bahan ajar
dan kelas dalam menyampaikan materi belajar akan sangat berbeda
dengan guru yang memiliki latar belakang sesuai dengan bidangnya.
Keterbatasan guru tersebut mengakibatkan tingkat penyerapan materi
oleh siswa untuk memahaminya juga terbatas, sehingga aplikasi
pembelajaran tersebut hanya sebatas siswa dapat mengetahui dari
materi yang dipelajari. Bahkan tidak jarang para siswa hanya dapat
sampai pada tingkat pemahaman terhadap konten materi yang
diajarkan.
Untuk itu selayaknya seorang guru bidang studi harus
mengajar mata pelajaran yang sesuai dengan latar belakang
pendidikannya. Khususnya pada mata pelajaran seni budaya
dianjurkan untuk dipegang oleh guru seni pula. Bukan hanya sekedar
skill (keterampilan serta minat saja yang diperlukan tetapi knowledge
(pengetahuan) terhadap bidangnya tersebut yang menjadi modal dasar
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
b. Manajemen Sekolah
Manajemen sekolah di SMP Negeri 2 Pontianak memiliki
struktur organisasi yang sama dengan sekolah menengah pertama
lainnya. Adanya Kepala Sekolah oleh Dede Rukadi ,S.Pd., para wakil
kepala sekolah, guru-guru kelas dan bidang studi, staf administrasi,
62
Imma Fretisari, 2012 Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
serta yang terpenting adanya komunikasi yang sangat erat dengan
komite sekolah. Komite sekolah yang terdiri dari lingkungan luar
sekolah dalam hal ini adalah masyarakat sekitar, dan orang tua siswa
serta para stakeholder lainnya.
Pada dasarnya Bapak Dede Rukadi selaku Kepala Sekolah di
SMP Negeri 2 Pontianak ini sangat mendukung bahkan merespon
secara aktif dalam setiap aktivitas seni di lingkungan sekolah.
Dukungan yang diberikan sekolah tersebut seperti media
pembelajaran berupa tape, VCD, CD, serta ruang multi media yang
multifungsi. Ruang multi media inilah yang biasanya digunakan
dalam segala aktivitas seni khususnya seni tari sebagai tempat
apresiasi dan berlatih termasuk eksplorasi. Bukan hanya itu saja,
lapangan sekolah yang luas juga merupakan salah satu tempat untuk
siswa berlatih. Pada kegiatan belajar mengajar mata pelajaran seni
budaya yang tidak memerlukan tempat yang luas, biasanya guru
cukup dengan hanya menggunakan ruang kelas siswa saja.
c. Kurikulum
Kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran seni budaya
adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam
pelaksanaannya guru seni budaya mengacu pada kurikulum tersebut.
Hanya saja materi ajar yang diberikan masih terpaku pada buku
panduan atau buku pegangan guru dan belum disesuaikan dengan seni
63
Imma Fretisari, 2012 Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tradisi yang terdapat di daerahnya. Secara keseluruhan materi yang
diajarkan di kelas VII, kelas VIII, dan kelas IX khususnya seni tari
hanya sebatas pengetahuan tentang tari-tarian yang sesuai dengan
tingkatan kelasnya. Tentu saja materi tersebut sesuai dengan isi dari
buku panduan atau buku pegangan guru.
Materi tari daerah setempat yang diberikan di kelas VII, secara
garis besar dirasakan belum memenuhi semua rambu-rambu yang
tercantum dalam SK dan KD dari KTSP. Pemberian materi hanya
sebatas pengetahuan yang bersumber dari buku, sedangkan untuk
materi prakteknya tidak semua siswa mendapatkannya. Materi
tersebut hanya didapat oleh siswa yang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler. Materi tersebut hanya pemberian tarian tradisi yang
sudah ada dan tarian hasil kreasi guru. Dalam hal ini pengolahan
terhadap pergerakan siswa untuk berkreasi seperti terbatasi. Akibatnya
siswa hanya mengetahui apa yang diberikan oleh guru dalam
pembelajaran, sedangkan tingkat pemahaman kemungkinan tidak
semua siswa dapat memahaminya, apalagi sampai pada tingkat
kreativitas. Berarti permasalahan di sekolah ini tidak hanya pada
materi namun juga penerapan materi untuk mencapai Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) secara maksimal.
64
Imma Fretisari, 2012 Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
d. Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas
VII SMP Negeri 2 Pontianak. Pemilihan siswa kelas VII disesuaikan
dengan pengembangan kurikulum yang digunakan oleh guru bidang
studi yang disertai dengan kebijakan Kepala Sekolah, bahwa
pembelajaran dalam kelas VII terdapat materi Tari Daerah Setempat.
Hal ini yang menjadi acuan peneliti untuk melakukan penelitian pada
siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Pontianak.
D. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data adalah intsrumen
yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan respon balik sebagai
data masukan. Pertanyaan tersebut diarahkan untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, apresiasi siswa terhadap materi,
serta ekspresi siswa dalam berkreasi terhadap materi. Instrumen-instrumen
tersebut berupa kuesioner, pedoman wawancara untuk siswa, guru dan kepala
sekolah, serta dilengkapi dengan pedoman observasi.
65
Imma Fretisari, 2012 Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Penelitian ini menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data,
antara lain:
1. Observasi
Observasi (observation) atau pengamatan merupakan satu teknik
atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2010: 220).
Observasi dilakukan bukan hanya pada tahap awal penelitian, tetapi
kegiatan observasi pada penelitian ini dilakukan selama proses penelitian
ini berlangsung. Kegiatan observasi dilakukan langsung pada siswa kelas
VII SMP Negeri 2 Pontianak serta proses pembelajarannya, baik itu dari
aktivitas, antusias dan minat (ketertarikan mereka) serta tingkat
pemahaman mereka. Selain itu observasi juga dilakukan saat siswa
berapresiasi, baik dalam kelas maupun pembelajaran di luar kelas, serta
pada proses berkreasi.
Proses observasi atau pengamatan ini merupakan hal yang penting
dalam penelitian ini, karena proses obervasi juga digunakan dalam tahapan
evaluasi. Data-data hasil observasi ini juga dijadikan sumber data penting
untuk melihat dan mengukur perkembangan tingkat pemahaman dalam
pembelajaran dan capaian penerapan nilai-nilai seni budaya tradisi.
66
Imma Fretisari, 2012 Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih
mendalam langsung dari respondennya yang terkait dengan penelitian.
Dalam hal ini wawancara dilakukan kepada pihak-pihak terkait seperti
kepada sekolah untuk mendapatkan data mengenai sarana dan prasarana
yang dapat menghambat dan mendukung dalam proses pembelajaran serta
kebijakan dari kepala sekolah terhadap proses pembelajaran yang sedang
dan akan berlangsung. Kepada guru mata pelajaran untuk mendapatkan
data tentang proses pembelajaran yang selama ini diadakan dan untuk
mengetahui kebermanfaatan dari model pembelajaran yang ditawarkan,
baik dari isi kelebihan maupun kekurangan dilihat dari sudut pandang
guru. Selain itu peneliti juga dapat memperoleh data dari hasil wawancara
dengan beberapa siswa sebagai sampel untuk mengetahui ketertarikan dan
pemahaman mereka terhadap materi pembelajaran Tari Nimang Padi.
Kegiatan wawancara dapat dilakukan secara tatap muka (direkam), email,
sms, chating/facebook, maupun telepon.
3. Studi Dokumentasi
Peneliti menggunakan dokumentasi foto-foto yang dideskripsikan
serta video yang dianalisis dalam proses pengumpulan data, disamping
data-data dari beberapa dokumen seperti buku dan perangkat rancangan
pembelajaran sebagai penunjang kelengkapan informasi tentang hal-hal
yang terkait dalam penelitian ini.
67
Imma Fretisari, 2012 Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang sangat
populer dalam penelitian deskriptif, yang mana teknik-teknik deskriptif
lazimnya dipakai untuk mengukur eksistensi dan distribusi berbagai
tingkah laku atau karakteristik, yang terjadi secara alami, dan yang terakhir
adalah untuk mengukur hubungan serta besarnya hubungan-hubungan
yang mungkin ada antara karakteristik, tingkah laku, kejadian, atau
fenomena yang menjadi perhatian peneliti (Alwasilah, 2009: 151).
Kuesioner diberikan kepada siswa untuk mengetahui tingkat pemahaman,
kreasi dan apresiasi, serta keefektifan pembelajaran.
F. TEKNIK ANALISIS DATA
Data yang diperoleh dari kuesioner akan dianalisis dengan teknik
prosentase, sedangkan data yang diperoleh dari observasi dan wawancara akan
dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Setelah
memperoleh data dari berbagai sumber, maka peneliti akan menganalisis data
tersebut dengan mengacu pada pertanyaan penelitian. Selain itu melakukan
triangulasi data dari hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi yang
nantinya data tersebut akan diberikan pengkodean dan diklasifikasikan sesuai
dengan kategorinya. Kemudian diinterpretasi untuk mendapatkan data
kualitatif. Seperti yang dijelaskan oleh Patton (Sugiyono, 2011: 330), bahwa
melalui triangulasi “can build on the strengths of each type of data collection
while minimizing the weakness in any single approach”. Dijelaskan bahwa
68
Imma Fretisari, 2012 Pembelajaran Tari Nimang Padi Untuk Meningkatkan Apresiasi Terhadap Nilai - Nilai Seni Budaya Lokal Di SMPN 2 Pontianak Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dengan triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan
dengan satu pendekatan.