bab iii metodologi a. desain penelitianrepository.upi.edu/26426/6/s_bio_1205808_chapter 3.pdf ·...
TRANSCRIPT
29
Siti Endah Nurul Zanah, 2016 Pemahaman dan Penalaran Siswa dalam Pengambilan Keputusan Mengenai Penggunaan Deterjen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif karena bertujuan untuk
menggambarkan suatu keadaan dalam kondisi alaminya secara menyeluruh
dan seksama. Dalam penelitian ini peneliti mengukur, menganalisis serta
mendeskripsikan aspek pemahaman, penalaran dan pengambilan keputusan
siswa yang diidentifikasi berdasarkan hasil tes tertulis berupa soal uraian
terbuka yang terdiri dari tiga sub jawaban meliputi jawaban, alasan dan bukti.
Pada penelitian ini kegiatan belajar mengajar (perangkat, media, perencanaan
pembelajaran) seluruhnya diserahkan kepada guru mata pelajaran Biologi di
sekolah yang menjadi lokasi penelitian. Secara garis besar skema atau bagan
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Skema Penelitian
Penelurusan
pemahaman,
penalaran dan
pengambilan
keputusan awal
Pembelajaran
dengan diskusi kelas
dan praktikum untuk
menggali penalaran
siswa
Penelurusan
pemahaman,
penalaran dan
pengambilan
keputusan akhir
Analisis data
STUDI
PENDAHULUAN
PEMBUATAN
INSTRUMEN
STUDI
PUSTAKA
Mengenai:
-Pemahaman
Penalaran
-Pengambilan
Keputusan
-Materi
pencemaran
lingkungan.
Mencari guru
yang dapat
berpartisipasi
dalam
penelitian.
Melakukan
pelatihan
bagaimana cara
menggali
penalaran
dengan guru
yang bersedia
ikut dalam
penelitian
bersama
dengan dosen
ahli.
Pembuatan
Instrumen
Judgement
dengan dosen
ahli
Revisi
instrumen
PEMBELAJARAN PELATIHAN
GURU
30
Siti Endah Nurul Zanah, 2016 Pemahaman dan Penalaran Siswa dalam Pengambilan Keputusan Mengenai Penggunaan Deterjen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Lokasi dan Partisipan Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Negeri Jatinangor. Subjek penelitian
adalah siswa kelas X dan subjek penelitian merupakan siswa-siswi
semester genap yang sedang mempelajari materi pencemaran lingkungan.
2. Populasi dan sampel
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling, dengan dipilih satu kelas sebagai sampel dari
beberapa kelas yang termasuk populasi. Kelas yang dipilih untuk
penelitian adalah kelas yang direkomendasikan oleh sekolah karena
beberapa pertimbangan seperti kelas tersebut memiliki jumlah siswa ideal
yang tidak terlalu banyak dan materi yang akan dibahas belum diajar
diajarkan dikelas tersebut. Jumlah sampel pada kelas yang dipilih adalah
31 siswa.
C. Definisi Operasional
1. Pemahaman mengenai penggunaan deterjen yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kebenaran konsep yang disajikan siswa melalui
argumen pada jawabannya dan kemampuan siswa dalam memunculkan
konsep-konsep yang terkait dengan penggunaan deterjen dan
pencemaran lingkungan. Pemahaman siswa diukur melalui soal uraian
terbuka.
2. Penalaran mengenai penggunaan deterjen yang dimaksud pada
penelitian ini adalah proses berpikir siswa yang dituangkan dalam
sebuah argumen dan argumennya mengandung komponen-komponen
yang lengkap, selain itu argumennya berdasarkan pada alasan yang
logis sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya yang diukur melalui
tes uraian terbuka dan wawancara.
3. Pengambilan keputusan mengenai penggunaan deterjen yang dimaksud
pada penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam mengambil
keputusan, apakah ia akan tetap menggunakan deterjen atau tidak serta
alasan atau dasar pertimbangan dari keputusan yang ia ambil.
31
Siti Endah Nurul Zanah, 2016 Pemahaman dan Penalaran Siswa dalam Pengambilan Keputusan Mengenai Penggunaan Deterjen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengambilan keputusan dan dasar pertimbangan siswa diukur melalui
soal pada tes uraian terbuka.
D. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua instrumen. Jenis instrumen penelitian dan
tujuan instrumen tercantum pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian dan Tujuan Instrumen
No. Jenis
Instrumen
Tujuan
Instrumen
Teknik
Pengumpulan
Data
Data yang
Terkumpulkan
1. Soal uraian
terbuka
Mendeskripsikan
pemahaman
siswa.
Tes tertulis Kebenaran
pemahaman dan
kemunculan
konsep siswa.
Mengelompokkan
tingkat penalaran
siswa berdasarkan
kelengkapan
komponen
argumen dan
kategori
koherensi
argumen siswa.
Tes tertulis Kelengkapan
komponen
argumen dan
koherensi antar
komponen
argumen siswa.
Menganalisis
dasar
pertimbangan
pengambilan
keputusan siswa.
Tes tertulis Dasar
pertimbangan
pengambilan
keputusan siswa
2. Wawancara Menggali alasan
serta bukti pada
jawaban siswa
yang belum
terungkap saat
mengajukan
claimnya pada tes
uraian terbuka.
Wawancara Pemahaman
dan
kemampuan
penalaran
siswa.
3. Lembar
Observasi
Melihat dan
mengidentifikasi
kegiatan
pembelajaran
yang dilakukan
oleh guru
Observasi Kegiatan
pembelajaran
32
Siti Endah Nurul Zanah, 2016 Pemahaman dan Penalaran Siswa dalam Pengambilan Keputusan Mengenai Penggunaan Deterjen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uraian dari setiap jenis instrumen yang digunakan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Tes tertulis (Terlampir pada Lampiran A. 2.)
Instrumen tes yang digunakan adalah pertanyaan uraian terbuka
dimana soal yang dimuat terdiri dari beberapa pertanyaan dan pernyataan
kasus mengenai pencemaran lingkungan dan penggunaan detergen. Tes
uraian terbuka ini terdiri dari 9 soal dengan jawaban bertingkat yang terdiri
dari jawaban, alasan dan bukti
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Uraian Terbuka
No. Topik Subtopik Jumlah
Item
No.
Item
a. Peranan
deterjen
1) Peranan deterjen dari
sudut pandang
keperluan manusia
1 2
2) Dasar pemilihan
deterjen
1 4
b. Pengolahan
limbah deterjen
1) Pengaruh limbah
deterjen jika tidak
diolah terlebih dahulu
terhadap lingkungan
1 1a
c. Dampak
penggunaan
deterjen.
1) Dampak limbah
deterjen terhadap suatu
perairan
1 3a
2) Dampak limbah
deterjen pada daerah
sekitar selain perairan
1 1b
d. Solusi
pengurangan
limbah
1) Solusi untuk
mengurangi
pencemaran limbah
deterjen
2 3b, 5
e. Pengambilan
keputusan dari
penggunaan
detergen
1) Dasar penggunaan
deterjen
1 6a
2) Pertimbangan untuk
menggunakan deterjen.
1 6b
Contoh soal:
Terdapat dua ibu rumah tangga yang saling bertetangga yaitu ibu Ani
dan ibu Femel. Hampir setiap hari kedua ibu rumah tangga tersebut
33
Siti Endah Nurul Zanah, 2016 Pemahaman dan Penalaran Siswa dalam Pengambilan Keputusan Mengenai Penggunaan Deterjen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mencuci pakaian dengan menggunakan deterjen. Kedua ibu rumah tangga
tersebut memiliki saluran pembuangan limbah yang sama, yang nantinya
akan bermuara pada sungai kecil dibelakang rumah mereka.
Ibu Ani dan Ibu Femel sepakat karena takut mencemari sungai kecil
dibelakang rumah mereka, mereka membuat lubang pada halaman
belakang mereka untuk membuang air limbah bekas deterjen tersebut
namun tanpa adanya pengolahan khusus. Menurut pendapatmu apakah
yang dilakukan ibu Ani dan Ibu Femel tersebut sudah tepat?
Jawaban:
………………………………………………………………………………
Alasan:
………………………………………………………………………………
Bukti/contoh:
………………………………………………………………………………
2. Pedoman wawancara siswa
Wawancara terhadap siswa ini berperan sebagai sumber data alternatif
untuk melihat dan menggali alasan serta bukti siswa yang belum terungkap
saat mengajukan claimnya dalam tes uraian terbuka. Pertanyaan
wawancara ini disusun berdasarkan berdasarkan pada jawaban siswa saat
menjawab tes uraian sehingga jenis dan jumlah dari pertanyaan yang
diajukan pun umumnya berbeda antara satu siswa dengan siswa lainnya.
Beberapa pertanyaan disusun dan diajukan kepada seluruh siswa yang
menjadi partisipan dalam penelitian. Contoh lembar wawancara siswa
disajikan pada Tabel 3.3 berikut ini.
Tabel 3.3 Contoh Lembar Wawancara Siswa
No. Contoh Pertanyaan
1. Penanya: “Kenapa limbah laundry perlu ditampung terlebih
dahulu? Memang jika tidak di tampung efeknya seperti apa?”
Partisipan: “Kalau di tampung dulu efeknya bisa berkurang
34
Siti Endah Nurul Zanah, 2016 Pemahaman dan Penalaran Siswa dalam Pengambilan Keputusan Mengenai Penggunaan Deterjen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No. Contoh Pertanyaan
jadi ya gitu seenggaknya tidak menimbulkan pencemaran
yang lebih parah”.
Penanya: “Memang pencemaran yang parah itu seperti apa?”.
Partisipan: “Nah misalkan yah bu, kita ngebuang deterjen ke
sungai gitu aja tanpa diendapkan terlebih pastikan bakal
ngebunuh organisme di air karena ikan yang ada disana juga
bakalan mati. Teruskan nelayan juga bakal rugi sendiri gitu
bu soalnya ikan-ikannya pada mati jadi aja penghasilan
mereka berkurang”
Penanya: “Jadi efeknya selain ke organisme perairan juga
akan berefek pada manusia juga seperti itu maksudnya? Lalu
kira-kira ada tidak efek positif dari deterjen?”
Partisipan: “Ada, kalau misalkan kita membersihkan baju tuh
jadi lebih mudah buat mengangkat noda”.
Jika ada pertanyaan pada saat tes tertulis yang dirasa sudah cukup jelas
dijawab oleh siswa maka penggalian jawaban siswa tidak dilakukan lebih
jauh lagi. Seperti pada contoh yang tertera pada tabel diatas jawaban siswa
dirasa sudah cukup jelas menerangkan bagaimana peranan deterjen baik
pada lingkungan maupun manusia, oleh karena itu wawancara tidak
dilanjutkan lagi. Namun semua pertanyaan yang diajukan kepada siswa
menekankan pada penggalian alasan dan bukti dari argumen yang siswa
munculkan.
3. Lembar Observasi
Teknik observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengamati
aktivitas yang dilakukan oleh guru, siswa serta interaksi antara guru
dengan siswa maupun siswa dengan siswa lainnya selama proses kegiatan
pembelajaran Biologi. Posisi peneliti dalam observasi ini sebagai non-
partisipan sehingga peneliti hanya melihat dan membuat catatan lapangan
tanpa terlibat langsung dengan aktivitas yang dilakukan siswa. Contoh
lembar observasi disajikan pada Tabel 3.4.
35
Siti Endah Nurul Zanah, 2016 Pemahaman dan Penalaran Siswa dalam Pengambilan Keputusan Mengenai Penggunaan Deterjen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.4 Contoh Lembar Observasi Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Guru mengecek kehadiran
siswa.
Guru mereviu materi
sebelumnya mengenai
pencemaran air setelah
praktikum.
Guru meminta siswa untuk
menganalisis dampak positif
dan negatif dari penggunaan
deterjen.
Guru mengaitkan pernyataan
siswa dengan penggunaan
deterjen dalam keseharian
siswa.
Guru berdiskusi dengan siswa
mengenai faktor-faktor yang
terlibat dalam praktikum.
Siswa merespon saat diabsen.
Siswa menanggapi dengan
menjawab adanya perubahan
tingkah laku pada ikan.
Siswa menyatakan
pendapatnya mengenai dampak
positif dan negatif dari
penggunaan deterjen.
Siswa merespon dengan
memberikan tanggapan hasil
praktikum mereka.
Siswa menanggapi pertanyaan
guru mengenai faktor-faktor
yang menyebabkan perubahan
tingkah laku ikan saat
praktikum.
Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan intervensi terhadap
kegiatan pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran sepenuhnya
diserahkan kepada guru agar tetap melaksanakan kegiatan pembelajaran
dengan cara mengajar yang biasa dilakukan guru tersebut. Oleh sebab itu,
maka bentuk lembar observasi berupa catatan lapangan, karena peneliti
ingin mengamati bagaimana bentuk pembelajaran serta interaksi antara
guru-siswa dan siswa-siswa yang terjadi di dalam kegiatan belajar
mengajar dengan cara mencatatnya dengan kolom pengamatan
dibandingkan dengan mengidentifikasi tahapan pengajaran tertentu yang
muncul saat observasi berlangsung.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti tahap-tahap dari
skema desain penelitian yang ditampilkan sebelumnya pada Gambar 3.1 yaitu:
1) studi pendahuluan, 2) pelatihan guru, 3) pembuatan instrumen dan 4)
pembelajaran. Berikut ini uraian dari masing-masing tahap tersebut.
36
Siti Endah Nurul Zanah, 2016 Pemahaman dan Penalaran Siswa dalam Pengambilan Keputusan Mengenai Penggunaan Deterjen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Tahap studi pendahuluan
Tahap studi pendahuluan terdiri dari studi pustaka dan pencarian guru
profesional yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian. Pada
tahap studi pustaka dilakukan studi tentang pemahaman, penalaran dan
pengambilan keputusan serta beberapa penelitian yang relevan terkait
dengan ketiga aspek diatas. Untuk melihat ketiga aspek itu dalam
pembelajaran maka penelitian ini mengangkat isu-isu sosiosaintifik yang
dianggap dekat dengan masyarakat atau dalam hal ini siswa. Setelah
beberapa pengajuan judul dan isu sosiosaintifik yang kepada dosen ahli,
maka diputuskanlah untuk mengangkat tentang penggunaan deterjen dan
dikaitkan dengan materi pencemaran lingkungan. Pada tahap pencarian
guru profesional, peneliti mencoba mengajak beberapa guru kelas X
karena materi yang diangkat mengenai pencemaran lingkungan.
2. Tahap pelatihan guru
Pada tahap pelatihan guru, peneliti bersama dengan beberap dosen ahli
merencanakan irisan waktu yang tepat agar pelatihan dapat dilaksanakan.
Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 2016 digedung Fakultas
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA)
Universitas Pendidikan Indonesia. Dosen ahli yang memberikan
pematerian pada pelatihan guru-guru yang bersedia ikut dalam penelitian
ini adalah Dr. H. phil. Ari Widodo, M.Ed dan Dr. H. Riandi, M.Si.
Para guru yang menghadiri pelatihan ini diperkenalkan dengan seperti
apa pembelajaran yang menyenangkan dan apa pengaruhnya pada siswa.
Pelatihan oleh dosen ahli ini diakhiri dengan bagaimana dan seperti apa
pembelajaran yang dapat meningkatkan nalar siswa.
3. Tahap pembuatan instrumen
Pada penelitian ini instrumen yang dibuat berupa soal-soal dengan
uraian terbuka yang terdiri dari tiga tingkat meliputi jawaban, alasan dan
bukti. Pada tingkat pertama “jawaban” ditujukan agar siswa mengutarakan
sebuah pernyataan atau klaimnya terhadap wacana pada soal yang tersedia.
Pada tingkat kedua “alasan” ditujukan agar siswa mampu untuk
mengutarakan alasan dari jawabannya sedangkan pada tingkat ketiga
37
Siti Endah Nurul Zanah, 2016 Pemahaman dan Penalaran Siswa dalam Pengambilan Keputusan Mengenai Penggunaan Deterjen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
“bukti” ditujukan agar siswa dapat menampilkan bukti atau contoh yang
logis, relevan dan valid untuk menunjang jawaban dan alasannya. Setelah
itu dilakukan judgement dengan dosen ahli. Jka instrumen tidak sesuai
dengan keinginan dosen ahli saat judgement maka soal tersebut direvisi
baik konten maupun diksi yang terkandung didalamnya.
4. Tahap pembelajaran
Pada tahap pembelajaran ini, sebelum pembelajaran menginjak pada
materi pencemaran lingkungan terlebih dahulu pemahaman, penalaran dan
pengambilan keputusan siswa ditelusuri. Kemudian guru dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah ia siapkan memulai pembelajaran
siswa dengan mengangkat penggunaan deterjen dan pada akhir
pembelajaran materi pencemaran lingkungan pemahaman, penalaran dan
pengambilan keputusan kembali ditelusuri kembali. Guru menggunakan
diskusi untuk mengembangkan argumentasi siswa. Keberlangsungan
proses pembelajaran bergantung pada berjalannya proses diskusi dan
keterlibatan siswa dalam diskusi tersebut.
Dalam proses diskusi ini setiap argumen siswa dibimbing oleh guru
untuk menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang baru. Selain itu siswa
pun diberikan kesempatan untuk menyanggah pendapat temannya jika
memang tidak sesuai dengan pendapatnya.sehingga siswa berpikir secara
kontinyu. Guru pun selalu meminta siswa untuk mengutarakan alasan
ataupun bukti dari pendapatnya. Secara rinci pembelajaran untuk
mengembangkan nalar siswa yang dirancang dan dilakukan oleh guru
dengan menggunakan diskusi dalam membahas penggunaan deterjen dan
dikaitkan dengan materi pencemaran lingkungan dapat dilihat pada
Gambar 3.2 berikut ini.
38
Siti Endah Nurul Zanah, 2016 Pemahaman dan Penalaran Siswa dalam Pengambilan Keputusan Mengenai Penggunaan Deterjen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.2 Desain Pembelajaran Yang Dirancang Oleh Guru Untuk
Mengembangkan Kemampuan Bernalar Melalui Diskusi Kelas
Untuk melatih siswa dalam mengembangkan pemahaman dan
penalarannya selama pembelajaran guru terus memancing siswa untuk
mengutarakan argumennya dan menyanggah atau mendukung argumen
dari temannya. Selama pembelajaran guru terus menghidupkan proses
diskusi agar berjalan aktif sehingga mayoritas siswa terlibat selama diskusi
berlangsung. Terlepas dari diskusi antar siswa dengan siswa atau antar
guru dengan siswa, guru menyelingi diskusi dengan materi mengenai
pencemaran lingkungan.
Selain diskusi dalam kelas, guru pun mempersiapkan praktikum
sederhana tentang pengaruh deterjen terhadap tingkah laku ikan sebagai
wadah agar siswa mampu untuk lebih menuangkan argumennya dan
PEMBELAJARAN YANG DAPAT
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN
BERNALAR
Siswa diminta untuk duduk berkelompok
sesuai dengan kelompok yang telah
dibagikan.
3. Tahap Akhir
- Siswa berdiskusi dengan
kelompoknya dan
mempertimbang argumen dari
teman atau kelompok lainnya.
- Melakukan refleksi apakah
argumennya sudah logis dan
valid.
2. Tahap pelaksanaan
- Siswa belajar mengutarakan
argumennya dan siswa lainnya
akan belajar untuk menanggapi
argumen dari siswa lainnya.
1. Tahap persiapan
- Siswa duduk berkelompok
- Guru menyajikan beberapa
pertanyaan yang berkaitan
dengan keseharian siswa
terhadap penggunaan deterjen.
Melatih siswa
untuk
memahami
dan menalar
informasi
yang dapat.
Melatih
kemampuan
argumentasi
siswa melalui
diskusi.
Refleksi
argumen
siswa untuk
pertemuan
selanjutnya.
Terbentuk
kebiasan
bernalar
dalam
memutuskan
suatu perkara
melalui
argumentasi
saat
berdiskusi. Mengidentifi-
kasi dasar
pertimbangan
argumennya.
39
Siti Endah Nurul Zanah, 2016 Pemahaman dan Penalaran Siswa dalam Pengambilan Keputusan Mengenai Penggunaan Deterjen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
argumen siswa mengandung bukti yang didasarkan pada pengalaman
belajarnya. Desain pembelajaran untuk mengembangkan nalar siswa yang
dirancang oleh guru melalui diskusi saat praktikum dapat dilihat pada
Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Desain Pembelajaran Yang Dirancang Oleh Guru Untuk
Mengembangkan Kemampuan Bernalar Melalui Diskusi Saat Praktikum
PEMBELAJARAN YANG DAPAT
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN
BERNALAR
Siswa diminta untuk duduk berkelompok
sesuai dengan kelompok yang telah
dibagikan.
3. Tahap Akhir
- Siswa berdiskusi dengan
kelompoknya dan
mempertimbangkan argumen
kelompok lainnya.
- Siswa diminta untuk
menyimpulkan seluruh gagasan
pokok dari pembelajaran.
2. Tahap pelaksanaan
- Siswa melakukan pengamatan
terhadap keadaan ikan selama
praktikum.
- Siswa mempresentasikan hasil
pengamatannya.
- Diskusi dari antar kelompok
untuk menanggapi hasil
presentasi kelompok lain.
1. Tahap persiapan
- Siswa duduk berkelompok.
- Guru mempersiapkan keadaan
siswa untuk melakukan
praktikum sederhana mengenai
pengaruh deterjen terhadap ikan
di laboratorium. Melatih
pemahaman
dan
kemampuan
penalaran
siswa melalui
argumentasi
saat diskusi
dan presentasi.
Melatih siswa
dalam
mempertimb-
angkan
sebuah
argumen.
Penarikan
kesimpulan
hasil
pembelajaran.
Terbentuk
kebiasan
bernalar
dalam
memutuskan
suatu perkara
melalui
argumentasi
saat
berdiskusi.
40
Siti Endah Nurul Zanah, 2016 Pemahaman dan Penalaran Siswa dalam Pengambilan Keputusan Mengenai Penggunaan Deterjen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
melalui tes tertulis dan wawancara. Tes tulis ini berupa soal uraian terbuka
mengenai pencemaran lingkungan dengan mengambil materi aplikatif yang
terkait isu sosiosaintifik yaitu penggunaan deterjen. Sebagai data alternatif
untuk mendukung data utama dilakukan wawancara terstruktur pada beberapa
partisipan yang didasarkan pada jawaban mereka saat menjawab uraian
terbuka. Secara terperinci langkah-langkah pengumpulan data yang dilakukan
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Seluruh partisapan melaksanakan tes tertulis sebelum dilaksanakannya
proses pembelajaran.
2. Melakukan proses pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran dan skenario pembelajaran yang telah dibuat oleh guru.
3. Seluruh partisipan melaksanakan tes tertulis setelah dilaksanakannya
proses pembelajaran.
4. Wawancara kepada siswa untuk memastikan pemahaman dan
kemampuan penalaran siswa serta dasar dari pengambilan keputusan
yang dilakukan siswa.
5. Hasil tes uraian terbuka dan wawancara dikelompokkan dan dianalisis
kemudian diinterpretasikan.
G. Analisis Data
Analisis data merupakan proses pengolahan, penyajian, interpretasi dan
analisis data yang diiperoleh dari lapangan, dengan tujuan agar data yang
diperoleh mempunyai makna, sehingga pembaca dapat mengetahui hasil
penelitian yang telah dilakukan (Martono, 2011). Data yang didapat dari
lembar jawaban siswa merupakan data kualitatif. Analisis data yang dilakukan
dalam penelitian ini diantaranya:
1. Pemahaman konsep siswa dan pengambilan keputusan siswa
Pemahaman konsep siswa diidentifikasi dari ketepatan konsep pada
argumen siswa. Setelah pengklasifikasian konsepsi siswa, setiap argumen
pada lembar jawaban siswa dikelompokkan (coding) berdasarkan kisi-kisi
41
Siti Endah Nurul Zanah, 2016 Pemahaman dan Penalaran Siswa dalam Pengambilan Keputusan Mengenai Penggunaan Deterjen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
soal yang dibuat oleh penulis. Coding merupakan pemberian kode-kode
pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori jawaban yang sama.
Setelah dilakukan coding dari konsep-konsep yang dimunculkan siswa
maka kategori konsep tersebut dihitung dan dikonversikan ke dalam
bentuk persentase. Kemudian jawaban siswa dikategorikan dalam
beberapa kategori kelompok jawaban yaitu dengan pemahaman benar,
tidak lengkap dan miskonsepsi. Rubrik kebenaran pemahaman siswa dapat
dilihat pada Tabel. 3.5.
Tabel 3.5 Rubrik Kebenaran Pemahaman Konsep Siswa
Kategori Deskripsi
Benar Siswa menyajikan konsep yang logis , valid dan relevan
sesuai dengan pertanyaan yang diajukan dan
menjelaskannya secara lengkap atau rinci.
Tidak Lengkap Siswa menyajikan konsep yang logis, valid dan relevan
sesuai dengan pertanyaan yang diajukan namun tidak
menjelaskannya secara lengkap.
Miskonsepsi Siswa menyajikan konsep yang salah.
Pada analisis pengambilan keputusan siswa pun dilakukan
pengelompokkan (coding) dengan “ya” atau “tidak” disertai alasan dan
bukti yang diutarakan siswa. Keputusan siswa untuk tetap menggunakan
atau tidak menggunakan lagi pun dihitung dalam bentuk turus kemudian
alasan dari keputusan siswa pun dikelompokkan dan dihitung dalam
bentuk turus kemudian dikonversikan ke dalam bentuk persentase. Dasar
pertimbangan dari keputusan siswa pun dikelompokkan, dihitung dengan
turus kemudian dikonversikan dalam berntuk persentase.
Konversi dari jumlah turus ke dalam bentuk persentase dapat dihitung
dengan rumus yag dikemukakan oleh Purwanto (2010) sebagai berikut.
Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan.
S = Skor mentah yang diperoleh (dalam penelitian ini adalah jumlah
turus dari setiap konsep atau dasar pertimbangan yang muncul).
42
Siti Endah Nurul Zanah, 2016 Pemahaman dan Penalaran Siswa dalam Pengambilan Keputusan Mengenai Penggunaan Deterjen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
SM = Skor maksimum ideal yang diharapkan (dalam penelitian ini
adalah jumlah total turus dalam satu kisi-kisi {dalam pemahaman} atau
jumlah total turus dalam satu soal {dalam pengambilan keputusan}).
Hasil dari persentase yang telah dihitung kemudian dianalisis dan
dikelompokkan kedalam empat pola pengambilan keputusan yang
diadaptasi dari pola pengambilan keputusan Zo‟bi (2014). Rubrik pola
pengambilan keputusan siswa ini dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Rubrik Pola Pemahaman dalam Pengambilan Keputusan
Pola Deskripsi
1
Pengambilan keputusan yang didasarkan pada pemahaman yang
salah mengenai suatu konsep dan pengaplikasiannya.
Contoh: deterjen itu sangat berguna dan sama sekali tidak
berbahaya.
2
Pengambilan keputusan yang logis dengan pertimbangan yang
terbatas.
Contoh: menggunakan deterjen sangat membantu, karena dapat
membersihkan pakaian dengan cepat dan bersih.
3
Pengambilan keputusan yang didasarkan pada berbagai sudut
pandangan namun dengan keterbatasan argumen.
Contoh: deterjen mungkin tidak terlalu mencemari udara namun
mereka dapat menyebabkan berbagai masalah bagi manusia.
4
Pengambilan keputusan yang melibatkan berpikir ilmiah dengan
mengintegrasikan berbagai pertimbangan multiperspektif.
Contoh: saya tidak akan menggunakan deterjen, karena seiring
berjalannya waktu penggunaan deterjen dapat menimbulkan
pencemaran yang lebih kompleks terutama pencemaran air, yang
nantinya akan berimbas pada pencemaran tanah dan tercemarnya
sumber air di dalam tanah sehingga akan berdampak pada
kehidupan manusia.
Kemudian dasar pertimbangan atas pengambilan keputusan siswa
dianalisis dan dikelompokkan berdasarkan pola penalaran yang ia
gunakan. Rubrik analisis terhadap pola penalaran siswa diadaptasi dari
rubrik pola penalaran menurut Sadler dan Zeidler (2005) yang menyatakan
bahwa setiap individu memiliki variasi tiga pola penalaran yaitu intuitive
(intuitif), emotive(emotif) dan rasionalistic (rasionalistik). Setiap jawaban,
alasan dan bukti yang siswa ajukan pada tes tertulis (uraian terbuka)
43
Siti Endah Nurul Zanah, 2016 Pemahaman dan Penalaran Siswa dalam Pengambilan Keputusan Mengenai Penggunaan Deterjen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dianalisis berdasarkan rubrik tersebut. Rubrik pengelompokkan pola
penalaran siswa yang digunakan dalam pertimbangan pengambilan
keputusan dapat dilihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Rubrik Pola Penalaran dalam Pengambilan Keputusan
Pola Penalaran Deskripsi
Intuitive Dasar pertimbangan siswa berdasarkan pada reaksi dengan
alasan yang tergesa-gesa yang tidak dijelaskan secara
rasional atau bersifat irrasional.
Emotive Dasar pertimbangan siswa berdasarkan pada kepedulian,
empati, kesejahteraan dan segala sesuatu yang melibatkan
perasaan siswa.
Rasionalistic Dasar pertimbangan siswa berdasarkan pada beberapa
faktor seperti tanggung jawab, kesadaran pribadi,
kemungkinan adanya pilihan atau solusi lain, efek
samping dan penggunaannya dimasa depan.
Setelah melihat pola pemahaman dan kecenderungan penalaran siswa
dalam pengambilan keputusan maka secara spesifik dilihat kembali apakah
pengambilan keputusan siswa telah didasarkan pada pemahaman dan
penalaran atau tidak. Rubrik mengenai keterlibatan pemahaman dan
penalaran siswa dalam pengambilan keputusan dapat dilihat pada tabel 3.8.
Tabel 3.8 Keterlibatan Pemahaman dan Penalaran dalam
Pengambilan Keputusan
Kategori Deskripsi
1 Pengambilan keputusan siswa telah didasarkan pada pemahaman dan
penalaran.
Contoh: jika argumen tertulis (jawaban) siswa telah memiliki
pemahaman yang benar dan penalaran koheren; pemahaman siswa
benar namun penalaran kurang koheren dan pemahaman siswa tidak
lengkap namun penalaran koheren.
2 Pengambilan keputusan siswa didasarkan pada pemahaman dan
penalaran yang tidak konsisten.
Contoh: jika argumen tertulis (jawaban) siswa memiliki pemahaman
yang benar namun penalaran tidak koheren; pemahaman tidak lengkap
dan penalaran kurang koheren; miskonsepsi dan penalaran koheren.
3 Pengambilan keputusan siswa tidak didasarkan pada pemahaman dan
penalaran.
Contoh: jika argumen tertulis (jawaban) siswa memiliki pemahaman
tidak lengkap dan penalaran tidak koheren; miskonsepsi dan penalaran
kurang koheren; miskonsepsi dan tidak koheren.
44
Siti Endah Nurul Zanah, 2016 Pemahaman dan Penalaran Siswa dalam Pengambilan Keputusan Mengenai Penggunaan Deterjen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Penalaran siswa
Penalaran siswa diidentifikasi melalui argumen yang diungkapkannya
pada lembar jawaban. Argumen yang diungkapkan oleh siswa dianalisis
menjadi dua aspek yaitu kelengkapan komponen argumen yang akan
menunjukkan tingkatan (level) argumen dan koherensi argumen siswa.
Siswa yang dapat menyajikan komponen argumen secara lengkap (claim,
data,warrant, backing, qualifier dan rebuttal) akan berada pada tingkat
(level) lebih tinggi dibanding dengan siswa yang tidak dapat menyajikan
semua komponen argumen pada jawabannya. Sementara itu koherensi
argumen siswa diidentifikasi dari kelogisan dan relevansi antar komponen
argumen yang siswa sajikan dalam argumennya. Argumentasi siswa
dianalisis berdasarkan pada argumen siswa saat menjawab tes tertulis serta
saat wawancaranya. Berdasarkan Toulmin’s framework, peneliti Choi,
Notebaert, Diaz dan Hand (2010 dalam Widodo et al., t.t.) mengembangkan
sebuah matriks untuk menganalasis argumentasi siswa. Rubriks tingkatan
(level) argumen siswa yang diadaptasi dari Widodo et al. (t.t.) disajikan
pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Rubrik Tingkat atau Level Argumen Siswa
Level Deskripsi
1 Hanya mengandung claim.
Contoh: saya akan menggunakan deterjen (claim).
2
Mengandung claim dan data, dan/atau warrant.
Contoh: saya akan menggunakan deterjen (claim). Deterjen
mengandung bahan kimia yang dapat mengangkat noda pada
pakaian (data) sehingga mencuci pakaian menjadi lebih mudah
(warrant).
3
Mengandung claim, data, warrant, dan backing/qualifier/rebuttal.
Contoh: saya akan menggunakan deterjen (claim) tetapi deterjen
yang ramah lingkungan (qualifier). Deterjen mengandung bahan
kimia yang dapat mengangkat noda pada pakaian (data) sehingga
mencuci pakaian menjadi lebih mudah (warrant).
4
Mengandung claim, data, warrant, backing dan qualifier/rebuttal.
Contoh: saya akan menggunakan deterjen (claim) tetapi deterjen
yang ramah lingkungan (qualifier). Deterjen mengandung bahan
kimia yang dapat mengangkat noda pada pakaian (data) sehingga
mencuci pakaian menjadi lebih mudah (warrant), karena itu
45
Siti Endah Nurul Zanah, 2016 Pemahaman dan Penalaran Siswa dalam Pengambilan Keputusan Mengenai Penggunaan Deterjen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Level Deskripsi
pakaian menjadi lebih bersih dan harum (backing).
5
Mengandung semua komponen argumentasi meliputi claim, data,
warrant, backing, qualifier, rebuttal.
Contoh: saya akan menggunakan deterjen (claim) meskipun
deterjen berlebih berbahaya bagi lingkungan (rebuttal) tetapi saya
akan memilih deterjen ramah lingkungan (qualifier). Deterjen
mengandung bahan kimia yang dapat mengangkat noda pada
pakaian (data) sehingga mencuci pakaian menjadi lebih mudah
(warrant), karena itu pakaian menjadi lebih bersih dan harum
(backing).
Kemudian banyaknya komponen argumen siswa dihitung dalam
bentuk persen menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Purwanto
(2010) sebagai berikut:
Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan.
S = Skor mentah yang diperoleh (dalam penelitian ini adalah jumlah
komponen yang muncul).
SM = Skor maksimum ideal yang diharapkan (dalam penelitian ini
adalah jumlah total argumen siswa di kelas yang ditentukan).
Aspek kedua yang dianalisis yaitu kekuatan (koherensi) argumen
siswa. Kekuatan (koherensi) argumen siswa didasarkan pada kelogisan,
validitas konsep dari setiap komponen argumen siswa serta relevansi
komponen tersebut dalam mendukung claim dan ground (data, warrant,
backing) yang diajukan siswa. Menurut Widodo et al. (t.t.) komponen
argumen siswa dapat membangun sebuah argumen yang koheren. Rubrik
koherensi argumen yang diadaptasi dari Widodo et al. (t.t.) dapat dilihat
pada Tabel 3.10.
46
Siti Endah Nurul Zanah, 2016 Pemahaman dan Penalaran Siswa dalam Pengambilan Keputusan Mengenai Penggunaan Deterjen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.10 Rubrik Koherensi dan Hubungan Antar Komponen
Argumen
Kategori Deskripsi rubrik
Koheren
Claim logis dan didukung oleh ground (data, warrant, backing)
yang benar dan relevan.
Contoh:
Untuk membersihkan pakaian kita dapat menggunakan deterjen
namun dengan takaran yang sesuai. Deterjen mampu
menghilangkan noda pada pakaian lebih efisien karena terdapat
bahan yang dapat mengikat lemak pada pakaian dan
melarutkannya.
Kurang
koheren
Claim masuk akal dan didukung dengan ground.
Contoh:
Saya akan menggunakan deterjen karena itu dapat membersihkan
pakaian.
Tidak
koheren
Claim masuk akal tetapi tidak didukung dengan grounds atau
ground tidak benar atau tidak relevan.
Claim tidak logis dan tidak didukung oleh ground
Contoh:
Jangan mengotori pakaian.
Penentuan „benar‟ didasarkan pada validitas konsep dan rasionalitas jawaban
siswa yang terkandung pada claim (grounds: data, warrant, backing)
Pertimbangan dasar pengajuan claim hanya terdiri dari data, warrant
dan backing karena ketiga komponen tersebut merupakan dasar seseorang
ketika mengajukan claim. Karena itu lah yang menjadi pertimbangan
utama pada kekuatan (koherensi) argumen siswa adalah ground yang
berupa data, warrant dan backing. Sementara adanya qualifier dan
rebuttal mengekspresikan kekuatan dari claim.
Berdasarkan pada Tabel 3.10 diatas dapat dilihat bahwa siswa yang
dapat menyajikan claim yang didukung oleh ground (data, warrant dan
backing) yang logis dan relevan akan berada pada kategori koheren.
Artinya argumen siswa cukup kuat sehingga hal ini menandakan bahwa
kemampuan penalaran siswa pun lebih berkembang.
47
Siti Endah Nurul Zanah, 2016 Pemahaman dan Penalaran Siswa dalam Pengambilan Keputusan Mengenai Penggunaan Deterjen Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
H. Alur Penelitian
Wawancara
Pemberian tes sebelum
pembelajaran
Proses belajar mengajar
Pemberian tes setelah
pembelajaran
Pengolahan Data
Analisis Data dan Pembahasan Penarikan kesimpulan
Perizinan penelitian Penyusunan dan pembuatan
instrumen penelitian
Revisi instrumen
penelitian
Perizinan penelitian
sekolah
Penentuan sampel
penelitian
Studi literatur
Seminar proposal
Penyusunan
proposal
Revisi proposal
Menyusun laporan
penelitian (skripsi)
Per
siap
an
Pel
aksa
naa
n
Pen
yel
esai
an
Gambar 3.4 Alur Penelitian
Konsultasi dan judgement
instrumen penelitian