bab iii metode penelitian a. rancangan penelitianrepository.setiabudi.ac.id/4084/2/bab iii.pdf ·...
TRANSCRIPT
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan pendekatan
kualitatif untuk data hasil observasi, wawancara dan penyebaran kuesioner dan
kuantitatif untuk data hasil identifikasi waste yang diolah dengan metode Borda.
Pengumpulan data diperoleh dari hasil observasi, wawancara, penyebaran
kuesioner dan telaah dokumen/data dari rumah sakit sebagai bahan pertimbangan
pada proses mendesain usulan perbaikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
terhadap pasien rawat jalan di Instalasi Farmasi RSUD Talaud dengan pendekatan
lean hospital. Penggunaan konsep lean hospital ini mengharuskan peneliti untuk
senantiasa berusaha memahami secara mendalam terkait permasalahan-
permasalahan yang terjadi dan dialami oleh pasien, keluarga dan pegawai yang
bertugas dalam pelayanan di instalasi farmasi RSUD Talaud.
B. Subyek dan Lokasi Penelitian
1. Subyek
Subyek dalam penelitian ini adalah petugas yang melakukan proses
pelayanan di Instalasi Farmasi RSUD Talaud dan pasien rawat jalan serta keluarga
yang mendapatkan pelayanan.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
Daerah Kepulauan Talaud yang terletak di Jl. Raya Mala Kecamatan Melonguane
Kabupaten Kepulauan Talaud yang dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2019.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Populasi
31
dalam penelitian ini yaitu petugas Instalasi Farmasi RSUD Talaud, pasien dan
keluarga yang mendapatkan pelayanan.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat berfungsi atau dapat
menggambarkan keadaaan populasi yang sebenarnya, dengan istilah lain harus
representatif (mewakili) (Sugiyono, 2016). Sampel dalam penelitian ini yaitu
semua tenaga kefarmasian (Apoteker dan TTK) yang bertugas/terlibat dalam
proses pelayanan di Instalasi Farmasi RSUD Talaud, kepala instalasi, kepala
apotek, pasien dan keluarga yang menggunakan jasa layanan. Fokus pengambilan
data dalam penelitian ini yaitu identifikasi proses pelayanan terhadap pasien rawat
jalan di Instalasi Farmasi RSUD Talaud.
A. Kriteria inklusi:
1. Tenaga kefarmasian (Apoteker dan TTK) yang terlibat langsung dalam
proses pelayanan di Instalasi Farmasi RSUD Talaud.
2. Responden yang terlibat dalam struktural (Kepala IFRS, kepala apotek dan
petugas pelaksana).
3. Pasien rawat jalan dan keluarga yang minimal berusia 17 tahun, dapat
menulis serta membaca dan pernah menggunakan jasa layanan dari
Instalasi Farmasi RSUD Talaud minimal satu kali.
B. Kriteria eksklusi:
1. Tenaga kefarmasian yang bertugas pada proses pelayanan di IFRS kurang
dari 1 bulan.
2. Petugas yang tidak terlibat dalam pelayanan di Instalasi Farmasi.
3. Pasien rawat jalan dan keluarga yang tidak berpartisipasi dalam pengisian
kuesioner.
Penentuan jumlah minimal sampel yang digunakan dalam penyebaran kuesioner
value stakeholder di Instalasi Farmasi RSUD Talaud ini ditentukan dengan
menggunakan rumus Lameshow, 1997:
32
Keterangan:
N = Jumlah Sampel
Zα2 = Nilai standar dari distribusi sesuai nilai α = 5% = 1,96
P = Prevalensi Outcome 50%
Q = 1 – P
L = Tingkat kesalahan 10%
Berdarkan rumus Lameshow, maka n =
= 96, 04
Maka dari hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel minimal yang
diperlukan dalam penelitian ini sebanyak 96 responden. Pada penelitian ini
peneliti menggunakan 100 responden.
D. Variabel Penelitian
1. Identifikasi Variabel Utama
Variabel dalam penelitian ini adalah pendekatan lean hospital untuk
perbaikan berkelanjutan dalam meningkatkan kualitas pelayanan di instalasi
farmasi dengan mengidentifikasi 8 tipe waste kritis (defect, overproduction,
waiting, transportation, inventory, overprocessing, motion dan human potential)
dan aktivitas dari value added, non value added, necessary but non value added
serta mencari akar penyebab waste kritis dengan menggunakan metode 5 why.
2. Klasifikasi Variabel
2.1. Variabel Bebas (variabel independen). Variabel bebas atau variabel
independen dalam penelitian ini adalah faktor pendukung yang dapat diukur untuk
mengetahui 8 tipe waste, aktivitas dari value added, non value added, necessary
but non value added dan penyebab terjadinya waste kritis.
2.2. Variabel Terikat (variabel dependen). Variabel terikat atau variabel
dependen dalam penelitian ini adalah waste kritis.
3. Definisi Operasional
a. Value merupakan suatu nilai atau manfaat yang dapat diperoleh oleh
pasien dan keluarga dari suatu produk atau jasa yang diberikan oleh
petugas di Instalasi Farmasi RSUD Talaud.
33
b. Value Added Assessment (VAA) merupakan analisis terhadap setiap
aktivitas dalam proses pelayanan di Instalasi Farmasi RSUD Talaud yang
digunakan untuk menentukan aktivitas dari (value added, non value
added, necessary but non value added) dalam memenuhi value dari
ultimate end customer.
c. Value Added (VA) merupakan kegiatan yang memberi nilai tambah
terhadap output dalam proses pelayanan yang diberikan kepada pasien
rawat jalan dan keluarga oleh petugas Instalasi Farmasi RSUD Talaud.
d. Non-Value Added (NVA) merupakan kegiatan yang tidak memberikan
nilai tambah terhadap output dalam proses pelayanan di Instalasi Farmasi
RSUD Talaud terhadap pasien rawat jalan dan keluarga yang
menimbulkan pemborosan waktu dan gerakan yang tidak diperlukan.
e. Necessary But Non Value Added (NNVA) merupakan kegiatan yang tidak
memberikan nilai tambah terhadap output dalam proses pelayanan
Instalasi Farmasi RSUD Talaud kepada pasien rawat jalan dan keluarga,
tetapi tidak bisa atau tidak mungkin dihilangkan.
f. Value Stream Mapping (VSM) merupakan proses pemetaan alur proses
pelayanan di Instalasi Farmasi RSUD Talaud untuk mengetahui aktivitas
pelayanan serta siapa saja stakeholder yang terlibat didalamnya.
g. Waste merupakan segala kegiatan dalam proses pelayanan di Instalasi
Farmasi yang tidak mendukung kesembuhan dari pasien/kegiatan yang
tidak memberikan nilai tambah (pemborosan waktu pengerjaan). Waste
yang dianalisis dalam penelitian ini adalah 8 kategori yaitu: Defect,
Overproduction, Transportation, Waiting, Inventory, Motion,
Overprocessing, Human potential.
h. Value Added Ratio (VAR) merupakan perbandingan aktivitas yang
memberikan nilai tambah dalam proses pelayanan di Instalasi Farmasi
RSUD Talaud dengan semua aktivitas yang mengandung waste.
i. Cycle Time (CT) merupakan sejumlah waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan 1 pekerjaan atau urutan tugas yang meliputi aktivitas yang
34
value added dan non-value added dalam proses pelayanan kesehatan di
Instalasi Farmasi RSUD Talaud.
j. Wait Time (WT) merupakan waktu antara akhir dari 1 pekerjaan atau
siklus kerja hingga awal dari pekerjaan atau siklus berikutnya dalam
proses pelayanan di Instalasi Farmasi RSUD Talaud.
k. Lead Time (LT) merupakan jumlah keseluruhan dari cycle time dan wait
time dari suatu proses pelayanan yang ada di Instalasi Farmasi RSUD
Talaud.
l. Waste Kritis merupakan waste yang mempunyai nilai tertinggi dalam
ranking urutan keseringan waste yang terjadi pada proses pelayanan di
Instalasi Farmasi RSUD Talaud.
m. Analisa resiko merupakan tahapan penentuan kemungkinan dan
konsekuensi dari risiko atau akar penyebab suatu waste kritis yang ada di
Instalasi Farmasi RSUD Talaud untuk mengetahui tingkatan risikonya.
n. Usulan perbaikan untuk meminimalkan waste adalah alternatif solusi yang
dibangun untuk meningkatkan efisiensi manajemen Instalasi Farmasi
Talaud dan mengeliminasi proses-proses atau waste yang tidak diperlukan
untuk meningkatkan value pelayanan IFRS berdasarkan konsep lean.
E. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa kamera, kalkulator,
alat tulis, stopwatch, alat perekam, alat pengukur panjang.
2. Bahan
Untuk proses kelancaran penelitian, digunakan instrumen sederhana dalam
melengkapi data dan membandingkan data yang telah ditemukan melalui
observasi, wawancara, dan kuesioner:
a. Lembar observasi, berisi panduan pengamatan terhadap kegiatan pelayanan di
Instalasi Farmasi RSUD Talaud berupa check sheet observasi dan formulir-
formulir identifikasi lain yang diperlukan.
35
b. Kuesioner value stakeholder, berisi daftar pernyataan yang diajukan kepada
pasien rawat jalan terpilih dan keluarga yang mendapatkan pelayanan di
Instalasi Farmasi RSUD Talaud. Kesesuaian pernyataan kuesioner mencakup
value produk, value jasa pelayanan, serta value hubungan pasien terpilih
dengan IFRS.
c. Kuesioner waste IFRS, berisi checklist untuk penilaian probabilitas dari 8
jenis waste yang terdapat pada exiting proses pelayanan di Instalasi Farmasi
RSUD Talaud.
36
F. Jalannya Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap sebagai berikut:
Gambar 5. Bagan alur penelitian.
Konsep Lean Hospital
Elimination of Waste
Value Stream
Jurnal and TA
Kesimpulan dan Saran
Pengolahan dan Analisis Data
Validitas dan Reliabilitas Data
Pemetaan alur proses pelayanan di IFRS dengan
value stream mapping
Pengolahan kuesioner value stakeholder
Pengolahan kuesioner waste dengan metode
Borda.
Analisis waste kritis (RCA) dengan metode 5 why
Ide dan usulan perbaikan
Identifikasi Masalah
Merumuskan masalah
dan menetapkan tujuan
penelitian.
Observasi, wawancara
Pemahaman akan proses
pelayanan di Instalasi
Farmasi RSUD Talaud
Penyebaran Kuesioner
Studi Literatur/Pustaka Studi Lapangan
Data waktu pelayanan di Instalasi
Farmasi RSUD Talaud
Data denah RS
Data kuesioner value
Data kuesioner waste
Pengumpulan Data
Tahap Persiapan
37
Tahap persiapan diawali dengan melakukan identifikasi suatu masalah dan
merumuskannya untuk menentukan tujuan penelitian dan melakukan studi pustaka
untuk mencari dan memahami maksud dan tujuan serta manfaat yang terjadi dari
dilakukannya penelitian ini. Kemudian setelah tahap persiapan selesai dilanjutkan
dengan studi lapangan untuk melihat alur proses pelayanan di Instalasi Farmasi
RSUD Talaud dengan melakukan observasi, wawancara serta penyebaran
kuesioner kepada reseponden terpilih.
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung terhadap setiap
proses pelayanan di Instalasi Farmasi dengan melakukan wawancara, penyebaran
kuesioner value kepada pasien rawat jalan dan keluarga. Hasil yang diperoleh
digambarkan dengan value stream mapping untuk melihat alur proses pelayanan
serta aktivitas value added, non-value added dan necessary but non-value added
di Instalasi Farmasi RSUD Talaud. Penyebaran kuesioner waste kepada petugas
yang mempunyai wewenang atau terlibat langsung dalam proses pelayanan di
IFRS diolah dengan metode Borda. Melakukan telaah dokumen yang dimiliki RS.
Pengolahan data hasil observasi dilakukan dengan mengidentifikasi value
stakeholder, data dihitung berdasarkan persentasi jawaban “Ya” dan “Tidak”,
pengolahan data waktu pelayanan dilakukan dengan menghitung menghitung
perbandingan antara value added (VA), non-value added (NVA) dan necessary
but non-value added (NNVA). Pengolahan data hasil identifikasi 8 kategori waste
menggunakan metode Borda dan untuk mencari akar penyebab terjadinya waste
kritis dilakukan dengan metode 5 why untuk mendapatkan ide dan usulan
perbaikan.
Data yang telah dikumpulkan peneliti harus dijaga validitasnya dengan
triangulasi data, diantaranya sebagai berikut:
1. Triangulasi sumber
Triangulasi dilakukan dengan membandingkan informasi yang diperoleh dari
responden atau partisipan satu dengan yang lain untuk melakukan cross check
terhadap kebenaran data atau suatu fenomena kejadian.
2. Triangulasi metode pengumpulan data
38
Triangulasi dilakukan dengan menggunakan beberapa metode dalam
mengumpulkan data. Hal ini bertujuan untuk menguji kualitas data dipandang
dari berbagai metode pengambilan. Data didapat dari hasil observasi,
wawancara, kuesioner, telaah dokumen dan dokumentasi.
G. Analisis Data
Setelah dilakukan proses pengumpulan data primer dan sekunder dari
berbagai metode kemudian dilanjutkan dengan analisis data yang dapat dilihat
pada langkah-langkah berikut:
1. Uji Validitas dan Reliabilitas Data
1.1. Uji Validitas. Penelitian ini menggunakan analisis skala Guttman dengan
menggunakan rumus Koefisien Reprodusibilitas (Coefficient of Reproducibility)
dan Koefisien Skalabilitas (Coefficient of Skalability). Skala pengukuran dengan
tipe ini diperoleh jawaban tegas “Ya” dengan pembobotan 1 dan “Tidak” dengan
pembobotan 0. Penyelesaiannya menggunakan rumus sebagai berikut:
Kr = 1 – (
)
Dimana:
Kr = Koefisisen Reprodusibilitas
e = Jumlah kesalahan/nilai error
n = Jumlah pernyataan dikali jumlah responden
Syarat penerimaan nilai koefisien reprodusibilitas apabila memiliki nilai >
0,90 (Singarimbun dan Effendi, 2014). Dengan rumus berikut:
Ks = 1 – (
)
Dimana:
Ks = Koefisien Skalabilitas
e = Jumlah kesalahan/nilai error
x = 0,5 ({Jumlah pernyataan dikali jumlah responden} – jumlah jawaban
“ya”).
Syarat penerimaan nilai koefisien skalabilitas apabila memiliki nilai > 0,60
(Nazir, 2005). Uji validitas dengan menggunakan rumus Koefisien
39
Reprodusibilitas dengan Koefisien Skalabilitas dianalisis dengan menggunakan
Ms. Excel (hasil analisis terlampir pada Lampiran 6).
Hasil analisis diperoleh nilai Kr = 0,99 dimana nilai yang diperoleh > 0,90
sehingga nilai koefisien reprodusibilitas diterima. Sedangkan nilai Ks = 0,75
dimana nilai yang diperoleh > 0,60, sehingga nilai koefisien skalabilitas diterima.
Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulakan bahwa uji validitas menggunakan
skala Guttman dengan rumus Koefisien Reprodusibilitas (Coefficient of
Reproducibility) dan Koefisien Skalabilitas (Coefficient of Skalability) dinyatakan
valid.
1.2. Uji Reliabilitas. Uji reliabilitas dilakukan untuk menetapkan apakah hasil
dari kuesioner value dapat digunakan lebih dari satu kali atau menghasilkan data
yang konsisten atau tidak. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini
menggunakan metode Kuder Richardson 20 (KR-20) dengan rumus:
r =
(
)
Dimana:
k = Jumlah item soal/pernyataan
p = Jumlah subyek yang menjawab “Ya”/1
q = 1 – p
st2 = Varians total =
/n
Tabel 4. Kriteria Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas Kriteria
0.800 – 1.000 Sangat Tinggi
0.600 – 0.800 Tinggi
0.400 – 0.600 Cukup
0.200 – 0.400 Rendah
0.000 – 0.200 Sangat Rendah
Sumber: Surapranata dan Sumarna, 2006.
2. Gambaran Alur Proses Pelayanan Di Instalasi Farmasi RSUD Talaud
(Value Stream Mapping).
Tujuan dari penggambaran alur proses pelayanan untuk mengetahui setiap
aktivitas yang terjadi di IFRS. Penggambaran sistem pelayanan dimaksudkan
untuk memotret segala bentuk aktivitas alur proses pelayanan di IFRS, siapa saja
yang berperan sebagai stakeholder, siapa yang bertanggungjawab dan bagaimana
40
bentuk aliran proses pelayanan. Penggambaran tersebut dalam bentuk table list
aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menyelesaikan satu proses pelayanan.
Pemetaan ini dilakukan berdasarkan hasil observasi langsung di lapangan dengan
mengikuti serta mengamati proses pelayanan, melakukan wawancara dan
menelaah dokumen-dokumen IFRS.
3. Identifikasi Value Stakeholder Berdasarkan Perspektif Pasien
Hasil rekapan kuesioner value stakeholder dianalisis dan dihitung total
jumlah jawaban “Ya” dan “Tidak” untuk masing-masing pernyataan. Total jumlah
jawaban “Ya” maupun “Tidak” dibagi dengan jumlah total kuesioner yang masuk
untuk mengetahui persentasi jawaban “Ya” dan "Tidak” pada masing-masing
pernyataan value. Butir pernyataan dengan persentase jawaban “Ya” jika lebih
dari 50 persen menandakan pernyataan tersebut merupakan value yang diharapkan
oleh pasien, sementara butir pernyataan dengan persentase jawaban “Tidak” jika
lebih dari 50 persen menandakan pernyataan tersebut bukan merupakan value
yang diharapkan oleh pasien. Komentar tambahan dari setiap kuesioner
dikumpulkan dan menjadi resum untuk dimasukkan sebagai tambahan value yang
belum tercantum dalam kuesioner value stakeholder.
4. Identifikasi Aktivitas Proses Pelayanan
Setelah dilakukan pemetaan (value stream mapping), dilanjutkan dengan
mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang berlangsung dalam proses pelayanan
yang kemudian diklasifikasikan kedalam tipe aktivitas dalam organisasi (Hines
dan Taylor, 2000), yaitu value added activities (VA), non value added activities
(NVA) dan necessary but non value added activities (NNVA). Informasi
diperoleh dari observasi, wawancara tidak terstruktur, telah dokumen dan
dokumentasi. Data waktu yang diidentifikasi yaitu value adding time (VA), non
value adding time (NVA), cycle time (CT), wait time (WT), lead time (LT) dan
value added ratio (VAR) (Jackson, 2012). VAR adalah ratio yang diperoleh dari
perbandingan antara total value adding time dengan cycle time. VAR digunakan
sebagai alat yang efektif untuk menelusuri seberapa besar kemajuan dalam
mengeliminasi waste. Apabila VAR meningkat, maka total cycle time untuk
proses pelayanan menurun, sehingga memiliki arti bahwa terjadi percepatan
41
waktu penyerahan produk (barang / jasa) kepada pelanggan (Gasper dan Vincent,
2008).
Keterangan:
LT = Lead Time
CT = Cycle Time
WT = Wait time
VAR = Value Added Ratio
VA = Value Added
5. Identifikasi Waste Kritis
Tahap ini dilakukan pengukuran waste yang paling sering terjadi dan
berpengaruh terhadap proses pelayanan di Instalasi Farmasi RSUD Talaud
berdasarkan hasil penyebaran kuesioner waste kepada petugas yang terlibat dalam
proses pelayanan di IFRS. Penyebaran kuesioner dilakukan untuk mengetahui
tingkat keseringan waste terjadi menurut observasi dan pengalaman petugas
kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD Talaud. Kuesioner dianalisis dengan
metode Borda, yaitu masing-masing jenis waste diberikan peringkat berdasarkan
parameter frekuensi terjadinya waste serta mengalikannya dengan bobot yang
telah sesuai dimana peringkat 1 mempunyai bobot tertinggi yaitu (n-1) dan
demikian.
6. Penentuan Akar Penyebab Masalah Terjadinya Waste Kritis
Hasil rekapan yang diperoleh dari kuesioner waste pada proses pelayanan
dapat menunjukkan waste kritis yang sering terjadi dalam proses pelayanan. Dari
hasil tersebut dapat dibangun sebuah root cause analysis (RCA) untuk
mengidentifikasi dampak dan akar penyebab dari waste yang terjadi. RCA
merupakan tool yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi akar penyebab
terjadinya permasalahan dan untuk mencari akar permasalahan waste kritis
digunkan metode 5-whys. Rekapan dari RCA untuk masing-masing waste kritis
dirangkum dalam table 7, 8 dan 9.
7. Brainstorming untuk Memperoleh Ide Perbaikan
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui penyebab dari terjadinya waste
yang kemudian dapat ditarik untuk memperoleh ide-ide perbaikan yang
disesuaikan dengan kebutuhan serta resources yang ada sebagai bentuk
VAR VA
To al CT/𝐿𝑇
LT = CT + WT
42
improvement. Untuk mencari/memperoleh usulan-usulan terbaik, brainstorming
dilakukan dengan metode expert panel. Metode ini ditempuh untuk mendapatkan
masukan untuk ide perbaikan pelayanan dari pakar/ahli dibidang pelayanan yang
ada di RSUD Talaud dengan FGD (focus group discussion/diskusi kelompok
terarah/terfokus). Apabila tidak memungkinkan, maka diskusi hanya dilakukan
sebatas secara personal antara peneliti dengan pakar tersebut.
8. Usulan perbaikan
Usulan perbaikan meliputi perbaikan denah, tata letak,
simplifikasi/penyederhanaan proses, usulan metode proses kerja, perbaikan visual
menejemen, alur kerja proses pelayanan di Instalasi Farmasi RSUD Talaud dan
sumber daya lain yang menyumbangkan efisiensi dalam manajemen di IFRS serta
mengurangi atau meminimalkan waste yang tidak diperlukan untuk meningkatkan
kualitas pelayananan.