bab iii metode penelitianrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16060/3/t1_292011087_bab...
TRANSCRIPT
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Seting dan Karakterisitik Subjek Penelitian
Pada bab ini berisi tentang waktu, tempat dan subjek penelitian yang akan
dilakukan dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi peserta
didik laki-laki dan perempuan, latar belakang dan siapa saja yang terlibat dalam
penelitian ini.
3.1.1. Seting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02. Lokasi sekolah
berada di pinggiran kota dan dekat jalan raya. Beralamatkan di Jl Mardi utomo No
16 Sidorejo kidul. Luas sekolah 3.467 m2 memiliki halaman sekolah dan lapangan..
Berikut denah lokasi sekolah :
Gambar 3.1
Denah Lokasi SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga
25
Penelitian dilaksanakan selama empat bulan yaitu bulan Januari sampai
bulan Mei 2015. Bulan Februari persiapan dengan membuat proposal penelitian,
bulan Maret merupakan perencanaan tindakan dalam melakukan penelitian dan
bulan April merupakan pelaksanaa penelitian siklus I, silklus siklus II. Minggu
ketiga bulan April sampai bulan Mei merupakan pengolahan data hasil penelitian,
menyusun laporan penelitian, konsultasi laporan serta persiapan ujian.
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
No Keterangan
Waktu
Februari
2015
Maret
2015
April
2015
Mei
2015
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
2 Perencanaan
3 Pelaksanaan I II
4 Pelaporan
3.1.2 Karakterisitik Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga pada
tahun pelajaran 2014/2015, jumlah siswa sebanyak 33 siswa, yang terdiri dari 18
siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki. Sebagian besar siswa adalah anak buruh
dan petani. Banyak siswa yang kurang terpantau dalam perkembangan belajarnya.
Secara umum karakteristik taraf kognitif siswa masih rendah. Siswa yang taraf
kognitifnya tinggi dengan siswa yang taraf kognitifnya rendah terpaut jauh.
Penelitian dilaksanakan secara kolaboratif yaitu bekerja sama dengan guru
kolabor. Guru kelas sebagai pelaksana pembelajaran dan guru sejawat yang
ditunjuk sebagai observer. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam dua sikus
selama dua minggu
26
3.2. Jenis dan Desain Penelitian
Pada sub judul jenis penelitian dan desain penelitian ini akan diuraikan menjadi
dua sub judul yaitu jenis penelitian dan desain penelitian. Jenis penelitian akan
membahas mengenai jenis penelitian yang akan peneliti lakukan, sementara desain
penelitian lebih kepada model atau rancangan penelitian yang akan di jadikan acuan
oleh peneliti di dalam melaksanakan tindakan penelitian.
3.2.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas
(Classroom Action Research), sering disingkat dengan PTK. PTK adalah penelitian
tindakan (Action Research) yang dilakukan sebagai upaya untuk memperbaiki
tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas sehingga diharapkan
dapat meningkatkan mutu pembelajaran (Arikunto, 2009). Pada penelitian ini
berkolaboratif dengan guru kelas. Guru sebagai pelaksana pembelajaran dan guru
sejawat yang ditunjuk sebagai observer.
3.2.2 Desain Penelitian
Desain Penelitian ini direncanakan dengan menggunakan desain penelitian
yang dikembangkan Arikunto melalui desain Kemmis dan Taggart yang
menggambarkan adanya empat langkah, meliputi: “perencanaan (planning),
pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting)”. Arikunto
(2009:97) melalui desain Kemmis dan Taggart menyatakan bahawa
Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan (planning)
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan apa, mengapa, kapan,
dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakuakan.
Penelitian tindakan yang ideal sebenarnya dilakukan secara
berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang
mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah
kolaborasi.
Tahap 2: Pelaksanaan tindakan (Acting)
Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang
merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu
mengenakan tindakan kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa
27
dalam tahap ke-2 ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati
apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan.
Tahap 3: Pengamatan (Observing)
Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh
pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini
dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya
pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi,
keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.
Tahap 4: Refleksi (Reflecting)
Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali
apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan
ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian
berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi
rancangan tindakan.
Desain bagan dalam penelitian ini menurut Kemmis dan Taggart dalam
Arikunto (2009:97) sebagai berikut:
3.3. Rencana Tindakan
Kemmis dan Taggart dalam (Arikunto, 2009:97) yang menggambarkan adanya
empat langkah, meliputi: “perencanaan (planning), pelaksanaan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting)”. Rencana tindakan penelitian ini
dilaksanakan pada siklus I, siklus II, dan dengan dikenai tindakan yang sama.
Pada siklus I melakukan perencanaan meliputi : (a) tahap perencanaan yaitu
membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menentukan Standar
Gambar 3.2
Tahapan PTK Kemmis dan Taggart
Perencanaan
Perencanaan
Pen gamatan
Pengamatan
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Refleksi
Refleksi
Hasil
Siklus I
Siklus II
28
Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dilakukan peneliti. Mengembangkan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam indikator. Indikator kemudian
dikembangkan menjadi tujuan pembelajaran. Merumuskan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan guru dengan model pembelajaran Children Learning In
Science (CLIS), menetapkan alat peraga yang akan digunakan dalam pembelajaran
yang sesuai dengan materi. Membuat lembar observasi guru dan membuat evaluasi
pembelajaran. Tahap kedua yaitu (b) tahap pelaksanaan, merupakan implementasi
kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
yang akan dilaksanakan oleh guru kelas 5. Tahap ketiga (c) tahap observasi kegiatan
pembelajaran dilakukan oleh observer. Observasi dilakukan terhadap kegiatan guru
dalam pelaksanaan pembelajaran, kemampuan guru dalam mengelola kelas,
kegiatan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran CLIS dan hasil belajar peserta didik dalam evaluasi pembelajaran.
Tahap keempat yaitu (d) tahap refleksi, dilakukan selama dan setelah tindakan
dilakukan. Semua informasi yang diperoleh dianalisis dan mengkaji hambatan,
kekurangan, kelemahan pada siklus pertama sebagai dasar penentuan dan
perencanaan tindakan pada siklus berikutnya. Untuk mengetahui perubahan atas
tindakan yang telah diberikan dengan membandingkan antara hasil belajar IPA
setelah diberi tindakan dengan hasil belajar IPA pada tindakan sebelumnya.
Berdasar dari hasil tersebut, diadakan tindak lanjut apabila tindakan yang telah
dilakukan tidak menghasilkan perubahan yang dapat meningkatkan hasil belajar
IPA. Kelebihan akan dipertahankan dan kekurangan akan diperbaiki pada tindakan
berikutnya yang didiskusikan dengan guru kelas 5.
Siklus II dirancang berdasarkan refleksi pada siklus I. Kegiatan yang
dilakukan pada siklus II merupakan penyempurnaan dari kelemahan atau
kekurangan pada siklus I.
3.4. Variabel Penelitian
Variabel merupakan suatu istilah yang tidak dapat dipisahkan di dalam sebuah
penelitian. Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
29
tentang hal tesebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2012:38) Dalam
penelitian tindakan kelas terdapat 2 variabel yang digunakan yaitu:
3.4.1 Variabel Bebas
Variabel independent atau variabel bebas “merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable
dependen (terikat) (Sugiyono, 2012:39). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
model pembelajaran Children Learning In Science ( CLIS ) yaitu model
pembelajaran yang berusaha mengembangkan ide atau gagasan siswa tentang suatu
masalah tertentu dalam pembelajaran serta merekonstruksi ide atau gagasan
berdasarkan hasil pengamatan dan percobaan.
3.4.2 Variabel Terikat
Variabel dependent adalah “variable yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variable bebas” (Sugiyono, 2012:39). Dalam penelitian ini
yang menjadi variabel terikat adalah proses belajar IPA dan hasil belajar IPA siswa
kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga. Trianto (2014:143) yang menyatakan
bahwa pembelajaran IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses
yang diukur dengan penilaian observasi selama pembelajaran. Nawawi (2007 : 39
) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan
siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor
yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Dalam
penelitian ini hasil belajar yang digunakan adalah aspek kognitif berdasarkan hasil
yang diperoleh dari skor evaluasi pada akhir setiap siklus. Hasil belajar IPA diukur
menggunakan tes formatif. Nilai keberhasilan siswa dianalisis menurut Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) dan rata-rata nilai kelas. Sehingga dapat diketahui
keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran yang dilakukan.
3.5. Teknik dan Instrumen Pengumpulan data
Pengumpulan data dapat dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data disertai instrumennya. Teknik yang dipakai
30
untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah teknik observasi dan teknik
tes. Sedangkan instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar
observasi dan butir soal tes dengan bentuk pilihan ganda.
3.5.1 Teknik Pengumpulan Data
Dalam PTK ini, teknik pengumpulan data yang digunakan menggunakan
observasi dan tes.
a) Observasi
“Observasi atau pengamatan adalah proses pengambilan data dalam penelitian
ketika peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian” dalam Hamzah (2011:90).
Observasi digunakan untuk mengetahui perkembangan aktivitas guru dan siswa
dalam menerapkan pembelajaran IPA model Children Learning In Science (CLIS).
Observasi dilakukan dalam tim kolaborator yang terdiri dari guru sebagai pelaksana
pembelajaran dan mahasiswa sebagai observer. Penilaian pelaksanaan
pembelajaran dilakukan dalam bentuk centang atau ceklis meliputi menilai
pelaksanaan proses pembelajaran di kelas, dan mengobservasi keaktifan siswa
secara berkelompok.
b) Tes
“Tes merupakan seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada
seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan
penetapan skor angka” dalam Hamzah (2011:104). Penilaian dilakukan dengan
bentuk soal pilihan ganda pada setiap siklus untuk mengukur perkembangan hasil
belajar siswa sesudah menerapkan pembelajaran IPA model Children Learning In
Science (CLIS).
3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari lembar
observasi untuk mengukur aktivitas guru dan aktivitas siswa, dan butir soal tes
digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa.
a) Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan aktivitas
siswa selama proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Children
Learning In Science dari awal sampai akhir pembelajaran. Pengisian lembar
31
observasi ini dengan memberikan tanda checklist (√) sesuai hasil yang diamati
observer terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa pada setiap pertemuan. Adapun
kisi-kisi lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa disajikan dalam tabel
3.2 dan table 3.3.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru
No Aspek Indikator Nomor
Item
Jumlah
Item
1. Pra
Pembelajaran
a. Mempersiapkan
perlengkapan pembelajaran
b. Membuka pembelajaran
1
2
2
2. Orientasi c. Melakukan Orientasi
berupa apersepsi.
d. Menyampaikan tujuan
pembelajaran.
3
4
2
3. Pemunculan
Gagasan
a. Memberikan pertanyaan
terbuka tentang materi.
b. Meminta siswa menyusun
gagasan atau pendapat.
c. Melakukan tanya jawab
untuk menggali gagasan
awal
5
6
7
3
32
4 Penyusunan
Ulang
Gagasan
a. Membagi siswa ke dalam
kelompok belajar.
b. Meminta siswa berdiskusi
untuk memahami materi.
c. Meminta siswa
menyampaikan gagasan.
d. Meminta membandingkan
gagasannya dengan
pengertian ilmiah di buku
teks.
e. Meminta siswa melakukan
observasi atau praktikum
f. Meminta siswa melaporkan
hasil observasi atau
praktikum.
8
9
10
11
12
13
6
5 Penerapan
Gagasan
a. Meminta siswa
menganalisis fenomena
lingkungan sekitar yang
berhubungan dengan
materi
14 1
6 Pemantapan
Gagasan
a. Membimbing siswa
menyimpulkan materi yang
dipelajari.
b. Melakukan refleksi
15
16
2
7 Penutup a. Memberikan tindak lanjut
b. Menutup pelajaran dengan
salam.
17
18
2
18
33
Tabel 3.3
Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa
No Aspek Indikator Nomor
Item
Jumlah
Item
1. Pra
Pembelajaran
a. Menyiapkan perlengkapan
pembelajaran.
b. Membuka pembelajaran
1
2
2
2. Orientasi a. menanggapi orientasi yang
berupa apersepsi.
b. Memperhatikan secara
seksama ketika guru
menjelaskan tujuan
pembelajaran yang akan
dicapai.
3
4
2
3. Pemunculan
Gagasan
a. Memperhatikan
pertanyaan terbuka yang
diberikan guru.
b. Menyusun gagasan atau
pendapatnya dalam bentuk
tulisan.
c. Menjawab pertanyaan guru
untuk menggali gagasan
awal.
5
6
7
3
34
4 Penyusunan
Ulang
Gagasan
a. Membentuk
kelompok belajar.
b. Berdiskusi untuk
memahami materi.
c. Menyampaikan gagasan.
d. Membandingkan
gagasannya dengan
pengertian ilmiah di buku
teks.
e. Melakukan observasi atau
praktikum
f. Melaporkan hasil observasi
atau praktikum.
8
9
10
11
12
13
6
5 Penerapan
Gagasan
a. Menganalisis fenomena
lingkungan sekitar yang
berhubungan dengan
materi
14 1
6 Pemantapan
Gagasan
a. Menyimpulkan materi yang
dipelajari.
b. Merespon refleksi yang
diberikan guru
15
16
2
7 Penutup a. Memperhatikan tindak
lanjut yang diberikan guru
b. Menutup pelajaran
17
18
2
18
35
b) Butir Soal
Instrumen butir soal tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
tingkat pemahaman siswa terhadap pembelajaran dan sebagai pembanding
peningkatan hasil belajar antar siklus. Soal tes ini berbentuk pilihan ganda yang
diberikan pada akhir kegiatan pembelajaran tiap siklus. Kisi-kisi soal tes pada siklus
I dan siklus II sebagai berikut :
Tabel 3.4
Kisi-kisi Soal Tes Siklus I dan II
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar Indikator No. Item
Jumlah
Item
Siklus I
7. Memahami
perubahan
yang terjadi
di alam dan
hubungannya
dengan
penggunaan
sumber daya
alam
7.1 Mendeskrip
sikan proses
pembentuka
n tanah
karena
pelapukan
Mengidentifikasi jenis-
jenis batuan berdasarkan
proses pembentukannya
Mengidentifikasi jenis-
jenis batuan berdasarkan
ciri-cirinya
Menyebutkan manfaat
batuan dalam kehidupan
sehari-hari.
Mendiskripsikan proses
pelapukan fisika
Mendiskripsikan proses
pelapukan biologi
Mendiskripsikan proses
pelapukan kimia
Menyebutkan contoh
pelapukan batuan di
lingkungan sekitar.
1,2,3,4,5,6,7,
16,17,18
9,13,14,15
8,10,11,12,19
21,27
23,24,30
20,22
25,26,28,29
30
36
Siklus II
7.2 Mengidentif
ikasi jenis-
jenis tanah
Mengidentifikasi unsur-
unsur pembentuk tanah.
Mendiskripsikan
komposisi lapisan
penyusun tanah.
Mengidentifikasi jenis-
jenis tanah.
Menyebutkan fungsi
tanah dalam kehidupan
sehari-hari.
1,2,3,4,28
5,6,7,8,9,10,
11,12
13,14,15,16,
17,18,20,22,
23,25,29,30
19,21,24,26,
27
30
3.6. Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen
Sebelum dilaksanakan penelitian terlebih dahulu peneliti menguji instrumen
soal yang akan digunakan. Instrumen yang akan digunakan sebelumnya harus diuji
validitas, reliabilitas, dan tingkat kesukarannya. Uji validitas dan reabilitas ini di
ujikan kepada siswa kelas 5 SD N Tingkir Tengah 01 Salatiga yang berjumlah 28
siswa.
3.6.1 Uji Validitas
Sebelum dilakukan tindakan untuk mengukur hasil belajar siswa dengan
menyelasaikan sola maka dilakukan uji validitas sehingga nantinya akan
didapatkan butir soal yang valid. “Instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur”
(Sugiyono, 2012:121). Uji validitas dihitung dengan cara mengkorelasikan antara
nilai yang diperoleh dari setiap item instrumen dengan nilai keseluruhan yang
diperoleh. Besar rtabel sangat bergantung kepada jumlah peserta (N) dan taraf
kesalahannya (a) pada N yang lebih besar maka kemungkinan kesalahan
kesimpulan yang dibuat mengenai hubungan X dan Y lebih kecil sehingga semakin
kecil rtabel yang diperlukan. Sebaliknya bila N lebih kecil maka diperlukan rtabel
yang lebih besar (Purwanto, 2013:116).
37
Uji validitas dilakukan menggunakan acuan toleransi kesalahan sebesar 5%
atau taraf kepercayaan sebesar 95%. Pelaksanaan uji validitas instrumen
dilakukan di kelas 5 SD N Tingkir Tengah 01 dengan jumlah peserta tes adalah 28
siswa, dengan jumlah responden (N) = 28, maka nilai rtabel = 0,374 dengan taraf
signifikansi 5% (Sugiyono, 2012:333). Nilai rxy ditentukan dengan menghitung
nilai corrected item to total correlation menggunakan aplikasi Statistical Package
For the Social Science (SPSS) versi 22. Sebelum tindakan jumlah soal dibuat
sebanyak 30 butir soal pilihan ganda untuk tiap siklus. Hasil uji validitas siklus I
dan II dapat dilihat pada tabel 3.5 dan table 3.6 berikut ini :
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Instrumen Siklus 1
Analisis Data
Soal Evaluasi Hasil Belajar Siklus I
Instrumen Valid Instrumen Tidak Valid
Analisis I
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 12 14, 15, 16, 17, 18, 20,
21, 22, 24, 25, 26, 27, 30
13, 19, 23 ,28, dan 29
Analisis II
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 12 14, 15, 16, 17, 18, 20,
21, 22, 24, 25, 26, 27, 30
-
Berdasarkan hasil uji validitas 30 item soal terdapat 5 item soal yang tidak
valid yaitu item soal nomor 13, 19, 23, 28, dan 29. Sedangkan 25 soal yang lainnya
terbukti valid setelah di uji menggunakan SPSS versi 22 for Windows. Soal yang
valid tersebut kemudian peneliti gunakan sebagai soal evaluasi pada siklus I. Output
data statistik hasil uji validtitas intrumen selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
38
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Instrumen Siklus II
Analisis Data
No. Item Soal Evaluasi Hasil Belajar Siklus II
Instrumen Valid Instrumen Tidak Valid
Analisis I
2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 11, 12, 13,
14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21,
23, 24, 27, 28, 29
1, 8, 10, 22, 25, 26, dan
30
Analisis II
2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 11, 12, 13,
14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21,
23, 24, 27, 28, 29
-
Berdasarkan hasil uji validitas 30 item soal terdapat 7 item soal yang tidak
valid yaitu item soal nomor 1, 8, 10, 22, 25, 26, dan 30. Sedangkan 23 soal yang
lainnya terbukti valid setelah di uji menggunakan SPSS versi 22 for Windows. Soal
yang valid tersebut kemudian peneliti gunakan sebagai soal evaluasi pada siklus II.
Output data statistik hasil uji validtitas intrumen selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran.
3.6.2 Uji Reliabilitas
Arikunto (2009:178) menyatakan bahwa “ apabila data benar-benar sesuai
dengan kenyataannya, maka beberapa kali pun diambil tetap akan sama. Reliabilitas
menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya, dapat dipercaya, jadi
dapat diandalkan“. Uji reliabilitas dilakukan dengan bantuan SPSS 22. Kriteria
untuk menentukan tingkat reliabilitas instrument digunakan pedoman yang
dikemukakan oleh George dan Marley dalam Wardani, N. S. (2010:35) pada table
3.7 sebagai berikut :
Tabel 3.7
Kriteria Reliabilitas
No Indeks Interprestasi
1 α ≤ 0,7 tidak dapat diterima
2 0,7 ≤ α ≤ 0,8 dapat diterima
3 0,8 ≤ α ≤ 0,9 reliabilitas bagus
4 α > 0,9 reliabilitas memuaskan
39
Hasil perhitungan uji reliabilitas pada siklus I dan II dapat dilihat pada
tabel 3.8 dan tabel 3.9 sebagai berikut :
Cronbach's Alpha N of Items
,912 25
Cronbach's Alpha N of Items
,910 23
Tabel 3.8 menunjukan bahwa pada siklus I dari 25 butir soal yang valid
memiliki nilai cronbach’s alpha sebesar 0,912 Hal ini menunjukan bahwa
reliabilitasnya memuaskan , sehingga soal yang valid dan reliabel sebanyak 25 butir
soal dapat digunakan sebagai intrumen dalam penelitian. Tabel 3.9 menunjukan
bahwa pada siklus II dari 23 butir soal yang valid memiliki nilai cronbach’s alpha
sebesar 0,910. Hal ini menunjukan bahwa reliabilitasnya bagus, sehingga 23 butir
soal tersebut dapat digunakan sebagai instrument dalam penelitian.
3.7. Uji Taraf Kesukaran Instrumen
Untuk memperoleh kualitas soal yang baik, di samping memenuhi validitas
dan reabilitas juga harus mempertimbangkan dari tingkat kesulitan soal tersebut.
Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam
menjawab soal, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal. Persoalan yang
penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah penentuan proporsi
dan kriteria soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar. Menurut Sudjana
(2014:137) cara melakukan analisis untuk menentukan tingkat kesukaran soal
adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Tabel 3.9
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus II
Tabel 3.8
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Siklus I
40
Keterangan :
I = indeks kesulitan untuk setiap butir soal;
B = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal;
N = banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksudkan.
Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, makin
sulit soal tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah
soaal tersebut. Kriteria indeks kesulitan soal adalah sebagai tersebut:
a. 0,0 – 0,30 = soal kategori sukar;
b. 0,31 – 0,70 = soal kategori sedang;
c. 0,71 – 1,00 = soal kategori mudah.
Untuk menentukan tingkat kesukaran butir soal siklus I dan II dapat dilihat
hasil indeks kesukaran intrumen pada table 3.10 sebagai beriku :
Tabel 3.10
Hasil Aalisis Tingkat Kesukaran Item Soal Siklus I
Rentang Kriteria Nomor Item Jumlah
0,0 – 0,30 Sukar 4, 8, 14, 20, 21, 22, 27 7
0,31 – 0,70 Sedang 2, 3, 6, 10, 12, 15, 16, 17, 18, 24, 26, 30 12
0,71 – 1,00 Mudah 1, 5, 7, 9, 11, 25 6
Total 25
Dari data tabel 3.10 hasil analisis tingkat kesukaran soal siklus I, dapat
diuraikan bahwa hasil uji tingkat kesukaran item soal pilihan ganda dengan jumlah
soal sebanyak 25 soal terdapat 7 soal dengan kategori sukar, 12 soal dengan kategori
sedang, dan 6 soal dengan kategori mudah.
Selanjutnya untuk data hasil analisis tingkat kesukaran item soal siklus II
hasilnya sebagai berikut:
I= 𝐵
𝑁
41
Tabel 3.11
Hasil Aalisis Tingkat Kesukaran Item Soal Siklus II
Rentang Kriteria Nomor Item Jumlah
0,0 – 0,30 Sukar 5, 14, 18, 19, 21, 27 6
0,31 – 0,70 Sedang 2, 4, 6, 9, 12, 13, 16, 17, 20, 28 11
0,71 – 1,00 Mudah 3, 7, 11, 15, 23, 24, 6
Total 23
Dari data tabel 3.11 hasil analisis tingkat kesukaran soal siklus I, dapat
diuraikan bahwa hasil uji tingkat kesukaran item soal pilihan ganda dengan jumlah
soal sebanyak 23 soal terdapat 6 soal dengan kategori sukar, 11 soal dengan kategori
sedang, dan 6 soal dengan kategori mudah.
Mendasakan dari hasil uji validitas, reliabilitas dan kesukaran instrumen
maka pada penelitian ini ditetapkan 20 butir soal pada siklus I dan 20 butir soal
pada siklus II yang digunakan sebagai instrument penelitian.
3.8. Teknik Analisis Data
Data kualitatif yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis
analisis deskriptif berdasarkan hasil observasi kinerja guru dan aktivitas siswa dan
refleksi dari tiap-tiap siklus, sedangkan data kuantitatif menggunakan deskriptif
komparatif yaitu membandingkan kondisi sebelum tindakan, nilai tes setelah siklus
I, nilai tes setelah siklus II.
3.8.1 Data Kuantitatif
Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa. “Langkah
pertama dalam proses pengolahan hasil belajar adalan pengskoran dari data mentah
berdasarkan hasil belajar siswa (Arifin, 2009:221)”. Selanjutnya angka-angka hasil
penilaian diubah menjadi nilai-nilai untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai
hasil belajar siswa.
Cara pemberian skor terhadap tes hasil belajar pada penelitian ini dengan
memberikan skor pada soal bentuk pilihan ganda.
42
a. Penskoran soal bentuk pilihan ganda
Cara penskoran tes bentuk pilihan ganda menurut Zaenal Arifin (2009:229) ada
tiga macam yaitu “penskoran tanpa koreksi, penskoran ada koreksi, dan pengskoran
dengan butir beda bobot”. Peneliti menggunakan teknik penskoran tanpa koreksi
yaitu penskoran dengan cara setiap butir soal yang dijawab benar mendapat nilai
satu (tergantung pada bobot butir soal). Skor peserta didik diperoleh dengan cara
menghitung banyaknya butir soal yang dijawab benar dengan menggunakan rumus:
(Arifin, 2009:229)
Keterangan :
B = jumlah jawaban benar
N = jumlah soal
Skala = 0-100
b. Menghitung rata-rata hasil belajar menggunakan rumus:
(Sudjana, 2014)
keterangan :
X = rata-rata (mean).
∑X = jumlah seluruh skor.
N = banyaknya subjek.
Berdasarkan nilai persentase yang diperoleh, ketuntasan belajar siswa dalam
pembelajaran IPA melalui model pembelajaran Children Learning In Science dapat
digolongkan menjadi lima kriteria. Kriteria ketuntasan belajar secara klasikal
adalah sebagai berikut:
Skor = 𝐵
𝑁 X
100
X = ∑𝑋
𝑁
43
Tabel 3.12
Kriteria Ketuntasan Belajar Klasikal
(%) Kualifikasi
90% - 100% Sangat baik
80% - 89% Baik
70% - 79% Cukup
60% - 69% Kurang
<59% Kurang sekali
c. Menentukan batas minimal ketuntasan belajar
Dalam penelitian ini setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya jika proporsi
jawaban benar siswa ≥ 65.
3.8.2 Data Kualitatif
Data kualitatif berupa data hasil observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran. Pengolahan data hasil observasi aktivitas guru
dan aktivitas siswa selama pelaksanaan siklus I dan II. Observasi aktivitas guru dan
aktivitas siswa digunakan untuk mengukur apakah guru dan siswa sudah baik dalam
menerapkan pembelajaran IPA model Children Learning In Science (CLIS).
Lembar observasi aktivitas guru terdiri dari 15 penyataan yang terbagi dalam
kegiatan pra pembelajaran, kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir dan
lembar aktivitas siswa terdiri dari 15 pernyataan yang terbagi dalam kegiatan pra
pembelajaran, kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Observer mengamati
aktivitas guru selama 2 siklus. Observer mengisi lembar observasi aktivitas guru
dan aktivitas siswa dengan menggunakan skala Likert (Sugiyono, 2012:93) yaitu
dengan memberikan tanda centang pada kolom skor 1 (jika pernyataan dilakukan
guru dalam kategori sangat tidak baik), 2 (jika pernyataan dilakukan guru dalam
kategori tidak baik), 3 (jika pernyataan dilakukan guru dengan kategori baik), dan
4 (jika pernyataan dilakukan guru dengan kategori sangat baik). Setelah itu skor
yang diperoleh dapat dihitung dengan rumus:
44
(Purwanto, 2013)
Keterangan :
S = skor yang dicari
R = skor mentah yang diperoleh
N = skor maksimum-ideal dari tes yang bersangkutan
SM = Standard Mark (besarnya skala penilaian yang dikehendaki) 1-100 (%)
Berdasarkan nilai persentase yang diperoleh, maka kriteria hasil observasi
aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran
Children Learning In Science dapat digolongkan menjadi lima kriteria. Kriteria
hasil observasi secara klasikal adalah sebagai berikut:
Tabel 3.12
Kriteria Hasil Observasi Klasikal Aktivitas Guru dan Siswa
(%) Kualifikasi
90% - 100% Sangat baik
80% - 89% Baik
70% - 79% Cukup
60% - 69% Kurang
<59% Kurang sekali
3.9. Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan dari penelitian yang dilakukan pada siswa kelas 5 SD
N Sidorejo Kidul 02 Salatiga melalui model pembelajaran Children Learning in
Sciense pada pembelajaran IPA meliputi indikator proses dan hasil. Indikator proses
dan hasil dijabarkan sebagai berikut:
S = 𝑅
𝑁 x SM
45
3.9.1 Indikator Proses
Indikator proses merupakan indikator keberhasilan dari proses pelaksanaan
tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa melalui penerapan
model pembelajaran Children Learning in Sciense. Pada penelitian ini aktivitas
guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran
Children Learning in Sciense dapat dikatakan berhasil apabila mengalami
peningkatan secara signifikan minimal 10%.
3.9.2 Indikator Hasil
Indikator hasil dalam penelitian ini yaitu hasil belajar IPA, penerapan model
pembelajaran Children Learning in Sciense dikatakan dapat meningkatkan hasil
belajar IPA apabila siswa kelas 5 SD N Sidorejo Kidul 02 Salatiga secara signifikan
mengalami ketuntasan belajar individual dengan nilai hasil belajar IPA ≥ 65 dan
mengalami ketuntasan belajar secara klasikal dengan nilai rata-rata hasil belajar
IPA meningkat minimal 7 nilai dari KKM ≥ 65 yang ditentukan oleh sekolah atau
ketuntasan belajar secara klasikal sebesar ≥ 90 % dari 33 siswa (kriteria sangat baik)
dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran Children Learning in
Scienses