bab iii laporan hasil penelitian di smlb negeri c...
TRANSCRIPT
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN DI SMLB NEGERI C KABUPATEN
PEMALANG
A. SITUASI UMUM SLMB NEGERI C KABUPATEN PEMALANG
1. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya.
Sebelum menjadi Sekolah Luar Biasa Negeri C Pemalang (lemah
mental), sekolah ini dahulunya merupakan Sekolah Luar Biasa Bagian A.
Sekolah ini didirikan oleh suatu yayasan Kesejahteraan Tunanetra Jawa
Tengah yang bertempat di Pemalang, yaitu pada Tanggal 5 September
1961 dengan nama “Panti Guna Anak-anak Tunanetra”. Yayasan ini
bertugas khusus menangani anak-anak tunanetra saja. Kemudian pada
tanggal 1 Desember 1961 nama Panti Guna diganti menjadi Sekolah Luar
Biasa (SLB) bagian A (untuk anak-anak Tunanetra).
Karena perkembangan yang demikian cukup baik, dan SLB bagian
A telah memenuhi syarat maka mulai tanggal 1 Agustus 1963 statusnya
berubah menjadi Sekolah Luar Biasa Negeri A. Keputusan ini berdasarkan
atas Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yaitu pada
tanggal 4 Juni tahun 1963 Nomor : 56 / SK / B /III.
Dan pada tahun 1985, didirikanlah SLB / A Pembina tingkat propinsi
yang berada di Pemalang, berdasarkan Surat Kanwil Depdikbud propinsi
Jawa Tengah Nomor : 560 / 103. 7.1 / 1086, tertanggal 13 Mei 1986.
Sehingga sejak tahun ajaran 1986 / 1987 SLB Negeri A tidak lagi
menerima siswa Tunanetra, tetapi mulai menerima siswa non Tunanetra
yaitu Tunagrahita dan Tunarunguwicara. Karena sudah berdiri adanya
Sekolah Luar Biasa A Pembina Tingkat Propinsi di Pemalang yang khusus
menerima anak Tunanetra. Sehingga Tahun ajaran pendidikan 1987
sampai sekarang siswa SLB Negeri Pemalang siswanya mutlak terdiri dari
anak Tunagrahita dan Tunarunguwicara
37
38
Adapun susunan pejabat Kepala Sekolah Luar Biasa Negeri
Pemalang dari tahun 1961 – sekarang.1
No. Nama Masa jabatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Ibu Roebiah Soenaryo
Bp. Hidayat
Bp. Sodari
RM. YBHS. Noto Atmojo
Sri Moelyani
Iskandar Hadipranoto, BA.
Isworo, BA
Suharno
Isworo, BA
Sri Wiyani, S.Pd
1961 – 1965
1965 – 1968
1968 – 1970
1970 – 1973
1973 – 1983
1983 – 1985
1985 – 1993
1993 – 1995
1995 – 1996
1996 - Sekarang.
2. Letak Geografis
Sekolah Luar Biasa Negeri C Pemalang (cacat mental / lemah
mental) Kabupaten Pemalang berada didalam kesatuan bangunan dengan
bagian B (Tunarunguwicara) yang beralamatkan di Jl. Dr. Cipto
Mangunkusumo No. 3 Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang, Telp.
321190.
Lokasi gedung SLB Negeri Pemalang dibatasi oleh beberapa
lembaga, yaitu:
Sebelah Utara : Jl. Raya Pemalang – Tegal / (Panti Destarasta).
Sebalah Timur : KUA Kecamatan Pemalang.
Sebelah Selatan : SLB A/Pembina tingkat propinsi Jawa Tengah.
Sebelah Barat : Kantor Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Pemalang.
Adapun bangunan SLB Negeri C Pemalang terdiri dari 28 ruangan,
dimana 12 untuk belajar anak Tunagrahita, 6 ruang untuk belajar anak
1 Sumber Data SLB Negeri C Kabupaten Pemalang.
39
Tunarunguwicara, 3 ruang untuk ketrampilan, 3 ruang kamar mandi, 1
ruang untuk guru, 1 ruang untuk pertemuan para guru, 1 ruang untuk TU, 1
ruang untuk Kepala Sekolah. Serta 1 bangunan Mushala yang masih dalam
tahap pembangunan dan belum selesai.
Sekolah Luar Biasa Negeri C Pemalang ini terletak pada posisi yang
cukup strategis, karena mudah dijangkau dengan kendaraan umum,
mengingat letak bangunannya yang berada di tepi jalan raya jurusan
Pemalang – Tegal, sehingga sangat memudahkan untuk bisa dijangkau
lebih-lebih anak yang berasal dari luar Kota Pemalang yang bersekolah di
SLB Negeri C Pemalang.
3. Struktur Organisasi
Sekolah Menengah Luar Biasa (SMLB) Negeri C Pemalang adalah
sebagai lembaga pendidikan formal yang sekaligus merupakan organisasi
yang bekerjasama secara dinamis untuk melaksanakan programnya dalam
rangka mencapai program tujuan pendidikan nasional. Hal tersebut
diharapkan agar pembagian tugas dan tanggung jawab dapat merata kepada
semua orang sesuai dengan kecapan dan fungsi masing-masing.
Untuk lebih jelasnya tentang stuktur organisasi SLB Negeri C
Pemalang dapat dilihat pada lampiran.
4. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa SLB Negeri Pemalang.
a. Keadaan Guru
Suatu lembaga dapat dikatakan sebagai lembaga pendidikan
apabila mempunyai unsur yang pokok dalam proses pendidikan dan
pengajaran yaitu pendidik dan anak didik. Di SLB Negeri C Pemalang
tenaga guru terdiri dari 21 orang guru pendidik, terdiri dari 12 orang
guru negeri, 1 orang guru bantuan, dan 1 orang lagi adalah guru Wiyata
Bakti. Sebagian besar tenaga pendidik di SLB Negeri C Pemalang
adalah lulusan dari SGPLB (Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa),
dengan demikian sangat menunjang sekali keberhasilan dalam proses
belajar mengajar karena para guru sudah mempunyai bekal yang cukup
40
dan sesuai dalam bidangnya, dimana mereka sudah menempuh
beberapa ilmu tentang pendidikan yang berkaitan dengan anak-anak
yang mempunyai kelaianan tersebut, adapun daftar guru terlampir.2
b. Keadaan Karyawan.
Karyawan di SMLB Negeri C Pemalang terdiri dari 2 orang, dan
dalam melaksanakan tugasnya para karyawan tidak terlepas dari
kerjasama dengan para guru, karena sistem yang sangat ditekankan
disana adalah sistem kekeluargaan, saling membantu antara yang satu
dengan lainnya.3
c. Keadaan siswa.
Jumlah siswa SLB Negeri C Pemalang, pada tahun pelajaran
2002 / 2003 seluruhnya ada 63 anak. Mereka terbagi atas beberapa
kelas yaitu; kelas Persiapan 1 dan 2 (TK), kelas Dasar 1 sampai 6
(SDLB), kelas Lanjutan 1 sampai 3 (SLTPLB) dan kelas Menengah 1
sampai 3 (SMLB).4 Penerimaan murid di SLB Negeri C Pemalang
sangat bergantung pada keadaan siswa, jadi terkadang ajaran baru sudah
berjalan agak lama, kemudian ada lagi siswa yang baru masuk,
sehingga dalam menerima anak SLB Negeri C Pemalang tidak terpaku
pada batas yang ada seperti sekolah pada umumnya, akan tetapi disini
sifatnya fleksibel atau dengan istilah kondisional. Dalam penempatan
perkelas masing-masing anak disesuaikan dengan tingkatan kecakapan
dalam belajar atau intelegensinya.
Anak-anak SLB Negeri C Pemalang, mereka mempunyai
kecakapan IQ dibawah rata-rata antara 50-70, sehingga di SLB ini anak
tersebut masih dikategorikan anak Tunagrahita ringan artinya masih
bisa dididik atau juga dikenal dengan mampu didik. Dan ditinjau dari
2 Ibid. 3 Ibid. 4 Ibid.
41
segi latar belakang kehidupan ekonomi keluargannya, mereka berasal
dari keluarga menengah.5
5. Fasilitas Pendidikan
Untuk kemajuan pelaksanaan pendidikan dan peningkatan mutu
pendidikan bagi para anak didik SLB Negeri C Pemalang, maka perlu
adanya fasilitas pendidikan dalam proses belajar mengajar untuk
menambah ketrampilan para siswa khususnya pada tingkat SMLB.
Adapun fasilitas tersebut yang dimiliki oleh SMLB Negeri C
Pemalang yaitu:
a. Komputer yang jumlahnya ada 6 buah.
b. Mesin Jahit dan Alat Bordir
c. Alat Sablon
d. Alat Ketrampilan membuat tas, dan lain-lain.6
Dengan demikian pendidikan bagi anak yang memiliki kelainan
tersebut dapat terarah dan tercapai sesuai dengan landasan dan tujuan yang
telah ada. Sehingga anak-anak tersebut tidak perlu lagi memiliki perasaan
yang iri terhadap anak yang normal kalau dirinya tidak akan mendapatkan
pendidikan seperti yang lainnya.
B. SITUASI KHUSUS.
1. Kurikulum Pendidikan Luar Biasa
Kurikulum pendidikan luar biasa SMLB Negeri C Pemalang
tercantum dalam “Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
No. 0126/V /1994 yaitu pada tanggal 4 Mei 1994”.7
Pendidikan luar biasa yang diselenggarakan di SMLB bagi siswa
Tunagrahita ringan, sedang, dan kalainan ganda yang bertujuan
memberikan bekal kemampuan yang merupakan perluasan serta
5 Sri Wiyani, Kep. Sekolah SLB Negeri Pemalang, Wawancara tanggal 10 Juni 2003, Jam
08. 00 WIB. 6 Ibid. 7 Depdibud, Kurikulum Pendidikan Luar Biasa, landasan, Program dan Pengembangan,
(Jakarta: Dep. Dikbud, 1994), hlm. 5.
42
peningkatan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang diperoleh di
SLTPLB yang bermanfaat bagi siswa untuk hidup mandiri sesuai dengan
kelainan yang disandangnya dan tingkat perkembangannya.8
Adapun isi kurikulum dari SMLB mencakup:
a. Program umum, yang terdiri atas mata pelajaran pendidikan pancasila
dan kewarganegaraan, pendidikan agama, bahasa Indonesia,
matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,
pendidikan jasmani dan kesehatan, bahasa Inggris.
b. Program pilihan, yang berupa paket ketrampilan rekayasa, pertanian,
usaha, dan perkantoran, kerumahtanggaan, dan kesenian, yang dapat
dipilih siswa yang diarahkan pada penguasaan satu jenis ketrampilan
atau lebih yang dapat menjadi bekal hidup di masyarakat.9
Lama pendidikan SMLB berlangsung selama sekurang-kurangnya
tiga tahun. Dan memiliki beban belajar sekurang-kurangnya 42 jam
pelajaran setipa minggu. Setiap jam pelajaran lamanya 45 menit. Jatah
waktu untuk program umum kurang lebih 38%; sedangkan jatah waktu
untuk program pilihan kurang lebih 62%.10
SMLB Negeri C Pemalang menjalankan beberapa jenis program
pendidikan yaitu:
1) Pendidikan Umum, yaitu mencakup pendidikan moral
2) Pendidikan Akademis, yaitu menjadi dasar dalam usaha meningkatkan
kemampuan intelek siswa.
3) Pendidikan Ketrampilan yang berfungsi untuk mengembangkan bakat
dan ketrampilan, pendidikan ketrampilan tersebut dimaksudkan agar
kelak nantinya siswa mempunyai ketrampilan ketika hidup
dimasyarakat.
8 Ibid., hlm. 8. 9 Ibid., hlm. 10. 10 Ibid., hlm. 10 – 11.
43
4) Pendidikan Kejuruan, dalam pengajaran disesuaikan dengan pilihan
anak, sehingga sebagai bekal pada diri siswa dalam bermasyarakat
mempunyai keahlian tertentu.
5) Pendidikan Binadiri, yaitu agar anak bisa mandiri dalam segala hal,
karena anak Tunagrahita / lemah mental perlu adanya bimbingan dan
arahan agar dia bisa melakukan sendiri, sehingga diharapkan nantinya
bisa hidup mandiri.11
Pendidikan bagi anak yang memiliki kelainan / cacat mental disebut
juga dengan istilah ortopedagogik, ini memiliki landasan sebagaimana
pendidikan pada umumnya, adapun landasan yang ada dalam ilmu
ortopedagogik sebagai berikut:
1) Landasan Idiil atau Filsafat
Yaitu dengan mencerminkan pandangan bahwa individu-individu yang
telah terbentuk dapat berguna bagi negara, dengan demikian potensi
yang dimiliki oleh anak atau siswa dapat teraktualisasikan dalam
masyarakat khsusnya dan negara umumnya.
2) Landasan Yuridis Formal
Landasan ini didasarkan pada sistem negara yang ada, sebagaimana
halnya yang tercantum dalam UUD 1945, yaitu pada Bab XIII Ayat
(1) dan Ayat (2). Dan juga terdapat di dalam Undang-Undang Nomor
2 tahun 1989 tentang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
(UUSPN) pada Pasal 8 Ayat 1 dan Ayat 2. Demikian juga pada
Peraturan Pemerintah (PP Nomor 28 dan 29), yang menerangkan
tentang landasan pendidikan bagi anak luar biasa.
3) Landasan Religi
Landasan ini didasarkan pada dasar agama. Semua agama meskipun
berbeda, memiliki tujuan sama yakni agar segala potensi yang dimiliki
oleh anak dapat tersalurkan, baik yang normal maupun yang
11 Sri Wiyani, op.cit.
44
mengalami kelainan, dengan tujuan agar manusia mendapatkan derajat
yang tinggi dihadapan Tuhan Yang Maha Esa
4) Landasan Empirik
Dalam penyelenggaraan pendidikan bagi anak luar biasa atau
ortopedagogik ini tidak dapat lepas dari ilmu yang lain, seperti halnya
ilmu kedokteran, biologi, psikologi terhadap anak, dan ini digunakan
sebagai landasan tindakan-tindakan ortopedagogik terhadap anak
tersebut.12
2. Proses Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar di SMLB Negeri C Pemalang
berlangsung hari Senin sampai Sabtu yang dimulai pukul 07.30 WIB –
12.45 WIB. Pada sore harinya pukul 15.00 WIB – 16.30 WIB diberikan
pelajaran tambahan seperti ketrampilan, Komputer, Menjahit, Membordir,
dan Menyablon.13
Dalam proses belajar mengajar para siswa mendapat pelayanan dan
bantuan dari ahli kedokteran, ahli psikologi dan ahli biologi untuk
mengetahui kondisi dari anak-anak tersebut sebagai salah satu upaya
dalam mengatasi kesulitan belajar anak.14
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar melalui tiga tahap yaitu:
persiapan, pelaksanaan dan evaluasi.
a. Persiapan
Sebelum pelaksanaan pengajaran dimulai guru harus
mempersiapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan proses belajar
mengajar agar proses pelaksanaanya dapat mencapai tujuan. Adapun
persiapan tersebut meliputi pembuatan program tahunan (prota),
program semester dan satuan pelajaran (satpel).
12Mulyono Abdurrahman dan Sudjadi, Pendidikan Luar Biasa Umum, (Jakarta: Depdikbud,
1996), hlm. 242-247. 13 Sri Wiyani , op.cit. 14 Hadi Santoso Wakil Kepala Sekolah Negeri C Pemalang, Wawamcara, tanggal 10 Juni
2003, Pukul 09.30. WIB.
45
b. Pelaksaan
Setelah semua persiapan dibuat maka tahap selanjutnya adalah
proses belajar mengajar. Dalam proses ini kemampuan yang dituntut
adalah keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan
siswa belajar sesuai dengan rencana yang disusun sebelumnya.
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di SMLB menempuh
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Tahap Prainstruksional
2) Mengadakan Pretest
3) Tahap Instruksional
4) Mengadakan Postest.
c. Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana hasil yang telah diperoleh dalam
proses belajar mengajar maka diadakan suatu evaluasi. Hasil yang
diharapkan dari siswa SMLB bukanlah penilaian semata melainkan
berdasarkan perkembangan mereka masing-masing sesuai dengan
tingkat kelainannya.
Evaluasi yang digunakan untuk siswa SMLB Negeri C Pemalang
ada tiga macam, yaitu:
1) Evaluasi formatif, yang dilaksanakan setiap satuan pelajaran.
2) Evaluasi sumatif, dilaksanakan setiap semester.
3) Skala sikap, perubahan sikap siswa setelah proses belajar mengajar
untuk memberikan nilai tambahan raport pada siswa.15
Adapun metode yang dipakai oleh para guru dalam kegiatan
belajar mengajar di SLB Negeri C Pemalang antara lain :
a. Metode Ceramah yaitu guru memberikan materi tanpa ada feed
back dari siswa (satu arah).
b. Metode Tanya Jawab yaitu guru memberikan materi dengan
adanya feed back dari siswa (dua arah).
15 Siti Chodijah Ar, Guru Kesenian, Wawancara tanggal 11 Juni 2003, Pukul 08.45. WIB.
46
c. Metode Drill/Latihan yaitu guru memberikan ketrampilan (gerak
aktif) yang dilakukan oleh siswa.
d. Metode Demontrasi yaitu guru memperlihatkan suatu cara
(praktikum) di depan kelas.
e. Metode Resitasi yaitu guru memberikan tugas kepada siswa untuk
dikerjakan di rumah.16
Media yang digunakan guru untuk memberikan pemahaman kepada
anak terhadap materi yang telah diberikan, harus bisa menghilangkan
verbalisme (perkataan), dan menambah hasil belajar. Disini digunakan
media Visual dan media Auditif. Media Visual ini merupakan sarana atau
alat yang dapat mempengaruhi daya pikir anak lewat panca indera dengan
cara memperlihatkan benda-benda tiruan, gambar atau sejenisnya.
Sedangkan alat bantu Auditif ini digunakan untuk mempengaruhi daya
pikir anak dengan cara menerangkan, memberikan persamaannya, contoh-
contoh kalimat, serta sejenisnya.17
Untuk dapat menambah ketrampilan dan agar nantinya siswa dapat
berkembang setelah terjun ke masyarakat, pada sore hari setiap Rabu dan
Sabtu diajarkan ketrampilan tambahan yaitu ketrampilan Menyablon dan
Ketrampilan Menjahit serta ketrampilan Membordir. Yang mengajar
memandu ketrampilan Menjahit dan Membordir adalah Ibu Riwi Indarti,
sedangkan ketrampilan Menyablon dipandu oleh Bp. Ing, Agus Prasmanto.
Anak-anak dipersilahkan untuk memilih sesuai dengan selera dan
kemampuan mereka masing-masing.18
Kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di SMLB Negeri C
Pemalang, pada prinsipnya sama dengan kegiatan belajar mengajar pada
anak normal atau umum, hanya saja yang menjadi perbedaan paling
mencolok adalah anak, dimana anak SMLB C adalah anak yang
16 Murdihanto, Guru PPKn dan Kelistrikan, Wawancara tanggal 18 Juni 2003, Pukul 08.00.
WIB. 17 Rijanto Eko Juli, Guru Matematika, Wawancara tanggal 18 Juni 2003, Pukul 10.00. WIB. 18 Hadi Santoso, op.cit.
47
mengalami kelainan mental, dan juga memiliki sifat hiperaktif (gerakan
pasif). Sehingga media belajar yang digunakan berbeda dengan sekolah
umum.
3. Keadaan anak yang mengalami kesulitan belajar di SMLB Negiri C
Kabupaten Pemalang.
Sebagaimana halnya pendidikan pada umunya dalam proses belajar
mengajar terkadang ada yang berlangsung cukup lancar atau sebaliknya
mengalami hambatan. Hambatan berasal dari dalam diri siswa atau dari
faktor luar, misalnya; guru, lingkungan, orang tua dan sebagainya. Faktor
ini sangat saling mempengaruhi di dalam proses belajar mengajar.
Pada tahun ajaran 2002/2003 jumlah siswa di SMLB Negeri C
Pemalang terdiri dari 7 siswa, ini hanya menempati Kelas I saja. Adapu
untuk kelas II, dan kelas III saat itu belum ada siswanya. Berikut tabel
daftar siswa SMLB Negeri C Pemalang, yaitu:19
No Nama L P Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kelas I
Heri Kusmoro
Luki Noviadi Murdiyatno
Ayu Sulis Wari
Agustina Kustanti
Amin Tri Sulistyo
Durotul Mukodah
Muslikah
-
-
-
-
-
-
-
Jumlah 3 4 7
Catatan : Kelas II dan Kelas III tidak ada siswanya.
Secara fisik anak-anak SMLB Negeri C Pemalang sama dengan
anak-anak normal pada umumnya. Dia tumbuh seperti layaknya anak
nomal, hanya saja ada sesuatu hal yang menghambat pada diri mereka
19 Sumber Data SMLB Negeri C Pemalang.
48
adalah tingkat intelegensi di bawah rata-rata dengan anak normal atau
anak seusianya yaitu antara 50 – 70, sehingga secara fisik kita sulit untuk
membedakan antara anak Tunagrahita dengan anak normal.20
Secara psikologis anak memiliki sifat minder, sehingga kurang bisa
bergaul dengan teman yang normal, siswa merasa malu, ini mengakibatkan
sebagian dari mereka ada yang tidak mau bergaul dengan teman-teman
yang normal. Karena anak merasa bahwa dirinya mempunyai kekurangan
bila dibandingkan dengannya. Oleh karena itu anak-anak SMLB Negeri C
Pemalang sangat senang apabila seorang guru mampu memperhatikan dan
memberikan kasih sayang dalam mendidiknya.21
Anak-anak SMLB Negeri C Pemalang sebelum dimasukan atau di
sekolahkan di SLB ini, terlebih dahulu dianjurkan untuk diperiksakan atau
dikonsultasikan dengan ahli medis (dokter psikologi), agar nantinya orang
tua bisa mengetahui mengapa anaknya harus masuk di SMLB Negeri C
Pemalang. Sehingga mengetahui bahwa anaknya mengalami kelainan
dalam proses berfikirnya, baik secara biologis (sistem neurologis-nya)
yang dimiliki mengalami kerusakan atau tidak, dan juga dapat mengetahui
sebab anak menjadi kelainan. Dengan ini orang tua akan menerima
kenyataan yang harus diterima kondisi anaknya.22
Kesulitan belajar yang dialami oleh anak-anak di SMLB Negeri C
Kabupaten Pemalang antara lain yaitu :
a). Kesulitan Belajar Menulis
Dari data yang penulis kumpulkan, bahwa dari 7 siswa yang
mengalami kesulitan belajar menulis yaitu 1 anak
b). Kesulitan Belajar Membaca
Kemudian siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar membaca,
anak yang mengalami yaitu 3 anak.
c). Kesulitan Belajar Menghitung
20 Sumiyarsi, Guru Kesenian, Wawancara Tanggal 14 Juni 2003, Jam 09.00 WIB. 21 Ibid. 22 Sri Wiyani, Wawancara.
49
Sedangkan kesulitan belajar menghitung dari 7 anak yaitu 4 anak yang
mengalami kesulitan dalam belajar menghitung.
4. Penyebab Kesulitan Belajar
Proses belajar tidak senantiasa berhasil karena ada faktor yang
menghambat kemajuan belajar. Oleh sebab itu kita hendaknya mengetahui
penyebab dari permasalahan tersebut.
Anak Sekolah Menengah Luar Biasa Negeri C Pemalang dalam
belajar mengalami kesulitan yang membuat dirinya memerlukan
bimbingan dan pertolongan dari orang lain. Kesulitan belajar yang dialami
oleh anak-anak SMLB Negeri C Pemalang antara lain dalam hal kesulitan
belajar menulis, kesulitan belajar membaca secara lancar, serta kesulitan
belajar menghitung.23
a) Faktor Intrinsik
Penyebab kesulitan belajar pada anak disebabkan oleh faktor dari
kehidupan anak tersebut, mulai dari dalam kandungan, bagaimana anak
mendapatkan gizi, proses kelahirannya, bagaimana proses kehidupan
setelah lahir atau perkembangan anak, dan juga cara pendidikan yang
diberikan oleh keluarga terhadap anak tersebut.24
Anak yang mengalami kesulitan dalam belajar secara fisik dia
normal bahkan sehat, hanya saja dia mengalami hambatan dalam
perkembangan intelegensi yang lamban. Hal ini biasanya pada waktu
perkembangan setelah kelahiran ia mengalami gejala panas atau disertai
dengan step pada diri anak yang kemudian akan mempengaruhi kondisi
mental pada diri anak tersebut.25
23 Murdihanto, Guru Bidang Studi Ppkn, dan Kelistrikan, Wawancara, Tanggal, 18 Juni
2003. Jam. 08.00.WIB. 24 Sumiyarsi, op.cit. 25 Sri Ningsih, Orang Tua Adi, Wawancara Tanggal 14 Juni 2003, Jam 11.15 WIB.
50
Anak SMLB Negeri C Kabupaten Pemalang yang mengalami
kesulitan dalam belajar yang dipengaruhi oleh faktor intrinsik ini lebih
besar, daripada faktor ekstrinsik.26
b) Faktor ekstrinsik
Kesulitan belajar juga disebabkan oleh faktor luar, seperti kondisi
lingkungan belajar di sekolah, kondisi rumah tangga dan kondisi
lingkungan tempat tinggal anak tersebut.
Kondisi belajar di rumah, orang tua sangat menentukan dalam
perkembangan anak membantu, dan juga kondisi teman-teman bergaul
yang bisa mau menerima kondisi yang dimiliki anak tersebut.
Terkadang juga ada orang tua yang tidak perhatian terhadap anak ketika
belajar, jadi mereka betul-betul harus belajar sendiri dengan
kemampuan yang ia miliki atau belajar mandiri.27
5. Langkah – langkah Pemecahan Kesulitan Belajar Anak Di SMLB
Negeri C Kabupaten Pemalang.
Agar anak didik dapat menghadapi masalah-masalah yang
menghambat proses belajar, perlu adanya bimbingan dan bantuan. Akan
tetapi tidak semua bantuan dan tuntunan dapat diartikan sebagai
bimbingan, jadi bantuan yang diberikan juga harus memenuhi prosedur
dan syarat-syarat tertentu dan juga dengan sistematika tujuan tertentu.
Kecacatan yang dimiliki oleh anak-anak SMLB C adalah kecacatan
dalam segi mental, yaitu mereka mengalami keterlambatan dalam proses
berfikir, sehingga perkembangannya dibawah anak yang normal, apalagi
untuk memikirkan hal yang abstrak juga mengalami kesulitan. Upaya
pemecahan kesulitan belajar anak di SMLB Negeri C Pemalang, akan
penulis uraikan yang berkaitan dengan hal tersebut, antara lain yaitu:
1. Kesulitan Belajar Menulis
26 Hadi Santoso, Wk. Kepala Sekolah, op.cit. 27 Moh. Noviadi, Siswa Kelas M-1 SLB Negeri C Pemalang, Wawancara, Tanggal 13 Juni
2003, Jam 11.30 WIB.
51
Menulis bukan hanya menyalin tetapi juga mengekspresikan
pikiran dan perasaan ke dalam lambang-lambang tulisan. Kegunaan
kemampuan penulis bagi para siswa adalah untuk menyalin, mencatat
dan mengerjakan sebagian besar tugas sekolah. Tanpa memiliki
kemampuan untuk menulis, siswa akan mengalami banyak kesulitan
dalam melaksanakan tugas tersebut.
Menulis merupakan aktifitas kompleks, yang mencakup gerakan
lengan, tangan, jari-jari dan mata secara terintegrasi, ini terkait juga
dengan pemahaman bahasa serta kemampuan berbicara. Anak yang
mengalami kesulitan belajar menulis dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti; motorik, prilaku, persepsi, memori, penggunaan tangan yang
dominan dan kemampuan memahami instruksi.28
Kesulitan belajar menulis sering terkait dengan cara anak dalam
memegang pensil dalam menulis. Ada empat cara dalam memegang
pensil yang dapat dijadikan petunjuk bagi anak kesulitan belajar
menulis, diantaranya yaitu :
- Memegang pensil dengan sudutnya terlalu besar.
- Memegang pensil dengan sudut terlalu kecil.
- Memegang pensil dengan cara menggenggam (seperti mau tinju).
- Memegang pensil dengan cara menyeret.
Langkah yang ditempuh guru dalam membantu mengatasi anak
kesulitan belajar menulis adalah diajarkannya huruf cetak sebelum
diajarkan huruf sambung. Alasannya antara lain:
- Huruf cetak lebih mudah dipahami/dipelajari, karena bentuknya
sederhana.
- Huruf cetak diterapkan sehari-hari dalam kegiatan seperti latihan
membuat formulir (menulis huruf-huruf).
- Huruf cetak lebih mudah dieja karena huruf-huruf tersebut berdiri
sendiri.
28 Hadi Santoso, op.cit.
52
- Menulis nama panggilan sendiri.29
2. Kesulitan Belajar Membaca
Anak kesulitan belajar membaca sering memperlihatkan
kebiasaan membaca yang tidak wajar. Mereka sering memperlihatkan
adanya gerakan-gerakan yang penuh ketegangan seperti
mengernyitkan kening, gelisah, menggigit bibir, dan mereka juga
memperlihatkan adanya perasaan tidak aman yang ditandai dengan
prilaku menolak untuk membaca. Dalam memegang buku bacaan
kurang sempurna sebagaimana anak yang normal dalam cara membaca
buku tersebut.30
Anak yang mengalami kesulitan belajar membaca dapat
disebabkan oleh faktor dalam diri yaitu tingkat kecerdasan yang
rendah. Karena didalam belajar membaca menggunakan beberapa
tehnik, maka anak yang mempunyai kecerdasan rendah akan sulit
memahami. Bisa juga dipengaruhi oleh faktor luar, seperti bimbingan
yang kurang, tidak ada minat dan motivasi, faktor fisik, dan lain-lain.31
Mengenai tehnik membaca, anak yang kurang cerdas sulit
mengadakan penganalisaan dari kalimat menjadi kata, kata menjadi
suku kata, dan suku kata menjadi huruf. Oleh karena itu ada beberapa
metode atau langkah mengatasi anak yang mengalami kesulitan belajar
membaca, yaitu :
a. Metode suara
Guru mengucapkan satu huruf, kemudian anak menirukan,
dilakukan berulang-ulang sampai anak dapat mengucapkan huruf
tersebut dengan baik dan benar. Dalam pengenalan huruf ini
hendaknya dimulai huruf-huruf hidup (a, i, u, e, o). Karena huruf
vokal ini serba guna dalam “menghidupkan” huruf-huruf mati
seperti (s, r) dan seterusnya. Untuk membangkitkan kegembiraan
29 Suwaryo, Guru Bahasa Indonesia, Wawancara tanggal, 20 Juni 2003, Jam 08.00. 30 Suwaryo, Ibid., 31 Murdihanto, op.cit.
53
anak guru membuat gambar-gambar Kepala anak yang dapat
ditempati huruf hidup, seperti dalam memperkenalkan huruf (O),
perlihatkan gambar mulut yang sedang terbuka bulat. Untuk
memperkenalkan huruf (A), ditunjukan gambar mulut yang terbuka
lebar, dan lain-lain.
b. Metode Sintesis
Metode ini tergolong dengan metode mengeja, yaitu mengajarkan
huruf-huruf dengan ucapan ejaan kemudian melakukan
penggabungan huruf. Misalnya huruf (S) ditambah (A) akan
menjadi “SA”.
c. Metode Analisis Data
Yaitu metode yang mulai dari pengenalan kalimat, lalu kata-kata,
kemudian huruf. Setelah itu digabung kembali dari huruf menjadi
kata-kata kemudian menjadi kalimat.32
3. Kesulitan Belajar Menghitung
Seperti halnya bahasa, membaca dan menulis, menghitung
merupakan hal yang penting. Karena menghitung merupakan sarana
untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Kekurangan
tersebut ada faktor penyebabnya, misalnya karena faktor verbal,
spatial, perseptual, atau mungkin karena memori. Berbagai
ketrampilan menghitung yang perlu mendapat perhatian pada awal
anak belajar, mencakup penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian, dan pecahan.
Agar dapat membantu anak berkesulitan belajar menghitung,
guru perlu mengenal berbagai kesalahan umum yang dilakukan anak,
yaitu kekurangan pemahaman tentang (1) simbol, (2) nilai tempat, (3)
perhitungan, (4) penggunaan proses yang keliru, dan (5) tulisan yang
tidak terbaca.
32 Suwaryo, op.cit.
54
Solusi yang guru lakukan adalah pengenalan terhadap simbol-
simbol penting seperti “ +, =, - , dan : ”. Pengajarannya diawali
dengan menggunakan benda-benda kongkrit selanjutnya menggunakan
gambar-gambar, dan baru kemudian dengan angka. Penjumlahan harus
dimulai dengan yang sederhana, 3+2 =...., dan dari sini berkembang
menjadi 3 +.... = 5, dan ....+2 = 5. Ketrampilan untuk melakukan
pengurangan diajarkan setelah anak memahami penjumlahan.
Ketrampilan untuk melakukan perkalian terkait erat dengan
penjumlahan dan pembagian.33
4. Interaksi guru dengan siswa.
Guru SLB Negeri C Pemalang dalam proses belajar mengajar
selain sebagai pengelola kelas, juga sebagai pengamat dalam kelas.
Berdasarkan pengamatan, bahwa interaksi antara siswa dengan guru
cukup baik dan akrab serta penuh kekeluargaan, penampilan guru
cakap dan diselingi dengan humor dapat menghilangkan ketegangan
dalam suasana belajar mengajar. Cara ini anak-anak tidak cepat
merasa jenuh walaupun ia mempunyai daya tahan yang kurang atau
lemah.34
5. Orang tua dengan anak
Cara belajar anak di rumah merupakan tanggung jawab orang
tua. Oleh karena itu orang tua mencoba membantu anaknya dalam
belajar. Setiap anak sangat membutuhkan sekali perhatian dari orang
tua, tetapi jangan terlalu dimanjakan, sebab kalau terlalu dimanjakan
nantinya akan timbul rasa malas pada anak itu sendiri.
Sehingga dalam memperhatikan anak harus mempunyai batas
tertentu, misalnya dalam belajar, bermain dengan teman di rumah,
mengarahkan agar tempat waktu dalam belajar dan sebagainya.
Apalagi dalam situasi anak sedang belajar kita harus berada
33 Murdihanto, op.cit.,
55
disampingnya, sehingga orang tua dapat membantu dan mengarahkan
anaknya belajar secara efektif.35
Dengan demikian orang tua harus bisa menerima apa adanya
atas kekurangan yang dimiliki oleh anaknya. Ini dapat dilihat dari segi
peran orang tua yang selalu membantu dengan semangat agar anaknya
dapat berfikir dengan baik untuk mencapai kematangan intelegensi
yang dimilikinya, walaupun hanya dengan dorongan dan semangat
kelak nantinya anak bisa berfikir layaknya anak yang normal.
Begitu juga dengan kondisi lingkungan dalam belajar juga
mempengaruhi, situasi belajar dirumah atau disekolah. Dalam belajar
mereka sering dibantu oleh kakak dan orang tua yang mengarahkan
dalam belajar dirumah, sehingga dia merasa kalau ada kesulitan ia
mampu membantu mengatasinya.36
Dengan melihat berbagai kegiatan di atas, bahwa SMLB Negeri C
Kabupaten Pemalang juga tidak ingin kalah dalam hal berprestasi
walaupun melihat kondisi anak yang mempunyai daya kecakapan
intelegensi yang dibawah rata-rata, namun usaha keras yang dilakukan
guru tidaklah sia-sia, ini bisa dilihat dari lulusan SMLB yang bisa bekerja
di pabrik-pabrik atau juga di toko-toko dan sebagainya. Oleh karena itu
adanya konsep atau pelajaran binadiri, serta ketrampilan yang diberikan
seperti halnya Menjahit, Membordir dan Menyablon ini diharapkan agar
anak bisa mengaplikasikan nantinya dimasyarakat.37
Dengan demikian usaha untuk memecahkan kesulitan belajar anak
tidak dapat lepas dari peran orang tua dengan guru di dalam memantau
perkembangan dan juga memberikan bimbingan belajar, agar dia dapat
termotifasi untuk bisa berfikir maju. Pada dasarnya anak memiliki
34 Suwarno, Guru IPS, Wawancara tanggal, 20 Juni, Jam 11.00 WIB. 35 Sutaryo orang tua Heri Kusmoro, Wawancara tanggal 12 Juni 2003, Jam 14.30. WIB. 36 Heri Kusmoro, Siswa SMLB Negeri C Pemalang, Wawancara tanggal 11 Juni 2003. Jam
09.00 WIB. 37 Sumber Data SLB Negeri C Kabupaten Pemalang.
56
kemampuan beraneka ragam, ini akan kelihatan ketika mereka terjun atau
berbaur di tengah masyarakat.
C. Data Sampel SMLB Negeri C Kabupaten Pemalang
SAMPEL I I. Identifikasi Masalah
1. Identitas Sampel
a. Nama : Heri Kusmoro
b. Kelas : M1- C
c. Tempat/tanggal lahir : Pemalang, 20 – 02, 1986
d. Jenis kelamin : Laki – laki
e. Agama : Islam
f. Alamat : Pegantungan, Kec. Taman, Pemalang.
2. Latar Belakang Keluarga
a. Ayah
1) Nama : Sutaryo
2) Alamat : Pegantungan, Kec. Taman, Pemalang
3) Pekerjaan : Dagang
4) Agama : Islam
5) Status : Ayah Kandung
b. Ibu
1) Nama : Alimah
2) Alamat : Pegantungan, Kec. Taman, Pemalang
3) Pekerjaan : Dagang
4) Agama : Islam
5) Status : Ibu Kandung
Heri adalah anak ke 4 (empat) dari 6 (enam) bersaudara. Diantara
saudara-saudara hanya sampel yang menderita cacat. Kakak sampel
yang nomor 1 dan 2 sudah berkeluarga, yang nomor 3 sudah bekerja
sebagai karyawan di perusahaan di Jakarta. Dan adik sampel yang
nomor 5 masih diduduk di bangku SD kelas VI, yang nomor 6 kelas 3
SD.
57
3. Latar Belakang Kecacatan
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu sampel diketahui bahwa Heri
Kusmoro menderita kelainan pada waktu sampel berusia 3 tahun.
Adapun penyebab kecacatan adalah panas yang disertai dengan kejang-
kejang diiringi (step). Setelah panasnya sembuh sampel mengalami
terbelakang mental.
4. Situasi Rumah
Rumah dimana sampel tinggal tergolong cukup bagus, suasana rumah
tampak nyaman dan tenang. Demikian juga ketika sampel belajar di
rumah.
5. Kegiatan Sehari-hari
Di rumah sampel tidak dibebani tugas oleh keluargannya, jadi waktu
sampel yang tersisa banyak digunakan untuk santai, dan belajar.
6. Latar Belakang Kehidupan Sosial
Hubungan sampel dengan ayah dan ibu beserta saudara-saudara cukup
baik, di kampung sampel jarang bermain dengan teman-temannya,
karena itu ibu sampel mengkhawatirkan kalau keluar rumah. Ketika
belajar orang tua jarang sekali menemaninya.
7. Masalah yang dialami sampel
Sampel dalam belajar mudah putus asa kurang percaya diri serta minder
dalam bergaul dengan teman-teman yang normal. Sampel terkadang
malas untuk melakukan sesuatu walau telah diperintah.
II. Diagnosa
Dari data dan informasi yang penulis dapatkan, maka rumusan diagnosa
sebagai berikut :
1. Keluarga kurang memperhatikan proses belajar anak
2. Sampel ketakutan untuk bermain dengan anak-anak normal.
3. Sampel selalu bergantung pada orang lain.
III. Prognosa
Untuk mengatasi permasalahan sampel, maka penulis menggunakan
beberapa langkah yaitu:
58
1. Wawancara khusus dengan sampel
2. Memberikan bimbingan dan motivasi.
3. Mengadakan pendekatan dengan orang tua dengan cara home visit.
IV. Treatment
Berdasarkan langkah – langkah yang penulis rumuskan dalam prognosa,
maka mulai mengadakan wawancara khusus dengan sampel. Kemudian
sampel menceritakan permasalahan yang dihadapi serta faktor yang
menyebabkan. Setelah itu penulis memberikan bimbingan dan motivasi
pada sampel.
SAMPEL II
I. Identifikasi Masalah 1. Identitas Sampel
a. Nama : Luki Noviadi Murwidiyatmoko
b. Kelas : M1- C
c. Tempat/tanggal lahir : Pekalongan, 24 – 11, 1985
d. Jenis kelamin : Laki – laki
e. Agama : Islam
f. Alamat : Jl. Serayu No. 78, Pemalang.
2. Latar Belakang Keluarga
a. Ayah
1) Nama : Moertejo Slamet
2) Alamat : Jl. Serayu No. 78, Pemalang
3) Pekerjaan : PNS
4) Agama : Islam
5) Status : Ayah Kandung
b. Ibu
1) Nama : Ruti’ah
2) Alamat : Jl. Serayu No. 78, Pemalang
3) Pekerjaan : Dagang / Wiraswasta
4) Agama : Islam
5) Status : Ibu Kandung
59
Sampel adalah ke 1 dari 3 bersaudara, adik-adik sampel masih duduk
di SD dan yang terkecil masih duduk di bangku TK.
3. Latar Belakang Kecacatan
Sampel mengalami kecacatan pada usia 5 tahun diawali dengan panas
yang disertai kejang-kejang (step). Kemudian orang tuanya berusaha
untuk mengobatkan putranya ke dokter maupun ke dukun pijat tetapi
belum juga mengalami kesembuhan sampai sekarang.
4. Situasi Rumah
Rumah dimana sampel tinggal tergolong sederhana. Bangunanya
terbuat dari batu – bata. Suasana rumah nampak nyaman dan tenang.
5. Kegiatan Sehari-hari
Kegiatan sampel sehari-hari dihabiskan di rumah dan di sekolah. Ia
jarang sekali membantu ibunya. Waktunya banyak digunakan untuk
santai-santai saja.
6. Latar Belakang Kehidupan Sosial
Hubungan sampel dengan orang tuan lebih dekat dengan bapaknya.
Hubungan sampel dengan temannya di sekolah cukup baik. Dia lebih
senang menyendiri dengan melihat lingkungan sekitarnya dan jarang
bermain dengan temannya.
7. Masalah yang dialami sampel
Berdasarkan data dan informasi yang penulis peroleh, sampel
mengalami masalah sebagai berikut:
1. Kesulitan belajar membaca secara lancar ini disebabkan kurang
normalnya (organ pencernaan dalam melafalkan huruf-huruf) dan
menghitung.
2. Memiliki perasaan rendah diri.
II. Diagnosa
Diagnosa yang dapat penulis simpulkan adalah:
1. Sampel belum bisa menerima kenyataan dirinya yang cacat dan putus
asa dalam mengerjakan sesuatu.
60
2. Perasaan rendah diri sampel disebabkan tidak pernah / jarang
mengadakan sosialisasi dengan teman-temannya yang tidak cacat.
3. Tidak sempurna organ pencernaan.
III. Prognosa
Prognosa yang dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh, sebagai
berikut:
1. Wawancara konseling dengan sampel.
2. Bimbingan motivasi
3. Pendekatan dengan orang tua
IV. Treatment
Penulis mencoba mendengarkan penjelasan dari sampel, kemudian
memberikan bimbingan motivasi kepada sampel. Ini dilakukan agar
sampel bisa menerima kenyataan yang ada dengan menghilangkan sifat
jelek yang dimilikinya. Serta membandingkan kelebihan-kelebihan yang
dimiliki oleh setiap orang.
SAMPEL III
I. Identifikasi Masalah 1. Identitas Sampel
a. Nama : Ayu Yuliswari
b. Kelas : M1- C
c. Tempat/tanggal lahir : Tegal, 27 – 07, 1983
d. Jenis kelamin : Perempuan
e. Agama : Islam
f. Alamat : Kaligelang 03/06, Kec. Taman, Pemalang.
2. Latar Belakang Keluarga
a. Ayah
1) Nama : Mubi Prianto
2) Alamat : Kaligelang 03/06, Kec. Taman, Pemalang
3) Pekerjaan : Wiraswasta
4) Agama : Islam
5) Status : Ayah Kandung
61
b. Ibu
1) Nama : Ismawati
2) Alamat : Kaligelang 03/06, Kec. Taman, Pemalang
3) Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
4) Agama : Islam
5) Status : Ibu Kandung
Sampel adalah anak kedua dari 3 bersaudara yang semuannya masih
sekolah. Kakak sampel masih kuliah, dan adik sampel duduk di bangku
SD.
3. Latar Belakang Kecacatan
Sewaktu sampel berumur 1 tahun sampel menderita panas disertai step.
Setelah sampel sembuh dia mengalami keterbelakangan mental.
4. Situasi Rumah
Rumah tempat tinggal sampel kecil dan terletak di daerah yang
permanen. Kondisi rumah ramai.
5. Kegiatan Sehari-hari
Sepulang sekolah sampel diharuskan untuk tinggal dirumah membantu
ibunya mengerjakan pekerjaan rumah. Kegiatan rutin yang dilakukan
sampel adalah belajar, menyapu, dan mencuci piring.
6. Latar Belakang Kehidupan Sosial.
Hubungan sampel dengan keluarganya cukup baik, di dalam keluarga
tampak terlihat hubungan yang sangat akrab antara ayah, ibu dan anak.
Kemudian pula hubungan sampel dan kawan-kawanya di sekolah
sampel bisa bergaul dengan siapa saja.
Di lingkungan kampung sampel tidak begitu akrab dengan kawan-
kawannya dan jarang sekali bergaul dengan tetangganya.
7. Masalah
Sampel memiliki perasaan rendah diri atas kecacatan yang dimilikinya.
Sampel mengalami masalah kesulitan belajar menulis, membaca serta
berhitung.
II. Diagnosa
62
Dari data dan informasi yang penulis peroleh, rumusan diagnosa sebagai
berikut:
1. Keluarga kurang memperhatikan kondisi kejiwaan anak
2. Ketakutan sampel terhadap orang tua membuat anak takut bergaul
dengan teman-temannya.
3. Sampel terlalu bergantung pada orang lain.
III. Prognosa
Tindakan atau bantuan untuk mengatasi perasalahan yang dialami sampel.
Penulis mengambil langkah-langkah yaitu:
1. Mengadakan pendekatan dengan orang tua dengan cara kujungan ke
rumah.
2. Memberikan bimbingan motivasi terhadap sampel agar rajin belajar.
IV. Treatment
Menjelaskan kepada orang tua mengenai keadaan sampel yang takut
karena tekanan dari orang tua dengan maksud agar lebih bijaksana dalam
memperlakukan anaknya, serta menganjurkan agar anakya selalu
diperhatikan dalam proses belajarnya.
Memberikan bimbingan konseling agar sampel tidak memiliki perasaan
minder, memotivasi sampel bahwa setiap manusia mempunyai kelebihan
masing-masing.
SAMPEL IV
I. Identifikasi Masalah 1. Identitas Sampel
a. Nama : Agustina Kustanti
b. Kelas : M1- C
c. Tempat/tanggal lahir : Pemalang, 03 – 08, 1975
d. Jenis kelamin : Perempuan
e. Agama : Islam
f. Alamat : Jl. Sindoro, Gg I. No. 2, Pemalang.
2. Latar Belakang Keluarga
a. Ayah
63
1) Nama : Suwignyo
2) Alamat : Jl. Sindoro, Gg I. No. 2, Pemalang.
3) Pekerjaan : Wiraswasta
4) Agama : Islam
5) Status : Ayah Kandung
b. Ibu
1) Nama : Junaedah
2) Alamat : Jl. Sindoro, Gg I. No. 2, Pemalang.
3) Pekerjaan : Buruh Cuci
4) Agama : Islam
5) Status : Ibu Kandung
Sampel mempunyai jumlah saudara 5 orang, tiga laki-laki dan dua
perempuan, sampel adalah anak nomor ke empat. Diantara kelima
orang anaknya hanya sampel yang mengalami kelainan.
3. Latar Belakang Kecacatan
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan ibu sampel dikatakan
bahwa sampel mengalami kelainan sejak lahir, namun kelainan itu baru
diketahui setelah sampel berusia 11 bulan.
4. Situasi Rumah
Rumah sampel terlihat sederhana, tetapi kelihatan bersih sekali dan
situasi di rumah sangat tenang dan nyaman.
5. Kegiatan Sehari-hari
Setelah pulang sekolah sampel membantu pekerjaan ibunya
membersihkan rumah. Sehabis maghrib sampel belajar dan dibantu
oleh kakak-kakaknya.
6. Latar Belakang Kehidupan Sosial
Hubungan sampel dengan keluarga cukup baik, begitu pula dengan
kakak-kakaknya. Sampel kurang bisa bergaul dengan teman-teman di
kampungnya, sampel merasa minder.
7. Masalah
64
Sampel merasa minder apabila bergaul dengan teman-teman yang
normal di kampungnya. Sampel kalau bergaul merasa dikucilkan oleh
teman-temannya yang normal.
II. Diagnosa
Setelah itu penulis mencoba menjelaskan bahwa perasaan minder tersebut
karena sampel merasa dirinya mempunyai banyak kekurangan yang
dimilikinya bila dibandingkan dengan anak-anak yang normal.
III. Prognosa
Setelah penulis merumuskan diagnosa, maka penulis akan merencanakan
tindakan bantuan untuk mengatasi kesulitan yang dialaminya, yaitu:
1. Wawancara dengan sampel dan memberikan motivasi
2. Mengadakan pendekatan dengan orang tua sampel dengan cara
kunjugan rumah.
IV. Treatment
Tindakan yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:
1. Wawancara dengan sampel, yaitu sampel memberikan keterangan-
keterangan mengenai permasalahan yang dihadapinya dan faktor-
faktor yang dihadapinya dan yang menjadi penyebabnya. Kemudian
penulis memberikan pengarahan-pengarahan dan pandangan-
pandangan kepada sampel bagaimana tugas anak kepada orang tua.
2. Dalam pendekatan dengan orang tua, penulis menceritakan tentang
kondisi sampel kepada orang tua, demikian juga orang tua
menceritakan tingkah laku anaknya di rumah. Kemudian penulis
memberikan tentang bagaimana kewajiban orang tua dalam mendidik
anaknya.
SAMPEL V
I. Identifikasi Masalah 1. Identitas Sampel
a. Nama : Amin Tri Sulistyo
b. Kelas : M1- C
c. Tempat/tanggal lahir : Pemalang, 22 – 02, 1983
65
d. Jenis kelamin : Laki – laki
e. Agama : Islam
f. Alamat : Jl. Tentara Pelajar, Gg. IV/05, Pemalang.
2. Latar Belakang Keluarga
a. Ayah
1) Nama : Drs. H. Mudasir
2) Alamat : Jl. Tentara Pelajar, Gg. IV/05, Pemalang.
3) Pekerjaan : PNS
4) Agama : Islam
5) Status : Ayah Kandung
b. Ibu
1) Nama : Nur Hidayah
2) Alamat : Jl. Tentara Pelajar, Gg. IV/05, Pemalang.
3) Pekerjaan : PNS
4) Agama : Islam
5) Status : Ibu Kandung
Sampel adalah anak ketiga dari 3 bersaudara, diantara saudaranya
hanya dia yang laki-laki, kakak masih kuliah dan hanya sampel yang
mengalami kelainan.
3. Latar Belakang Kecacatan
Sampel menderita kecacatan sejak umur 3 tahun, baru disadari oleh
orang tuannya setelah menginjak memasuki sekolah dasar, sampel
jarang naik kelas atau tinggal kelas. Akhirnya sampel dibawa orang
tuannya ke spesialis psikologi.
4. Situasi Rumah
Rumah sampel keadaannya cukup bagus, halamannya ditanami dengan
berbagai macam pohon-pohon, sehingga tampak asri dan nyaman
dibandingkan dengan rumah tetangganya.
5. Kegiatan Sehari-hari
66
Kegiatan rutin sampel hanyalah sekolah. Bila berada di rumah dia
membantu orang tuannya. Waktu-waktu senggang sampel digunakan
untuk santai dan nonton TV.
6. Latar Belakang Kehidupan Sosial
Hubungan sampel dengan orang tuannya cukup baik begitu pula
dengan saudaranya. Hubungan dengan kawan-kawan disekolah cukup
baik, namun hubungan sampel dengan tetangganya atau kawan-
kawanya dirumah tidak begitu akrab. Sampel tidak mau bergaul
dengan teman-temannya dikarenakan hanya sampelah yang memiliki
kelainan.
7. Masalah
Masalah yang dimiliki sampel adalah rasa minder serta mudah
tersinggung perasaanya.
II. Diagnosa
Sampel hanya mengenal orang yang senasib dengannya, akibatnya sampel
minder dengan orang lain. Demikian juga orang tua kurang memberikan
motivasi yang tinggi pada sampel.
III. Prognosa
Langkah-langkah yang ditempuh penulis yaitu; melakukan pendekatan
terhadap orang tua, melakukan bimbingan motivasi terhadap sampel.
IV. Treatment
Pendekatan dengan orang tua, penulis mengajukan alternatif untuk
menanggulangi permasalahan anak tersebut. Dan orang tua sampel
menyatakan sanggup untuk menyelesaikan permasalahan anaknya.
SAMPEL VI
I. Identifikasi Masalah
1. Identitas Sampel
a. Nama : Durotul Mukodah
b. Kelas : M1- C
c. Tempat/tanggal lahir : Pemalang, 09 – 10, 1982
d. Jenis kelamin : Perempuan
67
e. Agama : Islam
f. Alamat : Perumnas, Bojongbata, Pemalang.
2. Latar Belakang Keluarga
a. Ayah
1) Nama : Sakiyan
2) Alamat : Perumnas, Bojongbata, Pemalang
3) Pekerjaan : Litbang
4) Agama : Islam
5) Status : Ayah Kandung
b. Ibu
1) Nama : Khomisah
2) Alamat : Perumnas, Bojongbata, Pemalang
3) Pekerjaan : PNS
4) Agama : Islam
5) Status : Ibu Kandung
Sampel adalah anak ke tiga dari empat bersauara. Kakak sampel yang
pertama sudah menikah dan yang satu masih kuliah. Kemudian adik
sampel masih duduk dibangku SD. Diantara saudara-saudaranya hanya
sampel yang mengalami kelainan.
3. Latar Belakang Kecacatan
Kelainan yang diderita sampel dialami sejak anak itu lahir. Namun
oleh orang tuannya kelainan itu baru diketahui setelah sampel berusia 7
bulan.
4. Situasi Rumah
Rumah sampel sangat sederhana tapi terlihat nyaman, didingnya
sebagian terbuat dari batu bata dan sebagian terbuat dari papan.
Suasana rumah tampak tenang, tidak ada kebisingan sama sekali
walaupun adik sampel masih kecil.
5. Kegiatan Sehari-hari
Sampel tidak diberi tugas oleh orang tuannya. Jadi waktu sampel
dirumah hanya digunakan untuk santai-santai saja.
68
6. Latar Belakang Kehidupan Sosial
Hubungan sampel dengan orang tuannya cukup baik begitupula
dengan kakak dan adik-adiknya, serta kawan-kawannya disekolah
sampel tidak pernah bermain dengan kawan-kawannya di rumah
sebabkan orang tuannya selalu melarang dia keluar rumah, dikarenakan
takut kalau anaknya menjadi bahan ejekan kawan-kawannya.
7. Masalah
Sampel merasa di kucilkan dari pergaulan dengan teman-teman yang
normal sehingga sampel memiliki perasaan minder. Sampel juga
mengalami kesulitan dalam belajar menghitung.
II. Diagnosa
Perasaan minder untuk bergaul dengan teman-temannya disebabkan
karena sampel belum bisa menerima kenyataan begitu pula dengan orang
tuanya. Kesulitan belajar berhitung sampel dia mudah putus asa dan cepat
lelah, terutama masalah berhitung perkalian.
III. Prognosa
Kemudian langkah-langkah yang dilakukan penulis adalah sebagai
berikut :
1. Mengadakan wawancara dan konseling
2. Mengadakan bimbingan dan motivasi
3. Mengadakan pendekatan dengan orang tua.
IV. Treatment
Bantuan yang penulis berikan adalah memotivasi sampel dengan cara
menceritakan tokoh-tokoh cacat yang memiliki keberhasilan. Melakukan
pendekatan dengan orang tua serta menceritakan kondisi yang dimiliki
anaknya sebagai alternatif apabila ada permaslahan agar bisa
ditanggulangi.
SAMPEL VII
I. Identifikasi Masalah 1. Identitas Sampel
a. Nama : Muslikah
69
b. Kelas : M1- C
c. Tempat/tanggal lahir : Tegal, 20 – 03, 1982
d. Jenis kelamin : Perempuan
e. Agama : Islam
f. Alamat : Larangan, Kec. Suradadi, Kab. Tegal.
2. Latar Belakang Keluarga
a. Ayah
1) Nama : Sobirin
2) Alamat : Larangan, Kec. Suradadi, Kab. Tegal
3) Pekerjaan : Dagang
4) Agama : Islam
5) Status : Ayah Kandung
b. Ibu
1) Nama : Turiyah
2) Alamat : Larangan, Kec. Suradadi, Kab. Tegal
3) Pekerjaan : Dagang
4) Agama : Islam
5) Status : Ibu Kandung
Sampel adalah anak ke dua dari empat saudara yaitu laki-laki dan
perempuan. Diantara keempat saudaranya hanya sampel yang
menderita cacat.
3. Latar Belakang Kecacatan
Sampel mulai menderita cacat pada waktu usia 4 tahun. Waktu sampel
menderita sakit panas yang diiringi dengan step. Kemudian setelah
panasnya turun pada kaki sampel mulai mengalami perubahan. Kaki
kanannya kaku dan agak sukar untuk digerakkan.
4. Situasi Rumah
Suasana rumah tampak nyaman dan sepi karena hanya dihuni oleh
enam orang saja, yaitu ayah ibu dan dua anak.
5. Kegiatan Sehari-hari
70
Semua pekerjaan rumah dikerjakan oleh ibunya, jadi sampel tidak
memiliki tugas sama sekali selain sekolah. Kegiatan sampel selebihnya
digunakan untuk main-main atau nonton TV.
6. Latar Belakang Kehidupan Sosial
Hubungan sampel dengan orang tuannya cukup baik terlihat
bagaimana sampel dilayani oleh keluargannya, terutama ibunya, semua
permasalahan yang dihadapinya akan ditumpahkan pada ibunya bahkan
bisa dikatakan sampel terlalu dimanjakan. Sedangkan hubungan
sampel dengan kawan-kawannya di rumah maupun di sekolah tidak
begitu akrab ia tidak mau bergaul dengan kawan-kawannya sampel
lebih suka diam atau berjalan-jalan sendiri di halaman sekolah bila saat
istirahat tiba.
7. Masalah
Sampel mengalami kesulitan dalam belajar berhitung, serta orang tua
yang terlalu memanjakan anaknya.
II. Diagnosa
Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh maka penulis merumuskan
bahwa perlakuan yang kurang baik oleh orang tuanya karena anak terlalu
dimanjakan, serta kurang respon orang tua dalam proses belajar anaknya.
III. Prognosa
Kemudian rencana yang penulis lakukan adalah dengan cara pendekatan
terhadap orang, memberikan bimbingan dan motivasi kepada sampel.
IV. Treatment
Memberikan motivasi bahwa sampel mempunyai kemampuan lebih yang
dimilikinya, agar tidak tergantung dengan orang lain. Pendekatan dengan
orang tua sampel, menjelaskan agar orang tua bisa menerima keadaan
anaknya dan bisa lebih bijaksana dalam memperlakukan anaknya. Serta
bisa membantu anaknya dalam proses belajar dirumah supaya segala
permasalahan yang dihadapi sampel bisa diatasi.
71
Dari beberapa hasil yang diuraikan di atas, merupakan langkah penulis
untuk membuat suatu analisa tentang problematika yang dialami oleh ketujuh
sampel. Pada dasarnya problematika yang dialami oleh anak cacat antara satu
dengan yang sampel lainnya memiliki kesamaan yaitu memiliki perasaan
yang minder untuk bergaul dengan anak-anak normal.
Selain hal tersebut diatas masih ada satu problematika lagi yang
dialami sampel II, III VI dan VII yaitu mengalami kesulitan dalam proses
belajar, sehingga perlu adanya perhatian dari para guru dan orang tua.
Adapun faktor yang menyebabkan problem bagi anak tersebut yaitu:
dari diri siswa, dan keluarga. Timbulnya problematika kesulitan belajar yang
datang dari diri sendiri dialami oleh sampel II, III, dan sampel VI, dan yang
datang dari keluarga yaitu pada sampel VII. Maka lebih jelasnya dapat dilihat
dari tabel berikut:
Tabel Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Anak
Sampel Diri Sendiri Keluarga Jumlah I. II. III. IV. V. VI. VII.
-
- -
-
- -
- - -
0 1 2 0 0 1 1
Jumlah 3 2 5
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa antara ketiga faktor penyebab
timbulnya kesulitan belajar pada anak SMLB Negeri C Pemalang yang paling
dominan adalah faktor dari diri siswa. Namun faktor dari keluarga juga
berperan dalam mengatasi kesulitan belajar anak. dan penulis beranggapan
bahwa kedua faktor tersebut saling mempengaruhi.