bab iii kewajiban nafkah suami terpidana menurut …repository.uinbanten.ac.id/4524/5/bab...
TRANSCRIPT
63
BAB III
KEWAJIBAN NAFKAH SUAMI TERPIDANA MENURUT HUKUM ISLAM
A. Kondisi Objektif Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Serang
Dalam melaksanaan pembinaan warga binaan pemasyarakatan, instansi
yang melaksanakannya adalah Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya
disebut Lapas, dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian tentang
Kewajiban Nafkah Suami Terpidana Menurut Hukum Islam di Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIA Serang. Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Serang
adalah Unit Pelaksana Teknis di bidang Pemasyarakatan dalam lembaga yang
merupakan satuan kerja lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
HAM Banten yang ditugaskan melakukan pembinaan terhadap narapidana sampai
batas kemampuan, yaitu dapat memikul beban/masalah dan dapat membuat pola
sendiri dalam menanggulangi beban permasalahan dan pembinaan yang diakukan
adalah di dalam Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS).
Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Serang dibangun mulai tahun 1981,
kemudian diresmikan oleh Kakanwil Kehakiman Jawa Barat Kohar Sayuti, SH.
Berdasarkan Kepmen Kehakiman RI Nomor M.04.PR.07.03 Tahun 1985
dialihkan fungsikan sebagai Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Serang yang
berfungsi sebagai tempat narapidana menjalankan hukuman dan pembinaan.
63
64
Selanjutnya awal tahun 2003 dilakukan penambahan bangunan perkantoran yakni
Poliklinik dan Blok Hunian (blok F).1
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Nomor :
M.01.PR.07.03 Tahun 1985 tanggal 26 Februari 1985, luas tanah 29.396 M2, luas
Bangunan 7.869 M2, Nomor Sertifikat A.1193841 yang beralamat di Jalan Raya
Pandeglang KM 6,5 Serang. Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Serang dibangun
diatas tanah seluas 29.396 meliputi gedung perkantoran, blok hunian dengan
kapasitas sebanyak 450 orang, gedung serba guna, bengkel kerja, ruang
kunjungan, masjid, kapel, ruang belajar,dapur,kantin,fasilitas olah raga serta
rumah dinas pegawai.
1. Pembagian Tugas
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.04-PR.07.03 Tahun
1985 Tentang Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Serang,
Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas II Serang dibantu oleh :
a. Kepala Sub Bagian Tata Usaha ;
Merupakan unit pelaksana kegiatan Lembaga Pemasyarakatan Serang
pada bidang Fasilitatif Administratif. Unit Tata Usaha terdiri atas :
1) Kepala Urusan Keuangan dan Kepegawaian
2) Kepala Urusan Umum
b. Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan bertugas :
1 Peneliti, Wawancara, dengan Kasubag Tata usaha Lapas Klas IIA Serang, (Serang : Lapas Klas IIA
Serang, 07 Juli 2014).
65
1. Membuat rencana kerja di Kesatuan Pengamanan LAPAS
2. Mengkoordinir dan mengawasi penjagaan dan pengawasan terhadap
narapidana / anak didik serta pemeliharaan kebersihan, keamanan dan
ketertiban LAPAS.
3. Mengkoordinir pengawalan penerimaan, penempatan dan pengeluaran
narapidana / anak didik
4. Melaksanakan pengamanan dan pemeriksaan terhadap pelanggaran
keamanan dan ketertiban di lingkungan LAPAS
5. Mengkoordinir pembuatan laporan harian dan berita acara pelaksanaan
pengamanan.
6. Memberikan informasi mengenai keamanan LAPAS secara transparan
kepada pihak yang berkepentingan.
7. Melaksanakan koordinasi dengan unit/instansi/lembaga terkait
pelaksanaan tugas Kesatuan Pengamanan LAPAS.
8. Menyelia dan memberikan penilaian hasil kerja bawahan di
lingkungan Kesatuan Pengamanan LAPAS
9. Mengevaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan tugas di lingkungan
Kesatuan Pengamanan LAPAS sebagai pertanggung jawaban
pelaksanaan tugas.
10. Melaksanakan waskat di lingkungan Kesatuan Pengamanan LAPAS.
11. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diperintahkan Pimpinan.
c. Kepala Seksi Pembinaan Narapidana dan Anak Didik, terdiri dari :
66
1) Kasubsi Registrasi bertugas :
a. Membuat konsep rencana kegiatan Sub Seksi Registrasi sebagai
pedoman pelaksanaan tugas
b. Melakukan pendaftaran, pengambilan sidik jari dan pemberian
nomor register sebagai narapidana / anak didi baru
c. Melakukan pengecekan kelengkapan berkas narapidana / anak
didik dan melengkapi berkas-berkas narapidana / anak didik yang
belum lengkap
d. Melakukan pencatatan dan penyimpanan barang-barang milik
narapidana / anak didik serta pencatatan kunjungan keluarga.
e. Melakukan pencatatan pentahapan pelaksanaan hukuman
narapidana / anak didik dan pengusulan pemberian pemotongan
hukuman (remisi)
f. Melakukan proses administrasi pemindahan narapidana / anak
didik dan pemulangan narapidana / anak didik yang bebas
g. Melakukan pengarspan berkas narapidana / anak didik
h. Melakukan koordinasi dengan unit / instansi/lembaga terkait
pelaksanaan tugas Sub Seksi Registrasi
i. Menyelia dan memberikan penilaian hasil kerja bawahan di
lingkungan Sub Seksi Registrasi
67
j. Mengevaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan tugas di
lingkungan Sub Seksi Registrasi sebagai pertanggung jawaban
pelaksanaan tugas dan
k. Melaksanakan waskat di lingkungan Sub Seksi Registrasi dan
Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diperintahkan
Pimpinan.
2) Kasubsi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan, bertugas :
a. Membuat konsep rencana kegiatan Sub Seksi Bimbingan
Kemasyarakatan dan Perawatan sebagai pedoman pelaksanaan
tugas.
b. Melakukan bimbingan dan penyuluhan mental spiritual (rohani
keagamaan), hukum dan masalah-masalah sosial, intelektual, dan
pembimbingan kesadaran berbangsa dan bernegara, serta
pembinaan jasmani / olah raga dan kesenian.
c. Memberikan pelayanan hak bersyarat (Asimilasi, Cuti Bersyarat,
Cuti Menjelang Bebas, Cuti Mengunjungi Keluarga, dan
Pembebasan Bersyarat) narapidana dan anak didik.
d. Melakukan pemeriksaan kesehatan bagi narapidana / anak didik
baru dan pelayanan kesehatan bagi narapidana / anak didik
e. Melakukan pemeriksaan badan dan lingkungan, serta pengobatan
secara berkala kepada narapidana / anak didik
68
f. Melakukan rujukan bagi narapidana / anak didik yang sakit dan
harus dirawat di RS luar LAPAS, serta pemakaman bagi
narapidana / anak didik yang meninggal dunia.
g. Melakukan penyiapan dan pemberian makan, minum, dan pakaian
serta perlengkapan bagi narapidana / anak didik
h. Mengatur jadwal petugas penyiapan dan pemberian makan dan
minum, dan pengawasan narapidana / anak didik yang bertugas
dalam proses penyiapan dan pemberian makan dan minum.
i. Melaksanakan koordinasi dengan unit/instansi/lembaga terkait
dalam pelaksanaan tugas Sub Seksi Bimbingan Kemasyarakatan
dan Perawatan.
j. Menyelia dan memberikan penilaian hasil kerja bawahan, serta
melaksanakan waskat di lingkungan Sub Seksi Bimbingan
Kemasyarakatan dan Perawatan.
k. Mengevaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan tugas di
lingkungan Sub Seksi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan
sebagai pertanggung jawaban pelaksanaan tugas dan
Melaksanakan tuga kedinasan lainnya yang diperihtahkan
pimpinan.
d. Kepala Seksi Kegiatan Kerja, yang terdiri dari :
1) Kasubsi Sarana Kerja, bertugas :
69
a. Membuat konsep rencana kegiatan Sub Seksi Sarana Kerja sebagai
pedoman pelaksanaan tugas
b. Melakukan penyiapan prasarana dan sarana kerja
c. Melakukan pemeliharaan dan perbaikan sarana kerja
d. Melakukan inventarisasi sarana kerja
e. Melaksanakan koordinasi dengan unit/instansi/lembaga terkait
dalam pelaksanaan tugas Sub Seksi Saran Kerja.
f. Menyeliadan memberikan penilaian hasil kerja bawahan di
lingkungan Sub Seksi Sarana Kerja.
g. Mengevaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan tugas di
lingkungan Sub Seksi Sarana Kerja sebagai pertanggung jawaban
pelaksanaan tugas
h. Melaksanakan waskat di lingkungan Sub Seksi Sarana Kerja
i. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diperintahkan
Pimpinan.
2) Kasubsi Bimbingan Kerja, bertugas :
a. Membuat konsep rencana kegiatan Sub Seksi Bimbingan Kerja
dan Pengelolaan Hasil Kerja sebagai pedoman pelaksanaan tugas
b. Melakukan seleksi terhadap narapidana / anak didik yang akan
mengikuti bimbingan kerja berdasarkan minat dan bakat.
c. Melakukan persiapan dan pelaksanan pelatihan bimbingan kerja
bagi narapidana / anak didik.
70
d. Melakukan bimbingan dan motivasi kerja, serta penilaian hasil
kerja bagi narapidana / anak didik pekerja.
e. Melakukan pembagian tugas / kerja berdasarkan kemampuan yang
dimiliki oleh narapidana / anak didik pekerja sebagai bentuk
pelatihan praktek.
f. Melakukan pengelolaan dan inventarisasi hasil kerja narapidana /
anak didik
g. Melaksanakan koordinasi dengan unit / lembaga terkait dalam
pelaksanaan tugas Sub Seksi Bimbingan Kerja dan Pengelolaan
Hasil Kerja.
h. Menyelia dan memberikan penilaian hasil kerja bawahan di
lingkungan Sub Seksi Bimbingan Kerja dan Pengelolaan Hasil
Kerja.
i. Mengevaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan tugas di
lingkungan Sub Seksi Bimbingan Kerja dan Pengelolaan Hasil
Kerja sebagai pertanggung jawaban pelaksanaan tugas.
j. Melaksanakan waskat di lingkungan Sub Seksi Bimbingan Kerja
dan Pengelolaan Hasil Kerja dan
k. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diperintahkan
Pimpinan.
e. Kepala Seksi Administrasi Keamanan dan Ketertiban, yang terdiri dari:
1) Kepala Sub Seksi Keamanan, bertugas :
71
a. Membuat konsep rencana kegiatan Sub Seksi Keamanan sebagai
pedoman pelaksanaan tugas.
b. Menyusun konsep jadwal tugas pengamanan
c. Membuat surat permohonan penggunaan perlengkapan
pengamanan.
d. Memelihara perlengkapan . peralatan dan sarana pengamanan
e. Mencatat administrasi pelanggaran narapidana / anak didik
f. Mencatat administrasi pelaksanaan pengawalan bagi narapidana /
anak didik yang keluar LAPAS dengan alas an tertentu.
g. Membuat konsep surat permohonan ijin dan perpanjangan ijin
pemakaian senjata api.
h. Melaksanakan koordinasi dengan unit / instansi / lembaga terkait
dalam pelakanaan tugas Sub Seksi Keamanan.
i. Menyelia dan memberikan penilaian hasil kerja bawahan di
lingkungan Sub Seksi Keamanan.
j. Mengevaluasi dan menyusun laporan pelaksanan tugas di
lingkungan Sub Seksi Keamanan sebagai pertanggung jawaban
pelaksanaan tugas.
k. Melaksanakan waskat di lingkungan Sub Seksi Keamanan.
l. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diperintahkan
Pimpinan.
2) Kepala Sub Seksi Pelaporan dan Tata Tertib, bertugas :
72
a. Membuat konsep rencana kegiatan Sub Seksi Pelaporan dan Tata
Tertib sebagai pedoman pelaksanaan tuga.
b. Menerima laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan
yang bertugas, dan membuat laporan berkala pengamanan
c. Melakukan penegakan tata tertib kehadiran petugas pengamanan
d. Menerima dan melaporkan pengaduan dari narapidana / anak didik
e. Membuat laporan bulanan persediaan senjata api dan alat
keamanan lainnya.
f. Membuat konsep usulan insentif petugas jaga malam
g. Melaksanakan koordinasi dengan unit/instansi/lembaga terkait
dalam pelaksanaan tugas Sub Seksi Pelaporan dan Tata Tertib.
h. Menyelia dan memberikan penilaian hasil kerja bawahan di
lingkungan Sub Seksi Pelaporan dan Tata Tertib.
i. Mengevaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan tugas di
lingkungan Sub Seksi Pelaporan dan Tata Tertib sebagai
pertanggung jawaban pelaksanaan tugas.
j. Melaksanakan waskat di lingkungan Sub Seksi Pelaporan dan Tata
Tertib dan
k. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diperintahkan
Pimpinan
73
2. Keadaan Pegawai
Pada saat sekarang ini pegawai Lapas Klas IIA Serang berjumlah 112
orang, yang terdiri dari Kepala Lapas 1 orang, 14 orang pejabat struktural, 38
orang staff dan 59 orang regu pengamanan, spesifikasi pendidikan adalah S2
sebanyak 4 orang, S1 sebanyak 36 orang, Diploma sebanyak 2 orang dan
SLTA sebanyak 70 orang, untuk pangkat dan golongan yaitu pada golongan
IV sebanyak 1 orang, golongan III sebanyak 36 orang dan pada golongan II
sebanyak 70 orang.
Tabel I
Keadaan Pegawai Berdasarkan Jenjang Pendidikan
No Tingkat
Pendidikan Pria Wanita Jumlah
1 S2 4 0 04 orang
2 S1 32 4 36 orang
3 D3 1 1 02 orang
4 SMA 66 4 70 orang
Jumlah Total 103 orang 9 orang 112 orang
Sumber : Sub. Bag. Kepegawaian, Mei 2018
74
Tabel II
Keadaan Pegawai Berdasarkan Diklat Yang Diikuti
No. Jenis Diklat Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Spama
Diklat Pim III
Diklat Pim IV
Adum
Teknis Pemasyarakatan
Adminitrasi Kepegawaian
Latihan Otomotif
Administrasi Keuangan
Pendidikan Administrasi Bidang Perlengkapan
Kesamaptaan
Latihan Menembak
Pelatihan petugas Satuan Bakti Pekerja Sosial
Pendidikan Pemasyarakatan
Pelatihan Petugas Pekerja sosial
Bendahara Tipe A & B
1
2
2
1
15
2
4
2
3
30
37
-
10
1
2
Jumlah 112 orang
Sumber : Sub. Bag. Kepegawaian, Mei 2018
75
Tabel III
Keadaan Pegawai Berdasarkan Kepangkatan
No. Pangkat Jenis Kelamin
Jumlah Pria Wanita
1
2
3
4
5
6
7
8
9
IV / b
III / d
III / c
III / b
III / a
II / d
II / c
II / b
II / a
-
10
07
27
07
02
06
08
33
01
01
01
01
03
01
-
-
4
01 orang
11 orang
08 orang
28 orang
10 orang
03 orang
06 orang
08 orang
37 orang
Jumlah 100 12 112 orang
Sumber : Sub. Bag. Kepegawaian, Mei 2018
76
STRUKTUR ORGANISASI
Lapas Klas IIA Serang
KALAPAS Suherman
KASUBAG TU
Sartono
Kaur Peg & Keu
Adi Hartoso
Kaur Umum
Sukarna
Ka. K P L P
M.Askari Utomo
KASI BINADIK
Uus Sunandar
KASI GIATJA
Ucu Suryadi
KASI ADM KAMTIB
Yusep Antonius
- Staf KPLP - P2U - Rupam
Kasubsi Registrasi
Wayu Anggraini
Kasubsi Bimkemas
Halim Suyatno
Kasubsi Bimker
Sukar
Kasubsi Sarker
Neni Junaeni
Kasubsi Keamanan
Muslim Aziz
Kasubsi Pel. Tatib
Selamet Riyadi
77
3. Wilayah Kerja
Wilayah kerja Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Serang meliputi
wilayah yakni :
a. Kota Serang ;
b. Kabupaten Serang ;
Instansi penegak hukum terkait meliputi Polres, Kejaksaan dan
Pengadilan Negeri di wilayah Kabupaten/Kota Serang.
4. Keadaan Narapidana
Menurut data yang diperoleh dari seksi registrasi, data narapidana yang masih
menjalani pembinaan didalam Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Serang
periode Mei 2018 berjumlah 602 orang, dengan isi rata – rata jumlah
pertahunnya adalah 600 orang, Lapas Klas IIA Serang menampung
narapidana yang berasal dari Rutan/Lapas di wilayah Banten dan ada juga dari
luar wilayah Banten, khususnya wilayah DKI. Hal ini karena alasan bahwa
Lapas Klas IIA Serang juga merupakan peyangga wilayah DKI yang over
kapasitasnya sangat tinggi. dengan rincian jumlah narapidana sebagai berikut :
78
No Klasifikasi gol Jumlah Keterangan
1
2
3
4
A.IV
B.I
B.IIa
B.IIIs
- orang
595 orang
04 orang
02 orang
01 orang / dirawat di RS
Jumlah 601 orang 01 orang
Sumber : Sub. Bag.Registrasi, Mei 2018
Jenis pembinaan narapidana yang mendapatkan pembebasan bersyarat
sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan Menteri Kehakiman Republik Indonesia
Nomor: E-39-PR.05.03 Tahun 1987 tentang Pembinaan Narapidana meliputi:
1. Pendidikan agama;
2. Pendidikan budi pekerti;
3. Pembinaan dan penyuluhan perorangan maupun kelompok;
4. Pendidikan formal;
5. Kepramukaan;
6. Pendidikan ketrampilan kerja;
7. Pendidikan kesejahteraan Keluarga;
8. Psikoterapi;
9. Kepustakaan;
10. Psikiatri terapi;
79
11. Berbagai bentuk usaha penyembuhan narapidana yang belum tercakup pada
butir 1 sampai butir 10.
Dalam melaksanakan pembinaan di atas ditempuh melalui kerja sama
dengan instansi lain yang terkait. Pelaksanaan pempembinaan narapidana
dilandasi dengan salah satu disiplin ilmu atau memadukan disiplin ilmu yang
sesuai dengan tujuan pembinaan. Pendekatan-pendekatan tersebut diperoleh
dari berbagai disiplin ilmu seperti: Ilmu pemasyarakatan, hukum, pekerjaan
sosial, pendidikan, psikologi, psikiatri, dan disiplin ilmu lain yang sesuai.
B. Kebijakan Lapas dalam pemberian nafkah bagi keluarga warga binaan
pemasyarakatan
Pada dasarnya mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan
implementasi hak dan kewajiban suami sebagai terpidana, hal ini tidak terlepas
dari kebijakan Lapas itu sendiri dalam memberikan hak kepada terpidana untuk
berkomunikasi baik secara langsung / tidak langsung dengan keluarga mereka.
Kebijakan yang berkaitan dengan hak-hak terpidana diberikan kepada terpidana
sebagai orang yang kehilangan kemerdekaannya, hal ini sesuai dengan asas
pelaksanaan sistem pembinaan pemasyarakatan yang menyebutkan bahwa
kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan adalah
wargabinaan pemasyarakatan harus berada dalam Lapas pada waktu tertentu,
sehingga memiliki kesempatan penuh untuk memperbaikinya dan tetap
memperoleh hak-haknya yang lain.
80
Lingkungan di dalam Lapas juga merupakan miniatur kehidupan di
luar Lapas, ada kelasnya tersendiri yaitu kelas atas, menengah dan bawah, hampir
diseluruh Lapas yang ada di Indonesia sama, namun demikian dalam perlakuan
terhadap hak dan kewajiban terpidana tetap sama tidak ada yang dibedakan. Di
dalam pemenuhan kebutuhan, para warga binaan tidak selalu bergantung kepada
keluarganya diluar Lapas, mereka ada yang mengikuti bidang kegiatan kerja yang
hasil pekerjaannya tesebut mendapatkan premi/upah, ada juga mereka yang
mempunyai keahlian lain seperti memijat, memberikan jasa pijat kepada sesama
warga binaan atau petugas dan dari pekerjaannya tersebut mendapatkan upah, ada
juga yang memberikan jasa tenaga, seperti membersihkan kamar, mencuci
pakaian sesama warga binaan dan menjadi petugas kebersihan, dari hasil
pekerjaannya tersebut mereka mendapatkan upah untuk digunakan keperluanya
sehari-hari dan terkadang bisa memberikan kepada keluarganya di rumah2.
Adapun kebijakan LAPAS Kelas IIA Serang dalam mendukung para
terpidana untuk berhubungan dengan keluarga sebagai berikut :
1. Waktu besukan pada hari Senin sampai Kamis dan Sabtu untuk keluarga
terpidana. Pada kesempatan ini terpidana dapat bertemu dengan keluarga serta
kelurga dapat berkunjung dan diperbolehkan membawa bawaan (makanan,
pakaian dan uang serta kebutuhan lainnya.
2 Hasil wawancara dengan Bpk. Yusep Antonius.,A.Md.IP.,S,Pd.,M.Si, Kasi Administrasi Kemananan
Dan Ketertiban Lapas Kelas IIA Serang tanggal 10 Mei 2018.
81
2. Cuti mengunjungi keluarga bagi terpidana yang telah menjalani 2/3 masa
pidana pada saat asimilasi dan integrasi sosial (dapat pengawalan khusus dari
LAPAS). Peraturan dan kebijakan tentang hak-hak terpidana yang
berhubungan dengan keluarga tersebut diatas sesuai dengan Pasal 14 ayat 1
UU No. 12 Tahun 1995.3
Pemenuhan hak dan kewajiban suami yang dipenjara tidak sepenuhnya
dapat diimplementasikan, baik kepada istri, anak maupun keluarga atau kerabat
karena terbentur oleh aturan selama menjalani pidana di Lapas. Hanya sebagaian
saja yang dapat dilakukan, seorang terpidana dibatasi oleh aturan pemasyarakatan
sehingga sulit untuk bekerja sepenuhnya dalam memenuhi kebutuhan
keluarganya, kesulitan berkomunikasi atau berhubungan dengan dunia luar
sebagaimana ketika hidup bebas bersama-sama dan berdampingan dengan orang
lain. Selain itu keterbatasan gerak terpidana merupakan penderitaan yang tidak
mereka alami sebelumnya yakni kehilangan kemerdekaan, kehilangan hak milik
dan pelayanan sebagai seorang manusia dan kehilangan kemauan untuk bertindak
sendiri. Akan tetapi, hak-hak tersebut dapat diminimalisir dengan adanya
pembinaan dan pemberian kebijakan atas hak-hak terpidana4.
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti di lapangan, peneliti
mendapat berbagai informasi dari para informan yaitu pegawai Lapas dan para
3 Hasil wawancara dengan Bpk. Halim Suyatno., SH Kasubsi Bimaswat Lapas Kelas IIA Serang
tanggal 10 Mei 2018. 4 Hasil wawancara dengan Bpk. Uus Sunandar.,A.Md.IP.,SH, Kasi Binadik Kasubsi Bimaswat Lapas
Kelas IIA Serang tanggal 10 Mei 2018
82
terpidana yang telah ditentukan sebagai perwakilan menyangkut hak dan
kewajiban suami terpidana di Lapas Kelas IIA Serang terhadap nafkah keluarga.
Diantaranya yang akan dijelaskan oleh peneliti, sebagai berikut :
1. Bpk.Ucu Suryadi, SH, Kasi Kegiatan Kerja menjelaskan bahwa meskipun
suami sebagai terpidana, namun tetap bisa memenuhi kewajiban memberikan
nafkah keluarga meskipun hasilnya tidak besar karena tergantung dari pribadi
terpidana masing-masing. Lapas Kelas IIA Serang memberikan pembinaan
kemandirian dengan tujuan hak dan kewajiban dalam hal ini suami sebagai
terpidana tetap memberikan nafkah keluarga, seperti :
a. Pembinaan di bidang kerajinan dengan bahan baku kayu, hasil produksi
berupa : lemari, kursi, meja, jendela daun pintu dan peti mati untuk.
b. Pembinaan di bidang kerajinan dengan bahan baku besi, hasil produksi
berupa : teralis, pagar besi, rak sepatu, lemari besi (loker), rak / dudukan
pot bunga.
c. Pembinaan di bidang pertanian, hasil produksi berupa : jahe merah,
keripik ubi dan keripik sukun serta sayuran.
d. Pembinaan di bidang perernakan, hasil produksi berupa : ternak lele.
e. Lapas Kelas IIA Serang mengadakan kerjasama dengan Dinas
Perdagangan dan Koperasi, kerjasama ini dikemas dalam bentuk pelatihan
keterampilan dan menghadirkan dari instansi BLKI.5
5 Hasil wawancara dengan Bpk. Ucu Suryadi Kasi Kegiatan Kerja Lapas Kelas IIA Serang tanggal 10
Mei 2018
83
2. Efendi Yusuf bin Herman, umur 32 Tahun, hukuman 5 Tahun terpidana
kasus narkotika. Meskipun saya menjalani pemidanaan hak kewajiban saya
tetap memberikan nafkah kepada istri/keluarga dengan memberi wewenang
untuk mengelola harta yang saya tinggalkan dirumah dan saya juga
mengijinkan istri untuk bekerja selama saya menjalani pidana6.
3. Udin bin Muria, umur 35 Tahun hukuman 5 Tahun, terpidana kasus
narkotika. Dalam pemberian nafkah bagi keluarga adalah merupakan
kewajiban saya sebagai kepala rumah tangga, sehingga kewajiban tersebut
masih dapat saya berikan sesuai kemampuan saya. Sebagai kepala rumah
tangga saya memberikan nafkah kepada keluarga dengan hasil usaha saya
selama menjalani pidana.7
4. Herman bin Kardaya, umur 46 Tahun, hukuman 5 Tahun, terpidana kasus
narkotika. Dengan keterbatasan ruang gerak akibat perbuatan yang saya
lakukan tentang hak dan kewajiban suami terhadap nafkah keluarga masih
dapat saya berikan sesuai dengan kemampuan. Sebagai kepala keluarga saya
memberikan nafkah kepada istri dengan memberi wewenang untuk mengelola
harta yang saya tinggalkan dengan cara diperbolehkan untuk menjual harta
untuk dijadikan modal usaha, sealin itu juga mendapat bantuan dari anak yang
sudah bekerja untuk meringankan beban kehidupan sehari-hari.8
6 Hasil wawancara dengan warga binaan pemasyarakatan an. Efendi Yusuf pada tanggal 10 Mei 2018
7 Hasil wawancara dengan warga binaan pemasyarakatan an. Udin bin Muria 10 Mei 2018
8 Hasil wawancara dengan warga binaan pemasyarakatan an. Herman bin Kardaya pada tanggal 10
Mei 2018
84
5. Agus Achadi umur 37 Tahun, hukuman 5 Tahun terpidana kasus narkotika.
Dalam memenuhi pemberian nafkah yang sudah menjadi kewajiban saya
selaku kepala rumah tangga, saya menitip istri dan anak saya kepada orang tua
saya untuk tinggal hidup bersama, lalu kemudian orang tua saya memberikan
modal usaha untuk dikembangkan, dari modal usaha tersebut istri saya
membuka usaha jualan makanan ringan untuk menggantikan posisi dan peran
saya sebagai kepala rumah tangga dalam memenuhi kehidupan sehari-hari
bersama anak-anak.9 Istri dalam menyikapi ketiadaan pemberian nafkah dari
suami dikarenakan harus melaksanakan hukuman penjara di Lapas Kelas II A
Serang. Istri tidak mempersoalkan hal nafkah tersebut, dalam artian meskipun
nafkah atas istri adalah kewajiban suami tetapi karena suami sedang di penjara
dan tidak mampu memberikan nafkah, secara umum bisa memaklumi dan
memaafkan.
6. Karsadi Bin Jaya, umur 38 Tahun, hukuman 5 tahun 6 bulan, narapidana
kasus narkotika. Selama saya sebagai terpidana yang masih menjalani masa
hukuman di Lapas Klas IIA Serang atas perbuatan yang saya lakukan,
mengenai kewajiban saya untuk memberi nafkah kepada keluarga merupakan
tanggung jawab saya sebagai suami. Oleh Karena itu sebagai suami saya
melakukan aktifitas yang diijinkan oleh pihak Lapas yang penting bisa
menghasilkan sesuai kemapuan saya dan hasilnya saya berikan kepada istri
saya.
9 Hasil wawancara dengan warga binaan pemasyarakatan an. Agus Achadi pada tanggal 10 Mei 2018
85
7. Cecep Anjas Asmara, umur 48 Tahun hukuman 5 Tahun, terpidana kasus
perlindungnan anak. Dalam hal pemberian nafkah keluarga, saya
mengumpulkan upah dari aktifitas yang saya lakukan didalam Lapas yaitu
mencuci, membersihkan kamar dan membantu petugas, dari aktifitas tersebut
saya mendapat upah lalu dikumpulkan dan saya berikan kepada istri/keluarga
pada saat datang besuk.10
8. Pulung bin Sakinan, umur 50 Tahun, Hukuman 6 Tahun, terpidana kasus
pembunuhan. Dalam memenuhi pemberian nafkah yang sudah menjadi
kewajiban saya sebagai suami, saya harus bekerja keras untuk mencari
pekerjaan didalam penjara yakni mencari aktifitas sehari-hari untuk
mendapatkan upah. Seperti mencuci pakaian, menjahit pakaian yang sobek,
dan lain-lain yang bisa mendapat upah, demi kelangsungan hidup. Dari
pekerjaan tersebut saya mendapatkan upah lalu kemudian saya kumpul saya
berikan anak dan istri saya ketika datang membesuk, meskipun nafkah atas
istri adalah kewajiban suami tetapi karena suami sedang dipenjara dan tidak
mampu memberikan nafkah secara maksimal, istri saya bisa memaklumi,
memaafkan dan memberikan dukungan/semangat, jangan mengulangi
perbuatan tersebut dengan alasan kebaikan dan kelangsungan keluarga kita.11
10
Hasil wawancara dengan warga binaan pemasyarakatan an. Cecep Anjas Asmara pada tanggal 10
Mei 2018 11
Hasil wawancara dengan warga binaan pemasyarakatan an. Pulung bin Sakinan pada tanggal 10 Mei
2018
86
9. Rasman bin Kasman, umur 33 Tahun, hukuman 6 Tahun, terpidana kasus
pencurian dengan pemberatan. Hak dan kewajiban suami terhadap nafkah
keluarga masih dapat saya berikan menurut kemampuan saya. Sebagai kepala
keluarga saya memberikan nafkah kepada keluarga diperoleh dari hasil upah
yang saya terima dari sesama terpidana ketika terpidana tersebut saya cucikan
pakaiannya, saya cucikan kamar mandinya, dan ikut membersihkan kamarnya.
Dari kegiatan tersebut saya mendapat upah dan saya kumpulkan dan hendak
diberikan kepada istri dan anak ketika saat besuk.Selain itu, memberi
wewenang untuk mengelola harta yang ditinggalkan dirumah.12
10. Rohiman bin Ronda, umur 53 Tahun, hukuman 06 Tahun, terpidana kasus
pelecehan seksual. Dalam hal pemberian nafkah keluarga masih dapat saya
berikan menurut kemampuan. Sebagai kepala keluarga saya berikan nafkah
kepada keluarga diperoleh dari ikut serta dalam pembinaan kemandirian yang
diberikan oleh pihak Lapas yakni ikut dalam kegiatan perkebunan, dengan
bertugas untuk mengelola kebun Lapas. Dari proses pengelolan kebun tersebut
saya dapat menanam buah-buahan dan sayur-mayur secara bergantian yaitu
jahe merah, sawi, tomat, bayam, kacang panjang. Dari hasil kebun tersebut
saya mendapat upah dari pihak lapas lalu kemudian saya kumpulkan untuk
diberikan kepada keluarga pada saat besukan.13
12
Hasil wawancara dengan warga binaan pemasyarakatan an. Rasman bin Kasman pada tanggal 10
Mei 2018 13
Hasil wawancara dengan warga binaan pemasyarakatan an. Rohiman bin Ronda pada tanggal 10
Mei 2018
87
11. Iing Suwargi, umur 61 Tahun, hukuman 6 Tahun, narapidana kasus tindak
pidana korupsi. Sebagai terpidana yang menjalani masa hukuman di Lapas
Klas IIA Serang, atas perbuatan yang telah saya lakukan, mengenai kewajiban
saya sebagai pemberi nafkah, saya tetap memberikan nafkah kepada
istri/keluarga dengan memberi wewenang untuk mengelola harta yang saya
tinggalkan dirumah, dalam proses pengelolaan harta yang saya tinggalkan
diperbolehkan menjual harta untuk dijadikan modal usaha
tambahan/pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari keluarga. Istri yang saya
tinggalkan bisa memaklumi dan memaafkan karena secara formal istri bekerja
dan mendapatkan penghasilan sendiri.14
C. Metode Penelitian
Metodologi adalah suatu sarana pokok pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran
secara sistematis, metodologis dan konsisten dengan mengadakan analisis.15
Penelitian adalah pemeriksaan secara hati-hati, tekun dan tuntas terhadap suatu
gejala untuk menambah pengetahuan manusia, maka metode penelitian dapat
diartikan sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi dalam melakukan penelitian.16
14
Hasil wawancara dengan warga binaan pemasyarakatan an. Iing Suwargi pada tanggal 10 Mei 2018 15
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat (Jakarta:
Rajawali, 1985), h. 1. 16
Soerjono Soekanto, Peng antar Penelitian Hukum (Jakarta: UIN Press, 1980), h. 6.
88
Dengan demikian penelitian yang dilaksanakan tidak lain untuk
memperoleh data yang telah teruji kebenaran ilmiahnya. Namun untuk
memperoleh kebenaran tersebut ada dua pola pikir menurut sejarahnya, yaitu
berpikir seacara rasional dan berpikir secara empiris atau melalui pengalaman.
Oleh karena itu untuk menemukan metode ilmiah, maka dilakukan metode
pendekatan rasional dan metode empiris, di sini rasionalisme memberikan
kerangka pemikiran yang logis sedangkan empirisme merupakan kerangka
pembuktian atau pengujian untuk memastikan kebenaran.
1. Jenis penelitian dan lokasi penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian
kualitatif,17
yang tidak mengisolasikan individu ke dalam variabel atau
hipotesis, tetapi memandangnya sebagai bagian dari keutuhan.
a) Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang
bersifat deskriptif analitik, yaitu data yang diperoleh berupa informasi dan
perilaku, dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti yang lebih kaya
daripada sekedar angka atau frekuensi. Semua data yang dikumpulkan
memungkinkan akan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti, hal
itu dimaksudkan untuk memberikan gambaran analisa tentang bagaimana
seorang warga binaan pemasyarakatan memberikan nafkah terhadap
keluarganya dalam perspektif hukum Islam, bagaimana dampak positif
17
S. Nasution, Metode Naturalistik Kualitatif (Bandung: Taristo, 1998), hl. 5.
89
dan negatif yang ditimbulkan ketika suami menyandang status
narapidana dan solusinya menurut hukum Islam. Penelitian tesis ini
dikategorikan sebagai studi kasus ( case study ) yaitu bentuk penelitian
yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia
di dalamnya. Case study dapat dilakukan terhadap individu, keluarga,
kelompok manusia, lingkungan hidup tertentu atau lembaga sosial seperti
perkawinan dan perceraian18
. Studi kasus terhadap nafkah keluarga
warga binaan pemasyarakatan di Lapas Klas IIA Serang, bertujuan untuk
menggambarkan gejala sosial atau aktifitas warga binaan pemasyarakatan
di Lapas Klas IIA Serang dalam hal pemberian nafkah bagi keluarga yang
ditinggalkannya untuk sementara waktu tersebut.
Penelitian lapangan (field research) dianggap sebagai pendekatan luas
dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode dalam mengumpulkan
data kualitatif. Ide pentingnya bahwa peneliti berangkat ke lapangan
untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatu fenomena dalam suatu
keadaan alamiah. Penelitian lapangan biasanya membuat catatan lapangan
secara ekstensif yang kemudian dibuatkan kodenya dan dianalisis dengan
berbagai cara.
Dalam penelitian deskriptif ini, penulis berusaha mencatat, menganalisa
dan menginterpretasikan kondisi yang ada, artinya mengumpulkan
informasi tentang keadaan yang sebenarnya dengan variabel yang
18
S. Nasution, Metode Research ( Penelitian Ilmiah) (Cet. VIII; Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 27.
90
menjadi indikasi dalam penelitian, yakni untuk mendapatkan data-data
kongkrit aktiftias warga binaan dalam memberikan nafkah terhadap
keluarganya dalam prespektif hukum Islam di Lapas Klas IIA Serang.
b) Lokasi penelitian
Sesuai dengan judul penelitian, maka penelitian ini berlokasi di Lapas
Klas IIA Serang yang beralamat Jalan Raya Pandeglang KM 6,5 Serang.
Adapun alasan memilih Lapas Klas IIA Serang karena merupakan
Lembaga Pemasyarakatan yang dihuni oleh laki-laki dan mayoritas
bergama Islam.
2. Pendekatan penelitian
Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian lapangan (field research),
yakni meneliti peristiwa-peristiwa yang ada di lapangan sebagaimana adanya.
Berdasarkan masalahnya, penelitian ini digolongkan sebagai penelitian
deskriptif kualitatif,19
dengan menggunakan pendekatan Teologis Normatif,
Yuridis, Sosiologis dan Psikologis adalah sebagai berikut:20
a) Pendekatan teologis normatif
Pendekatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan landasan dan konsep
dasar dalam agama, mengenai nafkah dalam rumah tangga perspektif
hukum Islam yang sesuai dengan sumber-sumber hukum Islam.
b) Pendekatan yuridis
19
Sanapiah Faisal, Format - format Penelitian Sosial (Cet. IV; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003),
h. 20. 20
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Cet. IX; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009), h. 28.
91
Pendekatan tersebut digunakan karena penelitian ini berhubungan dengan
aturan dan kebijakan pemerintah yaitu Undang-Undang RI Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam.
c) Pendekatan sosiologis
Pendekatan sosiologis yaitu ilmu yang menggambarkan tentang keadaan
masyarakat lengkap dengan struktif, lapisan serta berbagai gejala sosial
lainnya yang saling berkaitan. Dengan ilmu ini suatu fenomena sosial
dapat dianalisis dengan faktor-faktor yang mendorong terjadinya
hubungan, mobilitas sosial serta keyakinan-keyakinan yang mendasari
terjadinya proses tersebut.21
Hal ini digunakan untuk mengetahui kondisi
sosial lingkungan warga binaan pemasyarakatan di dalam Lembaga
Pemasyarakatan, baik yang terkait dengan aktifitas dan kebiasaan warga
binaan pemasyarakatan di Lapas Klas IIA Serang.
d) Pendekatan psikologis
Pendekatan psikologis adalah pendekatan kejiwaan, karena karakter
masyarakat yang berbeda sehingga dibutuhkan kejiwaan untuk
mengetahui tingkat pemahaman mereka tentang konsep nafkah dalam
rumah tangga, bagaimana dampak postif dan negatif terhadap psikologi
anak yang ditinggalkan ketika mereka bekerja diluar rumah.22
3. Sumber data penelitian
21
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Cet. IX; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), h. 28 22
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam ... ..., h. 28
92
Sumber data adalah tempat, orang atau benda di mana peneliti dapat
mengamati, bertanya atau membaca tentang hal-hal yang berkenaan dengan
variabel yang diteliti. Sumber data secara garis besar dapat dibedakan atas
orang (person), tempat (place), dan kertas atau dokumen (paper).23
Sumber data adalah sumber yang diperlukan untuk mengumpulkan data yang
diperlukan dalam penelitian. Sumber data terdiri dari alam, masyarakat,
instansi, perorangan, arsip, perpustakaan dan sebagainya. Sumber data terdiri
atas dua sumber
yaitu primer dan sekunder, sumber data primer adalah sumber data yang
dianggap
pokok dan penting dalam mengumpulkan data sedangkan sumber data
sekunder adalah sumber data penunjang atau pendukung dari sumber data
primer jika dibutuhkan.24
Sumber data untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu pejabat
dilingkungan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Serang, warga binaan
pemasyarakatan dan keluarganya dengan jumlah responden dibatasi dari
warga binaan pemasyarakatan sebanyak 30 orang dari total seluruh warga
binaan pemasyarakatan. Pada penelitian kualitatif, sampel sumber data dipilih
secara purposive, dan bersifat
23
SuharsimiArikunto, Manajemen Penelitian (Cet. XI; Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 99 24
Etta Mamang Sangadji, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis d alam Penelitian (Yokyakarta:
Andi Yokyakarta, 2010), h. 169
93
snowball sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap
paling tahu tentang diharapkan, atau dia sebagai penguasa sehingga
memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang ditelliti.25
Keputusan tentang penentuan sampel, besarnya dan strategi sampling
tergantung pada penetapan satuan kajian. Kadang-kadang satuan kajian
bersifat perorangan. Bila perseorangan itu sudah ditetapkan, maka
pengumpulan data dipusatkan di sekitarnya, yang dikumpulkan ialah kondisi
dan kronologis dalam kegiatan, yang memengaruhinya, sikapnya, dan
semacamnya.
Penelitian kualitatif sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor kontekstual.
Maksud sampling dalam hal ini adalah menjaring sebanyak mungkin
informasi dari berbagai macam sumber, dengan demikian tujuannya bukanlah
memusatkan diri pada adanya perbedaan-perbedaan yang dikembangkan
dalam generalisasi. Tujuannya adalah untuk merinci kekhususan yang ada
dalam ramuan konteks yang unik.
Maksud kedua dari sampling adalah menggali informasi yang akan menjadi
dasar dari rancangan teori yang muncul, jadi pada penelitian kualitatif tidak
ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan (purposive sample ). Teknik
snowing sampling dilakukan karena dari jumlah sumber data yang terbatas
tersebut belum mampu memberikan data yang konkrit dan lengkap, maka
25
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 54.
94
penulis mencari informan yang dapat memberikan data yang menguatkan
hasil penelitian (mengetahui secara jelas data yang diinginkan).
Penelitian ini diperoleh dari buku-buku dan bahan bacaan yang relevan
dengan pembahasan tesis ini tentang nafkah dalam rumah tangga. Dalam
penelitian ini menggunakan dua sumber data, lapangan dan data pustaka yakni
data primer dan data sekunder.
a) Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari data empiris yang diperoleh
di lapangan bersumber dari informan maupun data yang diperoleh di
Lapas Klas IIA Serang. Lebih jelasnya berikut ini sumber data primer
dalam penelitian ini adalah:
- Pejabat di Kantor Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Serang.
- Warga Binaan Pemasyarakatan Lapas Klas IIA Serang.
- Keluarga Warga Binaan Pemasyarakatan Lapas Klas IIA Serang.
b) Data sekunder
Data sekunder adalah literatur berupa buku-buku, naskah serta artikel
yang memuat tentang hal-hal yang memiliki relevansi dengan fokus
penelitian ini. Sementara sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain ataulewat dokumen.
4. Metode pengumpulan data
Terdapat beberapa teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam
penelitian ini. Strategi ini dipilih untuk membangun pemahaman terhadap
95
fenomena kompleks yang dteliti dan juga berguna untuk triangulasi. Dalam
upaya peningkatan kualitas data, memperoleh informasi dari berbagai sumber
dengan cara yang berbeda-beda, menghasilkan perbedaan situasi dan
pemahaman sehingga dapat membantu menggambarkan secara
kompleksitas26
. Data yang dikumpulkan merupakan data-data primer yang
merupakan ekspresi dari pengalaman objek yang meliputi hasil observasi,
wawancara dan dokumentasi, juga data-data sekunder yang diperoleh dari
informan tambahan.
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
meliputi :
a) Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan27
.
Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nonpartisipan, yaitu penelitian tidak terlibat secara langsung di dalam
aktivitas subjek observasi. Hal ini sangat perlu digunakan untuk
mendeskripsikan aturan hukum yang terjadi di masyarakat khusunya
mengenai wanita yang bekerja diluar rumah mencari nafkah dan menjadi
acuan dalam hasil penelitian.
b) Wawancara
26
M. Nasir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), h. 733. 27
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Cet. III; Jakarta: Kencana, 2009), h. 115
96
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti dan mengetahui hal-hal dari informan yang lebih
mendalam28
. Sutrisno Hadi dalam Sugiyono mengemukakan bahwa
anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode
interview adalah sebagai berikut :
1. Bahwa subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.
2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar
dan dapat dipercaya.
3. Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang
dimaksudkan oleh peneliti29
.
c) Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang yang
tertulis. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki
benda benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-
peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya30
. Hasil penelitian
dari observasi dan wawancara, akan lebih kredibel/dapat dipercaya jika
didukung oleh dokumentasi.
28
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 72 29
Sugiyono , Metode Penelitian Kualitatif dan R&D (Cet. VI; Bandung: Alpabeta, 2009), h.138 30
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Cet. V; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hal.
186.
97
5. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen penelitian yang
diartikan sebagai alat bantu merupakan sarana yang dapat diwujudkan dalam
benda, misalnya angket (questioner ) daftar cocok (Checklish) atau pedoman
wawancara (interview guide interview schedule) lembar pengamatan atau
panduan pengamatan (observation sheet atau observation schedule ) soal test
yang kadang-kadang hanya disebut dengan tes saja, inventori (inventory ),
skala ( scala ), dan lain sebagainya31
.
Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti.Oleh karena itu,
peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti
kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke
lapangan.Validasi terhadap peneliti sebagai instrument meliputi validasi
terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan
terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek
penelitian, baik secara akademik maupun secara logistiknya.Yang melakukan
validasi adalah peneliti sendiri, melalui evaluasi dari seberapa jauh
pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasan teori dan wawasan
terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan.
Peneliti kualitatif sebagai human instrument , berfungsi menetapkan fokus
31
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, ... ... h. 101.
98
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan
data, menilai kualitas data, analisi data, menafsirkan data dan membuat
kesimpulan atas temuanya32
.
Pada penelitian kualitatif yang menjadi instrumen utama adalah peneliti itu
sendiri jika masalah belum jelas, tetapi karena masalah sudah jelas, maka
penulis mengembangkannnya dengan pedoman observasi, pedoman
wawancara dan dokumentasi sebagai instrumen penelitian agar dapat
menuntun peneliti sekaligus dapat memperoleh informasi dari sumber data.
6. Tekhnik pengolahan dan analisis data
Didasarkan atas asumsi awal tentang kewajiban nafkah warga binaan
pemasyarakatan terhadao keluarganya dalam perspektif hukum Islam, maka
ditemukan masalah pokok yang akan menjadi objek kajian. Bertolak dari
permasalahan tersebut, maka langkah awal yang peneliti tempuh adalah
melihat, mengkaji, dan menganalisis pandangan para ulama tentang konsep
nafkah dalam rumah tangga, kemudian mengkaji dan menganalisis ketentuan
nafkah dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), khususnya yang berkaitan
dengan kewajiban nafkah dalam rumah tangga. Langkah selanjutnya, peneliti
melihat dan mengkaji peraturan perundang-undangan di Indonesia yang
secara umum berhubungan dengan perkawinan serta hak dan kewajiban dalam
rumah tangga.
32
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif, ... ... h. 305-306.
99
Sebagai langkah terakhir, peneliti mempelajari, mengkaji dan
menganalisis kondisi warga binaan pemasyarakatan di Lapas Klas IIA Serang
terkait dengan pelaksanaan pemberian nafkah bagi keluarganya yang tidak
terlepas dengan hubungan sosial. Dalam kajian ini, peneliti cenderung
mengumpulkan data kualitatif, berupa ulasan, gagasan, dan pendapat para
pakar atau ulama khususnya pakar hukum, baik hukum Islam maupun hukum
positif (hukum umum). Data yang dikumpulkan, diklarifikasi, kemudian
diolah, dianalisis dan diinterpretasikan untuk menjawab permasalahan yang
telah dirumuskan dengan menggunakan teknik analisis isi (content analysis).
Pada dasarnya analisis data adalah sebuah proses mengatur urutan data dan
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori atau satuan uraian dasar
sehingga dapat ditemukan tema dan rumusan kerja seperti yang disarankan
oleh data33
. Pekerjaan analisis data dalam hal ini mengatur, mengurutkan,
mengelompokkan, memberi kode dan mengkategorikan data yang terkumpul
baik dari catatan lapangan, gambar, foto, atau dokumen berupa laporan. Untuk
melaksanakan analisis data kualitatif ini maka perlu ditekankan beberapa
tahapan dan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Reduksi data
Miles dan Hubermen mengatakan bahwa reduksi data diartikan sebagai
proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-
33
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, ... ... h. 103
100
catatan tertulis di lapangan. Mereduksi data bisa berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari tema dan polanya34
.
Tahapan reduksi dilakukan untuk menelaah secara keseluruhan data yang
dihimpun dari lapangan, yaitu mengenai pelaksanaan pemberian nafkah
oleh warga binaan pemasyarakatan kepada keluarganya, prespektif
masyarakat lingkungan keluarga warga binaan pemasyarakatan sehingga
dapat ditemukan data-data dari obyek yang diteliti tersebut. Kegiatan
yang dapat dilakukan dalam reduksi data ini antara lain : 1)
mengumpulkan data dan informasi dari catatan hasil wawancara dan hasil
observasi; 2) serta mencari hal-hal yang dianggap penting dari setiap
aspek temuan penelitian.
b) Penyajian data
Imam Suprayogo dan Tobroni, mengatakan bahwa yang dimaksud
penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun
yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan35
. Penyajian data dalam hal ini adalah
penyampaian informasi berdasarkan data yang diperoleh dari warga
binaan pemasyarakatan Lapas Klas IIA Serang sesuai dengan fokus
penelitian untuk disusun secara baik, runtut sehingga mudah dilihat,
34
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, ... ... h. 92. 35
Imam Suprayogo dan Tobroni, Metode Penelitian Sosial - Agama (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001), h. 194
101
dibaca dan dipahami tentang suatu kejadian dan tindakan atau peristiwa
yang terkait dengan pelaksanaan nafkah warga binaan pemasyarakatan
terhadap keluarganya dalam prespektif hukum islam, studi kasus di
Lapas Klas IIA Serang. Pada tahap ini dilakukan perangkuman terhadap
penelitian dalam susunan yang sistematis untuk mengetahui proses
pelaksanaan pemberian nafkah oleh warga binaan pemasyarakatan
terhadap keluargana dalam perspektif hukum Islam di Lapas Klas IIA
Serang.
Kegiatan pada tahapan ini antara lain : 1) membuat rangkuman secara
deskriptif dan sistematis, sehingga tema sentral dapat diketahui dengan
mudah; 2) memberi makna setiap rangkuman tersebut dengan
memperhatikan kesesuaian dengan fokus penelitian. Jika dianggap belum
memadai maka dilakukan penelitian kembali ke lapangan untuk
mendapatkan data-data yang dibutuhkan dan sesuai dengan alur
penelitian.
c) Penarikan kesimpulan atau verifikasi
Harun Rasyid, mengungkapkan bahwa verifikasi data dan
penarikan kesimpulan adalah upaya untuk mengartikan data yang
ditampilkan dengan melibatkan pemahaman penulis36
. Kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
36
Harun Rasyid, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Ilmu Sosial dan Agama (Pontianak: STAIN
Pontianak, 2000), h. 71
102
konsisten saat penulis kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan merupakan kesimpulan yang kredibel37
. Pada tahap ini
dilakukan pengkajian tentang kesimpulan yang telah diambil dengan data
pembanding teori tertentu, melakukan proses memberi check atau
melakukan proses pengecekan ulang, mulai dari pelaksanaan pra survei
(orientasi), wawancara, observasi dan dokumentasi, kemudian membuat
kesimpulan umum untuk dilaporkan sebagai hasil dari penelitian yang
telah dilakukan.
7. Pengujian keabsahan data
Untuk menguji keabsahan data guna mengukur validitas hasil
penelitian ini dilakukan dengan trianggulasi. Triangulasi adalah tenik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang ada. Pengamatan lapangan juga
dilakukan, dengan cara memusatkan perhatian secara bertahap dan
berkesinambungan sesuai dengan fokus penelitian, yaitu pelaksanaan
pemberian nafkah warga binaan pemasyarakatan terhadap keluarga di Lapas
Klas IIA Serang. Konsistensi pada tahapan-tahapan penelitian ini tetap berada
dalam kerangka sistematika prosedur penelitian yang saling berkaitan serta
saling mendukung satu sama lain, sehingga hasil penelitian dapat
dipertanggung jawabkan. Implikasi utama yang diharapkan dari keseluruhan
proses ini adalah penarikan kesimpulan tetap signifikan dengan data yang
37
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, ... ... h. 99
103
telah dikumpulkan sehingga hasil penelitian dapat dinyatakan sebagai sebuah
karya ilmiah yang representatif.