bab iii kesuksesan implementasi ovop - core.ac.uk · dalam akses lokasi dengan memakai tranportasi...
TRANSCRIPT
49
BAB III
Kesuksesan Implementasi OVOP
Setelah membahas mengenai bagaimana dampak dari masyarakat ekonomi
ASEAN (MEA) bagi Indonesia serta sejarah dari OVOP, pada bab ini penulis
akan menjelaskan mengenai kesuksesan dari implementasi gerakan One Village
One Product (OVOP) di Indonesia untuk memajukan serta dapat membuka
lapangan kerja baru agar dapat bersaing guna menghadapi masyarakat ekonomi
ASEAN.
3.1 Operasional Konsep OVOP
OVOP merupakan program dari pemerintah yang bertujuan untuk
mempercepat pengembangan produk unggulan khas dari daerah sehingga mampu
untuk menembus pasar global diberikan kepada masyarakat khususnya para
pelaku usaha. Proses operasional dari ovop ini terdiri dari seleksi sentra ovop,
seleksi produk ovop, penilaian produk, kelembagaan pengembangan produk ovop,
pembinaan sentra ovop dan produsen produk ovop, serta penghargaan ovop69.
Seleksi sentra ovop mempunyai kriteria-kriteria yang dipakai sebagai
patokan untuk melakukan seleksi sentra yaitu wilayah desa atau kecamatan harus
69 Abi Syarwan DKK, Pengembangan Batik Pacitan Melalui Perencanaan Wilayah Berbasis OVOP, diakses dalam https://www.academia.edu/12622954/Pengembangan_Batik_Pacitan_Melalui_Perencanaan_Wilayah_Berbasis_Konsep_One_Village_One_Product_OVOP_Studi_kasus_Kecamatan_Ngadirojo_Kabupaten_Pacitan, pada 4 agustus 2016
50
mempunyai potensi sumber daya yang mempunyai keunikan dan kearifan lokal
pada hasil produk, ketersediaan bahan baku di daerah setempat, serta kemudahan
dalam akses lokasi dengan memakai tranportasi umum. Untuk melakukan
pengajuan sentra ovop agar dilakukan seleksi sentra ovop harus dilakukan oleh
pemerintah daerah yang mengusulkaan untuk ditetapkan sebagai sentra ovop,
selanjutnya menteri perindustrian u.p Dirjen IKM akan memverifikasi apakah
sudah layak kah sentra tersebut sebagai sentra ovop70.
Seleksi produk digunakan untuk mengetauhi produk atau komoditi yang
dimaksudkan untuk menjaring produk-produk IKM di sentra yang akan
dikembangkan menjadi produk ovop. Adapun pengelompokan produk tersebut
diantaranya seperti yang ada di tabel berikut:
Tabel : Pengelompokan Produk OVOP
No Kelompok Jenis Produk Cakupan Kelompok Jenis Produk 1 Makanan Beras, buah-buahan kering, rosela, biji
bijian manisan, selai pisang, pisang kering, madu, gurame goreng, ikan kering, baso ikan, telur, berbagai jenis kripik, dll.
2 Minuman Kopi, teh, susu, jus buah-buahan, air mineral, dan anggur (wine).
3 Tenun Tenun ikat, dan tenun songket 4 Batik Pakaian, sarung, selendang, dll 5 Kerajinan Anyaman Bunga tiruan (artificial flowers), kertas
dari serat nenas, tas tangan dari daun palma, aneka macam hiasan berukir dari bahan seng/kaleng, tembaga, dan metal lainnya.
6 Kerajinan Gerabah Kendi, periuk, tempayan, anglo, celengan dll
Sumber : Kementerian Perindustrian Republik Indonesia
70 Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Sosialisasi One Village One Product, diakses dalam http://www.sumbarprov.go.id/details/news/6190 pada 5 agusutus 2016
51
Walaupun demikian, tidak semua komoditi dapat dikategorikan sebagai
produk ovop. Untuk dapat disebut sebagai produk ovop, produk itu harus
memenuhi kriteria sebagai produk ovop yaitu, batasan produk, produsen, jenis
produk, dan jumlah produk. Penliaian produk dinilai dari aspek produksi dan
pengembangan masyarakat, pemasaran, serta kualiatas dan penampilan produk.
Kelembagaaan pengembangan produk ovop bertujuan untuk
mengkoordinasi program pengembangan IKM melalui pendekatan ovop dengan
dibentuknya Forum Koordinasi Ovop (FKO) di tingkat pusat dan provonsi yang
bertugas dalam pengembangan IKM melalui pendekatan Ovop.
Gambar 3.1 : Struktur FKO Pusat
Sumber : Buku Petunjuk Teknis OVOP
52
Gambar 3.1 : Struktur FKO Provinsi
Sumber : Buku Petunjuk Teknis OVOP
Pembinaan sentra ovop bertujuan untuk mengembangkan produk unggulan
hingga mencapai kualitas yang semakin baik, meningkatkan jumlah pengusaha
dan perajin dalam sentra, menyiapkan perusahaan utuk memiliki ijin usaha
dengan cara pemberian pendidikan dan pelatihan, pemberian bantuan sarana
produksi, serta keikutsertaan dalam promosi dan pemasaran.
Penghargaan ovop (Ovop Award) merupakan bentuk pengakuan dari
pemerintah terhadap produk yang membangakan. Penghargaan ini diberikan
kepada perusahaan atau produsen produk ovop dengan sertifikat bintang tiga,
empat dan lima yang telah mengikuti seleksi penghargaan. Persyaratan dari
penghargaan di atas yaitu calon penerima penghargaan adalah perusahaan atau
produsen produk OVOP yang telah memiliki sertifikat OVOP dengan klasifikasi
minimum bintang tiga dan sekurang-kurangnya satu tahun. Ada kriteria penilain
untuk produk unggulan yaitu produk harus mempunyai prestasi penjualan ekspor
53
dan pasar dalam negeri, meningkatan kapasitas produksi, inovasi dan kreatifitas
pengembangan produk, penambahan tenaga kerja, dampak lingkungan, dan
kontribusi atau partisipasi kepada masyarakat setempat.71.
Gambar 3.1 : Mekanisme Seleksi Produk
Sumber : Buku Petunjuk Teknis OVOP
71 Saedah, Euis. 2012. Buku petunjuk teknis ovop. Jakarta: Kementrian Perindustrian Republik Indonesia
54
3.2 Lokasi Awal OVOP
Pendekatan melalui program One Village One Product merupakan upaya
untuk mengembangkan produk atau komoditas unggulan dari daerah yang
memiliki potensi sumberdaya alam yang memiliki daya saing. Kesesuaian potensi
sumberdaya alam yang mendukung munculnya produk unggulan dari suatu daerah
yang memiliki daya saing sehingga membentuk ciri khusus di dalam pasar manca
negara (brand image). Pada tahun 2010 ada tiga lokasi awal percontohan program
OVOP yaitu : Koperasi Mitra Tani Parahyangan Kec. Warung Kondang
Kabupaten Cianjur, dengan komoditas Sayur mayur dan Beras Cianjur, Koperasi
Unit Desa Cisurupan, Kec. Cisurupan Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat,
dengan komoditas hortikultura (Paprika, Tomat cherry dll), dan KSU Bahari
Tunas Mandiri Kec. Susut, Kabupaen Bangli Koperasi Tani Methanadi Kabupaten
Badung Provinsi Bali. dengan komoditas hortikultura (sayur-mayur dan buah
buahan dataran tinggi)72. Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat berikut
adalah kerangka implementasi OVOP.
72 PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH MELALUI PENDEKATAN OVOP (One Village One Product), Deputi Menteri Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia, hal 16.
55
Gambar 3.2 : Kerangka Implementasi OVOP
Sumber : Direktorat Jendral IKM Departemen Perindustrian
Pelaksanaan program ovop diawali melalui pengembangan produk
unggulan di bidang pertanian yang melibatkan Koperasi Mitra Tani parahyangan
yang beranggotakan 328 orang, berlokasi di kecamatan Warung Kondang,
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat yang mayoritas penduduknya menekuni sektor
hortikultura sayur mayur secara turun temurun. Mulanya Kelompok Mitra Tani
Parahyangan ini menjual produknya dengan cara menjajakanya dari rumah
kerumah dan mengalami banyak penolakan. Dari situ Ujang Mayudin selaku
Manajer Koperasi yang saat itu menjabat sebagai Kepala Desa Telaga dan Yayat
Duriat yang berprofesi sebagai Kepala subseksi benih berencana untuk
56
memasukan produknya ke swalayan. Pada tahun 2003 produk dari Mitra Tani
parahyangan ini masuk ke Giant, meliahat adanya peluang mereka berkunjung ke
Kementrian Koperasi dan UKM untuk melihat adanya peluang mengajukan dana.
Pihak Kementrian Koperasi menyarankan untuk pihak Mitra Tani Parahyangan
membuat proposal pengajuan dana dan akhirnya disetujui oleh Kementrian
Koperasi dan UKM dengan memberikan bantuan dana sebesar Rp.78.200.000,00.
Dengan dana tersebut pada tahun 2004 Koperasi Mitra Tani Parahyangan mampu
memasarkan produknya ke sejumlah outlet yang ada di Jabodetabek73.
Melihat perkembangan yang dilakukan oleh Koperasi Mitra Parahyangan
Kementrian Koperasi dan UKM menawarkan program ovop kepada Koperasi
Mitra tani Parahyangan dan langsung disetujui oleh para pengurus dengan nama
ovop agribisnis hortikultura. Hasil dari penelitian dari Institute Pertanian Bogor
(IPB) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tentang daerah yang
cocok dipilih sebagai ovop berdasarkan kriteria usaha turun temurun dan
memiliki potensi untuk dikembangkan. Indikator bahwa komoditas holtikultura
ini dijamin kesegaran dan keamananya karena tidak memakai pestisida. Dari sini
Cianjur cocok untuk dipilih sebagai pelaksana program ovop dengan produk
unggulan hortikultura dari Takokak sampai Warungkondang di bawah
kelembagaan Koperasi Mitra Tani Parahyangan74.
73 Ratna Budi Wulandari, DKK, Kemandirian yang berawal dari kesederhanaan, diakses dalam http://www.agrina-online.com/show_article.php?rid=10&aid=3155 pada 26 Desember 2016 74 Titik Yuliani, Melaksanakan Program One Village One Product Binaan Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, diakses dalam https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwighK6utpHRAhWGqY8KHZNnBYMQFggZMAA&url=http%3A%2F%2Flib.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%3Ddigital%2F20318059-S-
57
Melalui Institut Pertanian Bogor (IPB), Kementrian Koperasi dan UKM
bekerja sama dengan Misi Teknik Taiwan ADC Cikarawang, Bogor bersama para
petani sayur mayur. Tim Ovop menggandeng Misi Teknik Taiwan karena
memiliki keahlian di bidang pertanian75. Untuk itu Tim ovop yang dipimpin
Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK menjajagi kemungkinan-
kemungkinan dukungan dan bimbingan teknis yang diberikan oleh Misi Teknik
Taiwan.
Gambar 3.2 : Lokasi Awal OVOP
Sumber : Kementrian UKM dan Koperasi
Titik%2520Yuliani.pdf&usg=AFQjCNHzl9tGaurRx1Zexg3GMN6rfUh5Ww&sig2=BjZO_feOl4SlRgT7LVjfHQ&bvm=bv.142059868,d.c2I, pada 26 Desember 2016 75 Ria, One Village One product dari koperasi tani mitra parahyangan Cianjur, diakses dalam http://blog.pasarpetani.com/2013/01/one-village-one-product-dari-koperasi.html, pada 6 agusutus 2016
58
Tugas utama Misi teknik Taiwan untuk meningkatkan pendapatan,
meningkatat taraf hidup para petani di Indonesia, dan mempererat hubungan
bilaterar antara Taiwan dengan Indonesia melalui kerjasama di bidang pertanian.
Implementasi lapangan yang dilakukan dilaksanakan secara bertahap. Dimulai
dari melakukan pelatihan dan kunjungan, membuat green house sebagai proyek
percontohan, pengembangan, cara menanam dan memelihara, pelatihan
kebersihan, memperkenalkan sistem kemasan, serta melaksanakan akses pasar.
Permasalahan para petani anggota Koperasi Mitra Tani Parahyangan
adalah pengiriman sayur mayur masih dilakukan dengan truk bak terbuka. Hal ini
menjadikan penolakan konsumen karena kerusakan mencapai 30% karena
transportasi yang tidak memadai mengakibatkan kerugian mencapai 1 hingga 2
juta per hari.
Tabel 3.2 : Komoditi Mitra Tani Parahyangan
Komoditi Ton/hari
Tomat 4
Sayur Daun 0,5
Sayur Buah 4
Sayuran Umbi-umbian 1,5
Kementrian Koperasi dan UKM memberikan 1 unit kendaraan (cooling
unit) agar dapat mengurangi penolakan konsumen dari 30% menjadi 15%. Tidak
hanya itu dampak lanjutan melauli program ovop, bertambah luasnya wilayah
pemasaran dari Koperasi Mitra Tani Parahyangan. Saat ini telah mampu
59
memasarkan komoditas sayur-mayur ke Carefour, Superindo, hotel-hotel,
restoran, catering dan beberapa tempat lainya di Jakarta bahkan pemasaran Mitra
Tani Parahyangan mampu meraih kontrak penjualan cabai merah ke Indofood dan
kecap ABC serta kontrak pemasaran pisang dengan PT. Mulia Raya dengan
kapasitas 4 Ton per hari seharga 7 miliar. Pemerintah juga memberikan dana
sebesar 100 juta rupiah untuk tiga lokasi awal sebagai pengadaan sarana pertanian
dan demplot (green house dan sarana prouksi pertanian)76.
Gambar 3.2 : Pick up pengangkut hasil pertanian
Sumber : Kementrian Koperasi dan UKM
76 Mentrti Negara Koperasi dan Usah Kecil Menengah Republik Indonesia, Blue print OVOP, Kementrian Koperasi dan UKM.
60
Promosi dan pemasaran tidak hanya dengan memasarkan ke swalayan,
Koperasi Mitra Tani Parahyangan juga melakukan promosi dan pemasaran
melalui website. Pemerintah juga membuka pameran internasional ovop yang
diadakan dibali pada tahun 2009 diikuti oleh semua komoditi unggulan yang ada
di Indonesia termasuk Koperasi Mitra Parahyangan77.
Gambar 3.2: Website Mitra Tani Parahyangan
Sumber : http://mtp.web.indotrading.com/
Gambar 3.2 : Pameran Internasional OVOP di Bali
Sumber : OVOP Kementrian Koperasi dan UKM RI
77 Hertanto, Konfrensi OVOP, Kompas, diakses dalam http://travel.kompas.com/read/2009/11/14/15362271/di.konferensi.ovop.wapres.ikut.promosikan.julia.roberts. Pada 27 desember 2016.
61
Kementrian Koperasi dan UKM melakukan tahapan perluasan
pengembangan yang dimulai pada tahun 2010 sampai 2014 yang dapat dilihat dari
tabel berikut :
Tabel 3.2 : Tahapan Perluasan Pengembangan OVOP
Tahun Pertama (Koordinasi) Tahun 2010 No Peran 1 Identifikasi potensi yang diusulkan daerah untuk dikembangkan dengan
pendekatan OVOP 2 Rapat koordinasi dan evaluasi penetapan lokasi pengembangan 3 Penyusunan rencana tindak pengembangan OVOP di masing- masing
lokasi atau daerah potensi yang ditetapkan 4 Identifikasi peran koperasi dan UKM utama (Champion) di daerah potensi
yang di tetapkan. 5 Sosialisasi konsep pengembangan OVOP di lokasi terpilih 6 Tindak Lanjut rencana aksi yang sudah ditetapkan yang mungkin
dilakukan pada tahun pertama Tahun Kedua(Kerjasama) Tahun 2011 1 Peningkatan nilai tambah produk unggulan melalui industri
pengolahan/prosesing(value Chain) 2 Peningkatan akses pasar produk yang dihasilkan melalui temu
usaha/business matching serta promosi produk: lokal, nasional dan internasional
3 Peningkatan Supply chain produk unggulan OVOP 4 Peningkatan kapasitas SDM melalui pendampingan, penyuluhan, pelatihan,
dan study banding. Tahun Ketiga(Kelanjutan) Tahun 2012 1 Peningkatan nilai tambah produk unggulan melalui industry
pengolahan(Value Chain) 2 Peningkatan akses pasar produk yang dihasilkan melalui temu usaha serta
promosi produk; lokal, nasional dan Internasional 3 Peningkatan supply chain produk unggulan OVOP 4 Peningkatan kapasitas SDM melalui pendampingan, penyuluhan, pelatihan,
dan study banding Tahun Keempat(Peningkatan berkelanjutan) Tahun 2013 1 Peningkatan dan perluasan pendampingan komunitas masyarakat local
sesuai dengan potensi ekonomi daerah 2 Peningkatan nilai tambah produk unggulan melalui industry pengolahan
dan packaging 3 Peningkatan promosi ekonomi masyarakat secara menyeluruh(budaya,
62
produk dan potensi alam) di tingkat Provinsi 4 Peningkatan promosi produk unggulan OVOP secara nasional dan
internasional(fairs, events, festival) Tahun Kelima(Lanjutan) Tahun 2014 1 Peningkatan dan perluasan pendampingan komunitas masyarakat local
sesuai dengan potensi ekonomi daerah 2 Peningkatan nilai tambah produk unggulan melalui industry pengolahan
dan packaging 3 Peningkatan promosi ekonomi masyarakat secara menyeluruh(budaya,
produk dan potensi alam) di tingkat Provinsi 4 Peningkatan promosi produk unggulan OVOP secara nasional dan
internasional(fairs, events, festival) Sumber : Kementrian Koperasi dan UKM RI
Ruang lingkup kegiatan pada tahun 2010 melakukan pengembangan
komoditas unggulan daerah melaluai penyediaan infrastruktur (kendaaran
pendingin atau cooling unit), ruang pendingin atu cold storage, green house,
peralatan pasca panen, pelatihan serta meningkatkan kapasitas kelompok Tani
melalui kelembagaan koperasi dengan memanfaatkan sumber daya yang ada
melalui kerja sama dengan Misi Teknik Taiwan.
Program OVOP ini juga mempunyai beberapa persoalan penting untuk
diperhatikan, yaitu yang pertama, program OVOP merupakan minat dan tekad
dari masyarakat di pedesaan atau daerah itu sendiri tanpa perintah atau paksaan
dari Pemerintah, kedua program OVOP ini tidak sepenuhnya subsidi atau
anggaran dari Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat, ketiga masyarakat berhak
menentukan sendiri komoditas atau produk serta kegiatan yang sesuai untuk
kepentingan daerahnya hal ini akan menumbukan rasa tanggungjawab terhadap
keberhasilan atau kegagalan usahanya.
Masayarakat setempat bebas menentukan komoditas atau produk khas
yang sesuai dengan sumberdaya di daerah masing-masing dan mereka berhak
63
mengolah serta meningkat mutu dengan teknologi untuk meningkatkan nilai
tambah merupakan persoalan yang keempat, kelima perlunya membandingkan
barang-barang konsumsi lainya untuk memperjelas nilai laba yang diperoleh
setelah mengikuti program OVOP, keenam untuk pengolahan dan pemasaran
produk pemerintah dapat memberikan bimbingan teknis sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, ketujuh Dalam program OVOP ini masyarakat diupayakan untuk
menyajikan keunikan atau mempunyai ciri khas produk sehingga pemerintah
dapat membuat persaingan yang sehat antar desa dengan memanfaatkan keunikan
masing-masing, kedelapan dengan adanya produk yang lebih unggul dari luar
daerahnya mayarakat setempat akan bangga terhadap produk yang dibuatnya serta
dapat menciptakan lapangan kerja baru sehingga mengurangi urbanisasi, dan yang
terakhir perlu dilakukannya penyuluhan untuk meningkatkan kapasitas
masyarakat dalam melaksanakan program OVOP78.
3.2.1 Support Pemerintah Indonesia Dalam Mengembangkan Potensi
Produk OVOP
Pemerintah Pusat mempunyai peranan yang besar dalam memajukan,
mengembangkan serta mengoptimalkan potensi produk unggulan yang ada
didaerah wilayah Indonesia melalui pembuatan regulasi untuk menerapkan,
beserta pentunjuk teknis dan pelaksanaan konsep One Village One Product
78 Blue Print One Village One Product, Kementrian Koperasi dan UKM diakses dalam http://smecda.com/wp-content/uploads/2015/11/eBook-Bloe_print_ovop.compressed.pdf pada tanggal 31 Mei 2016
64
(OVOP) yang diaplikasikan di setiap daerah agar mampu untuk mengembangkan
perekonomian di daerahnya. Peranan dari Pemerintah pusat maupun Pemerintah
daerah disini mencakup pemberian bantuan modal, bantuan peningkatan kualitas
SDM, bantuan produksi seperti desain pengemasan, bantuan pemasaran dan
distribusi lebih banyak hanya memfasilitasi dan juga membantu supaya potensi
yang sudah ada dapat menjadi lebih baik dan berkembang. Peran utama dalam
gerakan ini adalah para tokoh lokal daerah yang dijadikan panutan dan juga
penggerak bagi masyarakat lainnya supaya dapat berubah dan membangun
daerahnya79.
Tabel 3.2.1: Peran Instansi dalam Rintisan OVOP TA 2010
No Instansi Peran Realisasi 1 Kementerian
Koperasi dan UKM
• Perkuatan sarana demplot (Greenhouse) • Perkuatan Kelembagaan Koperasi program OVOP
- Penguatan Kelompok, Fokus : fasilitasi kelompok
• Pendampingan Teknis Lapangan-Peningkatan Rantai Agribisnis, Fokus : Pemasaran-Peningkatan Rantai Agribisnis, Fokus : Komoditi unggulan dan kualitas
Dana 100 juta Rupiah
2 Dinaskop Provinsi
• Studi banding ke Provinsi • Temu usaha dengan calon Buyers • Pameran Promosi
Diskusi Terbatas Analisis Produk Karet Prioritas untuk Tujuan Ekspor, Partisipasi pada Pelatihan Peningkatan Kapasitas Diplomasi Ekonomi Untuk Diplomat Muda, Partisipasi pada Adiwastra
79 Tabloid Diplomasi, Gerakan Ovop sebagai upaya pengembangan daerah, diakses dalam http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/49-juni-2008/426-gerakan-ovop-one-village-one-product-sebagai-upaya-peningkatan-pengembangan-daerah.html, pada 5 juni 2016
65
Nusantara 2016, Kunjungan Kerja Menteri Perdagangan di Surabaya dan Malang, Kunjungan Konsultasi dan Koordinasi DPRD Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi.
3 Dinaskop Kabupaten
• Perkuatan Kelembagaan Koperasi • Pendampingan teknis budidaya • Pendampingan teknis design packaging dan
pemasaran • Pendampingan Teknologi Pengolahan / Processing
Paska Panen • Pengadaan Sarana Produksi Pertanian (Benih,
Obat-obatan, Sarana Pengairan)
Koperasi Mitra Tani komoditas Sayur mayur dan Beras Koperasi Unit dengan komoditas hortikultura (Paprika, Tomat cherry dll), dan KSU Bahari
Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM RI
Fasilitas atau bantuan dana tersebut adalah dukungan untuk
mengembangkan produk sehingga tercapainya hasil yang maksimal dari produk
itu sendiri. Peran pemerintah difokuskan pada fungsi regulasi dan fasilitasi untuk
menciptakan struktur pasar dan persaingan yang sehat bagi koperasi, pengusaha
mikro, kecil dan menengah, serta mengoreksi ketidaksempurnaan mekanisme
pasar dengan menumbuhkan iklim berusaha yang kondusif, serta memberikan
dukungan perkuatan bagi koperasi, pengusaha mikro, kecil dan menengah.
3.2.2 Perluasan Produk Unggulan One Village One Product
Pendekatan program One Village One Product yang dilakukan di Koperasi
Mitra Tani Parahyangan yang mengalami kesuksesan membuat pemerintah
memperluas area binaan OVOP. Berdasarkan surat Deputi Bidang Pengkajian
66
Sumberdaya UMKM, No.13/Dep.7/III/2010, tertanggal 8 Maret 2010, kepada
Pemerintah Kepala Daerah se Indonesia, berhasil menerima usulan potensi
komoditas unggulan daerah atau pedesaan diperluas berbasiskan peningkatan
mutu dan daya saing agar produk unggulan itu bernilai tambah hingga tahun 2014
sebagai tercantum di tabel bawah :
Tabel 3.2.2 : Produk Unggulan OVOP
No Provinsi Kabupaten/Kota Produk Unggulan 1 Sumatera Barat 1. Kota Bukit Tinggi
2. Kab.Tanah Datar Bordir Kerancang Tenun Pandai Sikek
2 Sumatera Selatan 1. Kota prabumulih Nanas 3 Bengkulu 1. Kota Bengkulu
2. Kepahyang 3. Kaur
Jeruk Kalamansi Kopi Kopi
4 Bangka Belitung 1. Pangkal Pinang Tenun Cual 5 Jawa Barat 1. Tasikmalaya
2. Bandung 3. Cianjur 4. Garut
Bordir Strawberry Sayuran Paprika
6 Jawa Timur 1. Pacitan 2. Malang 3. Madura
Batik Tulis Kripik Buah Tepung Cassava
7 Bali 1. Badung 2. Bangli 3. Bangli 4. Jembara
Sayur Mayur Paprika Kerajinan Bambu Tenun Cagcag
8 Sulawesi Selatan 1. Gowa 2. Palopo 3. Pangkep 4. Bantaeng
Markisa Coklat/Kakao Jeruk Apel
9 Sulawesi Tenggara 1. Wakatobi Rumput Laut 10 Sulawesi Tengah 1. Kota Palu Bawang Goreng 11 Maluku 1. Buru Minyak Kayu
Putih 12 Papua Barat 1. Teluk Bintuni Gaharu, Minyak
Atsiri 13 Lampung 1. Tanggamus Kopi Organik 14 Aceh 1. Gayo Kopi
67
2. Aceh Besar 3. Aceh Barat
Kerajinan Bordir Nilam
15 Sumatera Utara 1. Karo 2. Brastagi
Jeruk Markisa
16 Jambi 1. Sungai Penuh 2. Kab Bungo 3. Batang Hari
Anyaman Pandan Tenun Songket Ukiran Kayu Betung
17 Riau 1. Bengkalis Lempuk Durian 18 Kepulauan Riau 1. Batam Rumput Laut 19 Jawa Tengah 1. Sukoharjo
2. Sukaharjo 3. Wonosobo 4. Bojonegoro 5. Surakarta 6. Kudus 7. Klaten 8. Semarang
Furniture Garmen Carica Furniture Batik Garmen Bordir Kain Lurik Kain Perca
20 Jogjakarta 1. Bantul 2. Kulon Progo
Gerabah Gula Semut
21 NTB 1. Lombok 2. Bima
Gerabah Batik Sasambo
22 NTT 1. Kupang 2. Belu
Tenun Ikat Gerabah
23 Maluku Utara 1. Ternate Kerajinan Bambu 24 Sulawesi Utara 1. Tomohan
2. Kep Talaud Mebel Kayu Kelapa Sirip Ikan Hiu
25 Gorontalo 1. Gorontalo Bordir Karawang 26 Kalimantan Timur 1. Samarinda Kain Sarung 27 Kalimantan Barat 1. Pontianak
2. Barito Kuala 3. Singkawang
Aloevera Anyaman Purun Keramik
28 Kalimantan Selatan 1. Banjar Batu Mulia Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM
Pemberdayaan UKM dengan tujuan untuk mewujudkan industri kecil dan
industri kecil menengah yang mampu bersaing, berperan dalam penguatan
struktur industri nasional, mengurangi kemiskinan dan terbukanya lapangan kerja
baru, serta menghasilkan barang atau jasa untuk keperluan ekspor. Untuk
68
meraangang masyarakat agar dapat lebih membuat inovesi terhadap produk yang
dimilikinya pemerintah memberikan penghargaan dengan kriteria seperti yang ada
dibagan :
Bagan : Pembinaan UKM Yang Berorientasi Ekspor Melalui Pendekatan
OVOP
Sumber : Kementerian Perindustrian Republik Indonesia
Kab/Kota Provinsi Pemerintah Pusat
Bintang 3 Bintang 1 Bintang 2
Bintang 4 Bintang 5
Bentuk fasilitasi yang di berikan diantaranya :
1. Pendidikan dan pelatihan
2. Pendampingan tenaga ahli
3. Bantuan Pengadaan sarana Produksi
4. Pemberian fasilitas dan pendampingan dalam promosi dan pemasaran dalam negri
Bentuk fasilitasi yang di berikan diantaranya :
1. Pendidikan dan pelatihan
2. Pendampingan tenaga ahli
3. Fasilitas/Bantuan Pengadaan sarana Produksi
4. Pemberian fasilitas dan pendampingan dalam promosi dan pemasaran dalam negri
Bentuk fasilitasi yang di berikan diantaranya :
1. Pendidikan dan pelatihan
2. Pendampingan tenaga ahli
3. Fasilitasi sertifikasi produk dan sistem mutu
4. Fasilitasi peningkatan akses pembiayaan
5. Fasilitas/Bantuan pengadaan sarana Produksi
6. Pemberian Fasilitas dan pendampingan dalam promosi dan pemasaran dalam negir/luar negeri
69
Sesuai Keputusan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No. 775/M-
IND/Kep/12/2013, Tanggal 23 Desember 2013 ada sepuluh produk OVOP yang
mendapatkan penghargaan seperti pada gambar serta tabel dibawah :
Tabel : Produk OVOP Yang Mendapatkan Penghargaan Tahun 2013
No Kalsifikasi
Kategori Perusahaan Desa Provinsi
1 Bintang Lima
Batik Puspa Kencana
Laweyan/Surakarta Jawa Tengah
2 Bintang Empat
Batik Gunawan Setiawan
Kauman/Surakarta Jawa Tengah
3 Bintang Empat
Batik Winoto Sastro Wukirsari/Yogyakarta
DIY
4 Bintang Empat
Batik Batik Banten Mukar Mas
Sentul/Serang Banten
5 Bintang Empat
Makanan Ringan
PT.Tama Cokelat Indonesia (Cokelat)
Racangbangau /Garut
Jawa Barat
6 Bintang Empat
Minuman Sari Buah dan Sirup Buah
CV. Dukuh Lestari
Sibetan/Bali Bali
7 Bintang Tiga
Makanan Ringan
Suka Senang (Keripik dan Sale Pisang)
Cijeungjing/Ciamis Jawa Barat
8 Bintang Tiga
Tenun CV. Yoga Pratama Mandiri
Jarum/Klaten Jawa Tengah
9 Bintang Tiga
Batik Batik Girisari Karang Rejek/Bantul
DIY
10 Bintang Tiga
Gerabah /Keramik Hias
PT. Timboel Kasongan/Bantul DIY
Sumber : Kementerian Perindustrian Republik Indonesia
70
Gambar : Peanugerahan Piagam OVOP Tahun 201380
Gambar : Batik Banten Menerima Penghargaan Bintang Empat
Sumber : Kementerian Perindustrian Republik Indonesia
80 Wakil menteri Perindustrian Alex SW Retraubun bersama Dirjen IKM Euis Saedah berfoto dengan para penerima penghargaan piagam OVOP di Kementerian Perindustrian.
71
3.3 Pertumbuhan UMKM dan Koperasi
Peran dari UMKM itu sendiri merupakan penggerak utama sektor rill yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, jumlah UMKM pada tahun 2010
sampai dengan 2012 mengalami kenaikan 53.823.732 menjadi 56.534.529,
dimana tidak hanya jumlah UMKM yang mengalami peningkatan melainkan
pertumbuhan jumlah tenaga kerja, sumbangan PDB, bahkan menikatkan
pertumbuhan nilai ekspor.
Tabel 3.2.1 : Perkembangan UMKM dari tahun 2010 – 201281
No Indikator Satuan 2010 2011 2012
1 Jumlah UMKM Unit 53.823.732 55.206.444 56.534.529
2 Pertumbuhan Jumlah UMKM
Persen 2,01 2,57 2,41
3 Jumlah Tenaga Kerja UMKM
Orang 99.401.775 101.722. 458 107.657. 509
4 Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja UMKM
Persen 3,32 2,33 5,83
5 Sumbangan PDB UMKM (Harga Konstan)
Rp. Miliar 1.282.571, 80 1.369.326,00 1.504.928,20
6 Pertumbuhan sumbangan PDB UMKM
Persen 5,77 6,76 9,90
7 Nilai Ekspor UMKM Rp Miliar 175.894, 89 187.441, 82 208.067,00
8 Pertumbuhan Nilai Ekspor UMKM
Persen 8,41 6,56 11,00
Sumber : Badan Pusat Statistik Republik Indonesia
81 Badan Perencanaan Pembangunan, diakses dalam http://www.bappenas.go.id/id/data-dan-informasi-utama/data-dan-statistik1/ekonomi/
72
Dari tabel diatas dapat kita ambil kesimpulan jika pada tahun 2010-2012
merupakan masa pertumbuhan yang bagus bagi UMKM. Selama periode tersebut
UMKM bertambah sebanyak 2.710.797 unit, pertumbuhan jumlah tenaga kerja
oleh UMKM juga mengalami peningkatan yang cukup pesat yaitu bertambah
8.255.734 orang. Tidak hanya itu, sumbangan PDB UMKM juga ikut naik
1.282.571,00 miliar menjadi 1.504.928,20 miliar. Selama 3 tahun, tercatat ada
peningkatan nilai ekspor UMKM sebanyak 32.172,11 miliar.
Pencapaian pertumbuhan tidak hanya pada UMKM, namun koperasi juga
mengalami pertumbuhan meskipun tidak melonjak tajam seperti UMKM.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia selama tahun
2010-2013 jumlah koperasi di seluruh indonesia naik dari 177.482 unit menjadi
194.295 unit. Hal tersebut dapat menunjukan bahwa koperasi juga dapat
berkembang dari tahun ke tahun.
Tabel 3.2.1 : Perkembangan Koperasi dari tahun 2010 – 2013
No Indikator Satuan 2010-2011 2011-2012 2012-2013
1 Jumlah Koperasi Unit 177 482 188 181 194 295
2 Pertumbuhan Koperasi Persen 4.15 6.03 3.25
3 Jumlah Koperasi Aktif Unit 124 855 133 666 139 321
4 Prosentase Koperasi Aktif
dari Total Jumlah Koperasi
Persen 70.35 71.03 71.71
5 Pertumbuhan Jumlah
Koperasi Aktif
Persen 3.64 7.06 4.23
6 Jumlah Anggota Koperasi Orang 30 461 121 30 849 913 33 869 439
73
Aktif
7 Pertumbuhan Jumlah
Anggota Koperasi Aktif
Persen 4.18 1.28
9.79
8 Permodalan Rp. Juta 64 788 727 75 484 237 102 826 158
9 Pertumbuhan Permodalan Persen 8.25 16.51 36.22
10 Volume Usaha Rp. Juta 76 822 082 95 062 402 119 182 690
11 Pertumbuhan Volume Usaha Persen 6.43 23.74 25.37
12 Selisih Hasil Usaha (SHU) Rp. Juta 5 622 164 6 336 481 6 661 926
13 Pertumbuhan SHU Persen 6.00 12.71 5.14
Sumber : Badan Pusat Statistik Republik Indonesia
Dari tabel diatas menunjukan bahwa pada tahun 2012-2013 dari jumlah
koperasi 194.295 unit hanya 139.321 unit jumlah koperasi yang masih aktif,
berarti ada 54.938 unit koperasi yang collapse.82
Pembinaan dan pengembangan UKM yang dilakukan oleh Kementerian
Perindustrian sepanjang tahun 2014 telah menghasilkan kontribusi UKM terhadap
PDB industri pengolahan non-migas secara keseluruhan sebesar 34,56% . Angka
persentasi ini dapat dicapai berkat dukungan dari sekitar 3,522 juta unit usaha
UKM (yang merupakan 90 persen dari total unit usaha industri nasional). Dengan
jumlah unit usaha tersebut dapat terserap tenaga kerja sebanyak 9,02 juta orang.
Sedangkan nilai ekspor yang dicapai pada tahun yang sama adalah sebesar
US$.19,62 Milyar sebagai proses dari investasi yang ditanam sebesar Rp. 34,94
Triliyun, nilai bahan baku sebesar Rp. 288,39 Triliyun, nilai produksi sebesar Rp.
82 lathifa fitriyani, dkk, Perkembangan Koperasi dan UKM di Indonesia http://www.kompasiana.com/ratripurwasih/perkembangan-koperasi-dan-ukm-di-indonesia_5520e43ea33311614a46cdb1, pada tanggal 5 Februari 2016.
74
615,02 Triliyun, dan nilai tambah sebesar Rp. 252,53 Triliyun. Hal ini berdampak
pada meningkatnya ekonomi Nasional serta mengurangi kemiskinan83.
Melalui program OVOP, UKM dituntut untuk lebih kreatif, inovatif, dan
tekun dalam mengolah potensi sumber daya daerah, Salah satunya dengan
menciptakan dan mengembangkan kearifan lokal sebagai keunggulan komparatif
dan keunggulan kompetitif antar daerah sehingga produk-produk dari daerah
masing-masing yang dihasilkan dapat menjadi produk satu-satunya daerah
tersebut (Only One) atau menjadi produk nomor satu (Number One).
Keunggulan komparatif adalah keunggulan yang diperoleh suatu Negara
karena dapat menghasilkan produk dengan biaya relative yang lebih rendah dari
pada Negara lain. Menurut teori ini perdagangan masih tetap bisa dilakukan
meskipun suatu Negara tidak memiliki keunggulan mutlak sekalipun terhadap
Negara lain. Teori itu didasarkan akan eksistensi dan kemampuan khusus suatu
bangsa dalam melakukan produksi komoditas yang dapat bersaing di pasar dunia
berdasarkan keunggulan komparatif yang dimilikinya.84
Upaya Indonesia melalui OVOP dapat dianalisis dari teori keunggulan
komperatif yang menyatakan bahwa suatu negara akan menghasilkan dan
kemudian mengekspor suatu barang yang memiliki comparative advantage
terbesar dan mengimpor barang yang memiliki comparative disadvantage, yaitu
mengekspor suatu barang yang dapat dihasilkan dengan lebih murah dan
83 SALEH HUSIN, SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PENGANUGERAHAN PIAGAM OVOP JAKARTA, 22 DESEMBER 2015, Menteri Perindustrian Republik Indonesia, hal 4. 84 Op.cit. Drs. Yanuar Ikbar, M.A, Hal. 44-45
75
mengimpor barang yang kalau dihasilkan sendiri memakan biaya yang besar.85
Teori ini juga menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh banyaknya
tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut. Makin banyak
tenaga yang dicurahkan untuk memproduksi suatu barang atau produk, maka
makin mahal juga barang atau produk tersebut.86
Dilihat dari dari sisi keunggulan kompetitifnya yang di kemukakan oleh
Michael Porter yaitu selain ditentukan oleh faktor keunggulan komparatif yang
diwariskan, tetapi juga ditentukan oleh faktor-faktor kompetitif yang
dikembangkan. Pendekatan memalui program OVOP ini menjadikan produk atau
komoditi daerahnya Only One atau Number One. Produk Only One maksudnya
adalah produk yang dihasilkan hanya satu- satunya dimiliki oleh di suatu daerah,
sedang produk Number One dimaksudkan adalah jumlah yang dihasilkan terdapat
di lebih dari satu tempat dan pelaku usaha UKM menjadikan kualitas produknya
nomor satu diantara produk sejenis lainnya. Mengkategorikan produk di daerah
berbentuk Only One atau Number One tergantung kepada bagaimana masyarakat
UKM mengolah potensi daerah masing-masing, baik potensi sumberdaya alam,
sumber daya manusia serta penerapan kreativitas, inovasi dan teknologi yang
dimiliki sehingga dapat bersaing dengan pasar ASEAN.
85Op.Cit. Yusmichad Yusdja. 86Op.Cit. Anik Widi Astuti.