bab iii diskripsi daerah penelitian - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/57663/13/bab iii.pdf ·...
TRANSCRIPT
25
BAB III
DISKRIPSI DAERAH PENELITIAN
3.1 Letak, Luas dan Batas Wilayah
Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Propinsi Jawa Timur yang
berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten
Ngawi adalah 1.298,58 km2, di mana sekitar 40% atau sekitar 506,6 km2 berupa
lahan sawah. Administrasi wilayah ini dibagi dalam 17 kecamatan dan 217 desa,
dimana 4 dari 217 desa tersebut adalah kelurahan. Geografis Kabupaten Ngawi
terletak pada posisi 7°21’-7°31’ Lintang Selatan dan 110°10’-111°40’ Bujur Timur.
Struktur dan kontur bumi kawasan Kabupaten Ngawi Sseluas 1.298,58 km2 cukup
bergelombang, seluas 40% atau 506,6 km2 luas Kabupten tersebut berupa kawasan
persawahan. Topografi kawasan bagian Selatan terbanyak terletak pada “lereng
basah’’ Topografi wilayah ini adalah berupa dataran tinggi dan tanah datar. Tercatat
4 kecamatan terletak pada dataran tinggi yaitu Sine, Ngrambe, Jogorogo dan Kendal
yang terletak di kaki Gunung Lawu. Batas wilayah Kabupaten Ngawi adalah
sebagai berikut:
Posisi Geografis Kabupaten Ngawi terletak pada 7°21’- 7°31’ (LS) dan
110°10’ - 111°40’ Bujur Timur (BT). Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagi
berikut:
1. Sebelah Utara: Kabupaten Blora dan Kabupaten Grobongan Propinsi Jawa
Tengah dan Kabupaten Bojonegoro
2. Sebelah Barat: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen Propinsi
Jawa Tengah
3. Sebelah Timur: Kabupaten Madiun
4. Sebelah Selatan: Kabupaten Madiun dan Kabupaten Magetan.
Gambar 2.2 berikut merupakan Peta Administrasi Kabupaten Ngawi. (terlampir)
26
Gambar 2.2 Peta Administrasi Kabupaten Ngawi Jawa Timur Tahun 2017
27
1.2 Geologi dan Geomorfologi
1.2.1 Geologi
Penelitian di Kabupaten Ngawi menurut Peta Geologi lembar Jawa
Timur dengan skala 1:100.000. Mempunyai dua macam batuan yaitu Breksi
dan Batuan Tuff. Batuan breksi berukuran butir besar dengan ukuran 2 mm,
dengan frakmen yang menyudut, umumnya terdiri dari frakmen batuan (hasil
rombakan), dalam masa dasar yang lebih halus atau tersemenkan. Bahan
penyususn juga dapat berupa bahan dan proses Vulkanisme (Breksi Vulkanik).
Batuan Tuff berasal dari bahan abu akibat letusan Gunung Berapi yang
tersemenkan (sedimen). Batuan ini tersebar diseluruh daerah penilitian.
1.2.2 Geomorfologi
Panekeok (1949) Fisiografis Pulau Jawa terletak pada jalur geosinklinal
dengan orogenetik muda dengan vulkanisme kuat sehingga Pulau Jawa
berbentuk panjang dan sempit. Adapun ketiga zone tersebut antara lain:
a. Zone selatan : Zone ini merupakan Pegunungan Plato, miring ke arah
selatan.
b. Zone tengah : Zone ini untuk Jawa Timur dan Jawa Barat merupakan
suatu depresi yang terdapat gunung-gunung berapi yang tinggi, di Jawa
Tengah ditempati rangkaian gunung api dan pegunungan.
c. Zone timur : Zone ini merupakan rangkaian perbukitan selatan dan
pegunungan lipatan yang diselingi oleh beberapa gunung berapi.
Berdasarkan pembagian Zone-Zone Fisiografis di Jawa oleh (Panekeok
1949), maka Kabupaten Ngawi terletak pada Zone Tengah Pulau Jawa,
merupakan suatu yang tertutup oleh seri gunung-gunung berapi yang tinggi.
Salah satu gunung berapi tersebut adalah Gunung Merapi. Pada Zone ini
terdapat gerakan Orogenetik pertengahan Miosen muda yang tersebar
selama beberapa waktu pada pertengahan Plestosen, aktivitas tektonik-
28
tektonik terjadi dengan turunnya Zone Selatan dan di ikuti terbaurnya Zone
Tengah sepanjang patahan besar yang menggambarkan Eskarpmen besar
yang masih dapat kita lihat sampai sekarang. Bentuk lahan daerah penelitian
merupakan dataran Alluvial dan Perbukitan Denudasional dengan proses
geomorfologi berupa pengendapan, pelapukan, dan erosi meliputi erosi
lembar, alur, dan parit.
3.3 Iklim
Iklim merupakan gabungan dari berbagai kondisi cuaca sehari-hari atau rata-
rata cuaca di suatu tempat dalam periode tertentu. Keadaan iklim dalam pariwisata
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh, karena iklim dapat menjadi daya tarik
wisata seperti pada wisata seperti pada wisata berpegunungan, dan sekaligus menjadi
kendala atau penggambat kegiatan pariwisata bagi pengunjung, misalnya di
pegunungan curah hujannya lebih tinggi dari pada daratan rendah sehingga lebih
memungkinkan terjadinya hujan, terutama saat musim hujan.
Menurut Schmidt dan Furguson (1951) Klasifikasi iklim adalah perbandingan
antara bulan basah dengan bulan kering. Tabel 3.1berikut merupakan Nama Iklim
Schmidt dan Furguson.
Tabel 3.1 Iklim Schmidt dan Furguson
Golongan A 0,000 < Q < 0,143 Sangat basah
Golongan B 0,143 < Q < 0,333 Basah
Golongan C 0,333 < Q < 0,600 Agak Basah
Golongan D 0,600 < Q < 1,000 Sedang
Golongan E 1,000 < Q < 1,670 Agak Kering
Golongan F 1,670< Q < 3,000 Kering
Golongan G 3,000 < Q < 7,000 Sangat Kering
Golongan H 7,000 < Luar Biasa Kering
Sumber: Schmidt dan Furguson, (1951) di dalam buku Yuli Priyana, (2008)
Rumus yang digunakan dalam menentukan klasifikasi iklim tersebut adalah
sebagai berikut Q =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ
29
Menurut kriteria Mohr (dalam Agus Irawan, 2001) penentuan bulan basah dan
bulan kering dapat didasarkan pada:
a. Bulan kering adalah bulan yang curah hujannya <60 mm
b. Bulan lembab adalah bulan yang curah hujannya antara 60- 100 mm
c. Bulan basah adalah bulan yang curah hujannya >100 mm
Tabel 3.2 Jumlah bulan basah dan bulan kering di Ngawi Tahun 2005-2015 (mm)
Bulan
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2013 2014 2015 Jumlah Rata-
rata
Januari 76 170 265 259 204 234 219 204 233 179 2043 204.3
Februari 105 15 162 60 214 274 162 813 131 549 2485 248.5
Maret 122 55 275 270 257 273 254 583 106 58 2253 225.3
April 102 45 287 220 276 220 231 598 109 684 2772 277.2
Mei 169 195 236 232 238 210 22 196 46 211 1755 175.5
Juni 54 115 18 11 19 14 18 10 56 45 360 36
Juli 42 15 25 0 19 6 5 8 12 23 155 15.5
Agustus 136 11 0 29 10 8 2 19 34 48 297 29.7
September 273 18 14 29 16 10 9 45 38 57 509 50.9
Oktober 60 22 58 235 209 58 238 228 278 170 1556 155.6
November 90 45 21 271 303 195 116 56 48 60 1205 120.5
Desember 169 139 315 135 232 238 112 108 129 528 2105 210.5
Jumlah 17495 1749.5
BB 7 4 6 7 8 7 7 7 6 6 65 6.5
BK 3 8 5 6 4 5 5 5 6 6 53 5.3
BL 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3 0.3
Sumber: Dinas PU Pengairan, Pertambangan dan Energi Kabupaten Ngawi
Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata bulan basah di Kota Ngawi adalah
6.7 dan bulan kering 4.1 sehingga diketahui bahwa:
Q =5,3
6.5 x 100 = 0.815mm= 81.5mm
Sesuai dengan perhitungan tersebut dapat diketahui nilai Q di Kota Ngawi adalah
61.1 mm, sehingga iklim di daerah ini termasuk tipe iklim D (sedang). Artinya iklim
30
di Kabupaten Ngawi memiliki iklim yang sedang, adapun tingkat curah hujan dimusim
kemarau dan penghujan memiliki temperature rata-rata sedang.
Gambar 3.2 berikut merupakan keadaan iklim di Ngawi Menurut Schmidt dan
Furguson (1951) tahun 2005-2015.
Gambar 3.2 Curah Hujan Kabupaten Ngawi dari Tahun 2005- 2015.
Rata-rata jumlah bulan basah 6,5 mm dan bulan keringnya 5,3 mm. Hujan
tertinggi pada tahun 2015 Bulan April yaitu 684 mm dan yang terendah pada Bulan
November yaitu 60 mm. Rata-rata iklim Kabupaten Ngawi pada kurun waktu 10 tahun
dengan data pendukung dari dinas PU pengairan memiliki rata- rata 81.5 %, dapat
diketahui iklim daerah tersebut termasuk golongan tipe D (Sedang) artinya tingkat
curah hujan baik dimusim kemarau dan penghujan memiliki temperature rata-rata
sedang yang tersebar di seluruh wilayah.
700%
G 300%
F 167%
E 100%
D
0%
1
6
5
4
3
12
11
10
9
8
7
2
1
0
H
60%
6,5
33,3%
B 14,3%
A
2
Q :81,5%
3 4 7 6 8 9 10 11 12 5
= Tipe Iklim Daerah Penelitian
Jumlah Bulan Basah
5,3
c
Jum
lah B
ula
n K
erin
g
31
1.5 Kependuduk
Kependudukan di Kabupaten Ngawi mengalami peninggkatan sebesar 1,2%.
Tahun 2010 tertinggi pada Kecamatan Paron sebesar 86.148 km2/ jiwa, tahun 2015
tertinggi pada Kecamatan Paron sebesar 87.404 km2/ jiwa, dan pada tahun 2016
tertinggi pada Kecamatan Paron sebesar 87.583 km2/ jiwa.
1.5.1 Jumlah, Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk di Kabupaten Ngawi pada Tahun 2010, sebanyak 818.989
jiwa sedangkan pada Tahun 2016 sebanyak 827.829 jiwa. Tren laju pertumbuhan
penduduk di masing-masing daerah dapat menyebabkan jumlah penduduk
meningkat dengan cepat dalam kurun waktu 5–10 tahun (Mantra, 2003). Berikut
adalah distribusi jumlah pertumbuhan penduduk dapat dilihat pada tabel 3.3
sebagai berikut :
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk dan laju pertumbuhan di Ngawi tahun 2016
Kecamatan Jumlah Penduduk (Km2/Jiwa)
Laju Pertumbuhan
Pddk Per Tahun(%)
2010 2015 2016 2010-2016
Sine 41.132 41.301 41.273 0.29
Ngrambe 38.806 39.099 39.111 0.79
Jogorogo 38.848 39.672 39.818 2.50
Kendal 44.302 44.454 44.422 0.27
Geneng 49.015 47.928 47.585 -2.92
Gerih 32.186 33.600 33.909 5.35
Kwadungan 25.430 25.742 25.780 1.38
Pangkur 26.493 26.725 26.742 0.94
Karangjati 47.001 47.691 47.789 1.68
Bringin 30.603 31.100 31.176 1.87
Padas 32.282 32.763 32.834 01.71
Kasreman 23.448 24.041 24.153 3.01
Ngawi 80.100 82.455 82.925 3.53
Paron 86.148 87.404 87.583 1.67
Kedunggalar 86.147 66.827 66.821 0.59
Pitu 66.428 27.786 27.911 2.92
Widodaren 27.120 66.206 66.106 -0.12
Mantingan 99.189 38.322 38.359 1.09
Karanganyar 25.491 24.713 24.484 -3.93
Jumlah 818.989 827.829 828.783 1.20
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatn Sipil
32
Penduduk Kabupaten Ngawi berdasarkan proyeksi tahun 2016 mencapai
828.783 jiwa, berbeda pada tahun 2010 dengan jumlah penduduk 818.989 jiwa.
Pada tahun 2016 tertinggi pada Kecamatan Paron sebesar 87.583 jiwa meningkat
1.67%, dibandingkan dengan kecamatan yang ada di Kabupaten Ngawi, karena
Kecamatan Paron merupakan kecamatan yang jauh dari kota sehingga masyarakat
kurang mengerti tentang Progam Keluarga Berencana.
3.5.2 Distribusi dan kepadatan penduduk menurut Kecamatan Di Kabupaten
Ngawi Tahun 2016
Persebaran penduduk di Kabupaten Ngawi mengalami kenaikan dan
penurunan sehingga dapat mempengaruhi kepadatan penduduk, seperti yang terjadi
di Kecamatan Paron dengan presentase jumlah penduduk yang mencapai 10,51%
dari jumlah penduduk total tahun 2016, maka tingkat kepadatan penduduk
mencapai 928 km2. Sehingga dapat mempengaruhi pola persebaran penduduk dan
luas wilayah di setiap Kecamatan. Dapat dilihat pada tabel 3.4 merupakan tabel
distribusi dan kepadatan penduduk menurut Kecamatan Di Kabupaten Ngawi
Tahun 2016
Tabel 3.4 Distribusi dan kepadatan penduduk menurut Kecamatan
di Kabupaten Ngawi Tahun 2016
Kecamatan Presentase Penduduk Kepadatan Penduduk (KM2)
Sine 5.23 582
Ngrambe 4.93 765
Jogorogo 4.77 645
Kendal 5.59 590
Geneng 6.02 1023
Gerih 4.11 1061
Kwadungan 3.12 918
Pangkur 3.2 970
Karangjati 5.33 714
Bringin 3.46 493
Padas 3.9 693
Kasreman 2.76 782
Ngawi 9.49 1200
Paron 10.51 928
Kedunggalar 8.31 572
33
Lanjutan tabel 3.4
Pitu 3.37 537
Widodaren 8.37 809
Mantingan 4.3 616
Karanganyar 3.24 209
Jumlah 100 14108
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatn Sipil
Kepadatan penduduk di Kabupaten Ngawi tahun 2016 mencapai 14.108
jiwa/km2. Kepadatan penduduk di 19 Kecamatan cukup beragam dengan kepadatan
penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Ngawi dengan kepadatan sebesar 1.200
jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Karanganyar sebesar 209 jiwa/km2. Ngawi
merupakan pusat kota, sehingga punduduknya lebih banyak dari Kecamatan
lainnya.
3.5.3 Komposisi menurut jumlah Pendidikan
Data Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi 2016 menunjukkan bahwa jumlah
SD sederajat ada 552 lembaga, mempunyai murid 58,288 siswa. Jumlah murid
SMP dan derajat sebanyak 26,977 siswa, yang tersebar di 76 sekolah. Jumlah murid
SMA sederajat adalah 7.127 siswa yang tersebar di 19 sekolah. Di Kabupaten
Ngawi, dari angka persebaran Pendidikan Kabupaten Ngawi memiliki jumlah
persebaran fasilitas pendidikan yang mewadahi untuk perkembangan kemapuan
dan keahlian masyarakat yang berada di Kabupaten Ngawi.
1.5.4 Komposisi penduduk menurut angkatan kerja Pekerja
Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau
imbalan dalam bentuk lain. Dapat dilihat tabel 3.5 berikut merupakan
Perkembangan Ketenagakerjaan Kabupaten Ngawi 2012-2016.
34
Tabel 3.5 Perkembangan Ketenagakerjaan Kabupaten Ngawi 2012-2016
Ketenaga kerjaan Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
Angkatan Kerja 456.678 626.295 474.018 477.534 480.268
Angkatan Kerja Tertampung 428.761 423.496 427.382 430.846 43.332
Pencari Kerja 27.917 0 0 0 0
Penduduk Usia Kerja 622.483 631.791 638.804 642.393 646.002
Penduduk bukan Usia kerja 203.761 185.970 188.190 189.256 190.326
Lowongan Kerja 921 2.350 3.168 3.735 3.341
Pencari Kerja Terdaftar 5.647 3.648 4.306 5.285 4.745
Penenmpatan Tenaga Kerja 1.120 1.177 1.957 2.117 1.720
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatn Sipil
Angka pengangguran dapat disebabkan beberapa faktor antara lain terbatasnya
jumlah lapangan kerja yang tersedia, pertumbuhan penduduk yang relatif cepat,
terjadinya pemulangan tenaga kerja dari luar negeri (TKI), kualitas Sumber Daya
Manusia yang tidak sejalan dengan tingkat pendidikan yang dicapai. Jumlah
angkatan kerja di Kabupaten Ngawi mengalami peningkatan pada tahun 2013
sebanyak 626.295 tetapi mengalami hingga tahun 2016 menjadi 480.268 orang
disebabkan oleh penduduk usia kerja setelah itu mengalami peningkatan setiap
tahunnya hingga 2016 sebanyak 646.002 dan penduduk bukan usia kerja yang
mengalami penurunan.
1.5.5 Komposisi Jumlah Kelahiran Dan Kematian di Kabupaten Ngawi.
a. Jumlah Kelahiran dan Kematian di Kabupaten Ngawi Tahun 2016
Angka kelahiran di Kabupaten Ngawi mengalami peningkatan dan
penurunan di berbagai Kecamatan. Angka kelahiran terendah terjadi pada
Kecamatan Kasreman dengan total 265 jiwa, dan tertinggi pada Kecamatan
Paron sebesar 1.136 jiwa. Angka Kematian tertinggi pada Kecamatan Geneng
sebesar 139 jiwa dan terendah pada Kecamatan Bringin sebesar 18 jiwa.
Dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut merupakan Jumlah Kelahiran dan
Kematian di Kabupaten Ngawi 2016
35
Tabel 3.6 Jumlah Kelahiran dan kematian di Kabupaten Ngawi 2016
Kelahuiran Kematian
Kecamatan Laki-laki Perempuan Total Laki-Laki Perempuan Total
Sine 297 243 540 49 22 71
Ngrambe 235 261 496 32 19 51
Jogorogo 289 273 562 19 16 35
Kendal 319 299 618 16 20 36
Geneng 336 289 625 86 53 139
Gerih 234 222 456 41 33 74
Kwadungan 165 157 322 21 18 39
Pangkur 137 155 292 22 11 33
Karangjati 265 274 539 53 30 83
Bringin 169 147 316 14 4 18
Padas 219 187 406 51 24 75
Kasreman 133 132 265 40 24 64
Ngawi 511 491 1.002 17 14 31
Paron 588 548 1.136 31 56 87
Krdunggalar 470 373 843 64 25 89
Pitu 193 169 362 17 8 26
Widodaren 453 417 870 32 20 52
Mantingan 217 221 438 16 11 27
Karanganyar 199 167 366 30 5 35
Jumlah 5.429 5025 10.454 651 414 1.065
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatn Sipil, 2016
Data di atas menujukkan angka kematian dan angka kelahiran di Kabupaten
Ngawi tahun 2016. Angka kelahiran mencapai 10.454 jiwa dengan jumlah
kelahiran bayi laki-laki 5.429 jiwa dan bayi perempuan 5.024 jiwa. Angka
kematian total mencapai 1.065 jiwa, dengan jumlah kematian bayi laki-laki 651
jiwa dan perempuan mencapai 414 jiwa. Sehingga angka kelahiran mengalami
peningkatan sebesar 0,57%, karena kurang tersosialisasinya program keluarga
berencana yang sudah di programkan oleh Pemerintah setempat..
1.5.6 Listrik
Listrik merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi kelangsungan
hidup manusia seperti untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk penunjang
36
kegiatan lain, termasuk didalamnya sebagai penunjang keberlangsungan kegiatan
pariwisata. Lokasi wisata Ngawi sudah dapat dijangkau listrik semua. Jumlah
pelanggan listrik PLN pada tahun 2016 mencapai 217.105 pelanggan, turun sekitar
1,72% dari tahun 2015 yang mencapai 213.432 pelanggan (PT. PLN Ngawi, 2016).
1.5.7 Air Bersih
Air merupakan komponen lingkup yang penting bagi kehidupan. Air adalah
kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan
seandainya di bumi ini tidak ada air. Air bersih sangat berperan penting dalam
kegiatan pariwisata untuk memenuhi kebutuhan paiwisata seperti untuk MCK,
minum dan sebagainya. Jumlah pelangangan PDAM di Kota Ngawi mengalami
peningkatan dari 29.711 pada tahun 2015 menjadi 32.248 pelanggan pada tahun
2016. Total produksi air minum yang disalurkan pada tahun 2016 mencapai 7,062
juta m3, meningkat sekitar 8,28% dari tahun sebelumnya yang mencapai 6,522 juta
m3 (PDAM Ngawi, 2016).
1.5.8 Fasilitas Pariwisata
Kegiatan pariwisata akan berjalan lancar apabila didukung dan dilengkapi
dengan adanya fasilitas pariwisata. Adanya fasilitas tersebut wisatawan yang
mengunjungi Daerah Tujuan Wisata (DTW) akan mudah terpenuhi kebutuhan
pariwisata seperti, toko souvenir, Penjual makanan/minuman, penginapan, rumah
makan, tempat ibadah dan lain sebagainya. Gambar 3.3 berikut merupakan Peta
persebaran Pariwisata di Kabupaten Ngawi.
37
Lampiran 3.3 Peta Persebaran Pariwisata Di Kabupaten Ngawi.