bab iii angsa sebagai sumber ide dalam penciptaan … · penulis mengangkat karya ini karena...
TRANSCRIPT
37
BAB III
ANGSA SEBAGAI SUMBER IDE DALAM PENCIPTAAN
KARYA SENI GRAFIS TEKNIK CETAK SARING
A. Implementasi Teoritis
Penulis mengangkat karya ini karena ketertarikan penulis terhadap kebiasaan-
kebiasaan dalam kehidupan angsa yang dikaji berdasarkan gejala alam dan sosial
secara biologis. Kemudian, hal lain yang berguna untuk memperdalam ilmu
pengetahuan tentang fauna burung khususnya angsa.
Dalam penjelasan mengenai kehidupan angsa yang menarik secara biologis,
angsa dapat terbang berkelompok dengan membentuk pola huruf “V”. Pola tersebut
memiliki maksud tersendiri agar ada pemimpin terbang salah satu dari mereka yakni
yang berada di paling depan. Pola “V” tersebut juga mempengaruhi proses jalannya
terbang. Pada kehidupan angsa juga saling memanggil atau menyeru satu sama lain
dengan suaranya yang seperti terompet sebagai penanda keberadaan anggota
kelompok mereka. Hal lain dari kehidupan angsa yang menarik yakni termasuk
hewan yang hanya memiliki satu pasangan seumur hidup. Oleh karena itu, hewan ini
termasuk ke dalam hewan monogamy.
Tema yang digunakan penulis untuk memvisualisasikan karya seni grafis
dengan teknik cetak saring ini dilihat dari keindahan bentuk dan struktur angsa.
Bentuk dan struktur yang digunakan dalam memvisualisasikan karya seni grafis ini
difokuskan pada bagian kepala dan leher angsa. Penulis mengangkat kepala dan leher
angsa sebagai tema karya karena ciri khas yang ada pada bentuk dan struktur angsa
adalah kepala sampai lehernya yang panjang.
38
Angsa memiliki nilai estetis yang terdapat pada kepala dan lehernya. Bagian
lehernya yang panjang terlihat ramping dengan tubuhnya yang besar. Angsa
merupakan hewan yang hampir sejenis dengan bebek, namun pada angsa memiliki
karakteristik bentuk dan struktur tubuh tersendiri yang unik dan berbeda dari burung-
burung sejenisnya, yakni pada bagian lehernya yang panjang dan itulah yang menjadi
salah satu keindahan fisik pada angsa. Dalam lingkungan kehidupan angsa secara
biologis, leher panjang dimiliki angsa berguna untuk mempermudah angsa mencari
makan di daerah perairan dengan menyelamkan kepalanya sampai leher.
Angsa adalah makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki keindahan dan keunikan
tersendiri yang menguntungkan bagi makhluk hidup lainnya. Penulis merasa
mendapatkan inspirasi dan imajinasi dari keindahan fisik dan keanekaragaman jenis
angsa.
B. Implementasi Visual
Berdasarkan makna angsa secara harfiah dan biologisnya, penulis
memunculkan sebuah gagasan untuk menginterpretasikannya dan menggambarkan
bentuk dan struktur angsa ke dalam bentuk karya cetak saring dengan membuat
bagian kepala dan leher angsa untuk dijadikan sebuah karya ekspresif dua dimensi.
Penulis menginterpretasikan kepala dan leher angsa berdasarkan kajian tentang
gejala-gejala alam dan sosial yang ada dalam lingkungan kehidupan angsa secara
biologis. Gejala-gejala tersebut berkaitan dengan aktivitas dalam kehidupan makhluk
hidup. Penulis sangat tertarik menjadikan angsa sebagai sumber ide dalam visualisasi
karya seni grafis cetak saring guna memperdalam ilmu pengetahuan tentang fauna
burung khususnya angsa.
39
1. Konsep Bentuk
Visualisasi karya seni grafis teknik cetak saring dalam pencapaiannya,
penulis menggunakan dua jenis garis untuk menghasilkan bentuk sesuai
visualisasi yang diinginkan penulis. Garis tersebut adalah garis nyata
digunakan untuk menggores, ekspresif dimunculkan karena spontan dan
lengkung. Garis pada karya penulis adalah garis lengkung dibuat untuk
menampilkan bentuk kepala dan leher angsa.
Penulis menggunakan warna dari hasil kreatifitas dan imajinasi
penulis (tidak menggunakan warna asli pada objek). Warna yang digunakan
dalam karya penulis menggunakan beragam warna-warna cerah dan gelap
seperti merah, merah muda, jingga, kuning, hijau muda, hijau tua, biru, ungu,
merah muda, dan coklat. Unsur bidang pada karya penulis yang sering
dimunculkan adalah bidang biomorphic, yang sengaja diterapkan penulis
untuk membentuk berbagai macam bidang.
Warna pada background menggunakan dimensi atau susunan warna
dari terang ke gelap dengan teknik dot dengan menyamakan keadaan alam
sekitar, sehingga menghasilkan kesan ruang dan dimensi pada karya tersebut.
Tekstur atau barik yang ditampilkan dalam karya penulis adalah
tekstur semu. Tekstur semu ini terjadi karena hasil gelap terang yang muncul
dalam karya, sehingga ada kesan yang berbeda antara penglihatan dan
perabaan.
Guna mencapai susunan yang dinamis termasuk tercapainya
keseimbangan yang indah dalam menciptakan karya seni, perlu ada
kombinasi berbagai elemen-elemen seni rupa menjadi sebuah komposisi.
40
Komposisi pada sebagian besar karya penulis menggunakan macam
komposisi terbuka yang menghasilkan karya visual dengan objek gambar
yang meluas dan terkesan menyebar. Selain itu penulis juga menggunakan
macam komposisi tertutup dengan wujud objek gambar yang mengumpul dan
menyempit.
2. Medium dan Teknik
Dalam menciptakan karya tugas akhir, penulis memvisualisasikan
sumber ide ke dalam sebuah karya seni grafis dengan teknik cetak saring.
Bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan karya seni grafis teknik cetak
saring, dalam proses pengaplikasiannya pada media kertas duplex berukuran
60cm x 40cm, penulis menggunakan bahan-bahan seperti cat pigmen,
medium NF (rubber), Pelarut GU (binder). Sedangkan dalam proses
pemfilman, bahan-bahan yang digunakan antara lain seperti Photoxol TS,
Ulano X, dan minyak tanah.
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan karya grafis teknik cetak
saring ini antara lain yang pertama adalah screen. Pada dasarnya screen dapat
dipakai secara berulang-ulang namun, screen terbuat dari bahan yang halus
dan peka, sehingga harus ditangani dengan hati-hati. Pada proses pembuatan
karya seni grafis teknik cetak saring ini, screen yang digunakan adalah yang
kerapatan anyaman benang-benang screen (Thick) berkisar T55 berukuran
50cm x 70cm.
Alat yang kedua yakni rakel. Rakel adalah alat yang terbuat dari
bahan karet yang keras kemudian diberi pegangan kayu. Rakel digunakan
untuk meratakan bahan penutup pada screen seperti obat afdruk. Rakel juga
41
digunakan untuk menyablon dengan tinta. Rakel yang digunakan dalam
pembuatan karya grafis teknik cetak saring ini berukuran panjang 42cm.
3. Proses Penggarapan Karya
Adapun cara pengerjaan teknik cetak saring sebagai berikut:
a. Dalam penciptaan karya grafis teknik cetak saring, awalnya melakukan
proses pembuatan film atau klise. Film atau klise adalah gambar atau
desain yang di print di atas plastic transparan atau kertas kalkir
b. Tahap berikutnya yaitu proses afdruk yaitu sebuah proses pemindahan
gambar yang ada di film/klise ke screen sehingga screen siap digunakan
untuk mencetak gambar di puluhan bahkan ratusan kertas (Gunawan
Mahendra, 2013: 79). Dalam proses ini, langkah pertama yang harus
dilakukan terlebih dahulu adalah mengaplikasikan photoxol TS yang
sudah diaduk dan dicampur dengan larutan sensitizer (satu paket dengan
photoxol) ke seluruh lapisan screen, termasuk sisi dalam dan sisi luarnya
secara merata. Pada proses ini, mulai dari pencampuran sampai
pengeringan, baiknya dikerjakan di ruangan yang tidak terlalu terkena
cahaya matahari atau lampu yang kuat, karena cairan photoxol yang sudah
dicampur dengan larutan sensitizer mempunyai kepekaan terhadap
cahaya.
c. Tahap selanjutnya, setelah kering kemudian ambil film/klise, letakan di
atas screen dengan posisi terbalik lalu jepit dan tekan dengan kaca.
Setelah itu barulah dibawa keluar untuk menerima pencahayaan dari sinar
matahari langsung. Dalam proses penyinaran tidak memerlukan waktu
yang lama, hanya sekitar 20 – 30 detik.
42
d. Kemudian setelah dirasa cukup penyinarannya, bawa screen kita kembali
ke tempat yang teduh, lalu lepaskan film/klise dan tumpukan kaca dan
penjepit dari screen. Kemudian siramlah screen dengan air untuk
memunculkan gambar yang telah tercetak di atas screen dari hasil
penyinaran tadi. Setelah itu, jika cetakan gambar di screen sudah terlihat
cukup jelas, keringkan dengan cara di jemur.. Setelah kering screen baru
siap digunakan.
e. Tahap berikutnya, menyiapkan cat dengan campuran rubber dan binder.
Pada setiap karya penulis hanya menggunakan 4 macam warna, yakni
cyan, magenta, kuning, dan hitam. Kemudian karya siap untuk disablon
di atas kertas duplex berukuran lebih dari 60cm x 40cm. Pada tahap ini,
langkah yang harus dilakukan untuk menyablon adalah tuangkan cat di
atas screen. Cat dituangkan di luar gambar yang akan kita sablon.
f. Kemudian berlanjut ke tahap penyapuan cat menggunakan rakel yang
telah dipersiapkan. Usahakan agar posisi screen tidak bergeser. Setelah
itu proses pembuatan karya pun selesai.
4. Penyajian
Penyajian pada suatu karya merupakan langkah terakhir yang
terpenting dalam melengkapi sebuah karya seni yang akan disajikan kepada
para penikmat seni. Penyajian karya penulis dibagi menjadi dua tampilan,
yaitu tampilan portrait (vertical) dan tampilan landscape (horizontal). Semua
karya disajikan dengan figura berwarna hitam dengan menggunakan kaca
doff, sehingga tidak memantulkan bayangan seperti cermin ketika terkena
pantulan cahaya.
43
Gambar 23. Penyajian dengan Pigura HorizontalSumber: Ilustrasi penulis
Gambar 24. Penyajian dengan Pigura VerticalSumber: Ilustrasi Penulis
44
5. Deskripsi Karya
Karya 1
Gambar 25. Karya 1
Judul : Interaksi Teknik : Silkscreen
Ukuran : 60cm x 40cm Edisi : 2/7 Tahun : 2015
Karya pertama ini berjudul “Interaksi” berukuran 60cm x 40cm. Karya
ini diberikan judul sesuai dengan makna yang terkandung dalam karya ini. Pada
karya ini, penulis memvisualisasikan kepala dan leher angsa yang datang segala
arah dan digambarkan secara ekspresif.
Penulis menggunakan garis melengkung pada objek kepala dan leher
angsa, serta penggunaan titik-titik pada background. Warna yang digunakan pada
objek, penulis memilih warna hijau muda untuk semua angsa. Pewarnaan pada
background, penulis menggunakan warna kuning agar terlihat seirama dengan
45
warna objek. Kemudian warna hitam digunakan sebagai outline yang berfungsi
dalam mempertegas bentuk.
Kepala angsa dalam karya digambarkan mengalami distorsi, memiliki
totol-totol ditubuh dan memiliki paruh. Ciri-ciri angsa tersebut menguatkan
karakter visual sebagai penggambaran dari sebuah alam. Sedangkan totol pada
tubuh angsa menggambarkan bahwa dalam sebuah kehidupan, makhluk hidup
tidak ada yang sempurna, semua pasti tidak luput dari sebuah kesalahan, maka
makhluk hidup dikatakan tidak lepas dari noda dan dosa, sehingga tubuh angsa
diberikan totol-totol seakan-akan seperti sebuah noda.
Warna pada tubuh angsa berwarna hijau muda menggambarkan sebuah
alam kehidupan makhluk hidup. Warna jingga pada paruh angsa menggambarkan
sebuah kegiatan makhluk hidup dalam berinteraksi dan beradaptasi dengan
lingkungan. Warna kuning pada background menggambarkan sebuah lingkungan
yang ceria, tentram, harmonis dan damai penuh dengan cahaya kehidupan.
Karya ini menggunakan keseimbangan asimetris dengan komposisi
terbuka, dimana objeknya menyebar di berbagai arah dan di berbagai sisi pada
karya.. Motif pada background didominasi dengan pola titik-titik dari padat ke
renggang, sehingga menghasilkan efek gelap terang.
Tekstur yang digunakan dalam karya ini adalah tekstur semu, tekstur ini
terjadi karena perbedaan antara penglihatan dengan perabaan pada gelap terang
dan pencahayaan yang ada pada karya. Tekstur tersebut juga terjadi karena
penyajian yang menggunakan kaca.
Penulis sebagai manusia dengan karyanya ini seakan berkata tentang
bagaimana tindakan kita dalam menyeimbangkan kehidupan antar sesama
46
makhluk hidup, beradaptasi dan saling membutuhkan demi melestarikan alam
yang kita singgahi ini. Manusia harus belajar bagaimana cara menyeimbangkan
hidup yang lebih bijak dan mandiri, sehingga kita dapat membawa ketentraman,
kedamaian disamping ilmu dan skill yang kita punya untuk menghadapi
persaingan hidup. Inilah yang tersirat dalam objek angsa-angsa tersebut.
Meskipun karya ini terkesan begitu sederhana dengan hanya
menggunakan delapan objek kepala angsa dan background titik-titik yang begitu
sederhana, namun karya ini terasa rumit dalam pengerjaannya. Tetapi dengan
pemilihan objek yang tepat, mengkaburkan kesan simple tersebut karena
kedalaman makna dan pesan yang terkandung di dalamnya.
47
Karya 2
Gambar 26. Karya 2
Judul : Kejujuran Teknik : Silkscreen
Ukuran : 60cm x 40cm Edisi : 2/7 Tahun : 2015
Karya kedua ini berjudul “Kejujuran” berukuran 60cm x 40cm. Karya
ini diberikan judul sesuai dengan makna yang terkandung dalam karya ini. Pada
karya ini, penulis memvisualisasikan kepala dan leher angsa tidak digambarkan
memiliki totol-totol hitam seperti karya sebelumnya, karena memiiki makna
tersendiri, yakni dilihat ketika sekawanan angsa pada gambar menghadap ke arah
kanan. Maka, dari pernyataan tersebut, penulis memberikan judul “Kejujuran,”
artinya bahwa kejujuran merupakan sesuatu hal yang positif dan sifat yang baik,
sehingga bila dalam kehidupan nyata kita melakukan hal-hal baik pasti lah hati
48
kita pun tenang seakan-akan suci dari dosa-dosa. Dalam karya, angsa juga
digambarkan menghadap ke arah kanan, maksudnya adalah kanan itu merupakan
simbol kebenaran, dari Bahasa inggris “Right” yang berarti “benar” atau “kanan.”
Warna merah pada objek menandakan keberanian yang dapat diartikan berani
mengambil keputusan yang benar. Jadi, pesan yang tersirat dalam karya ini yaitu
berani melakukan sesuatu hal yang positif itu dikatakan benar dan dapat
menentramkan jiwa dan hati kita.
Penulis menggunakan garis melengkung pada objek kepala dan leher
angsa, serta penggunaan titik-titik pada background. Warna yang digunakan pada
objek, penulis memilih warna merah untuk semua angsa. Kemudian warna hitam
digunakan sebagai outline yang berfungsi dalam mempertegas bentuk.
Karya ini menggunakan keseimbangan sederajat dengan komposisi
terbuka, dimana objeknya menyebar di berbagai arah dan di berbagai sisi pada
karya.. Motif pada background didominasi dengan pola titik-titik dari padat ke
renggang, sehingga menghasilkan efek gelap terang.
Tekstur yang digunakan dalam karya ini adalah tekstur semu, tekstur ini
terjadi karena perbedaan antara penglihatan dengan perabaan pada gelap terang
dan pencahayaan yang ada pada karya. Tekstur tersebut juga terjadi karena
penyajian yang menggunakan kaca.
49
Karya 3
Gambar 27. Karya 3
Judul : Pusaran KebahagiaanTeknik : Silkscreen
Ukuran : 60cm x 40cm Edisi : 2/7 Tahun : 2015
Karya ketiga ini berjudul “Pusaran Kebahagiaan” berukuran 60cm x
40cm. Karya ini diberikan judul sesuai dengan makna yang terkandung dalam
karya ini. Pada karya ini, penulis memvisualisasikan kepala dan leher angsa
dengan gambaran membentuk suatu pusaran yang melingkar dan memusat ke
tengah.
Dilihat dari judul karya ini, “Pusaran Kebahagiaan,” penulis memaknai
karya ini sebagai suatu kelompok yang sedang dalam perbincangan hal-hal yang
50
positif dan bermanfaat, yaitu seperti perbincangan ilmu pengetahuan, berbicara
tentang kebaikan orang lain, dan lain-lain, sehingga hati menjadi tenang dan
pikiran pun positif. Warna kuning pada angsa menandakan keoptimisan dan
warna merah muda pada background menandakan kepolosan hati dan pikiran
yang positif. Dalam karya ini memberikan sebuah pesan membuat diri seseorang
menjadi optimis dalam menjalani kehidupan karena penuh dengan motivasi hidup
berkat perbincangan positif tersebut, sehingga hidup akan bahagia bila didasari
dengan sebuah pedoman yang baik.
Penulis menggunakan garis melengkung pada objek kepala dan leher
angsa, serta penggunaan titik-titik pada background. Warna yang digunakan pada
objek, penulis memilih warna kuning untuk semua angsa. Pewarnaan pada
background, penulis menggunakan warna merah muda agar terlihat kontras
dengan warna objek. Kemudian warna hitam digunakan sebagai outline yang
berfungsi dalam mempertegas bentuk.
Karya ini menggunakan keseimbangan simetris dan radial dengan
komposisi terbuka, dimana objeknya menyebar di berbagai arah dan di berbagai
sisi pada karya.. Motif pada background didominasi dengan pola titik-titik dari
padat ke renggang, sehingga menghasilkan efek gelap terang.
Tekstur yang digunakan dalam karya ini adalah tekstur semu, tekstur ini
terjadi karena perbedaan antara penglihatan dengan perabaan pada gelap terang
dan pencahayaan yang ada pada karya. Tekstur tersebut juga terjadi karena
penyajian yang menggunakan kaca.
51
Karya 4
Gambar 28. Karya 4
Judul : Mengalir Teknik : Silkscreen
Ukuran : 60cm x 40cm Edisi : 2/7 Tahun : 2015
Karya keempat ini berjudul “Mengalir” berukuran 60cm x 40cm. Karya
ini diberikan judul sesuai dengan makna yang terkandung dalam karya ini. Pada
karya ini angsa digambarkan dengan bentuk leher yang meliuk-liuk seperti
gelombang dan lebih tepatnya seperti aliran air. Karya ini diartikan sebagai
kehidupan yang berjalan mengikuti takdir tanpa melawan takdir tersebut. Maka,
bisa dikatakan bahwa hidup bagaikan air yang mengalir. Angsa sebagai
perwakilan dari hewan-hewan yang menjalani hidup tanpa ada keluhan.
Menjalani hidup dengan bersyukur dan menerima takdir dari Tuhan, karena yang
52
kita (manusia) tahu bahwa hewan beda dengan hidup manusia yang banyak
mengeluh, tidak pernah puas, dan jarang bersyukur serta terkadang berusaha
keras untuk melawan takdir Tuhan. Warna magenta pada objek angsa
menandakan spiritual yakni hubungan makhluk hidup dengan Tuhan. Sedangkan
warna jingga pada paruh menandakan kegiatan makhluk hidup.
Penulis menggunakan garis melengkung pada objek kepala dan leher
angsa, serta penggunaan titik-titik pada background. Warna yang digunakan pada
objek, penulis memilih warna ungu untuk semua angsa. Kemudian warna hitam
digunakan sebagai outline yang berfungsi dalam mempertegas bentuk.
Karya ini menggunakan keseimbangan asimetris dengan komposisi
terbuka, dimana objeknya menyebar di berbagai arah dan di berbagai sisi pada
karya.. Motif pada background didominasi dengan pola titik-titik dari padat ke
renggang, sehingga menghasilkan efek gelap terang.
Tekstur yang digunakan dalam karya ini adalah tekstur semu, tekstur ini
terjadi karena perbedaan antara penglihatan dengan perabaan pada gelap terang
dan pencahayaan yang ada pada karya. Tekstur tersebut juga terjadi karena
penyajian yang menggunakan kaca.
53
Karya 5
Gambar 29. Karya 5
Judul : Berkembang BiakTeknik : Silkscreen
Ukuran : 60cm x 40cm Edisi : 2/5 Tahun : 2015
Karya kelima ini berjudul “Berkembang Biak” berukuran 60cm x 40cm.
Karya ini diberikan judul sesuai dengan makna yang terkandung dalam karya ini.
Pada karya ini, penulis memvisualisasikan kepala dan leher angsa yang saling
menempel satu sama lain seakan-akan tiada henti-hentinya tumbuh seperti akar
pohon. Pada karya ini kepala-kepala angsa saling menempel dengan kepala-
kepala angsa lainnya seakan-akan terlihat seperti kembar siam. Sehingga
54
berdasarkan pernyataan tersebut penulis mengambil judul “Berkembang Biak,”
maksud pada karya ini adalah suatu cerita kehidupan tentang perkembangbiakan.
Karena dalam karya ini menggambarkan suatu kehidupan alam. Dari karya
tersebut, kepala-kepala angsa digambarkan seperti tumbuhan yang makin tumbuh
layaknya tanaman yang terus berbuah dan bercabang-cabang. Namun, artinya
disini tetaplah hewan yang berkembang biak dalam kondisi lingkungan
kehidupan alam. Warna biru pada objek menandakan ketenangan dalam jiwa.
Warna kuning pada background menandakan keoptimisan dalam hidup.
Penulis menggunakan garis melengkung pada objek kepala dan leher
angsa, serta penggunaan titik-titik pada background. Warna yang digunakan pada
objek, penulis memilih warna biru muda untuk semua angsa. Pewarnaan pada
background, penulis menggunakan warna kuning agar terlihat kontras dengan
warna objek. Kemudian warna hitam digunakan sebagai outline yang berfungsi
dalam mempertegas bentuk.
Karya ini menggunakan keseimbangan asimetris dengan komposisi
terbuka, dimana objeknya menyebar di berbagai arah dan di berbagai sisi pada
karya.. Motif pada background didominasi dengan pola titik-titik dari padat ke
renggang, sehingga menghasilkan efek gelap terang.
Tekstur yang digunakan dalam karya ini adalah tekstur semu, tekstur ini
terjadi karena perbedaan antara penglihatan dengan perabaan pada gelap terang
dan pencahayaan yang ada pada karya. Tekstur tersebut juga terjadi karena
penyajian yang menggunakan kaca.
55
Jadi, pesan yang disampaikan penulis melalui karya tersebut bahwa
manusia dapat memanfaatkan perkembangbiakan hewan di alam dan memelihara
dengan baik untuk menjaga keseimbangan alam tersebut dan tidak merusaknya.
Karya 6
Gambar 30. Karya 6
Judul : Gotong Royong Teknik : Silkscreen
Ukuran : 60cm x 40cm Edisi : 2/5 Tahun : 2015
Karya keenam ini berjudul “Gotong Royong” berukuran 60cm x 40cm.
Karya ini diberikan judul sesuai dengan makna yang terkandung dalam karya ini.
Pada karya ini, penulis memvisualisasikan kepala dan leher angsa yang datang
56
dari segala arah. Pada karya ini terdapat objek kepala-kepala angsa berwarna
hijau lumut yang digambarkan sebagai perwakilan dari hewan yang ada di alam
botani. Warna biru dongker pada background diartikan sebagai lautan dan langit
yang mana alam botani dapat berinteraksi langsung dengan alam laut dan langit
yang perannya disana adalah hewan-hewan khususnya adalah hewan angsa.
Dalam pengetahuan yang telah kita ketahui bahwa angsa dapat hidup di tiga
alam, yakni darat, air, dan udara. Pada saat di darat angsa berinteraksi dengan
kelompoknya, begitu juga pada saat di laut angsa dapat berenang dan berinteraksi
dengan kelompoknya, dan juga pada saat di udara angsa dapat terbang dan
bermigrasi bersama kelompoknya. Dari pernyataan tersebut angsa memang
merupakan hewan yang hidup berkelompok dan pastinya sangat menyukai
gotong royong antar kelompok dan akan menjalin kerja sama satu sama lain
karena kehidupan di alam juga membutuhkan gotong royong dan kerja sama
antar makhluk hidup.
Penulis menggunakan garis melengkung pada objek kepala dan leher
angsa, serta penggunaan titik-titik pada background. Warna yang digunakan pada
objek, penulis memilih warna hijau lumut untuk semua angsa. Pewarnaan pada
background, penulis menggunakan warna biru dongker agar terlihat kontras
dengan warna objek. Kemudian warna hitam digunakan sebagai outline yang
berfungsi dalam mempertegas bentuk.
Karya ini menggunakan keseimbangan asimetris dengan komposisi
terbuka, dimana objeknya menyebar di berbagai arah dan di berbagai sisi pada
karya.. Motif pada background didominasi dengan pola titik-titik dari padat ke
renggang, sehingga menghasilkan efek gelap terang.
57
Tekstur yang digunakan dalam karya ini adalah tekstur semu, tekstur ini
terjadi karena perbedaan antara penglihatan dengan perabaan pada gelap terang
dan pencahayaan yang ada pada karya. Tekstur tersebut juga terjadi karena
penyajian yang menggunakan kaca.
Jadi, dalam penilaian karya ini bila dinilai dari komposisinya lebih
memanfaatkan ruang yang ada namun tetap terlihat menarik dan simple. Karya
ini juga memiliki makna tersendiri akan kehidupan alam di luar sana khususnya
untuk hewan dan lingkungannya yang juga memiliki kegiatan yang menakjubkan
tak kalah dengan kehidupan manusia. Dan karya ini memberikan pesan bahwa
manusia pun juga membutuhkan interaksi dengan alam untuk bisa hidup.
58
Karya 7
Gambar 31. Karya 7
Judul : Tumbuh Kembang Teknik : Silkscreen
Ukuran : 60cm x 40cm Edisi : 2/5 Tahun : 2015
Karya ketujuh ini berjudul “Tumbuh Kembang” berukuran 60cm x
40cm. Karya ini diberikan judul sesuai dengan makna yang terkandung dalam
karya ini. Pada karya ini, penulis memvisualisasikan kepala dan leher angsa dari
ukuran yang paling kecil hingga ukuran yang paling besar yang digambarkan dari
sudut kiri bawah sampai ke sudut kanan atas. Penulis memaknai karya ini sebagai
suatu pertumbuhan dan perkembangan pada suatu makhluk hidup, maka
59
digambarkan seekor angsa mulai dari yang berukuran kecil hingga berukuran
besar. Sehingga dapat diartikan ketika pada saat kita kecil untuk
menumbuhkembangan diri sangat membutuhkan bantuan dan interaksi antar
makhluk hidup supaya berjalan dengan lancar. Jadi, pada saat kita sudah besar
kita bisa membimbing keturunan kita berikutnya dalam proses tumbuh kembang,
begitu juga pada saat kita masih kecil kita membutuhkan bimbingan dari yang
lebih tua dari kita dan hal tersebut seperti roda yang berputar yang akan terus
berputar hingga waktu terhenti. Warna coklat kekuningan pada objek
menandakan keoptimisan dalam hidup. Warna magenta pada paruh diartikan
sebagai hubungan kekerabatan antar sesame.
Penulis menggunakan garis melengkung pada objek kepala dan leher
angsa, serta penggunaan titik-titik pada background. Warna yang digunakan pada
objek, penulis memilih warna coklat kekuningan untuk semua angsa. Pada bagian
paruh diberikan warna magenta karena melambangkan jiwa spiritual mereka.
Kemudian warna hitam digunakan sebagai outline yang berfungsi dalam
mempertegas bentuk.
Karya ini menggunakan keseimbangan asimetris dengan komposisi
tertutup, dimana objeknya menyempit ke arah tengah saja. Motif pada
background didominasi dengan pola titik-titik dari padat ke renggang, sehingga
menghasilkan efek gelap terang.
Tekstur yang digunakan dalam karya ini adalah tekstur semu, tekstur ini
terjadi karena perbedaan antara penglihatan dengan perabaan pada gelap terang
dan pencahayaan yang ada pada karya. Tekstur tersebut juga terjadi karena
penyajian yang menggunakan kaca.
60
Penilaian pada karya ini bila dilihat dari komposisi sangat
memanfaatkan ruang walaupun terlihat sedikit tidak seimbang sehingga yang
tidak terisi dengan objek tetap diisi dengan warna pada background sehingga
tidak terlihat kosong dan tidak juga memaksa serta tidak mengurangi keindahan
pada karya. Makna yang terkandung dalam karya ini juga cukup menarik, karena
dalam kehidupan, makhluk hidup pada hakekatnya pasti saling membutuhkan.
Layaknya seorang anak yang membutuhkan bimbingan dari orang tua untuk
dapat menjadi pribadi yang lebih baik.
Dalam karya ini penulis seakan-akan berpesan bahwa seharusnya kita
memandang seseorang dengan rendah hati, yaitu bila kita melihat yang lebih
muda dari kita, kita berfikir bahwa dia melakukan dosa lebih sedikit dari kita
karena hidupnya belum lama dari kita. Sedangkan bila kita melihat yang lebih tua
dari kita, kita berfikir bahwa dia lebih tua dan pasti lebih memiliki banyak
pengalaman, karena dia sudah hidup lebih lama dari kita.
61
Karya 8
Gambar 32. Karya 8
Judul : Pusaran Neraka Teknik : Silkscreen
Ukuran : 60cm x 40cm Edisi : 2/5 Tahun : 2015
Karya kedelapan ini berjudul “Pusaran Neraka” berukuran 60cm x
40cm. Karya ini diberikan judul sesuai dengan makna yang terkandung dalam
karya ini. Pada karya ini, penulis memvisualisasikan 4 kepala dan leher angsa
yang bergerombol membentuk suatu pusaran yang simetris dan memancar yang
62
mana bagian kepala semua berada di tengah. Penulis memaknai karya ini sebagai
sebuah kehidupan yang berbahagia karena suatu dosa yang telah diperbuat, maka
diberikan judul “Pusaran Neraka,” maksudnya adalah apabila kita dalam suatu
kelompok atau suatu kumpulan orang-orang yang sering berbuat dosa, maka kita
pun akan tertular pula dosanya. Pada karya ini empat kepala angsa membentuk
pusaran seakan-akan diartikan sebagai suatu kelompok yang sedang bergosip dan
membicarakan keburukan orang lain sehingga mereka berdosa, dan jika mereka
bahagia akan dosa mereka, maka mata hati mereka telah buta akan kepekaan
dengan suatu perbuatan dosa, sehingga mereka tidak merasa bersalah dan berdosa
sama sekali, melainkan bahagia dengan perbuatan dosanya. Padahal dengan
seperti itu akan membawa mereka terjerumus ke dalam neraka dan dilaknat oleh
dzat yang membolak-balikan hati (Tuhan).
Penulis menggunakan garis melengkung pada objek kepala dan leher
angsa, serta penggunaan titik-titik pada background. Warna yang digunakan pada
objek, penulis memilih warna kuning untuk semua angsa sebagai lambing
kebanggaan. Pada bagian paruh diberikan warna merah karena melambangkan
keberanian, kemarahan emosional sehingga diartikan sebagai kumpulan makhluk
hidup yang sedang membicarakan keburukan makhluk hidup lainnya dengan cara
melepaskan emosionalnya. Pewarnaan pada background, penulis menggunakan
warna hijau muda yang diartikan sebagai kehidupan. Kemudian warna hitam
digunakan sebagai outline yang berfungsi dalam mempertegas bentuk.
Karya ini menggunakan keseimbangan simetris dan memancar dengan
komposisi terbuka dan tertutup, dimana objeknya menyebar ke seleruh bagian
karya dan menyempit dan menyudut ke arah tengah. Motif pada background
63
didominasi dengan pola titik-titik dari padat ke renggang, sehingga menghasilkan
efek gelap terang.
Tekstur yang digunakan dalam karya ini adalah tekstur semu, tekstur ini
terjadi karena perbedaan antara penglihatan dengan perabaan pada gelap terang
dan pencahayaan yang ada pada karya. Tekstur tersebut juga terjadi karena
penyajian yang menggunakan kaca.
Jadi, pada karya ini penulis menyampaikan pesan bahwa kita sebagai
makhluk hidup jangan saling menyakitkan hati dan hendaklah menjaga lisan
baik-baik supaya tidak terjadi pertikaian yang menyebabkan hancurnya
peradaban dunia. Makna tersebut cukup menarik dibahas. Sedangkan penilaian
terhadap komposisi karya memang menggunakan komposisi terbuka dan
kemungkinan besar juga menggunakan komposisi tertutup.
64
Karya 9
Gambar 33. Karya 9
Judul : Alam Juga Makhluk Hidup Teknik : Silkscreen
Ukuran : 60cm x 40cm Edisi : 2/5 Tahun : 2015
Karya kesembilan ini berjudul “Alam Juga M,akhluk Hidup” berukuran
60cm x 40cm. Karya ini diberikan judul sesuai dengan makna yang terkandung
dalam karya ini. Pada karya ini, penulis memvisualisasikan kepala dan leher
angsa yang datang bergerombol di bawah dan menghadap ke arah atas. Penulis
memaknai yang terkandung dalam karya ini, kepala-kepala angsa bergerombol
dibawah, datang dari arah bawah dengan kepala dan paruh yang mengarah ke
atas seakan-akan seperti rumput yang sedang bergoyang-goyang yang sedang
65
menginginkan makanan dan minuman dari atas, yaitu air dan matahari yang
berasal dari alam. Maka, dikatakan bahwa hewan pun sama dengan makhluk
hidup lainnya seperti tumbuhan yang membutuhkan nutrisi dari alam, begitu pula
tumbuhan sama seperti makhluk hidup lainnya, hewan dan manusia. Mereka
membutuhkan alam dan bergantung pada alam sekitar untuk tetap hidup, namun
terkadang manusia tak bertanggung jawab merusaknya demi kepuasan mereka
masing-masing. Warna hijau pada objek diartikan sebagai alam yang
menandakan keberadaan alam. Warna jingga pada paruh menandakan kegiatan
dan warna merah muda pada background diartikan sebagai interaksi antar
makhluk hidup dengan Tuhan.
Penulis menggunakan garis melengkung pada objek kepala dan leher
angsa, serta penggunaan titik-titik pada background. Warna yang digunakan pada
objek, penulis memilih warna hijau untuk semua angsa karena melambangkan
ketenangan dalam alam botani. Pewarnaan pada background, penulis
menggunakan warna merah muda agar terlihat kontras dengan warna objek.
Kemudian warna hitam digunakan sebagai outline yang berfungsi dalam
mempertegas bentuk.
Karya ini menggunakan keseimbangan vertikal dengan komposisi
tertutup, dimana objeknya menyempit atau menumpuk pada satu bagian atau sisi
karya. Motif pada background didominasi dengan pola titik-titik dari padat ke
renggang, sehingga menghasilkan efek gelap terang.
Tekstur yang digunakan dalam karya ini adalah tekstur semu, tekstur ini
terjadi karena perbedaan antara penglihatan dengan perabaan pada gelap terang
66
dan pencahayaan yang ada pada karya. Tekstur tersebut juga terjadi karena
penyajian yang menggunakan kaca.
Penilaian pada karya ini, meskipun karya ini terkesan begitu sederhana
dengan hanya menggunakan objek kepala angsa yang bergerombol di bagian
bawah dan background titik-titik yang begitu sederhana, namun karya ini terasa
rumit dalam pengerjaannya. Tetapi dengan pemilihan objek yang tepat,
mengkaburkan kesan simple tersebut karena kedalaman makna dan pesan yang
terkandung di dalamnya.
67
Karya 10
Gambar 34. Karya 10
Judul : Kehancuran Teknik : Silkscreen
Ukuran : 60cm x 40cm Edisi : 2/5 Tahun : 2015
Karya ke-10 ini berjudul “Kehancuran” berukuran 60cm x 40cm. Karya
ini diberikan judul sesuai dengan makna yang terkandung dalam karya ini. Pada
karya ini, penulis memvisualisasikan kepala dan leher angsa yang datang
bergerombol dari arah kanan dan dari arah kiri. Penulis mengartikan karya ini
sebagai suatu peperangan antar sesama makhluk hidup yang mendatangkan
kehancuran yang luar biasa. Warna merah diartikan sebagai keberanian. Warna
68
merah kecoklatan pada background menandakan suasana yang panas dan carut
marut.
Penulis menggunakan garis melengkung pada objek kepala dan leher
angsa, serta penggunaan titik-titik pada background. Warna yang digunakan pada
objek, penulis memilih warna merah untuk semua angsa. Pewarnaan pada
background, penulis menggunakan warna merah kecoklatan agar terlihat senada
dengan warna objek dan sesuai dengan suasana dalam karya. Kemudian warna
hitam digunakan sebagai outline yang berfungsi dalam mempertegas bentuk.
Karya ini menggunakan keseimbangan asimetris dengan komposisi
terbuka, dimana objeknya menyebar di segala ruang pada karya. Motif pada
background didominasi dengan pola titik-titik dari padat ke renggang, sehingga
menghasilkan efek gelap terang.
Tekstur yang digunakan dalam karya ini adalah tekstur semu, tekstur ini
terjadi karena perbedaan antara penglihatan dengan perabaan pada gelap terang
dan pencahayaan yang ada pada karya. Tekstur tersebut juga terjadi karena
penyajian yang menggunakan kaca.
69
Karya 11
Gambar 35. Karya 11
Judul : Ketergantungan Teknik : Silkscreen
Ukuran : 60cm x 40cm Edisi : 2/5 Tahun : 2015
Karya ke-11 ini berjudul “Ketergantungan” ukuran 60cm x 40cm dan
diberi judul sesuai dengan makna yang tersirat dalam karya tersebut. Pada karya
ini penulis memvisualisasikan kepala dan leher angsa dengan saling terkaitkan
satu dengan yang lainnya. Sehingga pada karya digambarkan leher-leher angsa
saling bercengkerama dan saling melilit satu sama lain. Penulis mengartikan
karya ini sebagai suatu ketergantungan terhadap sesama makhluk hidup, sehingga
saling terikat satu sama lain dan terus berusaha supaya tidak akan ada ikatan
yang putus. Karya ini memberikan nilai kebersamaan antar sesama untuk
70
menggapai satu tujuan. Warna biru pada objek diartikan sebagai ketenangan jiwa
dan salah satu objek dengan warna merah muda diartikan sebagai sebuah
perbedaan. Warna kuning pada background menandakan keoptimisan dalam
hidup.
Penulis menggunakan garis melengkung pada objek kepala dan leher
angsa, serta penggunaan titik-titik pada background. Sedangkan warna yang
digunakan pada objek, penulis memilih warna biru untuk semua angsa kecuali
warna merah muda untuk salah satunya. Pewarnaan pada background, penulis
menggunakan warna kuning agar terlihat kontras dengan warna objek. Kemudian
warna hitam digunakan sebagai outline yang berfungsi dalam mempertegas
bentuk.
Karya ini menggunakan keseimbangan asimetris dengan komposisi
terbuka, dimana objeknya menyebar di segala ruang pada karya. Objek yang
berwarna merah ditampilkan di sebelah kiri bawah pada karya. Hal ini
dimaksudkan penulis sebagai gambar pendukung objek utama, sehingga
karakteristik bentuk kepala dan leher angsa terlihat lebih jelas. Motif pada
background disominasi dengan pola titik-titik dari padat ke renggang, sehingga
menghasilkan efek gelap terang.
Tekstur yang digunakan dalam karya ini adalah tekstur semu, tekstur ini
terjadi karena perbedaan antara penglihatan dengan perabaan pada gelap terang
dan pencahayaan yang ada pada karya. Tekstur tersebut juga terjadi karena
penyajian yang menggunakan kaca.
71
Karya 12
Gambar 36. Karya 12
Judul : Kasih Sayang Teknik : Silkscreen
Ukuran : 60cm x 40cm Edisi : 2/6 Tahun : 2015
Karya ke-12 ini berjudul “Kasih Sayang” berukuran 60cm x 40cm. Karya
ini diberikan judul sesuai dengan makna yang terkandung dalam karya ini. Pada
karya ini, penulis memvisualisasikan kepala dan leher angsa dengan membentuk
suatu pola. Dua objek dibagian tengah dan masing-masing objek tersebut
dikelilingi objek-objek yang sama dengan ukuran yang lebih kecil, sehingga
membentuk suatu pola seperti angka 8. Penulis mengartikan karya ini sebagai
suatu wujud kasih sayang orang tua terhadap anaknya, yang mana dapat
72
dikatakan bahwa orang tua dapat merawat seberapapun jumlah anaknya.
Berbahagialah anak-anak yang masih tinggal bersama orang tuanya karena masih
memiliki kesempatan berbuat baik terhadap orang tua dan masih mendapat kasih
sayangnya. Warna biru pada objek menandakan ketenangan jiwa yang
tersalurkan pada buah hati. Warna kuning pada salah satu objek lainnya diartikan
sebagai keoptimisan dan kesabaran orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
Penulis menggunakan garis melengkung pada objek kepala dan leher
angsa, serta penggunaan titik-titik pada background. Sedangkan warna yang
digunakan pada objek, penulis memilih warna biru untuk semua angsa kecuali
warna kuning untuk salah satunya. Kemudian warna hitam digunakan sebagai
outline yang berfungsi dalam mempertegas bentuk.
Karya ini menggunakan keseimbangan simetris dan radial dengan
komposisi terbuka, dimana objeknya menyebar di segala ruang pada karya.
Objek yang berwarna kuning ditampilkan pada bagian tengah dengan ukuran
yang besar. Hal ini dimaksudkan penulis sebagai gambar pendukung objek
utama, sehingga karakteristik bentuk kepala dan leher angsa terlihat lebih jelas.
Motif pada background disominasi dengan pola titik-titik dari padat ke renggang,
sehingga menghasilkan efek gelap terang.
Tekstur yang digunakan dalam karya ini adalah tekstur semu, tekstur ini
terjadi karena perbedaan antara penglihatan dengan perabaan pada gelap terang
dan pencahayaan yang ada pada karya. Tekstur tersebut juga terjadi karena
penyajian yang menggunakan kaca.
73
Karya 13
Gambar 37. Karya 13
Judul : Wrong Way Teknik : Silkscreen Ukuran : 60cm x 40cm Edisi : 1/6 Tahun : 2015
Karya ke-13 ini berjudul “Wrong Way” berukuran 60cm x 40cm. Karya
ini diberikan judul sesuai dengan makna yang terkandung dalam karya ini. Pada
karya ini, penulis memvisualisasikan kepala dan leher angsa dengan
menggambarkan objek dari dua sisi, yaitu pada sisi bagian atas dan bawah.
74
Semua gambar kepala dan leher angsa pada karya ini dibuat menghadap ke arah
kiri. Penulis mengartikan karya ini sebagai suatu pilihan hidup yang salah.
Seperti pada karya kedua yang mana semua objek angsa menghadap ke arah
kanan yang berarti mengikuti jalan yang benar. Sedangkan pada karya ini,
sebaliknya menghadap ke arah kiri maka dikatakan mengikuti jalan yang salah.
Sehingga tindakan dan perilaku yang dilakukan pun ke arah yang negatif. Hal
tersebut dilihat dari gambar totol-totol pada objek yang diartikan sebagai noda
hitam (dosa) pada suatu makhluk hidup. Warna ungu pada objek diartikan
sebagai kecacatan dalam batin atau dalam arti memiliki hati yang sudah terkunci
mati. Warna merah pada salah satu objek lainnya diartikan sebagai keburukan
atau suatu pemimpin yang sesat. Warna kuning pada paruh diartikan sebagai
keoptimisan dalam hidup yang menandakan sudah terkunci mati hatinya.
Penulis menggunakan garis melengkung pada objek kepala dan leher
angsa, serta penggunaan titik-titik pada background. Sedangkan warna yang
digunakan pada objek, penulis memilih warna ungu untuk semua angsa kecuali
warna merah untuk salah satunya. Pewarnaan pada background, penulis
menggunakan warna coklat agar terlihat berbeda dengan warna objek. Kemudian
warna hitam digunakan sebagai outline yang berfungsi dalam mempertegas
bentuk.
Karya ini menggunakan keseimbangan asimetris dengan komposisi
tertutup, dimana objeknya menyempit hnya pada bagian atas dan bagian bawah
pada karya. Objek yang berwarna merah ditampilkan pada bagian tengah dengan
ukuran yang besar. Hal ini dimaksudkan penulis sebagai gambar pendukung
objek utama, sehingga karakteristik bentuk kepala dan leher angsa terlihat lebih
75
jelas. Motif pada background disominasi dengan pola titik-titik dari padat ke
renggang, sehingga menghasilkan efek gelap terang.
Tekstur yang digunakan dalam karya ini adalah tekstur semu, tekstur ini
terjadi karena perbedaan antara penglihatan dengan perabaan pada gelap terang
dan pencahayaan yang ada pada karya. Tekstur tersebut juga terjadi karena
penyajian yang menggunakan kaca.
76
Karya 14
Gambar 38. Karya 14
Judul : Kedamaian Jiwa Teknik : Silkscreen
Ukuran : 60cm x 40cm Edisi : 1/6 Tahun : 2015
Karya ke-14 ini berjudul “Kedamaian Jiwa” berukuran 60cm x 40cm.
Karya ini diberikan judul sesuai dengan makna yang terkandung dalam karya ini.
Pada karya ini, penulis memvisualisasikan kepala dan leher angsa dengan
semuanya menunduk kebawah dan membentuk pola yang berselang seling.
77
Penulis mengartikan karya ini sebagai salah satu keharmonisan jiwa seseorang
dalam kumpulan orang-orang yang optimis. Karya ini memberikan pesan bahwa
bila kita bergaul dengan orang-orang optimis maka, jiwa kita pun akan merasa
tenteram dan damai. Keoptimisan pun akan tertanam dalam diri kita. Warna
kuning pada objek diartikan sebagai orang-orang yang optimis dan warna hijau
pada salah satu objek diartikan sebagai kedamaian jiwa.
Penulis menggunakan garis melengkung pada objek kepala dan leher
angsa, serta penggunaan titik-titik pada background. Sedangkan warna yang
digunakan pada objek, penulis memilih warna kuning untuk semua angsa kecuali
warna hijau untuk salah satunya. Pewarnaan pada background, penulis
menggunakan warna merah agar terlihat berbeda dengan warna objek. Kemudian
warna hitam digunakan sebagai outline yang berfungsi dalam mempertegas
bentuk.
Karya ini menggunakan komposisi terbuka, dimana objeknya menyebar
di seluruh bagian ruang pada karya. Objek yang berwarna hijau ditampilkan pada
bagian atas dan paling depan dengan ukuran yang besar. Hal ini dimaksudkan
penulis sebagai gambar pendukung objek utama, sehingga karakteristik bentuk
kepala dan leher angsa terlihat lebih jelas. Motif pada background disominasi
dengan pola titik-titik dari padat ke renggang, sehingga menghasilkan efek gelap
terang.
Tekstur yang digunakan dalam karya ini adalah tekstur semu, tekstur ini
terjadi karena perbedaan antara penglihatan dengan perabaan pada gelap terang
dan pencahayaan yang ada pada karya. Tekstur tersebut juga terjadi karena
penyajian yang menggunakan kaca.