bab iii analisa dan perancangan sistemeprints.umm.ac.id/64501/4/bab iii.pdf27 bab iii analisa dan...
TRANSCRIPT
27
BAB III
ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1 Metode Pengembangan Sistem
Dalam pengembangan aplikasi deteksi dini rawan, digunakan metode
pengembangan sistem pakar ESDLC (Expert System Development Life Cycle).
Terdapat 6 (enam) tahapan yang dilakukan yaitu penilaian (assessment), akuisisi
pengetahuan (knowledge acquisition), perancangan (design), pengujian (test),
dokumentasi (documentation) dan pemeliharaan (maintenance).
Gambar 3.1. Metode pengembangan sistem [32]
3.1.1 Penilaian (Assessment)
Pada tahapan penilaian, dilakukan analisa permasalahan stunting serta
kebutuhan sistem. Hasil akhir dari tahapan ini berupa daftar kebutuhan fungsional
dan non fungsional sistem [33].
28
a) Analisa Permasalahan Stunting
Besarnya angka stunting di Kabupaten Tapin yakni sebesar 20,10%,
menjadikan Kabupaten Tapin salah satu lokus (lokasi khusus) penganganan
stunting. Kecamatan Bakarangan merupakan salah satu wilayah dengan angka
stunting tertinggi di Kabupaten Tapin dengan persentase 44,35%. Oleh sebab
itu perlu dilakukan penanganan stunting sedini mungkin, sehingga dapat
menghindari resiko stunting pada anak. Hal tersebut juga selaras dengan
keinginan para ibu Balita di Kecamatan Bakarangan. Sebanyak 125 orang ibu
balita di Kecamatan Bakarangan menginginkan sebuah aplikasi yang dapat
mereka gunakan untuk mengevaluasi potensi terjadinya stunting pada anak.
Oleh sebab itu, dilakukan penelitian untuk mengembangkan aplikasi deteksi
dini rawan stunting di platform android dengan pengetahuan yang bersumber
dari Ahli Gizi Kecamatan Bakarangan.
b) Spesifikasi Kebutuhan Fungsional Sistem
Kebutuhan fungsional merupakan sekumpulan proses-proses atau layanan apa
saja yang harus disediakan oleh sistem. Termasuk bagaimana nantinya sistem
akan bereaksi terhadap masukkan tertentu serta bagaimana perilaku sistem
terhadap situasi tertentu. Spesifikasi kebutuhan sistem pada aplikasi deteksi dini
rawan stunting terbagi menjadi 4 fungsi. Fungsi yang pertama adalah proses
deteksi dini. Pada menu deteksi dini pengguna dapat mengevaluasi faktor-faktor
yang menjadi penyebab risiko stunting pada anak balitanya. Adapun spesifikasi
kebutuhan fungsional fungsi tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Spesifikasi fungsi deteksi dini rawan stunting
No Fungsi Deskripsi
1 Nama Fungsi Deteksi dini rawan stunting
2 Prioritas Sedang
3 Pemicu Pengguna mengevaluasi resiko stunting
pada balita
4 Kondisi awal Pengguna membuka aplikasi
5 Alur normal
1. Aplikasi menampilkan menu utama
29
2. Pengguna memilih menu deteksi dini
rawan stunting
3. Aplikasi menampilkan halaman deteksi
4. Pengguna menjawab pertanyaan yang
disediakan
5. Aplikasi menampilkan halaman rawan
stunting atau aman stunting.
6. Pengguna memilih tombol saran.
7. Aplikasi menampilkan halaman saran.
6 Alur alternatif Tidak tersedia alur alternatif untuk
melakukan deteksi dini rawan stunting.
7 Kondisi akhir Pengguna melihat saran.
Fungsi yang kedua pada aplikasi adalah informasi mengenai stunting. Adapun
spesifikasi kebutuhan fungsional informasi stunting dapat dilihat pada Tabel
3.2.
Tabel 3.2. Spesifikasi informasi stunting
No Fungsi Deskripsi
1 Nama Fungsi Informasi stunting
2 Prioritas Sedang
3 Pemicu Pengguna ingin mengetahui informasi
mengenai stunting secara umum
4 Kondisi awal Pengguna membuka aplikasi
5 Alur normal
1. Aplikasi menampilkan menu utama
2. Pengguna memilih menu informasi
stunting
3. Aplikasi menampilkan informasi
stunting
6 Alur alternatif Tidak tersedia alur alternatif untuk menu
informasi stunting
30
7 Kondisi akhir Pengguna melihat informasi mengenai
stunting
Fungsi ketiga pada aplikasi adalah tips dan trik. Menu ini berisi informasi
mengenai pemberian makanan yang sehat dan bergizi untuk balita. Adapun
spesifikasi kebutuhan fungsional tips dan trik dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Spesifikasi fungsi tips dan trik
No Fungsi Deskripsi
1 Nama Fungsi Tips dan trik
2 Prioritas Sedang
3 Pemicu Pengguna ingin mengetahui tips dan trik
mengenai pemberian makanan yang sehat
dan bergizi
4 Kondisi awal Pengguna membuka aplikasi
5 Alur normal
1. Aplikasi menampilkan menu utama
2. Pengguna memilih menu tips dan trik
3. Aplikasi menampilkan menu tips dan
trik
4. Pengguna memilih tips dan trik dari
menu yang tersedia
5. Aplikasi menampilkan informasi dari
tips dan trik yang dipilih
6 Alur alternatif Tidak tersedia alur alternatif untuk menu
tips dan trik
7 Kondisi akhir Pengguna melihat informasi tips dan trik
yang disajikan
Fungsi keempat pada aplikasi adalah petunjuk. Menu ini berisi informasi
mengenai petunjuk penggunaan aplikasi. Adapun spesifikasi kebutuhan
fungsional tips dan trik dapat dilihat pada Tabel 3.4.
31
Tabel 3.4. Spesifikasi fungsi petunjuk
No Fungsi Deskripsi
1 Nama Fungsi Petunjuk
2 Prioritas Rendah
3 Pemicu Pengguna ingin mengetahui cara
penggunaan aplikasi
4 Kondisi awal Pengguna membuka aplikasi
5 Alur normal
1. Aplikasi menampilkan halaman utama
2. Pengguna memilih menu petunjuk
3. Aplikasi menampilkan petunjuk
penggunaan aplikasi
6 Alur alternatif Tidak tersedia alur alternatif untuk menu
petunjuk
7 Kondisi akhir Pengguna melihat petunjuk penggunaan
aplikasi
c) Spesifikasi Kebutuhan Non Fungsional Sistem
Kebutuhan non fungsional merupakan kebutuhan mengenai kualitas sistem.
Aspek ini penting untuk mendukung kesuksesan perangkat lunak yang
dikembangkan. Adapun kebutuhan non fungsional aplikasi deteksi dini rawan
stunting adalah sebagai berikut :
1. Reliability
Sistem aplikasi harus tersedia dan dapat beroperasi tanpa gangguan, seperti
gangguan jaringan. Oleh sebab itu sistem dibuat tanpa akses jaringan
internet.
2. Performance
Aplikasi memiliki fungsionalitas yang baik, dimana semua menu dan
tombol yang disajikan dapat berjalan sebagaimana mestinya.
3. Usability
Aplikasi mempunyai tampilan antarmuka yang menarik dan dapat diterima
serta digunakan.
32
3.1.2 Akuisisi Pengetahuan (Knowledge Acquisition)
Tahapan akuisisi pengetahuan dilakukan untuk memasukkan pengetahuan
pakar dan menaruh pengetahuan tersebut kedalam basis pengetahuan (dalam bentuk
representasi pengetahuan) [34]. Hasil akhir tahapan ini berupa basis pengetahuan
yang menjadi dasar dalam pembuatan sistem. Adapun hasil pembentukan materi
pengetahuan pakar dan representasi pengetahuan tersebut sebagai berikut :
a) Membentuk Materi Pengetahuan
Pada proses pembentukan materi pengetahuan, dilakukan wawancara atau
berdiskusi kepada pakar yaitu Ahli Gizi Kecamatan Bakarangan. Selain
bersumber dari Ahli Gizi, materi juga bersumber dari studi kepustakaan yang
disarankan oleh pakar. Adapun hasil dari proses pembentukan materi
pengetahuan, didapatkan faktor-faktor yang dapat menyebabkan anak menjadi
stunting, khususnya untuk wilayah kerja Puskesmas Bakarangan antara lain :
1. Jarak Kelahiran
Faktor ini memiliki hubungan yang besar dengan kasus stunting di wilayah
kerja Puskesmas Bakarangan. Jarak kelahiran yang terlalu dekat
berpengaruh dengan kejadian stunting di wilayah kerja puskesmas
Bakarangan. Jika anak terdahulu berusia 0-23 bulan saat ibu kembali
melahirkan, maka memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin
terhambat karena sistem reproduksinya yang terganggu dan belum kembali
sempurna. Sehingga rahim belum siap untuk terjadinya implantasi embrio.
Selain itu, dikhawatirkan perhatian terbagi dan ibu tidak memberikan gizi
sesuai dengan usia anaknya.
2. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
IMD salah satu faktor penting untuk mencegah anak mengalami stunting.
Di wilayah kerja puskesmas Bakarangan, mayoritas anak stunting
dikarenakan tidak diberikan IMD, yaitu dimana bayi harus diletakkan secara
tengkurap didada tanpa ada penghalang (kulit ke kulit). Bayi akan secara
alami mencari sumber ASI. ASI yang keluar pada saat pertama kelahiran
mengandung kolostrum. Kolostrum kaya akan antibody dan zat penting
33
untuk pertumbuhan usus dan ketahanan terhadap infeksi yang sangat
dibutuhkan anak nantinya.
3. ASI Eksklusif
Pemberian ASI Eksklusif minimal dilakukan saat usia anak 0-6 bulan. WHO
menyebutkan bahwa ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa
tambahan makanan (termasuk susu formula) dan minuman, kecuali vitamin,
mineral atupun obat yang diberikan atas anjuran dokter. ASI eksklusif dapat
meningkatkan pencapaian pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang
optimal serta menurunkan resiko kejadian stunting. Hal ini karena ASI
mempunyai biovailabilitas yang tinggi sehingga dapat diserap dengan baik
dalam pembentukan tulang anak. Anak yang mengalami stunting di wilayah
kerja puskesmas Bakarangan mayoritas disebabkan karena tidak diberikan
ASI Eksklusif minimal usia 0-6 bulan. Pada usia 0-6 bulan, anak harus
terpenuhi gizi nya dengan gizi yang didapatkan pada ASI ibu.
4. Waktu Pemberian MP-ASI Pertama
Waktu pemberian MP-ASI pertama juga sangat berpengaruh dengan
kejadian stunting di wilayah kerja puskesmas Kecamatan Bakarangan. MP-
ASI pertama harus diberikan tepat waktu. Kebutuhan gizi tambahan dalam
bentuk MPASI ini harus segera terpenuhi saat anak sudah menginjak usia 6
bulan. MP-ASI bertujuan untuk mencukupi kebutuhan gizi anak, karena
ASI sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan anak yang berusia 6 bulan.
Selain itu, usia anak yang kurang dari 6 bulan dan sudah mendapatkan MP-
ASI pertama, maka dapat menimbulkan gangguan pada tubuh anak, seperti
gangguan pencernaan. Usus anak dapat terluka sehingga penyerapan
makanan atau gizi selanjutnya tidak dapat bekerja dengan baik.
b) Representasi Pengetahuan
Tahapan ini merupakan tindak lanjut dari tahapan sebelumnya, yaitu tahapan
membentuk materi pengetahuan. Setelah didapatkan pengetahuan mengenai
faktor-faktor penyebab anak mengalami stunting, akan direpresentasikan
pengetahuan yang didapatkan sehingga menjadi basis pengetahuan. Basis
pengetahuan merupakan kunci utama dari aplikasi yang dibangun.
34
Tabel 3.5. Faktor-faktor penyebab rawan stunting
Kode Faktor Nilai CF Pakar
K01 IF Ibu memberikan ASI Eksklusif
dimasa 0-6 bulan
-0.8
K02 IF Ibu memberikan Makanan
Pendamping ASI pertama kali
saat anak berusia kurang dari 6
bulan atau lebih dari 7 bulan
0.8
K03 IF Anak mendapatkan Inisiasi
Menyusui Dini serta ASI yang
keluar pertama kali saat baru
dilahirkan
-0.5
K04 IF Anak terdahulu berusia 0-23
bulan saat anak ini dilahirkan
0.6
Adapun pembobotan yang akan diberikan pengguna saat melakukan konsultasi
kepada sistem dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Nilai certainty factor pengguna
Nilai Pada
Aplikasi
Nilai
Pada Sistem Deskripsi
0 -1,0 Pasti Tidak
1 -0,8 Hampir Pasti Tidak
2 -0,6 Kemungkinan Besar Tidak
3 -0,4 Mungkin Tidak
4 -0,2 Tidak Tahu
5 0 Tidak Tahu
6 0.2 Tidak Tahu
7 0,4 Mungkin
8 0,6 Kemungkinan Besar
9 0,8 Hampir Pasti
10 1,0 Pasti
Nilai CF pakar dan pengguna akan dihitung telebih dahulu sebagaimana
persamaan 2.3. Setelah itu dilakukan kombinasi nilai CF hasil perhitungan
35
persamaan 2.3 menggunakan persamaan 2.4 jika CF dari kedua faktor bernilai
positif. Menggunakan persamaan 2.5 jika salah satu nilai CF bernilai negatif
dan menggunakan persamaan 2.6 jika kedua nilai CF bernilai negatif. Sehingga
tidak terdapat hasil yang berbeda walaupun nilai CF bersifat negatif atau positif,
karena persamaan yang digunakan juga berbeda.
3.1.3 Perancangan (Design)
Perancangan berfungsi sebagai cetak biru sehingga dapat memudahkan
proses implementasi maupun pengujian aplikasi. Terdapat delapan buah
perancangan yang digunakan yaitu perancangan arsitektur sistem, use case
diagram, activity diagram, Entity Relationship Diagram (ERD), sequence diagram,
antarmuka serta rancangan pengujian yang akan dilakukan. Adapun perancangan
tersebut sebagai berikut :
a) Arsitektur Sistem
Secara umum, aplikasi deteksi dini rawan stunting mempunyai empat fungsi
yaitu deteksi dini rawan stunting, informasi stunting, petunjuk serta tips dan
trik. Fungsi-fungsi ini dapat diakses melalui halaman utama aplikasi. Adapun
gambaran arsitektur sistem yang dibuat, dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.2. Arsitektur sistem
36
b) Use Case Diagram
Berdasarkan kebutuhan fungsional sistem, dibuatlah use case diagram untuk
mendeskripsikan interaksi antara pengguna dengan sistem. Rancangan use case
diagram dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Gambar 3.3. Use case diagram
Use case diagram pada Gambar 3.4. menjelaskan bahwa aktor (pengguna)
memiliki 4 (empat) fungsi yang dapat dilakukan pada sistem. Fungsi-fungsi
tersebut yaitu melakukan deteksi dini rawan stunting, melihat informasi
stunting, menu tips dan trik dan menu petunjuk. Terdapat fungsi include pada
use case deteksi dini rawan stunting terhadap use case menampilkan hasil
deteksi. Hal ini karena use case menampilkan hasil deteksi tidak dapat berjalan
tanpa use case sebelumnya. Begitupun dengan use case saran yang tidak dapat
berjalan tanpa use case sebelumnya.
c) Activity Diagram
Diagram aktivitas menggambarkan alur kerja dari fungsi-fungsi yang tersedia
pada sistem. Pada aplikasi ini, tersedia 4 (empat) fungsi yaitu deteksi dini rawan
stunting, petunjuk, informasi stunting serta tips dan trik. Adapun diagram
aktivitas pada fungsi deteksi dini rawan stunting dapat dilihat pada Gambar 3.4.
37
Gambar 3.4. Activity diagram deteksi dini rawan stunting
Pada Gambar 3.4, terdapat aktivitas-aktivitas yang dilakukan pengguna dan
sistem untuk melakukan proses deteksi dini rawan stunting. Fungsi ini
merupakan fungsi utama yang dimiliki oleh aplikasi. Selain itu, juga terdapat
fungsi lain yaitu informasi stunting. Pada fungsi ini, pengguna dapat
mengetahui apa itu stunting dan informasi terkait lainnya. Adapun diagram
aktivitas fungsi informasi stunting dapat dilihat pada Gambar 3.5.
38
Gambar 3.5. Activity diagram informasi stunting
Fungsi lain yang terdapat pada aplikasi yaitu fungsi petunjuk. Tujuan utama
fungsi ini adalah memberikan informasi mengenai cara pengunaan aplikasi.
Adapun diagram aktivitas untuk fungsi petunjuk terdapat pada Gambar 3.6.
Gambar 3.6. Activity diagram petunjuk
Pada aplikasi, pengguna juga disediakan informasi mengenai pemberian
makanan yang sehat dan bergizi untuk balita. Adapun diagram aktivitas pada
fungsi tips dan trik dapat dilihat pada Gambar 3.7.
39
Gambar 3.7. Activity diagram tips dan trik
d) Entity Relationship Diagram (ERD)
Untuk membuat aplikasi deteksi dini rawan stunting, membutuhkan sebuah
basis data yang dapat menyimpan aturan-aturan yang dibuat. Basis data yang
digunakan dalam pembuatan aplikasi haruslah bersifat offline, sehingga
pengguna dapat menggunakan aplikasi tanpa harus terhubung dengan jaringan
internet. Oleh sebab itu, digunakan SQLite sebagai basis data pada aplikasi.
Adapun perancangan basis data dapat dilihat pada Gambar 3.8.
Gambar 3.8. Entity Relationship Diagram (ERD)
Terdapat tiga buah entitas yang digunakan untuk membuat aplikasi. Entitas
faktor bertujuan untuk menyimpan faktor-faktor atau aturan yang berhubungan
40
dengan anak rawan stunting. Entitas jawaban bertujuan untuk menyimpan
jawaban yang diberikan oleh pengguna. Dan yang terakhir adalah Entitas saran,
bertujuan untuk menyimpan saran yang akan diberikan.
e) Sequence Diagram
Diagram ini bertujuan untuk menggambarkan urutan interaksi antar objek
secara berurutan dalam sekali proses. Pada aplikasi ini, terdapat empat buah
proses. Adapun gambaran sequence diagram proses deteksi dini rawan stunting
dapat dilihat pada Gambar 3.10.
Gambar 3.9. Sequence diagram proses deteksi dini rawan stunting
Berikut penjelasan dari sequence diagram pada Gambar 3.9 :
1. Pengguna memilih menu deteksi dini rawan stunting terlebih dahulu pada
halaman menu utama. Controller akan memanggil halaman deteksi.
41
2. Pengguna memilih jawaban dan memilih tombol selanjutnya. Jawaban akan
tersimpan pada basis data. Proses ini terus berulang hingga halaman deteksi
selesai.
3. Selanjutnya controller akan memanggil halaman hasil deteksi rawan
stunting. Pada halaman ini akan dilakukan perhitungan nilai CF pengguna
dan CF pakar, lalu dikombinasikan. Jika menghasilkan nilai CF gabungan
positif, maka anak rawan stunting dan halaman ini akan langsung
ditampilkan kepada pengguna. Akan tetapi jika menghasilkan nilai CF
gabungan negative, maka anak aman stunting dan akan memanggil halaman
aman dan menampilkannya kepada pengguna.
4. Pengguna mendapatkan hasil deteksi. Pengguna dapat memilih tombol
saran.
Sequence diagram untuk proses lainnya yaitu informasi stunting. Proses ini
bertujuan untuk memberikan informasi mengenai stunting kepada pengguna.
adapun aliran interaksi pada proses ini dapat dilihat pada Gambar 3.10.
Gambar 3.10. Sequence diagram proses informasi stunting
Berdasarkan sequence diagram pada Gambar 3.10 diuraikan sebagai berikut :
1. Pengguna memilih menu informasi stunting pada halaman utama.
42
2. Controller akan memanggil halaman informasi stunting.
3. Pengguna dapat melihat informasi stunting yang tersedia pada sistem.
Selain itu, juga tersedia fungsi tips dan trik yang dapat digunakan pengguna
untuk melihat informasi seputar pemberian makanan yang baik, sehat dan
bergizi untuk anak. Rancangan interaksi pada proses tips dan trik dapat dilihat
pada Gambar 3.11.
Gambar 3.11. Sequence diagram proses tips dan trik
Adapun penjelasan dari sequence diagram pada Gambar 3.11 :
1. Pengguna memilih menu tips dan trik pada halaman utama.
2. Controller akan memanggil halaman daftar tips dan trik. Pada halaman
daftar tips dan trik, tersedia beberapa pilihan tips dan trik. Pengguna dapat
memilih tips dan trik yang ingin dilihat.
3. Controller akan memanggil halaman informasi tips dan trik yang dipilih oleh
pengguna.
43
Proses terakhir pada aplikasi ini yaitu petunjuk. Pada proses ini, pengguna
disajikan informasi penggunaan aplikasi. Adapun sequence diagram untuk
proses petunjuk dapat dilihat pada Gambar 3.12.
Gambar 3.12. Sequence diagram proses petunjuk
Pada Gambar 3.12, dijelaskan sebagai berikut :
1. Pengguna memilih menu petunjuk pada halaman utama.
2. Controller akan memanggil halaman petunjuk
3. Pengguna dapat melihat informasi cara penggunaan aplikasi pada halaman
petunjuk.
f) Antarmuka
Antarmuka merupakan elemen penting dalam perancangan sebuah aplikasi.
Antarmuka menggambarkan tampilan yang akan didapatkan oleh pengguna
ketika berinteraksi dengan sistem. Berikut adalah perancangan antarmuka pada
aplikasi deteksi dini rawan stunting.
44
Gambar 3.13. Rancangan antarmuka menu utama
Pada Gambar 3.13, aplikasi memiliki beberapa menu seperti deteksi dini rawan
stunting, informasi stunting, tips dan trik, petunjuk serta tombol untuk
memudahkan pengguna keluar dari aplikasi. Setelah pengguna memilih menu
deteksi dini rawan stunting, sistem akan menampilkan halaman deteksi.
Pengguna harus memilih salah satu dari pernyataan yang diberikan seperti
Gambar 3.14.
Gambar 3.14. Rancangan antarmuka deteksi
45
Setelah memberikan jawaban pada halaman deteksi, pengguna akan
mendapatkan hasil deteksi berupa kesimpulan dari hasil perhitungan metode
certainty factor. Jika hasil kesimpulan menunjukkan anak aman dari stunting,
akan menampilkan antarmuka sebagaimana Gambar 3.15.
Gambar 3.15. Rancangan antarmuka aman stunting
Jika anak terdeteksi rawan stunting, maka sistem akan menampilkan halaman
anak rawan stunting seperti yang terdapat pada Gambar 3.16.
Gambar 3.16. Rancangan antarmuka rawan stunting
46
Pengguna dapat melihat saran yang diberikan setelah mendapatkan hasil
deteksi, baik itu ketika anak terdeteksi aman maupun rawan stunting. Adapun
perancangan untuk antarmuka saran yang diberikan, dapat dilihat pada Gambar
3.17.
Gambar 3.17. Rancangan antarmuka saran
Terdapat fungsi tips dan trik yang disajikan untuk pengguna. fungsi ini akan
memuat informasi tips dan trik mengenai pemberian MP-ASI, ketika anak sulit
makan, menyimpan MP-ASI dengan benar, strategi makan yang sehat serta
resep MP-ASI sebagaimana yang terdapat pada Gambar 3.18.
Gambar 3.18. Rancangan antarmuka menu tips dan trik
47
Setelah pengguna memilih salah satu dari daftar tips dan trik yang disajikan
pada Gambar 3.18, maka sistem akan memberikan isi dari tips-dan trik tersebut.
Fungsi lain yang dimiliki oleh aplikasi adalah menu informasi stunting. Fungsi
ini bertujuan untuk mengedukasi pengguna mengenai stunting. Adapun
rancangan antarmuka informasi stunting, seperti pada Gambar 3.19.
Gambar 3.19. Rancangan antarmuka informasi stunting
Untuk memudahkan pengguna menjalankan aplikasi, maka disajikan halaman
petunjuk. Rancangan antarmuka petunjuk dapat dilihat pada Gambar 3.20.
Gambar 3.20. Rancangan antarmuka petunjuk
48
Gambar 3.20 menunjukkan rancangan antarmuka petunjuk penggunaan
aplikasi. Informasi mengenai petunjuk penggunaan aplikasi didapatkan setelah
pengguna memilih menu petunjuk pada halaman menu utama.
g) Pengujian
Perancangan pengujian merupakan hal yang penting untuk dipersiapkan guna
memudahkan tahapan pengujian yang dilakukan. Adapun skenario pengujian
yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan pengujian fungsional,
pengujian kebenaran, pengujian kegunaan (usability) dan pengujian keakuratan
aplikasi. Pengujian fungsional dilakukan dengan cara black box testing dengan
teknik equivalence partitioning dimana persentase keberhasilannya dihitung
sebagaimana persamaan 3.1 [35] .
Persentase Keberhasilan = jumlah skenario berhasil
jumlah skenariox100%
…(3.1)
Adapun tabel instrumen pengujian black box testing yang akan digunakan dapat
dilihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7. Instrumen pengujian black box testing
No Nama Pengujian
1 Pengujian tombol menu “Deteksi dini rawan stunting”
2 Pengujian tombol menu “Informasi stunting”
3 Pengujian tombol menu “Tips dan trik”
4 Pengujian tombol menu “Petunjuk”
5 Pengujian tombol menu “Keluar”
6 Pengujian tombol “Saran”
7 Pengujian tombol menu “Pemberian MP-ASI”
8 Pengujian tombol menu “Ketika anak sulit makan”
9 Pengujian tombol menu “Menyimpan MP-ASI dengan aman”
10 Pengujian tombol menu “Strategi makan yang sehat”
49
11 Pengujian tombol menu “Resep MP-ASI”
12 Pengujian tombol menu resep MP-ASI “Nasi tim ayam bayam merah”
13 Pengujian tombol menu resep MP-ASI “Nasi dan perkedel lele”
14 Pengujian tombol menu resep MP-ASI “Abon ikan patin”
15 Pengujian tombol menu resep MP-ASI “Bubur ubi jalar kangkung”
Pengujian kebenaran aplikasi dilakukan dengan cara menerapkan sebuah
contoh kasus lalu dihitung secara manual. Hasil perhitungan manual akan
dibandingkan dengan hasil perhitungan pada aplikasi. Dan untuk mengetahui
nilai kegunaan aplikasi, dilakukan pengujian kegunaan dengan metode System
Usability Scale (SUS). Adapun instrumen pengujian yang digunakan untuk
mengetahui kegunaan aplikasi dapat dilihat pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8. Instrumen pengujian System Usability Scale [30]
No Pernyataan Skala
1 Ibu-ibu berfikir akan lebih sering menggunakan aplikasi ini 1 s/d 5
2 Ibu-ibu menemukan bahwa tampilan aplikasinya sederhana 1 s/d 5
3 Ibu-ibu bisa menggunakan aplikasi ini 1 s/d 5
4 Ibu-ibu berfikir membutuhkan pendamping untuk
menggunakan aplikasi ini
1 s/d 5
5 Ibu-ibu menemukan setiap fungsi terintegrasi dengan baik 1 s/d 5
6 Ibu-ibu berfikir ada banyak yang tidak sesuai pada aplikasi
ini
1 s/d 5
7 Ibu-ibu berfikir bisa mempelajari cara penggunaan aplikasi
ini
1 s/d 5
8 Ibu-ibu berfikir aplikasi ini sulit untuk digunakan 1 s/d 5
9 Ibu-ibu merasa yakin untuk dapat menggunakan aplikasi
ini
1 s/d 5
10 Ibu-ibu perlu belajar banyak hal untuk dapat menggunakan
aplikasi ini
1 s/d 5
50
Pengujian keakuratan atau validitas sistem juga dilakukan untuk mengetahui
apakah sistem sudah berjalan dengan baik. Pengujian ini dilakukan dengan cara
membandingkan hasil deteksi pada aplikasi dengan analisis dari Ahli Gizi.
Untuk mengetahui nilai validitasi aplikasi, digunakan teknik single decision
threshold (one feature) dengan model seperti Gambar 3.22.
Gambar 3.21. Model pengujian single
decision threshold (one feature)
Berdasarkan Gambar 3.22, terdapat empat buah perbandingan sebagai berikut:
1. TP (True Positive) dengan kondisi jika hasil analisis Ahli Gizi dan sistem
menghasilkan hasil rawan stunting.
2. TN (True Negative) dengan kondisi jika hasil analisis Ahli Gizi dan sistem
menghasilkan hasil aman stunting.
3. FP (False Positive) dengan kondisi jika hasil analisis Ahli Gizi menyatakan
anak aman stunting, tetapi sistem memutuskan anak rawan stunting.
4. FN (False Negative) dengan kondisi jika hasil analisis Ahli Gizi
menyatakan anak rawan stunting, tetapi sistem memutuskan anak aman
stunting.
5. Validasi merupakan tingkat akurasi sebuah sistem [36]. Nilai ini dihitung
dari persamaan 3.2.
Keakuratan = TP+TN
TP+TN+FP+FNx100%
…(3.2)
Adapun lembar pengujian keakuratan atau validitas sistem yang digunakan
dapat dilihat pada Gambar 3.22.
51
Gambar 3.22. Lembar pengujian validitas sistem