bab ii tinjuan pustaka a. konsep kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/bab...
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Konsep Kebutuhan Dasar
1. Definisi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan
dan homeostatis tubuh.Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air
yang mengandung partikel-partikel bahan organik dan anorganik yang vital untuk
hidup. Elektrolit tubuh mengandung komponen- komponen kimiawi. Elektrolit
tubuh ada yang bermuatan positif (kation) dan bermuatan negatif (anion).
Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh termasuk fungsi
neuromuskular dan keseimbangan asam basa. Pada fungsi neuromuskular,
elektrolit memegang peranan penting terkait dengan tranmisi impuls saraf.
Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang
berperan dalam memelihara fungsi tubuh dan proses homeostatis. Tubuh kita
terdiri atas sekitar 60% air yang tersebar didalam sel maupun luar sel. Proporsi
tubuh manusia yang terdiri atas cairan yang sangat besar. Sekitar 46% sampai
60% berat badan rata-rata orang dewasa adalah air, cairan tubuh primer. Bila
tubuh sehat maka volume ini relatif konstan dan berat badan individu bervariasi
kurang dari 0,2 kg dalam 24 jam, tanpa memperhatikan jumlah cairan yang
dikonsumsi. Usia, jenis kelamin dan lemak tubuh
mempengaruhi air dalam tubuh total. Bayi memiliki proporsi air terbesar, yaitu
70% sampai 80% dari berat tubuhnya, tetapi proporsi air tubuh menurun seiring
dengan pertambahan usia. Pada individu yang berusia lebih dari 60 tahun, air
tubuh menurun sampai sekitar 50%. Jaringan lemak pada intinya bebas air,
sementara jaringan tanpa lemak mengandung sejumlah air secara bermakna. Air
memberikan presentase, lebih besar pada berat tubuh orang kurus dibandingkan
orang gemuk. Wanita, yang secara proporsional memiliki lebih banyak lemak
dibandingkan pria, memiliki persentasi air tubuh yang lebih rendah.Namun
6
demikian, besar kandungan air tergantung dari usia, jenis kelamin,dan kandungan
lemak.
Untuk mempertahankan kesehatan dibutuhkan keseimbangan cairan,
elektrolit,dan asam basa di dalam tubuh. Keseimbangan ini dipertahankan oleh
asupan, distribusi, dan haluaran air dan elektrolit, serta pengaturan komponen-
komponen tersebut oleh sistem renal dan paru. Banyak faktor yang dapat
meenyebabkan ketidakseimbangan, salah satunya adalah karena penyakit. Oleh
karena itu asuhan keperawatan untuk beragam klien meliputi pengkajian dan
perbaikan ketidakseimbangan atau upaya mempertahankan keseimbangan cairan,
elektrolit, dan asam basa.
2. Sistem yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit
Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal,
kulit,paru, dan gastrointerstinal.
a. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur
kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal, yaitu
sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur
keseimbangan asam-basa dara, dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan
garam. Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh
kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus, dalam menyaring cairan.
Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500cc plasma yang mengalir
melalui glumerulus, 10 persennya disaring keluar. Cairan yang tersaring
(filtrat glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-
selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang
diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-
rata 1 ml/kg/bb/jam.
b. Kulit
Kulit merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan
proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang
disarafi oleh vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses pelepasan panas dapat
7
dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan
tergantung pada banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah
dalam kulit. Proses pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara
pemancaran panas ke udara sekitar, konduksi (yaitu, pengalihan panas ke
benda yang disentuh), dan konveksi (yaitu,pengaliran udara panas ke
permukaan yang lebih dingin). Keringat merupakan sekresi aktif dari
kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar
keringat ini suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat
dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar
keringat yang dihasilkan dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu
lingkungan, dan kondisi suhu tubuh yang panas. Disebut juga isensible
water loss (IWL) sekitar 15-20 ml/24jam.
c. Paru
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengam menghasilkan
insensible water loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan
terkait dengan respons akibat perubahan upaya kemampuan bernafas.
Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respons terhadap perubahan
kecepatan dan kedalaman nafas akibat pergerakan atau demam.
d. Gastrointestinal.
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan
dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran
air. Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar
100-200 ml/hari. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15
cc/kgBB/24jam dengan kenaikan 10% dari IWL pada setiap kenaikan
temperatur 1 derajat Celcius.
Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui sistem endokrin, seperti
sistem hormonal (anti diuretik hormon-ADH) , aldosteron, prostagladin,
glukokortikoid, dan mekanisme rasa haus.
a. Antiduretik hormon (ADH)
8
Hormon ini dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurophispofisis
pada hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah
peningkatan osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel. Hormon ini
meningkatkan reabsopsi air pada duktus pengumpul sehingga dapat
menahan air dan mempertahankan volume cairan ekstrasel. Hormon ini
memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. ADH juga disebut sebagai
vasopresin karena mempunyai efek vasokontriksi minor pada arteriol yang
dapat meningkatkan tekanan darah.
b. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus
ginjal untuk meningkatkan absorpsi natrium. Retensi natrium
mengakibatkan retensi air. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh
perubahan konsentrasi kalium, natrium serum, dan sistem renin
angiostensin serta sangat efektif dalam mengendalikan hiperkalemia.
c. Prostagladin
Prostagladin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak
jaringan dan berfungsi dalam merespons radang, pengendalian tekanan
darah, kontraksi uterus, dan mobilitas gastrointestinal. Dalam ginjal,
prostagladin berperan mengatur sirkulasi ginjal , respon natrium, dan efek
ginjal pada ADH.
d. Glukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsporpsi natrium dan air
yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi
natrium. Perubahan kadar glukokortoid menyebabkan perubahan pada
keseimbangan volume darah.
e. Mekanisme rasa haus
Rasa haus adalah keinganan yang disadari terhadap kebutuhan cairan.rasa
haus biasanya muncul apabila osmolaritas plasma mencapai 295
mOsm/kg. Bila osmolaritas meningkat, sel akan mengkerut dan sensasi
rasa haus akan muncul akibat kondisi dehidrasi.
9
3. Pengaturan volume cairan
Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara
jumlah cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar.
a. Asupan cairan
Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau di tambah dari makanan
lain. Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakana
mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur
keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi
ketidakseimbangan volume cairan tubuh dimana asupan cairan kurang atau
adanya perdarahan, maka curah jantung menurun, menyebabkan terjadinya
penurunan tekanan darah.
b. Pengeluaran cairan
Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan
pengawasan asupan dan pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan
jumlah dan kecepatan pernafasan, demam, keringat, diare dapat
menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan. Kondisi lain yang
dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan adalah muntah
secara terus menerus. Hasil pengeluaran cairan adalah:
1.)Urine
Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika
urinaria (kandung kemih). Proses ini merupakan proses pengeluaran cairan
tubuh yang utama. Cairan dalam ginjal disaring di glomerolus dan dalam
tubulus ginjal untuk kemudian diserap kembali ke dalam aliran darah.
Hasil ekskresi terakhir proses ini disebut urine. Dalam kondisi normal
output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30 – 50 ml per
jam.
Tabel 2.1 Volume pengeluaran urine
Usia Volume urine (ml/kg/BB/jam)
Bayi lahir 10-90
10
Bayi 80-90
Anak-anak 50 Sumber : Wong.Donna L (2008)
2.)Keringat
Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu panas.
Keringat banyak mengandung garam,urea,asam laktat, dan ion kalium.
Banyaknya jumlah keringat yang keluar akan mempengaruhi kadar
natrium dalam plasma.
3.)Feses
Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat.
Pengeluaran air melalui feses merupakan pengeluaran cairan yang paling
sedikit jumlahnya. Jika cairan yang keluar melalui feses jumlahnya
berlebihan, maka dapat mengakibatkan tubuh menjadi lemas. Jumlah rata
–rata pengeluaran cairan melalui feses antara 100-200 ml perhari, yang
diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (Kolon).
4. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
Kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh dipengaruhi oleh faktor-faktor
a. Usia
Pada bayi atau anak anak, keseimbangan cairanm dan elektrolit
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya adalah asupan cairan
yang besar di diimbangi dengan haluaran yang besar pula, metabolisme
tubuh yang tinggi, masalah yang muncul akibat imaturitas fungsi ginjal,
serta banyaknya cairan yang keluar melalui ginjal , paru-paru , dan
proses penguapan.
b. Temperatur
Lingkungan yang panas menstimulus sistem saraf simpatis dan
menyebabkan seseorang berkeringat. Pada cuaca yang sangat panas,
seseorang akan kehilangan 700-2000 ml air/jam dan 15-30gr
garam/hari. Suhu tubuh meningkat dan individu beresiko mengalami
keletihan akibat panas atau mengalami heatstroke.
11
c. Diet
Diet dapat mempengaruhi asupan cairan dan elektrolit. Asupan nutrisi
yang tidak adekuat dapat berpengaruh terhadap kadar albumin serum.
Jika albumin serum menurun, cairan interstisial tidak bisa masuk ke
pembuluh darah sehingga menjadi edema.
d. Stress
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsenrasi
darah,dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi
sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan
menurunkan produksi urine.
e. Sakit
Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk
memperbaiki sel yang rusak tersebut dibutuhkan adanya proses
pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan
ketidakseimbangan hormonal, yang dapat ,menganggu kesesimbangan
kebutuhan cairan.
Menurut Insersible Water Loss (IWL)
- Anak 60-70%BB
- Bayi 75-80% BB
Tabel 2.2 Kebutuhan IWL Usia Besaran IWL (mg/kg/BB/hari)
Bayi Lahir 30 Bayi 50-60
Anak-anak 40 Sumber : Wong.Donna L (2008)
Rumus IWL untuk anak-anak
IWL = (30-Usia Anak dalam Tahun) x kgBB/24 jam
Jika ada kenaikan suhu
IWL = Nilai IWL Normal + 200 (Suhu badan sekarang-36,8℃)
12
5. Gangguan keseimbangan cairan
Hal ini terjadi apabila mekanisme kompensasi tubuh tidak mampu
mempertahankan homeostatis. Gangguan keseimbangan cairan dapat berupa
defisit volume cairan atau sebaliknya.
a. Defisit volume cairan (fluid volume defisit {FVD}).
Defisit volume cairan adalah suatu kondisi ketidakseimbangan yang
ditandai dengan defisiensi cairan dan elektrolit di ruang ektrasel, namun
proporsi antara cairan dan elektrolit mendekati normal. Kondidi ini dikenal
juga dengan hipovolemia. Pada keadaan hipovolemia, tekanan osmotik
mengalami perubahan sehingga cairan interstisial menjadi kosong dan cairan
intrasel masuk ke ruang intersitial sehingga menganggu kehidupan sel. Secara
umum, kondsi defist volume cairan dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Dehidrasi isotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang sebanding
dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-145
mEq/l.
2) Dehidrasi hipertonik. Ini terjadi jika jumlah cairan yang hilang lebih besar
daripada jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-150
mEq/l.
3) Dehidrasi hipotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang lebih
sedikit daripada jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma
adalah 130 mEq/l.
Kondisi dehidrasi dapat digolongkan menurut derajat keparahannya menjadi:
1) Dehidrasi ringan. Pada kondisi ini, kehilangan cairan mencapai 5% dari berat
tubuh atau sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan yang lebih dapat berlangsung
melalui kulit, saluran pencernaan, perkemihan, paru-paru, atau pembuluh
darah.
13
2) Dehidrasi sedang. Kondisi ini terjadi apabila kehilangan cairan mencapai 5-
10% dari berat tubuh atau sekitar 2-4 liter. Salah satu gejalanya adalah mata
cekung.
3) Dehidrasi berat, kondisi ini terjadi apabilaa kehilangan cairan mencapai 10-
15% dari berat tubuh atau sekitar 4-6 liter. Pada kondisi ini penderita dapat
mengalami hipotensi.
Pertama, tingkat keparahan dehidrasi dapat dihitung dari penurunan berat
badan sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.3 Penurunan berat badan sebagai indikator kekurangan cairan tubuh
Penurunan berat badan Keparahan defisit cairan tubuh 2-5% Ringan
5-10% Sedang 10-15% Berat 15-20% fatal
Sumber:home dan sweringen 2001 Kedua tingkat dehidrasi dapat dilihat dari tanda dan gejala yang ada pada
klien.penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.4 Penilaian derajat dehidrasi berdasarkan tanda dan gejala pada klien
Penilaian A B C Lihat keadaan umum Baik, sadar Gelisah dan rewel Lesu, lunglai, atau tidak
sadar. Mata Normal Cekung Sangat cekung dan kering
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa, tidak haus
Haus dan ingin minum banyak
Malas minum dan tidak bisa minum
Periksa turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi
ringan/sedang. Bila ada 1 tanda
ditambah 1 atau lebih tanda lain
Dehidrasi berat. Bila ada 1 tanda , ditambah 1 atau
lebih tanda lain
Sumber : Manjoer dkk,2003
14
B. Tinjuan Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan Kejang Demam
1. Pengkajian
a. Data Demografi
Data demografi meliputi : tanggal wawancara, tanggal MRS, No
RMK, Nama, Umur, Imunisasi, Jenis Kelamin, Suku/ Bangsa, Agama,
Pendidikan, dan Alamat.
b. Riwayat keperawatan
Pada anak kejang demam riwayat penyakit yang menonjol adalah
adanya demam yang dialami oleh anak (suhu rektal 38℃). Demam itu
dilatarbelakangi adanya penyakit lain yang terdapat pada luar kranial
seperti tonsilitas dan faringitis. Sebelum serangan kejang pengkajian kasus
kesehatan biasanya anak tidak mengalami kelainan apa-apa. Anak masih
menjalani aktifitas sehari-hari seperti biasa seperti bermain dengan teman
sebayanya dan pergi sekolah. Selain dengan adanya tanda klinis demam,
penentuan demam juga didasarkan pada pembacaan suhu pada waktu yang
berbeda dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal individu
tersebut. Maka dari itu, kita harus selalu memantau keadaan pasien dan
kenaikan suhu tubuh pasien.
c. Pengkajian tumbuh kembang anak
15
Secara umum kejang demam tidak menganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak. Ini dipahami dengan catatan kejang yang dialami
anak tidak terlalu sering atau masih dalam batasan yang dikemukan oleh
Livingston (1 tahun tidak lebih dari 4 kali) atau penyakit yang
melatarbelakangi timbulnya kejang seperti tonsillitis,faringitis segera
dapat diatasi. Kalau kondisi tersebut tidak terjadi anak dapat mengalami
ketelambatan pertumbuhan misalnya berat badan yang kurang karena
ketidakcukupan asupan nutrisi sebagai dampak anoreksia, tinggi badan
yang kurang dari umur semestinya sebagai akibat penurunan asupan
mineral. Selain itu, anak juga dapat mengalami gangguan perkembangan
seperti penurunan kepercayaan diri akibat sering kambuhnya penyakit
sehingga anak lebih banyak berdiam diri bersama ibunya kalau disekolah
dan tidak mau berinteraksi dengan teman sebaya. Saat dirawat di rumah
sakit anak terlihat diam, sulit berinteraksi dengan orang yang ada di sekitar
dan jarang menyentuh mainan. Kemungkinan juga dapat terjadi ganggaun
perkembangan yang lain seperti penurunan kemampuan motorik kasar
seperti meloncat dan berlari.
d. Pola fungsional kesehatan
Lakukan pengukuran suhu melalui mulut, rektum, membran
timpani, dan lainnya. Demam tidak berbahaya jika dibawah 38℃. Saat
demam, terjadi peningkatan metabolisme selular dan konsumsi oksigen.
Demam dalam jangka panjang akan menghabiskan simpanan energi dan
membuatnya lemah. Jika tubuh tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen
tambahan, maka terjadi hipoksia selular. Oleh karena itu selalu pantau
tanda-tanda vital anak. Selain itu, yang itu sering mengalami gangguan
adalah terjadinya penurunan kesadaran anak tiba-tiba sehingga kalau
dibuktikan dengan tes Glasgow Coma Scale skor yang dihasilkan berkisar
antara 5-10 dengan tingkat kesadaran dari apatis sampai somnolen atau
mungkin dapat koma.
16
e. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tapi lengkap, eletrolit
, dan glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak menunjukkan
kelainan berarti.
2) Indikasi lumbal fungsi pada kejang demam untuk menegakkan
kemungkinan meningitis. Indikasi lumbal fungsi pada pasien kejang
demam meliputi. :
3) Bayi <12 bulan harus dilakukan lumbal fungsi karena gejala meningitis
sering tidak jelas.
4) Bayi antara 12 bulan – 1 tahun dianjurkan untuk melalakukan lumbal
fingsi kecuali pasti bukan meningitis
5) Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas
6) Pemeriksaan foto kepala, CT-Scan, dan MRI tidak dianjurkan pada anak
dengan kelainan neurologis karena hampir semuanya menunjukkan
gambaran normal. Ct Scan atau MRI direkomendasikan untuk kasus
kejang fokal untuk mencari lesi organik di otak.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia,2017. Berdasarkan
patofisiologi penyakit dan manifestasi klinik yang muncul maka diagnosa
keperawatan yang sering muncul pada pasien kejang demam adalah:
a. Hipertermi
Definisi : Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.
Penyebab :
• Dehidrasi
• Terpapar lingkungan panas
• Proses penyakit
• Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
• Peningkatan laju metabolisme
• Respon trauma
• Aktivitas berlebihan
17
• Penggunaan inkubator
b. Risiko cedera (terjatuh)
Definisi : Beresiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang menyebabkan
seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam kondisi baik
Faktor risiko:
• Ketidaknormalan profil darah
• Perubahan orientasi afektif
• Perubahan fungsi psikomotor
• Perubahan fungsi kognitif
c. Risiko gangguan perfusi jaringan
Definisi : berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang
dapat mengganggu metabolisme tubuh.
Faktor resiko :
• Hiperglikemia
• Gaya hidup kurang gerak
• Trauma
• Hipertensi
• Prosedur endovaskuler
• Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat
18
3. Intervensi
Tabel 2.5Rencana tindakan asuhan keperawatan hipertemia menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Diagnosa Intervensi utama Intervensi pendukung Hipertemia
Manajemen Hipertermia Observasi : - Identifikasi penyebab hipertermia misalnya:
dehidrasi, terpapar lingkungan panas. - Monitor suhu tubuh - Monitor kadar elektrolit - Monitor haluaran urine - Monitor komplikasi akibat hipertermia Teraupetik: - Sediakan lingkungan yang dingin - Longgarkan atau lepaskan pakaian - Basahi dan kipasi permukaan tubuh - Berikan cairan oral - Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih) - Hindari pemberikan antipiretik atau aspirin - Berikan okigen bila perlu Edukasi: - Anjurkan tirah baring Kolaborasi: - Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena,jika perlu Regulasi Temperatur Observasi
- Monitor suhu tubuh anak setiap 2 jam sekali - Monitor tekanan darah, frekuensi pernafasan
dan nadi - Monitor warna dan suhu kulit - Monitor dan catat tanda gejala hipertermia
Terapeutik - Pasang alat pemantau suhu kontinu, bila perlu - Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
adekuat - Gunakan matras penghangat, selimut hangat,
untuk menaikkan suhu tubuh - Sesuaikan suhu limgkungan sesuai kebutuhan
klien Edukasi
- Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion dan heat stroke
Kolaborasi - Kolaborasi pemberian antipiretik, bila perlu
- Edukasi analgesia terkontrol
- Edukasi dehidrasi - Edukasi pengukuram
suhu tubuh - Edukasi program
pengobatan - Edukasi terapi cairan - Edukasi termoregulasi - Kompres dingin - Manajemen cairan - Manajemen kejang - Pemantauan cairan - Pemberian obat - Pemberian obat
intravena - Pemberian obat oral - Pencegahan hipertermi
keganasan - Perawatan sirkulasi - Promosi teknik kulit ke
kulit
(Sumber: SIKI, 2018)
19
Tabel 2.6 Rencana tindakan asuhan keperawatan risiko cidera menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Diagnosa Intervensi utama Intervensi pendukung Risiko cedera (terjatuh)
Pencegahan Jatuh Observasi : - Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap
shift atau sesuai dengan kebijakan institusi - Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan
risiko jatuh misalnya lantai licin, penerangan kurang
- Monitor kemampuan untuk berpindah Teraupetik: - Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga - Pasang handrail tempat tidur - Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah - Tempatkan pasien berisiko tinggi jatuh dengan
pantauan perawat dari nurse station - Gunakan alat bantu berjalan misalnya kursi roda
walker - Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien Edukasi: - Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan
bantuan untuk berpindah - Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin - Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk
meningkatkan keseimbangan saat berdiri - Anjurkan cara menggunakan bel pemanggil untuk
memanggil perawat Manajeman Keselamatan Lingkungan Observasi - Identifikasi kebutuhan keselamatan misalnya
kondisi fisik, fungsi kognitif dan riwayat perilaku - Monitor perubahan status keselamatan lingkungan Terapeutik - Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan
misalnya fisik,biologi,dan kimia - Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan
bahaya dan risiko - Sediakan alat bantu keamanan lingkungan
misalnya commade chair dan pergelangan tangan - Gunakan perangkat pelindung misalnya
pengekanagan fisik , rel samping, pintu terkunci, pagar
- Hubungi pihak berwenang sesuai masalah komunitas
- Fasilitiasi relokasi ke lingkungan Edukasi - Ajarkan individu,keluarga dan kelompok risiko
tinggi bahaya lingkungan
- Dukungan ambulansi - Dukungan mobilisasi - Edukasi keamanan
anak - Edukasi keselamatan
lingkungan - Edukasi pengurangan
risiko - Identifikasi risiko - Manajemen kejang - Manajemen sedasi - Orientasi realita - Pemberian obat - Pemasangan alat
pengamanan - Pencegahan kejang - Pencegahan risiko
lingkungan - Pengekangan fisik - Pengenalan fasilitas - Promosi mekanika
tubuh - Rujukan fisioterapis - Surveilens keamanan
dan keselamatan
(Sumber: SIKI, 2018)
20
Tabel 2.7 Rencana tindakan asuhan keperawatan risiko gangguan perfusi jaringan menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Diagnosa Intervensi utama Intervensi pendukung Risiko
gangguan
perfusi
jaringan
Pencegahan syok Observasi : - Monitor status oksigenasi - Monitor status cairan - Monitor tingkat kesadaran pada klien Teraupetik: - Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
oksigen >94% - Pasang jalur IV - Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi Edukasi:
- Jelaskan tanda dan awal gejala syok - Anjurkan perbanyak asupan cairan secara oral - Anjurkan menghindari alergen Kolaborasi: - Kolaborasi pemberikan IV - Kolaborasi pemberian antiinflamasi Perawatan Sirkulasi Observasi - Periksa sirkulasi perifer misalnya edema, nadi
perifer,pengisian kapiler - Identifiikasi faktor risiko gangguan sikulasi
misalnya faktor keturunan - Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak
pada ekstermitas Terapeutik - Hindari pengukuran tekanan darah pada daerah
ekstemitas - Lakukan penecegahan infeksi - Lakukan hidrasi Edukasi - Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah,
antikoagulan dan penurunan kolestrol - Informasikan tanda dan gejala yang harus
dilaporkan kepada perawat
- Edukasi diet - Edukasi latihan fisik - Edukasi pengukuran
nadi radialis - Edukasi perawatan kaki - Edukasi program
pengobatan - Edukasi proses penyakit - Manajemen medikasi - Manajemen sensasi
perifer - Pemantauan tanda vital - Pemberian obat - Pengaturan posisi - Perawatan sirkulasi - Perawatan tirah baring - Promosi latihan fisik
(Sumber: SIKI, 2018)
21
4. Implementasi
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan meliputi pengumpulan data berkelanjutan dan
mengobservasi kondisi anak. Pertahankan keseimbangan produksi dan kehilangan
pada anak dengan intervensi yang telah ditetapkan.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan membandingkan respon anak terhadap hasil yang
diharapkan dari rencana keperawatan. Tentukan apakah dibutuhkan revisi
rencana. Setelah intervensi, pantau tanda vital anak untuk mengevaluasi
perubahan.
(Potter & perry, 2010).
Asuhan Keperawatan Cairan dan Elektrolit
3. Pengkajian
f. Data Demografi
Data demografi meliputi : tanggal wawancara, tanggal MRS, No
RMK, Nama, Umur, Imunisasi, Jenis Kelamin, Suku/ Bangsa, Agama,
Pendidikan, dan Alamat.
g. Riwayat keperawatan
Pengkajian keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan elektrolit
meliputi jumlah asupan cairan yang dapat diukur melalui jumlah
pemasukan secara oral,parental atau enteral. Jumlah pengeluaran dapat
diukur melalui jumlah produksi urin, feses,muntah atau pengeluaran
lainnya. Status kehilangan/ kelebihan cairan, dan perubahan berat badan
yang dapat menentukan tingkat dehidrasi.
h. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi sistem yang berhubungan dengan
masalah cairan dan elektrolit, seperti sistem integumen (status turgor kulit
dan edema), sistem kardiovaskular (adanya distensi vena jugularis,
22
tekanan darah, dan bunyi jantung), sistem penglihatan (kondisi dan cairan
mata), sistem neurologi (gangguan sensorik/motorik, status kesadaran,dan
adanya refleks), dan sistem gastrointestinal (keadaan mukosa mulut, lidah,
dan bising usus).
i. Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan yang paling sering dilakukan yaitu:
1) Elektrolit Serum
Kadar elektrolit serum biasanya secara rutin diprogramkan untuk
setiap klien yang masuk ke rumah sakit sebagai sebuah uji untuk
ketidakseimbangan elektrolit.
2) Darah Periksa Lengkap
Hitung darah lengkap, uji lapis dasar yang lain, meliputi infomasi
mengenai hematokrit (Ht). Hematokrit mengukur volume seluruh dara
yang tersusun atas sel darah merah. Karena hematokrit adalah
pengukuran volume sel dalam hubungannya dengan plasma,
hematokrit dipengaruhi oleh perubahan volume plasma. Dengan
demikian hematokrit meningkat pada dehidrasi berat.
3) Osmolaritas Serum
Pengukuran Konsentrasi zat terlarut dalam darah. Osmolaritas serum
dapat diperkirakan dengan menggandakan natrium serum,karena
natrium dan ion klorida adalah penentu utama osmolaritas serum.
Nilai osmolaritas serum digunakan terutama untuk mengevaluasi
keseimbangan cairan. Peningkatan osmolaritas serum mengindikasi
adanya defisit volume cairan.
4. Diagnosa Keperawatan
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, 2017 Diagnosa
keperawatan yang sering muncul pada pasien yang mengalami gangguan cairan
dan elektrolit kejang demam adalah :
a. Hipovelemia
23
Definisi : Penurunan volume cairan intravaskuler, interstisial, dan atau
interseluler
Gejala dan tanda:
• Frekuensi nadi meningkat
• Nadi teraba lemah
• Tekanan darah meningkat
• Turgor kulit menurun
• Membran mukosa kering
• Volume urin menurun
• Hematokrit meningkat
• Status mental berubah
• Suhu tubuh meningkat
• Berat badan turun tiba tiba
Kondisi klinis terkait:
• Penyakit addison
• Trauma / perdarahan
• Luka bakar
• AIDS
• Muntah
• Diare
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien yang mengalami
gangguan cairan dan elektrolit kejang demam menurut Nabiel ridha (2017) adalah
a. Resiko defisit volume cairan berhubungan kehilangan intake yang kurang
dan diaporesis
Definisi : penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau
intrasellular. Ini mengarah ke dehidrasi,kehilangan cairan dengan
pengeluran sodium
Batasan karakteristik:
• Kelemahan
24
• Haus
• Penurunan turgor kulit/lidah
• Membran mukosa/kulit kering
• Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, penurunan
volume/tekanan nadi
• Pengisian vena menurun
• Perubahan status mental
• Konsentrasi urine meningkat
• Temperatur meningkat
• Hematokrit tinggi
• Kehilangan berat badan seketika
Faktor yang berhubungan:
• Kehilangan volume cairan secara aktif
• Kegagalan mekanisme pengaturan
25
3. Intervensi
Tabel 2.8Rencana tindakan asuhan keperawatan hipovolemia menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Diagnosa Intervensi utama Intervensi pendukung Hipovolemia
Manajemen Hipovolemia Observasi :
- Periksa tanda dan gejala hipovolemia misalnya frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,haus, lemah,tekanan darah menurun)
- Monitor intake dan output cairan Teraupetik:
- Berikan posisi modified trendelenburg - Hitung kebutuhan cairan - Berikan asupan cairan oral
Edukasi: - Anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis misalnya NaCl,RL
- Kolaborasi pemberian cairan Iv hipotonis misalnya glukosa 2,5 % NaCl 0,4%
- Kolaborasi pemberian cairan koloid - Kolaborasi pemberian produk darah
Manajemen Syok Hipovolemik Observasi
- Monitor Status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi,frekuensi nafas,TD,MAP)
- Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
- Monitor status cairan masukan dan haluaran,turgor kulit, CRT
- Periksa tingkat kesadaran dan respon pupil - Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap
adanya DOTS (deformity,open wound,tenderness,swelling)
Terapeutik - Pertahankan jalan nafas paten - Berikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen >94% - Ambil sampel darah untuk pemeriksaan
lengkap dan elektrolit Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20mL/kgBB pada anak anak
- Kolaborasi dalam pemberian tranfusi darah, bila perlu
- Dukungan kepatuhan program pengobatan
- Edukasi pengukuran nadi radialis
- Insersi intravena - Manajemen aritmia - Manajemen diare - Manajemen elektrolit - Manajemen syok - Manajemen spesimen
darah - Pemantuan cairan - Pemantauan elektrolit - Pemantuan
hemodinamik invasif
(Sumber: SIKI, 2018)
26
Tabel 2.9 Rencana Asuhan Keperawatan cairan dan elektrolit menurut Nabiel Ridha.
Diagnosa Tujuan Intervensi Resiko defisit volume cairan berhubungan kehilangan intake yang kurang dan diaporesis
NOC: - Fluid Balance - Hydration - Nutritional status : Food
and Fluid Intake
Kriteria Hasil: - Mempertahankan urien
output sesuai dengan usia dan BB dan HT normal.
- Tekanan darah, suhu tubuh dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elestisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa harus yang berlebihan
NOC: Fluid Management - Timbang popok jika diperlukan - Pertahankan catatan intake dan output
yang akurat - Monitor vital sign - Monitor masukan makanan/ cairan
dan hitung intake kalori harian - Lakukan terapi IV - Monitor status nutrisi - Berikan cairan - Berikan cairan IV pada suhu ruangan - Dorong masukan oral - Kolaborasi dengan dokter jika ada
tanda cairan berlebihan muncul memburuk
Sumber : Nabiel Ridha (2017)
4. Implementasi
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan meliputi pengumpulan data berkelanjutan dan
mengobservasi kondisi anak. Pertahankan keseimbangan produksi dan kehilangan
pada anak dengan intervensi yang telah ditetapkan.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan membandingkan respon anak terhadap hasil yang
diharapkan dari rencana keperawatan. Tentukan apakah dibutuhkan revisi
rencana. Setelah intervensi, pantau tanda vital anak untuk mengevaluasi
perubahan.
(Potter & perry, 2010).
C. Tinjauan Konsep Penyakit
1. Definisi Kejang Demam atau febrile convulsion
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal 38℃) disebabkan oleh suatu proses ekstrakrinum. Menurut
27
Conseosus Statement on Febrile Seizures (1980), kejang demam adalah suatu
kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun,
berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi
intrakranial atau penyebab tertentu (Kapita Selekta Kedokteran,2008).
Kejang demam adalah bangkitan kejang demam yang terjadi kenaikan suhu
tubuh mencapai (suhu rektal di atas 38℃). Kejang demam dapat terjadi karena
proses intrakranial maupun ektrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-4%
populasi anak berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun. Paling sering terjadi
pada anak usia 17-23 bulan (NANDA NIC-NOC,2015).
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38℃) yang disebabkan oleh proses
ektrakranium (Titik Lestari,2016).
2. Etiologi
Kejang demam yang disebabkan oleh hipertermia yang muncul secra cepat
yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri. Umumnya berlangsung singkat
atau mungkin terdapat predeposisi familial. Dan beberapa kejadian kejang
dengan berlanjut melawati masa anak-anak dan mungkin dapat mengalami
kejang non demam pada kehidupan selanjutnya.
Beberapa faktor resiko berulangnya kejang yaitu:
• Riwayat kejang dalam keluarga
• Usia kurang dari 18 bulan
• Tingginya suhu badan sebelum kejang makin tinggi suhu sebelum kejang
demam, semakin kecil kemungkinan kejang demam akan berulang.
• Lamanya demam,sebelum kejang semakin pendek jarak antara mulanya dema
kejang,maka semakin besar resiko kejang demam berulang.
(NANDA NIC-NOC,2015).
3. Manifestasi klinis
Umumnya kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang
klonik atau tobik-klonik bilateral. Bentuk kejang lain dapat juga terjadi seperti
28
mata terbaik keatas dengan disertai kekakuan atau kelemahan, gerakan semakin
berulang tanpa didahului kekakuan, atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.
Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8 %
berlangsung lebihb dari 15 menit. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah
kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun sejenak,tetapi setelah
beberapa detik atau menit, anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit
neurologis. Kejang dapat diikuti hemiparesis sementara (hemiparesis todd) yang
berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama
dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang
berlangsung lama lebih sering terjad pada kejang demam yang pertama(Kapita
Selekta Kedokteran,2008).
4. Klasifikasi
Klasifikasi kejang demam menurut livingston membuat kriteria dan
membagi kejang demam atas 2 golongan, yaitu:
a. Kejang demam sederhana (simple febrille convulsion)
b. Epilepsi yang diprovokasikan oleh demam (epilepsi trigged off fever)
Ciri-ciri kejang sederhana :
1) Kejang bersifat umum
2) Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit.
3) Frekuensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak melebihi 4kali
4) Pemeriksaan EEG tidak menunjukkan kelainan.
Ciri epilepsi yang diprovokasikan oleh demam:
1) Kejang berlangung lama atau lokal/setempat
2) Usia penderita lebih dari 6 tahun saat serangan pertama kejang demam
3) Frekuensi melebihi bangkitan kejang lebih dari 4 kali dalam 1 tahun
4) Gambaran EEG menunjukkan ada kelainan
Sedangkan menurut NANDA NIC-NOC,2015 kejang demam diklasifikasikan
menjadi dua yaitu:
1. Kejang demam sederhana (simple febrille convulsion)
• Kejang berlangsung singkat
29
• Umumnya serangan berhenti sendiri dalam waktu <10 menit
• Tidak berulang dalam waktu 24 jam
2. Kejang demam kompleks (complex febrilee convulsion)
• Kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit
• Kejang fokal parsial satu sisi, atau kejang demam didahului kejang parsial
• Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam
5. Patofisiologi
Anak anak yang terinfeksi virus dan parasit akan menimbulkan reaksi
infalmasi, salah satu reaksi infalamasi yang muncul yaitu proses demam
mengakibatkan suhu dalam tubuh anak meningkat diatas 38℃ atau disebut juga
Hipertermia. Hipertemia dapat merangsang mekanik dan biokimia dalam tubuh
sehinga dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi perubahan
konsentrasi ion di ruang ektraseluler dan terjadi ketidakseimbangan potensial
membran ATP ASE. Jika potensial membran ATP ASE tidak seimbang maka
akan berpengaruh pula dengan perubahan difusi Na+ dan K+ akan melepaskan
muatan listrik ke seluruh tubuh sel dengan bantuan neutranmitter bereaksi
kejang pada tubuh manusia.
Kejang yang terjadi kurang dari 15 menit mengakibatkan kontraksi pada
otot meningkat dan metabolisme tubuh manusia meningkat. Reaksi jika
metabolisme tubuh manusia meningkat yaitu suhu tubuh makin meningkat
sehingga terjadi ketidakefektidan termoregulasi.
30
6. Pathway
Sumber: NANDA NIC-NOC,2015
Infeksi bakteri virus dan parasit
Reaksi inflamasi
Proses demam
Perubahan konsentrasi ion diruang ektraseluler
Kelainan Neurologis perinatal/prenatal
Rangsang mekanik dan biokimia. Gangguan
keseimbangan cairan dan
Hipertermia
Resiko kejang berulang
Resiko keterlambatan perkembangan
Perubahan beda potensial membran sel neuron
Kejang
Pelepasan muatan listrik semakin luas keseluruh
sel maupun keseluruh sel maupun membrane sel
sekitarnya dengan bantuan neurotransmitter
Resiko cidera
Resiko aspirasi
Refleks menelan menurun
Ketidakseimbangan potensial membran ATP
ASE
Perubahan difusi Na+ dan K+
Resiko cidera
Kesadaran Menurun Kurang dari 15 menit (KDS) Lebih dari 15 menit (KDK)
Kontraksi otot meningkat
Metabolism meningkat
Perubahan suplay darah ke otak
Resiko Kerusakan sel neuron otak
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan
otak
Suhu tubuh makin meningkat
Ketidakefektifan termoregulasi
Resiko asfiksia
Kebutuhan Oksigen meningkat
31
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tapi lengkap, eletrolit , dan
glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak menunjukkan kelainan
berarti.
b. Indikasi lumbal fungsi pada kejang demam untuk menegakkan kemungkinan
meningitis. Indikasi lumbal fungsi pada pasien kejang demam meliputi. :
• Bayi <12 bulan harus dilakukan lumbal fungsi karena gejala meningitis sering
tidak jelas.
• Bayi antara 12 bulan – 1 tahun dianjurkan untuk melalakukan lumbal fingsi
kecuali pasti bukan meningitis
c. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas
d. Pemeriksaan foto kepala, CT-Scan, dan MRI tidak dianjurkan pada anak dengan
kelainan neurologis karena hampir semuanya menunjukkan gambaran normal.
Ct Scan atau MRI direkomendasikan untuk kasus kejang fokal untuk mencari
lesi organik di otak.
8. Penatalaksaan
a. Penatalaksaan di Rumah Sakit
1) Pengobatan fase akut
Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien dimiringkan
untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan, dan buka semua pakaian yang
ketat. Jalan nafas harus terbebas agar oksigenasi terjamin. Perhatikan keadaan
tanda vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernafasn, dan fungsi
jantung. Suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan kompres air dingin atau
pemberian antiporetik. Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah
diazepam yang diberikan melalui intravena datau intrarektal.
2) Mencari dan mengobati penyakit
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis terutama pada pasien kejang demam yang pertama.
Walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan fungsi lumbal hanya pada
32
kasus yang ducurigai sebagai meningitis atau bila kejang demam berlangusng
lama.
3) Pengobatan Profilaksis
a) Profilaksis intermitten
Diberikan diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari dibagi
dalam 3 dosis saat pasien demam. Diazepam juga dapat diberika secara
intrarektal setiap 8 jam sebanyak 5 mg (BB<10kg) dan 10mg (BB>10kg)
setiap pasien menunjukkan suhu >38,5℃
b) Profilaksis terus-menerus
Profilaksis terus menerus setiap hari dengan fenobital 4-5 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 2 dosis. Obat lain dapat digunakan adalah asam valpona
dengan dosis 15-40mg/kgBB/hari. Antikonvulsan profilaksis terus menerus
diberikan selama 1-2 tahun setelah kejang terakhir dan dihentikan selama 1-
2 bulan.
b. Penatalaksaan di rumah
Karena penyakit kejang demam sulit diketahui kapan munculnya, maka
orangtua atau pengasuh anak perlu diberi bekal untuk memberikan tindakan
awal pada anak yang mengalami kejang demam. Tindakan awal itu antara lain:
1) Saat anak kejang, baringkan pasien di tempat yang rata.
2) Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar pasien, lepaskan pakaian yang
mengganggu pernafasan.
3) Masukkan tongspatel yang dibungkus kasa atau kain, kalau tidak ada
gunaka sendok dengan dilapisi dengan kain
4) Kalau mulut anak terbuka berikan aspirin dengan dosis 60mg/tahun/kali
(minimal sehari 3 kali). Atau berikan dosis peranus 5mg untuk berat badan
kurang dari 10kg ,kalau berat badan lebi dari 10kg berikan dosis peranus
10mg, dosis rata-rata yang diberikan peranus adalah 0,4-0,6 mb/kgBB.
5) Jika dengan tindakan ini kejang tidak segera berhenti, segera bawa anak ke
rumah sakit.