bab ii tinjauan umum tentang komunikasi dan...
TRANSCRIPT
13
.
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG KOMUNIKASI DAN DAKWAH
A. KOMUNIKASI
1. Pengertian dan Unsur Komunikasi
Secara etimologis, kata komunikasi berasal dari bahasa latin
“communicatio” yang berarti “sama”, maksudnya orang yang menyampaikan
dan yang menerima mempunyai persepsi yang sama tentang apa yang
disampaikan.1
Sedangkan secara terminologi, para pakar komunikasi antara lain :
a. Prof. Dr. Onong Uchjana Efendy, MA., komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media
yang menimbulkan efek tertentu.2
b. Drs. A.W. Widjaja, komunikasi adalah penyampaian informasi dan
pengertian dari seseorang kepada orang lain.3
c. Dr. M. Bahri Ghazali, MA., komunikasi adalah suatu aktifitas yang
dilakukan seseorang untuk menyampaikan suatu pesan terhadap orang
lain, agar orang tersebut melakukan seperti apa yang dimaksud oleh yang
menyampaikan pesan itu.4
d. Prof. Dr. Jhon Tondowidjojo,CM., Komunikasi adalah suatu proses yang
memanfaatkan symbol dan kode tertentu, dilakuakan antara satu
orang/pihak dengan orang/pihak lain melalui berbagai cara dan tingkatan
1 Djamaludin Abidin, Ass, Komunikasi dan Bahasa Dakwah, Gema Insani Press, Jakarta,
1996, hlm. 16 2 Onong Uchjana Efendy., Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Remaja Rosda Karya,
Bandung, 2001, hlm. 10 3 AW. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm.8 4 M. Bahri Ghazali,., Dakwah Komunikatif, CV. Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta, 1997, hlm. 4
14
.
dengan tujuan agar supaya pihak yang lain bisa mengerti apa yang
disesuaikan oleh pihak pertama dan sebaliknya.5
Sementara menurut Dr. Harold Laswell seorang profesor dibidang ilmu
hukum pada Universitas Yale Amerika Serikat yang dikutip oleh Djamaludin
Abidin Ass. dalam bukunya Komunikasi dan Bahasa Dakwah, merumuskan
bahwa komunikasi itu merupakan jawaban terhadap who says what in wich
channel to whom with what effect (siapa berkata apa dalam media apa kepada
siapa dengan dampak apa), jadi menurut . Laswell ada lima unsur yang harus
ada agar komunikasi berjalan lancar, yakni :
1) Who (siapa) yang kemudian disebut komunikator atau sender (pengirim
komunikasi).
2) What (apa) yang kemudian disebut message atau pesan komunikasi.
3) Whom (kepada siapa) yang kemudian disebut komunikan atau receiver
(khalayak).
4) Channel (media apa) yang kemudian disebut sarana atau media.
5) Effect (dampak komunikasi) yang kemudian disebut dampak atau effect
komunikasi yang diimplementasikan dalam umpan balik (feed back).6
Dari beberapa batasan pengertian komunikasi tersebut dapat disimpulkan
bahwa secara garis besar komunkasi adalah proses pengoperan informasi
melalui lambang-lambang yang penuh arti dan menimbulkan dampak tertentu.
Dari pengertian komunikasi sebagaimana diuraikan diatas, tampak adanya
sejumlah komponen atau unsur yang dicakup dan merupakan persyaratan
terjadinya proses komunikasi. Dalam bahasa komunikasi, komponen atau
unsur tersebut adalah sebagai berikut :
5 Jhon Tondo Widjojo,CM.,Komunikasi Pembangunan Masyarakat, Sanggar Binatama,
Surabaya.1991.hlm.1 6 Djamaludin Abidin Ass., op.cit., hlm. 16 - 17
15
.
a. Komunikator
Komunikator adalah orang, kelompok atau lembaga yang melakukan
prakarsa menyampaikan pesan kepada komunikan.7 Selain itu
komunikator dapat juga diartikan berupa individu yang sedang berbicara,
menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti surat kabar,
radio, televisi, film, dan sebagainya. Dalam menyampaikan pesan,
kadang-kadang komunikator dapat menjadi komunikan dan sebaliknya
komunikan menjadi komunikator, untuk itu ada beberapa syarat dan sifat
yang harus dipenuhi oleh seorang komunikator yaitu sebagai berikut :
1. Syarat-syarat komunikator
a. Memiliki Kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya.
b. Ketrampilan berkomunikasi.
c. Mempunyai pengetahuan yang luas.
d. Sikap.
e. Memiliki daya tarik dalam arti dia memiliki kemampuan untuk
melakukan perubahan sikap / penambahan pengetahuan bagi / pada
diri komunikan.8
2. Sifat-sifat komunikator
a. Tidak boleh terlalu otokratis.
b. Harus dapat menguasai aspirasi masyarakat/komunikan.
c. Mendelegasikan dan membagi tanggung jawab.
d. Penuh inisiatif.
e. Menghargai kemampuan orang lain.
f. Mawas diri.
g. Mampu mengadakan pengawasan.9
7 Y.S Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi, PT. Grasindo, Jakarta.1998.hlm.70 8 AW. Widjaja, op.cit., hlm. 12 9 AW. Widjaja., Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, PT. Rineka Cipta, Jakarta.2000.hlm.58
16
.
Ada beberapa cara berbicara (gaya berbicara) yang dilakukan oleh
seorang komunikator dalam melakukan aksinya sesuai dengan situasi yang
dihadapinya. Gaya komunikator dapat dibedakan dalam beberapa model,
seperti :
1. Komunikator yang membangun, ciri-cirinya :
- Mau mendengarkan pendapat orang lain dan tidak penah
menganggap dirinya benar.
- Ingin bekerjasama dan memperbincangkan sesuatu persoalan dengan
sesamanya sehingga timbul saling pengertian.
- Dia tidak terlalu mendominir situasi dan mau mengadakan
komunikasi timbal balik.
- Dia menganggap bahwa buah pikiran orang banyak lebih baik dari
seorang.10
2. Komunikator yang mengendalikan, ciri-cirinya :
- Pendapatnya merupakan hal yang dianggap paling baik sehingga ia
tidak mau mendengarkan pandangan orang lain intern maupun
extern.
- Ia menginginkan komunikasi satu arah saja, tidak akan menerima
dari arah lain.11
3. Komunikator yang melepaskan diri, ciri-cirinya :
- Ia lebih banyak menerima dari lawannya berkomunikasi.
- Kadang-kadang rasa rendah dirinya timbul sehingga ketidak
mempuannya keluar.
- Ia lebih suka mendengar pendapat orang lain dengan tidak
bersungguh-sungguh menghadapinya.
10 Ibid., hlm. 13 11 Ibid., hlm. 13
17
.
- Sumbangan pikirannya tidak banyak megandung arti sehingga ia
lebih suka melempar tanggung jawabnya kepada orang lain.12
4. Komunikator yang menarik diri, ciri-cirinya :
- Ia lebih bersifat pesimis sehingga menurutnya keadaan tidak dapat
diperbaiki lagi.
- Ia lebih suka melihat keadaan seadanya dan kelau mungkin
berusaha menyadari keadaan tambah buruk.
- Ia selalu diam tidak menunjukan reaksi dan jarang memberikan buah
pikiran.13
Menurut penulis seorang komunikator dalam menyampaikan pesan
perlu melakukan beberapa pertimbangan apa yang seharusnya dilakukan,
karena menyampaikan pesan dengan cara yang baik dan penuh persiapan
sangatlah penting dan bermanfaat untuk tercapainya dari sebuah proses
komunikasi.
b. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah “sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima”.14 Pesan merupakan pernyataan
yang didukung oleh lambang, umumnya bahasa, sebab ada juga lambang
yang lain yang dipergunakan antara lain kial, yakni gerakan anggota tubuh
atau gambar, warna, dan sebagainya. Pesan yang disampaikan
komunikator adalah pernyataan sebagai paduan pikiran dan perasaan,
dapat berupa ide, informasi, keluhan keyakinan, imbauan, anjuran, dan
lain sebagainya.15
12 Ibid., hlm. 13 13 Ibid., hlm. 14 14 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998,
hlm. 23 15 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1993,
hlm. 6
18
.
Pesan seharusnya mempuyai inti pesan (tema) sebagai pengarah di dalam
usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat
disampaikan secara panjang lebar, namun perlu diperhatikan dan
diarahkan kepada tujuan akhir dari komunikasi.16 Pesan ada tiga macam
sebagai berikut:
1. Pesan resmi, yaitu pesan yang disampaikan komunikator kepada
komunikan pada suatu acara resmi. Misal pada saat ceramah, pidato,
dan upacara-upacara.
2. Pesan tidak resmi, yaitu pesan-pesan yang tidak direncanakan
sebelumnya,mendadak atau kebetulan saja. Misal percakapan dua
sahabat yang baru saja bertemu (dijalan, kantor, toko, dan
sebagainya).
3. Pesan titipan, yaitu penyampaian pesan yang dititipkan pada kegiatan
tertentu. Misal melalui suatu pertunjukan kesenian atau acara lain,
pesan sponsor diselipkan dalam suatu mata acara.17
Pesan yang mengena harus memenuhi beberapa syarat :
1. Pesan harus direncanakan (dipersiapkan) secara baik serta sesuai
dengan kebutuhan kita.
2. Pesan dapat menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua belah
pihak.
3. Pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima serta
menimbulkan kepuasan.18
16 AW. Widjaja, Komunikasi Dan Hubunga., op.cit., hlm. 14 17 YS Gunadi, op.cit.,hlm.78 18 Ibid., hlm. 15
19
.
Pendapat lain mengatakan syarat-syarat pesan harus memenuhi :
1. Umum
Berisikan hal-hal yang umum dan mudah dipahami oleh komunikan /
audience, bukan soal-soal yang cuma berarti atau hanya dipahami
oleh seseorang atau kelompok tertentu.
2. Jelas dan gamblang
Pesan yang disampaikan tidak samar-samar, jika mengambil
perumpamaan hendaklah diusahakan contoh yang senyata mungkin,
agar tidak ditafsirkan menyimpang dari yang dikehendaki.
3. Bahasa yang jelas
Sejauh mungkin hindarkanlah menggunakan istilah-istilah yang tidak
dapat dipahami oleh si penerima atau pendengar, gunakanlah bahasa
yang jelas dan sederhana yang cocok dengan komunikan, hati-hati
pula terhadap istilah atau kata-kata yang berasal dari bahasa daerah
yang dapat ditafsirkan lain oleh komunikan.
4. Positif
Secara kodrati manusia selalu tidak ingin mendengarkan dan melihat
hal-hal yang tidak menyenangkan dirinya, oleh karena itu, setiap pesan
agar diusahakan dalam bentuk positif.
5. Seimbang
Pesan yang disampaikan oleh karena itu kita membutuhkan yang baik-
baik saja atau yang jelek-jelek saja. Hal ini kadang-kadang berakibat
senjata makan tuan cenderung ditolak atau tidak diterima oleh
komunikan.
6. Penyesuaian dengan keinginan komunikan.
Orang-orang yang menjadi sasaran dari komunikasi yang kita
lancarkan selalu mempunyai keinginan tertentu.19
19 Ibid., hlm. 15 - 16
20
.
Komunikator dalam menyampaikan pesan kepada komunikan
diharuskan agar pesan-pesan yang disampaikan mudah dipahami serta
memiliki kredibilitas dimata komunikan. Dan diharuskan berusaha
mendapatkan umpan balik secara optimal tentang pengaruh pesan itu
dalam diri komunikan.
c. Media
Yang dimaksud media disini adalah “alat yang digunakan untuk
memudahkan pesan dari sumber kepada penerima”.20 Terdapat beberapa
pendapat mengenai saluran atau media, ada yang menilai bahwa media
bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antar
pribadi, panca indera dianggap sebagai media komunikasi, selain indera
manusia ada juga saluran komunikasi seperti, surat, telephone, televisi,
telegram, yang digolongkan sebagai media komunikasi antar pribadi.21
Sedangkan dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat
menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka,
dimana setiap orang dapat melihat, membaca dan mendengarkannya.
Media dalam komunikasi massa dapat dibedakan atas dua macam yakni
media cetak dan media elektronika. Media cetak seperti halnya surat
kabar, majalah, buku, brosur, leaflet, stiker, buletin, poster, spanduk, dan
lain-lain. Sedangkan media elektronika antara lain radio, televisi, film,
video recording, komputer, internet, elektronic board audio casette dan
semacamnya.22
Selain media komunikasi seperti diatas, kegiatan dan tempat-tempat
tertentu yang banyak ditemui dalam masyarakat pedesaan, bisa juga
20 Hafied Cangara, op. cit., hlm. 24 21 Ibid., 22 Ibid.,
21
.
dipandang sebagai media komunikasi sosial, misalnya rumah, rumah
ibadah, balai desa, panggung kesenian dan pesta rakyat.23
Dari berbagai media komunikasi sosial itu dapat dipergunakan oleh
komunikator sebagai alat penyebaran informasi kepada komunikan atau
masyarakat luas.
d. Komunikan
Komunikan adalah orang, atau kelompok/khalayak yang menerima
pesan komunikasi atau sasaran kegiatan komunikasi.24 Selain itu
komunikan dapat juga diartikan pihak yang menjadi sasaran pesan yang
dikirim oleh sumber atau komunikator, penerima bisa terdiri dari satu
orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai, negara.25
Dalam komunikasi dilihat dari segi sasarannya komunikan dapat
diklasifikasikan dalam :
1. Komunikan persona
Ditujukan kepada sasaran yang tunggal, bentuknya dapat berupa
“anjang sono” tukar pikiran dan sebagainya.
2. Komunikan kelompok
Ditujukan kepada kelompok tertentu, kelompok adalah suatu
kumpulan manusia yang mempunyai antar hubungan sosial yang nyata
dan memperlihatkan struktur nyata pula. Bentuk komunikasi ini adalah
: ceramah, briefing, indoktrinasi, penyuluhan dan sebagainya.
3. Komunikan massa
Komunikasi yang ditujukan kepada massa atau komunikasi yang
menggunakan media massa. Massa disini adalah kumpulan orang-
orang yang hubungan antar sosialnya jelas dan tidak mempunyai
23 Ibid., hlm. 25 24 YS Gunadi, op.cit.,hlm.26 25 Hafied Cangara, op. cit., hlm. 24
22
.
struktur tertentu. Komunikasi ini dapat menjangkau daerah-daerah luas
dan pendengar yang praktis tidak terbatas, namun dalam pembentukan
sikap persona tidak dapat langsung diterima oleh massa, tetapi melalui
opinion leader, ialah yang menterjemahkan apa yang disampaikan
dalam komunikasi dilancarkan, menghadapi komunikan perlu
diperhatikan tiga hal, yakni keanggotaan kelompok, proses seleksi dan
kecenderungan.26
Syarat-syarat yang harus dimiliki komunikan antara lain :
1. Ketrampilan / kemampuan menangkap dan meneruskan pesan.
2. Pengetahuan tertentu.
3. Sikap.27
Faktor lain dari komunikan yang patut diperhatikan adalah :
1. Frame of reference (kerangka pemikiran).
Adalah kerangka pemikiran, kerangka pemikiran sangat
penting dalam kegiatan komunikasi supaya berhasil dengan baik.
Bagi komunikator akan lebih baik jika di dalam aktifitas
komunikasi menyamakan kerangka pemikiran atau persepsi yang
dialami komunikan.
2. Field of experince (kerangka pengalaman).28
Adalah luas lingkup pengalaman seseorang, dan kerangka pikir
yang logis akan menentukan keberhasilan komunikasi antara
komunikator dan komunikan. Komunikator sebaiknya selalu
menyesuaikan pesan dengan luas lingkup pengalaman dan
kemampuan yang dimiliki komunikan.
26 A.W. Widjaja, op.cit., hlm. 19 27 Ibid., hlm. 20 28 Y.S.Gunadi., op.cit.,hlm.47-49
23
.
Komunikasi akan berhasil dengan baik, jika pesan yang
disampaikan sesuai dengan rangka pengetahuan atau kadar
pengetahuan yang dimiliki yang dipadukan dengan lingkup
pengalaman yang diperoleh oleh komunikan.
Kegiatan komunikasi menjadi akan sukses, jika pesan yang
disampaikan dapat diterima oleh komunikan, dan untuk mencapai
tujuan tersebut maka pesan yang akan disampaikan harus ditata dan
disampaikan oleh komunikator secara tepat sehingga dapat menarik
perhatian komunikan.
e. Efek atau hasil
Efek atau hasil akhir dari suatu komunikasi, yakni, sikap atau
tingkah laku orang sesuai atau tidak dengan yang kita inginkan.29
Efek yang timbul dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yakni :
1. Dampak afektif
Adalah dampak pesan yang disampaikan komunikator yang
ditujukan bukan hanya sekedar agar komunikan tahu, tetapi juga
untuk meggerakkan hatinya serta untuk menimbulkan perasaan
tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan
sebagainya.
2. Dampak kognitif
Adalah dampak yang timbul pada komunikan yang
menyebabkan dia menjadi tahu atau mengingat intelektualitasnya.
Disini pesan yang disampaikan oleh komunikator adalah berkisar pada
upaya mengubah pikiran dari komunikan.
29 Ibid.,
24
.
3. Dampak behavioral
Adalah dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk
perilaku, tindakan atau kegiatan.30
Effek atau dampak yang timbul dari proses komunikasi berada pada
tiga aspek yaitu, pada pengetahuan (kognitif ), perasaan (affektif), dan
pada sikap perilaku ( behavioral ).
Proses komunikasi juga berdampak sosial terhadap masyarakat berupa
perubahan perilaku, cara hidup, nilai-niali sosial, norma-norma sosial
dalam masyarakat.
2. Komunikasi Sebagai Proses Sosial
Dalam sub bab dua ini, penulis akan berusaha untuk menguraikan dan
menjelaskan tentang komunikasi sebagai proses sosial. Manusia adalah
makhluk sosial dan memerlukan hubungan dengan orang lain. manusia ingin
mendapatkan perhatian diantara sesama kelompok. Diperlukan serba
hubungan dan mempergunakan berbagai cara alat, media, dan lain-lain.
komunikasi dapat dilakukan secara lisan dan tertulis, tanda, lambang, isyarat,
ilmu komunikasi adalah bagian dari ilmu sosial (social science), yang menjadi
sasaran ilmu komunikasi adalah pernyataan dan teknik penyampaian pesan
kepada manusia.31
Perkembangan komunikasi memberi dampak sosial terhadap masyarakat.
Komunikasi mempengaruhi perubahan perilaku, cara hidup, hidup
bermasyarakat, dan nilai-nilai yang ada. Komunikasi pada hakikatnya adalah
suatu proses sosial, yaitu : sesuatu yang berlangsung atau berjalan antar
manusia. Istilah proses memang merupakan perubahan atau waktu menuju
sesuatu hasil tertentu, jadi setiap langkah, mulai dari pesan yang diciptakan
30 Onong Uchjana Efendy, Dinamika., hlm. 7 31 A.W. Widjaja, op.cit., hlm.2
25
.
sampai timbulnya pengaruh atau perubahan pada sasaran, adalah proses
komunikasi yang asasi.
Sebagai proses sosial, maka dalam komunikasi selain terjadi hubungan
antar manusia, juga terjadi interaksi atau proses komunikasi Itulah sebabnya
perubahan merupakan hasil proses komunikasi yang tidak mungkin
dielakkan.32
Dalam ajaran Islam perbuatan mengadakan komunikasi atau interaksi
sosial itu selalu mendapatkan tekanan yang cukup kuat bagi manusia sebagai
anggota masyarakat dan juga sebagai makhluk Tuhan. Dalam ajaran Islam
komunikasi tidak hanya harus dilakukan terhadap sesama manusia atau
lingkungan hidupnya, melainkan juga terhadap Tuhan Maha Pencipta,
sebagaimana firman Allah SWT. dalam al-Qur’an surat Ali Imran : 112.
Artinya :”Kehinaan telah ditimbulkan kepada mereka dimanapun mereka itu
berada, kecuali orang-orang yang mempunyai hubungan erat dengan Allah dan tali hubungan yang erat dengan individu manusia-manusia lainnya”.33
Komunikasi dilihat dari segi tekniknya dibedakan menjadi :
a. Komunikasi instruktif / koersif
Yang dimaksud dengan koersif adalah memaksa dengan menggunakan
sanksi-sanksi.34 Sehingga pesan yang akan disampaikan dalam bentuk
komunikasi ini adalah secara agitasi dengan penekanan yang
menimbulkan tekanan batin dan ketakutan diantara sesamanya dan pada
kalangan publik, mempengaruhi opini, sikap, dan tingkah laku individu,
dengan cara tersebut adalah cara yang mudah dan hanya dapat dilakukan
32 Ibid., hlm. 89 - 90 33 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemah, Jakarta, hlm. 94 34 A.W. Widjaja, op.cit., hlm. 15
26
.
di negara-negara totaliter.35 Koersif dapat berbentuk perintah, intruksi,
dan sebagainya (hal ini biasanya terjadi pada organisasi tipe keledai).36
Akibat dari kegiatan koersif adalah perubahan sikap pendapat dan
tingkah laku dengan perasaan terpaksa karena diancam, yang
menimbulkan rasa tidak senang, bahkan rasa benci, mungkin juga
dendam.37
b. Komunikasi persuasif
Istilah persuasi (persuasion) bersumber pada perkataan latin persuaio,
kata kerjanya adalah persuader yang berarti membujuk, mengajak atau
merayu, komunikasi persuasif sama dengan koersif, namun dilakukan
secara halus, luwes dan mengandung sifat manusiawi.38 Dapat ditegaskan
bahwa persuasi bukan merupakan pembujukan terhadap seseorang atau
pun kelompok untuk menerima pendapat lain, akan tetapi merupakan
suatu teknik untuk mempengaruhi manusia dengan memanfaatkan atau
menggunakan data dan fakta psikologis maupun sosiologis dari
komunikan yang hendak dipengaruhi.39 Maka akibat dari kegiatan persuasi
adalah kesadaran, kerelaan, disertai dengan perasaan senang.40
c. Komunikasi informatif
Yang dimaksud dengan informatif adalah bersifat memberikan
keterangan-keterangan (fakta-fakta), kemudian komunikan mengambil
kesimpulan dan keputusan sendiri.41
35 Oemi Abdurrahman, Dasar-dasar Public Relations, Alumni, Bandung, 1993, hlm. 61 36 A.W. Widjaja, op.cit., hlm. 15 37 Onong Uchajana Efendy., Dinamika komunikasi ., hlm. 21 - 22 38 Ibid., hlm. 21 39 Phil Astrid Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Bina Cipta, Bandung.1977,
hlm. 17 40 Onong Uchajana Efendy, Dinamika Komunikasi.,, hlm. 22 41 A.W. Widjaja, op.cit., hlm. 32
27
.
d. Hubungan manusiawi
Hubungan manusiawi adalah terjemahan dari “human relation”, ada
yang menerjemahkannya “ hubungan manusia “dan hubungan antar
manusia.
Ada dua pengertian hubungan manusiawi yaitu :
1. Hubungan manusiawi dalam arti luas, interaksi antara seseorang
dengan orang lain dalam segala situasi dan dalam semua bidang
kehidupan.
2. Hubungan manusiawi dalam arti sempit, interaksi antara seseorang
dengan orang lain. Akan tetapi interaksi disini hanyalah dalam situasi
kerja dan dalam organisasi kekaryaan.42
3. Tujuan Komunikasi
Tujuan komunikasi adalah terwujudnya partisipasi dalam bentuk
perubahan atau pembentukan sikap, opini atau pendapat atau pun pandangan,
perilaku dan perubahan masyarakat dari komunikasi sesuai dengan tujuannya
yang ditentukan pihak komunikator.
a. Mengubah sikap (to change the attitude)
Ada beberapa hal yang mendasari sikap seseorang di antaranya ialah :
1. Sikap merupakan hasil pengamatan atau perkembangan dari proses
pengalaman seseorang sehubungan dengan rangsangan dari objek
tertentu.
2. Sikap tidaklah berdiri sendiri, melainkan selalu ada objeknya. Artinya
tidak mungkin ada sikap tanpa ada objeknya.
3. Pada dasarnya manusia hidup di tengah-tengah objek dan stimulus-
stimulus, hanya saja sehubungan denngan daya pengamatan manusia,
42 Onong Uchajana Efendy, Ilmu Teori …, hlm. 138
28
.
hanya rangsangan yang dominan saja yang mampu menimbulkan
sikap tertentu terhadap rangsangan tersebut.
4. Sikap merupakan suatu kecenderungan bertindak (predisposition to
act) terhadap suatu objek tertentu.
5. Karena sikap merupakan hasil dari pengalaman seseorang, maka
sikap itu bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir sehigga karenanya
sikap seseorang tersebut dapat dipelajari pembentukan dan
perubahannya.43
Sikap pada kenyataannya terdapat di dalam diri seseorang berupa
kecenderungan, tersembunyi dalam lubuk hati, dalam arti kata diketahui
orang lain yang merupakan panduan dari fikiran (kognisi dan perasaan
atau afeksi yang pada suatu saat dapat di ekspresikan kedalam bentuk
tindakan atau perilaku secara fisik)
Pada dasarnya tujuan komunikasi yang maksimal adalah meminta
perubahan dengan kegiatan komunikasi sikap itu dapat dibentuk dan
dirubah tergantung kepada beberapa faktor yang mempengaruhi seperti
faktor kepercayaan atas sumber, faktor kemampuan ekonomi, sosial
budaya, faktor politis, dan lain-lain.
b. Mengubah opini atau pendapat ataupun pandangan (to change the
opinion)
Pada umumnya orang berpendapat, bahwa opini atau pendapat
merupakan jawaban terbuka ( overt ) terhadap suatau persoalan atau isu
ataupun jawaban yang dinyatakan berdasarkan kata-kata yang diajukan
secara tertulis atau lisan.44
Jelasnya opini adalah suatu pernyataan mengenai sesuatu yang
sifatnya bertentangan, opini merupakan “expressed statement” yang bisa
43 Toto Tasmara, op.cit., hlm. 22 44 Phill Astrid Susanto, op.cit.,hlm.15
29
.
diucapkan dengan kata-kata juga bisa dinyatakan dengan isyarat atau cara-
cara lain yang mengandung arti dan segera dapat dipahami maksudnya.45
Dalam proses pembentukan opini background seseorang (pendidikan,
kebudayaan, agama, ekonomi, pengalaman, dan sebagainya) besar
pengaruhnya terhadap jalan pikiran dan opini yang dinyataka.
Dalam kemampuan opini ada beberapa hal yang mendasar :
1. Opini pada umumnya lebih banyak ditentukan oleh peristiwa dari
pada oleh kata-kata, kecuali jika kata-kata itu sendiri merupakan suatu
peristiwa.
2. Pernyataan lisan dan tindakan-tindakan merupakan hal yang penting
sekali pada saat opini belum terbentuk dan pada waktu orang-orang
masih dalam keadaan bimbang dan mencari keterangan dari sumber
yang dapat dipercaya.
3. Secara psikologis, opini pada dasarnya ditentukan oleh kepentingan
pribadi, peristiwa-peristiwa, kata-kata dan hal-hal lain hanya dapat
mempengaruhi opini bila ada hubungannya dengan kepentingan
pribadi.
4. Opini mudah berubah kecuali jika orang-orang merasa bahwa
kepentingan pribadinya benar-benar tersangkut atau jika opini yang
dibangkitkan oleh kata-kata diperkuat oleh peristiwa-peristiwa.
5. Jika kepentingan pribadi sudah tersangkut, maka tidaklah mudah
untuk merubah opini.46
Opini berdasarkan jenisnya dapat dibedakan atas :
1. Opini individual, adalah opini seseorang secara perorangan mengenai
sesuatu yang terjadi di masyarakat pernyataan itu bisa setuju atau
45 Oemi Abdurrahman, op.cit., hlm.53 46 Ibid., hlm. 57
30
.
tidak setuju, suka atau tidak suka, menerima atau menolak dan
sebagainya.
2. Opini pribadi, adalah pendapat asli seseorang mengenai suatu masalah
sosial.
3. Opini kelompok, adalah pendapat sekelompok orang yang terdiri dari
sejumlah individu dengan opini individual dan opini pribadinya
masing-masing mengenai suatu masalah sosial yang menyangkut
kepantingan orang banyak, termasuk kelompok.
4. Opini mayoritas, adalah pendapat orang-orang yang jumlahnya
terbanyak dari mereka yang terlibat dalam suatu masalah sosial.
5. Opini minoritas, adalah pendapat orang-orang yang jumlahnya relatif
paling sedikit dari keseluruhan yang terlibat dalam pembicaraan
mengenai suatu masalah sosial.
6. Opini umum, adalah pendapat orang-orang dalam suatu masyarakat
yang keseluruhannya sama mengenai suatu hal atau peristiwa yang
terjadi dan yang menyangkut kepentingan umum, sama disini berarti
setuju keseluruhannya atau tidak setuju keseluruhannya.
7. Opini publik, adalah pendapat orang-orang yang ada disuatu
masyarakat dimana diantara mereka ada yang pro dan ada kontra
mengenai suatu masalah sosial, jadi sifatnya kontroversial,jenis opini
inilah yang paling banyak dipermasalahkan, dijadikan objek studi, dan
diteliti oleh mereka yang berkecimpung dalam ilmu komunikasi dan
ilmu politik.
8. Opini massa, adalah merupakan tahap kelanjutan dari opini publik,
opini yang sifatnya massal ini bisa beralih bentuk menjadi tindakan
fisik yang seringkali bersifat destruktif.47
47 Onong Uchajana Efendy, Spektrum Komunikasi, CV. Mandar Maju, Bandung, 1992, hlm.
43 - 45
31
.
c. Mengubah perilaku (to change the behavior)
Perilaku dapat diartikan tanggapan atau reaksi individu terhadap
rangsangan atau lingkungan.48 Dengan kata lain adlah tingkah laku atau
behavior, maksud disini adalah tingkah laku yang nyata, terbuka yang
dapat diukur secara obyektif.49
Perilaku, tingkah laku, atau behavior dibedakan atas dua jenis:
1. Cover Behavior (tingkah laku tertutup) adalah tingkah laku yang tidak
dapat langsung terlihat dari luar,semisal berfikir atau beremosi.
Tingkah laku ini sangat kecil dan sangat lemah, sehingga tidak bisa
langsung terlihat tetapi tetap dapat diukur dari luar yang disebut
implisit speeck (bercakap yang implisit).
2. Over Behavior (tingkah laku terbuka) adalah yang dapat dengan jelas
dilihat dari luar.50
d. Perubahan-perubahan masyarakat
Perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial norma-norma
sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan,
lapisan dalam masyarakat, kekerasan dan wewenang, interaksi sosial dan
lain sebagainya. Namun, perubahan-perubahan bukanlah semata-mata
berarti suatu kemajuan, namun dapat pula berarti kemunduran dari bidang-
bidang kehidupan tertentu.
Banyak yang berpendapat bahwa kecenderungan terjadinya
perubahan-perubahan sosial merupakan gejala wajar yang timbul dari
pergaulan hidup manusia.51
48 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1994, hlm. 755 49 Singgih Dirda Gunarsa, Pengantar Psikologi, Mutiara, Jakarta, 1983, hlm. 76 50 Ibid., hlm. 78 51 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Pres, Jakarta, 1990, hlm. 338
32
.
Itulah tujuan-tujuan dari proses komunikasi yang ditentukan pihak
komunikator yaitu adanya perubahan sikap, pendapat (opini), tingkah laku
dan perubahan sosial dalam proses komunikasi.
B. DAKWAH
1. Pengertian Dakwah
Pengertian dakwah secara etimologi berasal dari bahasa Arab yang
berarti “panggilan, ajakan atau seruan”, kalimat dakwah diambil dari bahasa
Arab, kata dakwah berbentuk sebagai “isim masdar” sedangkan bentuk kata
kerjanya fiil adalah “da-a, yad’u” berarti memanggil, mengajak, atau
menyeru”.52
a. Al-Qur’an surat Ali Imran : 104
أمة يدعون اىل اخلري ويأمرون باملعروف وينهون عن املنكر منكم ولتكن
واولئك هم املفلحون
Artinya :“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menuyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar,merakalah orang-orang yang beruntung”.53
b. Al-Qur’an surat Yunus : 25
دار السالم ويهدى من يشآء إىل صراط مستقيمإىل يدعوآ واهللا
Artinya :“Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (syurga) dan menunjuki orang yang dikehendakinya kepada jalan yang lurus (Islam)”.54
52 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Al Ikhlas, Surabaya, 1983, hlm. 17 53 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta, hlm. 93 54 Ibid., hlm. 310
33
.
Secara terminologi ada beberapa tokoh yang memberi batasan-batasan
tentang pengertian dakwah diantaranya sebagai berikut :
a. Hamzah Ya’kub, dakwah berarti : mengajak umat manusia dengan
hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-rasul-
Nya.55
b. Prof A. Hasymi, dakwah adalah : mengajak orang lain untuk meyakini dan
mengamalkan aqidah dan syariah Islam yang terlebih dahulu telah
diyakini dan diamalkan oleh pendakwah (da’i) sendiri.56
c. Dr. M. Quraish Shihab dakwah adalah : seruan atau ajakan kepada
keinsafan, atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan
sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah
bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman keagamaan dalam tingkah
laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih
luas, ia harus lebih berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran Islam
secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan.57
d. M. Masyhur Amin mendefinisikan dakwah : suatu aktivifitas yang
mendorong menusia memeluk agama Islam agar mereka mendapatkan
kesejahteraan kini (dunia) dan kebahagiaan nanti (akhirat).58
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pada hakikatnya dakwah merupakan proses transformasi nilai-nilai ajaran
Islam yang bertumpu pada amar ma’ruf dan nahi mungkar. Transformasi
disini merupakan sebuah paradigma yang mengandung dua dimensi strategis,
yaitu dimensi konsepsional normatif dan aksiologis praktis, sebab dakwah
55 Hamzah Yakub, Publistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership, CV. Diponegoro,
Bandung, 1992, hlm. 13 56 A. Hasymi, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur'an, Bulan Bintang, Jakarta, 1974, hlm. 28 57 M. Quraish Shihab, op.cit., hlm. 194 58 M. Masyhur Amin, op.cit., hlm. 10
34
.
bukan saja berupa pemahaman nilai, keyakinan dan doktrin, namun juga
berupa usaha yang sistematis, praktis, pragmatis dan rasional untuk mengubah
kondisi tertentu kehidupan manusia, baik yang bersifat individual mupun
sosial, kepada kondisi yang lebih baik dan sempurna, sehingga mereka
mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di
akhirat.
2. Unsur – Unsur Dakwah
Proses dakwah terdiri dari unsur-unsur atau komponen-komponen
yang satu sama yang lainnya mempunyai hubungan yang sangat erat, unsur-
unsur tersebut adalah :
a. Subyek Dakwah
Subyek dakwah adalah orang-orang yang menyampaikan pesan-pesan
dakwahp yang biasa disebut istilah da’i juru dakwah dan ada pula yang
menyebutnya komunikator dakwah, penyampaian pesan-pesan dakwah
bisa dilakukan oleh perseorangan (individual) dan bisa juga oleh
kelompok atau pun organisasi. Menurut Hafi Anshari subyek dakwah
adalah orang yang melakukan dakwah, yaitu orang yang berusaha
merubah situasi kepada situasi yang sesuai dengan ketentuan – ketentuan
Allah, baik secara individu maupun berbentuk kelompok (oraganisasi),
sekaligus sebagai pemberi informasi dan pembawa misi.59
Keberadaan da’i sangat menentukan keberhasilan kerja dakwah, sebab
kondisi masyarakat muslim di Indonesia pada umumnya masih bersifat
paternalistik yakni masih sangat tergantung dengan sosok seorang figur
atau tokoh. Demikian juga dalam konteks dakwah, masyarakat muslim
Indonesia memiliki kecenderungan yang sangat kuat untuk mengikuti
59 Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengamalan Dakwah (pedoman untuk mujahid dakwah), Al
Ikhlas, Surabaya.1993.hlm.104-105
35
.
ajakan seorang da’i tertentu tanpa mempertimbangkan pesan-pesan yang
disampaikannya.
Oleh karena itu, visi seorang da’i, karakter, keluasan dan kedalaman
ilmu, keluhuran akhlak, kredibilitas, kapabilitas, akseptabilitas dan sikap-
sikap positif lainnya sangat menentukan keberhasilan seorang da’i dalam
menjalankan tugas dakwah. Inilah salah satu aspek yang ditunjukkan oleh
Rasulullah SAW. dihadapan umatnya, sehingga beliau mendapatkan
keberhasilan yang gemilang dalam menjalankan tugas dakwah, sebagai
mana ditegaskan oleh Allah SWT. dalam salah satu ayat-Nya :
اهللا لنت لهم ولو آنت فظا غليظ القلب ال نفضوا من رحمة فبما فى األمر وشاورهممن حولك فاعف عنهم واستغفر لهم
فإذاعزمت فتوآل على اهللا إن اهللا يحب المتوآلين Artinya : ”Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka, sekiranya kemu bersikap kasar lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu, karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam (menyelesaikan) suatu urusan, kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepad Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya”. (Q.S. Ali Imran : 159).60
Dari ayat tersebut maka bisa dijelaskan bahwa seorang da’i harus
memiliki kepribadian, seorang da’i yang menyangkut masalah, sifat,
sikap, dan kemampuan diri pribadi da’i.
Seperti dijelaskan oleh Asmuni Syukir bahwa sifat, sikap,dan
kemampuan diri seorang da’i adalah sebagai berikut :61
1. Sifat-sifat seorang da’i
a. Iman dan taqwa kepada Allah SWT.
60 Depag RI, op.cit., hlm. 103 61 Asmuni Syukir, op.cit., hlm. 35 - 43
36
.
b. Tulus dan tidak mementingkan diri sendiri.
c. Ramah dan penuh pengertian.
d. Tawadlu’ (rendah hati).
e. Sederhana dan jujur.
f. Tidak egois.
g. Sifat anthusiasme (semangat).
h. Sabar dan tawakal.
i. Toleran.
j. Terbuka (demokratis).
k. Tidak memiliki penyakit hati.
2. Sikap seorang da’i
a. Berakhlak mulia.
b. Hing ngarso asung tuladha, hing madya mangun karsa, tutwuri
handayani.62
c. Disiplin dan bijaksana.
d. Wira’i,63 dan berwibawa.
e. Tanggung jawab.
f. Berpandangan luas.
g. Berpengetahuan cukup.
b. Obyek Dakwah
Obyek dakwah adalah manusia yang secara individual atau pun
kelompok menerima pesan-pesan dakwah, yang sering disebut dengan
62 Penulis memberikan tafsiran kalimat Hing Ngarso Asung Tuladha, Hing Madyo Mangun
Karsa, Tutwuri Handayani adalah : bagaimana seorang da’i bisa memberikan tauladan yang baik bagi lingkungan sekitarnya kemudian seorang da’i bila ditengah masa mampu memberikan motivasi agar senantiasa mereka mengerjakan dan mengikutinya dengan memberi bimbingan agar lebih meningkatkan amalannya.
63 Sikap Wira’i adalah : sikap menjauhkan perbuatan-perbuatan yang kurang berguna dan mengindahkan amal shaleh.
37
.
intilah mad’u yang disampaikan oleh komunikator. Dapat pula dipahami
bahwa komunikan adalah orang atau sekelompok orang yang menjadi titik
fokus suatu kegiatan dakwah.
Oleh karena masyarakat yang menjadi sasaran dakwah sangat
heterogen dan memiliki pluralitas yang sangat tinggi dalam berbagai
aspek, baik dari segi usia, jenis status sosial, tingkat ekonomi, jenis
profesi, tradisi masyarakat, aspirasi poitik dan keragaman aspek-aspek
lainnya, maka seorang da’i dituntut memiliki ketajaman yang kreatif
untuk mendeteksi dan mengidentifikasi kondisi riil masyarakat yang akan
dihadapi, kekeliruan pisau yang digunakan untuk membidik komunikan
sangat dimungkinkan terjadinya kegagalan dalam melakukan tugas
dakwah.
Dalam hal ini maka seorang da’i sebelum terjun kelapangan untuk
berhadapan dengan komunikan, harus melakukan kerja pra kondisi berupa
identifikasi sasaran dakwah, sehingga akan ditemukan formulasi yang
tepat tentang metode, strategi, materi, dan media yang akan digunakan
dalam melakukan tugas dakwah. Tanpa melalui tahapan ini maka sangat
dimungkinkan pesan-pesan dakwah yang diberikan kepada komunikan
akan mengalami pembiasan (deviasi) yang jauh dari yang diharapkan,
sehingga aktivitas dakwah yang dilakukan hanya akan sia-sia belaka dan
tidak memiliki signifikasi yang strategis bagi masyarakat itu sendiri, ada
bermacam-macam obyek dakwah diantaranya :
1. Ditinjau dari segi jumlahnya, dapat dibagi :
- Individu
- Kelompok, dimana sasarannya adalah orang banyak dan ini dapat
berjumlah sedikit atau umum.
2. Ditinjau dari segi profesinya, dibagi :
- Sebagai petani
- Sebagai pedagang
38
.
- Sebgai buruh
- Sebagai ABRI
- Sebagai PN
- Sebagai pendidik
- Sebagai pegawai swasta
- Campuran
3. Ditinjau dari segi pendidikannya, dibagi :
- Tidak berpendidikan
- Berpendidikan sekolah dasar
- Berpendidikan lanjutan menengah / atas
- Berpendidikan tinggi
- Campuran
4. Ditinjau dari segi tingkat umurnya, dibagi :
- Kalangan anak-anak
- Kalangan pemuda
- Kalangan dewasa
- Kalangan tua
- Campuran
5. Ditinjau dari segi janis kelaminnya, dibagi :
- Orang wanita
- Orang laki-laki
- Campuran
6. Ditinjau dari segi lingkungannya, dibagi :
- Lingkungan rumah tangga
- Lingkungan sekolah
- Lingkungan masyarakat
7. Ditinjau dari segi tingkat sosial ekonominya, dibagi :
- Tingkat ekonomi rendah
- Tingkat ekonomi cukup
39
.
- Tingkat ekonomi tinggi
- Campuran
8. Ditinjau dari segi macam keagamaannya, dibagi :
- Terdiri dari orang-orang muslim
- Terdiri dari orang-orang non muslim
- Campuran
9. Ditinjau dari segi tingkat keagamaannya, dibagi :
- Muslim sekedar nama
- Muslim yang tidak aktif
- Muslim aktif
- Campuran
10. Ditinjau dari segi daerah pemukimannya, dibagi :
- Daerah pesisir
- Daerah pedalaman, pegunungan, transmigrasi
- Daerah perkotaan.64
Dengan mengenal obyek yang bermacam-macam dalam segala
aspeknya, maka subyek dakwah dapat mengambil langkah-langkah yang
sesuai dengan kondisi dan situasi serta macam-macam obyek yang
dihadapi.
c. Materi Dakwah
Materi dakwah adalah suatu pesan yang disampaikan oleh da’i kepada
mad’u yang mengandung kebenaran dan kebaikan bagi manusia yang
bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadis. Dengan demikian materi dakwah
merupakan inti dari dakwah itu sendiri, oleh karenanya hakikat materi
dakwah tidak dapat dilepaskan dari tujuan dakwah.
64 Hafi Anshari, op.cit., hlm. 119 - 121
40
.
Menurut Hafi Anshari, materi dakwah yang terkandung dalam al-
Qur’an dan al-Hadis dapat diklasifikasikan ke dalam tiga masalah pokok
yaitu masalah keimanan (aqidah), masalah keislaman atau hukum
(syari’at), dan masalah budi pekerti (akhlak).65
Ketiga pokok materi sebagaimana tersimpul dalam al-Qur’an dan al-
Hadis ini merupakan inti dari pesan yang harus disampaikan oleh seorang
da’i. Namun bukan berarti seorang da’i tidak diperkenankan
menyampaikan materi di luar pokok bahasan di atas Justru sebaiknya,
seorang da’i dituntut mampu merespon kebutuhan yang menjadi tuntutan
hidup dan kehidupan komunikan (sasaran dakwah), seperti materi sosial
kemasyarakatan, ekonomi, pendidikan, kebudayaan, bahkan politik
sekalipun. Akan tetapi materi dakwah yang disampaikan tidak boleh
dikesampingkan dari aspek aqidah (iman), syari’at (islam) dan akhlak
(ihsan) yang ketiganya merupakan satu kesatuan organik dalam agama
Islam. Artinya, sebaik apa pun pesan-pesan ajaran Islam yang
disampaikan kepada komunikan namun jika dalam proses
penyampaiannya meninggalkan ketiga pondasi fundamental tersebut
maka hasilnya akan rapuh dan tidak tahan lama.
Konsep ini penting, terlebih lagi di era sekarang yang masyarakatnya
telah dilanda euphoria politik, sebab dalam kondisi seperti ini banyak
dijumpai di beberapa kesempatan forum dakwah, bahwa majelis ilmu
berbalik arah menjadi majelis fitnah, sehingga yang disampaikan bukan
lagi pesan-pesan dakwah melainkan muatan politik yang sarat dengan
permainan kotor, cara penyampaiannya pun sudah tidak mengindahkan
lagi etika seorang da’i yang seharusnya menjunjung tinggi akhlakul
karimah.
65 Ibid., hlm. 146
41
.
Dalam konteks tersebut diatas, agama tidak jarang dijadikan
komoditas untuk mengejar obsesi politik. Agama di politisir sedemikian
rupa untuk dijadikan topeng dan tameng untuk memagari perjuangan semu
yang penuh dengan tipu daya, sehingga tidak jarang terjadi pertarungan
fisik, antar kelompok, termasuk antar sesama muslim maupun kekuatan
politik tertentu yang memakai jargon agama atau di picu atas nama agama.
Dalam kondisi seperti ini agama nyaris kehilangan nilai-nilai
universalitasnya dan Islam sebagai agama rahmatan lil alamin pun
semakin jauh dari dari harapan umatnya.
d. Media Dakwah
Media dakwah juga merupakan salah satu unsur yang sangat penting
diperhatikan dalam aktivitas dakwah. Sebab sebagus apa pun metode,
materi dan kapasitas seorang da’i tanpa didukung dengan sebuah media
yang tepat seringkali hasilnya kurang efektif, namun tidak satu pun media
yang dianggap paling tepat dengan menganggap media lainnya, sebab ia
memiliki relativitas yang sangat bergantung dengan situasi dan kondisi
yang dihadapi.
Urgensi media dakwa ini tercermin dalam definisi yang dikemukakan
oleh Hamzah Ya’kub, yakni “alat obyektif yang menghubungkan ide
dengan umat, suatu elemen yang menghubungkan urat nadi dalam
totaliter”.66 Secara rinci, M. Aminuddin Sanwar membagi media dakwah
kedalam enam macam, yaitu :
1. Dakwah melalui saluran lisan, yaitu dakwah secara langsung dimana
da’i menyampaikan ajakan dakwahnya kepada mad’u
2. Dakwah melalui saluran tertulis, yaitu kegiatan dakwah yang
dilakukan melalui tulisan-tulisan.
66 Hamzah Ya’kub, op.cit., hlm. 47 - 48
42
.
3. Dakwah melalui alat visual, yaitu kegiatan dakwah yang dilakukan
dengan melalui alat-alat yang dapat dilihat dan dinikmati oleh mata
manusia.
4. Dakwah melalui alat-alat audial, yaitu alat-alat yang dapat dinikmati
melalui perantaraan pendengaran.
5. Dakwah melalui alat audio visual, yaitu peralatan yang dipakai untuk
menyampaikan pesan dakwah yang dapat dinikmati dengan mendengar
dan melihat.
6. Dakwah melalui keteladanan, yaitu bentuk penyampaian pesan dakwah
melalui bentuk percontohan atau keteladanan dari da’i.67
Melihat pengertian dan macam-macam media dakwah tersebut di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa efisiensi dan efektivitas pemanfaatan
media dakwah berkaitan erat dengan unsur-unsur dakwah lainnya, oleh
karena itu dalam merancang media dakwah ini harus memperhatikan
keahlian komunikator (da’i) dalam menggunakan, mempertimbangkan
daya tangkap komunikan (mad’u), melihat aspek metode yang diterapkan
dan materi yang diberikan, serta memperhatikan situasi dan kondisi yang
dihadapi.
e. Metode Dakwah
Metode dakwah adalah cara yang ditempuh oleh subyek dalam
melaksanakan tugasnya (berdakwah).68 Sudah barang tentu di dalam
berdakwah diperlukan cara-cara tertentu agar supaya dapat mencapai
tujuan dengan baik, untuk itu bagi seorang subyek perlu melihat
kemampuan yang ada pada dirinya dan juga melihat secara benar terhadap
67 M. Aminuddin Sanwar, Pengantar Ilmu Dakwah, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo
Semarang, 1986, hlm. 77-78 68 Hafi Anshari, op.cit., hlm. 158
43
.
obyek dalam segala seginya. Sumber dakwah yang terdapat dalam al-
Qur’an menunjukkan ragam yang banyak seperti hikmah, mujadalah,
berbantah dan berdiskusi dengan baik. Dari sumber metode itu tumbuh
metode-metode yang merupakan operasionalisasinya yaitu dakwah dengan
lisan, tulisan, seni dan bil hal.69
f. Efek Dakwah
Efek dakwah merupakan akibat dari pelaksanaan proses dalam obyek
dakwah,70 positif atau negatif, efek negatif itu berkaitan dengan unsur-
unsur dakwah lainnya, tidak bisa lepas hubungannya, keberhasilan
dakwah tidak tampak jelas seperti seorang dokter mengobati sesuatu
penyakit, jadi akibat atau akibat atau efek dakwah dilakukan, tetapi
membutuhkan waktu untuk proses perubahan itu.
g. Tujuan Dakwah
Sejauh ini lebih ditekankan sekedar upaya penyampaian informasi atau
pesan-pesan keagamaan kepada masyarakat. Akibatnya kriteria
keberhasilan dakwah hanya diukur sebatas sampainya informasi atau
pesan-pesan tersebut kepada masyarakat, bukan pada sejauh mana pesan-
pesan keagamaan itu diterima dan dilaksanakan secara sadar oleh
masyarakat. Sehingga terjadi transformasi dan inovasi kearah kehidupan
yang lebih baik, bahkan lebih ironis lagi terdapat kecenderungan bahwa
dakwah hanyalah merupakan rutinitas perhelatan spiritual yang berfungsi
sebagai suatu bentuk hiburan (entertainment) untuk memuaskan jiwa
pendengarannya, ini semua terjadi karena adanya kesalahpahaman
terhadap makna dakwah yang terlalu disempitkan pengertiannya.
69 Wardi Bachtiar, op.cit., hlm. 34 70 Ibid., hlm. 36
44
.
Oleh karenanya dari dasar pelaksanaan dakwah yang dijelaskan dala
al-Qur’an dan al-Hadis tersebut di atas, dapat diketahui gambaran tentang
tujuan yang akan dicapai dalam aktifitas dakwah.
Menurut M. Masyhur Amin tujuan dakwah dapat ditinjau dari dua
aspek, yaitu :
Pertama, ditinjau dari aspek obyek dakwah yang meliputi :
a. Tujuan perorangan, yaitu : terbentuknya muslim yang mempunyai
iman yang kuat, berperilaku dengan hukum-hukum yang di syari’atkan
Allah SWT. dan berakhlakul karimah.
b. Tujuan untuk keluarga, yaitu terbentuknya keluarga bahagia, penuh
ketenteraman dan cinta kasih antara anggota keluarga.
c. Tujuan untuk masyarakat, yaitu terbentuknya masyarakat sejahtera
yang penuh dengan suasana Islami.
d. Tujuan untuk umat manusia seluruh dunia, yaitu terbentuknya
masyarakat dunia yang penuh kedamaian dan ketenangan dengan
tegaknya keadilan, persamaan hak dan kewajiban, tidak adanya
diskriminasi dan eksploitasi, saling tolong dan saling menghormati.
Kedua, ditinjau dari aspek materi dakwah yang meliputi :
a. Tujuan aqidah, yaitu terbentuknya suatu aqidah yang mantap di setiap
hati seseorang sehingga keyakinannya tentang ajaran-ajaran Islam itu
tidak lagi di campuri dengan rasa keraguan.
b. Tujuan hukum, yaitu terbentuknya kepatuhan sikap orang terhadap
hukum-hukum yang telah di syari’atkan oleh Allah SWT.
c. Tujuan akhlah, yaitu terbentuknya pribadi muslim yang berbudi luhur,
dikuasai dengan sifat-sifat terpuji dan bersih dari sifat-sifat yang
tercela.71
71 M. Masyhur Amin, op.cit., hlm. 15 - 18
45
.
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa tujuan
dakwah adalah terbentuknya pribadi muslim yang memiliki iman yang
kuat, akhlak yang terpuji, kepatuhan terhadap hukum, dan memiliki
kesalehan individu maupun sosial,sehingga mendapatkan kebahagiaan
hidup di dunia maupun di akhirat.
3. Dakwah Sebagai Proses Sosial
Pada sub bab tiga ini, penulis akan menguraikan mengenai dakwah
sebagai proses sosial. Dakwah pada hakikatnya merupakan upaya untuk
mempengaruhi seseorang dalam bertindak dan berperilaku. Dengan dakwah
diharapkan akan mampu mengubah kepribadian baik secara individu maupun
kolektif. Oleh karena itu dakwah adalah agen perusahaan, baik dalam
pengertin material maupun immaterial.
Dalam pengertian immaterial berarti dakwah sebagai aktifitas yang
mampu melakukan perubahan menuju ke arah yang lebih positif, sedang
dalam pengertian material dakwah dapat memberikan corak kegiatan manusia
yang lebih menjanjikan masa depan bagi suatu masyarakat.
Dakwah dalam dimensi immaterial dikenal sebagai dakwah bil lisan, yang
lebih banyak memfokuskan pada penekanan informatif persuasif. Sedangkan
dakwah yang berdimensi material disebut dakwah bil hal karena lebih
menekankan kepada hal-hal yang bersifat praktis yang mampu merangsang
agar mad’u-nya lebih cepat melakukan perubahan dalam kegiatan sehari-
harinya.72
Dakwah Islam sendiri pada hakikatnya, merupakan aktualisasi imam yang
dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia untuk melakukan
proses rekayasa sosial melalui usaha mempengaruhi, cara merasa, berfikir,
bersikap dan berperilaku sesuai dengan tuntutan sosial dan norma ajaran.
72 M. Bahri Ghazali, op.cit., hlm. 45
46
.
Karena itu, hubungan interdependensi antara dakwah dan masyarakat pada
dasarnya mengisyaratkan, dua hal penting. Pertama, realitas sosial merupakan
alat ukur keberhasilan dakwah disatu pihak, yang sekaligus menjadi cermin
sosial dalam merumuskan agenda dakwah pada tahap-tahap berikutnya.
Kedua, aktivitas dakwah sendiri pada hakikatnya merupakan pilihan strategis
dalam membentuk arah perubahan suatu masyarakat, itulah sebabnya
eksistensi dakwah sama sekali tidak bisa diabaikan dari dinamika kehidupan
masyarakat, ia merupakan sebuah proses sosial yang berkesinambungan,
dalam suatu masyarakat.73
a. Dasar Hukum Dakwah
Landasan utama yang menjadi dasar pelaksanaan dakwah adalah al-
Qur’an dan al-Hadis, dalam dua landasan normatif tersebut terdapat dalil
naqli yang menerangkan tentang perintah dan urgensi dakwah. Di
dalamnya juga menerangkan tentang tata cara dan pelaksanaan kegiatan
dakwah.
Perintah untuk berdakwah pertama kali ditujukan kepada para utusan
Allah (Rasulullah), kemudian kepada umatnya baik secara umum,
berkelompok atau berorganisasi, ada pula yang ditujukan kepada individu
(perseorangan) maupun keluarga dan sanak famili.
Dasar hukum pelaksanaan dakwah tersebut antara lain :
1) Perintah dakwah yang ditujukan kepada para utusan Allah
(Rasulullah)
ماانزل إليك من ربك وان لم تفعل فمابلغت بلغ ياأيهاالرسول القوم الكفرين اليهدىرسالته واهللا يعصمك من الناس ان اهللا
73 Miftah Faridl, dalam Pengantarnya Buku, Dakwah Kontemporer, hlm. vii
47
.
Artinya : “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia, sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (Q.S. Al-Maidah : 67)74
Posisi dan fungsi Rasullulah SAW serta para mubaligh dalam
ayat diats hanya berperan dan bertugas sebagai penyampai amanah
risalah Islam secara keseluruhan sesuai kemampuan yang diterima
dan tidaknya pesan risalah itu dikembalikan sepenuhnya pada
penerima pesan dan petunjuk dari Allah SWT.
2) Perintah dakwah yang ditujukan kepada umat Islam secara umum :
خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن آنتم وتؤمنون باهللا ولو ءامن أهل الكتب لكان خير لهم المنكر
الفسقونمنهم المؤمنون وأآثرهم
Artinya :“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adlah orang-orang yang fasik”. (Q.S. Ali Imran : 110 ).75
Dari ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwasannya umat
Islam adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia dan
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang munkar
dan beriman kepada Allah SWT.
3) Perintah berdakwah secara berorganisasi atau kelompok
74 Depag RI, op.cit., hlm. 172 75 Ibid., hlm. 94
48
.
بالمعروف أمة يدعون الى الخير ويأمرون منكم ولتكن وينهون عن المنكر واولئك هم المفلحون
Artinya :“ Dan hendaklah ad diantara kamu segolongan umat menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. (Q.S. Ali Imran : 104).76
Pada ayat diatas, Allah SWT menyuruh agar dalam suatu umat
dibentuk satu kelompok orang atau organisasi yang misinya adalah
menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
4) Perintah dakwah terhadap individu (perseorangan) dan keluarga.
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka …”. (Q.S. At-Tahrim : 6).77
Maksud ayat diatas adanya perintah dakwah terhadap
perseorangan dan keluarga, agar tetap beriman kepada Allah SWT.
منكرا فليغير بيده فإن لم يستطع فبلسانه فإن لم منكم رأى من
اإليمانيستطع فبقلبه وذلك أضعف Artinya :“Barang siapa diantara kamu melihat kemungkaran, maka
hendaklah ia merubah dengan tangannya, apabila tidak mampu (mencegah dengan tangan) maka hendaklah ia merubah dengan lisannya, dan apabila (dengan lisan ) tidak mampu maka hendaklah ia merubah dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman”. (H.R. Muslim).78
76 Ibid., hlm. 93 77 Ibid., hlm. 951 78 R. Agus Toha Kuswata, R. UU Kuswara Suryakusumah, Komunikasi Islam, Arikha, Media
Cipta, Jakarta, 1990, hlm. 15 - 16
49
.
Dari ayat diatas, perlu adanya perjuangan untuk menegakkan yang haq
(benar) dan menghapuskan kemungkaran sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
Dalam beberapa ayat al-Qur’an dan Hadis yang menjadi dasar hukum
pelaksanaan dakwah di atas, para ahli berpendapat bahwa kewajiban
berdakwah hanya bagi orang tertentu secara professional (fardhu kifayah)
ada pula yang berpandangan bahwa kewajiban dakwah itu memang
tertuju pada semua muslim (wajib ain). Perbedaan itu memungkinkan,
karena sangat berhantung pada pemahaman dan penafsiran tentang
keberadaan kata “min” dalam kalimat “minkum” ada yang
memposisikannya sebagai min li at-tab’idh (sebahagian) sehingga
kewajibannya menjadi fardu kifayah (kewajiban kolektif). Hal ini dianut
kebanyakan mufassir, adapula yang memposisikan sebagai min li al-
tabyin wa litakhshish (penjelasan dan pengkhususan) sehingga
kewajibannya menjadi fardu ain, kewajiban individual.79 maka jelaslah
bahwa tugas dakwah adalah wajib bagi setiap muslim atau mukmin, baik
secara individual (personal) maupun kelompok (organisasional) sesuai
dengan kemampuan masing-masing.
b. Hubungan Jihad Dengan Dakwah
Jihad (Bahasa Arab) berasal dari kata “juhd” yang artinya bersungguh-
sungguh, bekerja keras, membanting tulang untuk mencapai suatu cita-cita
yang mulia.80 Dalam ensiklopedi Islam disebutkan bahwa jihad adalah
mengarahkan segala kemampuan juga berarti berjuang menghadapi
berbagai kesulitan. Dalam hukum Islam, jihad mengandung maksimal
untuk penerapan ajaran Islam serta pemberantasan kemungkaran dan
79 Asep Muhiddin, Dakwah Dalam Prespektif Al Qur’an, PT. Putaka Setia, Bandung, 2002,
hlm 22 80 Hamka, Prinsip Kebijaksanaan Dakwah Islam, PT. Pustaka Panji Mas, Jakarta, 1984, hlm.
141
50
.
kedzaliman (jihad dalam pengertian khusus).81 Sedangkan dalam
pengertian khusus, jihad diartikan perang melawan musuh.82
Islam merupakan agama dakwah, yang disebarkan oleh Muhammad
SAW. dengan cara-cara yang sangat memikat dan efektif dengan
menggunakan argumentasi dan akal sehat untuk mengikuti perkataaan
Tuhan. Ajakannya penuh dengan cinta, kasih dan rasa sayang pada umat
manusia dan disampaikan dengan kebijakasanaan dan dengan cara yang
paling baik.83
Islam memang mengenal adanya perang, namun peperangan dalam
Islam bukanlah untuk memaksa orang memeluk Islam, melainkan untuk
memberi kebebasan beragama. Supaya orang bebas mengadakan dakwah
agama setelah negara itu ditaklukkan oleh Islam.84 Maka sangat keliru apa
yang dituduhkan oleh orientalis barat bahwa Islam disebarkan dengan
pedang, sekiranya Islam disiarkan dengan pedang tidak akan lagi ada
orang kristen di Libanon sampai sekarang atau pun di Suriah atau pun di
Mesir.85
Perdamaian merupakan prinsip dasar Islam dlam kehidupan, Islam dan
perang dalam keadaaan terpaksa, dimana tidak ada lagi jalan yang dapat di
tempuh.
Dalam al-Qur’an telah dijelaskan tentang konsep kemerdekaan
beragama dalam Islam, diantaranya :
1) Q.S. Al Baqarah : 256 yang berbunyi :
81 A. Mukti Ali (dkk), “Jihad” dalam Ensiklopedi Islam di Indonesia, Depag, Jakarta, 1993,
hlm. 522 82 Ibid., hlm. 521 83 A. Fazlur Rahman, Nabi Muhammad Sebagai Seorang Pemimpin Militer, terj. Anas
Siddiek, Bumi Aksara, Jakarta, 1991, hlm. 24 84 Hamka, op.cit., hlm. 142 85 Ibid., hlm. 141
51
.
بالطغوتبين الرشد من الغي فمن يكفر ت فىالدين قد الاآراهويؤمن باهللا فقداستمسك بالعروة الوثقى النفصام لها واهللا سميع عليم
Artinya :“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam),
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pad jalan yang salah, karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thogut dan beriman kepada Allah, mka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.86
2) Q.S. Yunus : 99, yang berbunyi :
شاء ربك ألمن فىاألرض آلهم جميعا أفأنت تكره الناس ولو يكونوا مؤمنين حتى
Artinya :”Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua
orang yang ada di muka bumi seluruhnya, maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya”.87
Ringkasnya Muhammad SAW. menyampaikan keimanan pad umatnya
dengan daya tarik yang besar, alasan yang meyakinkan dan mengajak
mereka dengan penuh kasih sayang dan ini mempunyai pengaruh besar
atas diri mereka dan kalau ketakutan terhadap penindasan dan perburuhan
telah lenyap, mereka masuk kedalam Islam dengan berbondong-bondong
dengan kemauan mereka sendiri.88 Muhammad memang mengangkat
senjata, namun untuk mempertahankan imannya dan bukan untuk
mengubah kepercayaan orang lain.89 Jadi Islam disiarkan bukan dengan
86 Depag RI, op.cit., hlm. 63 87 Ibid., hlm. 322 88 A. Fazlur Rahman, op.cit., hlm. 32 89 Ibid., hlm. 33
52
.
pedang melainkan dengan perdamaian yang diwarnai dengan cinta dan
kasih sayang.
C. KETERKAITAN ANTARA KOMUNIKASI DENGAN DAKWAH
Dalam kegiatan dakwah terjadi suatu proses yang melibatkan beberapa
unsur yang terkait, yang meliputi da’i sebagai subyek, mad’u sebagai obyek,
pesan atau materi, sarana atau media, dan metode. Sedangkan dalam istilah
komunikasi juga meliputi beberapa unsur yang mesti ada yaitu, komunikator ,
komunikan, materi, metode dan media. Dengan demikian jika dilihat secara
umum unsur komunikasi dan unsur dakwah mempunyai kesamaan.
Dakwah merupakan proses penyebaran nilai-nilai ajaran islam atau upaya
pembentukan pemahaman, persepsi dan sikap dan kesadaran mad’u, karena
dimensi dakwah berkaitan dengan cara mentransformasikan nilai-nilai ajaran
islam, sebagai isi pesan dakwah yang perlu dipahami dan disikapi menjadi
sebuah kesadaran pribadi dan masyarakat. Pada dasarnya aktivitas dakwah
menyangkut dua dimensi yakni transformasi dan komunikasi disatu sisi dan
perubahan sosial atau pembangunan disisi lain, strategi cara dan teknik
pendekatannya akan berkaitan dan melibatkan berbagai sarana dan prasarana
yang dibutuhkan kedua media tersebut yang berhubungan dengan berbagai
aspek spiritual dan sosial budaya kehidupan manusia. Pendekatan kegiatan
dakwah dapat dilakukan dengan pendekatan dakwah ucapan,dan dakwah
melalui perbuatan termasuk dengan tulisan,dari penjabaran kedua kegiatan itu
lahir beberapa ragam kegiatan dakwah, yaitu diantaranya tabligh dan irsyad.
Tabligh dilakukan dalam rangka pencerdasan dan pencerahan masyarakat
melalui kegiatan pokok sosialisasi internalisasi, dan eksternalisasi nilai ajaran
islam, dengan menggunakan sarana mimbar dan media massa. Sedangkan
irsyad dilakukan dalam rangka pemecahan masalah psikologis melalui
kegiatan pokok bimbingan penyuluhan pribadi dan keluarga baik secara
preventif atau kuratif. Tabligh dan irsyad ini menyangkut kondisioning
53
.
pemahaman, persepsi, dan sikap.90 Dari uraian diatas tergambar bahwa dalam
operasionalnya kegiatan dakwah adalah akumulasi dari proses transformasi
dan aktualisasi nilai-nilai keimanan yang dilakukan seorang muslim atau
lembaga keislaman yang mewujudkan islam sebagai ajaran, pandangan dan
kebutuhan hidup dalam kehidupan personal dan kolektif, melalui saluran dan
media tertentu sesuai dengan ragam dakwah yang terpilih, guna mencapai
kehidupan yang islami dari berbagai aspek.91
Secara lebih dalam untuk melihat pentingnya keterkaitan antara
komunikasi dan dakwah diharapkan dalam penyampaian pesan-pesan dakwah
menjadi lebih komunikatif, sehingga menimbulkan efek tertentu berupa
perubahan sikap, pendapat, perilaku individu, dan masyarakat sesuai dengan
tuntutan nilai-nilai ajaran-ajaran Islam.
90 Asep Muhiddin,op.cit, hlm.36-37 91 Ibid.,hlm.42