bab ii tinjauan pustakarepository.ump.ac.id/8086/3/alfi sahri ade kharisma bab ii.pdf · yang perlu...
TRANSCRIPT
-
xxv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Asuhan keperawatan pasien osteoarthritis
1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas pasien yang biasa dikaji pada penyakit sistem muskuloskeletal
adalah usia, karena
ada beberapa penyakit muskuloskeletal banyak terjadi pada klien diatas
usia 60 tahun.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan penyakit
muskuloskeletal seperti osteoarthritis klien mengeluh nyeri pada
persendian yang terkena, adanya keterbatasan gerak yang menyebabkan
keterbatasan mobilitas.
c. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan ini berupa uraian mengenai penyakit yang diderita oleh
klien dari mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai klien dibawa
ke Rumah sakit, dan apakah pernah memeriksa diri ke tempat lain selain
rumah sakit umum serta pengobatan apa yang pernah diberikan dan
bagaimana perubahannya dan data yang didapatkan saat pengkajian.
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xxvi
d. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat penyakit muskuloskeletal
sebelumnya, riwayat pekerjaan pada pekerja yang berhubungan dengan
adanya penyakit muskuloskeletal, penggunaan obat-obatan, riwayat
mengkonsumsi alkohol dan merokok.
e. Riwayat penyakit keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
yang sama karena faktor genetic atau keturunan.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadan umum
Keadaan umum klien lansia yang mengalami gangguan
muskuloskeletal biasanya lemah.
2) Kesadaran
Keadaan klien biasanya Composmetis dan Apatis.
3) Tanda-tanda vital
Suhu meningkat (>37˚C).
Nadi meningkat (N : 70-82x/menit).
Tekanan darah meningkat atau dalam batas normal.
Pernafasan biasanya mengalami meningkat atau normal.
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xxvii
g. Pemeriksaan Review Of System (ROS)
1) Sistem pernafasan
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih dalam batas
normal.
2) Sistem sirkulasi
Kaji adanya penyakit jantung, frekuensi nadi apical, sirkulasi perifer,
warna dan kehangatan.
3) Sistem persarafan
Kaji adanya hilangnya gerakan/sensasi, spasme otot, terlihat
kelemahan/hilang fungsi. Pergerakan mata/kejelasan melihat, dilatasi
pupi, agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas).
4) Sistem perkemihan
Perubahan pola berkemih, seperti inkontinensia urin, disuria, distesi
kandung kemih, warna dan bau urin, dan kebersihannya.
5) Sistem pencernaan
Konstipasi, konsisten feses, frekuensi eliminasi, auskultasi bising usus,
anoreksia, adanya distensi abdomen, adnya nyeri tekan abdomen.
6) Sistem musculoskeletal
Kaji adanya nyeri berat tiba-tiba atau mungkin terlokalisasi pada area
jaringan, dapat berkurang pada imobilisasi, kekuatan otot, kontraktur,
atrofi otot, laserasi kulit dan perubahan warna.
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xxviii
h. Pola fungsi kesehatan
Yang perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang biasanya dilakukan
sehubungan dengan adanya nyeri pada persendian, ketidakmampuan
mobilisasi.
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan, dan penanganan kesehatan.
2) Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit, nafsu
makan, diet, kesulitan menelan, ,mual/muntah, dan makanan
kesukaan.
3) Pola eliminasi
Menjelaskan pola ekskresi, kandung kemih, defekasi, ada tidaknya
masalah defekasi, masalah nutrisi, dan pengguanaan kateter.
4) Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi terhadap energy,
jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah tidur, dan insomnia.
5) Pola aktivitas dan latihan
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan
sirkulasi, riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama, dan kedalaman
pernafasan.
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xxix
6) Pola hubungan dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap
anggota keluarga dan masyarakat sebagai tempat tinggal, pekerjaan,
tidak punya rumah, dan masalah keuangan.
7) Pola sensori dan kognitif
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori
meliputi pengkajian penglihatan, pendengaran,perasaan dan pembau.
Pada klien katarak dapat ditemukan gejala gangguan penglihatan
perifer, kesulitan memfokuskan kerja mata dan merasa diruang gelap.
8) Pola konsep diri
Menggambarkan tentang sikap diri sendiri dan persepsi terhadap
kemampuan konsep diri. Konsep diri menggambarkan gambaran diri,
harga diri, peran diri dan identitas diri.
9) Pola seksual dan reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah terhadap seksualitas.
10) Pola mekanisme koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan termasuk
spiritual.
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xxx
2. Diagnosa
a. Nyeri berhubungan dengan agen injury (biologis, kimia, fisik, psikologis),
ditandai dengan klien melaporkan adanya nyeri pada persendian, ekspresi
wajah meringis.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan dan ketidaknyamanan,
kerusakan neuromuskuler, kehilangan integritas struktur tulang, kekakuan
sendi atau kontraktur.
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pengobatan penyakit, trauma
atau cedera, pembedahan ditandai dengan klien mengungkapkan mengenai
perubahan dalam penampilan, struktur dan fungsi, perasaan negatif
tentang tubuh (perasaan tidak berdaya, keputusan atau tidak ada
kekuatan).
3. Perencanaan
a. Nyeri berhubungan dengan agen injury (biologis, kimia, fisik, psikologis),
ditandai dengan klien melaporkan adanya nyeri pada persendian, ekspresi
wajah meringis.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan klien melaporkan adanya nyeri dengan kriteria hasil :
1) Klien dapat mengetahui penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri dan tindakan pencegahan
nyeri.
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xxxi
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri.
3) Menunjukan tingkat nyeri.
4) Klien mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
5) Tanda-tanda vital dalam batas normal.
6) Ekspresi wajah tenang.
Intervensi :
1) Manajemen nyeri
a) Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi : lokasi,
karakteristik, onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan
faktor-faktor presipitasi.
Rasional : untuk mengetahui penyebab nyeri, kualitas nyeri, lokasi
nyeri, skala nyeri dan waktu terjadinya nyeri.
b) Berikan posisi nyaman.
c) Observasi isyarat-isyarat nonverbao dari ketidaknyamanan.
d) Ajarkan tehnik nonfarmakologi (missal : relaksasi, guided
imagery, terapi muasik, distraksi, aplikasi panas-dingin, massage).
2) Pemberian Analgesik
a) Monitor vital sign.
b) Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat.
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xxxii
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan dan ketidaknyamanan,
kerusakan neuromuskuler, kehilangan integritas struktur tulang, kekakuan
sendi atau kontraktur.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan klien dapat menunjukan tingkat mobilitas dengan kriteria
hasil:
1) Klien menunjukan pergerakan sendi.
2) Klien menunjukan penggunaan alat bantu secara benar dengan
pengawasan.
3) Klien meminta bantuan untuk aktivitas mobilisasi jika diperlukan.
4) Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri.
Intervensi :
1) Terapi aktivitas : ambulasi (Exercise Therapy Ambulation).
a) Ajarkan dan bantu klien untuk berpindah sesuai kebutuhan (missal:
dari tempat tidur ke kursi).
b) Pantau penggunaan alat bantu mobilitas (missal: tongkat, walker,
kruk atau kursi roda).
c) Rujuk ke ahli terapi fisik untuk program latihan.
d) Ajarkan dan dukung klien dalam latihan ROM aktif atau pasif
untuk mempertahankan kekuatan dan ketahanan otot.
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xxxiii
2) Terapi aktivitas : mobilisasi sendi
a) Kolaborasi dengan terapi fisik dalam pengembangan program
latihan.
b) Jelaskan pada klien dan keluarga tentang magsud dan rencana
latihan.
c) Bantu klien untuk mengatur posisi yang optimal dalam ROM
aktif/pasif.
d) Motivavi klien untuk latihan ROM aktif/pasif dan merencanakan
jadwal latihan.
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pengobatan penyakit, trauma
atau cedera, pembedahan ditandai dengan klien mengungkapkan mengenai
perubahan dalam penampilan, struktur dan fungsi, perasaan negatif
tentang tubuh (perasaan tidak berdaya, keputusan atau tidak ada
kekuatan).
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan klien menunjukan citra tubuh yang positif dengan kriteria
hasil:
1) Klien mendemonstrasikan penerimaan terhadap perubahan bentuk
tubuh.
2) Klien mengungkapkan kepuasan terhadap penampilan dan fungsi
tubuh.
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xxxiv
3) Mengungkapkan pengakuan terhadap perubahan aktual pada
penampilan tubuh.
Intervensi :
1) Peningkatan citra tubuh
a) Kaji dan dokumentasikan respon verbal dan nonverbal klien
tentang tubuh klien.
b) Tentukan apakah perubahan fisik saat ini telah dikaitkan keadaan
citra tubuh klien.
c) Pantau frekuensi pernyataan yang mengkritik diri.
d) Dorong klien untuk mengeksplorasi perubahan yang dialaminya.
e) Bantu klien agar dapat menerima bantuan dari orang lain.
4. Pelaksanaan
a. Diagnosa Nyeri akut/kronis
1) Mengkaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi : lokasi,
karakteristik, onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan
faktor-faktor presipitasi.
2) Memberikan atau menganjurkan klien untuk posisi nyaman.
3) Mengobservasi isyarat-isyarat nonverbal dari ketidaknyamanan.
4) Mengajarkan tehnik nonfarmakologi (missal : relaksasi, guided
imagery, terapi muasik, distraksi, aplikasi panas-dingin, massage).
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xxxv
b. Diagnosa Hambatan mobilitas fisik
1) Mengajarkan dan bantu klien untuk berpindah sesuai kebutuhan
(missal: dari tempat tidur ke kursi).
2) Memantau penggunaan alat bantu mobilitas (missal: tongkat, walker,
kruk atau kursi roda).
3) Merujuk ke ahli terapi fisik untuk program latihan.
4) Mengajarkan dan dukung klien dalam latihan ROM aktif atau pasif
untuk mempertahankan kekuatan dan ketahanan otot.
c. Diagnosa Gangguan citra tubuh
1) Mengkaji dan dokumentasikan respon verbal dan nonverbal klien
tentang tubuh klien.
2) Menentukan apakah perubahan fisik saat ini telah dikaitkan keadaan
citra tubuh klien.
3) Memantau frekuensi pernyataan yang mengkritik diri.
4) Mendorong klien untuk mengeksplorasi perubahan yang dialaminya.
5) Membantu klien agar dapat menerima bantuan dari orang lain.
5. Evaluasi
a. Diagnosa keperawatan : nyeri akut/kronis
1) Klien menunjukan kemampuan menggunakan tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri dan tindakan pencegahan nyeri.
2) Klien mampu mengenal tanda-tanda pencetus nyeri untuk mencari
pertolongan.
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xxxvi
3) Klien melaporkan nyeri berkurang.
4) Klien mengungkapkan kenyamanan setelah nyeri berkurang.
5) Klien menunjukan tanda vital dalam batas normal.
6) Klien menunjukan ekspresi wajah tenang.
b. Diagnosa keperawatan : Hambatan mobilitas fisik
1) Klien menunjukan penampilan yang seimbang.
2) Klien menunjukan penampilan posisi tubuh.
3) Klien dapat melakukan pergerakan sendi.
4) Klien dapat melakukan perpindahan.
5) Klien dapat berjalan.
6) Klien menggunakan alat bantu secara benar dengan pengawasan.
7) Klien mau meminta bantuan untuk aktivitas sehari-hari secara mandiri.
c. Diagnosa keperawatan : Gangguan citra tubuh
1) Klien mendemonstrasikan penerimaan perubahan bentuk tubuh.
2) Klien puas dengan kemampuan dan fungsi tubuh.
3) Klien mau menyentuh bagian tubuh yang mengalami gangguan.
4) Klien dapat melakukan hubungan sosial yang dekat.
B. Lansia
1. Definisi
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Sedangkan menurut pasal 1 ayat (1), (2), (3), dan (4) UU
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xxxvii
no. 13 tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun. Usia lanjut dapat digunakan
usia emas karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut, maka orang
yang berusia lanjut memerlukan tindakan keperawatan, baik bersifat promotif
maupun preventif, agar dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia
lanjut yang berguna dan bahagia (Maryam, 2008).
2. Batasan lanjut usia
Menurut badan kesehatan dunia (WHO, 2014), yang dikatakan lanjut usia
tersebut dibagi menjadi tiga kategori yaitu :
a. Usia lanjut (elderly) 60-74 tahun.
b. Usia tua (old) 75-89 tahun.
c. Usia sangat lanjut (very old) lebih dari 90 tahun.
Sedangkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia membagi lanjut usia
sebagai berikut :
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) keadaan ini dikatakan
sebagai masa virilitas.
b. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai masa presenium.
c. Kelompok usua lanjut (lebih dari 65 tahun) yang dikatakan sebagai masa
senium.
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xxxviii
3. Ciri-ciri lansia
Ciri-ciri yang dijumpai usia lanjut menurut Wahyunita dan Fitrah (2010),
meliputi:
a. Secara fisik : penglihatan dan pendengaran menurun, kulit tampak
mengendur, aktivitas tubuh menurun, penumpukan lemak dibagian perut
dan panggul.
b. Secara psikologis : merasa kurang percaya diri, sering merasa kesepian,
merasa sudah tidak dibutuhkan lagi dan tidak berguna, tipe optimis,
dependen (ketergantungan), tipe marah/frustasi (kecewa akibat kegagalan
dalam melakukan sesuatu), putus asa (benci pada diri sendiri).
C. Osteoarthritis
1. Definisi
Osteoarthritis adalah suatu penyakit sendi degeneratif yang berkaitan
dengan kerusakan kartilago sendi, merupakan suatu penyakit kerusakan tulang
rawan sendi yang berkembang lambat dan tidak diketahui penyebabnya,
meskipun terdapat beberapa faktor resiko yang berperan. Keadaan ini
berkaitan dengan usia lanjut (Elvira, 2010). Faktor resiko osteoarthritis adalah
usia di atas 55 tahun dimana pada usia tersebut wanita lebih banyak dibanding
laki-laki. Pekerjaan mengangkat barang, naik tangga atau berjalan jauh juga
merupakan faktor resiko (Hamijoyo, 2013).
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xxxix
Menurut Hamijoyo tahun 2014 gejala yang dialami biasanya nyeri yang
muncul perlahan-lahan, nyeri biasanya dibangkitkan oleh suatu aktivitas fisik
yang berat, nyeri biasanya memburuk ketika sendi digunakan dan membaik
ketika istirahat, pada saat digerak an menimbulkan suara krepitus sein itu
disertai bengkak dan kaku yang berlangsung kurang lebih 15-20 menit.
Menurut Soeroso tahun 2006. Gambaran Radiografi sendi yang menyokong
diagnosis osteoarthritis penyempitan celah sendi yang seringkali asimetri,
peningkatan densitas tulang subkondral (sclerosis), kista pada tulang, osteofit
pada pinggir sendi dan perubahan struktur anatomi sendi.
Osteoarthritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini
sifatnya kronik, berjalan progresif lambat, dan abrasi rawan sendi dan adanya
gangguan pembentukan tulang baru pada permukaan persendian (Sylvia,
2005). Osteoarthritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul
pada usia lanjut. Jarang dijumpai pada usia 40 tahun dan lebih sering dijumpai
pada usia 60 tahun.
2. Etiologi
Osteoarthritis terjadi karena karena tulang rawan yang menjadi ujung dari
tulang yang bersambung dengan tulang lain menurun fungsinya. Permukaan
tulang halus rawan ini menjadi kasar dan menyebabkan iritasi. Jika tulang
rawan ini sudah kasar seluruhnya, akhirnya tulang akan bertemu dengan
tulang yang menyebabkan pangkal tulang menjadi rusak dan gerak pada
sambungan akan menyebabkan nyeri dan ngilu.
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xl
Beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis antara lain adalah :
a. Usia
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis faktor ketuaan
adalah yang terkuat (Soeroso, 2007). Prevalensi dan beratnya
osteoarthritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur.
Osteoarthritis hamper tak pernah terjadi pada anak-anak, jarang pada
umur 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
b. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena osteoarthritis lutut dan sendi, dan laki-laki
lebih sering terkana osteoarthritis paha, pergelangan tangan dan leher.
Secara keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoarthritis kurang
lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi
osteoarthritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini
menunjukan adanya peran hormonal pada pathogenesis osteoarthritis
(Soeroso, 2006).
c. Riwayat Trauma sebelumnya
Trauma pada suatu sendi yang terjadi sebelumnya, biasanya
mengakibatkan malformasi sendi yang akan meningkatkan resiko
terjadinya osteoarthritis. Trauma berpengaruh terhadap kartilago
artikuler, ligament ataupun menikus yang menyebabkan biomekanika
sendi menjadi abnormal dan memicu terjadinya degenerasi premature
(Shiddiqui, 2008).
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xli
d. Pekerjaan
Osteoarthritis lebih sering terjadi pada mereka yang pekerjaannya
sering memberikan tekanan pada sendi-sendi tertentu. Jenis pekerjaan
juga mempengaruhi sendi mana yang terkena osteoarthritis. Sebagai
contoh, pada tukang jahit, osteoarthritis lebih sering terjadi di daerah
lutut, sedangkan pada buruh bangunan sering terjadi pada daerah
pinggang (Dewi, 2009).
e. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya
resiko untuk timbulnya osteoarthritis baik pada wanita maupun pria.
Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoarthritis pada
sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoarthritis sendi
lainnya (tangan atau sternoklavikula). Pada kondisi ini terjadi
peningkatan beban mekanis pada tulang dan sendi (Soeroso, 2007).
f. Faktor gaya hidup
Banyak penelitian telah membuktikan bahwa faktor gaya hidup
mampu mengakibatkan seseorang mengalami osteoarthritis.
Contohnya adalah kebiasaan merokok. Merokok dapat meningkatkan
kandungan karbon monoksida dalam darah, mengakibatkan jaringan
kekurangan oksigen dan dapat menghambat pembentukan tulang
rawan (Pratiwi, 2007).
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xlii
D. Nyeri
1. Definisi
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial.
Masalah fisiologis pada lanjut usia dengan osteoarthritis adalan nyeri (Perry &
Potter,2005). Nyeri pada osteoarthritis disebabkan oleh synovial dan
degredasi kartilago berkaitan dengan degradasi kolagen dan proteoglikan oleh
enzim autolitik seluler. VAS adalah alat pengukur itensitas nyeri efisien yang
telah digunakan secara luas dalam penelitian dan pengaturan klinis
(Welchekdkk,2009).
Menurut Tamsuri (2007), nyeri adalah suatu keadaan yang mampu
mempengaruhi keberadaan seseorang yang mengalaminya. Nyeri juga suatu
kondisi dimana seseorang merasakan perasaan tidak menyenangkan atau tidak
nyaman yang bersifat subyektif dan perasaan ini akan terasa berbeda pada
setiap yang mengalaminya karena hanya orang tersebutlah yang dapat
menjelaskan apa yang sedang dirasakan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
a. Usia
Usia merupakan variable yang penting dalam mempengaruhi nyeri
pada individu. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan dalam
memahami nyeri dan prosedur pengobatan yang dapat menyebabkan
nyeri. Anak-anak kecil yang belum bisa mengucapkan kata-kata juga
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xliii
mengalami kesulitan mengungkapkan secara verbal dan mengekspresikan
nyeri kepada kedua orang tua atau perawat.
Pada lansia seorang perawat harus melakukan pengkajian lebih
rinci ketika seorang lansia melaporkan adanya nyeri. Sebagian lansia
terkadang pasrah terhadap apa yang mereka rasakan, mereka menganggap
bahwa hal tersebut merupakan konsekuensi penuaan yang tidak bisa
dihindari.
b. Jenis kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan
dalam berespon terhadap nyeri. Hanya beberapa budaya yang menganggap
bahwa seorang laki-laki harus lebih berani dan tidak boleh menangis
dibandingkan dengan anak perempuan dalam situasi yang sama ketika
merasakan nyeri.
c. Kebudayaan
Perawat sering kali berasumsi bahwa cara berespon pada setiap
individu dalam masalah nyeri adalah sama, sehingga mereka mencoba
mengira bagaimana pasien berespon terhadap nyeri. Sebagai contoh,
apabila seorang perawat yakin bahwa menangis dan merintih
mengindikasikan suatu ketidakmampuan dalam mengontrol nyeri,
akibatnya pemberian terapi bisa jadi tidak cocok untuk klien
berkebangsaan Meksiko-Amerika yang menangis keras tidak selalu
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xliv
mengekspresikan pengalaman nyeri sebagai sesuatu yang berat atau
mengharaokan perawat melakukan intervensi.
d. Makna nyeri
Makna nyeri pada seseorang mempengaruhi pengalaman nyeri dan
cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Seorang wanita yang
merasakan nyeri saat bersalin akan mengekspresikan nyeri secara berbeda
dengan wanita lainnya yang nyeri karena dipikul.
e. Lokasi dan tingkat keparahan nyeri
Nyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas dan tingkat
keparahan pada masing-masing individu. Nyeri yang dirasakan mungkin
terasa ringan, sedang atau bisa jadi merupakan nyeri yang berat. Dalam
kaitannya dalam kualitas nyeri, masing-masing individu bervariasi, ada
yang melaporkan seperti tertusuk-tusuk, nyeri tumpil, berdenyut, terbakar,
dan lain-lain.
f. Ansietas (kecemasan)
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas
yang dirasakan seorang sering kali meningkatkan persepsi nyeri, akan
tetapi nyeri juga dapan menimbulkan perasaan ansietas.
g. Keletihan
Keletihan atau kelelahan yang dirasakan seseorang akan
meningkatkan sensasi nyeri dan menurunkan kemampuan koping
individu.
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xlv
h. Pengalaman sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalaman yang telah dirasakan oleh
individu tidak berarti bahwa individu tersebut akan mudan dalam
menghadapi nyeri pada masa yang mendatang. Seorang yang biasa
merasakan nyeri akan lebih siap dan mudah mengantisipasi nyeri dari
pada individu yang mempunyai pengalaman sedikit tentang nyeri.
i. Dukungan keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri sering kali membutuhkan
dukungan, bantuan, perlindungan dari keluarga lain, atau teman terdekat.
Walaupun nyeri masih dirasakan oleh klien, kehadiran orang terdekat akan
menimbulkan kesepian dan kekuatan (Prasetyo, 2010).
3. Intensitas nyeri
Intensitas nyeri merupakan gambaran tentang seberapa parah nyeri yang
dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan
individual, dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan
sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda.
Pengukuran subjektif nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai alat pengukur nyeri seperti skala visual analog, skala numeric, skala
nyeri deskriptif atau skala nyeri Wong-Bakers (Tamsuri, 2006).
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xlvi
4. Pemeriksaan nyeri
Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan seorang perawat di
dalam memulai mengkaji respon nyeri yang dialami oleh klien. Tamsuri
(2006) mengidentifikasikan komponen-komponen tersebut diantaranya:
a. Penentuan ada tidaknya nyeri
Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai
ketika pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi
perawat tidak menemukan adanya cedera atau luka. Setiap nyeri yang
dilaporkan oleh klien adalah nyata.
b. Karakteristik nyeri (metode P, Q, R, S, T)
1) Faktor pencetus (P: Provocate)
Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada
klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi bagian-
bagian tubuh yang mengalami cedera. Apabila perawat mencurigai
adanya nyeri psikogenik maka perawat harus dapat mengeksplore
perasaan klien dan menanyakan perasaan-perasaan apa yang dapat
mencetuskan nyeri.
2) Kualitas (Q: Quality)
Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan
oleh klien, sering kali klien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-
kalimat: tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih,
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xlvii
perih, tertusuk dan lain-lain, dimana tiap-tiap klien mungkin berbeda-
beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan.
3) Lokasi (R: Regio)
Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat menerima klien untuk
menunjukan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh
klien. Untuk melokalisasi nyeri lebih spesifik, maka perawat dapat
meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik ysng psling nyeri,
kemungkinan hal ini akan sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat
difus (menyebar).
4) Keparahan (S: Savere)
Karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau
intensitas nyeri tersebut. Klien sering kali diminta untuk
mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang atau parah.
5) Durasi (T: Time)
Durasi nyeri adalah kapan nyeri terjadi atau muncul pada klien.
c. Skala Analog Visual
Skala Analog Visual (Visual Analog Scale, VAS) merupakan suatu garis
lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki
alat pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberikan
kebebasan penuh pada pasien untuk mengidentifikasi tingkat keparahan
nyeri yang dirasakan. Skala analog visual merupakan pengukur keparahan
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xlviii
nyeri yang lebih sensitive karena pasien dapat mengidentifikasi setiap titik
pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata atau angka.
Gambar 2.1
Visual Analog Scale
d. Skala NRS (Numeric Rating Scale)
Skala ini berbentuk garis horizontal yang menunjukan angka-angka
dari 0-10, yaitu angka 0 menunjukan tidak ada nyeri dan angka 10
menunjukan nyeri yang paling hebat. Skala ini merupakan garis panjang
berukuran 10 cm, yaitu setiap panjangnya 1 cm diberi tanda. Skala ini
dapat dipakai pada klien dengan nyeri yang hebat atau klien yang baru
mengalami operasi. Tingkat angka yang ditunjukan oleh klien dapat
digunakan untuk mengkaji efektivitas dari intervensi pereda rasa nyeri.
Gambar 2.2
Numeric Rating Scale
Tidak
ada
nyeri
Nyeri
ringan
Nyeri
sedang
Nyeri
hebat
Nyeri
sangat
Nyeri
paling
hebat
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
xlix
5. Klasifikasi nyeri
a. Nyeri akut yang merupakan nyeri yang dialami secara mendadak dan
dalam waktu yang singkat (sekitar 6 bulan) saja dan akan segera hilang.
b. Nyeri kronis adalah nyeri yang timbul secara perlahan dan akan
berlangsung dalam waktu yang panjang (lebih dari 6 bulan).
6. Jenis nyeri
a. Nyeri Nosiseptif
Nyeri ini pada umumnya terjadi pada stimulasi singkat yang tidak
merusak jaringan serta tidak memerlukan penanganan secara khusus.
Contohnya: nyeri yang terjadi pada saat menjalani operasi dan nyeri yang
timbul akibat tusukan jarum infus.
b. Nyeri Inflamatorik
Pada umumnya nyeri ini terjadi pada stimulasi yang kuat dan dalam waktu
yang panjang sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan. Nyeri ini bisa
menjadi nyeri akut atau kronis karena itu penderita biasanya memerlukan
tindakan medis untuk mengatasinya. Contohnya: rheumatoid arthritis.
c. Nyeri Neuropatik
Nyeri yang terjadi akibat adanya kerusakan jaringan pada sistem saraf
perifer atau sentral. Contohnya: nyeri yang dirasakan pasca mengalami
stroke.
d. Nyeri Fungsional
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
l
Nyeri ini terjadi karena terjadinya respon yang abnormal pada sistem saraf
seperti hipersensitifitas aparatur sensorik. Beberapa yang sering dialami
seperti nyeri dada dan nyeri pada kepala.
E. Kompres hangat
1. Definisi
Kompres hangat adalah tindakakan memberikan rasa hangat untuk
memenuhi kebutuhan rasa nyaman mengurangi untuk membebaskan nyeri,
mengurangi atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat pada
daerah tertentu (Hidayat, 2008).
Kompres air hangat juga dapat meningkatkan aliran darah untuk
mendapatkan efek analgesik dan relaksasi otot sehingga proses inflamasi
berkurang (Lemone & Burke, 2010). Air hangat yang digunakan biasanya
bersuhu 40,5˚C sampai 43˚C kemudian diletakan pada kain kemudian
dikompreskan pada daerah sendi yang mengalami nyeri selama 20 menit,
ganti kompres per 5 menit agar tetap hangat (Kusyati, 2006).
Kompres hangat adalah suatu metode dalam penggunaan suhu hangat
setempat yang dapat menimbulkan beberapa efek fisioligis, antara lain efek
vasodilatasi, meningkatkan premeabilitas kapiler, meningkatkan metabolisme
seluler, merelaksasi otot, meningkatkan aliran darah ke suatu area. Kompres
hangat dapat meningkatkan suhu jaringan dan sirkulasi darah lokal, yang
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
li
dapat menghambat produk metabolisme inflamasi seperti prostaglandin,
bradikinin dan histamine sehingga dapat mengurangi nyeri (Hager, 2003).
Tidak hanya kompres hangat tetapi kompres jahe juga efektif untuk
mengurangi nyeri. Kompres jahe adalah salah satu kombinasi antara terapi
hangat dan terapi relaksasi yang bermanfaat pada penderita nyeri sendi. Jahe
mengandung senyawa Phenol yang terbukti memiliki efek anti radang dan
diketahui ampuh mengusir penyakit sendi juga ketegangan yang dialami otot
sehingga dapat memperbaiki sistem muskuloskeletal yang menurun
(Susilowati, 2015).
2. Tujuan
a. Melebarkan pembuluh darah dan memperbaiki peredarah darah di jaringan
tersebut.
b. Pada otot, panas memiliki efek menurunkan ketegangan.
c. Meningkatkan sel darah putih secara total dan fenomena reaksi
peradangan serta adanya dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan
peningkatan sirkulasi darah serta peningkatan kapiler (Fauziyah, 2013).
3. Cara pemberian kompres hangat
a. Persiapan alat dan bahan
1) Botol atau kain yang dapat menyerap air.
2) Air hangat dengan suhu 40,5˚C sampai 43˚C.
3) Thermometer.
b. Tahap kerja
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
lii
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada klien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Masukan air kedalam air hangat, lalu diperas.
4) Tempatkan kain yang sudah diperas pada daerah yang akan
dikompres.
5) Angkat kain tersebut setelah 20 menit, dan lakukan kompres ulang jika
nyeri belum teratasi.
6) Kaji perubahan yang terjadi selama kompres dilakukan.
7) Cuci tangan (Uliyah & Hidayat, 2008).
F. Jahe
1. Pengertian
Jahe (Zingiber Officinale Rosc) termasuk dalam daftar prioritas WHO
sebagai tanaman obat yang paling banyak digunakan didunia. Rimpangnya
yang mengandung zingiberol dan kurkuminoid terbukti berkhasiat
mengurangi peradangan dan nyeri sendi. Jahe menekan sintesis prostaglandin
melalui inhibisi cyclooxygenase-1 dan cyclooxygenase-2, hasil penemuan
selanjutnya menyatakan bahwa jahe juga menekan biosintesis leukotrin
dengan menghambat 5-lipoxygenase, dan dalam penelitian sebelumnya
dinyatakan bahwa dua inhibitor cyclooxygenase dan 5-lipoxygenase memiliki
riwayat terapeutik lebih baik dan efek samping lebih sedikit dibandingkan
dengan NSAIDs (Grzanna dkk, 2005).
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
liii
Jahe (Zingiber Officinale Rosc) mempunyai kegunaan yang cukup
beragam, antara lain sebagai rempah, minyak atsiri, pemberi aroma, ataupun
sebagai obat (Bartley & Jacobs, 2000).
Jahe dapat mengurangi nyeri dan kekakuan pada satu atau lebih sendi,
untuk penanganan sendi dosis yang dianjurkan 510-1000mg/hari serbuk jahe.
Pemberian ekstrak jahe 1gr/hari selama 4 minggu atau lebih efektif
dibandingkan dengan placebo dan sama efektifnya dengan ibuprofen dalam
meredakan nyeri (Leach & Kumar, 2008).
2. Jenis tanaman jahe
Jahe (Zingiber Officinale Rosc) adalah tanaman herbal dari family zingi
barance dikenal 3 jenis jahe yaitu :
a. Jahe gajah atau jahe besar/jahe badak berwarna putih kekuningan.
b. Jahe emprit atau jahe putih, bentuknya agak pipih berserabut lembut.
c. Jahe merah, memiliki kandungan minyak atsiri lebih besar yaitu sekitar
2,58-2,72% jika dilihat dari ukuran rimpang yang agak kecil, ruas rata dan
sedikit menggembung (Rahman, 2004).
3. Kandungan
Zingerol, gingerol dan shogaol merupakan kandungan yang bermanfaat
untuk mengurangi nyeri osteoarthritis. Jahe memiliki sifat pedas, pahit dan
aromatic dari oleoresin. Oleoresin memiliki potensi antiinflamasi dan
antioksidan yang kuat kandungan air dan minyak tidak menguap pada jahe
berfungsi sebagai enhancer (bahan) yang dapat meningkatkan permeabilitas
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
liv
oleoresin sehingga dapat menembus kulit tanpa menyebabkan iritasi atau
kerusakan hingga sirkulasi perifer(Swarbick & Boylan, 2002).
4. Manfaat
Jahe memiliki banyak kegunaan, yaitu 10 dehydiogengerdione (rimpang)
penekan prostaglandin, 10 gingerdione (rimpang) penekan prostaglandin, 6
gingerol (rimpang) merangasang keluarnya ASI, penghambat enzim siklo
oksigenasi, penekan prostaglandin, alpha-linolenic (rimpang) anti perdarahan
diluar haid, merangsang kekebalan tubuh, merangsang produksi getah bening
(Dwiyanto, 2009).
5. Efek farmakologi
Pada serangkaian kasus, jahe dapat mengurangi nyeri dan kekakuan pada
satu atau lebih sendi pada pasien. Bahkan mampu mngurangi obat-obat
antiartritis. Untuk penanganan rematoid artritis dan osteoarthritis, dosis yang
dianjurkan 510-1000 mg/hari serbuk jahe. Pemberian ekstrak jahe 1 gr/hari
selama 4 minggu lebih efektif dibandingkan dengan plasbo dan sama
efektifnya dengan ibuprofen dalam meredakan nyeri pada osteoarthritis
(Leach & Kumar, 2008).
6. Efek merugikan jahe
Didalam evidence synthesis, Leach & Kumar (2008) menyatakan bahwa
ada dua penelitian yang melaporkan efek merugikan jahe seperti rasa panas
pada lambung (6,9%), perubahan rasa (7,5%)< dyspepsia, nausea dan
konjungtivis masing-masing (1,5%). Namun demikian tidak ada kejadian-
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
-
lv
kejadian berat yang merugikan sehingga menyebabkan penderita masuk
rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan atau kematian (Arif, 2010).
Pemberian Kompres Hangat..., ALFI SAHRI ADE KHARISMA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018