bab ii tinjauan pustaka - sinta.unud.ac.id ii fix...7 - ripper bucket : bucket jenis ini cocok untuk...
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengenalan Alat Berat
Alat-alat berat yang sering dikenal di dalam ilmu Teknik Sipil merupakan
alat yang digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan
pembangunan suatu struktur bangunan. Alat berat merupakan faktor penting di
dalam proyek, terutama proyek-proyek konstruksi maupun pertambangan dan
kegiatan lainnya dengan skala yang besar. Tujuan dari penggunaan alat-alat berat
tersebut adalah untuk memudahkan manusia dalam mengerjakan pekerjaannya,
sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah dengan waktu
yang relatif lebih singkat (Rochmanhadi, 1982).
2.1.1 Backhoe
Backhoe adalah suatu alat berat yang diperuntukkan memindahkan suatu
material, sehingga dapat meringankan pekerjaan yang berat apabila dilakukan
dengan tenaga manusia. Disamping itu hal ini juga untuk mempercepat waktu
pengerjaan sehingga dapat menghemat waktu (Rochmanhadi, 1982 ).
Backhoe sering digunakan untuk :
1. Menggali parit, lubang, pondasi
2. Penghancuran gedung
3. Perataan permukaan tanah
4. Mengangkat dan memindahkan material
5. Pertambangan
6
Gambar 2.1 Backhoe
Akibat adanya perbedaan kebutuhan dalam pemakaian Backhoe dalam
suatu bidang industri, sehingga Backhoe dapat dibedakan menjadi beberapa jenis
berdasarkan jenis bucketnya, antara lain :
- Standard Bucket : Jenis bucket yang sering digunakan karena
flexible untuk beberapa kondisi pekerjaan.
Gambar 2.2 Standard Bucket
7
- Ripper Bucket : Bucket jenis ini cocok untuk menggali
lapisan bebatuan dan tanah liat yang keras.
Bucket ini mempunyai penetrasi cukup
dalam.
Gambar 2.3 Ripper Bucket
- Trapezoid Bucket : Digunakan untuk membangun kanal atau
irigasi.
Gambar 2.4 Trapezoid Bucket
8
- Slope Finishing Bucket : Digunakan untuk meratakan permukaan
tanah karena memiliki bucket yang datar
dan lebar. Biasa untuk meratakan jalan,
kanal, sisi lereng, sisi sungai, dan lain-lain.
Gambar 2.5 Slope Finishing Bucket
- Ditch Cleaning Bucket : Berfungsi untuk membersihkan sungai atau
mengeruk lumpur di dasar sungai. Bucket
ini mempunyai beberapa lubang yang
berfungsi sebagai tempat keluarnya air.
Gambar 2.6 Ditch Cleaning Bucket
9
- Single Shank Ripper : Digunakan untuk mempersiapkan lahan
yang akan digali terutama untuk lahan
bebatuan dan juga untuk mencabut akar
batang pohon.
Gambar 2.7 Single Shank Ripper
- Three Shank Ripper : Alat yang efisien untuk untuk menggali
batuan pada lereng, menghancurkan dan
mengangkat pondasi beton, dan juga untuk
mencabut akar batang pohon.
Gambar 2.8 Three Shank Ripper
10
- Clamshell Bucket : Digunakan untuk memindahkan material.
Gambar 2.9 Clamshell Bucket
- Spike Hammer : Cocok untuk struktur beton, lereng
bendungan, dan lain-lain.
Gambar 2.10 Spike Hammer
- Grapple : Digunakan untuk mengangkat batang kayu.
11
Gambar 2.11 Grapple
- Lifting Magnet : Digunakan untuk mengangkat barang-
barang yang terbuat dari logam.
Gambar 2.12 Lifting Magnet
- Scrap Grapple : Untuk mengangkat dan memindahkan
material dengan bentuk yang tidak
beraturan. Memiliki 4 buah cakar yang
dapat membuka dan menutup dengan
silinder dan hidrolik masing-masing.
12
Gambar 2.13 Scrap Grapper
- Magnet Fork Excavator : Didasarkan pada lifting magnet dan fork
yang memberikan performa pengoperasian
dalam penanganan potongan-potongan
material, yaitu mengkombinasikan
kekuatan magnet dan fork.
Gambar 2.14 Magnet Fork Excavator
12
Gambar 2.13 Scrap Grapper
- Magnet Fork Excavator : Didasarkan pada lifting magnet dan fork
yang memberikan performa pengoperasian
dalam penanganan potongan-potongan
material, yaitu mengkombinasikan
kekuatan magnet dan fork.
Gambar 2.14 Magnet Fork Excavator
12
Gambar 2.13 Scrap Grapper
- Magnet Fork Excavator : Didasarkan pada lifting magnet dan fork
yang memberikan performa pengoperasian
dalam penanganan potongan-potongan
material, yaitu mengkombinasikan
kekuatan magnet dan fork.
Gambar 2.14 Magnet Fork Excavator
13
2.1.2 Dump Truck
Dump Truck adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan
material pada jarak menengah sampai jauh, muatannya diisikan oleh Backhoe atau
sebagainya (Rochmanhadi, 1982 ). Dump Truck dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. On Highway Dump Truck yaitu digunakan untuk memindahkan dan
membuang material dengan kapasitas terbatas. On Highway Dump Truck
ini termasuk kategori truck kecil. Berikut ini keuntungan dan kerugian
truck kecil yaitu sebagai berikut :
Gambar 2.15 On Highway Dump Truck
a. Keuntungan Truck Kecil :
- Lebih lincah
- Lebih mudah dioperasikan
- Lebih Fleksibel dalam pengangkutan jarak dekat
b. Kerugian Truck Kecil adalah :
- Waktu Hilang lebih banyak karena muatan yang kecil
- Backhoe lebih sedikit sukar karena bak yang kecil
2. Off Highway DumpTruck digunakan untuk memindahkan material dengan
kapasitas yang besar mulai dari 40 ton sampai 360 ton. Off Highway Dump
Truck ini termasuk kategori truck besar. Berikut ini adalah keuntungan dan
kerugian dari truck besar yaitu sebagai berikut :
14
Gambar 2.16 Off Highway Dump Truck
a. Keuntungan Truck Besar :
- Cocok untuk Pengangkutan Jarak menengah dan jauh
- Pemuatan lebih mudah, sehingga menghemat waktu
b. Sedangkan Kerugiannya adalah :
- Lebih sulit untuk mengoprasikan
- Jalan yg dilalui lebih cepat rusak jika dibanding Truck Kecil
- Tidak bisa melalui jalan-jalan umum
2.2 Pengertian Dasar Mengenai Tanah
Tanah dalam keadaan alami terdiri dari dua bagian ( Rochmanhadi, 1988 ),
yaitu :
- Bagian padat ( solids ) merupakan partikel tanah yang padat
- Bagian pori ( voids ) berisi air dan udara
Keadaan tanah yang dapat berpengaruh terhadap volume tanah yang
dijumpai dalam pemindahan tanah yaitu :
- Keadaan asli, yaitu keadaan tanah sebelum diadakan pengerjaan,
dinyatakan dalam ukuran alam Bank Measure ( BM ).
- Keadaan lepas, yaitu keadaan tanah setelah diadakan pengerjaan, misalnya
: tanah diatas blade, diatas truck didalam bucket dinyatakan dalam Loose
15
Measure (LM) yang besarnya sebagai berikut : LM = ( BM x % swell ) +
BM.
- Keadaan padat, yaitu keadaan tanah setelah ditimbun kembali dan
dipadatkan. Volume tanah setelah dipadatkan mungkin lebih besar
mungkin juga lebih kecil dari volume keadaan bank measure, tergantung
usaha pemadatan yang dilakukan.
Faktor tanah yang dapat berpengaruh terhadap produktifitas alat berat
adalah :
1. Berat material, berpengaruh terhadap volume yang diangkut / didorong,
hubungannya dengan tenaga tarik dari alat.
2. Kekerasan, makin keras tanah akan semakin sukar untuk dikerjakan oleh
alat, sehingga berpengaruh terhadap produktifitas alat.
3. Kohesivitas / daya ikat, Merupakan kemampuan untuk saling mengikat
diantara butir tanah itu sendiri, tiap-tiap jenis tanah mempunyai
kohesivitas yang berbeda-beda sehingga pengerjaan terhadap jenis-jenis
tanah tertentu tidak sama dengan tanah yang lain dalam hal produktifitas
dari peralatan.
4. Bentuk butir / material, Butiran yang kecil akan terdapat rongga yang
kecil, sedangkan tanah dengan butiran yang besar akan terdapat rongga
yang besar, sehingga akan berpengaruh terhadap pengembangan dan
penyusutan tanah yang pada akhirnya akan mempengaruhi produktifitas
alat.
Cara menghitung perubahan volume berbagai keadaan tanah:
a. Swell ditentukan dengan :
Sw = ( B-L ) / L x 100 % (2.1)
b. Shrinkage ( penyusutan ) ditentukan dengan :
Sh = (C - B)/C x 100 % (2.2)
dimana :
Sw = swell = persentase pengembangan tanah/material.
Sh = shrinkage = persentase penyusutan tanah/material.
B = berat jenis tanah keadaan asli.
L = berat jenis tanah dalam keadaan lepas.
16
C = berat jenis tanah dalam keadaan telah dipadatkan/padat.
2.3 Karakteristik Alat
Pemilihan alat ( tenaga alat ) sangatlah penting dilakukan agar alat yang
dioperasikan bisa bekerja secara optimal sesuai dengan spesifikasi alat dan
kondisi yang ada di lapangan sehingga alat yang digunakan tidak kekurangan
tenaga akibat pengaruh kelandaian. Alat harus diperhitungkan agar bisa bekerja
secara optimal seperti berikut ini : (Rochmanhadi, 1982 )
2.3.1 Tahanan Gelinding ( Rolling Resistance )
Tahanan gelinding adalah tahanan yang dialami kendaraan ketika melalui
suatu jalan atau permukaan. Untuk praktisnya, tahanan gelinding ( RR ) dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
RR = CRR x berat kendaraan beroda ( kg/ton ) (2.3)
CRR = koefisien tahanan gelinding (2.4)
Besarnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.1 Koefisien tahanan gelinding
JENIS TANAHCRR
RODA BESI RODA KARET
Tanah keras
Tanah gembur
Tanah lunak
Kerikil lepas
Pasir lepas
Tanah basah / lumpur
0,10
0,12
0,16
0,15
0,15
-
0,04
0,05
0,09
0,12
0,12
0,16
Sumber : Rochmanhadi (1982)
2.3.2 Pengaruh Kelandaian GR ( Grade Resistance )
Jika kendaraan bergerak pada jalan menanjak maka akan mendapat
hambatan akibat grafitasi, sebaliknya bila menurun akan mendapat tambahan
tenaga akibat grafitasi tersebut. Makin besar persentase kemiringan makin besar
pula nilai Wg ( komponen berat yang menghambat atau membantu pergerakan
kendaraan ). Setiap 1 % kemiringan medan Wg bertambah sebesar 10 kg untuk
setiap 1 ton berat kendaraan.
17
2.3.3 Koefisien Traksi
Koefisien traksi adalah suatu faktor yang harus dikalikan pada berat total
kendaraan untuk mendapatkan tenaga maksimum yang boleh dikerahkan agar
roda tidak selip. Tenaga atau traksi yang boleh dikerahkan agar roda tidak selip
disebut traksi kritis, besarnya traksi tersebut adalah sebagai berikut :
Traksi kritis = koefisien traksi x berat total kendaraan (2.5)
Besarnya koefisien traksi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.2 Koefisien Traksi
TYPE DAN JENIS TANAHJENIS RODA
BAN KELABANG
Lempung 0,55 0,90
Liat kering 0,55 0,90
Tanah kering 0,55 0,90
Jalan datar tanpa perkerasan 0,55 0,90
Lempung liat basah 0,45 0,70
Lempung liat becek 0,45 0,70
Tanah pertanian basah 0,45 0,70
Tempat pengambilan batu 0,65 0,55
Pasir basah 0,40 0,50
Jalan kerikil gembur 0,36 0,50
Pasir kering gembur 0,20 0,30
Tanah basah berlumpur 0,20 0,25
Sumber : Rochmanhadi (1982)
2.3.4 Pengaruh Ketinggian ( Altitude )
Makin tinggi suatu tempat, lapisan oksigen semakin tipis sehingga
pembakaran antara bahan bakar dan oksigen dalam mesin menjadi berkurang.
Oleh karena itu tenaga mesin juga akan berkurang. Menurut hasil penelitian untuk
mesin 4 langkah pengurangan tenaga mesin sebesar 3 % setiap kenaikan tempat
100 m diatas ketinggian 750 m diatas muka air laut. Itu artinya sampai ketinggian
750 m diatas muka air laut tenaga mesin belum berkurang. Sedangkan untuk
mesin 2 langkah, pengurangan tenaga mesin hanya 1 %.
18
2.3.5 Drawbar Pull ( DBP )
Drawbar Pull adalah tenaga yang tersedia pada kait di belakang traktor
dinyatakan dalam satuan Lb, kg atau HP. DBP merupakan tenaga bersih yang bisa
digunakan oleh traktor atau kendaraan untuk menarik beban. Tenaga bersih
tersebut merupakan tenaga yang disediakan oleh mesin setelah dikurangi oleh
tenaga yang digunakan untuk mengatasi rolling resistance, grade resistance dan
pengaruh ketinggian.
2.3.6 Rimpull
Rimpull adalah tenaga yang disediakan oleh mesin kepada roda,
dinyatakan dalam satuan kg. Tenaga ini akan bisa dimanfaatkan secara optimal
untuk memindahkan alat bila roda tidak selip. Agar roda tidak selip harus ada
gesekan yang cukup antara roda dan landasan kerja. Bila rimpull suatu alat tidak
diketahui, biasanya bisa dihitung dengan rumus :
Rimpull = ( 375 x HP x efisiensi ) / Kec. ( mph ) lb. (2.6)
Besarnya efisiensi berkisar antara 80 % s/d 85 %. Dalam menghitung
tenaga tari alat, rimpull harus dikurangi dengan tenaga yang dihabiskan untuk
mengatasi RR, GR, dan tenaga karena pengaruh ketinggian (altitude).
2.3.7 Gradeability
Gradeability adalah kemampuan alat untuk mendaki tanjakan yang
dinyatakan dalam persen. Gradeability tergantung dari :
- kendaraan sendiri (dalam kondisi kosong atau dimuati)
- kecepatan pada gear yang dipilih
- daya tarik yang tersedia
- berat total kendaraan
- rolling resistance
19
2.4 Produktivitas
Produktivitas dapat dibagi menjadi dua bagian : (Suryadharma dan Y.
Wigroho).
2.4.1 Produktivitas Tenaga Kerja
Selain dari tenaga-tenaga yang tersedia, pelaksana harus mencari tenaga
kerja baru untuk mencukupi keperluan tenaga kerja. Hal ini mengharuskan untuk
menghitung kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan, seperti tenaga kerja
berpendidikan tinggi, operator alat berat dan lain sebagainya yang tentunya
memerlukan suatu perencanaan sehingga pelaksanaan dapat berjalan dengan baik.
2.4.2 Produktivitas Alat-alat Berat
Produktivitas alat berat adalah batas kemampuan alat berat untuk bekerja
atau hubungan antara tenaga yang dibutuhkan, tenaga yang tersedia dan tenaga
yang dapat dimanfaatkan sangat berpengaruh pada produktivitas suatu alat berat.
a. Backhoe digunakan untuk pekerjaan penggalian tanah. Untuk mulai menggali
dengan alat ini, bucket dijulurkan ke depan ke tempat galian, bila bucket sudah
pada posisi yang diinginkan bucket diayunkan ke bawah seperti dicangkulkan,
kemudian lengan bucket ditarik kearah alatnya. Setelah bucket terisi penuh
lalu diangkat dari tempat penggalian dan dilakukan swing. Untuk mengangkut
hasil penggalian digunakan dump truck.
Untuk Produksi Backhoe := (2.7)
Dimana :
Q = Produksi Backhoe (m3/jam LM)
q = Kapasitas Bucket (m3)
E = Job faktor
Ct = Waktu siklus (menit)
b. Dump Truck digunakan untuk pengangkutan material timbunan dan galian.
Dump truck yang digunakan adalah dump truck bertipe pengangkatan ke
belakang. Material dari hasil galian backhoe lalu dimasukan kedalam dump
truck kemudian dibuang ke tempat pembuangan atau tempat timbunan. Cara
pembuangan material dengan cara bak truck didorong dengan alat hidrolik
sehingga didapat kemiringan bak truck yang sesuai dengan kemiringan yang
20
diinginkan. Untuk menghitung produksi perjam dari dump truck yang
mengerjakan pekerjaan yang sama secara simultan dapat dihitung dengan
rumus :
Untuk Produksi Dump Truck := (2.8)
Dimana :
Q = Produksi Dump Truck (m3/jam LM)
q = Kapasitas bak (m3)
E = Job faktor
Ct = Waktu siklus (menit)
2.5 Job Faktor Alat Berat
Adapun rumus untuk mendapatkan nilai job factor adalah : (Peurifoy,
Ledbetter, Martono, 1988 )
Etotal =Eam + Eco + Em + EM (2.9)
dimana :
Eam = Faktor gabungan alat dan medan
Eco = Faktor gabungan cuaca dan operator
Em = Faktor sifat dan kondisi material
EM = Faktor kondisi manajemen
2.5.1 Faktor Gabungan Alat dan Medan (Eam)
a. Kondisi Peralatan
Nilai kondisi peralatan dapat dicari dengan rumus :
K = 100 - (( 100 - 60 ) / UE ) x t (%) (2.10)
dimana :
UE = umur ekonomis alat dalam jam
t = jam operasi yang sudah dicapai dalam jam
Berikutnya nilai kondisi tersebut dapat klasifikasikan kedalam kriteria
sesuai dengan tabel berikut :
21
Tabel 2.3 Klasifikasi Kondisi
NO KLASIFIKASI KONDISI NILAI KONDISI (%)
1 Prima 100 – 90
2 Baik 90 – 80
3 Cukup 70 – 80
4 Sedang 60
Sumber : Rochmanhadi (1982)
b. Kondisi Medan dan Lingkungan
Kondisi medan dapat dicari dengan melihat tabel berikut :
Tabel 2.4 Klasifikasi Kondisi Lapangan
KLASIFIKASI KONDISI
LAPANGANKRITERIA
IDEAL
Lapangan datar kering
Jalan hantar lurus, keras/aspal, datar
Ruang gerak luas
Lingkungan bebas
RINGAN
Lapangan datar lembab
Jalan hantar lurus, bergelombang,
perkerasan kering (alam) lembab
Ruangan gerak luas
Lingkungan bebas
SEDANG
Lapangan kering bergelombang
Jalan hantar tidak lurus,
bergelombang, tanpa perkerasan
(alam) lembab
Ruang gerak luas
Lingkungan bebas
BERAT Lapangan bergelombang dan becek
Jalan hantar berbelok-belok tajam dan
22
bergelombang tidak terawat (alam)
dan becek
Ruang gerak sempit
Lingkungan terbatas
Sumber : Rochmanhadi (1982)
Berikut dari kedua nilai tersebut dicari nilai faktor gabungannya dengan
melihat tabel berikut :
Tabel 2.5 Faktor Gabungan
NOKONDISI
MEDAN
KONDISI ALAT
PRIMA BAIK CUKUP SEDANG
1 Ideal 0.95 0.90 0.85 0.80
2 Ringan 0.90 0.852 0.805 0.757
3 Sedang 0.85 0.805 0.760 0.715
4 Berat 0.80 0.715 0.715 0.673
Sumber : Rochmanhadi (1982)
2.5.2 Faktor Gabungan Cuaca dan Operator (Eco)
a. Operator
Nilai kemampuan pada masing-masing klasifikasi didasarkan atas
curriculum vitae (CV) operator dan mekanik sebagai berikut :
Tabel 2.6 Curriculum Vitae Operator dan Mekanik
NO KUALIFIKASI IDENTITAS (CURRICULUM VITAE)
1 Terampil
Pendidikan STM/Sederajat
Sertifikat SIMP/SIPP (III) dan atau
Pengalaman lebih dari 6000 jam
2 Baik
Pendidikan STM/Sederajat
Sertifikat SIMP/SIPP (II) dan atau
Pengalaman lebih dari 4000 - 6000 jam
3 Cukup
Pendidikan STM/Sederajat
Sertifikat SIMP/SIPP (I) dan atau
Pengalaman lebih dari 2000 - 4000 jam
23
4 Sedang
Pendidikan STM/Sederajat
Sertifikat dan atau Pengalaman kurang dari
3000 jam
Sumber : Rochmanhadi (1982)
5. Cuaca
Keadaan Cuaca dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi, yaitu :
- Terang, segar
- Terang, panas, berdebu
- Mendung gerimis, dingin
- Gelap
Dari nilai kualifikasi operator dan keadaan cuaca didapat nilai factor
gabungannya sesuai dengan tabel berikut :
Tabel 2.7 Kualifikasi Operator
NO CUACAOPERATOR DAN MEKANIK
Terampil Baik Cukup Sedang
1 Terang, segar 0.90 0.85 0.80 0.75
2Terang, panas,
berdebu0.83 0.783 0.737 0.691
3Dingin, mendung,
gerimis0.75 0.708 0.666 0.624
4 Gelap 0.666 0.629 0.592 0.555
Sumber : Rochmanhadi (1982)
2.5.3 Faktor Sifat dan Kondisi Material (Em)
Untuk mencari nilai faktor sifat dari kondisi material dapat dilihat dari
jenis alat dan jenis material sesuai dengan tabel berikut :
24
Tabel 2.8 Kondisi Material
PENGERJAANTINGKAT
KESULITAN
FAKTOR
MATERIAL
KONDISI DAN JENIS
MATERIAL
DOZING
Mudah 1.10
Dapat digusur secara sempurna
penuh blade, kadar air rendah,
bukan tanah pasir dipadatkan,
tanah biasa, onggokan material.
Sedang 0.90
Tanah lepas tetapi tidak. Digusur
sepenuh blade, tanah kerikil,
pasir, batu pecah halus.
Agak Sulit 0.70
Kadar air tinggi, liat lengket,
tanah liat keras kering, pasir
kerikil.
Sulit 0.60Batu hasil peledakan atau batu
berukuran kasar dan lumpur.
EXCAVATING
Mudah 1.20Kondisi alam, tanah biasa atau
tanah lunak.
Sedang 1.10
Kondisi alam tanah liat, tanah
liat, tanah pasir atau pasir
kering.
Agak Sulit 0.90Kondisi alam tanah pasir dengan
kerikil.
Sulit 0.80Onggokan batu hasil peledakan,
lumpur.
LOADING
Mudah 1.00 - 1.00
Onggokan material, hasil galian
dapat menunjung, pasir, tanah
pasir, tanah liat lembek basah
(kadar air sedang).
Sedang 0.85 - 0.95
Onggokan tanah material tetapi
untuk mengambilnya agak
diforsir, pasir kering, tanah liat,
batu pecah, kerikil halus.
25
Agak Sulit 0.80 - 0.85
Batu pecah halus, tanah liat
keras, sirtu, tanah pasir, tanah
liat yang semuanya sulit di
sodok dan lumpur.
Sulit 0.75 - 0.80
Batu pecah kasar, hasil
peledakan, batu kali, sirtu, tanah
pasir, tanah liat yang semuanya
sulit disodok dan lumpur.
HAULINGPengisian
oleh Loader1.10 - 1.20
Semua material yang diangkut
adalah material lepas, alat hanya
berfungsi pengangktuan, bukan
pengisian.
Sumber : Rochmanhadi (1982)
2.5.4 Faktor Kondisi Manajemen (EM)
Prestasi suatu peralatan sangat dipengaruhi oleh tingkat kemantapan suatu
manajemen. Adapun cara untuk mencari nilai menajemen dapat dicari
berdasarkan tabel berikut :
Tabel 2.9 Kondisi Manajemen
NO KUALIFIKASI CURRICULUM VITAENILAI FAKTOR
(%)
1 Sangat baik
Pendidikan :
Formal : S1 - Teknik
Informal :
Large project management
Manager audit
Project administration
Pengalaman :
Proyek dengan nilai 1 M
Proyek dengan nilai 1.5 M
0.95
2 BaikPendidikan :
Formal : S1 - Teknik0.90
26
Informal :
Contraction management
Engineering management
Similar project management
Pengalaman :
Proyek dengan nilai 0.50 M
Proyek dengan nilai 1 M
3 Cukup
Pendidikan :
Formal : S1 - Teknik
Informal :
Engineering management
Similar project management
Pengalaman :
Proyek dengan nilai 0.25 M
Proyek dengan nilai 0.50 M
0.85
4 Sedang
Pendidikan :
Formal : STM - Teknik
Informal :
Engineering management
Pengalaman :
Proyek dengan nilai 0.10 M
Proyek dengan nilai 0.25 M
0.80
Sumber : Rochmanhadi (1982)
2.6 Waktu Siklus
Waktu siklus adalah waktu yang dibutuhkan alat untuk satu kali produksi
(Rochmanhadi, 1985 )
2.6.1 Backhoe
Waktu Siklus terdiri dari 4 (empat) komponen waktu, yaitu :
1. waktu muat bucket (digging time), tm;
2. waktu putar bermuatan (swing loaded time), tpb;
27
3. waktu buang muatan (dumping time), tb;
4. waktu putar kosong/kembali (swing empty empty time), tpk.
Jadi waktu siklus atau cycle time adalah :
Ct = tm + tpb + tb + tpk (menit) (2.11)
Waktu siklus masih dipengaruhi oleh faktor kedalaman gaian yaitu :
R = x100% (2.12)
Sehingga waktu siklus diperhitungkan adalah
Ct = Cta x R (menit) (2.13)
Berdasarkan rumus diatas dapat dicari nilai Cta dan R berdasarkan tabel berikut :
Tabel. 2.10 Nilai Cta dan R
SUDUT
BUANG
KAPASITAS BUCKET (M3)
0.25 0.40 0.45 0.50 0.55 0.60 0.70 0.80 0.90 1.00 1.20 1.50 1.70
90 0.20 0.20 0.23 0.23 0.23 0.26 0.26 0.26 0.26 0.28 0.30 0.31 0.33
180 0.25 0.25 0.28 0.28 0.28 0.31 0.31 0.31 0.31 0.33 0.35 0.36 0.38
Tabel 2.10 (Lanjutan)
R (%) Mudah Sedang Agak Sulit Sulit
< 40 0.70 0.90 1.10 1.40
40 – 75 0.80 1.00 1.30 1.60
> 75 0.90 1.10 1.50 1.80
Sumber : Rochmanhadi (1982)
Pada tabel R diatas, yang dimaksud dengan :
Mudah = tanah lunak
galian dangkal
kehati-hatian menggali tidak perlu
Sedang = pembuangan bebas
tanah biasa
kedalaman sedang
kehati-hatian menggali tidak perlu
Agak Sulit = pembuangan tertentu
tanah keras, liat
perlu kehati-hatian menggali
28
Sulit = pembuangan tertentu
tanah liat, liat
perlu kehati-kehatian menggali
2.6.2 Dump truck
Waktu siklus terdiri dari 5 komponen waktu yaitu :
1. waktu muat : tm = qdt/ql x Cu (menit)
2. waktu angkut muatan : tam = D/Vam (menit)
3. waktu buang muatan : tb (menit)
4. waktu kembali (kosong) : tk = D/Vk (menit)
5. waktu tunggu dimuati : tt (menit)
Jadi waktu siklus adalah :
Ct = (qdt/ql x Ctl) + (D/Vam) + (D/Vk) + tb + tt (menit) (2.14)
dimana :
qdt = kapasitas bak DumpTruck (m3)
ql = kapasitas bucket pemuat (m3)
Ctl = waktu siklus pemuat (menit)
D = jarak angkut (m)
Vam = kecepatan angkut (m/menit)
Vk = kecepatan kembali (m/menit)
Memperhatikan rumus waktu siklus tersebut diatas terlihat bahwa
kecepatan translasi ( kecepatan untuk menempuh setiap segmen jarak atau waktu
yang dibutuhkan oleh dump truck untuk melakukan atau melewati setiap
komponen siklusnya, komponen yang dimaksud antara lain terdiri dari waktu
muat, waktu angkut, waktu buang, waktu kembali kosong dan waktu tunggu
dimuati ) merupakan salah satu faktor penentu besar kecilnya angka waktu siklus,
sehingga perlu terlebih dahulu menghitung besarnya kecepatan sebagai berikut :
Kecepatan angkut Vam= N x 75 x 60 /Pam (m/menit) (2.15)
Kecepatan balik VVk = N x 75 x 60 / Pk (m/menit) (2.16)
Selanjutnya dalam rumus kecepatan diatas perlu terlebih dahulu
menghitung gaya angkut / Pam dan gaya kembali / Pk sebagai berikut :
Pam = R ( Bo + q Bj )(RR ± sin a/1000) (kg) (2.17)
29
Pk = R.Bo (RR ± sin.a/1000) (kg) (2.18)
dimana :
N = tenaga mesin (HP)
Bo = berat alat (ton)
q = kapasitas angkut (m3)
Bj = berat jenis material dalam keadaan lepas (ton/m3)
RR = rolling resistance/tahanan gelinding (kg/ton)
a = sudut kelandaian (derajat)
+ = menanjak
- = menurun
R = konsentrasi beban pada roda penggerak
= 0.60 untuk rear drive
= 0.50 untuk rear and front drive
Selanjutnya waktu tunggu dan waktu buang yang angkanya dipengaruhi
oleh metode kerja, kondisi lapangan, dan kondisi alat perlu diketahui. Untuk
mempermudah perhitungan berikut ini diberikan angka-angka untuk tb dan tt tabel
berikut :
Tabel 2.11 Waktu Buang dan Waktu Tunggu
No Kondisi Wkt.Buang, tb (menit) Wkt. Tunggu, tt (menit)
1 Baik 0.50 - 0.70 0.10 - 0.20
2 Sedang 1.00 - 1.30 0.25 - 0.35
3 Kurang 1.50 - 2.00 0.40 - 0.50
Sumber : Rochmanhadi, 1982
Kriteria kondisi baik, sedangkan dan kurang pada tabel diatas adalah sbb :
Baik = pembuangan bebas
tidak perlu manuver mengatur posisi pembuangan atau
unloading dan pengisian
antrian tidak terjadi
Sedang = pembuangan tidak bebas
perlu manuver mengatur posisi pembuangan dan pengisian
30
antrian menumpuk (lebih dari 1 unit)
Kurang = pembuangan tidak bebas
perlu manuver mengatur posisi pembuangan dan pengisian
antrian menumpuk (lebih dari 2 unit)
2.7 Jumlah Kebutuhan Peralatan
2.7.1 Backhoe
Untuk menghitung kebutuhan peralatan Backhoe dapat dirumuskan
sebagai berikut : (Rochmanhadi, 1985 )
n = V/ (We.S.Q) (2.18)
dimana :
n = jumlah unit peralatan perjenis (unit)
V = volume perjenis pekerjaan (m3)
We = waktu efektif hari kerja (hari)
S = standar jam kerja perhari sesuai peraturan (=8 jam/hari)
Q = produksi peralatan persatuan-satuan waktu (m3/jam)
2.7.2 DumpTruck
Untuk menghitung kebutuhan peralatan DumpTruck dapat dirumuskan
sebagai berikut :
n= Ct DT x (2.19)
dimana :
n = jumlah unit peralatan perjenis (unit)
Ct DT = waktu siklus dari DumpTruck (menit)
qBH = kapasitas bucket pemuat (m3)
qDT = kapasitas bak DumpTruck (m3)
Ct BH = waktu siklus dari Backhoe (menit)
31
2.8 Analisa Biaya Penggunaan Alat
2.8.1 Komponen Biaya
Biaya penggunaan peralatan dihitung berdasarkan keperluan biaya untuk
mengoperasikan alat per 1 ( satu ) jam pengoperasian, yang harus memperlihatkan
komponen biaya sebagai berikut : ( Badan Penerbit pekerjaan Umum Jakarta,
1988 )
1. Biaya Kepemilikan, terdiri dari :
a. biaya penyusutan
b. bunga modal
c. asuransi
2. Biaya Operasi, terdiri dari :
a. bahan bakar
b. bahan pelumas mesin
c. bahan pelumas transmisi
d. minyak hidrolik
e. gemuk
f. filter-filter
g. bahan-bahan pokok
h. biaya operator
3. Biaya Pemeliharaan/Perbaikan.
2.8.2 Biaya Kepemilikan
1. Biaya Penyusutan adalah cicilan pengembalian modal atau investasi
yang ditanam dalam bentuk alat yang ada pada suatu saat akan habis
karena proses keausan akibat penggunaan. Ada tiga cara yang umum
dalam menentukan nilai penyusutan : ( Badan Penerbit pekerjaan
Umum Jakarta, 1988 )
a. Straight Line Adalah penyusutan yang nilainya pada tiap kali
penyusutan dilakukan sama besar sepanjang masa penyusutan, sebagai
berikut :
D = ( Hp – Hs – Hbp ) / ( UE.h ) Rp./jam (2.20)
Dimana :
D = penyusutan depresiasi
32
Hp = harga pokok alat Rp
Hs = harga sisa atau nilai sisa alat, biasanya 10 % Hp Rp
Hbp = harga ban untuk peralatan beroda ban dan pipa – pipa
untuk kapal keruk (ban/pipa bukan merupakan bagian
dari harga pokok alat)
UE = umur ekonomis alat yang akan disusut (tahun)
H = jumlah jam operasi per tahun
b. Double Declining Balance adalah penyusutan yang didasarkan pada
harga buku saat akan disusut, sehingga nilai penyusutan tidak sama
pada periode penyusutan, sebagai berikut :
Dn = ( 2/UE ) x ( HB(n-1) / h ) Rp/jam (2.21)
dimana :
Dn : penyusutan pada periode ke – n
HB(n-1) : harga buku alat sebelum periode ke-n Rp.
UE : umur ekonomis alat tahun
h : jumlah jam operasi per tahun
n : periode ke-n
c. Sum of Years Digits adalah penyusutan yang nilai susut pada tiap
periode penyusutan tidak sama dan didasarkan pada jumlah digits
umur ekonomis sebagai berikut :
Dn = [ 2.h.(UE + 1) / (Ue + 1 ) ] x [ (Hp – Hs – Hbp)/h ] (2.22)
dimana :
Dn : penyusutan pada periode ke-n
UE : umur ekonomis alat tahun
h : umur alat pada saat akan disusut tahun
Hp : harga pokok alat Rp
Hs : harga sisa alat, biasanya diperhitungkan sebesar 10 % Hp
Rp
Hbp : harga ban untuk peralatan beroda ban, dan pipa untuk peralatan
keruk
33
Memperhatikan rumus-rumus penyusutan diatas, maka untuk :
1. Cara double declining balance dan sum of years digits harus diketahui
data alat meliputi :
a. periode penyusutan tahun ke-n
b. harga buku alat pada sebelum tahun ke-n
karena itu cara ini hanya cocok untuk pekerjaan swakelola.
2. Cara straight line, tidak perlu mengetahui data yang dimaksud butir 1
diatas, karena nilai penyusutan rata atau sama tiap periode.
Mengingat pekerjaan dilaksanakan secara kontraktual dan data inventaris
sumberdaya kontraktor dalam bentuk alat tidak diketahui, maka dalam rangka
penyusunan owner’s estimate cost digunakan straight line. Cara ini juga sangat
sesuai dengan cara para kontraktor menghitung penyusutan dalam penawarannya.
2. Bunga modal adalah bunga dari seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
memiliki alat. Jumlah dari biaya-biaya tersebut disebut sebagai harga
pokok alat. Modal dalam bentuk alat tersebut mengalami penyusutan,
sehingga nilainya semakin kecil dengan bertambahnya umur alat. Sejalan
dengan hal tersebut, maka nilai bunganya juga harus semakin kecil.
Mengingat saat pengenaan perhitungan bunga dalam tenggang masa
penyusutan datannya tidak diketahui, terlebih karena pemilik modal adalah
pihak lain, maka dalam rangka pennyusunan owners estimate cost ( OE )
digunakan cara perhitungan bunga rata-rata sebagai berikut :
Bm = i. ( (UE+1)/2.UE ) x ( Hp/h ) Rp/jam (2.23)
dimana :
i : tarif bunga yang angkanya sesuai dengan ketetapan Bank
Indonesia pada saat bersangkutan.
UE : umur ekonomis dari alat bersangkutan tahun
Hp : harga pokok alat Rp
H : standar jam operasi per tahun = 2000 jam
3. Asuransi, Mengingat investasi dalam bentuk alat cukup mahal, maka
umumnya kontraktor mengasuransikan peralatannya guna menghadapi
resiko kecurian, kebakaran dan kecelakaan dengan perhitungan premi
sebagai berikut :
34
Biaya asuransi = p% . [ (UE+1)/2.UE ] x (Hp/h) Rp/jam (2.24)
dimana :
p : premi asuransi = 2 % ( biasanya )
UE : umur ekonomis alat tahun
Hp : harga pokok alat Rp
h : standar jam operasi alat per tahun = 2000 jam.
Mengingat peralatan terdiri dari berbagai jenis dan dalam rumusan
depresiasi, bunga modal dan asurannsi terdapat komponen umur ekonomis maka
perlu sekali diketahui umur ekonomis dari tiap jenis alat, seperti yang di berikan
pada lampiran ( tabel ).
2.8.3 Biaya Operasional
Biaya operasional adalah biaya-biaya yang harus disediakan untuk
memperoleh jasa alat. Biaya ini terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut:
( Badan Penerbit pekerjaan Umum Jakarta, 1988 )
a. Biaya bahan bakar ( BBM )
Ditentukan sebagai berikut :
BBM = (0,80. N. S / E ) x Hbbm Rp/jam (2.25)
dimana :
N : tenaga maksimum yang tersedia pada fly wheel sesuai dengan
spesifikasi teknik dari alat ( HP )
S : kebutuhan spesifik bahan bakar sesuai dengan spesifikasi peralatan
yang bersangkutan.
Bila hal tersebut tidak diketahui, maka dapat digunakan pendekatan
empiris sebagai berikut :
S = 0,22. Liter / HP. Jam : untuk bensin
S = 0,15. Liter / HP.jam : untuk solar
Hbbm : harga bahan bakar setempat ( Rp//jam )
E : job faktor alat yang mempengaruhi pengoperasian alat.
Nilainya sama dengan job faktor yang ditetapkan pada
perhitungan produksi.
b. Biaya bahan oli pelumas.
Ditentukan sebagai berikut :
35
1. Untuk mesin.
BB.Om = [(C/T) + (S/E)] x N x Hbop Rp/jam (2.26)
Dimana :
C : kapasitas crank case atau carter mesin sesuai dengan spesifikasi
mesin. Bila hal tersebut tidak diketahui maka dapat digunakan
pendekatan empiris yaitu :
C = 0,13 liter / HP (2.27)
T : interval waktu penggantian minyak pelumas = 250 jam operasi.
S : kebutuhan spesifik bahan pelumas, pengganti yang hilang
karena penguapan atau rembesan melalui seal.
= 0,0005 liter / HP.jam
E : job faktor alat yang mempengaruhi beban dan jam operasi alat.
Nilainya sama dengan job faktor yang ditetapkan pada
perhitungan produksi.
N : tenaga yang tersdia di fly wheel alat sesuai spesifikasi alat
HP
Hbop : harga bahan pelumas setempat Rp/liter
2. Untuk transmisi, meliputi tarque converter, main clutch, steering
cases, differential, final drive, dan lain-lain.
BBOT = [(C/T) + ( S/E)] x N.Hbop Rp/jam (2.28)
dimana :
C : kapasitas transfer cases sesuai spesifikasi alat, bila tidak
diketahui dapat digunakan pendekatan empiris yaitu :
C = 0,223 liter / HP
T : interval waktu penggantian minyak pelumas = 1000 jam
S : kebutuhan spesifik bahan pelumas, pengganti yang
hilang karena penguapan atau rembesan melalui seal.
= 0,0003 liter / HP.jam
E : job faktor alat yang mempengaruhi beban dan jam
operasi. Nilainya sama dengan job faktor yang ditetapkan
pada perhitungan produksi.
36
N : tenaga yang tersedia di fly wheel alat sesuai dengan
spesifikasi alat ( HP ).
Hbop : harga bahan pelumas setempat Rp/ltr
Catatan :
Harga jenis bahan pelumas mesin dapat berbeda dengan harga dan jenis
pelumas transmisi.
c. Biaya bahan hidraulic
Ditentukan sebagai berikut :
BBH = [(C/T) + ( S/E )] x N. Hbbh Rp/jam (2.29)
dimana :
C : kapasitas tangki persediaan bahan hidraulic yang nilainya
seperti tabel dibawah ini :
Tabel 2.12 Kapasitas Tangki
No. Jenis Alat C ( liter/HP )
1
2
3
4
5
6
Bulldozer
Track Loader
Dump Truck
Motor grader
Motor scraper
Wheel loader
0,62
7 Compactor ( Vibroller ) 1,29
8
9
10
Excavator ( hidraulic )
Drilling rig
Kapal keruk
2,875
Sumber : Rochmanhadi (1982)
T : interval waktu penggantian hidraulic = 2000 jam operasi
S : kebutuhan spesifik bahan hidraulic pengganti yang hilang
karena penguapan dan rembesan melalui seal
= 0,0003. Liter/HP.jam untuk alat nomor 1 s/d 6 pada tabel C.
= 0,00064 liter/HP.jam untuk alat nomor 7 s/d 10 pada tabel C.
37
E : job faktor alat yang mempengaruhi beban dan jam operasi.
Nilainya sama dengan job faktor yang ditetapkan pada
perhitungan produksi.
N : tenaga yang tersedia di fly wheel alat sesuai dengan spesifikasi
alat ( HP ).
Hbbh : harga bahan hydraulic setempat Rp/ltr
d. Biaya bahan gemuk ( grease )
Ditentukan sebagai berikut :
BBG = S/E x N x Hbbg Rp/jam (2.29)
dimana :
S : kebutuhan spesifik bahan gemuk
= 0,00009 kg / HP. Jam untuk alat nomor urut 1 s/d 6,7,9 dan 10
tabel
= 0,006 kg /HP. Jam untuk excavator
N : tenaga yang tersedia di fly wheel alat sesuai spesifikasi alat.
Hbbg : harga bahan gemuk setempat Rp/kg
E : job faktor alat yang nilainya sama dengan yang diperhitungkan
pada produksi alat.
e. Biaya filter-filter.
Ditentukan berdasarkan biaya-biaya bahan bakar pelumas dan hidraulic
serta grease, yaitu :
BFF= 0,50 ( BBM + BBO + BBH + BBG ) Rp/jam (2.30)
dimana :
BBM : biaya bahan bakar
BBO : biaya bahan pelumas
BBH : biaya bahan hidraulic
BBG : biaya bahan grease
f. Biaya bahan pokok
Bahan-bahan pokok dimaksud disini adalah :
- ban, untuk peralatan beroda ban
- pipa-pipa, untuk peralatan yang menggunakan pipa-pipa (misalnya kapal
keruk).
38
Biaya bahan pokok ditentukan sebagai berikut :
BBP = Hbbp / T Rp/jam (2.31)
dimana :
Hbbp : harga bahan pokok Rp
T : umur ekonomis bahan pokok jam
Nilai T untuk ban adalah seperti pada tabel berikut ini yang didasarkan
pada kondisi medan pengoperasian.
Tabel 2.13 Umur Ekonomis Untuk Ban
No. Jenis Alat
T ( jam )
Kondisi Medan
Ringan Sedang Berat
1
2
3
4
5
Dump truck
Motor scraper
Towed scraper
Motor grader
Wheel loader
3500
3000
5000
3000
3000
2500
2000
4000
2000
2000
1500
1000
3000
1000
1000
Sumber : Rochmanhadi (1982)
g. Biaya operator.
Operator tidak sama dengan pekerja ( labour ) karena itu biaya operator
harus sesuai dengan peraturan penggajian dengan komponen penerimaan
operator terdiri dari :
1. Gaji ( upah operator dan pembantu operator ( bila ada ) ) Rp/jam
2. Biaya lembur Rp/jam
3. Premi prestasi ( bila ada ) Rp/jam
4. Tunjangan pengobatan, ekstra fooding pakaian kerja Rp/jam
2.8.4 Biaya Pemeliharaan / Perbaikan
Biaya pemeliharaan / perbaikan yang dimaksud disini adalah untuk
pemeliharaan / perbaikan tingkat III ( PTK. III ) dan tingkat IV ( PTK. IV ).
Dalam biaya ini sudah termasuk biaya pengadaan suku cadang dan biaya mekanik
dengan komposisi 57 % suku cadang dan 43 % mekanik. Biaya
pemeliharaan/perbaikan ditentukan sebagai berikut :( Badan Penerbit pekerjaan
Umum Jakarta, 1988 )
39
BPP = f x [(HP – Hbbp) / UE ] Rp/jam (2.32)
dimana:
f : faktor biaya pemeliharaan selama umur ekonomis alat = 65 %
atau 90 % tergantung pada jenis alat sebagaimana tercantum
dalam tabel umur ekonomis.
HP : harga pokok peralatan Rp
Hbbp : harga ban Rp
UE : umur ekonomis alat jam ( lihat tabel umur ekonomis )
2.9 Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan
Bahwa untuk menyelesaikan pekerjaan diperlukan peralatan, bahan-bahan
dan tenaga pengawas, pengatur dan pekerja ( Badan Penerbit pekerjaan Umum
Jakarta, 1988 ). Karena itu perhitungan harga satuan pekerjaan adalah :
HSP = B/Q Rp/m3 (2.33)
dimana :
B : total/biaya yang dikeluarkan per satu satuan waktu alat, bahan,
tenaga dan biaya umum.
Q : produksi optimum per satu satuan waktu yang menjadi target.
Dalam menghitung besarnya harga satuan pekerjaan, khususnya dalam
penggunaan alat berat, maka perlu diperhatikan sumber dari alat berat tersebut,
apakah alat tersebut milik proyek atau milik kontraktor.
Perhitungan harga satuan pekerjaan untuk keperluan penyusunan kontrak antara
proyek dengan kontraktor dapat dilakukan dengan memperhatikan :
1. Jika peralatan berasal dari kontraktor maka owning cost diperhitungkan.
2. Jika peralatan berasal dari proyek maka owning cost tidak diperhitungkan.
Adapun variasi dari cara kontrak adalah sebagai berikut :
40
Tabel 2.14 Variasi Cara Kontrak
CARA
PEKERJAAN
PEMILIK
ALAT
PELAKS.
OPERASIONAL
& PERAWATAN
PELAKS.
PERBAIKAN
HARGA SATUAN
PEKERJAAN
Kontrak K K K( I + II + III ) /
Produksi Alat
Kontrak P K K( I.2 + I.3 + II + III ) /
Produksi Alat
Kontrak P K P( I.2 + II + III ) /
Produksi Alat
Sumber : Rochmanhadi (1982)
Keterangan :
K : Kontraktor
P : Penyewaan
I : Biaya langsung yang terdiri dari :
I.1. : Biaya kepemilikan;
I.2. : Biaya operasional;
I.3. : Biaya perbaikan.
II : Biaya tak langsung, biasanya diambil sebesar 20 % dari biaya
langsung.
III : Biaya yang terdiri dari Keuntungan dan Pajak.
dimana :
- Keuntungan, diperhitungkan sebesar 15 % dari biaya langsung dan biaya
tak langsung
- Pajak, diperhitugkan sebesar 10 % dari biaya langsung + biaya tak
langsung + keuntungan.