bab ii tinjauan pustaka - repository.uib.ac.idrepository.uib.ac.id/1515/5/s-1511033-chapter2.pdf ·...
TRANSCRIPT
5 Universitas Internasional Batam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Standar SNI dan ACI Standards
Didalam pelaksanaan sebuah konstruksi khususnya konstruksi beton harus
mengikuti persyaratan yang telah diatur didalam peraturan yang berlaku. Didalam
dunia konstruksi terdapat beberapa peraturan-peraturan yang digunakan didalam
perencanaannya, contohnya di Negara Indonesia perencanaan konstruksi beton
digunakan peraturan yang telah diatur didalam sebuah ketetapan yaitu SNI (Standar
Nasional Indonesia). SNI adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional
di Indonesia, sedangkan di negara luar seperti di Benua Amerika, digunakan pula
ketetapan yang dapat dilihat didalam buku kode persyaratan untuk konstruksi beton
yang dikeluarkan oleh American Concrete Institute, yaitu ACI Standards, ACI
Standards terbaru yang digunakan saat ini adalah ACI 318-14.
2.2 Bangunan Gedung Bertingkat Tinggi
Sebuah struktur bangunan tersusun atas struktur pondasi, pilecap, sloof,
kolom, balok, plat lantai, tangga hingga shearwall. Berdasarkan Mulyono (2000),
Gedung bertingkat tinggi adalah sebuah bangunan gedung yang memiliki jumlah
lantai lebih dari 6 (enam) lantai dan tinggi lebih dari 20 (dua puluh) meter keatas.
Eka Putra. Analisis Perbandingan Metode SNI dan ACI Standard dalam Perhitungan Struktur Gedung Bertingkat UIB Repository©2019
6
Universitas Internasional Batam
2.3 Pembebanan Pada Perencanaan Struktur
Pembebanan didalam perencanaan struktur bangunan merupakan sebuah
faktor penting didalam perencanaan. Jenis dan besarnya dari beban yang bekerja
didalam perhitungan perencanaan tergantung dari jenis struktur yang direncanakan.
Pada perhitungan struktur gedung perhotelan ini, penulis menggunakan
kombinasi pembebanan yang mengacu pada SNI 03-1727-1989. Beban yang
bekerja dapat berupa beban gravitasi pada struktur yaitu, beban mati, beban hidup,
dan juga beban tambahan.
2.3.1 Beban Mati
Dead load merupakan elemen beban tahanan yang memiliki besar beban yang
selalu konstan dan berada pada letak dan posisi yang sama setiap saatnya. Dead
load ini tersusun atas beban dari struktur itu sendiri dan juga beban-beban lainnya
yang secara permanen melekat ataupun menyatu pada struktur tersebut.
Tabel 2.1 Besar beban mati untuk material gedung
Baja 7.850 kg/m3
Batu alam 2.600 kg/m3
Beton 2.200 kg/m3
Beton bertulang 2.400 kg/m3
Kayu (Kelas I) 1.000 kg/m3
Sumber : SNI 03-1727-1989 PPPURG
Eka Putra. Analisis Perbandingan Metode SNI dan ACI Standard dalam Perhitungan Struktur Gedung Bertingkat UIB Repository©2019
7
Universitas Internasional Batam
Tabel 2.2 Besar beban mati untuk komponen gedung
Mortar (per 1cm) 21 kg/m2
Pasangan batu setengah batu 250 kg/m2
Langit-langit (tidak termasuk penggantung) 11 kg/m2
Struktur penggantung langit-langit 7 kg/m2
Tegel semen 10 kg/m2
Keramik (tidak termasuk mortar) 24 kg/m2
Pasangan kaca 10 kg/m2
Sumber : SNI 03-1727-1989 PPPURG
2.3.2 Beban Hidup
Live load merupakan sebuah elemen beban atau tahanan yang satuan besarnya
dapat berubah – ubah pada struktur bangunan dan letak atau posisinya tidak tetap.
Beban hidup ini terdiri dari beban dari berat manusia dan perabot yang berada diatas
struktur tersebut atau beban menurut fungsinya.
Eka Putra. Analisis Perbandingan Metode SNI dan ACI Standard dalam Perhitungan Struktur Gedung Bertingkat UIB Repository©2019
8
Universitas Internasional Batam
Tabel 2.3 Besar beban hidup pada lantai gedung
Rumah tinggal sederhana 125 kg/m2
Sekolah, perkantoran, hotel, asrama, pasar
dan rumah sakit 250 kg/m2
Panggung penonton 500 kg/m2
Ruang olahraga 400 kg/m2
Ruang dansa 500 kg/m2
Masjid, gereja, ruang pagelaran, ruang
rapat, bioskop 400 kg/m2
Gudang, perpustakaan, ruang arsip 400 kg/m2
Parkiran 800 kg/m2
Sumber : SNI 03-1727-1989 PPPURG
2.3.3 Kuat Rencana
Kekuatan dari anggota struktur yang direncanakan, yang dihubungkan dengan
penampang bagian dari anggota struktur lainnya, terkait dengan semua kegiatan
pelengkungan, beban tahanan normal, beban geser dan torsi, harus diperoleh dari
waktu kuat nominal, dan dihitung berdasarkan aturan dan asumsi program. Artikel
11.3.2 dari SNI 03-2847-2002, faktor reduksi daya diwakili oleh Φ.
Eka Putra. Analisis Perbandingan Metode SNI dan ACI Standard dalam Perhitungan Struktur Gedung Bertingkat UIB Repository©2019
9
Universitas Internasional Batam
2.4 Kolom
Berdasarkan SKSNI T-15-1991-03, kolom adalah komponen struktur degan
rasio tinggi terhadap dimensi lateral terkecil sama dengan 3 atau lebih digunakan
terutama untuk mendukung beban aksial tekan. Elemen kolom adalah salah satu
elemen struktur bangunan yang paling penting dalam struktur bangunan bertingkat,
dan struktur keselamatan yang salah dalam struktur kolom dapat mengakibatkan
keruntuhan lantai yang diperlukan dan keruntuhan total berdasarkan pada struktur.
Fungsi kolom dalam struktur adalah komponen pencahayaan yang berfungsi
sebagai dasar untuk struktur seluruh bangunan. Jika metafora adalah untuk
membangun kolom struktur, seperti tulang manusia, kelola manusia. Kolom terdiri
dari struktur utama, yang berisi muatan dan muatan bangunan seperti beban hidup
dan beban angin.
Menurut Wang dan Ferguson (1986) kolom dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu
:
1. Kolom ikat (tie column)
2. Kolom spiral (spiral column)
3. Kolom komposit (composite column)
Berdasarkan buku struktur beton bertulang (Istimawan Dipohusodo, 1994),
terdapat 3 jenis kolom beton bertulang yaitu :
1. Kolom yang menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini
merupakan kolom beton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok
memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat
Eka Putra. Analisis Perbandingan Metode SNI dan ACI Standard dalam Perhitungan Struktur Gedung Bertingkat UIB Repository©2019
10
Universitas Internasional Batam
sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang
tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya.
2. Kolom yang menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan jenis
kolom yang pertama hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok
memanjang adalah tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk
heliks menerus disepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral ini adalah
memberi kemampuan kolom untuk menyerap deformasi cukup besar
sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran
seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan
terwujud.
3. Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur tekan yang
diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa,
dengan atau tanpa diberi batang tulangan pokok memanjang.
2.5 Balok
Balok diartikan menjadi salah satu dari elemen struktur portal bangunan
tingkat tinggi dengan arah bentang horizontal. Beban yang bekerja pada balok pada
umumnya berupa beban lentur, beban geser, maupun torsi sehingga diperlukan baja
tulangan untuk menahan beban-beban tersebut seperti tulangan memanjang dan
tulangan geser (Ali Asroni, 2010). Struktur balok dikerjakan disaat yang bersamaan
dengan pekerjaan slab agar dapat menghasilkan sebuah struktur yang lebih kokoh.
Balok berfungsi sebagai pengikat struktur kolom agar apabila terjadi pergerakan,
Eka Putra. Analisis Perbandingan Metode SNI dan ACI Standard dalam Perhitungan Struktur Gedung Bertingkat UIB Repository©2019
11
Universitas Internasional Batam
kolom-kolom tersebut masih dapat bertahan dan bertahan pada bentuk dan
posisinya.
Berdasarkan tumpuannya terdapat beberapa macam bentuk balok bertulang,
antara lain :
1. Balok Induk
Balok induk adalah balok yang bertumpu pada struktur kolom dan balok
yang menghubungkan tarik kolom dengan kolom lainnya. Balok induk ini
berguna untuk memperkecil tebal pelat lantai dan juga mengurangi
besarnya lendutan yang terjadi pada pelat lantai. Balok induk
direncanakan berdasarkan gaya maksimum yang bekerja pada balok
dengan dimensi yang sama. Untuk merencanakan balok induk, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya :
a. Menentukan mutu beton yang akan digunakan,
b. Menghitung pembebanan yang terjadi (beban hidup, beban mati)
2. Balok Anak
Balok anak adalah balok yang bertumpu pada balok induk atau balok yang
tidak bertumpu langsung pada kolom. Balok anak ini juga berfungsi
memperkecil pelat lantai dan mengurangi besarnya lendutan yang terjadi
pada pelat lantai.
3. Balok Bagi
Balok bagi adalah balok yang menghubungkan balok induk dengan balok
anak lainnya.
Eka Putra. Analisis Perbandingan Metode SNI dan ACI Standard dalam Perhitungan Struktur Gedung Bertingkat UIB Repository©2019
12
Universitas Internasional Batam
2.6 Pelat Lantai
Pelat lantai beton bertulang dikatakan menjadi sebuah struktur yang terbuat
dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal dan berat beban yang
terjadi pada elemen tersebut memiliki arah tegak lurus terhadap bidang struktur
tersebut. Ketebalan dari bidang pelat beton ini relatif lebih kecil jika dibandingkan
dengan bentang panjang/lebar bidang pelat. Pelat beton bertulang memiliki fungsi
sebagai unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung
kekokohan balok portal.
Berdasarkan Buku Balok dan Pelat Beton Bertulang (Ali Asroni, 2010).
Untuk bangunan gedung, umumnya pelat ditumpu oleh beberapa jenis balok, yaitu :
1. Ditumpu secara monolit, yaitu pelat dan balok dicor bersama-sama
sehingga menjadi satu kesatuan yang kokoh.
2. Pelat ditumpu oleh dinding atau tembok bangunan.
3. Pelat ditumpu oleh balok baja dengan sistem komposit.
4. Pelat ditumpu oleh kolom secara langsung tanpa balok (pelat cendawan).
Eka Putra. Analisis Perbandingan Metode SNI dan ACI Standard dalam Perhitungan Struktur Gedung Bertingkat UIB Repository©2019
13
Universitas Internasional Batam
Gambar 2.1 Jenis-jenis penumpu pelat lantai
(Sumber : Asroni.A, 2010. Balok dan Pelat Beton Bertulang.)
Berdasarkan kekakuan hubungan antara pelat dan konstruksi pendukungnya,
yaitu balok, terdapat 3 jenis perletakan pelat pada balok, yaitu sebagai berikut :
1. Terletak Bebas
Keadaan ini terjadi apabila slab ditumpu secara langsung di atas beam,
ataupun diantara slab dan beam tidak dilakukan cor secara bersama-sama,
sehingga slab dapat bergerak rotasi bebas pada tumpuan tersebut. Pelat
yang ditumpu oleh tembok juga termasuk kedalam kategori pelat terletak
bebas.
2. Terjepi Elastis
Eka Putra. Analisis Perbandingan Metode SNI dan ACI Standard dalam Perhitungan Struktur Gedung Bertingkat UIB Repository©2019
14
Universitas Internasional Batam
Keadaan ini terjadi apabila pelat dan balok di-cor bersama-sama secara
monolit, tetapi ukuran balok cukup kecil, sehingga balok tidak cukup kuat
untuk mencegah terjadinya rotasi pelat.
3. Terjepit Penuh
Keadaan ini terjadi apabila pelat dan balok di-cor bersama-sama secara
monolit, dan ukuran balok cukup besar, sehingga mampu untuk mencegah
terjadinya rotasi pelat.
Gambar 2.2 Jenis Perletakan Pelat pada Balok
(Sumber : Asroni.A, 2010. Balok dan Pelat Beton Bertulang.)
2.7 Perencanaan dan Persyaratan SNI
2.7.1 Persyaratan SNI
Perencanaan komponen struktur Beton Bertulang mengikuti ketentuan
berdasarkan Pasal 10.1 SNI 03-2847-2002, sebagai berikut :
1. Semua komponen struktur harus direncanakan cukup kuat sesuai dengan
ketentuan yang diisyaratkan didalam tata cara ini, dengan menggunakan
Eka Putra. Analisis Perbandingan Metode SNI dan ACI Standard dalam Perhitungan Struktur Gedung Bertingkat UIB Repository©2019
15
Universitas Internasional Batam
faktor beban dan faktor reduksi kekuatan yang dilambangkan dengan 𝜙𝜙
yang ditentukan didalam pasal 11.2 dan 11.3 SNI 03-2847-2002.
2. Komponen struktur beton bertulang non-prategang boleh direncanakan
dengan menggunakan metode beban kerja dan tegangan ijin sesuai
dengan ketentuan dalam pasal 24 SNI 03-2847-2002.
Prosedur dan asumsi didalam perencanaan serta besarnya beban rencana
mengikuti ketentuan berdasarkan Pasal 10.2 SNI 03-2847-2002, sebagai berikut :
1. Ketentuan mengenai perencanaan dalam tata cara ini didasarkan pada
asumsi bahwa struktur direncanakan untuk memikul beban kerjanya.
2. Beban kerja diambil berdasarkan SNI 03-1727-1989, Pedoman
Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung.
3. Didalam perencanaan terhadap beban angina dan beban gempa, seluruh
bagian struktur yang membentuk sebuah kesatuan harus direncanakan
berdasarkan tata cara yang memenuhi SNI 03-1726-1989, Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan
Non-Gedung.
4. Harus pula diperhatikan pengaruh dari gaya prategang, beban keran,
vibrasi, kejut, susut, perubahan suhu, rangkak, perbedaan penurunan
pondasi, dan beban khusus lainnya yang mungkin bekerja.
2.7.2 Ketentuan Mengenai Kekuatan
Perencanaan struktur gedung harus mengikuti tata cara kombinasi dasar yang
terdapat pada Pasal 2.3.2 SNI 1727-2013.
Eka Putra. Analisis Perbandingan Metode SNI dan ACI Standard dalam Perhitungan Struktur Gedung Bertingkat UIB Repository©2019
16
Universitas Internasional Batam
2.7.3 Asumsi Desain
Desain pada komponen struktur bangunan gedung didasarkan pada asumsi
yang diatur didalam SNI-2847-2013. Asumsi-asumsi yang digunakan antara lain :
1. Regangan maksimum yang dapat dimanfaatkan pada serat tekan beton
terluar harus diasumsikan sama dengan 0,003. (SNI 2847-2013 Pasal
10.2.3)
2. Tegangan tulangan < fy, diambil Es dikali regangan baja. Untuk regangan >
regangan leleh yang berhubungan dengan fy, tegangan tulangan diambil =
fy. (SNI 2847-2013 Pasal 10.2.4)
3. Distribusi tegangan beton dianggap berbentuk persegi.
4. Untuk 17 MPa<f’c<28 MPa, 𝛽𝛽1 diambil sebesar 0,85. Untuk f’c>28 MPa,
𝛽𝛽1 direduksi sebesar 0,05 untuk setiap kelebihan kekuatan sebesar 7 MPa
diatas 28 MPa, tetapi 𝛽𝛽1 tidak boleh kurang dari 0,65.
Keterangan :
fy = Kekuatan leleh tulangan yang disyaratkan (MPa)
𝛽𝛽1 = Faktor yang menghubungkan tinggi blok tegangan tekan persegi
ekivalen dengan tinggi sumbu netral
f'c = Kekuatan tekan beton yang disyaratkan (MPa)
2.7.4 Beban Lentur dan Aksial
Beban lentur dan aksial pada komponen struktur diatur didalam SNI 2847-
2013 Pasal 10. Secara umum, peraturan mengenai beban lentur dan aksial adalah
sebagai berikut :
Eka Putra. Analisis Perbandingan Metode SNI dan ACI Standard dalam Perhitungan Struktur Gedung Bertingkat UIB Repository©2019
17
Universitas Internasional Batam
1. Desain beban aksial 𝜙𝜙𝑃𝑃𝑛𝑛 dari komponen struktur tekan tidak boleh lebih
besar dari 𝜙𝜙𝑃𝑃𝑛𝑛(𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚) yang dihitung dengan persamaan
𝜙𝜙𝑃𝑃𝑛𝑛(𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚) = 0,85𝜙𝜙[0,85𝑓𝑓′𝑐𝑐�𝐴𝐴𝑔𝑔 − 𝐴𝐴𝑠𝑠𝑠𝑠� + 𝑓𝑓𝑦𝑦𝐴𝐴𝑠𝑠𝑠𝑠] ................................. (1)
Untuk komponen struktur dengan tulangan spiral, dan
𝜙𝜙𝑃𝑃𝑛𝑛(𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚) = 0,80𝜙𝜙[0,85𝑓𝑓′𝑐𝑐�𝐴𝐴𝑔𝑔 − 𝐴𝐴𝑠𝑠𝑠𝑠� + 𝑓𝑓𝑦𝑦𝐴𝐴𝑠𝑠𝑠𝑠] ................................. (2)
Untuk komponen struktur dengan tulangan pengikat
2. Luas tulangan minimum pada komponen struktur lentur :
𝐴𝐴𝑠𝑠(𝑚𝑚𝑚𝑚𝑛𝑛) = 0,25�𝑓𝑓′𝑐𝑐𝑓𝑓𝑦𝑦
𝑏𝑏𝑤𝑤𝑑𝑑 .......................................................................... (3)
Dan tidak lebih kecil dari 1,4𝑏𝑏𝑤𝑤𝑑𝑑𝑓𝑓𝑦𝑦
Keterangan :
Ag = Luas bruto penampang beton
Ast = Luas total tulangan
bw = Lebar badan (web), tebal dinding, atau diameter penampang lingkaran
d = Jarak dari serat tekan terjauh ke pusat tulangan tarik
2.7.5 Beban Geser
Beban geser pada komponen struktur diatur didalam SNI 2847-2013 Pasal 11.
Secara umum, peraturan mengenai beban geser adalah sebagai berikut :
1. “Desain penampang yang dikenai geser harus didasarkan pada 𝜙𝜙𝑉𝑉𝑛𝑛 ≥ 𝑉𝑉𝑢𝑢
dimana Vu adalah gaya geser terfaktor pada penampang yang ditinjau dan
Vn adalah kekuatan geser nominal yang dihitung dengan persamaan 𝑉𝑉𝑛𝑛 =
𝑉𝑉𝑐𝑐 + 𝑉𝑉𝑠𝑠, dimana Vc adalah kekuatan geser nominal yang disediakan oleh
Eka Putra. Analisis Perbandingan Metode SNI dan ACI Standard dalam Perhitungan Struktur Gedung Bertingkat UIB Repository©2019
18
Universitas Internasional Batam
beton dan Vs adalah kekuatan geser nominal yang disediakan oleh
tulangan geser.
2. Nilai Vc diatur di dalam persamaan berikut :
• Untuk komponen struktur yang dikenai geser dan lentur saja :
𝑉𝑉𝑐𝑐 = (0,16𝜆𝜆�𝑓𝑓′𝑐𝑐 + 17𝜌𝜌𝑤𝑤𝑉𝑉𝑢𝑢𝑑𝑑𝑀𝑀𝑢𝑢
)𝑏𝑏𝑤𝑤𝑑𝑑 ...................................................... (4)
Tetapi tidak >0,29𝜆𝜆�𝑓𝑓′𝑐𝑐𝑏𝑏𝑤𝑤𝑑𝑑 dan 𝑉𝑉𝑢𝑢𝑑𝑑𝑀𝑀𝑢𝑢
tidak boleh <1,0
• Untuk komponen struktur yang dikenai tekan aksial :
𝑉𝑉𝑐𝑐 = 0,17(1 + 𝑁𝑁𝑢𝑢14𝐴𝐴𝑔𝑔
)𝜆𝜆�𝑓𝑓′𝑐𝑐𝑏𝑏𝑤𝑤𝑑𝑑” ............................................................ (5)
Eka Putra. Analisis Perbandingan Metode SNI dan ACI Standard dalam Perhitungan Struktur Gedung Bertingkat UIB Repository©2019
19
Universitas Internasional Batam
2.7.6 Perencanaan Tulangan Pelat Lantai
a. Pembebanan Pelat Lantai
Eka Putra. Analisis Perbandingan Metode SNI dan ACI Standard dalam Perhitungan Struktur Gedung Bertingkat UIB Repository©2019
20
Universitas Internasional Batam
Gambar 2.3 Tabel Pembebanan Pelat Lantai
Sumber : Buku Balok Pelat Beton Bertulang, Ali Asroni (2010)
b. Penulangan Pelat Lantai
Perhitungan tebal efektif seperti yang dikutip didalam jurnal konstruksi
volume 6 nomor 1 adalah sebagai berikut :
𝑑𝑑 = 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑏𝑏𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑝𝑝𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 − 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑏𝑏𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑝𝑝𝑡𝑡𝑝𝑝𝑝𝑝𝑡𝑡𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑏𝑏𝑡𝑡𝑡𝑡𝑏𝑏𝑝𝑝 − 1 2� 𝑑𝑑𝑢𝑢𝑠𝑠𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 ................... (8)
Momen Nominal Rencana berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 3.28,
dihitung dengan :
Eka Putra. Analisis Perbandingan Metode SNI dan ACI Standard dalam Perhitungan Struktur Gedung Bertingkat UIB Repository©2019
21
Universitas Internasional Batam
𝑀𝑀𝑛𝑛 = 𝑀𝑀𝑢𝑢𝜙𝜙
................................................................................................. (9)
Dimana :
Mn = Momen Nominal Rencana
Mu = Momen Ultimate
Φ = Faktor Reduksi kekuatan
Tabel 2.4 Tebal minimum penutup beton pada tulangan terluar dalam mm
Bagian
Konstruksi
Yang tidak langsung
berhubungan dengan tanah dan
cuaca
Yang langsung
berhubungan dengan tanah
dan cuaca
Lantai/dinding 𝜙𝜙𝐷𝐷 ≤ 36 = 20 𝜙𝜙𝐷𝐷 ≤ 16 = 40
𝜙𝜙𝐷𝐷 > 36 = 40 𝜙𝜙𝐷𝐷 > 16 = 50
Balok Seluruh diameter = 40 𝜙𝜙𝐷𝐷 ≤ 16 = 40
𝜙𝜙𝐷𝐷 > 16 = 50
Kolom Seluruh diameter = 40 𝐷𝐷 ≤ 16 = 40
𝐷𝐷 ≤ 16 = 50
Sumber : Buku Dasar Perencanaan Beton Bertulang Jilid 1, Vis & Kusuma (1993)
1. Menghitung faktor momen pikul & faktor momen pikul maksimum :
𝐾𝐾 = 𝑀𝑀𝑛𝑛𝑏𝑏𝑑𝑑2
atau 𝐾𝐾 = 𝑀𝑀𝑢𝑢𝜙𝜙𝑏𝑏𝑑𝑑2
Dimana :
K = Faktor momen pikul
b = Panjang efektif pelat
d = Lebar efektif pelat
Eka Putra. Analisis Perbandingan Metode SNI dan ACI Standard dalam Perhitungan Struktur Gedung Bertingkat UIB Repository©2019
22
Universitas Internasional Batam
𝐾𝐾𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑠𝑠 = 382,5.𝛽𝛽1.𝑓𝑓𝑐𝑐′.(600+𝑓𝑓𝑦𝑦−225.𝛽𝛽1)(600+𝑓𝑓𝑦𝑦)2
atau dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 2.5 Rasio Tulangan Maksimal dalam persen (%)
Mutu
Beton
f’c
(MPa)
Mutu Baja Tulangan fy (MPa)
240 300 240 400 240 500
15 4,4839 4,2673 4,1001 3,9442 3,7987 3,6627
20 5,9786 5,6897 5,4668 5,2569 5,0649 4,8836
25 7,4732 7,1121 6,8335 6,5736 6,3311 6,1045
30 8,9679 8,5345 8,2002 7,8883 7,5973 7,3254
35 10,1445 9,6442 9,2595 8,9016 8,5682 8,2573
Sumber : Buku Balok Pelat Beton Bertulang, Ali Asroni (2010)
2. Mencari tinggi blok tegangan beton tekan persegi ekivalen :
𝑡𝑡 = �1 −�1 − 2𝐾𝐾0,85.𝑓𝑓𝑐𝑐′
� .𝑑𝑑
3. Menghitung luas tulangan pokok dengan memilih nilai As,u terbesar :
a. 𝐴𝐴𝑠𝑠,𝑢𝑢 = 0,85.𝑓𝑓𝑐𝑐′.𝑚𝑚.𝑏𝑏𝑓𝑓𝑦𝑦
b. Jika fc’ ≤ 31,36 MPa, 𝐴𝐴𝑠𝑠,𝑢𝑢 = 1,4
𝑓𝑓𝑦𝑦. 𝑏𝑏.𝑑𝑑
c. Jika fc’ > 31,36 MPa, 𝐴𝐴𝑠𝑠,𝑢𝑢 =
�𝑓𝑓𝑐𝑐′
4𝑓𝑓𝑦𝑦. 𝑏𝑏.𝑑𝑑
4. Menghitung luas tulangan bagi dengan memilih nilai Asb,u terbesar :
a. 𝐴𝐴𝑠𝑠𝑏𝑏,𝑢𝑢 = 20%𝐴𝐴𝑠𝑠,𝑢𝑢
Eka Putra. Analisis Perbandingan Metode SNI dan ACI Standard dalam Perhitungan Struktur Gedung Bertingkat UIB Repository©2019
23
Universitas Internasional Batam
b. 𝑓𝑓𝑦𝑦 < 400 𝑀𝑀𝑃𝑃𝑡𝑡,𝐴𝐴𝑠𝑠𝑏𝑏,𝑢𝑢 = 0,0020. 𝑏𝑏. ℎ
c. 𝑓𝑓𝑦𝑦 = 400 𝑀𝑀𝑃𝑃𝑡𝑡,𝐴𝐴𝑠𝑠𝑏𝑏,𝑢𝑢 = 0,0018. 𝑏𝑏.ℎ
d. 𝑓𝑓𝑦𝑦 > 400 𝑀𝑀𝑃𝑃𝑡𝑡,𝐴𝐴𝑠𝑠𝑏𝑏,𝑢𝑢 = 0,0018. 𝑏𝑏. ℎ. (400𝑓𝑓𝑦𝑦
)
e. 𝐴𝐴𝑠𝑠𝑏𝑏,𝑢𝑢 ≥ 0,0014. 𝑏𝑏. ℎ
5. Menghitung jarak tulangan :
𝑠𝑠𝑢𝑢,𝑛𝑛𝑛𝑛𝑠𝑠𝑠𝑠 ≤𝜋𝜋𝐷𝐷2𝑏𝑏4𝐴𝐴𝑠𝑠,𝑢𝑢
𝑠𝑠𝑏𝑏,𝑛𝑛𝑛𝑛𝑠𝑠𝑠𝑠 ≤𝜋𝜋𝐷𝐷2𝑏𝑏4𝐴𝐴𝑠𝑠𝑠𝑠,𝑢𝑢
6. Kontrol rasio tulangan :
𝜌𝜌 = 𝐴𝐴𝑠𝑠𝑏𝑏.𝑑𝑑
𝜌𝜌𝑚𝑚𝑚𝑚𝑛𝑛 ≤ 𝜌𝜌 ≤ 𝜌𝜌𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑠𝑠
Tabel 2.6 Rasio tulangan maksimum (ρmaks) dalam %
Mutu
beton fc’
(MPa)
Mutu tulangan baja fy (MPa)
240 300 350 400 450 500
15 2,419 1,805 1,467 1,219 1,032 0,887
20 3,225 2,408 1,956 1,626 1,376 1,182
25 4,032 3,010 2,445 2,032 1,720 1,478
30 4,838 3,616 2,933 2,438 2,064 1,773
35 5,405 4,036 3,277 2,724 2,306 1,981
40 5,912 4,414 3,585 2,980 2,522 2,167
45 6,344 4,737 3,846 3,197 2,707 2,325
Eka Putra. Analisis Perbandingan Metode SNI dan ACI Standard dalam Perhitungan Struktur Gedung Bertingkat UIB Repository©2019
24
Universitas Internasional Batam
50 6,707 5,008 4,067 3,380 2,862 2,458
55 7,002 5,228 4,245 3,529 2,988 2,567
60 7,400 5,525 4,486 3,729 3,157 2,712
Tabel 2.7 Rasio tulangan minimal (ρmin) dalam %
Mutu
beton fc’
(MPa)
Mutu baja tungalan fy (MPa)
240 300 350 400 450 500
≤31,36 0,583 0,467 0,400 0,35 0,311 0,280
35 0,616 0,493 0,423 0,370 0,329 0,296
40 0,659 0,527 0,452 0,395 0,351 0,316
45 0,699 0,559 0,479 0,419 0,373 0,335
50 0,737 0,589 0,505 0,442 0,393 0,354
55 0,773 0,618 0,530 0,464 0,412 0,371
60 0,807 0,645 0,553 0,484 0,430 0,387
7. Kontrol momen rencana pelat :
𝑡𝑡 = 𝐴𝐴𝑠𝑠𝑓𝑓𝑦𝑦0,85𝑓𝑓𝑐𝑐′𝑏𝑏
𝑀𝑀𝑛𝑛 = 𝐴𝐴𝑠𝑠𝑓𝑓𝑦𝑦(𝑑𝑑 − 𝑡𝑡/2)
𝑀𝑀𝑟𝑟 = ∅𝑀𝑀𝑛𝑛 , Mr > Mu
8. Kontrol Regangan leleh baja tulangan Es, εc’ < 0,003
𝜀𝜀𝑦𝑦 = 𝑓𝑓𝑦𝑦𝐸𝐸𝑠𝑠
𝜀𝜀𝑐𝑐′ = 𝑚𝑚(𝛽𝛽1.𝑑𝑑)−𝑚𝑚
𝜀𝜀𝑦𝑦
𝜀𝜀𝑐𝑐′ < 𝜀𝜀𝑐𝑐𝑢𝑢′ (0,003)
Eka Putra. Analisis Perbandingan Metode SNI dan ACI Standard dalam Perhitungan Struktur Gedung Bertingkat UIB Repository©2019
25
Universitas Internasional Batam
c. Perencanaan Tulangan Balok
1. Menghitung faktor momen pikul & faktor momen pikul maksimum :
𝐾𝐾 = 𝑀𝑀𝑛𝑛𝑏𝑏𝑑𝑑2
atau 𝐾𝐾 = 𝑀𝑀𝑢𝑢𝜙𝜙𝑏𝑏𝑑𝑑2
𝐾𝐾𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑠𝑠 = 382,5.𝛽𝛽1.𝑓𝑓𝑐𝑐′.(600+𝑓𝑓𝑦𝑦−225.𝛽𝛽1)(600+𝑓𝑓𝑦𝑦)2
atau dapat dilihat dari tabel 2.6
Diambil K1 = 0,8.Kmaks
2. Mencari tinggi blok tegangan beton tekan persegi ekivalen :
𝑡𝑡 = �1 −�1 − 2𝐾𝐾10,85.𝑓𝑓𝑐𝑐′
� .𝑑𝑑
3. Menghitung luas tulangan tarik yang diperlukan :
𝐴𝐴1 = 0,85.𝑓𝑓𝑐𝑐′.𝑚𝑚.𝑏𝑏𝑓𝑓𝑦𝑦
𝐴𝐴2 =�𝑓𝑓𝑐𝑐′
4𝑓𝑓𝑦𝑦𝑏𝑏𝑑𝑑
𝐴𝐴3 = 1,4𝑓𝑓𝑦𝑦𝑏𝑏𝑑𝑑
4. Menghitung tulangan tekan yang diperlukan :
𝐴𝐴𝑠𝑠𝑏𝑏,𝑢𝑢 = 20%𝐴𝐴1
5. Kontrol Rasio Penulangan :
𝜌𝜌 = 𝐴𝐴𝑠𝑠𝑏𝑏𝑑𝑑
𝜌𝜌𝑚𝑚𝑚𝑚𝑛𝑛 ≤ 𝜌𝜌 ≤ 𝜌𝜌𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑠𝑠
6. Kontrol momen :
𝑡𝑡 = 𝐴𝐴𝑠𝑠𝑓𝑓𝑦𝑦0,85𝑓𝑓𝑐𝑐′𝑏𝑏
𝑀𝑀𝑛𝑛 = 𝐴𝐴𝑠𝑠𝑓𝑓𝑦𝑦(𝑑𝑑 − 𝑚𝑚2
)
Eka Putra. Analisis Perbandingan Metode SNI dan ACI Standard dalam Perhitungan Struktur Gedung Bertingkat UIB Repository©2019
26
Universitas Internasional Batam
𝑀𝑀𝑟𝑟 = ∅𝑀𝑀𝑛𝑛 , Mr > Mu
7. Kontrol Regangan leleh baja tulangan Es, εc’ < 0,003
𝜀𝜀𝑦𝑦 = 𝑓𝑓𝑦𝑦𝐸𝐸𝑠𝑠
𝜀𝜀𝑐𝑐′ = 𝑚𝑚(𝛽𝛽1.𝑑𝑑)−𝑚𝑚
𝜀𝜀𝑦𝑦
d. Perencanaan Kolom
1. Menghitung nilai ac dan ab dengan persamaan :
𝑡𝑡𝑐𝑐 = 𝑃𝑃𝑢𝑢𝜙𝜙.0,85.𝑓𝑓𝑐𝑐′.𝑏𝑏
; 𝑡𝑡𝑏𝑏 = 600.𝛽𝛽1.𝑑𝑑600+𝑓𝑓𝑦𝑦
2. Membandingkan nilai ac dan ab sehingga diperoleh 2 kondisi :
a. Jika ac > ab, maka penampang kolom pada kondisi beton tekan
menentukan, pada kondisi ini dihitung ab1 dan ab2 dengan faktor reduksi
= 0,65 :
𝑡𝑡𝑏𝑏1 = 600.𝛽𝛽1.𝑑𝑑600−𝑓𝑓𝑦𝑦
; 𝑡𝑡𝑏𝑏2 = 𝛽𝛽1.𝑑𝑑
1) Jika ac > ab1, maka termasuk kondisi beton tekan menentukan dengan
semua tulangan tekan sudah leleh, atau dianggap kolom menerima
beban sentris (P0), maka luasan tulangan A1 dan A2 dapat dihitung
dengan :
𝐴𝐴1 = 𝐴𝐴2 = 1,25.𝑃𝑃𝑢𝑢(𝜙𝜙−0,85.𝑓𝑓𝑐𝑐′.𝑏𝑏.ℎ).(2�𝑓𝑓𝑦𝑦−0,85.𝑓𝑓𝑐𝑐′�)
2) Jika ab1 > ac > ab2, maka termasuk kondisi beton tekan mentukan
dengan tulangan tekan kiri belum leleh. Langkah perhitungan luasan
dilakukan sebagai berikut :
(a) Dihitung ap1, R1, R2, R3 dengan persamaan :
Eka Putra. Analisis Perbandingan Metode SNI dan ACI Standard dalam Perhitungan Struktur Gedung Bertingkat UIB Repository©2019
27
Universitas Internasional Batam
𝑡𝑡𝑝𝑝1 = �600−𝑓𝑓𝑦𝑦�.(ℎ−2.𝑑𝑑𝑠𝑠)600+𝑓𝑓𝑦𝑦
𝑅𝑅1 = 𝑡𝑡𝑏𝑏 + 𝑡𝑡𝑝𝑝1 + ℎ
𝑅𝑅2 = 2.𝑡𝑡𝑏𝑏 . (ℎ − 𝑑𝑑𝑠𝑠) + 𝑡𝑡𝑐𝑐. (𝑡𝑡𝑝𝑝1 + 2. 𝑡𝑡)
𝑅𝑅3 = 𝑡𝑡𝑏𝑏 .𝑡𝑡𝑐𝑐. (2𝑡𝑡 − 2.𝑑𝑑𝑠𝑠 + ℎ)
(b) Kemudian dihitung nilai a dari persamaan :
𝑡𝑡3 − 𝑅𝑅1.𝑡𝑡2 + 𝑅𝑅2.𝑡𝑡 − 𝑅𝑅3 = 0, dengan syarat : ab1 < a < ab2
(c) Dihitung luasan tulangan A1 dan A2 dengan persamaan :
𝐴𝐴1 = 𝐴𝐴2 = 𝑚𝑚.(𝑃𝑃𝑢𝑢/𝜙𝜙−0,85.𝑓𝑓𝑐𝑐′.𝑚𝑚.𝑏𝑏)�600+𝑓𝑓𝑦𝑦�.𝑚𝑚−600.𝛽𝛽1.𝑑𝑑
3) Jika ab2 >ac> ab, maka termasuk kondisi beton tekan menentukan
dengan tulangan tarik kiri belum leleh. Langkah perhitungan luasan
dilakukan sebagai berikut :
(a) Dihitung ap2, R4, R5, R6 dengan persamaan :
𝑡𝑡𝑝𝑝2 = 2.𝑓𝑓𝑦𝑦.𝑑𝑑𝑠𝑠+1200.𝑑𝑑600+ 𝑓𝑓𝑦𝑦
𝑅𝑅4 = 𝑡𝑡𝑏𝑏 + 𝑡𝑡𝑝𝑝2
𝑅𝑅5 = 2.𝑡𝑡𝑏𝑏 .𝑑𝑑 + 𝑡𝑡𝑐𝑐. (2𝑡𝑡 − ℎ + 𝑡𝑡𝑝𝑝2)
𝑅𝑅6 = 𝑡𝑡𝑏𝑏 .𝑡𝑡𝑐𝑐. (2𝑑𝑑 + 2𝑡𝑡 − ℎ)
(b) Dihitung nilai a dari persamaan :
𝑡𝑡3 − 𝑅𝑅4. 𝑡𝑡2 + 𝑅𝑅5.𝑡𝑡 − 𝑅𝑅6 = 0, dengan syarat : ab2 > a > ab
(c) Dihitung luasan tulangan A1 dan A2 dengan persamaan :
𝐴𝐴1 = 𝐴𝐴2 = 𝑚𝑚.(𝑃𝑃𝑢𝑢/𝜙𝜙−0,85.𝑓𝑓𝑐𝑐′.𝑚𝑚.𝑏𝑏)�600+𝑓𝑓𝑦𝑦�.𝑚𝑚−600.𝛽𝛽1.𝑑𝑑
Eka Putra. Analisis Perbandingan Metode SNI dan ACI Standard dalam Perhitungan Struktur Gedung Bertingkat UIB Repository©2019
28
Universitas Internasional Batam
b. Jika ac < ab, maka penampang kolom pada kondisi beton tarik
menentukan, pada kondisi ini dihitung at1 dan at2 dengan faktor reduksi
ϕ dihitung dengan persamaan berikut :
𝑡𝑡𝑠𝑠1 = 600.𝛽𝛽1.𝑑𝑑𝑠𝑠′
600−𝑓𝑓𝑦𝑦 ; 𝑡𝑡𝑠𝑠2 = 𝛽𝛽1.𝑑𝑑𝑠𝑠
1) Jika ab > ac > at1, maka tulangan tarik menentukan dengan tulangan
tekan kanan sudah leleh, dan dihitung luasan tulangan A1 dan A2
dengan persamaan berikut :
𝐴𝐴1 = 𝐴𝐴2 = 0,5.𝑃𝑃𝑢𝑢.(2𝑛𝑛−ℎ+𝑚𝑚𝑐𝑐)𝜙𝜙.�𝑑𝑑−𝑑𝑑𝑠𝑠′�.𝑓𝑓𝑦𝑦
2) Jika at1 > ac > at2, maka tulangan tarik menentukan dengan tulangan
tekan kanan belum leleh, langkah perhitungan luasan tulangan A1
dan A2 sebagai berikut :
(a) Dihitung ap3, R7, R8, R9, dengan persamaan berikut :
𝑡𝑡𝑝𝑝3 = 2.𝑓𝑓𝑦𝑦.𝑑𝑑−1200.𝑑𝑑𝑠𝑠600−𝑓𝑓𝑦𝑦
𝑅𝑅7 = 𝑡𝑡𝑝𝑝3 − 𝑡𝑡𝑠𝑠1
𝑅𝑅8 = 2.𝑡𝑡𝑠𝑠1.𝑑𝑑𝑠𝑠 + 𝑡𝑡𝑐𝑐. (2𝑡𝑡 − ℎ − 𝑡𝑡𝑝𝑝3)
𝑅𝑅9 = 𝑡𝑡𝑐𝑐.𝑡𝑡𝑠𝑠1. (2𝑑𝑑𝑠𝑠 + 2𝑡𝑡 − ℎ)
(b) Dihitung nilai a dari persamaan :
𝑡𝑡3 + 𝑅𝑅7. 𝑡𝑡2 + 𝑅𝑅8.𝑡𝑡 − 𝑅𝑅9 = 0, dengan syarat at1 < a < at2
(c) Dihitung luasan tulangan A1 dan A2 dengan persamaan :
𝐴𝐴1 = 𝐴𝐴2 = 𝑚𝑚.(𝑃𝑃𝑢𝑢/𝜙𝜙−0,85.𝑓𝑓𝑐𝑐′.𝑚𝑚.𝑏𝑏)�600−𝑓𝑓𝑦𝑦�.𝑚𝑚−600.𝛽𝛽1.𝑑𝑑𝑠𝑠
Eka Putra. Analisis Perbandingan Metode SNI dan ACI Standard dalam Perhitungan Struktur Gedung Bertingkat UIB Repository©2019
29
Universitas Internasional Batam
2.8 Perencanaan dan Persyaratan ACI Standards
2.8.1 Perencanaan Pelat
𝑡𝑡𝑚𝑚1 = 0,65𝑡𝑡𝑚𝑚
𝑡𝑡𝑚𝑚,𝑛𝑛𝑛𝑛𝑠𝑠𝑠𝑠 = 𝑡𝑡𝑚𝑚 − 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑏𝑏𝑡𝑡𝑙𝑙 𝑏𝑏𝑡𝑡𝑡𝑡𝑏𝑏𝑏𝑏
𝑡𝑡𝑦𝑦1 = 0,65𝑡𝑡𝑦𝑦
𝑡𝑡𝑦𝑦,𝑛𝑛𝑛𝑛𝑠𝑠𝑠𝑠 = 𝑡𝑡𝑦𝑦 − 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑏𝑏𝑡𝑡𝑙𝑙 𝑏𝑏𝑡𝑡𝑡𝑡𝑏𝑏𝑏𝑏
Menghitung Momen :
𝑀𝑀𝑜𝑜 = 𝑄𝑄𝑢𝑢𝑙𝑙𝑙𝑙𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛2
8
−𝑀𝑀𝑢𝑢 = 0,65𝑀𝑀𝑜𝑜
+𝑀𝑀𝑢𝑢 = 0,35𝑀𝑀𝑜𝑜
Menghitung angka perbandingan kekuatan arah :
𝑡𝑡𝑚𝑚 = 𝐼𝐼𝑠𝑠𝐼𝐼𝑠𝑠𝑠𝑠
𝑡𝑡𝑦𝑦 = 𝐼𝐼𝑠𝑠𝐼𝐼𝑠𝑠𝑦𝑦
𝑡𝑡𝑚𝑚 = 2𝑚𝑚𝑦𝑦+2𝑚𝑚𝑠𝑠4
Merencanakan tulangan slab :
𝑀𝑀𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑠𝑠 = 𝐴𝐴𝑠𝑠𝑓𝑓𝑦𝑦 �𝑑𝑑 −𝑚𝑚2�
𝑡𝑡𝑠𝑠𝑝𝑝𝑎𝑎𝑠𝑠𝑎𝑎𝑏𝑏𝑡𝑡𝑝𝑝 �𝑑𝑑 − 𝑚𝑚2�~0,9𝑑𝑑 ;𝑑𝑑 = ℎ − 𝑑𝑑𝑠𝑠
2.8.2 Perencanaan Balok
Eka Putra. Analisis Perbandingan Metode SNI dan ACI Standard dalam Perhitungan Struktur Gedung Bertingkat UIB Repository©2019
30
Universitas Internasional Batam
Menghitung rasio tulangan balance
𝜌𝜌𝑏𝑏 = 𝛽𝛽10,85𝑓𝑓𝑐𝑐′
𝑓𝑓𝑦𝑦
87.00087.000+𝑓𝑓𝑦𝑦
𝐴𝐴𝑠𝑠𝑝𝑝𝑎𝑎𝑠𝑠𝑎𝑎𝑏𝑏𝑡𝑡𝑝𝑝 𝑡𝑡𝑝𝑝𝑎𝑎𝑏𝑏𝑡𝑡 𝑝𝑝𝑡𝑡𝑝𝑝𝑝𝑝𝑡𝑡𝑡𝑡𝑝𝑝𝑎𝑎𝑡𝑡𝑝𝑝 𝜌𝜌 = 0,5𝜌𝜌𝑏𝑏
𝑀𝑀𝑛𝑛 = 𝐴𝐴𝑠𝑠𝑓𝑓𝑦𝑦 �𝑑𝑑 −𝑚𝑚2� ,𝐴𝐴𝑠𝑠𝑝𝑝𝑎𝑎𝑠𝑠𝑎𝑎𝑏𝑏𝑡𝑡𝑝𝑝 �𝑑𝑑 − 𝑚𝑚
2� = 0,85𝑑𝑑
𝐴𝐴𝑠𝑠 = 𝑀𝑀𝑛𝑛𝑓𝑓𝑦𝑦0,85𝑑𝑑
Dicek kembali dengan menghitung nilai a, :
𝑡𝑡 = 𝐴𝐴𝑠𝑠𝑓𝑓𝑦𝑦0,85𝑓𝑓𝑐𝑐′𝑏𝑏
Hitung kembali nilai As :
𝐴𝐴𝑠𝑠,𝑢𝑢 = 𝑀𝑀𝑛𝑛
𝑓𝑓𝑦𝑦(𝑑𝑑−𝑎𝑎2)
𝐴𝐴𝑠𝑠𝑏𝑏,𝑢𝑢 = 20%𝐴𝐴𝑠𝑠,𝑢𝑢
Kontrol rasio tulangan
𝜌𝜌 = 𝐴𝐴𝑠𝑠𝑏𝑏𝑑𝑑
, ρ < ρb
Kontrol Momen
𝑡𝑡 = 𝐴𝐴𝑠𝑠𝑓𝑓𝑦𝑦0,85𝑓𝑓𝑐𝑐′𝑏𝑏
𝑀𝑀𝑛𝑛 = 𝐴𝐴𝑠𝑠𝑓𝑓𝑦𝑦(𝑑𝑑 − 𝑚𝑚2
)
𝑀𝑀𝑟𝑟 = ∅𝑀𝑀𝑛𝑛 , Mr > Mu
2.8.3 Perencanaan Kolom Mengacu pada ACI
𝑡𝑡 = 𝑀𝑀𝑢𝑢𝑃𝑃𝑢𝑢
Asumsikan angka penulangan 𝜌𝜌 diantara 1% ~ 4%
Eka Putra. Analisis Perbandingan Metode SNI dan ACI Standard dalam Perhitungan Struktur Gedung Bertingkat UIB Repository©2019
31
Universitas Internasional Batam
Hitung nilai 𝐴𝐴𝑠𝑠 = 𝜌𝜌𝑏𝑏𝑑𝑑
𝑐𝑐𝑏𝑏 = 87.00087.000+𝑓𝑓𝑦𝑦
𝑑𝑑
𝑡𝑡𝑏𝑏 = 𝛽𝛽1𝑐𝑐𝑏𝑏
𝑓𝑓𝑠𝑠′ = 87.000 𝑐𝑐𝑠𝑠−𝑑𝑑′
𝑐𝑐𝑠𝑠 , gunakan yang paling besar fy
𝑃𝑃𝑛𝑛𝑏𝑏 = 0,85𝑓𝑓′𝑐𝑐𝑡𝑡𝑏𝑏𝑏𝑏 + 𝐴𝐴′𝑠𝑠𝑓𝑓𝑦𝑦 − 𝐴𝐴𝑠𝑠𝑓𝑓𝑦𝑦 ; A’s = As
𝜙𝜙𝑃𝑃𝑛𝑛𝑏𝑏 = 0,7𝑥𝑥𝑃𝑃𝑛𝑛𝑏𝑏
𝑃𝑃𝑛𝑛 = 𝐴𝐴′𝑠𝑠𝑓𝑓𝑦𝑦𝑛𝑛
𝑑𝑑−𝑑𝑑′+0,5
+ 𝑏𝑏ℎ𝑓𝑓′𝑐𝑐3ℎ𝑛𝑛𝑑𝑑2
+1,18 , Pn > Pu
Eka Putra. Analisis Perbandingan Metode SNI dan ACI Standard dalam Perhitungan Struktur Gedung Bertingkat UIB Repository©2019