bab ii tinjauan pustaka - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/53030/3/bab ii.pdf · fungsi dari...
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komposit
2.1.1 Definisi Komposit
Menurut Schwartz (1984) adalah suatu material yang terdiri dari
unsur – unsur dua atau lebih material yang secara makro berbeda didalam
bentuk dan atau komposisi penyusunnya tidak dapat dipisahkan. Dari hasil
kombinasi tersebut menghasilkan sifat mekanik dan karakteristik yang
berbeda dari material pembentuknya. Pada proses pembuatannya, komposit
dihasilkan dari dua atau lebih material agar terbentuk sifat material baru
yang unik dibandingan sifat material pada umumnya. Sehingga sifat
material komposit dapat diatur lebih leluasa dengan cara mengatur jumlah
komposisi material penyusunnya. Komposit terdiri dari dua bagian utama
penyusunnya, penguat dan matriks. Penguat umumnya berbentuk serat dan
memiliki ductility yang rendah namun lebih rigid dan kuat. Fungsi dari
penguat adalah sebagai penerima atau penahan gaya saat komposit terkena
beban. Sedangkan matriks berfungsi sebagai perekat dan juga sebagai
penyalur gaya saat komposit terkena beban. Matriks memiliki ductility
yang lebih tinggi namun rigiditas yang lebih rendah.
8
2.1.2 Jenis-jenis Komposit
Secara umum komposit diklasifikasikan menjadi 3 jenis berdasarkan
material penguatnya.
1. Fibrous Composites (komposit serat). Merupakan komposit yang terdiri
dari satu lapisan atau satu laminat yang menggunakan penguat berupa
serat.
2. Particulalate Composites (komposit partikel). Merupakan komposit
yang menggunakan partikel serbuk sebagai penguatnya.
3. Laminated Composites (komposit laminat). Merupakan jenis komposit
yang terdiri dari dua lapis atau lebih yang digabung menjadi satu dan
setiap lapisnya memiliki karakteristik sifat sendiri.
Beberapa contoh komposit
Gambar 2.1 Komposit
9
Gambar 2.2 Foto Mikro Kayu Lapis (Plywood)
Kayu lapis adalah komposit laminat dari lapisan veneer kayu.
Gambar 2.3 Foto Mikro Fiberglass
Fiberglass adalah jenis komposit dengan penguat serat kaca.
Gambar 2.4 Foto Mikro Beton
Beton merupakan jenis komposit dengan penguat pasir kasar.
Berdasarkan strukturnya, komposit dapat dibagi menjadi dua
yaitu struktur laminate dan struktur sandwich.
10
Gambar 2.5 Komposit Laminat
Gambar 2.6 Komposit dengan Struktur Sandwich
Pada umumnya komposit dibentuk dari dua jenis material yang berbeda
yaitu :
1. Penguat (reinforcement), umumnya berbentuk serat dan partikel yang
mempunyai ductility yang rendah tetapi lebih rigid dan lebih kuat.
Gambar 2.7 Penguat
11
2. Matriks, umumnya memiliki ductility yang tinggi tetapi mempunyai
kekuatan dan rigiditas yang lebih rendah.
Gambar 2.8 Matriks
2.2 Komponen Bahan Komposit
Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau
lebih material pembentuknya melalui campuran yang tidak homogen. Dua bahan
utama pada komposit yaitu matrik dan reinforcement agent.
Contoh matrik pada komposit adalah :
a. Logam
b. Keramik
c. Polimer
Contoh Reinforcement agent pada komposit adalah :
• Fiber (serat)
• Partikel
• Flake
12
2.3 Pengelompokan Komposit
Matrik dalam komposit berfungsi sebagai bahan pengikat serat menjadi
sebuah unit struktur, melindungi dari perusakan eksternal, meneruskan atau
memindahkan beban eksternal pada bidang geser antara serat dan matrik,
sehingga serat dan matrik dapat saling mengikat.
2.3.1 Berdasarkan bentuk penguatnya secara umum komposit dapat di
kelompokan kedalam tiga jenis (Robert. M. Jones : 7), yaitu:
1. Particulated composites
Merupakan kompositdnyang mengandung bahan penguat
berbentuk partikel atau serbuk. Komposit ini bisa dibuat dengan satu
jenis material ataupun dengan lebih dari satu material, yang
digabungkan atau dikombinasikan dalam skala makroskopis (dapat
terlihat langsung oleh mata) sehingga dapat menjadi material baru yang
lebih berguna. Ukuran, bentuk, dan material partikel merupakan faktor
yang mempengaruhi sifat mekanik dari komposit partikel. Hal yang
perlu diperhatikan dalam pembuatan komposit partikel adalah dengan
menghilangkan unsur udara dan air karena adanya udara dan air disela-
sela partikel dapat mengurangi kekuatan dan mengurangi ketahanan
retak bahan.
a) Sifat-sifat komposit partikel dipengaruhi beberapa faktor, antara lain :
• Rancangan partikel.
• Ukuran dan bentuk partikel.
13
• Sifat-sifat atau bahan partikel.
• Rasio perbandingan antara partikel
b) Pengaruh peningkatan kehalusan partikel pada komposit antara lain:
• Meningkatkan kerapatan.
• Memperkecil diameter pori.
• Meningkatkan nilai porositas.
• Meningkatkan kekuatan tekan dan kekuatan lentur.
c) Keuntungan membuat komposit menggunakan reinforcement
berbentuk partikel :
• Kekuatan lebih seragam pada berbagai arah .
• Dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan
meningkatkan
• kekerasan material.
• Cara penguatan dan pengerasan oleh partikular adalah dengan
• menghalangi pergerakan dislokasi.
d) Jenis-jenis Particulated Composite:
• Partikel komposit organik
• Partikel komposit non-organik
2. Fibrous composites
Merupakan jenis komposit yang hanya terdiri dari satu laminat
atau satu lapisan yang menggunakan penguat berupa serat atau fiber.
Serat yang digunakan bisa berupa serat yang memiliki kekuatan dan
14
kekakuan lebih besar bila dibandingkan dengan bahan pengikat atau
matriknya. Contohnya glass fibers, carbon fibers, dan aramid fibers
(poly aramide ). Serat ini dapat disusun menjadi tiga macam yaitu:
a) Bentuk linear
• continuous fiber (serat panjang) dan
• discontinuous/whiskers fiber (serat pendek)
b) Bentuk dua dimensi penyusunan yang berorientasi dengan sumbu x,
dan y. Bentuk penyusunan dua dimensi dapat dibedakan menjadi 6
yaitu, serat panjang secara searah (unidirectional continuous), serat
panjang secara dua arah (bidirectional continuous), serat panjang secara
banyak arah (multidirectional continuous), serat panjang secara acak
(random continuous), serat pendek secara searah (unidirectional
discontinuous), dan serat pendek secara acak (random discontinuous).
c) Bentuk tiga dimensi penyusunan yang berorientasi dengan sumbu x,
y,dan z.
3. Laminated composites
Komposit ini terdiri dari dua atau lebih material yang disusun
berlapis-lapis. Pembuatan tumpukan lapisan ini bertujuan untuk
mendapatkan sifat-sifat yang baru seperti kekuatan, kekakuan,
ketahanan akan korosi, dan juga untuk mendapatkan penampilan yang
lebih atraktif.
15
2.3.2 Berdasarkan jenis matriknya komposit dapat digolongkan menjadi
tiga macam, yaitu:
1. Ceramic matrix composites
CMC merupakan material keramik yang mengandung fasa
inklusi sekunder. Fasa inklusi sekunder ini dapat berupa fiber,
wishker,platelet, atau partikulat. Keramik memiliki sifat-sifat yang
menarik seperti kekakuan, kekerasan, tahan korosi dan kekuatan tekan
yang tinggi serta kerapatan yang rendah. Namun bahan ini juga
memiliki kelemahan yaitu ketangguhan dan tegangan tarik yang rendah.
Pembuatan keramik sangat sulit dan memerlukan biaya yang mahal.
Inklusi fasa sekunder mampu meningkatkan toleransi terhadap
kerusakan, meningkatkan kelenturan dan tegangan yang tinggi.
Keuntungan dari CMC :
• Dimensinya stabil bahkan lebih stabil daripada logam.
• Sangat tangguh, hampir sama dengan ketangguhan dari cast
iron.
• Mempuyai karakteristik permukaan yang tahan halus.
• Unsur kimianya stabil pada suhu tinggi.
• Tahan pada temperatur tinggi (creep).
• Tahan terhadap korosi.
2. Metal matrix composites
16
MMC merupakan komposit yang menggunakan logam seperti
alumnium sebagai matriknya dan penguatnya dengan serat seperti
silikon karbida. Komposit jenis ini banyak digunakan dalam dunia
perindustrian.
MMC memiliki sifat-sifat yang lebih baik dibandingkan
PMC, yaitu:
• Tahan terhadap temperatur tinggi.
• Tidak menyerap kelembapan.
• Kekuatan tekan dan geser yang baik.
• Tidak mudah terbakar.
• Ketahanandaus dan muaiatermal yang lebih baik.
• Transfer tegangan dan regangan yang baik.
Contoh bendanya :
Gambar 2.9 Aplikasi Metal Matrix Komposites
3. Polymer matrix composites
Komposit ini merupakan komposit yang paling sering digunakan
dan ditemui pada barang-barang disekitar. PMC sering disebut juga
17
dengan polimer berpenguat serat (FRP: Fibre Reinforced Polymers or
Plastics) bahan ini menggunakan suatu polimer berdasarkan resin
sebagai matriknya, dan dengan serat kaca, atau karbon, atau armid
(Kevlar) sebagai penguatnya.
Menurut (Sudira, 1985)jenis-jenis polimer yang sering digunakan :
• Thermoplastic
Merupakan plastik yang dapat dilunakan berulangkali
(recycle) dengan menggnakan panas. Thermoplastic merupakan
polimerdgyang akan menjadi keras apabila didinginkan.
Thermoplastic akan meleleh jika dipanaskan pada suhu tertentu,
dan melekat mengikuti perubahan suhu dan mempunyai sifat
dapat balik (reversibel) kepada sifat aslinya, yaitu kembali
mengeras bila didinginkan.
contoh : poliester, nylon 66, dan poliester sulfon.
• Thermoset
Merupakan plastik yang tidak dapat mengikuti perubahan
suhu (irrevesibel ). Bila sekali pengerasan telah terjadi maka
bahan tidak dapat dilunakkan kembail. Pemanasan yang tinggi
tidak akan melunakkan thermoset melainkan akan membentuk
arang dan terurai, karena sifatnya yang demikian maka
thermoset sering dipakai sebagai tutup ketel, seperti jenis-jenis
18
melamin. Plastik jenis thermoset tidak begitu menarik dalam
proses daur ulang karena selain sulit penangannya juga
volumenya jauh lebih sedikit (sekitar 10%) dari volume jenis
plastik yang bersifat thermoplastic. Contohnya : Epoksida,
Bismaleimida (BMI), dan Poli- imida (PI).
Kelebihan PMC :
• Biaya pembuatan lebih rendah.
• Dapat dibuat dengan produksi masal.
• Ketangguhan baik.
• Tahan simpan.
• Lebih ringan.
• Kemampuan mengikuti bentuk yang baik
2.4 Material Penguat
Fungsi material penguat adalah penahan beban utama komposit. Salah
satu bentuk dari penguat yaitu serat. Kriteria yang harus dipertimbangkan
dalam memilih penguat komposit berjenis serat adalah :
• elongasi saat patah,
• kestabilan thermal,
• sifat tarik menarik (adhesi) antara fiber dan matriks,
• dynamic behavior,
• harga dan biaya produksi.
19
Serat yang digunakan seharusnya mempunyai diameter yang lebih kecil
dari diameter matriksnya dan mempunyai kekuatan tarik yang tinggi. Serat
dapat diklasifikasikan berdasarkan material pembentuknya yaitu serat sintesis
dan serat alam. Contoh serat sintetis diantaranya serat kaca (fiberglass), aramid
fiber (kevlar), serat karbon (carbon fiber). Sedangkan contoh serat alam yang
terkenal di masyarakat diantaranya yaitu serat kelapa, serat rami, serat kapas,
serat bambu, serat rotan, dan sebagainya. Serat sintetis atau serat buatan
memiliki kelebihan seperti serat yang kuat, tahan korosi dan panas dan mudah
diproduksi secara massal. Namun serat sintetis juga memiliki kekurangan yaitu
tidak dapat terurai oleh bakteri sehingga tidak ramah lingkungan. Salah satu
contoh serat sintetis yang biasa digunakan dalam industri plastik dan industri
perkapalan adalah serat kaca (fiberglass). Serat ini relatif lebih murah
dibandingkan serat sintetis yang lain dan memiliki karakteristik yang baik.
Serat ini biasa digunakan dalam sebagian besar aplikasi kelautan disamping
serat polimer seperti kevlar atau serat carbon.
Serat alam adalah serat yang terdapat pada tumbuhan atau bulu hewan
yang digunakan sebagai bahan alternatif pengganti serat sintetis. Menurut
Chandrabakty (2011) terdapat beberapa alasan menggunakan serat alam
sebagai penguat komposit sebagai berikut :
• Lebih ramah lingkungan dan biodegradable dibandingkan dengan
serat sintetis.
• Berat jenis serat alam lebih kecil
20
• Komposit serat alam memiliki daya redam akustik yang lebih tinggi
dibandingkan komposit serat sintetis.
• Serat alam lebih ekonomis dari serat sintetis.
Sedangkan kekurangan dari serat alam diantaranya yaitu kekuatan tarik
dan modulus tarik yang masih berada di bawah serat sintetis, dimensi serat yang
bervariasi dan tidak beraturan sehingga kualitas serat berbeda – beda, hasil
panen yang fluktuatif tergantung iklim, dan penyakit tanaman.
2.5 Serat Kelapa Sawit
Pada penelitian ini penulis menggunakan serat kelapa sawit sebagai
penguat komposit. Berdasarkan data dari kementrian pertanian, pada tahun
2015 tercatat produksi kelapa sawit sebesar 31,284,306.00 ton dengan
produktivitas sebesar 3,679.00 Kg/Ha. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS)
merupakan kumpulan serat yang tertinggal setelah memisahkan buah dari
tandan buah segar yang telah disterilkan (dengan penguapan pada 294 kPa
selama 1 jam) . TKKS murah, dapat terdekomposisi, tidak beracun, dan
merupakan serat alami yang digunakan secara luas. Tandan kosong kelapa
sawit merupakan material alami yang mengandung filament yang tebal dan
kasar.
Hal tersebut membuat tandan kosong kelapa sawit lebih efektif
dibandingkan material industri yang tidak dapat diperbaharui, berbahaya untuk
kesehatan dan lingkungan, serta mahal untuk produksi skala kecil. TKKS
21
digunakan sebagai bahan mentah pada berbagai aplikasi termasuk pembangkit
listrik, formulasi komposit, dan industri pembuatan kertas. TKKS memiliki
energi sebesar 3700 Kcal kg-1, dan penggunaannya pada komposit polimer
dapat menyelesaikan permasalahan lingkungan, terutama yang berhubungan
dengan pembuangan limbah kelapa sawit.
Serat kelapa sawit di ekstrak dari Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan
proses retting. Proses retting yang dapat dilakukan diantaranya adalah
mechanical retting (ditempa), chemical retting (direbus dengan bahan kimia),
steam retting, dan water retting. water retting merupakan proses yang
palingsering digunakan diantara proses lainnya. Ekstraksi mekanik lebih ramah
lingkungan , dimana metode lain mencemari air. Gambar 2.10 (a) menunjukkan
sketsa tandan kosong kelapa sawit dan gambar 2.10 (b) menunjukkan
penampang tandan kosong kelapa sawit dan persebaran seratnya.
Gambar 2.10 (a) Sketsa TKKS, (b) Penampang TKKS
22
Serat kelapa sawit memiliki sifat yang keras dan kuat. Pori – pori pada
permukaan serat kelapa sawit memiliki rata – rata diameter sebesar 0.07m.
Morfologi permukaan pori ini sangat berguna untuk meningkatkan ikatan
mekanik dengan resin matriks jika digunakkan pada pembuatan komposit .
Tetapi struktur permukaan berpori memfasilitasi penyusupanair ke dalam serat
melewati pembuluh, terutama ketika tak terlindung dari air.
Dalam mikrofibril TKKS terdapat selulosa, lignin, dan hemiselulosa
sebagai komponen utama. Tabel 2.1 menunjukkan komposisi kimia serat kelapa
sawit. Senyawa yang paling banyak terkandung dalam serat kelapa sawit adalah
selulosa, lignin, hemiselulosa, dan holoselulosa. Holoselulosa dan
hemiselulosanmemilikinstruktur kimia yang sama dengan selulosa tetapi
memiliki sifat yang sama dengan lignin. Selulosa berfungsi untuk membentuk
pori pada komposit. Sehingga struktur utama dari serat kelapa sawit terdiri dari
Lignin dan selulosa. Gambar 2.11 merupakan struktur Lignin, sedangkan
gambar 2.12 merupakan struktur selulosa.
23
Tabel 2.1 Komposisi kimia serat kelapa sawit ( Jurnal Analisa Morfologi Serat
Tandan Kosong Sawit Sebagai Bahan Penguat Komposit Absorbsi Suara, Muthia
Egi Rahmasita, (2017)
Gambar 2.11 Struktur lignin
24
Gambar 2.12 Struktur selulosa
Tabel 2.2 Sifat fisik dan mekanik serat kelapa sawit ( Jurnal Analisa Morfologi
Serat Tandan Kosong Sawit Sebagai Bahan Penguat Komposit Absorbsi Suara,
Muthia Egi Rahmasita, (2017)
25
Tabel 2.2 menunjukkan sifat fisik dan mekanik serat kelapa sawit.
Diameter serat kelapa sawit berkisar antara 150 – 500 μm. Kekuatan tarik dan
modulus elastisitas serat kelapa sawit cukup tinggi, yaitu mencapai 400 MPa
dan 9 GPa, sehingga cocok untuk dijadikan bahan penguat pada komposit.
2.6 Matrik
Menurut Gibson R.F menyatakan bahwa Matriks adalah pengisi ruang
komposit yang diperkuat dengan serat. Matriks memiliki peran penting dalam
komposit yaitu mengikat serat menjadi satu kesatuan struktur,
mendistribusikan beban ke serat melindungi serat dari kerusakan akibat kondisi
lingkungan, menyumbangkan beberapa sifat seperti kekakuan, ketangguhan
dan tahanan listrik. Berdasarkan bahan penyusunnya matrik terbagi atas matrik
organic dan inorganic. Matrik organic adalah matrik yang terbuat dari bahan –
bahan organik. Matrik ini banyak digunakan karena proses penggunaannya
menjadi komposit cepat dan mudah serta engan biaya yang rendah. Salah satu
contoh matrik organik adalah pati ubi kayu dan kertas. Matrik inorganik adalah
matrik yang terbentuk dari bahan logam yang pada umumnya memiliki berat
dan kekuatan tinggi. Dalam penelitian ini digunakan matriks dari pati ubi kayu
dan kertas bekas.
26
Gambar 2.13 Pati kanji
Gambar 2.14 Koran Bekas
2.7 Kebisingan
Suara adalah sensasi yang sewaktu vibrasi longitudinalisadari molekul-
molekulusudara, yang berupa gelombang mencapai membrana timpani dari
telinga (Perhimpunan Ahli Telinga, Hidung, dan Tenggorokan Indonesia,
1985). Tambunana(2005), menyatakankkbahwa dalam konteks keselamatan
27
dan kesehatanikerja, pembahasan suara (sound) agak berbeda dibandingkan
pembahasan-pembahasan suara dalam ilmu fisika murni maupun fisika terapan.
Dalam K3, pembahasan suara lebih terfokus pada potensiiigelombang
suaransebagai salah satu bahaya lingkungan potensial bagi pekerja di tempat
kerja beserta teknik-teknik pengendaliannya.
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
manusia dan kenyamanan lingkungan (Kepmen LH No 48. tahun 1996).
Menurut Suma’muri(2009), bunyi atau suara didengar sebagaigrangsangan
pada sel saraf pendengaran dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang
ditimbulkan getaran dari sumber bunyi atau suara dan gelombang tersebut
merambat melalui media udara atau penghantardlainnya, dan manakala bunyi
atau suara tersebut tidak dikehendaki oleh karena mengganggu atau timbul
diluar kemauan orang yang bersangkutan, maka bunyi-bunyian atau suara
demikian dinyatakan sebagai kebisingan. Kebisingan didefinisikan sebagai
bunyi yang tidak dikehehndaki. Bising menyebabkan berbagai
gangguandterhadap tenaga kerja,asaseperti gangguan fisiologis, gangguan
psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian, atau ada yang menggolongkan
gangguannya berupa gangguan pendengaran, misalnya gangguan terhadap
pendengaran dan gangguan pendengaran seperti komunikasi terganggu,
ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performa kerja, kelelahan dan stres
Nilai ambang batas kebisinganngadalah angka dB yang dianggap aman
untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu.
28
Surat EdarannnMenteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. SE-01
/MEN/ 1978, Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah
intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima
tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk
waktu terus menerus tidak lebih dariii8 jam sehari atauaa40 jam seminggunya.
Waktu maksimum bekerja adalah sebagai berikut:
82 dB : 16 jam per hari
85 dB : 8 jam per hari
88 dB : 4 jam per hari
91 dB : 2 jam per hari
97 dB : 1 jam per hari
100 dB : ¼ jam per hari.
2.8 Sound Level Meter
Sound Level Meter merupakan alat ukur intensitas kebisingan yang
digunakan untuk mengukur intensitas kebisingan antara 30 – 130 dBA dan dari
frekuensi antara 20 – 20000 Hz. Di rumah sakit, alat ini digunakan untuk
mengukur tingkat kebisingan suatu ruangan yang mempunyai standart tertentu,
peletakan genset maupun kompresor. Alat ini didasarkan pada getaran yang
terjadi, apabila ada objek atau benda yang bergetar, maka akan menimbulkan
terjadinya sebuah perubahan pada tekanan udara yang kemudian akan
29
ditangkap oleh sistem peralatan, selanjutnya akan menunjukkan angka jumlah
dari tingkat kebisingan yang dinyatakan dengan nilai dB, dengan cara
mengarahkan microphone ke arah sumber suara yang di ukur dan amati angka
yang ada atau tertera pada layar Sound Level Meter (Putra, 2014). Kebisingan
(noise) didefinisikan sebagai suara yang tidak dikehendaki (unwanted sound),
misalnya yang merintangi terdengarnya suara atau semua suara yang tidak
dikehendaki yang bersumber dari alat proses produksi dan alat kerjadnpada
tingkatanntertentu yang dapat menimbulkan gangguanggpendengaran
(Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 51 Tahun 1999).
Nilai Ambang Batas pendengaran manusia adalah 85 dbA selama 8 jam
sehari dan 40 jam seminggu. Sound Level Meter sebelumnya telah dibuat oleh
Nur Lailatul Khikmah (2015), tetapi pada alat tersebut masih kurang lengkap
karena tidak memiliki penyimpanan data, dengan adanya penyimpanan data
diharapkan dapat meminimalisir waktu saat melakukan pengukuran dan
pencatatan. Pada alat sebelumnya hanya melakukan pengukuran pada area
kampus, oleh sebab itu penulis juga melakukan pengukuran di keperawatan gizi
dan keperawatan gigi. Berdasarkan identifikasi masalah diatas, penulis
bermaksud ingin membuat alat Sound Level Meter Dilengkapi Penyimpanan
Data, yang dapat mengukur tingkat kebisingan suara dan data kebisingan
tersebut dapat langsung tersimpan pada EEPROM.
30
2.9 Porositas
Porositas adalah besar persen dari volume ruang pori-pori terhadap
volume total, dinyatakan dengan simbol ‘Ø’. Porositas juga dapat diartikan
sebagai suatu ukuran yang menunjukkan besar rongga dalam benda.
Rumus porositas = 𝑉𝑝
𝑉𝑏 x 100% =
𝑉𝑝
𝑉𝑔𝑟+𝑉𝑝 x 100%
Vp = Volume pori – pori
Vb = Volume total
Vgr = Volume benda
Kualitas porositas
2.10 Koefisien Penyerapan Bunyi
Koefisien penyerapan bunyi (α) adalah angka yang menunjukan
kemampuan material termasuk menyerap energi bunyi. Makin besar
koefisiennya, daya serapnya makin tinggi. Setiap audiens memiliki koefisien
penyerapan bunyi spesifik tergantung frekuensi sebagai reaksi yang berbeda
Ø <5% Diabaikan
5%< Ø<10% Low Porosity
10%< Ø<20% Good Porosity
Ø>20% Very Good Porosity
31
terhadap besar energi bunyi yang diterima. Standar frekuensi untuk
menentukan koefisien penyerapan bunyi rata-rata suatu material adalah 500 Hz.
Bagus tidaknya serapan dari suatu material ditentukan oleh koofisien
penyerapan bunyi NAC (Noise Absorption Coefficient) material tersebut.
Meskipun karakteristik tidak berubah, koefisien serap suatu material dapat
berubah menyesuaikan dengan frekuensi bunyi yang datang. Nilai koefisien
berada antara 0 dan 1, bila nilai serapan bunyi 0 maka gelombang bunyi
dipantulkan semuanya, bila nilainya 1 maka gelombang bunyi diserap semua.
Ketika gelombang bunyi datang mengenai suatu material maka sebagian dari
energi bunyi akan diserap sebagian lagi akan dipantulkan. (Doelle,1985).
Adapun besar nilai NAC dapat ditentukan dengan rumus :
NAC(α)= Total energi suara datang−Energi suara setelah terkena spesimen
Total energi suara datang