bab ii tinjauan pustaka -...
TRANSCRIPT
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 MANAJEMEN PEMBELAJARAN
2.1.1 Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan merupakan proses
pengembangan kegiatan kerjasama sekelompok orang
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Proses pengendalian kelompok tersebut
minimal mencakup perencanaan (planning), dan
pengawasan (controling) sebagai suatu proses untuk
menjadikan visi menjadi aksi. Para ahli mengungkapkan
manajemen pendidikan berdasarkan sudut pandang dan
fokus yang berbeda sesuai konsep teoritis yang
melandasinya. Knezevik, (dalam Slameto) menyamakan
arti manajemen pendidikan dengan administrasi
pendidikan.
Manajemen pendidikan memiliki berbagai kegiatan
yang sangat kompleks dan saling berhubungan.
Manajemen pendidikan juga merupakan sekumpulan
fungsi untuk menjamin efisiensi dan efektifitas
pelayanan pendidikan, melalui perencanaan,
pengambilan keputusan, perilaku kepemimpinan, alokasi
sumber daya, stimulus dan kordinasi personil,
11
penciptaan iklim organisasi yang kondusif, serta
penentuan pengembangan fasilitas untuk memenuhi
kebutuhan peserta didik dan peserta di masa depan.
Manajemen merupakan rangkaian kegiatan bersama
atau keseluruhan proses pengendalian usaha atas
kerjasama sekelompok orang dalam mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan secara berencana dan
sistematis, yang diselenggarakan pada suatu lingkungan
tertentu.
Jadi dari berbagai pemahaman dan definisi
tentang manajemen pendidikan dapat disimpulkan
bahwa Manajemen Pendidikan adalah bidang kajian
yang mempelajari bagaimana upaya untuk mencapai
produktivitas pendidikan, dengan memobilisasi sumber
daya yang tersedia melalui penciptaan suasana kerja
yang kondusif dan bermartabat.
Pengertian tersebut merujuk bahwa diperlukan
fungsi-fungsi manajemen dalam pengelolaan pendidikan.
Empat fungsi tersebut adalah perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan. Keempat
fungsi ini dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan
pendidikan, tanpa mengenyampingkan faktor lingkungan
sebagai penentu keberhasilan pencapaian hasil.
12
2.1.2 Pengertian Perencanaan Pembelajaran
a. Perencanaan
Menurut H.B. Siswanto (2007), perencanaan
adalah proses dasar yang digunakan untuk memilih
tujuan dan menentukan cakupan pencapaiannya.
Menurutnya, merencanakan berarti mengupayakan
penggunaan sumberdaya manusia (human resources),
sumber daya alam (natural resources), dan sumberdaya
lainnya (other resources) untuk mencapai tujuan.
Pemikiran lain dari George R. Terry dan Leslie W. Rue
(2009), menyatakan bahwa planning atau perencanaan
adalah menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai
selama suatu masa yang akan datang dan apa yang
harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu.
Sementara itu, Mulyasa (2006), menjelaskan bahwa
perencanaan adalah suatu bentuk dari pengambilan
keputusan (decision making). Hamzah B. Uno (2008),
juga menyatakan perencanaan adalah suatu cara yang
memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan
dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang
antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi
sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kemudian definisi lain tentang perencanaa
Pembelajaran bahwa Perencanaan adalah suatu cara
untuk membuat satu kegiatan dapat berjalan dengan
13
baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif
untuk memperkecil kesenjangan yang ada dan mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan merupakan
hasil proses berpikir dan pengkajian dan penyeleksian
dari berbagai alternatif yang dianggap lebih memiliki
nilai efektivitas dan efisiensi, yang merupakan awal dari
semua proses pelaksanaan kegiatan yang bersifat
rasional. Perencanaan adalah proses penetapan dan
pemanfaatan sumber daya secara terpadu yang
diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan
upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara efisien dan
efektif dalam mencapai tujuan. Dalam hal ini, Roger A.
Kaufman (Harjanto 1997) mengemukakan bahwa
“Perencanaan adalah suatu proyeksi (perkiraan) tentang
apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan
absah dan bernilai. Perencanaan sering juga disebut
sebagai jembatan yang menghubungkan kesenjangan
atau jurang antara keadaan masa kini dan keadaan yang
diharapkan terjadi pada masa yang akan datang. Dengan
demikian, perencanaan berkaitan dengan penentuan apa
yang akan dilakukan.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat
disimpulkan bahwa didalam perencanaan pembelajaran
tersirat tujuan apa yang hendak dicapai dengan terkait
strategi yang digunakan, selanjutnya didukung oleh
sumber daya sehingga dalam mengimplementasikan
14
pembelajaran tersebut mendapat sebuah kesepakatan
(Keputusan) dalam pelaksanaan.
b. Pengertian Pembelajaran
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1
dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2010 Pasal 1 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan mendefenisikan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Masnur Muslich (2007) juga
berpendapat bahwa pembelajaran adalah proses aktif
bagi siswa dan guru untuk mengembangkan potensi
siswa sehinggga mereka akan “tahu” terhadap
pengetahuan dan pada akhirnya “mampu” untuk
melakukan sesuatu. Sedangkan Degeng dalam Hamzah
B. Uno (2008) mendefenisikan dengan singkat bahwa
pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa.
Kemudian Richard L. Daft (2003) mengungkapkan bahwa
pembelajaran adalah sebuah perubahan prilaku atau
suatu perubahan kinerja yang terjadi sebagai hasil dari
pengalaman. Hal ini juga dibenarkan oleh Slavin dalam
H. Douglas Brown (2007) yang mendefenisikan bahwa
pembelajaran adalah sebuah perubahan dalam diri
15
seorang yang disebabkan oleh pengalaman. Pernyataan
ini juga didukung oleh Kunandar (2009) yang
menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses
interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya
sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih
baik.
c. Pengertian Perencanaan Pembelajaran
Berdasarkan beberapa defenisi diatas dapat
disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran adalah
kegiatan memproyeksikan tindakan apa yang akan
dilaksanakan dalam suatu proses belajar mengajar yaitu
dengan mengkoordinasikan komponen-komponen
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, cara penyampaian kegiatan (metode,
model dan teknik), serta bagaimana mengukurnya
menjadi jelas dan sistematis, sehingga nantinya proses
belajar mengajar menjadi efektif dan efisien. Dengan
perencanaan pembelajaran, guru dapat memperkirakan,
mempersiapkan, dan menentukan tindakan apa yang
akan dilakukan pada waktu proses pembelajaran
berlangsung. Pada tahap ini guru mempersiapkan segala
sesuatunya agar proses pembelajaran dapat berjalan
secara efektif. Selanjutnya, Perencanaan pembelajaran
dapat dikatakan sebagai pengembangan pembelajaran
16
yang merupakan sebagai sistem yang terintegrasi dan
terdiri dan beberapa unsur yang saling berinteraksi.
Pengertian lain tentang perencanaan pembelajaran
dikemukakan oleh Nana Sudjana (1988) yang
mengemukakan bahwa perencanaan pembelajaran
merupakan kegiatan memproyeksikan tindakan apa yang
akan dilaksanakan dalam suatu pembelajaran (PBM)
yaitu dengan mengkoordinasikan (mengatur dan
merespon) komponen-komponen pembelajaran, sehingga
arah kegiatan (tujuan), isi kegiatan (materi), cara
penyampaian kegiatan (metoda dan teknik, serta
bagaimana mengukurnya (evaluasi) menjadi jelas dan
sisitematis”. Ini berarti perencanaan pembelajaran pada
dasarnya adalah mengatur dan menetapkan
komponenkomponen tujuan, bahan, metoda atau teknik,
serta evaluasi atau penilaian. Perencanaan pembelajaran
dapat dikatakan sebagai pedoman mengajar bagi guru
dan pedoman belajar bagi siswa.
Melalui perencanaan pembelajaran dapat
diidentifikasi apakah pembelajaran yang
dikembangkan/dilaksanakan sudah menerapkan konsep
belajar siswa aktif atau mengembangkan pendekatan
keterampilan proses. Gambaran aktivitas siswa akan
terlihat pada rencana kegiatan atau dalam rumusan
Kegiatan Belajar. Mengajar (KBM) yang terdapat dalam
17
perencanaan pembelajaran. Kegiatan belajar dan
mengajar yang dirumuskan oleh guru harus mengacu
pada tujuan pembelajaran. Sehingga perencanaan
pembelajaran merupakan acuan yang jelas, operasional,
sistematis sebagai acuan guru dan siswa berdasarkan
perencanaan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2.2 PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20
dinyatakan bahwa : ”Perencanaan proses pembelajaran
meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran,
materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan
penilaian hasil belajar”. Selanjutnya Sesuai dengan
Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar
Proses dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus
untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam
upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan
pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap
dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
18
didik. Komponen RPP disusun untuk setiap KD yang
dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau
lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap
pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di
satuan pendidikan. Komponen RPP yaitu; Identitas mata
pelajaran meliputi: a). satuan pendidikan, b). kelas, c).
semester, d). program studi, e). mata pelajaran atau tema
pelajaran, f). jumlah pertemuan. standar kompetensi
merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta
didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada
setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata
pelajaran. kompetensi dasar, adalah sejumlah
kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam
mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan
indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. indikator
pencapaian kompetensi, adalah perilaku yang dapat
diukur atau diobservasi untuk melihat ketercapaian
kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian
mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi
dirumuskan dengan menggunakan kata kerja opera-
sional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Tujuan
pembelajaran, menggambarkan proses dan hasil belajar
yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai
dengan kompetensi dasar. materi ajar, memuat fakta,
19
konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis
dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
indikator pencapaian kompetensi. alokasi waktu,
ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian
KD dan beban belajar. Metode pembelajaran, digunakan
oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik mencapai
kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah
ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan
dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta
karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang
hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. kegiatan
pembelajaran : a). Pendahuluan Pendahuluan
merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan
pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan
motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik
untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. b).
Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk
mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan
sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan
20
konfirmasi. c). Penutup Penutup merupakan kegiatan
yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran
yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau
simpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan
tindaklanjut. Penilaian hasil belajar Prosedur dan
instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan
dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu
kepada Standar Penilaian. Sumber belajar Penentuan
sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan
pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
2.3 EVALUASI PROSES PERENCANAAN
PEMBELAJARAN MULOK BAHASA
DAERAH BIAK
Evaluasi menurut Anas Sudijono (2011) yang
mengambil tulisan dari Edwind Wandt dan Gerald W.
Brown (1977) Evaluation refer to act or process to
determining the value of something. Menurut definisi ini,
maka istilah evaluasi itu merujuk kepada atau
mengandung pengertian: suatu tindakan atau suatu
proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Melihat
pada definisi tersebut memberi pengertian; suatu
tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan dengan
maksud untuk suatu proses pembelajaran atau suatu
21
proses yang berlangsung dalam rangka menentukan nilai
dari sesuatu kegiatan pada satu pendidikan yaitu segala
sesuatu yang berhubungan dengan dalam dunia
pendidikan, artinya evaluasi pendidikan dalam
pembelajaran merupakan kegiatan atau proses
penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui
mutu dan hasilnya. Lembaga Adminstrasi Negara juga
mengemukakan batasan tentang evaluasi pendidikan
dalam pembelajaran sebagai; 1). Suatu proses kegiatan
untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan
dengan tujuan yang telah ditentukan, 2). Uasaha untuk
memperoleh informasi berupa umpan balik (feed beck)
penyempurnaan pendidikan.
Merujuk pada uraian tersebut apabila definisi
evaluasi pembelajaran dituangkan dalam sebuah bagan
akan seperti ini :
22
Gambar 2.1 Bagan Tentang : Evaluasi proses Program
Pembelajaran
Contoh Sumber Bagan: Anas Sudijono. (Hal 3)
Kutipan gambar bagan tersebut dipilih beberapa
bagian untuk menjelaskan fenomena yang terjadi
dilapangan, yang menjelaskan, bahwa dalam proses
perencanaan, dilakukan perbandingan antara kegiatan
pembelajaran yang telah coba diterapkan sesuai
perencanaan tertentu, untuk kemudian diambil sebuah
tindakan dalam proses belajar mengajar terhadap siswa.
Tujuan pembelajara
n yang telah
ditentukan
Proses/kegiatan
perencanaan Perencanaa
n Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran
yang telah dirancang dirancang
Pembandinga
n antara Tujuan dengan
pelaksanaan yang telah
didesain Menjadi satu Evaluasi
Informasi_sesuai/tidak_
sesuai, berhasil/gagal, bermutu/kurang bermutu? Mengapa,
bagaimana?
23
Selanjutnya dari Proses belajar mengajar tersebut
menjadi sebuah interaksi siswa terhadap pembelajaran
yang tertuju pada sebuah Kriteria penilaian sebagai tolak
ukur yang dipakai tidak lain adalah tujuan akhir dari
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Merujuk pada bagian ini, maka akan lebih
cenderung melihat Manajemen pembelajaran sebagai
suatu kegiatan atau proses, yaitu manajemen
pembelajaran sebagai suatu realita karena manajemen
pembalajaran dalam bagan ini adalah manajemen
pembelajaran yang sesungguhnya terjadi dilapangan
atau sekolah pada daerah setempat pada umumnya.
2.3.1 Muatan Lokal Bahasa Daerah Biak
Bahasa Biak (BB) adalah salah satu Bahasa
Daerah (BD) yang pertama kali diteliti, ditulis dan
diajarkan secara formal sebagai pelajaran muatan lokal
(mulok) oleh para misionaris pada pendidikan dasar (SD)
dan menengah di Resort Biak-Numfor Tanah Papua,
Bahasa Daerah Biak (BDB) merupakan jendela
kebudayaan. Budaya suatu bangsa dapat dilihat dari
bahasanya, “kerena Pendidikan yang bagus adalah
syarat mutlak bangsa yang maju dan bangsa yang tidak
berkembang adalah bangsa yang malas belajar”. Dasar
pemahaman ini memberikan sebuah kesadaran bahwa
sangat bermanfaat dan penting sekali untuk
24
mengembangkan suatu pengetahuan, baik pengetahuan
yang umum maupun yang bersifat kearifan lokal dalam
suatu daerah tertentu sehingga mampu bersaing dengan
bangsa-bangsa lain. Selanjutnya dari pengertian muatan
lokal diatas dipahami bahwa, (1) Muatan lokal
merupakan salah satu bentuk pendekatan
pengembangan perencanaan pembelajaran, agar sekolah
dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar,
(2) Interaksi sekolah dengan masyarakat dapat
berlangsung secara baik, dalam rangka perbaikan
kualitas pendidikan, dan (3) Sekolah dapat
meningkatkan dan mengembangkan relevansi
pendidikan dengan kebutuhan dan kondisi daerah
setempat. Salah satunya adalah Bahasa Daerah Biak.
2.3.2 Landasan Pengembangan Pembelajaran Mulok Bahasa Daerah
Undang-undang dan peraturan, UU No. 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang
Republik Indonesia No 2003 tentang sistem pendidikan
Nasional pasal 37 ayat (1) dan pasal 38 ayat (2), dan
peraturan pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun
2005 tentang standar nasional pendidikan.
Pengembangan serta implementasi pembelajaran
muatan lokal disetiap lembaga pendidikan sepenuhnya
diatur oleh masing–masing lembaga dengan
25
memanfaatkan otonomi pendidikan yang diwujudkan
melalui sistem yang berlaku pada setiap sekolah,
khususnya dalam pengembangan proses perencanaan
pembelajaran yang didalamnya memuat isi muatan lokal.
Kewajiban memuat muatan lokal dalam
pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah ditetapkan
melalui Pasal 37 ayat (1 jo) UU No. 20 Tahun 2003.
Dengan demikian, kurikulum di SD sebagai salah satu
jenjang pada pendidikan dasar wajib memuat muatan
lokal dalam kurikulumnya. Salah satu muatan lokal
yang diajarkan di SD di Kabupaten Biak Numfor adalah
Bahasa Daerah, yaitu Bahasa Biak. Penetapan Bahasa
Biak sebagai salah satu mata pelajaran muatan lokal
(Mulok) dilakukan berdasarkan amanat internasional
dari UNESCO tentang pemeliharaan bahasa daerah atau
bahasa ibu (UNESCO,1999), alasannya adalah dengan
memelihara bahasa daerah atau bahasa ibu disuatu
daerah itu berarti ikut memelihara kebudayaan dan
pemeliharaan kebudayaan daerah sebagai pilar-pilar
dari kebudayaan Naional dari suatu negara. Upaya dinas
pendidikan kabupaten Biak Numfor sejak tahun 2011
adalah membuat suatu draf pengembangan Bahasa Biak
sebagai salah satu mata pelajaran Muatan Lokal di
Sekolah Dasar khusus kelas I – III. Bahasa daerah
adalah bahasa komunikasi sehari-hari yang dipakai oleh
26
masyarakat lokal. Bahasa ini telah bertahan melewati
berbagai macam perubahan zaman sehingga akibat dari
berinteraksinya bahasa ini dengan berbagai macam
kondisi dan stuasi, maka muncullah berbagai macam
jenis dialek dan aksen yang berbeda. Akibatnya bahasa
daerah yang di ucapkan oleh satu masyarakat sedikit
berbada, meskipun secara akar dan rumpun sama,
tetapi dalam prakteknya memiliki perbedaan dengan
bahasa daerah yang diucapkan oleh masyarakat daerah
lain. Meskipun berbeda, bahasa daerah ini memiliki
kesamaan yang tidak dapat dibantahkan terutama dalam
hal yang berhubungan dengan sastra.
2.3.3 Perencanaan Pembelajaran Bahasa Daerah Biak
Sebagai Bahan Ajar Mulok
Kerangka inti dari sebuah perencanaa suatu
pembelajaran adalah silabus. Silabus ini merupakan
sebuah rencana yang disusun dan digunakan dalam
kegiatan pembelajaran. Hal inipun coba dilakukan oleh
Dinas pendidikan Kabupaten Biak Numfor tahun 2011
membuat suatu rancangan pembelajaran Muatan Lokal
Bahasa Daerah Biak sebagai sebuah acuan dalam
bentuk buku panduan draf awal pengembangan Bahasa
Biak sebagai salah satu mata pelajaran Muatan Lokal.
Disebut Draf awal karena masih memerlukan kajian
27
lanjut yang lebih mendalam dari berbagai aspek
kebahasaannya, aspek kebudayaan, dan pendidikan
H.J.Rumkabu, (2011) dalam Buku Muatan Lokal Bahasa
Daerah Biak.
Perencanaan pembelajaran merupakan catatan-
catatan hasil pemikiran awal seorang guru sebelum
mengelola proses pembelajaran. Perencanaan
pembelajaran merupakan persiapan mengajar yang berisi
hal-hal yang perlu atau harus dilakukan oleh guru dan
siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang
antara lain meliputi unsur-unsur : pemilihan materi,
metode, media, dan alat evaluasi. Unsur-unsur tersebut
harus mengacu pada silabus yang ada dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1). Berdasarkan
kompetensi dan kemampuan dasar yang harus dikuasai
siswa, serta materi dan sub materi pembelajaran,
pengalaman belajar, yang telah dikembangkan didalam
silabus, 2). Digunakan berbagai pendekatan yang sesuai
dengan materi yang memberikan kecakapan hidup
sesuai dengan permasalahan dan lingkungan sehari-hari
(pendekatan kontekstual), 3). Digunakan metode dan
media yang sesuai, yang mendekatkan siswa dengan
pengalaman langsung, 4). Penilaian dengan sistem
pengujian menyeluruh dan berkelanjutan didasarkan
pada sistem-sistem pengujian yang dikembangkan
28
selaras dengan pengembangan silabus. Silabus yang
sudah disusun akan dilaksanakan dalam kegiatan
pembelajaran yang akan menanamkan berbagai
kompetensi kepada peserta didik, pengertian dari
pelaksanaan atau implementasi kurikulum adalah
penerapan ide, konsep pembelajaran yang dijabarkan
dalam silabus dan rencana pembelajaran kedalam proses
pembelajaran melalui kegiatan – kegiatan pemeblajaran
oleh guru disekolah sehingga terjadi perubahan pada
peserta didik yaitu pencapaian kompetensi yang telah
direncanakan (Mulyasa, 2008; Miller & Seller dalam Al-
Hafizh, 2011).
Rencana pembelajaran dan silabus memiliki
pengertian yang berbeda. Silabus memuat hal-hal yang
perlu dilakukan oleh siswa untuk menuntaskan suatu
kompetensi secara utuh, artinya didalam suatu silabus
adakalanya beberapa kompetensi yang sejalan akan
disatukan sehingga perkiraan waktunya belum tahu
pasti berapa pertemuan. Selain hal tersebut, silabus juga
mengisyaratkan materi apa yang secara minimal perlu
dikuasai oleh siswa untuk mencapai ketuntasan
kompetensi. Rencana pembelajaran adalah penggalan-
penggalan kegiatan yang perlu dilakukan oleh guru
untuk setiap pertemuan. Di dalamnya harus terlihat
tindakan apa yang perlu dilakukan oleh guru untuk
29
mencapai ketuntasan kompetensi serta tindakan
selanjutnya setelah pertemuan selesai. Dengan kata lain
rencana pembelajaran yang dibuat guru harus
berdasarkan pada kompetensi dan kompetensi dasar.
Standar kompetensi adalah kemampuan minimal yang
harus dapat dilakukan atau ditampilkan siswa, yang
meliputi; pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa
setelah mengikuti mata pelajaran tertentu. Setiap
kompetensi dirinci menjadi sub kompetensi atau
kemampuan dasar yang selanjutnya merupakan arah
pencapaian dan acuan dalam memilih materi dan
pengalaman belajar siswa. Untuk mengetahui
pencapaian kemampuan dasar tertentu diperlukan
indikator pencapaian yang digunakan untuk
mengembangkan alat pengujian. Standar kompetensi
merupakan salah satu komponen rencana pembelajaran
yang sangat perlu diperhatikan dalam proses
pembelajaran karena dengan adanya kompetensi yang
ingin dicapai proses pembelajaran akan lebih terarah.
2.3.4 Tujuan Perencanaan Pembelajaran Mulok Bahasa
Daerah
Definisi dari perencanaan muatan lokal adalah
seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan
bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai
30
pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar
yang ditetapkan oleh daerah sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan daerah masing-masing (Depdikbud dalam
Erry Utomo, 1997).
Menurut Depdikbud (E. Mulyasa, 2007), secara
umum, pengertian muatan lokal adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran yang disusun oleh satuan pendidikan
sesuai dengan keragaman potensi daerah, karakteristik
daerah, keunggulan daerah, kebutuhan daerah, dan
lingkungan masing-masing serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Secara
khusus, muatan lokal adalah program pendidikan dalam
bentuk mata pelajaran yang isi dan media
pembelajarannya dikaitkan dengan lingkungan alam
yang bernuansa lokal.
Pengertian tersebut diatas dapat dipahami bahwa
dalam mengimplementasikan pembelajaran bernuasana
lokal harus diketahui tujuan dalam perencanaan
pembelajaran muatan lokal Bahasa daerah tersebut,
artinya, tujuan perencanaan harus disesuaikan dengan
kebutuhan, kemampuan dan minat belajar dari siswa
disekolah yang ada didaerah tersebut. Selanjutnya
tujuan perencanaan pembelajaran tersebut harus
31
kontekstual sesuai kondisi lingkungan alam, dan
lingkungan belajar siswa agar tujuan pembelajaran
dapat mencapai tujuan dan dapat berhasil bagi siswa
dalam memahami serta turut serta menjaga dan
melestarikan nilai-nilai budaya yang diajarkan dalam
pembelajaran Muatan lokal tersebut.
2.3.5 Fungsi Bahasa Daerah Biak dimasukan sebagai
Bahan Ajar Mulok
Tujuan ditetapkan Bahasa Daerah Biak sebagai
bahan ajar muatan lokal, bahwa Bahasa Biak adalah
jendela kebudayaan dan jumlah penutur banyak
dikalangan masyarakat papua, sehingga sangat tepat
dijadikan sebagai bahan ajar. Selanjutnya Bahasa Biak
dijadikan bahan ajar Mulok bagi peserta didik untuk
memberikan bekal pengetahuan berbahasa daerah dan
sikap hidup serta memiliki wawasan yang mantap
tentang lingkungan masyarakat dan nilai – nilai luhur
yang terkandung dalam Budaya Biak yang diajarkan
dalam Bahasa Biak tersebut terus tercermin kepada
generasi sekarang dan yang akan datang.
Hal selanjutnya, beberapa fungsi mulok menurut
(Abdullah Idi, 2007) menyatakan bahwa dalam
komponen perencanaan pembelajaran tersebut secara
keseluruhan yaitu: 1). penyesuaian dalam pembelajaran
32
terhadap peserta didik disekolah, program sekolah
disesuai dengan lingkungan dan kebutuhan daerah.
Demikian juga karakteristik setiap peserta didik perlu
diupayakan sehingga dapat menyesuaikan diri dan akrab
dengan bahasa daerah serta budaya, 2). Memiliki fungsi
integrasi, artinya bahwa peserta didik adalah bagian
integral dari masyarakat. 3). Fungsi perbedaan,
maksudnya pendidikan dan pengembangannya bersifat
luwes, yaitu program pendidikan dan pengembangannya
disesuaikan dengan bakat, minat, kemampuan dan
kebutuhan peserta didik sesuai lingkungan dan
daerahnya.
Dasar pemahaman konsep dan tujuan Mulok
Bahasa Daerah Biak tersebut menunjukan bahwa pada
hakekatnya bertujuan untuk menjembatangi
kesenjangan antara peserta didik dengan lingkungannya
(E. Mulyasa, 2007).
Jadi dari pemahaman tersebut dapat disimpulkan,
bahwa muatan lokal Bahasa Biak dimasukan sebagai
bahan ajar dalam pembelajaran sebagai bentuk
pembelajaran untuk memberikan bekal pengetahuan
berbahasa Daerah dan sikap hidup serta memiliki
wawasan yang mantap tentang lingkungan masyarakat
dari nilai–nilai luhur yang terkandung dalam Budaya
Biak, menjembatangi kesenjangan antara peserta didik
33
dengan lingkungannya, dapat sebagai bahasa pengantar
dalam pembelajaran selanjutnya juga merupakan jendela
kebudayaan sebab jumlah penutur banyak dikalangan
masyarakat Papua, sehingga sangat tepat dijadikan
sebagai bahan ajar.
2.3.6 Model Pembelajaran Mulok Bahasa Daerah Biak di
Sekolah Dasar
Para Ahli pendidikan Talbert, J.E, dan McLaughlin,
M.E, (1999) mengatakan model pembelajaran yang
berorientasi pada potensi dan keutuhan siswa menjadi
perhatian utama bagi pendidik (guru). Guru sebagai
sentral kegiatan dalam Proses Belajar Mengajar yaitu
dengan menggunakan pendekatan baik antara guru dan
siswa.
Ada berbagai model pembelajaran untuk peserta
didik di SD setiap sekolah dapat memilih sesuai dengan
kondisi sekolahnya masing–masing. Dalam Proses belajar
mengajar merupakan kegiatan interaksi antara guru
dengan siswa, dan komunikasi timbalik balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk tujuan
pembelajaran. Interaksi proses belajar mengajar tidak
sekedar hubungan komunikasi antara guru dan siswa,
tetapi merupakan interaksi edukatif yang tidak hanya
menyampaikan materi pelajaran melainkan juga
34
menanamkan sikap dan nilai pada siswa yang sedang
belajar, sehingga pada proses belajar didasari untuk
menghasilkan mutu yang baik. (Jamal Ma‟mur Asmani;
2011), mengatakan strategi Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan sebagai acuan pembelajaran.
Strategi ini berorientasi untuk menggali potensi terbesar
siswa dengan metodologi pembelajaran yang
mengedepankan keaktifan anak, mendorong kreativitas,
efektif dalam pencapaian target dan kualitas, serta
menyenangkan dalam prosesnya, sehingga anak bisa
memahami materi dengan nyaman, senang, dan ceria.
Pembelajaran yang membuat siswa aktif, kreatif, selalu
efektif dalam belajar dan senang mengikuti pelajaran
merupakan model pembelajaran yang berorientasipada
guru dan siswa. Peserta didik aktif mengajukan
pertanyaan, mengemukakan gagasan, dan mencari data
dan informasi yang mereka perlukan untuk memecahkan
suatu masalah. Kreatif dimaksudkan agar guru
menciptakan kegiatan belajar beragam sehingga
memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Efektif,
penggunaan waktu dalam proses pembelajaran.
Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang
dapat menyenangkan sehingga siswa memusatkan
perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu
curah perhatian tinggi. Dalam hal ini siswa menjadi
terlibat secara efektif, kreatif dalam mengerjakan suatu
35
tugas secara bersama-sama, dan kemampuan sikap
partisipasi aktif dalam pembelajara dan selalu
termotivasi untuk segera berekreasi dan mengambil
tindakan atas suatu kejadian. Hal tersebut ditegaskan
Winkel (2007) yang mengatakan bahwa Tugas
perkembangan siswa yang dihadapi siswa dalam jenjang
sekolah dasar antara lain mengatur keberaneka ragam
kegiatan belajarnya dengan bersikap tanggung jawab,
bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima oleh
orang lain atau teman sebaya, cepat mengembangkan
bakat kemampuan misalnya dalam calistung.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dipahami
bahwa untuk melakukan peleyanan pembelajaran
muatan lokal Bahasa Daerah pendidik harus melihat
dua hal penting sesuai keadan sekolah tersebut, yaitu
keadaan eksternal dan internalnya. Keadaan ekternal
artinya bahwa dalam mengimplementasikan
perencanaan model pembelajaran mulok Bahasa Daerah
Biak hatus disesuiakan dengan kemampuan satuan
pendidikan (sekolah) untuk mengelola pelayanan
pendidikan secara lokal baik dari minat, bakat dan
kemampuan peserta didik dalam menerima
pembelajaran tersebut. Setelah itu perlu juga
memperhatikan kompetensi yang telah dikembangkan
dan ditetapkan sebagai suatu rancanagan dalam
36
pembelajaran, harus yang sesuai dengan kearifan lokal,
yang dominan pada muatan lokal Bahasa daerah Biak,
sehingga proses pembelajaran dapat terlaksana dengan
baik dan akan berdampak pada kualitas belajar siswa,
melibatkan beberapa elemen terkait yang berkualitas
dan berpotensi sehingga menghasilkan hasil yang
berkualitas.
2.3.7 Materi Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah
Dengan ditetapkannya PERDASUS tentang
pendidikan No 5 tahun 2006 yang menyatakan tentang
pembagunan pendidikan dan dalam pasal 30 yakni
kurikulum muatan lokal pada pendidikan Dasar dapat
dimuat paling sedikit dua mata pelajaran, yang meliputi
pengetahuan masyarakat setempat dan bahasa daerah
secara lokal, teknologi lokal dan ketrampilan lokal,
sebagai standar acuan implementasi bahasa daerah Biak
dimasukan dalam kurikulum muatan lokal untuk
tingkat Sekolah Dasar dalam mengembangkan nilai–
nilai budaya setempat, program–program kegiatan
pembelajaran dan bidang kemampuan dasar melalui
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dalam
pembelajaran sekarang ini. Bahasa Daerah tidak
dimaksudkan untuk secara total menggantikan posisi
bahasa Indonesia di dalam PBM, kecuali untuk mata
37
pelajaran bahasa daerah sebagai muatan lokal.
Pemanfaatan positif dan kreatif yang demikian akan
meningkatkan martabat bahasa daerah dan sekaligus
mendewasakannya di ranah pendidikan formal. Melalui
penggunaan bahasa daerah dalam kegiatan belajar-
mengajar, sekurang-kurangnya di tingkat dasar, para
peserta didik, yang adalah tunas muda harapan daerah
dan nasional, sejak dini telah dituntun untuk mengenal,
memahami, dan menghargai kekayaan budaya lokal
mereka sendiri. Jika kesadaran akan hakikat bahasa
daerah telah berakar kuat di dalam sanubari mereka,
maka dengan sendirinya akan tumbuh rasa bangga
untuk menggunakan bahasa daerah mereka dalam
kehidupan sehari-hari. Demi kemajuan pelestarian dan
kelestarian bahasa daerah di kabupaten Biak Numfor.
Menurut panduan bahan ajar Bahasa daerah Biak
yang telah dibuat buku oleh Dinas Pendidikan
Kabupaten Biak Numfor berbentuk draff memiliki
lingkup pengembagannya yaitu: (1) Nilai-nilai agama dan
moral, (2) Menyerap dan mempraktekkan nilai-nilai
budayanya, (3) Berbahasa mencakup menerima bahasa,
mengungkapkan bahasa dan keaksaraan.
Lingkup–lingkup perkembangan ini kemudian
dijabarkan kedalam standar tingkat pencapaian
38
perkembangan yang akan dicapai peserta didik sesuai
dengan situasi dan kondisi sekolah masing–masing.
Muatan lokal adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
yang disusun oleh satuan pendidikan sesuai dengan
keragaman potensi daerah, karakteristik daerah,
keunggulan daerah, kebutuhan daerah, dan lingkungan
masing-masing serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dimasukkannya
muatan lokal dalam kurikulum pada dasarnya dilandasi
oleh kenyataan bahwa Indonesia memiliki beraneka
ragam adat istiadat, kesenian, tata cara, tata krama
pergaulan, bahasa, dan pola kehidupan yang diwariskan
secara turun temurun dari nenek moyang bangsa
Indonesia. Hal tersebut tentunya perlu dilestarikan dan
dikembangkan, agar bangsa Indonesia tidak kehilangan
ciri khas dan jati dirinya. Upaya menjaga ciri khas
bangsa Indonesia harus dimulai sedini mungkin pada
usia pra sekolah kemudian diintensifkan secara formal
melalui pendidikan di sekolah dasar, di sekolah
menengah. Pendidikan tersebut memberikan implikasi
bahwa hasil pendidikan dewasa ini diarahkan untuk
dapat menghasilkan manusia yang sesuai dengan
undang-undang dan peraturan pendidikan menjadi
39
tujuan pendidikan yang diharapkan dan disesuaikan
dengan kondisi sekolah masing–masing. Sehingga guru
sebagai perancang dan penyedia materi ajar dituntut
memberikan bahan–bahan yang sesuai dan bisa
memenuhi tuntutan perubahan tersebut.
2.4 Hasil Belajar (Pembelajaran)
Hasil belajar dapat dikatan terlaksana dengan baik
apabila dalam pelaksanaanya senantiasa berpegang pada
tiga hal yaitu: 1) keseluhan, 2) kesinambungan, 3)
obyektifitas (Anas Sudijono, 2011). Berdasarkan tiga
aspek tersebut, menjadi acuan terhadap evaluasi hasil
belajar siswa mencakup yang mencakup; 1) Tingkat
penguasaan materi pembelajaran dari peserta didik
terhadap tujuan-tujuan khusus yang ingin dicapai dalam
unit-unit program pembelajaran yang bersifat terbatas,
2) Mengenai tingkat pencapaian peserta didik terhadap
tujuan umum pembelajaran.
2.4.1 Kriteria Penilaian Proses Pembelajaran
Pembelajaran Menurut Nana Sudjana (2005),
bahwa penilaian proses belajar mengajar memiliki
kriteria, yaitu :
a. Konsistensi
Kegiatan belajar mengajar adalah program belajar
mengajar yang telah ditentukansebagai acuan apa yang
40
seharusnya dilaksanakan. Keberhasilan proses belajar
mengajar dilihat sejauh mana acuan tersebut
dilaksanakan secara nyata dalam bentuk dan aspek-
aspek : 1). Tujuan-tujuan pengajaran 2). Bahan
pengajaran yang diberikan 3). Jenis kegiatan yang
dilaksanakan 4). Cara melaksanakan jenis kegiatan 5).
Peralatan yang digunakan untuk masing- masing
kegiatan, dan 6). Penilaian yang digunakan untuk setiap
tujuan.
b. Keterlaksanaannya oleh Guru
Dalam hal ini adalah sejauh mana kegiatan
program yang telah dilaksanakan oleh guru tanpa
mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti.
Dengan apa yang direncanakan dapat diwujudkan
sebagaimana seharusnya, keterlaksanaan ini dapat
dilihat dalam hal : 1). Mengkodisikan kegiatan belajar
siswa. 2). Menyiapkan alat, sumber dan perlengkapan
belajar. 3). Waktu yang disediakan untuk waktu belajar
mengajar. 4). Memberikan bantuan dan bimbingan
belajar kepada siswa. 5). Melaksanakan proses dan hasil
belajar siswa. 6). Menggeneralisasikan hasil belajar saat
itu dan tindak lanjut untuk kegiatan belajar mengajar
berikutnya.
41
c. Keterlaksanaannya oleh Siswa
Dalam hal ini dinilai sejauh mana siswa
melakukan kegiatan belajar- mengajar dengan program
yang telah ditentukan guru tanpa mengalami hambatan
dan kesulitan yang berarti, keterlaksaan siswa
dapatdilihat dalam hal: 1). Memahami dan mengikuti
petunjuk yang diberikan oleh guru. 2). Semua siswa
turut melakukan kegiatan belajar. 3). Tugas-tugas
belajar dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. 4).
Manfaat semua sumber belajar yang disediakan guru. 5).
Menguasai tujuan-tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan guru.
d. Motivasi Belajar Siswa
Keberhasilan proses belajar-mengajar dapat dilihat
dalam motivasi belajar yang ditujukan para siswa pada
saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dalam
hal: Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran,
Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas
belajarnya, Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan
tugas-tugas belajarnya, Reaksi yang ditunjukan siswa
terhadap stimulus yang diberikan guru, Rasa senang dan
puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
e. Keaktifan
Para siswa dalam kegiatan belajar Penilaian proses
belajar mengajar terutama adalah melihat sejauh mana
42
keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar, keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal: Turut
serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, Terlibat
dalam pemecahan masalah, Bertanya kepada siswa lain
atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan
yang dihadapi, Berusaha tahu mencari informasi yang
diperlukan untuk pemecahan masalah, Melaksanakan
diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru, Menilai
kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya,
Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal yang
sejenis, Kesempatan mengunakan atau menerapkan apa
yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau
persoalan yang dihadapinya.
f. Interaksi
Guru siswa Interaksi guru siswa berkenaan
dengan komunikasi atau hubugan timbal balik atau
hubungan dua arah antara siswa dan guru atau siswa
dengan siswa dalam melakukan kegiatan belajar
mengajar, hal ini dapat dilihat: Tanya jawab atau dialog
antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan
siswa, Bantuan guru terhadap siswa yang mengalami
kesulitan belajar, baik secara individual maupun secara
kelompok, Dapatnya guru dan siswa tertentu dijadikan
sumber belajar, Senantiasa beradanya guru dalam
situasi belajar mengajar sebagai fasilitator belajar,
43
Tampilnya guru sebagai pemberi jalan keluar manakala
siswa menghadapi jalan buntu dalam tugas belajarnya,
adanya kesempatan mendapat umpan balik secara
berkesinambungan dari hasil belajar yang diperoleh
siswa.
2.4.2 Kriteria Penilaian Hasil Pembelajaran
Kriteria penilaian hasil pembelajaran antara lain :
1). Dikembangkan dengan mengacu pada tiga aspek
yaitu pengetahuan, keterampilam dan sikap. 2).
Menggunakan berbagai cara didasarkan pada tuntutan
kompetensi dasar 3). Mengacu pada tujuan dan fungsi
penilaian (sumatif, formatif) Tujuan dan fungsi formatif:
keputusannya aspek apa yang masih harus diperbaiki
dan aspek apa yang dianggap sudah memenuhi dari
indikator penilaian. Tujuan dan fungsi sumatif:
bertujuan untuk mengetahui apakah siswa dianggap
mampu menguasai kualitas yang dikehendaki oleh
tujuan pembelajaran. Artinya pembelajaran mengacu
kepada prinsip diferensiasi dan tidak bersifat
diskriminatif.
a. Kemampuan atau Keterampilan Guru
Mengajar
Kemampuan atau keterampilan guru mengajar
merupakan puncak keahlian guru yang profesional
sebab merupakan penerapan semua kemampuan yang
44
telah dimilikinya dalam hal bahan pengajaran,
komunikasi dengan siswa, metode mengajar. Beberapa
indikator dalam menilai kemampuan ini antara lain :
menguasai bahan pelajaran yang diajarkan kepada
siswa, terampil berkomunikasi dengan siswa, menguasai
kelas sehingga dapat mengendalikan kegiatan kelas,
terampil mengunakan berbagai alat dan sumber belajar,
serta terampil mengajukan pertanyaan, baik lisan
maupun tulisan.
b. Kualitas Hasil Belajar yang diperoleh Siswa
Salah satu keberhasilan proses belajar-mengajar
dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Dalam
hal ini aspek yang dilihat antara lain: Perubahan
pengetahuan, sikap dan perilaku siswa setelah
menyelesaikan pengalaman belajarnya, Kualitas dan
kuantitas penguasaan tujuan instruksional oleh para
siswa, Jumlah siswa yang dapat mencapai tujuan
instruksional minimal 75 dari jumlah intrusional yang
harus dicapai.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
Keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil
belajar yang dicapai oleh siswa, tetapi juga dari segi
prosesnya. Hasil belajar pada dasarnya merupakan
akibat dari suatu proses belajar. Ini berarti optimalnya
hasil belajar siswa tergantung pula pada proses belajar
45
siswadan proses mengajar guru. Oleh sebab itu, perlu
dilakukan penilaian terhadap proses belajar-mengajar
Dimensi penilaian proses belajar-mengajar berkenaan
dengan komponen-komponen proses belajar-mengajar
seperti tujuan pengajaran, metode, bahan pengajaran,
kegiatan belajar oleh murid, kegiatan mengajar guru,
dan penilaian. Kriteria yang digunakan dalam menilai
proses belajar mengajar antara lain ialah konsitensi
kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum,
keterlaksanaan oleh guru, keterlaksanaannya oleh siswa,
motivasi belajar siswa, keaktifan siswa, interaksi guru
siswa, kemampuan atau ketrampilan guru, kualitas hasil
belajar siswa. Penilaian proses belajar-mengajar
berkenaan dengan komponen-komponen hasil
pembelajaran seperti Masukan baku (peserta didik),
Masukan instrumental (program pembelajaran metode
mengajar, sarana dan guru), Masukan lingkungan
(lingkungan sosial dan lingkungan bukan manusia), dan
Keluaran (hasil output) dari pembelajaran. Sedangkan
kriteria penilaian hasil pembelajaran antara lain
dikembangkan dengan mengacu pada tiga aspek yaitu
pengetahuan, keterampilam dan sikap, menggunakan
berbagai cara didasarkan pada tuntutan kompetensi
dasar, mengacu pada tujuan dan fungsi penilaian
(sumatif, formatif), mengacu kepada prinsip diferensiasi,
dan tidak bersifat diskriminatif.