bab ii tinjauan pustaka - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4451/3/bab ii_ita nafsul...
TRANSCRIPT
! 4!
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Karromna (2014) yang berjudul
“Persepsi Orang Tua Tentang Imunisasi Tambahan pada Bayi di BPS Ny.
“M” Amd.Keb Desa Kalirejo Kec. Sumber Malang Kab. Situbondo” dengan
penelitian Meilani Yudi Arini (2009) yang berjudul “Hubungan Persepsi Ibu
Tentang Imunisasi Polio dengan Status Imunisasi Polio Bayi di Bidan Praktek
Swasta Indarwati Mranggen Jatinom Klaten” memiliki persamaan sama-sama
meneliti persepsi terhadap imunisasi, dengan instrument yang digunakan
sama-sama menggunakan kuesioner. Namun pada penelitian Meilani
menggunakan instrument tambahan berupa KMS. Jenis penelitian yang
digunakan oleh Karomna menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan
pendekatan survei, sedangkan penelitian Meilani menggunakan jenis
penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.
Perbedaan terletak pada teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian Karromna dan Meilani, dimana penelitian Karromna menggunakan
probability sampling tipe simple random sedangkan pada penelitian Meilani
menggunakan total sampling. Hasil yang diperoleh dari penelitian Karromna
adalah responden mempunyai persepsi negatif tentang imunisasi tambahan
pada bayi sebanyak 21 responden (61.8%) dan sebagian kecil responden
mempunyai persepsi positif tentang imunisasi tambahan pada bayi sebanyak
13 responden (38.2%). Sedangkan hasil yang diperoleh dari penelitian
Meilani adalah sebanyak 17 orang (63,6%) mempunyai persepsi baik dan
persepsi cukup baik sebanyak 11 orang (36,7%) dan yang mempunyai
persepsi kurang baik sebanyak 2 orang (6,7%).
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah mengetahui
persepsi imunisasi serta menghitung partisipasi imunisasi sebelum dan
sesudah adanya kasus vaksin palsu bulan Juni tahun 2016. Persepsi diperoleh
dengan menggunakan kuesioner, sedangkan partisipasi diperoleh dari
Persepsi Dan Tingkat Partisipasi…, Ita Nafsul Mutmainah, Fakultas Farmasi UMP, 2017
! 5!
partisipasi imunisasi dengan angka kelahairan di tahun 2016. Dengan
menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional
dengan proportional sample.
B. Landasan Teori
1. Imunisasi
a. Pengertian
Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi
yang baru lahir sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan
diatas ambang perlindungan. (Depkes RI, 2009). Imunisasi berasal dari
kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi berarti diberikan
kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten
terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit lain
(Notoatmodjo, 2007).
Dengan kata lain, imunisasi merupakan usaha memberikan
kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam
tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit
tertentu. Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang
pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui
suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak dan melalui mulut seperti
vaksin polio (Hidayat, 2008).
b. Tujuan imunisasi
Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang
dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat
(populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia
seperti pada imunisasi cacar (Ranuh dkk, 2008).
Memberikan kekebalan terhadap penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi yaitu Polio, Campak, Difteri, Pertusis, Tetanus, TBC
dan Hepatitis B (Depkes, 2009).
c. Syarat-syarat pemberian imunisasi
Terdapat beberapa jenis penyakit yang di anggap berbahaya
bagi anak, yang pencegahannya dapat dilakukan dengan pemberian
Persepsi Dan Tingkat Partisipasi…, Ita Nafsul Mutmainah, Fakultas Farmasi UMP, 2017
! 6!
imunisasi dalam bentuk vaksin. Dapat dipahami bahwa imunisasi hanya
dilakukan pada tubuh yang sehat. Berikut ini keadaan yang tidak boleh
memperoleh imunisasi yaitu : sakit keras, keadaan fisik lemah, dalam
masa tunas suatu penyakit, sedang mendapat pengobatan (Huliana,
2007)
Menurut Depkes RI (2009), dalam penelitian imunisasi ada
syarat yang harus diperhatikan yaitu : diberikan pada bayi atau anak
yang sehat, vaksin yang diberikan harus baik, disimpan dilemari es, dan
belum lewat masa berlakunya, pemberian imunisasi dengan tekhnik
yang tepat, mengetahui jadwal imunisasi dengan melihat umur dan jenis
imunisasi yang diterima, meneliti jenis vaksin yang diberikan,
memberikan dosis yang akan diberikan serta memberikan informed
consent kepada orang tua atau keluarga sebelum melakukan tindakan
imunisasi yang sebelumnya telah dijelaskan kepada orang tuanya
tentang manfaat dan efek samping dalam pemberian imunisasi.
d. Jenis Imunisasi
Imunisai di klasifikasikan menjadi dua jenis yaitu imunisasi
pasif dan imunisasi aktif (Riyadi dan Sukarmin, 2009)
Imunisasi pasif
Disini tubuh tidak membuat sendiri zat anti akan tetapi tubuh
mendapatkannya dari luar dengan cara menyuntikkan bahan atau serum
yang telah mengandung zat anti. Atau anak tersebut mendapatkannya
dari ibu saat dalam kandungan.
Imunisasi aktif
Merupakan imunisasi yang dilakukan dengan cara
menyuntikkan antigen ke dalam tubuh sehingga tubuh anak sendiri
yang akan membuat zat antibodi yang akan bertahan bertahun-tahun
lamanya. Imunisasi aktif ini akan lebih bertahan lama daripada
imunisasi pasif.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai pemberian vaksin dalam
kaitannya dengan imunisasi aktif (Riyadi dan Sukarmin, 2009):
Persepsi Dan Tingkat Partisipasi…, Ita Nafsul Mutmainah, Fakultas Farmasi UMP, 2017
! 7!
a. Vaksin Polio
Bibit penyakit yang menyebabkan polio adalah virus. Vaksin
yang digunakan oleh banyak negara adalah vaksin hidup (yang telah
dilemahkan), vaksin ini berbentuk cair, kemasannya sebanyak 1 cc
atu 2 cc dalam flakon yang dilengkapi dengan pipet untuk
meneteskan vaksin. Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes langsung
dari botol ke mulut bayi dengan tanpa menyentuh mulut bayi.
Vaksin polio oral ini mudah dan cepat rusak jika terkena panas
apabila dibandingkan dengan vaksin lainnya.
b. Vaksin Campak
Bibit penyakit yang menyebabkan campak (meales) adalah
virus. Vaksin yang digunakan adalah vaksin hidup yang sudah
dilemahkan. Kemasan dalam flakon dalah berbentuk gumpalan-
gumpalan yang beku dan kering untuk kemudian dilarutkan dalam 5
cc cairan. Potensi vaksin yang sudah dilarutkan akan cepat menurun,
vaksin ini mudah rusak oleh panas.
c. Vaksin BCG (Bacillus Calmet Guirnet)
Vaksin BCG melindungi anak terhadap tuberkulosis (TBC),
dibuat dari bibit penyakit hidup yang telah dilemahkan. Vaksin ini
berasal dari bakteri, bentuknya beku, kering seperti campak, jika
telah dilarutkan harus segera digunakan maksimal 3 jam, mudah
rusak jika terkena sinar matahari langsung, sehingga kemasannya
terbuat dari botol yang berwarna gelap.
d. Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus)
Terdiri dari toxoid difteri, bakteri pertusis dan tetanus toxoid,
dapat disimpan dalam suhu 2-8 derajat celcius. Kemasan yang
digunakan adalah 5 cc untuk DPT, 5 cc untuk TT dan 25 cc untuk
DT.
e. Vaksin Toxoid Difteri
Merupakan bagian dari vaksin DPT atau DT, vaksin dibuat
dari toxoid yang merupakan racun yang telah dilemahkan, ini akan
rusak jikadibekukan dan juga bisa rusak oleh panas.
Persepsi Dan Tingkat Partisipasi…, Ita Nafsul Mutmainah, Fakultas Farmasi UMP, 2017
! 8!
f. Jadwal Imunisasi
Jadwal imunisasi dasar lengkap sesuai Buku Kesehatan Ibu
dan Anak dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pati adalah sebagai
berikut: Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap
Sumber : Depkes, 2009
2. Persepsi
Persepsi adalah suatu proses otomatis yang terjadi dengan sangat
cepat dan kadang tidak disadari, di mana seseorang dapat mengenali
stimulus yang diterimanya. Persepsi yang dimiliki dapat mempengaruhi
tindakan seseorang. Jika dikaitkan dengan risiko, maka persepsi terhadap
risiko merupakan proses dimana individu menginterpretasikan informasi
mengenai risiko yang mereka peroleh (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Robbins, persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu
proses yang ditempuh individu-individu untuk mengorganisasikan dan
menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan
mereka. Apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan
yang objektif. Misalnya, dimungkinkan bahwa semua karyawan dalam
sebuah perusahaan memandang perusahaan itu sebagai tempat yang hebat
untuk bekerja -kondisi kerja yang menguntungkan, tugas pekerjaan yang
menarik, upah yang baik, manajemen yang bijaksana dan bertanggung
jawab. Tetapi seperti kebanyakan kita tahu, sangatlah tidak biasa untuk
mendapatkan kesepakatan seperti itu (Robbins, 2008).
Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama berikut
(Sobur, 2011):
1. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan
dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
Umur Jenis Imunisasi 0-7 hari 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 9 bulan
Hepatitis B 1 BCG
Hepatitis B 2, DPT 1, Polio 1 Hepatitis B 3, DPT 2, Polio 2
DPT 3, Polio 3 Campak, Polio 4
Persepsi Dan Tingkat Partisipasi…, Ita Nafsul Mutmainah, Fakultas Farmasi UMP, 2017
! 9!
2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga
mempunyaiarti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai
faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut,
motivasi kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung
pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengategorian
informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang
kompleks menjadi sederhana.
3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk
tingkah laku sebagai reaksi. Jadi proses persepsi adalah melakukan
seleksi, interpretasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai.
Menurut Notoatmodjo (2007), ada banyak faktor yang akan
menyebabkan stimulus dapat masuk dalam rentang perhatian seseorang.
Faktor penyebab ini dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu faktor
eksternal dan faktor internal.
1. Faktor eksternal adalah faktor yang melekat pada objeknya.
a. Kontras : cara termudah untuk menarik perhatian adalah dengan
membuat kontras baik pada warna, ukuran, bentuk, atau gerakan.
b. Perubahan intensitas : suara yang berubah dari pelan menjadi keras,
atau cahaya yang berubah dengan intensitas tinggi. Faktor pada
target: hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang,
kedekatan.Faktor dalam situasi: waktu, keadaan/tempat kerja,
keadaan sosial. Faktor pada pemersepsi: sikap, motif, kepentingan,
pengalaman, pengharapan Persepsi.
c. Pengulangan (repetition) : dengan pengulangan, walaupun pada
mulanya stimulus tersebut tidak masuk dalam rentang perhatian
seseorang, maka akhirnya akan mendapat perhatian.
d. Sesuatu yang baru (novelty) : suatu stimulus yang baru akan lebih
menarik perhatian seseorang daripada sesuatu yang telah diketahui.
e. Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak.
Persepsi Dan Tingkat Partisipasi…, Ita Nafsul Mutmainah, Fakultas Farmasi UMP, 2017
! 10!
2. Faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang
mempersepsikan stimulus tersebut. Faktor internal yang ada pada
seseorang akan mempengaruhi bagaimana seseorang
menginterpretasikan stimulus yang dilihatnya. Itu sebabnya stimulus
yang sama dapat dipersepsikan secara berbeda.
a. Pengalaman/ pengetahuan : pengalaman atau pengetahuan yang
dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam
menginterpretasikan stimulus yang diperoleh. Pengalaman masa lalu
atau apa yang telah dipelajari seseorang akan menyebabkan
terjadinya perbedaan interpretasi.
b. Harapan atau expectation
c. Kebutuhan : kebutuhan akan menyababkan stimulus tersebut dapat
masuk dalam rentang perhatian seseorang dan kebutuhan ini akan
menyebabkan seseorang menginterpretasikan stimulus secara
berbeda.
d. Motivasi
e. Emosi
f. Budaya : seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan
menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara
berbeda, namun akan mempersepsikan orang-orang di luar
kelompoknya sebagai sama saja.
3. Partisipasi
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan masyarakat
merupakan hak dan kewajiban anggota masyarakat baik sebagai individu
maupun dalam kelompok (WHO, 1979). Sedangkan Davis dan Newstrom
(1993), memberikan pengertian partisipasi adalah keterlibatan mental dan
emosional orang-orang dalam suatu kelompok yang mendorong mereka
untuk memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok dan berbagai
tanggung jawab pencapaian tujuan itu.
Partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan menunjukkan
perhatian dan kepedulian kepada masyarakat, memprakarsai dialog lintas
Persepsi Dan Tingkat Partisipasi…, Ita Nafsul Mutmainah, Fakultas Farmasi UMP, 2017
! 11!
sektoral secara berkelanjutan, menciptakan rasa memiliki terhadap
program yang sedang berjalan, penyuluhan kesehatan dan mobilisasi serta
membuat suatu mekanisme yang mendukung kegiatan masyarakat
(Depkes, 2009). Menurut Notoatmodjo (2007) partisipasi masyarakat di
bidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam
memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terdiri
dari faktor dari dalam masyarakat (internal), yaitu kemampuan dan
kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi, maupun faktor dari luar
masyarakat (eksternal) yaitu peran aparat dan lembaga formal yang ada.
Menurut Plumer (dalam Suryawan, 2004:27), beberapa faktor yang
mempengaruhi masyarakat untuk mengikuti proses partisipasi adalah:
a. Pengetahuan dan keahlian. Dasar pengetahuan yang dimiliki akan
mempengaruhi seluruh lingkungan dari masyarakat tersebut. Hal ini
membuat masyarakat memahami ataupun tidak terhadap tahap-tahap
dan bentuk dari partisipasi yang ada.
b. Pekerjaan masyarakat. Biasanya orang dengan tingkat pekerjaan
tertentu akan dapat lebih meluangkan ataupun bahkan tidak
meluangkan sedikitpun waktunya. Untuk berpartisipasi pada suatu
proyek tertentu. Seringkali alasan yang mendasar pada masyarakat
adalah adanya pertentangan antara komitmen terhadap pekerjaan
dengan keinginan untuk berpartisipasi.
c. Tingkat pendidikan dan buta huruf. Faktor ini sangat berpengaruh bagi
keinginan dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi serta untuk
memahami dan melaksanakan tingkatan dan bentuk partisipasi yang
ada.
d. Jenis kelamin. Sudah sangat diketahui bahwa sebagian masyarakat
masih menganggap faktor inilah yang dapat mempengaruhi keinginan
dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi beranggapan bahwa
laki-laki dan perempuan akan mempunyai persepsi dan pandangan
berbeda terhadap suatu pokok permasalahan.
Persepsi Dan Tingkat Partisipasi…, Ita Nafsul Mutmainah, Fakultas Farmasi UMP, 2017
! 12!
e. Kepercayaan terhadap budaya tertentu. Masyarakat dengan tingkat
heterogenitasyang tinggi, terutama dari segi agama dan budaya akan
menentukan strategi partisipasi yang digunakan serta metodologi yang
digunakan. Seringkali kepercayaan yang dianut dapat bertentangan
dengan konsep-konsep yang ada.
C. Kerangka Konsep
Kasus vaksin palsu bulan Juni 2016
Persepsi terhadap imunisasi sebelum dan sesudah adanya kasus
vaksin palsu
Partisipasi terhadap imunisasi sebelum dan sesudah adanya kasus
vaksin palsu !
Baik
Baik
Kurang baik
Kurang baik
Persepsi Dan Tingkat Partisipasi…, Ita Nafsul Mutmainah, Fakultas Farmasi UMP, 2017