bab ii tinjauan pustaka ii.1. supply chain · pdf filetinjauan pustaka ii.1. ... aliran...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Supply Chain Management
Supply chain (rantai pasok) merupakan penyelarasan kegiatan perusahaan yang
membawa produk atau layanan menuju ke pasar (3). Lingkup rantai pasok
meliputi organisasi dan proses yang membuat dan mengirim produk, informasi
dan pelayanan hingga konsumen akhir. Rantai pasok mengerjakan tugas
pembelian, aliran pembayaran, penanganan material, perencanaan produksi dan
kendali, logistik dan kendali inventaris penggudangan, serta penyebaran dan
pengiriman produk. Rantai pasok dilakukan dalam semua tahap yang terlibat,
langsung atau tidak langsung, dalam memenuhi permintaan konsumen. Dalam
rantai pasok, aliran material produk dan layanan, aliran pembayaran uang, dan
aliran informasi dari pemasok bahan mentah melalui penyebar dan penyalur,
menuju ke konsumen dijelaskan pada Gambar II.1.
Gambar II.1. Bentuk sederhana rantai pasok (3)
Efektivitas suatu rantai pasok dapat ditingkatkan dengan cara:
1. Mengatur biaya kegiatan seperti manufaktur, aset, inventaris, transportasi.
2. Mengatur tingkat layanan seperti waktu respon yang terjadi dalam unit waktu
yang ditentukan dengan pola permintaan.
3. Menyeimbangkan biaya dari inventaris dengan kebutuhan layanan pelanggan
7
4. Menciptakan jaringan hubungan bisnis atau rantai pasok yang tepat, efisien
dan rendah biaya, untuk membawa produk dari konsep ke pasar.
5. Untuk optimasi produksi tingkat inventaris, mencapai efisiensi untuk personil,
peralatan dan fasilitas perusahaan.
6. Menyediakan rencana yang fleksibel dan mekanisme kendali.
Upaya meningkatkan efektivitas rantai pasok tesebut merupakan bagian dari
kegiatan supply chain management (SCM, manajemen rantai pasok). Dinamika
SCM ditentukan oleh lima penggerak rantai pasok (3). Keterkaitan antara kelima
penggerak ini diperlihatkan pada Gambar II.2. Penggerak SCM tersebut diuraikan
sebagai berikut:
1. Produksi yang merupakan kegiatan pembuatan jadwal produksi utama,
penyeimbang beban kerja, pengendali mutu dan perawatan perlengkapan. Hal
ini menunjukkan apa, bagaimana dan kapan untuk produksi.
2. Inventaris yang menunjukkan hal yang bertindak sebagai penghitung kapasitas
pabrik dan buffer (penimbunan) dalam rantai pasok dan membuat level
optimal dari inventaris. Hal ini menunjukkan berapa banyak produksi yang
dibuat dan disimpan.
3. Lokasi yang menunjukkan tempat yang tepat untuk produksi dan
penyimpanan inventaris yang dapat membuat jalur pengiriman ke konsumen
menjadi efektif. Hal ini menunjukkan di mana tempat yang terbaik untuk
kegiatan tertentu.
4. Transportasi, merupakan hal yang menentukan pemindahan produksi dari
pemasok menuju ke konsumen secara optimal. Hal ini menunjukkan
bagaimana dan kapan memindahkan produk.
5. Informasi, merupakan hal yang dapat menghasilkan keputusan efektif tentang
apa yang diproduksi, berapa banyak dan di mana menyimpan inventaris, serta
bagaimana cara terbaik mentransportasikannya. Hal ini menunjukkan dasar
membuat keputusan.
8
Gambar II.2. Penggerak rantai pasok (3)
Dampak yang diharapkan bila menggunakan SCM (3), antara lain:
1. Integrasi informasi
2. Sinkronisasi perencanaan
3. Koordinasi alir kerja
4. Model bisnis baru
Salah satu metode koordinasi SCM adalah vertical integration (integrasi vertikal).
Integrasi ini merupakan perluasan kepemilikan ke arah rangkaian kegiatan di
bagian hulu dan hilir, sehingga semua fungsi dikuasai oleh satu organisasi (3).
Pada integrasi vertikal, pasar yang dilayani adalah slow-moving mass markets
(pasar masal bergerak-lambat), yaitu pergerakan pasar yang lambat karena
tergantung pada persediaan barang yang ada di gudang. Jika persediaan barang di
gudang banyak, maka barang itulah yang dipasarkan. Hal ini bertentangan dengan
tuntutan konsumen yang terus berkembang dan mempunyai karakter fast-moving
markets (pasar bergerak-cepat). Pergerakan pasar tergantung pada tuntutan
konsumen yang menginginkan berbagai pilihan mutu, harga, dan lain-lain.
Integrasi vertikal sudah mulai ditinggalkan, karena dewasa ini perusahaan
cenderung untuk memilih mengembangkan kegiatan bisnis utamanya. Fast-
moving markets dapat dipenuhi oleh koordinasi pada SCM. Maka bentuk SCM
inilah yang akan dijadikan masa depan rantai pasok. Gambar II.3. memperlihatkan
vertical integration dan SCM.
9
Gambar II.3. Perbedaan pasar bergerak lambat dan cepat (3)
II.2. Bahan Bakar Minyak
Bahan bakar minyak (BBM) merupakan sektor penting di dalam pembangunan
nasional baik dalam hal pemenuhan kebutuhan energi dan bahan baku industri di
dalam negeri maupun sebagai penghasil devisa negara. Pengelolaan BBM ini
perlu dilakukan seoptimal mungkin. Hal ini dilakukan untuk menciptakan
kegiatan usaha minyak yang mandiri, andal, transparan, berdaya saing dan efisien.
Hal ini juga menciptakan kegiatan usaha minyak yang berwawasan pelestarian
fungsi lingkungan, serta mendorong perkembangan potensi dan peranan nasional
sehingga mampu mendukung kesinambungan pembangunan nasional guna
mewujudkan peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, seperti yang
telah ditetapkan Undang-undang No.22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas
Bumi (1).
10
Pertamina merupakan perusahaan yang ditunjuk negara untuk bertanggung jawab
memenuhi ketersediaan bahan bakar minyak di Indonesia. Sebelum menjadi
Pertamina, perusahaan ini disebut Permina, Permindo dan Permigran. Pertamina
dibangun di reruntuhan kilang Pangkalan Barandan tanggal 10 Desember 1957.
Sejak saat itu pula industri perminyakan nasional dikelola oleh Pertamina.
Pertamina merupakan badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak dalam
bidang minyak dan gas yang meliputi eksplorasi, eksploitasi, pemurnian,
pengolahan, penyediaan, sebagian proses pengangkutan dan sebagian proses
penjualan. Kegiatan ini dibagi atas dua bagian yaitu kegiatan usaha hulu dan
kegiatan usaha hilir. Kegiatan eksplorasi, eksploitasi, pemurnian, pengolahan dan
penyediaan BBM, disebut kegiatan usaha hulu. Kegiatan penyediaan,
pengangkutan dan penjualan disebut usaha hilir (7).
Kegiatan usaha BBM (1) merupakan kegiatan yang bertumpu pada beberapa
kegiatan berikut:
1. Pengolahan
Pengolahan merupakan kegiatan memurnikan, memilah-milah bagian,
mempertinggi mutu dan mempertinggi nilai tambah minyak bumi dan Gas
Bumi.
2. Pengangkutan
Pengangkutan merupakan kegiatan pemindahan minyak bumi, gas bumi dan
hasil olahannya dari wilayah kerja atau dari tempat penampungan. Hal ini
termasuk pengangkutan gas bumi melalui pipa transmisi dan distribusi.
Pengakutan disebut sebagai transport pada penelitian ini.
3. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan kegiatan penerimaan, pengumpulan, penampungan,
serta pengeluaran minyak bumi dan gas bumi. Penyimpanan disebut
penimbunan pada penelitian ini.
4. Niaga
Niaga merupakan kegiatan pembelian, penjualan, ekspor, impor minyak bumi
dan hasil olahannya, termasuk Niaga Gas Bumi melalui pipa. Niaga disebut
sebagai penjualan pada penelitian ini.
11
Pola distribusi BBM di kegiatan usaha hilir diawali dari kilang BBM dalam
negeri. BBM disalurkan melalui jalur pipa menuju instalasi besar seperti terminal.
Kemudian BBM disalurkan melalui jalur pipa dan pengangkut ke instalasi yang
lebih kecil seperti depot. Terakhir BBM disalurkan dengan transport menuju
SPBU, SPBU apung, SPB Industri, SPB airport, agen penyalur dan penyalur ke
pihak militer. Kegiatan ini melibatkan aliran material yang membutuhkan SCM
yang baik (2). Pola distribusi untuk BBM itu ditampilkan pada Gambar II.4.
Gambar II.4. Pola distribusi BBM (2)
II.3. Kerekayasaan Informasi
Koordinasi pada SCM membutuhkan pengelolaan informasi. Kerekayasaan
informasi merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi informasi yang
dipakai untuk mencapai tujuan perusahaan. Tujuan utama dari kerekayasaan ini
adalah mempersiapkan rencana bagi analisis, perancangan dan pengembangan
sistem berbasis informasi (6).
Kerekayasaan informasi melihat sistem informasi sebagai suatu piramida.
Piramida ini mempunyai dua sisi, yaitu sisi data dan sisi kegiatan. Sisi data dari
piramida sistem informasi pada tingkat strategis memperlihatkan informasi yang
dibutuhkan untuk menjalankan enterprise. Sisi kegiatan dari piramida sistem
informasi pada tingkat strategis memperlihatkan teknologi yang dipakai untuk
menjalankan enterprise. Gambar II.6. menjelaskan piramida sistem informasi
(6).
12
Gambar II.5. Piramida sistem informasi (6)
Piramida sistem informasi merupakan dasar dari perancangan sistem informasi.
Tujuan perancangan sistem informasi adalah untuk memenuhi keadaan eliminate
(mengurangi), simplify (menyederhanakan), integrate (mengintegrasi), automate
(mengotomasi), yang disingkat ESIA (9), seperti ditunjukkan pada Tabel II.1.
Tabel II.1. Tujuan perancangan sistem informasi (9) ELIMINATE SIMPLIFY INTEGRATE AUTOMATE Produksi berlebih Bentuk Pekerjaan Kegiatan rutin Waktu tunggu Prosedur Tim Kegiatan sulit Transport Komunikasi Pelanggan Kegiatan berbahaya Proses Teknologi Pemasok Kegiatan membosankan Inventaris Daerah masalah Pengambilan data Kegagalan Alir Pemindahan data Duplikasi Analisis data Perubahan bentuk Inspeksi Persetujuan ulang
Perencanaan ini menjembatani strategi bisnis dan pengembangan sistem informasi
dengan mengidentifikasi strategi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
informasi enterprise. Hal ini juga diperlukan dalam mencapai tujuan bisnis.
Identifikasi strategi dilakukan berdasarkan elemen sistem informasi yaitu data,
aplikasi dan teknologi. Hal ini dapat dicapai dengan implementasi enterprise
architecture.
13
II.3.1. Enterprise Architecture
Enterprise Architecture (EA) terdiri dari kata enterprise dan archirtecture.
Enterprise adalah suatu bentuk organisasi yang menyediakan fasilitas produk dan
layanan dengan orientasi teknologi. Architecture merupakan desain dan struktur
dalam bentuk fisik (bentuk nyata) atau konseptual (bentuk maya) (10).
EA merupakan blueprint (cetak biru) yang menggambarkan rancangan enterprise.
Salah satu hasil dari EA menggambarkan alignment (penyelarasan) kebutuhan
bisnis dengan teknologi informasi. Tujuan dari bisnis tersebut dapat dicapai
dengan mengimplementasi sistem informasi. Arsitektur ini dapat menghasilkan
persyaratan kualitas dan cara pemeliharaan selama periode masa hidupnya. Salah
satu cara menggambarkan arsitektur ini adalah Zachman Framework (10).
Zachman Framework (10) menggambarkan suatu model menyeluruh bagi
infrastruktur informasi yang terjadi dalam suatu enterprise. Tabel II.2.
menjelaskan Zachman Framework dengan kompleksitas enterprise dan membantu
koordinasi enterprise secara holistic (menyeluruh).
Tabel II.2. Zachman Framework (10)
ASPEK / PRESPEKTIF
APA BAGAIMANA DIMANA SIAPA KAPAN MENGAPA
PERENCANA lingkup (kontekstual)
kepentingan dlm bisnis
pelaksanaan proses
lokasi bisnis
fungsi organisasi
Waktu bisnis
strategi bisnis
PEMILIK model bisnis (konseptual)
model semantik
model proses bisnis
sistem aktual bisnis
model alir kerja
jadwal utama
perencanaan bisnis
PERANCANG model sistem (logikal)
model data logik
arsitektur aplikasi
arsitektur sistem distribusi
arsitektur interaksi manusia
struktur proses
model aturan bisnis
PEMBANGUN model teknologi (fisikal)
model data fisik
desain sistem arsitektur teknologi
arsitektur prosentasi
struktur kendali
desain aturan
KONTRAKTOR spesifik (diluar konteks)
definisi data
program aplikasi
arsitektur jaringan
arsitektur keamanan
definisi waktu
desain aturan
PRODUK fungsional
data proses jaringan organisasi jadwal strategi dan kebijakan
14
Zachman Framework menggunakan analogi proses perencanaan, penggambaran
dan pembangunan suatu rumah. Zachman menggunakan istilah perencana,
pemilik, perancang dan pembangun, untuk meningkatkan tingkat kedalaman yang
sesuai dengan tujuan kerangka kerjanya. Baris pada kerangka kerja Zachman
menggambarkan berbagai perspektif dari arsitektur enterprise, antara lain
kontekstual, konseptual, logikal, fisikal, spesifik, dan fungsional. Kolom pada
kerangka kerja Zachman menggambarkan aspek abstraksi dari arsitektur
enterprise, yang menjawab pertanyaan-pertanyaan antara lain apa, bagaimana, di
mana, siapa, kapan dan mengapa. Arsitektur informasi ditunjukkan dengan model
data logik dan arsitektur interaksi dari perspektif perancang.
II.3.2. Business Systems Planning
Business systems planning (BSP, perencanaan sistem bisnis) merupakan
pendekatan yang berstruktur dalam kerekayasaaan informasi. BSP
menggambarkan sistem informasi dengan arsitektur informasi. BSP dipakai untuk
membangun perencanaan sistem informasi jangka waktu tertentu. BSP
menggunakan analisis dari level top-down (atas-ke-bawah) hierarki manajemen
perusahaan dan implementasi sistem dari level bottom-up (bawah-ke-atas) pada
hierarki perusahaan (4).
Level top-down merupakan tahap analisis dan perencanaan, yang terdiri dari
analisis objektif bisnis, analisis proses bisnis, analisis organisasi bisnis, analisis
aplikasi proses data dan analisis file data. Level bottom-up merupakan tahap
perancangan dan implementasi, yang terdiri dari perancangan kelas data,
perancangan basis data, perancangan sistem informasi, perancangan proses bisnis
baru dan perancangan objektif bisnis baru. Tahap BSP dijelaskan pada Gambar
II.6.
15
Gambar II.6. Tahap BSP (4)
Tahap BSP hingga mencapai tahap arsitektur informasi dibagi atas definisi
objektif bisnis, definisi proses bisnis, definisi kelas data dan definisi arsitektur
informasi (4). Pada tahap definisi proses bisnis dianalisis proses bisnis, organisasi
bisnis dan sistem pendukung proses. Tahap BSP hingga mencapai tahap arsitektur
informasi ini dijelaskan pada Gambar II.7.
Gambar II.7. Langkah menuju arsitektur informasi BSP (4)
16
Tahap BSP hingga menghasilkan arsitektur informasi, dirinci sebagai berikut:
1. Pendefinisian objektif bisnis
Objektif bisnis merupakan hasil akhir yang dicari untuk dicapai oleh
organisasi dengan keberadaan dan kegiatannya. Manfaat dari objektif bisnis
ini adalah:
a. Membantu menetapkan organisasi yang sesuai dengan lingkungannya.
b. Membantu koordinasi keputusan-keputusan yang dibuat oleh pembuat
keputusan.
c. Organisasi dapat menetapkan standar untuk menilai prestasi kegiatannya.
d. Memudahkan proses perumusan dan implementasi strategi organisasi.
2. Pendefinisian proses bisnis
Proses bisnis menggambarkan kelompok kegiatan dan keputusan yang terkait
secara logika yang dibutuhkan untuk mengatur sumber daya bisnis. Gambar
II.8. menjelaskan identifikasi kategori proses dan data dengan life cycle (siklus
hidup) secara logika, antara lain:
a. Requirement (persyaratan)
Persyaratan merupakan kegiatan menentukan banyak produk atau sumber
daya yang diperlukan, perencanaan mendapatkan sumber daya tersebut,
pengukuran dan pengendalian penyimpangan perencanaan.
b. Acquisition (akusisi)
Akusisi merupakan kegiatan untuk mendapatkan sumber daya yang akan
digunakan dalam pengembangan.
c. Stewardship (tata layan)
Tata layan merupakan kegiatan untuk membentuk, menyempurnakan,
merubah atau memelihara sumber daya pendukung dan untuk menyimpan
atau meneliti produk dan layanan.
d. Disposistion (pengalihan)
Pengalihan adalah keputusan dan kegiatan yang mengakhiri tanggung
jawab dari organisasi untuk suatu produk dan layanan atau penggunaan
sumber daya.
17
Gambar II.8. Siklus hidup proses bisnis BSP (4)
Pembagian di atas memperlihatkan proses yang termasuk dalam golongan
requirements, acquisition, stewardship dan disposition. Proses-proses
bisnis tersebut dikelompokkan kembali berdasarkan kelompok proses.
Tabel III.1. memperlihatkan bagaimana pengolongan life cycle BSP ini
dibuat.
Tabel III.1. Golongan proses berdasarkan life cycle BSP (4)
Requirements Aquisition Stewardship Disposistion Persyaratan Pengadaan Penggudangan Penjualan Perancangan Rekrut Inventaris Pengiriman Pengukuran Implementasi Perawatan Manajemen armada Kendali Penciptaan Dukungan Pembayaran Akuntansi Fabrikasi Penjejakan Pembuangan Riset Pengembangan Modifikasi Pengakhiran Peramalan Rekayasa Kualitas Perencanaan Penjadwalan Pengepakan Evaluasi Testing Perbaikan
Analisis yang dilakukan kemudian adalah analisis organisasi untuk
menentukan proses penentu dan analisis sistem pendukung aktual yang
digunakan untuk menentukan integritas sistem aktual.
18
3. Pendefinisian kelas data
Kelas data merupakan suatu kategori hubungan data secara logika yang
diperlukan untuk mendukung bisnis. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
mendefinisikan kelas data, yaitu:
a. Identifikasi kelas data.
b. Validasi kelas data.
c. Hubungan kelas data dan proses.
4. Pendefinisian arsitektur informasi
Arsitektur informasi menggambarkan hubungan integrasi informasi antara
fungsi-fungsi organisasi dalam organisasi. Hal ini diuraikan secara beberapa
hal antara lain:
a. Data dan penggunaannya.
b. Interaksi sistem.
c. Sistem pendukung proses.
II.3.3. Information Architecture
Information architecture (arsitektur informasi) menggambarkan kumpulan dengan
kemampuan tertentu yang berhubungan dengan interprestasi dari informasi.
Dalam konteks perancangan sistem informasi, arsitektur informasi merujuk pada
analisis dan perancangan penyimpanan data oleh sistem informasi, berkonsentrasi
pada entitas, atribut dan hubungan antara mereka. Hal ini merujuk pada
pemodelan data untuk basis data dan pada model data yang digunakan enterprise
untuk mengkoordinasi definisi data dalam beberapa basis data tertentu (4).
Arsitektur informasi pada tingkat strategi dan taktis organisasi, digunakan untuk
mengenali sistem informasi yang akan dikembangkan. Arsitektur ini digambarkan
dengan diagram yang menunjukkan hubungan dari data ke sistem dan proses.
Diagram ini memungkinkan untuk mempertimbangkan kebutuhan data sistem
yang sedang dikembangkan dan memaksimalkan pembagian data (4).
19
Arsitektur informasi menggunakan diagram yang menunjukkan hubungan dari
data ke sistem dan proses yang didukung masing-masing data. Diagram arsitektur
ini memberi garis besar tiap daerah sistem di mana data dibuat, dikendalikan,
digunakan dan relasi dari sistem ke sistem, serta sistem yang mendukung proses.
Diagram arsitektur memungkinkan untuk mempertimbangkan kebutuhan data
sistem yang sedang dikembangkan, untuk memaksimalkan pembagian data (4).
Arsitektur informasi dijelaskan pada Gambar II.9.
Gambar II.9. Contoh arsitektur informasi BSP (4)
20
II.3.4. Value Chain Analysis
Value chain (rantai nilai) merupakan rangkaian rantai kegiatan yang memberi
nilai tambah kepada produk atau barang. Value chain analysis (analisis rantai
nilai) merupakan analisis yang menentukan tipe kompetitif yang harus dicapai dan
bagaimana mencapainya. Konsep ini dipakai pada jaringan distribusi, logistik dan
rantai pasok. Kunci analisis rantai nilai adalah memahami kegiatan di dalam
perusahaan yang menciptakan manfaat kompetitif serta pengelolaan kegitatan
tersebut agar menjadi lebih baik dari perusahaan pesaing (8). Komponen analisis
rantai nilai dibagi atas kategori, antara lain:
1. External value chain (rantai nilai eksternal), yang dibagi berdasarkan kegiatan
value creating (penciptaan nilai) pada industri.
2. Internal value chain (rantai nilai internal) yang dijelaskan pada Gambar II.10.
Kegiatan internal ini dapat dikelompokkan menjadi:
a. Primary activities (kegiatan utama) merupakan kegiatan yang secara
langsung berkaitan dengan produksi dan pengiriman produk atau layanan,
terdiri atas:
1. Inbound logistics (logistik masuk), merupakan tempat produk masuk
dan diproses.
2. Operations (operasi), merupakan tempat produk digunakan dalam
operasi.
3. Outbound logistics (logistik keluar), merupakan tempat produk atau
layanan yang perlu dipersiapkan untuk pengiriman keluar.
4. Marketing and sales (pemasaran dan penjualan), merupakan tempat
produk dijual ke konsumen, meningkatkan nilai produk dengan
menciptakan demand.
5. Services (layanan), merupakan kegiatan purnajual yang diberikan
pada konsumen untuk memberikan nilai tambah.
21
b. Secondary activities (kegiatan pendukung) merupakan kegiatan yang
mendukung primary activities. Kegiatan ini tidak terlibat langsung dalam
produksi, namun memiliki potensi meningkatkan efisiensi dan efektivitas,
terdiri atas:
1. Administrative infrastructure (infrastruktur administrasi),
merupakan kegiatan yang berhubungan dengan semua kegiatan dan
urusan administrasi.
2. Human resource (sumber manusia), merupakan kegiatan yang
berhubungan dengan manajemen kegiatan rekrutmen,
pengembangan, memotivasi dan memberikan penghargaan pada
tenaga kerja manusia.
3. Research and development (penelitian dan pengembangan),
merupakan kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan
pengembangan informasi dan pengetahuan dalam perusahaan.
4. Procurement (pengadaan), merupakan kegiatan yang berhubungan
dengan bagaimana mendatangkan sumber daya ke dalam organisasi
(contohnya belanja dan pengadaan layanan dari luar).
Gambar II.10. Value chain analysis (8)
22
II.3.5. Portofolio Sistem
Tindak lanjut sistem pendukung arsitektur informasi yang dibuat terhadap
kebutuhan bisnis dapat dipetakan dengan portofolio sistem. Portofolio ini
digambarkan dengan matriks yang terdiri dari empat kwadran, yaitu: strategic, key
operational, support dan high potential (9). Portofolio sistem dalam bentuk
matriks dijelaskan pada Gambar II.11.
Strategic High Potential
Sistem yang kritis untuk menunjang
strategi bisnis masa depan
Sistem yang mungkin penting
di masa depan
Key Operational Support
Sistem digunakan saat ini untuk mencapai tujuan
Sistem berharga tapi tidak kritis
Gambar II.11. Portofolio sistem (9)
II.3.6. Control Objective for Information and Related Technology
Tindak lanjut arsitektur informasi membutuhkan suatu objek kendali. Menurut
ITGI (2003) Control Objective for Information and related Technology (CobiT)
atau objek kendali dalam teknologi informasi memberikan standar objektif kendali
dari proses bisnis perusahaan yang didukung oleh teknologi informasi. Arsitektur
informasi dalam CobiT PO2 (Planning and Organising 2), digambarkan dengan
model arsitektur informasi, kamus data, aturan sintaks data, skema klasifikasi data
dan pengelolaan integritas (5).
Tujuan bisnis kendali teknologi informasi atas proses mendefinisikan arsitektur
informasi adalah mengoptimasi organisasi sistem informasi. Kendali ini
memastikan pemenuhan informasi pada bisnis yang berdasarkan prasyarat kriteria
informasi. Kriteria informasi yang utama adalah keefektivitasan informasi,
sedangkan kriteria informasi yang menjadi pendukung adalah efisiensi, keamanan,
dan integritas informasi. Kendali ini diukur dengan key goal indicator, critical
success factors dan key performance indicator (5).
23
Key goal indicators (KGI, indikator tujuan penentu) menggambarkan ukuran
proses teknologi informasi mencapai dan memenuhi persyaratan bisnis, biasanya
dinyatakan dengan istilah kriteria informasi. Kendali ini terjadi karena diciptakan
dan dipeliharanya model informasi. Hal ini juga memastikan sistem yang sesuai
didefinisikan untuk mengoptimasi penggunaan informasi. Kendali ini
meningkatkan sumber teknologi informasi tertentu, seperti aplikasi dan data.
Critical success factors (CSF, faktor sukses kritis) menggambarkan masalah atau
kegiatan paling penting untuk manajemen agar mencapai kendali atas proses
teknologi informasi, dalam bentuk yang berorientasi implementasi secara
strategis, teknikal, organisasi dan prosedur.
Key performance indicators (KPI, indikator performa penentu) menggambarkan
ukuran untuk menentukan performa proses teknologi informasi dalam mencapai
tujuan bisnis, serta menunjukkan kapabilitas, praktek dan keterampilan.
II.4. Pemilihan Metode Perancangan Arsitektur Informasi
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang perancangan arsitektur rantai
pasok BBM. Perancangan arsitektur informasi ini menghasilkan rekomendasi
prototipe arsitektur informasi. Persyaratan kebutuhan arsitektur informasi diambil
dari literatur SCM (3), literatur Pertamina (7) dan BSP (4). Sejauh ini,
dokumentasi dan literatur Pertamina kurang memberikan informasi yang cukup
untuk kegiatan strategis dan manajemennya. Karena itu, literatur SCM dan BSP
digunakan untuk memberikan gambaran awal sebagai dasar pembuatan arsitektur
informasi. Metode BSP dipilih karena secara tegas langsung mendefinisikan
arsitektur informasi dari perspektif proses yang terjadi dalam sistem informasi.
24
Kegiatan perancangan ini dibagi menjadi dua bagian besar yaitu analisis keadaan
rantai pasok BBM dan perancangan arsitektur informasi berdasarkan hasil analisis
keadaan tersebut. Analisis keadaan rantai pasok BBM dibagi atas analisis objektif
bisnis dan analisis proses bisnis. Perancangan arsitektur informasi rantai pasok
BBM terdiri dari perancangan kelas data berdasarkan proses bisnis dan
perancangan arsitektur informasi. Tahap perancangan arsitektur berdasarkan BSP
ditunjukkan pada Gambar II.12. dan secara lengkap pada LAMPIRAN 1.
Modelarsitektur informasi rantai pasok BBM
Analisis objektif bisnis
Analisis proses bisnis
Perancangan kelas data rantai pasok
BBM
Perancangan arsitektur informasi rantai pasok BBM
Analisis kondisi aktual
Perancangan arsitektur informasi
Gambar II.12. Tahap perancangan arsitektur informasi