bab ii tinjauan pustaka -...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pelaksanaan Keluarga Berencana
1. Pengertian keluarga Berencana.
Menurut WHO Expert komite 1997 dalam Saifuddin (2006), Keluarga
berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami
istri untuk: mendapatkan objektif – objektif tertentu, menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,
mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengontrol waktu kelahiran
dalam hubungan dengan umur suami istri dan menentukan jumlah anak
dalam keluarga.
2. Tujuan Keluarga Berencana
Tujuan keluarga berencana menurut Yetti Anggraini (2012) adalah:
a. Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi
keluarga dengan cara pengaturan kelahiran, agar diperoleh suatu
keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya.
b. Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan
bangsa. Mengurangi angka kelahiran, memenuhi permintaan
masyarakat akan pelayanan KB yang berkualitas termasuk upaya
menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan
masalah kesehatan reproduksi.
3. Sasaran Program KB.
a. Sasaran Langsung.
Pasangan usia subur, yaitu pasangan yang perempuan berusia 15 – 49
tahun, karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif
9
melakukan hubungan seksual dan dalam setiap kegiatan seksual dapat
mengakibatkan kehamilan. Atau pasangan suami istri, dan istri berusia
kurang dari 15 tahun dan sudah haid, atau istri berusia lebih dari 50
tahun tetapi masih haid (BKKBN, 2011).
b. Sasaran tidak langsung.
1) Kelompok usia 15 – 19 tahun, remaja ini bukan merupakan target
untuk menggunakan alat kontrasepsi secara langsung, tetapi
merupakan kelompok yang beresiko untuk melakukan hubungan
seksual akibat telah berfungsinya alat – alat reproduksi. Sehingga
program KB disini lebih berupaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan yang tidak diinginkan atau aborsi.
2) Organisasi atau lembaga kemasyarakatan, instansi pemerintah
maupun swasta, tokoh masyarakat, yang diharapkan dukungannya
dalam pelembagaan NKKBS.
3) Sasaran wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi.
4. Akseptor Keluarga Berencana
a. Pengertian
Akseptor KB adalah peserta keluarga berencana (Family Planning
Participant) yaitu pasangan usia subur dimana salah seorang
menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi untuk tujuan
pencegahan kehamilan, baik melalui program maupun non program
(BKKBN Jatim, 2011).
b. Jenis – jenis akseptor KB.
1) Akseptor aktif, yaitu akseptor yang ada pada saat ini menggunakan
cara atau alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau
mengakhiri kesuburan.
2) Akseptor Aktif Kembali yaitu: Pasangan Usia subur yang telah
menggunakan kontrasepsi selama 3 bulan atau lebih yang tidak
10
diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara / alat
kontrasepsi baik dengan cara yang sama atau berganti cara setelah
berhenti 3 bulan berturut – turut bukan karena hamil.
3) Akseptor KB baru, yaitu: Akseptor yang baru pertama kali
menggunakan alat / obat kontrasepsi atau PUS yang kembali
menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus.
4) Akseptor KB dini, yaitu: Para ibu yang menerima salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau
abortus.
5) Akseptor Langsung, yaitu: Para istri yang memakai salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.
6) Akseptor drop out, yaitu: Akseptor yang menghentikan kontrasepsi
lebih dari 3 bulan (BKKBN, 2007).
5. Tempat Pelayanan KB
Pelayanan KB diberikan di berbagai unit baik oleh pemerintah maupun
swasta, dari tingkat desa hingga tingkat kota dengan kompetensi yang
sangat bervariasi. Pemberi layanan KB antara lain Rumah sakit,
Puskesmas, Dokter praktek swasta, bidan praktek swata dan bidan desa.
6. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).
Menurut Hartanto (2004), tujuan KIE adalah:
a. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek Keluarga Berencana
sehingga tercapai penambahan peserta baru.
b. Membina kelestarian peserta KB.
c. Meletakkan dasar bagi mekanisme sosio cultural yang dapat menjamin
berlangsungnya proses penerimaan.
11
Menurut media yang digunakan, KIE dapat diberikan melalui:
a. Radio.
b. Televisi.
c. Mobil atau unit penerangan.
d. Penerbitan atau publikasi, Surat kabar maupun film.
e. Kegiatan Promosi ataupun pameran.
B. Kontrasepsi
1. Pengertian kontrasepsi.
Kontrasepsi berasal dari dua kata yaitu kontra dan konsepsi. Kontra
berarti mencegah atau melawan, dan konsepsi berarti pertemuan antara
sel telur wanita (Ovum) yang sudah matang dan sel mani pria (Sperma)
yang mengakibatkan kehamilan.
Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur matang dengan sel
sperma tersebut (BKKBN Jatim, 2011).
2. Cara Kerja Kontrasepsi.
Pada dasarnya cara kerja kontrasepsi menurut BKKBN (2011) adalah
meniadakan pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma)
dengan cara:
a. Menekan Keluarnya sel telur.
b. Menghalangi masuknya sel sperma kedalam saluran kelamin wanita
sampai mencapai ovum.
c. Menghalangi nidasi.
3. Efek samping
Efek samping adalah penyulit atau perubahan fisik dan psikis yang
timbul akibat dari panggunaan alat / obat kontrasepsi tetapi tidak
berpengaruh serius terhadap kesehatan klien (BKKBN, 2002).
12
Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua
klien, kerena masing – masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan
individual bagi setiap klien. Namun secara umum, persyaratan metode
kontrasepsi yang ideal adalah:
a. Aman, artinya tidak menimbulkan komplikasi berat jika
digunakan.
b. Berdaya guna, artinya jika digunakan sesuai aturan akan dapat
mencegah kehamilan.
4. Macam – macam Metode Kontrasepsi
Terdapat berbagai cara kontrasepsi, baik kontrasepsi alami maupun
modern. Kontrasepsi modern yang paling banyak digunakan dewasa ini
adalah kontrasepsi oral, suntikan dan kontrasepsi mantap dengan operasi
tubektomi. Kontrasepsi oral diperkirakan digunakan oleh lebih dari 55
juta wanita di dunia, sedang kontrasepsi suntikan lebih dari 10 juta
wanita di dunia, dengan efektifitas (99,98% - 100%) meskipun belum
dapat dikatakan 100 % aman, Staff Pengajar Farmakologi (2004).
a. Kontrasepsi Alami.
1) Koitus Interuptus.
Metoda kontrasepsi dengan cara menarik penis sebelum ejakulasi
guna menjcegah sperma masuk ke dalam vagina.
a) Keuntungan: Tidak menggunakan obat, alat, nyaman dan
tidak memerlukan biaya.
b) Kerugian: Tidak ada perlindungan terhadap infeksi menular
seksual dan angka kehamilan tinggi (sperma bisa terdapat
dalam cairan praejakulasi).
c) Efektifitas: Pada penggunaan yang sempurna, angka
kehamilan diperkirakan mencapai 4 %, dan pada penggunaan
yang biasa mencapai 19 %, (Sinclair, 2009).
13
2) Metoda Pantang Berkala.
Dikenal juga sebagai puasa senggama dan kesadaran masa subur.
a) Cara kerjanya yaitu dengan puasa senggama selama kurun
waktu kemungkinan dalam masa subur. Salah satu cara
menentukan tanggal masa subur adalah :
(1) Mengurangi 18 hari siklus hari terpendek, untuk
menentukan awal dari masa suburnya.
(2) Mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang untuk
menentukan akhir dari masa subur.
b) Keuntungan: tingkat mengandalkan diri sendiri tinggi,
pasangan ikut terlibat, tidak ada efek samping, murah.
c) Kerugian: tidak terlindung dari infeksi menular seksual,
memerlukan kerjasama pasangan, metode ini tidak efektif
selama masa laktasi ketika secret dan siklus menstruasi
berubah.
d) Efektifitas: jika digunakan dengan sempurna metode
kalender mempunyai efektifitas 91 % dan angka kegagalan
sekitar 20 %.
b. Metode kontrasepsi Modern.
1) Kontrasepsi suntik.
a) Menurut Ida Ayu Manuaba, jenis Kontrasepsi suntikan ada :
(1) Depoprovera
Mengandung progesterone sebanyak 150 mg dalam
bentuk partikel kecil dan diberikan setiap 12 minggu.
(2) Cyclofem
Mengandung progesterone sebanyak 50 mg dan estrogen,
yang disuntikkan setiap bulan.
14
(3) Norigest
Turunan dari testosterone yang disuntikkan setiap 8
minggu.
b) Cara Kerja
Cara kerja suntikan menurut Hartanto, 2004:
(1) Primer : Mencegah Ovulasi
Kadar FSH dan LH menurun, respons kelenjar hipophyse
terhadap gonadotropin realizing hormone tidak berubah,
sehingga member kesan proses terjadi di hipothalanus
daripada di kelenjar hipophise.
Pada pemakaian depoprovera endometrium menjadi
dangkal dan atrofi dengan kelenjar kelenjar yang tidak
aktif. Sering stroma menjadi oedematus.
(2) Sekunder
- Lendir servik menjadi kental dan sedikit, sehingga
menjadi barier terhadap spermatozoa.
- Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk
implantasi .
- Kemungkinan mempengaruhi kecepatan transport
ovum dalam tuba falopii.
c) Efektifitas.
Efektifitas tinggi, cara pemberian sederhana, cukup aman,
kesuburan dapat kembali setelah beberapa lama dan cocok
untuk ibu – ibu yang sedang menyusui. Angka kegagalan 0 –
0.8 % .
d) Keuntungan
(1) Suntikan KB Cylofen yang diberikan setiap bulan, maka
peserta KB akan mendapatkan menstruasi setiap bulan.
(2) Pemberian sederhana setiap 8 sampai dengan 12 minggu.
15
(3) Tingkat efektifitasnya tinggi.
(4) Hubungan seks tidak ada kendala.
(5) Pengawasan medis yang ringan.
(6) Dapat diberikan pada pasca persalinan, pasca keguguran
dan pasca menstruasi.
(7) Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh
kembang bayi.
e) Kerugian
(1) Terjadinya perubahan pola haid yang tidak teratur,
perdarahan, bercak, atau spoting. Mual, sakit kepala, nyeri
payudara ringan. Ketergantungan klien terhadap pelayanan
kesehatan.
(2) Efektifitas berkurang jika digunakan bersamaan dengan
pemakaian obat – obat epilepsy.
(3) Terhambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian.
f) Kontra Indikasi
WHO menganjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi
suntikan pada kehamilan, karsinoma patudara, karsinoma
traktus genetalia, perdarahan abnormal uterus. Pada wanita
yang menderita diabetes atau riwayat diabetes selama
kehamilan harus dilakukan follow up dengan teliti, karena dari
beberapa percobaan laboratorium ditemukan bahwa
dipoprovera mempengaruhi metabolisme karbohidrat.
(Hartanto, 2004).
g) Efek Samping
(1) Gangguan haid, hal ini paling sering terjadi dan paling
menggangu. Amenore, paerdarahan irregular, perdarahan
16
bercak atau spotting, perubahan dalam frequensi, lama dan
jumlah darah yang keluar.
(2) Sakit Kepala. Insident sakit kepala terjadi 1 – 17 % pada
akseptor KB suntik.
(3) Seperti halnya dengan kontrasepsi hormonal yang lain,
maka dijumpai pula keluhan mual, sakit kepala, pusing,
menggigil, mastalgia dan berat badan bertambah.
Kadangkala ibu mengeluh libido berkurang (Mohtar,
1998).
h) Cara Penggunaan
Suntikan KB yang pertama kali, sebaiknya diberikan pada hari
ke lima sampai ke tujuh hari pertama dari siklus haid. Untuk
suntikan jenis depoprovera harus dikocok dengan baik terlebih
dahulu, dan harus disuntikkan dalam dalam pada jaringan otot.
Dan tidak dilakukan massage pada tempat penyuntikan untuk
menjaga efektifitas obat, (Hartanto, 2004).
2) PIL Oral Kombinasi (POK)
Merupakan kontrasepsi kombinasi antara estrogen dan
progesterone.
a) Jenis Pil kontrasepsi :
(1) POK dengan estrogen 80 – 100 mcg
Merupakan dosis paling tinggi, dedapat mungkin untuk
dihindari karena dapat menimbulkan komplikasi yang
serius.
(2) POK dengan dosis estrogen < 30 mcg.
Merupakan dosis yang paling rendah, umumnya kurang
disukai karena terjadi bercak, perdarahan, dan pil – pil
17
yang lupa diminum dapat memperbesar timbulnya ovulasi
dan / atau bercak perdarahan.
(3) POK dengan dosis estrogen 30 – 50 mcg
Merupakan jenis POK yang paling banyak dipakai saat
ini.
b) Cara Kerja.
Dasar dari pil oral adalah meniru proses proses alamiah. Pil
oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan
progesterone oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormone
ovarium selama siklus haid yang normal, sehingga juga
menekan realizing factors di otak yang akhirnya mencegah
ovulasi.
c) Efektifitas.
Secara teoritis hampir 100 persen, dengan angka kegagalan
0.1 – 1.7 (Saifudin, 2006).
d) Keuntungan
(1) Efektivitas tinggi
(2) Pemakai Pil Kb dapat hamil lagi, bilamana menghendaki
kesuburan dapat kembali dengan cepat.
(3) Tidak mengganggu kegiatan seksualitas suami istri.
(4) Siklus haid menjadi teratur.
(5) Dapat menghilangkan keluhan nyeri haid (dismenorea).
(6) Kadang – kadang dapat dipakai untuk memancing
kesuburan pada kasus infertile karena proses kerja pil.
(7) Dapat digunakan untuk mengobati wanita dengan
perdarahan yang tidak teratur.
e) Kontra Indikasi.
Tidak dianjurkan bagi perempuan yang hamil atau diduga
hamil, menyusui eksklusif, menderita penyakit
18
tromboplebitis, tromboembolik, serebrovaskuler, oklusi
Koroner, gangguan fungsi hepar, kanker payudara,
hiperlipidemia, diabetes, migraine, hipertensi, epilepsy, dan
perempuan yang tidak menggunakan pil secara teratur setiap
hari (H. Hartanto, 2004)
f) Efek Samping
(1) Gejala pseudo pregnancy seperti: mual, muntah, payudara
membesar dan terasa lebih nyeri, nafsu makan dan berat
badan bertambah, rasa lelah dan depresi.
(2) Gejala yang berhubungan dengan siklus haid seperti:
lamanya haid menjadi lebih singkat, jumlah darah haid
berkurang, tidak haid (amenorea), perdarahan
bercak/spotting.
3) Kontrasepsi Pil Progestin (Minipil)
a) Jenis Minipil
(1) Kemasan dengan isi 35 pil : 300 levonogestrel
(2) Kemasan dengan isi 28 pil : 75 mg desogestrel
b) Cara Kerja Minipil
(1) Menekan sekresi gonadotropin, dan sontesis steroid seks
di ovarium.
(2) Endometrium mengalami transformasi lebih awal,
sehingga implantasi lebih sulit.
(3) Mengentalkan lendir servik sehingga menghambat
penetrasi sperma.
(4) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma
terganggu.
19
c) Keuntungan Minipil
(1) Dapat diberikan pada wanita yang menderita
tromboembolik, karena tidak meningkatkan pembekuan
darah.
(2) Tidak mempengaruhi ASI.
(3) Megurangi nyeri haid.
(4) Cocok untuk wanita dengan keluhan efek samping yang
disebabkan oleh estrogen : sakit kepala, hipertensi, nyeri
tungkai, cloasma, berat badan bertambah dan mual
muntah).
d) Kerugian Minipil
(1) Karena tidak mengandung estrogen, minipil menambah
kejadian perdarahan bercak / spoting, variasi panjang
siklus haid, kadang amenorea.
(2) Minipil kurang effective dalam mencegah kehamilan
ektopic, dibanding dengan mencegah kehamilan
intrauterine.
e) Kontra Indikasi
(1) Hamil atau diduga hamil.
(2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas sebabnya.
(3) Sering lupa meminum Pil.
(4) Riwayat Stroke, karena minipil menyebabkan spasme
pembuluh darah.
(5) Tidak sedang menggunakan obat epilepsy dan rifampisin,
karena dapat menurunkan efektifitas minipil.
f) Efek Samping
Terjadi perubahan pola haid, spoting, sakit kepala ringan dan
peningkatan berat badan.
20
4) IUD atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
a) Pengertian IUD
Alat kontrasepsi dalam rahim merupakan alat kontrasepsi
yang di pasang di dalam rahim yang relative lebih efektif jika
dibandingkan dengan pil, suntik dan kondom. AKDR terbuat
dari plastik elastik dililit tembaga atau campuran tembaga
dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti
fertilitas dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2 – 10
tahun.
b) Penggolongan IUD menurut Hartanto :
(1) Un-medicated devices = Inert devices.
Misalnya: Grafenberg ring, Ota ring, Margulies coil,
lippes loop dan delta loop.
(2) Medicated devices
Misalnya: CuT-200, Cu-7, ML Cu-250, Nova-T, dan
Delta- T.
(3) Mengandung Hormon: Progesterone atau levonorgestrel.
Misalnya : Alza-T, LNG-20
c) Mekanisme kerja
Ada beberapa mekanisme kerja IUD yang telah diajukan (H.
Hartanto, 2004).
(1) Timbulnya reaksi radang local yang non spesifik di dalam
cavum uteri sehingga implantasi sel telur yang telah
dibuahi terganggu.
(2) Produksi local prostaglandin yang meninggi yang
menyebabkan keterlambatan implantasi.
21
(3) Gangguan / terlepasnya blastosit yang telah berimplantasi
di dalam endometrium.
(4) Pergerakan ovum yang bertambah cepat didalam tuba
falopii.
(5) Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri.
(6) Untuk IUD yang mengandung Cu akan mengganggu
pengambilan estrogen endogenus oleh mukosa uterus,
mengganggu jumlah sel DNA yang ada dalam
endometrium, mengganggu metabolism glikogen.
(7) Untuk IUD yang mengandung hormone progesterone,
gangguan proses pematangan proliferative sekretoir
sehingga timbul penekanan terhadap endometrium dan
tergamnggunya proses implantasi. Dan lendir servik akan
menjadi lebih kental karena pengaruh progestin.
d) Efektifitas.
Sebagai alat kontrasepsi, efektifitas IUD sangat tinggi untuk
mencegah kehamilan dalam waktu yang lama. Angka
kehamilan dengan IUD antara 0,6 – 0,8 per 100 wanita pada
tahun pertama, 1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan, dan
IUD dapat efektif segera setelah pemasangan, (Saifuddin,
2006).
Menurut Hartanto (2004) angka efektifitas IUD tergantung
pada variable administrative pasien dan medis, termasuk
kemudahan insersi, pengalaman pemasang, kemungkinan
ekspulsi dari akseptor, kemampuan akseptor untuk
mengetahui adanya ekspulsi, dan kemudahan akseptor untuk
mendapatkan pertolongan medis.
22
e) Keuntungan
(1) Meningkatkan kenyamanan hubungan suami istri karena
rasa aman terhadap resiko kehamilan.
(2) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau keguguran.
(3) Kesuburan cepat kembali setelah IUD dicabut atau
dibuka.
(4) Cocok untuk mencegah kehamilan atau menjarangkan
kehamilan dalam jangka panjang.
(5) Tidak terpengaruh factor lupa dari pemakai.
(6) Tidak ada efek samping hormonal.
(7) Tidak mengganggu laktasi.
(8) Tidak berinteraksi dengan obat obatan.
f) Kontra Indikasi
(1) Infeksi pelvis yang aktif (akut/ sub akut) termasuk
persangkaan gonorrhea atau Chlamydia.
(2) Kehamilan atau persangkaan kehamilan.
(3) Patner seksual yang banyak.
(4) Kesulitan memperoleh pertolongan gawat darurat jika
terjadi komplikasi.
(5) Pernah mengalami infeksi pelvis yang rekuren, post
partum- endometriosis, atau abortus febrilis dalam tiga
bulan terakhir.
(6) Cervisitis akut atau purulent, kanker mulut rahim atau
kanker alat reproduksi lainnya.
(7) Kelainan darah yang tidak diketahui sebabnya.
(8) Pernah mengalami infeksi pelvis dan masih menginginkan
kehamilan selanjutnya.
23
(9) Gangguan respons tubuh terhadap infeksi (AIDS, diabetes
mellitus, pengobatan dengan kortikosteroid dll).
(10) Kelainan pembekuan darah (H. Hartanto, 2004).
g) Waktu pemasangan IUD
(1) Setiap waktu dalam siklus haid, sehingga dapat dipastikan
klian tidak sedang hamil.
(2) Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau
setelah 4 minggu pasca persalinan.
(3) Setelah keguguran, segera atau setelah 7 hari jika tidak
ada gejala infeksi.
h) Efek Samping
(1) Rasa sakit dan perdarahan.
(2) Embedding dan Displacement. IUD tertanam dalam –
dalam di endometrium atau myometrium.
(3) Kemungkinan infeksi lebih tinggi.
(4) Keputihan, kemungkinan disebabkan oleh reaksi organ
genital terhadap benda asing, biasanya terjadi pada bulan
–bulan pertama.
(5) Disporenia (nyeri saat koitus) keluhan biasanya pada
pihak suami, karena benang yang panjang atau
pemotongan yang runcing.
(6) Kemungkinan kehamilan ektopik, diperkirakan satu dari
30 kehamilan adalah kehamilan ektopik pada akseptor KB
IUD.
(7) Ekspulsi, Insiden tertinggi dari ekspulsi adalah dalam 3
bulan pertama setelah insersi, dan yang paling sering
terjadi adalah selama haid.
24
5) Implant
Disebut juga AKBK atau alat kontrasepsi bawah kulit.
a) Macam – macam implant:
(1) Norplant (6 kapsul) berisi hormone Levonorgestrel, daya
kerja 5 tahun.
(2) Norplant-2 (2 batang) berisi hormone Levonorgestrel,
daya kerja 3 tahun.
(3) Satu batang, berisi hormone ST-1435 daya kerja 2 tahun.
(4) Satu batang berisi hormone 3-keto dogestrel, daya kerja
2,5 – 4 tahun.
b) Efektivitas Implant
(1) Angka kegagalan norplant kurang dari 1 pe 100 wanita
pertahun dalam 5 tahun pertama.
(2) Efektifitas norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun dan
pada tahun ke enam 2,5 – 3 % akseptor menjadi hamil.
(3) Norplant-2 sama efektifnya dengan norplant. Dan terjadi
kehamilan setelah 3 tahun pemakaian.
c) Mekanisme Kerja Implant
(1) Mekanisme kerja implant yang tepat belum jelas benar.
(2) Implant hanya berisi progestin saja untuk mencegah
ovulasi, mengambat perkembangan siklis dari
endometrium, perubahan lendir servik menjadi kental dan
menghambat pergerakan spermatozoa.
(3) IUD merupakan benda asing dalam rahim, sehinggan
menimbulkan reaksi benda asing dengan timbunan,
leukosit, macrofag dam limfosit.
25
(4) IUD menimbulkan perubahan pengeluaran cairan
prostaglandin yang menghalangi kapatisasi spermatozoa.
(5) Pemadatan endometrium oleh leukosit, macrofag dan
limfosit, menyebabkan blastosit mungkin dirusak oleh
macrofag.Sehingga blastosit tidak mampu bernidasi.
(6) Ion Cu yang keluar dari IUD menyebabkan gangguan
gerak spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan
untuk melaksanakan konsepsi ( Manuaba, 1998).
d) Keuntungan norplant
(1) Efektivitasnya yang tinggi.
(2) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak ada efek
samping yang disebabkan estrogen.
(3) Setelah dipasang tidak perlu ada tindakan apa – apa lagi.
e) Kerugian Implant
(1) Insersi dan pengeluaran harus dilakukan oleh tenaga yang
terlatih.
(2) Biaya lebih mahal.
(3) Sering terjadi perubahan pola haid.
(4) Implant kadang kadang dapat terlihat oleh orang lain.
(5) Akseptor tidak dapat menghentikan implant
sekehendaknya sendiri.
f) Efek samping implant
(1) Efek samping paling utama adalah perubahan pola haid.
(2) Bertambahnya hari – hari perdarahan dalam satu siklus,
spoting, berkurangnya panjang siklus haid, maupun
amenorea.
26
(3) Kadang – kadang terasa nyeri di tempat pemasangan.
(4) Infeksi pada daerah insersi.
(5) Pada sebagian akseptor terjadi perdarahan yang irregular
6) Kondom
a) Macam – macam kondom berdasar bahan dasarnya, menurut
Hartanto ( 2004 ), adalah ;
(1) Kulit, terbuat dari membrane usus biri – biri, tidak
meregang atau mengkerut, menjalankan panas tubuh,
sehingga dianggap tidak mengurangi sensitivitas
senggama, lehih mahal dan jumlahnya < 1 % semua jenis
kondom.
(2) Lateks, paling banyak dipakai, murah dan elastik.
(3) Plastik, paling tipis, juga menghantarkan panas tubuh,
lehih mahal dari lateks.
b) Efektifitas.
Kegagalan kondom hanya bisa terjadi jika kondom bocor atau
robek, pemakaian kurang teliti dan tidak mematuhi petunjuk
pemakaiannya. Angka kegagalan 13 – 38 % (Hartanto, 2004).
c) Keuntungan Kondom
(1) Memberi perlindungan terhadap penyakit akibat
hubungan seksual.
(2) Relatif murah, sederhana, ringan disposable dan mudah
didapatkan, dibeli bebas di apotik.
(3) Reversible.
(4) Pria ikut aktif dalam program KB.
27
d) Kerugian
(1) Angka kegagalan relative tinggi.
(2) Perlu penghentian sementara aktivitas dan spontanitas
hubungan seksual guna memasang kondom.
(3) Perlu dipakai secara konsisten, hati – hati dan terus
menerus pada setiap senggama.
e) Kontra Indikasi.
(1) Pria dengan ereksi yang tidak baik.
(2) Riwayat syok septic.
(3) Alergi terhadap latek atau lubrikan pada pathner seksual.
(4) Interupsi seksual foreplay menghalangi minat seksual.
f) Efek Samping
Kondom dapat tertinggal dalam vagina selama beberapa
waktu, menyebabkan wanita mengeluh keputihan yang
banyak, dan berbau. Sebagian akseptor mengeluh alergi
terhadap karet. Keluhan yang utama adalah berkurangnya
sensitivitas gland penis, pelumas kurang atau tekanan saat
ejakulasi (Mochtar, 2005).
7) MOW (Medis Operatif wanita)
a) Mekanisne kerja
Oklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang
cincin) sehingga spermatozoa dan ovum tidak dapat bertemu.
b) Efektifitas
Sangat efektif dan dapat segera efektif post operatif.
Diperkirakan 0,5 kehamilan per 100 perempuan selama 1
tahun pertama penggunaan (Saifuddin, 2006).
28
c) Keuntungan
(1) Tidak mempengaruhi proses menyusui.
(2) Tidak bergantung pada faktor senggama.
(3) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko
kesehatan yang serius.
(4) Pembedahan sederhana dan dapat dilakukan dengan
anastesi local.
(5) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
(6) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual.
(7) Kerugian / keterbatasan.
(8) Sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat
dipulihkan kembali) kecuali dengan metode rekanalisasi.
(9) Klien dapat menyesal di kemudian hari.
(10) Rasa sakit / ketidaknyamanan dalam jangka pendek
setelah tindakan.
(11) Dibutuhkan dokter terlatih (Specialist ginekologi/
specialis bedah) untuk melakukan tindakan.
d) Kontra Indikasi
(1) Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai).
(2) Perdarahan pervaginal yang belum jelas (perlu
dievaluasi).
(3) Infeksi sistemik atau pelvic yang akut (hingga masalah
tersebut disembuhkan atau dikontrol).
(4) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di
masa datang, (Saifuddin. dkk, 2006).
e) Efek Samping
(1) Resiko trauma internal sedikit lebih tinggi.
29
(2) Kemungkinan infeksi serius sedikit lebih tinggi.
(3) Sedikit sekali kematian yeng berhubungan dengan
anastesi. (Hartanto, 2004).
C. Faktor – Factor Dalam Memilih Metode Kontrasepsi :
Menurut Hartanto (2004), faktor – faktor yang mempengaruhi pemilihan
kontrasepsi adalah:
1. Faktor pasangan (Motifasi dan Rehabilitas):
Umur, gaya hidup, frekuensi senggama, jumlah keluarga yang diinginkan,
pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu, sikap kewanitaan, dan
sikap kepriaan.
2. Faktor Kesehatan (Kontraindikasi relative dan absolut) :
Status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan panggul.
3. Faktor metode kontrasepsi (Penerimaan dan pemakaian
berkesinambungan): Efektivitas, efek samping minor, kerugian,
komplikasi yang potensial dan biaya.
Sedangkan menurut Wulansari (2007), secara umum seseorang memilih
metoda kontrasepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
pengetahuan, sikap, status kesehatan, faktor ekonomi, budaya, pendidikan,
gaya hidup, efektifitas, dan biaya.
D. Pengetahuan Akseptor KB
Pengetahuan adalah merupakan hasil ‘tahu’ dari manusia yang hanya sekedar
menjawab ‘what’ misalnya apakah kontrasepsi, jenis kontrasepsi, efek
samping, dan penggunaannya. Hal ini terjadi setelah akseptor KB melakukan
penginderaan terhadap suatu objek melalui indera yang dimilikinya (mata,
hidung dan telinga) (Notoatmodjo, 2010).
30
Pengetahuan merupakan respon mental seseorang dalam hubungannya objek
tertentu yang disadari sebagai ‘ada’ atau terjadi. Pengetahuan pada dasarnya
terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk
dapat memecahkan masalah yang dihadapinya, (Notoatmodjo, 2010).
1. Pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :
a. Tahu
Artinya kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, termasuk diantaranya mengingat kembali
terhadap suatu yang specifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang diterima.
b. Memahami.
Artinya kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan diinterpertasikan secara benar.
c. Aplikasi
Artinya kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
real yaitu penggunaan hukum-hukum, rumus- rumus prinsip-prinsip
dan sebagainya dalam kontex dan situasi yang lain.
d. Analisa
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen
komponen tapi masih dalam standar organisasi dan masih ada kaitan
satu dengan yang lainnya.
e. Sintesa
Menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menggabungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru didesain, kata lain sintesa adalah suatu kemampuan untuk
menyusun suatu formulasi baru dari formulasi yang ada.
31
f. Evaluasi
Kemampuan untuk memasukkan justifikasi atas penelitian terhadap
situasi materi atau objek penelitian tersebut berdasarkan suatu kriteria
yang telah ada.
2. Cara memperoleh pengetahuan :
a. Cara Non Ilmiah
(1) Coba – coba salah ( Trial error )
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan. Jika seseorang
mengalami masalah, cara penyelesaiannya dilakukan dengan coba-
coba saja.
(2) Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak
disengaja oleh orang yang bersangkutan.
(3) Cara Kekuasaan (Otoria)
Pengetahuan diperoleh dari kekuasaan atau otoria baik otoria
pemerintah, tradisi, pemimpin agama maupun ahli – ahli ilmu
pengetahuan.
(4) Pengalaman pribadi.
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman
yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada
masa lampau.
(5) Cara akal sehat.
(6) Melalui jalan pikiran
Dalam memdapatkan kebenaran pengetahuan, manuasia
menggunakan jalan pikirannya baik induksi maupun deduksi.
(7) Induksi.
Pembuatan kesimpulan berdasarkan pengalaman pengalaman
empiris yang ditangkap oleh indera, kemudian disimpulkan dalam
32
suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk memahami
suatu gejala.
b. Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan.
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa
ini dengan lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut sebagai
metode penelitian ilmiah, atau metodologi penelitian. Dimana cara ini
mula- mula dengan mengadakan penelitian secara langsung terhadap
gejala – gejala alam atau kemasyarakatan, kemudian hasil
pengetahuannya tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan
diambil kesimpilan umum (Notoatmodjo, 2010).
3. Faktor – factor yang mempengaruhi pengetahuan.
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan yang dimiliki seseorang
dipengaruhi oleh factor factor berikut:
a. Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan maka akan lebih mudah untuk menerima
hal – hal baru dam mudah menyasuaikan dengan hal – hal baru
tersebut.
b. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak, akan
memberikan pengetahuan yang lebih jelas.
c. Budaya
Budaya sangat berpengaruh pada tingkatan pengetahuan seseorang
karena informasi yang lebih banyak akan memberikan pengetahuan
yang lebih jelas.
d. Pengalaman
Pengalaman berkaitan dengan umur dan pendidikan individu,
maksudnya adalah pendidikan yang lebih tinggi, pengalamannya akan
33
lebih luas, umur yang bertambah maka pengalaman juga akan
bertambah.
e. Sosial ekonomi.
Merupakan kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup
dan bersosialisasi.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara dan
angket, yang bertujuan untuk menanyakan atau mengetahui tentang isi
materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden
(Notoatmodjo, 2010). Tingkat pengetahuan yang akan diukur atau
yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan
tentang kontrasepsi baik pengertian, macam kontrasepsi, cara kerja,
efek samping, keuntungan maupun kerugiannya.
34
E. Kerangka Teori
Berdasar tinjauan teori diatas maka dapat disusun kerangka teori penelitian
sebagai berikut:
Skema 2.1 Konsep dari Hanafi Hartanto, 2004
Faktor Pasangan- Motivasi dan
Rehabilitas:
- Umur
- Gaya Hidup
- Frekuensi senggama
- Jumlah anak yang diinginkan
- Pengalaman dengan kontrasepsi
yang lalu.
Faktor Kesehatan-Kontraindikasi
absolut dan relativ:
- Status Kesehatan
- Riwayat haid
- Pemeriksaan Fisik
- Riwayat Keluarga
- Pemeriksaan Panggul
Faktor metoda Kontrasespsi:
- Metoda koitus interuptus,
kalender, pil, suntikan, IUD,
Implant, Kondom, MOW.
- Efektifitas
- Efek samping
- Komplikasi potensial
- Biaya.
- Kerugian.
Pemilihan Metode
Kontrasepsi
35
F. Variabel Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang mempunyai variabel
tunggal atau mandiri, yaitu pelaksanaan program keluarga berencana, keluhan
terhadap penggunaan metoda contrasepsi, dan tingkat pengetahuan responden
terhadap metode kontrasepsi. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
dilakukan terhadap variable mandiri yaitu tanpa membuat perbandingan atau
menghubungkan dengan variable yang lain (Sugiyono, 2005).