bab ii tinjauan pustaka dan pengembangan …
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Adhipradana dan Daljono (2014) melakukan penelitian tentang pengaruh
kinerja keuangan, ukuran perusahaan, dan corporate governance terhadap
pengungkapan sustainability report. Teknik analisis data menggunakan analisis
regresi logistik, dengan sampel 25 perusahaan yang mengungkapkan
sustainability report dan 25 perusahaan yang tidak mengungkapkan sustainability
report tahun 2008-2011. Hasil penelitian ini adalah adanya pengaruh antara
perusahaan yang mengungkapan sustainability report dengan perusahaan yang
tidak mengungkapan sustainability report jika dilihat dari variabel total aset, total
karyawan dan governance committee. Sementara profitabilitas, likuiditas,
dividend payout ratio, komite audit, dewan komisaris, kepemilikan manajemen
maupun kepemilikan asing bagi perusahaan tidak memberikan pengaruh terhadap
pengungkapan sustainability report.
Rosyid et al. (2017) melakukan penelitian tentang pengaruh good corporate
governance dan kinerja keuangan terhadap sustainability report pada perusahaan
BUMN yang listed di BEI. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi
dengan SEM-PLS, dengan sampel 13 perusahaan BUMN yang mengungkapkan
sustainability report tahun 2011-2014. Hasil penelitian ini adalah dewan direksi,
komite audit dan ROA berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report.
sementara itu kepemilikan saham manajerial dan komisaris independen tidak
8
berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report pada perusahaan
BUMN.
Anindita (2014) melakukan penelitian tentang pengaruh ukuran perusahaan,
profitabilitas dan tipe industri terhadap pengungkapan sukarela pelaporan
keberlanjutan. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda,
dengan sampel 16 perusahaan yang mengungkapkan sustainability report tahun
2012-2013. Hasil penelitian ini adalah profitabilitas dan tipe industri berpengaruh
positif terhadap pengungkapan sukarela pelaporan keberlanjutan dan ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela pelaporan
keberlanjutan.
Aziz (2014) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh good corporate
governance (GCG) terhadap kualitas pengungkapan sustainability report. Teknik
analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda, dengan sampel 15
perusahaan yang mengungkapkan sustainability report tahun 2011-2012. Hasil
penelitian ini adalah kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap
kualitas pengungkapan sustainability report di Indonesia. Sedangkan ukuran
dewan komisaris, proporsi komisaris independen, ukuran komite audit,
kepemilikan saham institusional, kepemilikan saham terkonsentrasi, dan ukuran
perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas pengungkapan
sustainability report di Indonesia.
Nasir et al. (2014) melakukan penelitian tentang pengaruh karakteristik
perusahaan dan corporate governance terhadap pengungkapan sustainability
report pada perusahaan LQ45. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi
9
logistik, dengan sampel 11 perusahaan yang mengungkapkan sustainability report
tahun 2008-2011. Hasil penelitian ini adalah profitabilitas, leverage dan
governance committee berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report.
Sedangkan likuiditas, aktivitas perusahaan, ukuran perusahaan, komite audit, dan
dewan direksi tidak berpengaruh terhadap pengungkapan sustainability report.
Krisna dan Suhardianto (2016) melakukan penelitian tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial. Teknik analisis data
menggunakan analisis regresi linier berganda, dengan sampel perusahaan sektor
pertambangan yang mengungkapkan sustainability report tahun 2010-2012. Hasil
penelitian ini adalah ukuran perusahaan dan komite audit memiliki pengaruh
positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Sedangkan profitabilitas,
kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, dan ukuran dewan direksi
tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.
Sari dan Marsono (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh kinerja
keuangan, ukuran perusahaan dan corporate governance terhadap pengungkapan
sustainability report. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier
berganda, dengan sampel perusahaan non-keuangan yang mengungkapkan
sustainability report tahun 2009-2011. Hasil penelitian ini adalah profitabilitas,
komite audit dan dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap
pengungkapan sustainability report. Sedangkan aktivitas perusahaan, ukuran
perusahaan dan dewan direksi tidak menunjukkan pengaruh terhadap
pengungkapan sustainability report perusahaan.
10
Penelitian ini mengembangkan penelitian yang dilakukan oleh Adhipradana
dan Daljono (2014) dengan objek perusahaan non-keuangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016. Pada penelitian terdahulu profitabilitas
dengan indikator ROA, sedangkan penelitian ini mengukur profitabilitas dengan
ROE. Hal ini dikarenakan ukuran efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba
dengan mempergunakan modal yang dimiliki oleh pemegang saham, sehingga
ROE diharapkan dapat menjaga kepercayaan para investor (Lako, 2011:82).
Ukuran dewan komisaris dan dewan direksi pada penelitian terdahulu
menggunakan jumlah anggota. Sedangkan penelitian ini menggunakan persentase
kehadiran anggota dalam rapat, karena dengan persentase kehadiran lebih dapat
mencerminkan hasil dari keputusan. Teknik analisis data dalam penelitian ini
menggunakan SEM-PLS karena terdapat variabel laten yang nilai kuantitatifnya
tidak dapat diukur secara langsung serta SEM-PLS dapat digunakan untuk model
konstruk reflektif dan formatif (Hartono dan Abdillah, 2015:164).
B. Teori dan Tinjauan Pustaka
1. Teori Stakeholders
Pengertian stakeholders yaitu setiap individu atau kelompok yang dapat
mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan suatu organisasi. Teori
stakeholders menggambarkan suatu perusahaan dalam bertanggungjawab
terhadap pihak-pihak mana saja (Freeman dan McVea, 2001). Perusahaan bukan
hanya menjalankan operasionalnya untuk kepentingan sendiri, melainkan juga
dapat memberikan dampak positif terhadap para stakeholders. Seperti pemegang
saham, supplier, kreditur, pemerintah, masyarakat dan pihak lainnya. Perusahaan
11
perlu memberikan informasi terkait aktivitas baik bersifat finansial ataupun
sosial lingkungan untuk mendapatkan dukungan dari stakeholders agar
perusahaan dapat terus tumbuh dan berkembang (Iriyanto dan Nugroho, 2014).
Demi mendapatkan kepercayaan dari stakeholders perusahaan akan
mengungkapkan informasi yang bersifat mandatory maupun voluntary,
informasi yang bersifat mandatory adalah laporan keuangan dan annual report
sedangkan informasi yang bersifat voluntary adalah sustainability report (Sari
dan Marsono, 2013).
Hubungan dan komunikasi yang baik dengan stakeholders akan
meningkatkan peluang perusahaan dalam beradaptasi dan beraktivitas di
lingkungannya. Perusahaan menerbitkan sustainability report merupakan sebuah
wujud dan komitmen entitas terhadap sosial dan lingkungan sebagai salah satu
upaya dalam penerapan sustainability development. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa keberangsungan perusahaan tidak terlepas dari peranan
stakeholders. Sustainability report dapat menjadi strategi perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan informasi pihak stakeholders terkait konsep triple bottom
line (profit, people, planet) sehingga perusahaan akan mendapat dukungan
penuh dalam peningkatan kinerja serta laba yang ingin dicapai oleh perusahaan
(Lindawati dan Puspita, 2015).
2. Teori Sinyal (Signalling Theory)
Signalling Theory pertama kali dikembangkan oleh Ross (1977) yang
menjelaskan bahwa laporan keuangan yang baik memberikan sinyal atau tanda
bahwa perusahaan tersebut berjalan dengan baik. Teori sinyal menjelaskan
12
mengapa perusahaan memberikan informasi kepada pihak-pihak eksternal,
munculnya dorongan perusahaan untuk menyampaikan informasi tersebut tidak
lain untuk meningkatkan nilai perusahaan. Pihak eksternal memerlukan
informasi yang relevan, akurat dan lengkap untuk pengambilan keputusan.
Signalling Theory menekankan pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan terhadap pihak-pihak pemangku kepentingan. Informasi menjadi
unsur penting karena dapat memberikan gambaran baik pada masa lalu, saat ini
dan masa yang akan datang bagi kelangsungan suatu perusahaan (Brigham dan
Houston, 2010). Pengungkapan sustainability report diharapkan dapat
memberikan sinyal yang baik bagi stakeholders, seperti meyakinkan investor
untuk menanamkan dana, meningkatkan kepercayaan dan dukungan dari
masyarakat, pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya (Kastutisari dan
Dewi, 2013).
3. Global Reporting Initiative
Global Reporting Initiative (GRI) adalah sebuah organisasi standar
internasional yang independen. Organisasi ini berdiri sejak 2003 yang telah
mengeluarkan berbagai standar terkait pelaporan keberlanjutan. Standar GRI
sudah memasuki generasi keempat (GRI-G4) yang menjadi acuan banyak
perusahaan di Indonesia maupun negara-negara lain (Wahyuni, 2015). GRI
selain membantu pebisnis juga membantu pemerintah dalam
mengkomunikasikan dampak-dampak bisnis dari 3 aspek utama yaitu aspek
ekonomi, sosial dan lingkungan. Dengan pengungkapan sustainability report
dapat menunjukkan komitmen suatu organisasi atau perusahaan terhadap konsep
13
pembangunan berkelanjutan terutama bagi pihak-pihak stakeholders (Redaksi,
2017).
4. Sustainability Report
Sustainability report merupakan sebuah laporan yang dikeluarkan secara
sukarela oleh perusahaan terdiri dari 3 aspek yaitu ekonomi, sosial, lingkungan.
Sustainability report memperlihatkan kepedulian perusahaan terhadap
pemangku kepentingan berkaitan dengan aspek-aspek yang telah dilaporkan.
Global Reporting Initiative (GRI) mendefiniskan bahwa sustainability report
merupakan pengukuran, pengungkapan dan akuntabilitas dari kinerja suatu
organisasi dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, dilaporkan
kepada para pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal.
Pengungkapan sustainability report di indonesia masih bersifat voluntary,
sehingga masih sedikit perusahaan yang menerbitkan laporan keberlanjutan.
Padahal dengan sustainability report dapat memberikan gambaran akan kinerja
berkelanjutan dari suatu perusahaan baik kontribusi positif maupun negatif
(Anindita, 2014).
5. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat diketahui dan diukur dengan
indikator penghitungan rasio keuangan. Pada penelitian ini menggunakan rasio
profitabilitas, likuiditas dan leverage. Profitabilitas merupakan rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Semakin tinggi
profitabilitas maka akan mendorong perusahaan untuk menyebarluaskan
informasi tersebut, namun jika perusahaan sedang dalam kondisi buruk maka
14
perusahaan akan berusaha menutupi badnews tersebut (Anindita, 2014). Rasio
profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan rasio Return On Equity (ROE)
yaitu laba bersih setelah pajak dibagi dengan total ekuitas.
Likuditas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Semakin tinggi tingkat likuiditas
maka akan memunculkan image positif dari stakeholders karena perusahaan
dianggap berhasil memenuhi kewajiban jangka pendek tepat waktu
(Adhipradana dan Daljono, 2014). Rasio likuiditas dalam penelitian ini
menggunakan Current Ratio (CR) yaitu aset lancar dibagi dengan kewajiban
lancar.
Sementara leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui
sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menggunakan hutang untuk
pembiayaan operasional perusahaan. Dengan tingkat leverage yang tinggi dapat
mendorong perusahaan untuk melanggar perjanjian kreditnya (Nasir et al.,
2014). Rasio leverage dalam penelitian ini menggunakan Debt to Equity Ratio
(DER) yaitu total utang dibagi dengan total ekuitas.
6. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah faktor penentu penting dalam pengungkapan
perusahaan. Perusahaan besar memiliki jumlah aset, penjualan dan sistem
informasi yang baik sehingga pengungkapan memungkinkan menjadi lebih luas.
Selain itu perusahaan yang besar akan lebih terlihat dan memberikan dampak
yang lebih besar terhadap sosial lingkungan (Simbolon dan Sueb, 2016). Ukuran
perusahaan dalam penelitian ini menggunakan nilai Log Total Aset karena dalam
15
menilai ukuran perusahaan, nilai total aset lebih stabil dibandingkan dengan
jumlah penjualan perusahaan.
7. Corporate Governance
Pedoman Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) dikeluarkan oleh
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) tahun 2006, bertujuan untuk
menegakkan transparansi, akuntabilitas serta check and balance sehingga dapat
memastikan kelangsungan perusahaan dimasa mendatang. Dalam pedoman ini
bukan berisikan peraturan perundangan tetapi asas-asas yaitu transparansi,
akuntabilitas, responsibilitas, independensi dan kewajaran (KNKG, 2006).
Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007, pada
pasal 108 ayat (5) bahwa setiap Perseroan wajib memiliki paling sedikit 2 orang
anggota dewan komisaris dalam kegiatan usahanya. Dewan komisaris dapat
membentuk komite audit yang bertanggung jawab dalam menjalankan tugas
pengawasan terdapat dalam pasal 121 Dalam pasal 94 ayat (1) dinyatakan bahwa
anggota direksi dipilih dan diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham.
Jumlah komite audit, dewan komisaris dan dewan direksi berbeda-beda tiap
perusahaan tergantung kompleksitas dan efektivias dalam pengambilan
keputusan. Ketiga organ tersebut sangat penting dalam suatu perusahaan, tidak
hanya untuk kepentingan struktural tetapi juga dalam tugas dan tanggung jawab
karena memiliki independensi masing-masing guna terciptanya corporate
governance. Dewan direksi bertugas mengelola perusahaan dan dalam rangka
mempertahankan keberlangsungan perusahaan maka direksi harus memastikan
telah dipenuhinya tanggung jawab sosial perusahaan (KNKG, 2006).
16
Dewan komisaris bertugas sebagai pengawasan dan memberikan masukan
atas tindakan direksi, tidak diperkenankan dewan komisaris ikut serta dalam
pengambilan keputusan operasional perusahaan. Sedangkan komite audit
bertugas sebagai penunjang dewan komisaris dalam mengawasi dan memastikan
apakah laporan keuangan, SPI, audit internal dan eksternal telah sesuai serta
tindak lanjut atas temuan hasil audit yang telah dilakukan (KNKG, 2006).
C. Pengembangan Hipotesis
1. Kinerja Keuangan dan Pengungkapan Sustainability Report
Perspektif teori stakeholders bahwa suatu perusahaan demi mendapatkan
kepercayaan dari stakeholders, perusahaan akan mengungkapkan informasi yang
bersifat mandatory maupun voluntary (Sari dan Marsono, 2013). Kinerja
keuangan perusahaan yang baik akan meningkatkan laba sehingga perusahaan
berusaha mengungkapkan lebih banyak informasi sosial untuk meningkatkan
nilai pemegang saham bahwa operasional berjalan efisien. Teori sinyal
mengemukakan perusahaan akan memberikan sinyal kepada pengguna laporan
terkait kondisi perusahaan yang sedang memiliki kinerja keuangan yang baik
serta keberlangsungan terkait ekonomi, sosial dan lingkungan di masa
mendatang.
Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung ingin
menunjukkan lebih banyak informasi kepada publik bahwa perusahaan memiliki
tingkat profitabilitas yang tinggi dibandingkan dengan perusahaan lain atau
kompetitornya (Adhipradana dan Daljono, 2014). Sedangkan perusahaan dengan
tingkat likuiditas yang tinggi menciptakan image positif dan mempublikasikan
17
sustainability report dapat merepresentatifkan akan kepedulian perusahaan
terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan (Nasir et al., 2014).
Berdasarkan uraian di atas, dengan demikian maka hipotesis yang diajukan:
𝐇𝟏 = Kinerja Keuangan berpengaruh terhadap pengungkapan
Sustainability Report
2. Ukuran Perusahaan dan Pengungkapan Sustainability Report
Perspektif teori stakeholders bahwa suatu perusahaan tidak hanya
mengutamakan kepentingan sendiri melainkan memberikan dampak positif bagi
stakeholders. Semakin besar ukuran suatu perusahaan maka memiliki aktivitas
yang kompleks dan menimbulkan resiko yang lebih besar terhadap lingkungan
sehingga memungkinkan tingkat pengungkapan yang lebih luas. Pengungkapan
sustainability report dapat memberikan sinyal terhadap stakeholders bahwa
perusahaan berusaha meminimalisir resiko yang akan ditimbulkan dari
operasionalnya (Simbolon dan Sueb, 2016).
Selain itu menurut Prastiwi dan Puspitaningrum (2013) ukuran perusahaan
yang besar juga akan lebih banyak mendapatkan sorotan dan mudah diawasi
oleh publik baik di pasar modal maupun lingkungan sosialnya. Sehingga
berdampak pada tekanan agar perusahaan melakukan pelaporan, baik yang
bersifat mandatory maupun voluntary (Sari dan Marsono, 2013).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap pengungkapan sustainability report seperti Krisna dan Suhardianto
(2016), Adhipradana dan Daljono (2014). Perusahaan besar dituntut lebih
transparan ke publik sehingga pelaksanaan dan pelaporan tanggung jawab sosial
18
menjadi media untuk menjaga reputasi perusahaan. Berdasarkan uraian di atas,
dengan demikian maka hipotesis yang diajukan:
𝐇𝟐 = Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan
Sustainability Report
3. Corporate Governance dan Pengungkapan Sustainability Report
Perspektif teori stakeholders menjelaskan peran suatu perusahaan dalam
hubungannya untuk memenuhi kepentingan-kepentingan yang berbeda antar
stakeholders. Corporate governance sebagai pengatur kesetaraan hubungan
diantara stakeholders sehingga tidak hanya mengutamakan beberapa
stakeholders saja tetapi dapat menyetarakan berbagai macam kepentingan
stakeholders demi menjaga keberlangsungan perusahaan (Aziz, 2014).
Menurut KNKG (2006) terkait struktural dan organ perusahaan dalam
corporate governance mencakup dewan direksi, dewan komisaris dan komite
audit. Ketiga elemen tersebut memiliki tugas dan tanggung jawab masing-
masing agar terbentuknya tata kelola perusahaan yang baik. Dewan direksi
dalam mengelola perusahaan, dewan komisaris dalam pengawasan internal dan
komite audit dalam memastikan bahwa perusahaan mematuhi segala peraturan
hukum dan lainnya yang berlaku termasuk peraturan UU No 40 tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas (PT) terkait tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Pengungkapan sustainability report dapat menciptakan stakeholders value
dan berdampak positif baik bagi sosial, lingkungan maupun keberlanjutan
perusahaan dalam jangka panjang sehingga dapat memberikan sinyal positif dan
menarik minat investor agar menanamkan dana pada saham perusahaan
19
CR
DER
TA
DD
DK
KA
ROE
SRDI
(Kastutisari dan Dewi, 2013). Berdasarkan uraian di atas, dengan demikian maka
hipotesis yang diajukan:
𝐇𝟑 = Corporate Governance berpengaruh terhadap pengungkapan
Sustainability Report
D. Kerangka Pemikiran Teoritis
Variabel Independen Variabel Dependen
𝐇𝟏
𝐇𝟐
𝐇𝟑
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Pengungkapan
Sustainability
Report
Corporate
Governance
Ukuran
Perusahaan
Kinerja
Keuangan