bab ii tinjauan pustaka a. tinjuan teori 1. diare …repository.ump.ac.id/4827/3/getra anggia...
TRANSCRIPT
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjuan Teori
1. Diare
a. Definisi Diare
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan adanya
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari)
disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan atau
tanpa darah dan/ atau lendir (Sudaryat, 2007).
Diare sesuai dengan definisi Hippocrates, maka diare adalah
buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat)
dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair (Nelson dkk,
1969; Morley, 1973) berpendapat bahwa istilah gastroenteritis
hendaknya dikesampingkan saja, karena memberikan kesan
terdapatnya suatu radang sehingga selama ini penyelidikan tentang
diare cenderung lebih ditekankan pada penyebabnya.
1) Diare akut : diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan
anak yang sebelumnya sehat.
2) Diare kronik : diare yang berlanjut selama 2 minggu atau lebih
dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak
bertambah (failure to thrive) selama masa diare tersebut.
13
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
14
b. Klasifikasi diare
Menurut Sudaryat ( 2007) diare diklasifikasikan menjadi
beberapa diantaranya :
1) Diare kronik dibagi menjadi 5 :
a) Diare parsisten : Diare yang disebabkan oleh infeksi.
b) Protacted diare : Diare yang berlangsung lebih dari 2
minggu denagn tinja cair dan frekuensi lebih dari 4x atau
lebih per hari.
c) Diare Intraktabel : Diare yang timbul berulang kali dalam
waktu yang singkat (misalnya 1-3 bulan).
d) Prolonged diare : Diare yang berlangsung lebih dari 7 hari.
e) Chronic non specific diarrhea : Diare yang berlangsung
lebih dari 3 minggu tetapi tidak disertai gangguan
pertumbuhan dan tidak ada tanda-tanda infeksi maupun
malabssorpsi.
Penyebab diare dapat dibagi menjadi 2 bagian ialah
penyebab langsung dan penyebab tidak langsung atau
faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempercepat
terjadinya diare
Ditinjau dari sudut patofisiologi kehilangan cairan tubuh
penyebab diare akut dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
(1) Diare sekresi (secretory diarrhea) disebabkan oleh :
(a) Infeksi virus, kuman-kuman patogen ,dan aptogen
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
15
(b) Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan
oleh bahan-bahan kimia, makanan (misalnya
keracunan makanan, makanan yang pedas, sudah
basi, dll), gangguan syaraf, hawa dingin, alergi, dsb
(c) Defisiensi imun terutama SigA (secretory
Immunoglobin A) yang mengakibatkan terjadinya
bakteri atau jamur tumbuh berlipat ganda
(overgrowth).
(2) Diare Osmotik (osmotic diarrhea), disebabkan oleh :
(a) Malabsorpsi makanan
(b) KKP (kekurangan kalori protein)
(c) BBLR dan bayi baru lahir
c. Etiologi
Menurut Sudaryat (2007) bahwa diare dapat disebabkan oleh
beberapa hal seperti :
1) Enteropatogen bakteri
Enteropatogen bakteri dapat menyebabkan diare radang
dan non radang dan enteropatogen spesifik dapat disertai
dengan salah satu manifestasi klinis. Umumnya diare radang
akibat Aeromonas spp, Campylobacter jejuni, Clostridium
difficile, E. Coli enteroinvasif, E. Coli enterohemoragik,
Plesiomonas shigelloides, Salmonella spp, Shigella spp, Vibrio
parahaemolyticus dan Yersinia enterocolitica. Diare non
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
16
radang dapat disebabakan oleh E. coli enteropatogen, E coli
enterotoksik dan Vibrio Cholerae. Infeksi Yarsinea dan
Salmonella paling sering dijumpai pada anak berusia 1 bulan
hingga 3 tahun. Sementara infeksi Shigella dan Campylobacter
paling sering dijumpai pada anak usia 1-5 tahun.
2) Enteropatogen parasite
Giardia lamblia adalah penyebab penyakit diare yang paling
sering di Amerika Serikat. Pathogen lain adalah
Cryptosporidium, Entamoeba histolytica, Strongyloides
stercoralis, Isospora belli, dan Enterocytozoon bieneusi.
3) Enteropatogen virus
Empat penyebab gastroenteritis virus adalah rotavirus,
adenovirus enteric, astovirus dan kalsivirus. Rotavirus
terutama dijumpai pada anak usia 4 bulan hingga 3 tahun.
4) Kekurangan gizi seperti kelaparan, kekurangan zat putih telur.
5) Alergi susu diare biasanya timbul beberapa menit atau jam
setelah minum susu tersebut, biasanya pada alergi susu sapi
dan produk-produk yang terbuat dari susu sapi
6) Keracunan makanan/minuman yang disebabkan oleh bakteri
maupun bahan kimia
7) Immunodefisiensi.
8) Personal hygiene, seperti kegiatan mencuci tangan yang baik
dan benar.
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
17
d. Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi
(Sudaryat, 2007) :
1) Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak
dari pemasukan air (input), merupakan penyebab terjadinya
kematian pada diare
2) Gangguan keseimbangan asam-basa (Metabolik Asidosis)
a) Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja.
b) Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak
sempurna sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh.
c) Terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya
anoksida jaringan .
d) Produksi metabolisme yang bersifat asam meningkat karena
tidak dapat tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi
oliguria/anuria)
e) Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam
cairan intraseluler.
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan
pernafasan. Pernafasan bersifat cepat, teratur, dalam, yang
disebut pernafasan Kuszmull. Menurut peenelitian Sutoto
(1974), kehilangan komponen basa ini (base defisit) pada
penderita dehidrasi berat mencapai 17,7 mEq/L.
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
18
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang
menderita diare. Pada anak-anak dengan gizi baik/cukup,
hipoglikemia ini jarang terjadi lebih sering terjadi pada anak
yang sebelumnya pernah menderita KKP. Hal ini terjadi
karena :
a) Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu.
b) Adanya gangguan absorpsi glukosa (walaupun jarang
terjadi).
Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah
menurun sampai 40mg% pada bayi dan 50mg% pada anak-
anak. Gejala : lemah, apatis, peka rangsang, berkeringan,
pucat, syok, kejang, sampai koma.
Terjadinya hoglikemia ini perlu dipertimbangkan jika
terjadi kejang yang tiba-tiba tanpa adanya panas atau penyakit
lain yang disertai kejang atau penderita dipuasakan dalam
waktu yang lama.
4) Gangguan Gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi
dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu
yang singkat. Hal ini disebabkan :
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
19
a) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut
diare dan /atau muntahnya akan bertambah hebat. Orang
tua hanya sering memberikan teh saja (teh diit)
b) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan
pengenceran dan susu yang encer ini diberikan terlalu
lama.
c) Makanan yang diberikan sering tidak dicerna dan
diabsorpsi dengan baik dengan adanya hiperperistaltik.
5) Gangguan Sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/ disertai muntah, dapat terjadi
gangguan sirkulasi darah berupa renjatan (syok) hipovolemik.
Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah hebat, dapat mengakibatkan perdaraan pada otak,
kesadaran menurun (soporokmateus) dan bila tidak segera
ditolong penderita dapat meninggal.
e. Tanda dan Gejala
1) Diare Akut
a) Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
b) Onset yang tak terduga dari buang air besar yang encer, gas-
gas dalam perut, rasa tidak enak, nyeri peerut
c) Nyeri pada kuadran bawah disertai kram dan bunyi pada
perut
d) Demam
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
20
2) Diare Kronik
a) Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih
panjang
b) Penurunan BB dan nafsu makan
c) Demam indikasi terjadi infeksi
d) Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah
(Yuliana, 2009)
Tabel 2.1 Bentuk Klinis Diare
Diagnose Didasarkan pada keadaan
Diare cair akut - Diare lebih dari 3 kali dalam
sehari berlangsung kurang dari 14
hari
- Tidak mengandung darah
Kolera - Diare air cucian beras yang sering
agak banyak dan cepat
menimbulkan dehidrasi berat, atau
- Diare dengan dehidrasi berat
selama terjadi KLB kolera, atau
- Diare dengan hasil kultur tinja
positif untuk V. Cholera 01 atau
0139
Disentri Diare berdarah (terlihat atau
dilaporkan)
Diare persisten Diare berlangsung selama 14 hari atau
lebih
Diare dengan gizi buruk Diare apapun yang disertai gizi buruk
Diare terkait antibiotika
(Antibiotic Associated
Diarrhea)
Mendapat pengobatan antibiotic
oralpectrum luas
Invaginasi - Dominan lendir dan darah pada
tinja
- Massa Abdominal (abdominal
mass)
- Tangisan keras dan kepucatan
pada bayi
Sumber : Buku saku pelayanan kesehatan anak dirumah sakit hal :133
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
21
Tabel 2.2 Protap Pelayanan Diare
Klasifikasi Tanda-tanda
atau gejala
Pengobatan
Dehidrasi Terdapat 2 atau
lebih tanda
Beri cairan untuk diare dengan
jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan
Berat - Letargis atau
tidak sadar
- Mata cekung
- Tidak bisa
minum atau
malas minum
- Cubitan kulit
perut kembali
sangat lambat
(≥2 detik)
Beri cairan intravena secepatnya. Jika
anak bisa minum, beri oralit melalui
mulut, sementara infus disiapkan.
Beri 100 ml/kgBB cairan RINGER
LAKTAT atau RINGER asetat (atau
jika tidak tersedia, gunakan larutan
NaCl yang dibagi sebagai berikut :
Umur Pemberian
pertama
30 ml/kg
selama
Pemberia
n berikut
70 ml/kg
selama
Bayi
(dibawah
umur 12
bulan)
1 jam 5 jam
Anak (12
bln-5thn)
30 menit 21 2 jam
Dehidrasi
Ringan
atau
sedang
Terdapat 2 atau
lebih tanda :
- Rewel, gelisah
- Mata cekung
- Minum
dengan lahap,
haus
- Cubitan kulit
kembali
dengan lambat
- Beri anak cairan dengan makanan
untuk dehidrasi
- Setelah rehidrasi, nasihati ibu
untuk penanganan dirumah dan
kapan kembali segera memberikan
larutan oralit pada anaknya
Tanpa
Dehidrasi
Tidak terdapat
cukup tanda
untuk
diklasifikasikan
sebagai
dehidrasi ringan
atau berat
- Beri cairan dan makanan untuk
menngani diare dirumah
Sumber : Buku saku pelayanan kesehatan anak dirumah sakit hal : 134
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
22
f. Komplikasi
Kebanyakan penderita diare sembuh tanpa mengalami
komplikasi, tetapi sebagian kecil mengalami komplikasi dari
dehidrasi, kelainan elektrolit atau pengobatan yang diberikan
(Sudaryat, 2007). Komplikasi paling penting (walaupun jarang) :
1) Hipernatremia
2) Hiponatremia
3) Demam
4) Edema/overhidrasi
5) Asidosis
6) Hipokalemia
7) Ileus paralitikus
8) Kejang
9) Intoleransi laktosa
10) Malabsorpso glukosa
11) Muntah
12) Gagal ginjal
g. Pengobatan
Sampai awal tahun 1970-an, pengobatan medis terhadap
dehidrasi yang disebabkan oleh diare adalah :
1) Penggantian cairan secara intravena
2) Mengistirahatkan usus paling sedikit selama 24 jam
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
23
3) Pemberian makanan secara bertahap, mulai dengan makanan
cair yang encer atau susu diencerkan sampai 1 5 . Baru pada hari
ke 3 atau ke 5 penderita mendapat makanan seperti biasanya.
Resep antibiotikan dan antidiare hampir selalu menyertai cara
pengobatan diatas. Pada waktu itu, obat merupakan satu-satunya
harapan para dokter dalam upaya mengobati diare, baik diare
tanpa dehidrasi, maupun diare dengan dehidrasi. Saat ini
Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) menganjurkan empat hal
utama yang efektif dalam menangani anak-anak yang menderita
diare akut, yaitu :
a) Penggatian cairan (rehidrasi), cairan diberikan secara oral
untuk mencegah dehidrasi dan mengatasi dehidrasi yang
sudah terjadi.
b) Pemberian makanan terutama ASI, selama diare dan pada
masa penyembuhan diteruskan.
c) Tidak mengguanakan obat antidiare.
Antibiotika hanya diberikan pada kasus kolera dan disentri
yang disebabkan oleh shigella, sedangkan metronidazole
diberikan pada kasus giardiasis dan amebiasis.
d) Petunjuk yang efektif bagi ibu dan pengasuh tentang :
e) Bagaimana merawat anak yang sakit di rumah, terutama
tentang bagaimana membuat oralit dan cara memberikannya
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
24
f) Tanda-tanda yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk
membawa anak kembali berobat dan mendapat pengawasan
medik yang lebih baik
g) Metoda yang efektif untuk mencegah kejadian diare
h. Pencegahan
1) Menggunakan air bersih yang cukup
Air adalah zat yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Dengan
terpenuhinya kebutuhan ini, maka seluruh proses metabolisme
dalam tubuh manusia bisa berlangsung dengan lancar. Air
yang harus diminum adalah air yang sehat. Ini bisa dilihat dari
aspek fisik, kimia dan mikrobiologi. Secara fisik, air yang sehat
adalah yang jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Lebih detail
lagi, air bisa diminum dengan berbagai syarat secara kimia dan
mikrobiologi. Secara kimia, air sehat adalah yang kadar pH-
nya netral dan kandungan mineral-mineral tertentu ada
batasannya (Rahmawati dkk., 2011).
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan
melalui jalur fekal-oral. Mereka dapat ditularkan dengan
memasukan ke dalam mulut, cairan atau benda tercemar
dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan
yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar.
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
25
2) Mencuci tangan
Kebiasan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan
yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci
tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah
buang air besar, sebelum menyiapkan makanan, sebelum dan
sesudahmakan/jajan, mempunyai dampak dalam kejadian diare.
Untuk mencuci tangan dengan baik dan benar harus
memiliki syarat tertentu seperti menggunakan sabun.
Pentingnya membudayakan cuci tangan memakai sabun
secara baik dan benar didukung oleh data.
Badan Kesehatan Dunia, WHO, yang menunjukkan, setiap
tahun rata-rata 100.000 anak di Indonesia meninggal dunia
karena diare. Sementara itu, data Subdit Diare Departemen
Kesehatan (Depkes) menunjukkan sekitar 300 orang di antara
1.000 penduduk masih terjangkit diare sepanjang tahun.
Penyebab utama diare adalah minimnya perilaku hidup bersih
dan sehat di masyarakat. Salah satunya karena pemahaman
mengenai cara mencuci tangan dengan sabun secara baik
dan benar menggunakan air bersih mengalir. Adapun,
berdasarkan kajian WHO, cuci tangan memakai sabun dapat
mengurangi angka diare hingga 47%. Staf Divisi Kedokteran
Anak Alfred I duPont Hospital for Children Wilmington
Mary L Gavin MD mengatakan bahwa kuman-kuman
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
26
seperti bakteri dan virus dapat berpindah dengan beberapa
cara, terutama saat menyentuh tangan yang kotor atau ketika
mengganti popok bayi (Anonim, 2008).
3) Menggunakan jamban
Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak
dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam
tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini
berbentuk tinja (feces), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil
dari proses pernafasan. Pembuangan kotoran manusia ini
dimaksudkan hanya pembuangan tinja dan urine, yang pada
umumnya disebut latrine (jamban atau kakus). Pencegahan
penyakit diare dan penyakit lain yang ditularkan melalui air
hanya dapat dilakukan dengan penyediaan air bersih,
penggunaan jamban sehat pembuangan limbah cair dan padat
rumah tangga serta peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat
seperti mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar
dan sebelum menjamah makanan serta menyimpan makanan
dalam keadaan tertutup (Depkes, 2014).
Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi
kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan
kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya
pembuangan kotoran manusia harus disuatu tempat tertentu
atau jamban yang sehat. Suatu jamban disebut sehat untuk
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
27
sekolah apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai
berikut:
a) Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban
tersebut.
b) Tidak mengotori air permukaan disekitarnya.
c) Tidak mengotori air tanah disekitarnya.
d) Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan
kecoa dan binatang-binatang lainnya.
e) Tidak menimbulkan bau.
f) Mudah digunakan dan dipelihara.
g) Sederhana desainnya.
h) Murah.
i) Dapat diterima oleh pemakainya.
Penggunaan dibeberapa negara membuktikan bahwa upaya
penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam
penurunan terhadap resiko penyakit diare. Sekolah yang tidak
mempunyai jamban harus membuat dan siswa/siswi harus
buang air besar di jamban.
2. Promosi Kesehatan
a. Definisi Promosi Kesehatan di Sekolah
Promosi kesehatan di sekolah adalah suatu upaya menciptakan
sekolah menjadi komunitas yang mampu meningkatkan derajat
kesehatannya melaui penciptaan lingkungan sekolah yang sehat,
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
28
pemeliharaan dan pelayanan kesehatan di sekolah, dan upaya
pendidikan sekolah yang berkesinambungan (Notoatmodjo, 2012).
Sekolah menempati kedudukan yang strategis dalam upaya
promosi kesehatan, karena sebagian besar anak-anak usia 5-19
tahun terpajan dalam lembaga pendidikan dalam jangka waktu
yang cukup lama (taman kanak-kanak sampai sekolah lanjutan
atas), sekolah mendukung pertumbuhan dan perkembangan
alamiah seorang anak sebab di sekolah anak bisa mempelajari
berbagai bekal kehidupannya kelak. Promosi kesehatan di sekolah
membantu meningkatkan kesehatan siswa, guru dan karyawan,
orang tua serta masyarakat lingkungan sekitar sekolah, sehingga
proses belajar mengajar berlangsung lebih produktif (Notoatmodjo,
2012).
Promosi kesehatan di sekolah, mulai ditempatkan sebagai salah
satu strategi utama promosi kesehatan di periode 1980-an, lebih
dari 125 tahun sejak dirumuskannya model sosial dalam kesehatan
serta peranan negara dalam promosi kesehatan oleh Rudolf
Virchow di Jerman pada Tahun 1848 dan Edwin Chadwick di
Inggris tahun 1842. Chadick menempatkan prinsip-prinsip dasar
tanggung jawab negara terhadap kesehatan masyarakat yang
dituangkan ke dalam Public Health Act 1848 di Inggris (Young,
2005). Rumusan Chadwick ini selaras dengan Deklarasi Ottawa
(1980) yang secara tersirat menyatakan bahwa semua pihak,
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
29
pemerintahan dan masyarakat, termasuk sektor pendidikan
(sekolah) harus terlibat dalam aktivitas promosi kesehatan.
Tingginya permasalahan kesehatan yang terjadi pada anak usia
sekolah membuat promosi kesehatan harus ada di lingkungan
sekolah. Salah satu penyebab timbulnya permasalahan tersebut
adalah kurangnya kesadaran diri untuk tetap hidup sehat dan
bersih, berbagai macam permasalahan kesehatan seperti diare
selalu menjadi permasalahan yang terus berkembang setiap
waktunya (Leger, 2005).
Hasil penelitian Dignan & Carr (1992), menyatakan bahwa
pengendalian penyakit diare dapat dilakukan dengan pemeliharaan
sanitasi lingkungan dan promosi kesehatan. Salah satu usaha untuk
mengendalikan penyakit diare adalah dengan melakukan promosi
kesehatan yaitu segala usaha yang dilakukan yang dapat
berpengaruh terhadap peningkatan kesehatan. Kegiatan promosi
kesehatan dapat berupa pendidikan, perubahan lingkungan yang
menudukung peningkatan kesehatan, legislasi ataupun perubahan
pada norma-norma sosial. Promosi kesehatan untuk mengendalikan
kejadian diare perlu dilakukan karena untuk mencegah
bertambahnya angka kejadian maka perlu ada suatu tindakan yang
berguna sebagai pertahanan.
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
30
b. Tujuan Promosi Kesehatan
Menurut Green dan Kreuter (2005) tujuan promosi
kesehatan terdiri dari tiga tingkatan, yaitu :
1) Tujuan Program (Program Objective)
Merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam
waktu periode tertentu yang berhubungan dengan status
kesehatan. Bila ditinjau dari kerangka precende. Proceed
tujuan program merupakan refleksi dari fase sosial dan
epidemologi. Oleh sebab itu, tujuan program sering pula
disebut sebagai tujuan jangka panjang.
2) Tujuan Pendidikan (Educational Objective)
Merupakan deskripsi yang akan dicapai yang dapat mengatasi
masalah kesehatan, yang merupakan refleksi dari fase perilaku
dan lingkungan (Green dan Kreuter, 2005). Oleh sebab itu,
tujuan pendidikan sering pula disebut sebagai tujuan jangka
menengah.
3) Tujuan Perilaku (Behavioral Objective)
Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus dicapai
agar tercapai perilaku yang diinginkan, yang bila dilihat dari
kerangka precende. Proceed merupakan refleksi dari fase
pendidikan dan organisasional. Oleh sebab itu, tujuan perilaku
sering pula disebut sebagai tujuan jangka pendek.
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
31
WHO (2003) menyederhanakan tujuan program promosi
kesehatan di sekolah menjadi dua yang terdiri dari:
a) Tujuan umum (goal), yang merupakan pernyataan tentang
status kesehatan yang akan dicapai di akhir program yang
dilaksanakan selama periode waktu tertentu dan
b) Tujuan khusus (objective) yang merupakan pernyataan
tentang pengetahuan, sikap dan perilaku atau keterampilan
tertentu yang dapat mengatasi masalah kesehatan yang ada.
Tujuan khusus merupakan gabungan dari tujuan pendidikan
dan tujuan perilaku dari tingkatan (Green dan Kreuter,
2005).
c. Metode dan Teknik Promosi Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2012), metode dan teknik promosi
kesehatan adalah cara dan dengan alat bantu atau teknologi di
mana promosi kesehatan akan dilaksanakan untuk menjangkau
sasaran tersebut. Penggunaan metode dan alat bantu dalam
pelaksanaan promosi kesehatan biasanya tergantung dari besar
kecilnya kelompok sasaran, pada umumnya dibedakan menjadi:
1) Sasaran individu, biasanya menggunakan metode konseling
dengan menggunakan alat bantu yang diperlukan, misalnya
lembar balik.
2) Sasaran kelompok (kelompok kecil dan kelompok besar), pada
umumnya menggunakan metode ceramah, dibantu dengan
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
32
slide, video atau film. Sedangkan khusus untuk kelompok
kecil, disamping menggunakan metode ceramah, juga dapat
menggunakan metode diskusi kelompok dan brainstorming
(curah pendapat) dengan menggunakan alat bantu : slide,
video, lembar balik dan sebagainya
3) Sasaran kelompok khalayak ramai (massa), biasanya tidak
menggunakan metode langsung, tetapi menggunakan metode
tidak langsung, misalnya melalui bincang-bincang (talk show)
atau diskusi panel di televisi atau radio, penyebaran leaflet atau
flyer, poster, spanduk, umbul-umbul dan sebagainya
d. Materi Promosi Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2012), bahan-bahan/materi atau
informasi-informasi yang disampaikan kepada masyarakat atau
sasaran melalui kegiatan promosi kesehatan adalah semua
informasi yang dapat menstimulasikan perilaku hidup sehat, antara
lain:
1) Penyakit-penyakit menular
Yang mencakup tanda-tanda penyakit, cara penularan, cara
pencegahan, pertolongan pertama kasus dan sebagainya
2) Penyakit-penyakit tidak menular yang mencakup tanda-tanda
penyakit, cara pencegahannya, penyebab penyakit, cara
mencegah komplikasi dan sebagainya.
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
33
3) Imunisasi
4) Gizi makanan
5) Kebersihan diri sendiri (personal hygiene)
6) Kesehatan lingkungan
7) Hal-hal yang terkait dengan masalah kesehatan pada kelompok
masyarakat tertentu, seperti ibu hamil, ibu meyusui, anak
balita, remaja dan sebagainya
e. Tempat atau Tatanan Promosi Kesehatan
Tempat atau tatanan dimana promosi kesehatan dilaksanakan
juga sangat bergantung pada sasaran, apakah masyarakat umum
atau kelompok-kelompok khusus. Namun secara garis besarnya,
tatanan atau tempat promosi kesehatan dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1) Di tatanan rumah tangga.
2) Di tatanan institusi pelayanan kesehatan, misalnya: Puskesmas,
Rumah sakit, Poliklinik (Balai Pengobatan), Rumah bersalin
dan sebagainya.
3) Di sekolah.
4) Di tempat kerja.
5) Di tempat-tempat umum (terminal, pasar, bandara, panti pijat,
stasiun kereta api, mall dan sebagainya).
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
34
f. Sasaran Promosi Kesehatan
Sasaran promosi kesehatan adalah masyarkat yang sangat
heterogen, baik dilihat dari kelompok umur, latar belakang etnis
dan sosio budaya, latar belakang ekonomi, latar belakang
pendidikan dan sebagainya. Dalam pelaksanaan promosi
kesehatan, biasanya sasaran promosi kesehatan ini dikelompokkan
menjadi tiga, yakni sasaran primer, sekunder dan tersier
(Notoatmodjo, 2012).
1) Sasaran primer
Masyarakat umum, yang memiliki latar belakang yang
heterogen, seperti yang disebutkan diatas, merupakan sasaran
primer dalam pelaksanaan promosi kesehatan. Akan tetapi
dalam praktik promosi kesehatan, sasaran kelompok primer ini
dikelompokkan menjadi kelompok kepala keluarga, ibu hamil,
ibu menyusui, ibu dan anak balita, anak sekolah, remaja,
pekerja di tempat kerja, masyarakat di tempat-tempat umum,
dan sebagainya.
2) Sasaran sekunder
Tokoh masyarakat setempat (formal, maupun informal)dapat
digunakan sebagai jembatan untuk mengefektifkan pelaksanaan
promosi kesehatan terhadap masyarakat (sasaran primer).
Tokoh masyarakat merupakan totkoh panutan bagi
masyarakatnya. Perilakunya selalu sebagai acuan bagi
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
35
masyarakat disekitarnya. Oleh sebab itu, tokoh masyarakat
dapat dijadikan sasaran sekunder dengan cara memeberikan
kemampuan untuk menyampaikan pesan-pesan bagi
masyarakat, disamping merekan sendiri dapat menjadi contoh
perilaku sehat bagi masyarakat di sekelilingnya .
3) Sasaran tersier
Seperti telah disebutkan diatas bahwa masyarakat memerlukan
faktor pemungkin (enabling) untuk berperilaku sehat, yakni
sasaran dan prasarana untuk terwujudnya perilaku tersebut.
Namun, untuk pengadaan sarana dan prasarana guna
berperilaku sehat ini seringkali masyarakat sendiri tidak
mampu. Oleh karena itu perlu dukungan dari penentu atau
pembuat keputusan di tingkat lokal, utamanya, misalnya lurah,
camat, bupati, pejabat pemerintahan setempat. Misalnya di
daerah yang kekurangan air bersih, padahal masyarakatnya
tidak mampu mengadakan sarana air bersih. Oleh sebab itu,
kegiatan promosi kesehatan dapat menjadikan para pejabat
setempat ini sebagai sarana tersier. Caranya misalnya, bupati
atau camat dapat menganggarkan melaui APBGD untuk
pembangunan sarana air bersih tersebut.
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
36
g. Penyelenggaraan Promosi Kesehatan di Sekolah
1) Pembahasan isu-isu kesehatan melalui kurikulum yang ada,
misalnya biologi, ekonomi, pendidikan jasmani, kesehatan,
seperti ilmu pengetahuan sosial.
2) Mengembangkan keterampilan guru, siswa, maupun karyawan,
dalam berinteraksi dengan orang tua dan masyarakat,
berinteraksi dengan lingkungan sekitar sekolah, serta kepada
berbagai pihak yang memberikan pelayanan kepada sekolah,
misalnya penyedia kantin dan jasa boga.
3) Melaksanakan upaya promosi kesehatan untuk menskrining
dan mencagah penyakit serta membekali siswa dengan
pedoman untuk berperilaku sehat.
Ketiga aktivitas tersebut dapat dituangkan menjadi beberapa
kegiatan, diantaranya pendidikan kesehatan di sekolah,
lingkungan sekolah sehat, program pendidikan jasmani dan
kesehatan, program makanan sehat, serta kemitraan sekolah,
orang tua dan masyarakat untuk meningkatkan kesehatn
sekolah dan anak didik (Kolbe, 2005).
Promosi kesehatan diselenggarakan melalui lima tahap (Marita
dkk, 2002), yang merupakan kombinasi intervensi dan riset.
Kombinasi ini dipergunakan guna memperoleh bukti empirik,
yang secara teoretik memungkinkan terjadinya daya ungkit
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
37
terhadap perubahan perilaku sasaran.Lima tahapan tersebut,
yakni :
a) Mempersiapkan metode pengukur yang cocok.
b) Melakukan penelitian deskriptif.
c) Intervensi yang tepat.
d) Menyampaikan/menyebarluaskan hasil intervensi.
e) Adopsi.
3. Personal Hygiene
a. Pengertian
Menurut Hidayat (2008), perawatan diri atau kebersihan
diri (personal hygiene) merupakan perawatan diri sendiri yaang
dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik
maupun psikologis. Personal hygiene berasal dari bahasaYunani
yang berarti Personal yang artinya perorangan dan hygiene yang
artinya sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan untuk kesejahteraan fisik
dan psikis (Wartonah, 2006).
Menurut Ananto (2006) bahwa memeilihara kebersihan
dan kesehatan pribadi adalah salah satu upaya pendidikan
kesehatan yang diberikan kepada peserta didik di sekolah atau
madrasah dan di rumah. Melalui peningkatan kebersihan dan
kesehatan pribadi, kesehatannya akan menjadi lebih baik.
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
38
Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia
untuk memelihara kesehatan mereka. Pemeliharaan higiene
perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanaan,
dan kesehatan. Praktek hygiene sama dengan meningkatkan
kesehatan (Perry dan Potter, 2005).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sanusi (2011),
menyatakan bahwa salah satu permasalahan yang dapat timbul
akibat kurangnya menjaga kebersihan diri adalah penyakit diare.
Penyakit diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan juga
dipengaruhi oleh keadaan kebersihan baik perorangan (personal
hygiene) maupun kebersihan lingkungan, sanitasi yang baik dan
memenuhi syarat kesehatan serta didukung oleh personal hygiene
yang baik akan dapat mengurangi resiko munculnya suatu penyakit
termasuk diantaranya penyakit diare. Personal hygiene dan sanitasi
lingkungan sekolah yang baik dapat terwujud apabila didukung
oleh perilaku murid sekolah yang baik atau perilaku yang
mendukung terhadap program-program pembangunan kesehatan
termasuk pemberantasan dan program penanggulangan penyakit
diare.
b. Tujuan perawatan personal hygiene
Menurut Wartonah (2006), bertujuan untuk:
1) Meningkatkan derajat kesehatan seseorang .
2) Memelihara kebersihan diri seseorang.
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
39
3) Memperbaiki personal hygiene yang kurang.
4) Meningkatkan percaya diri seseorang.
5) Mencegah penyakit.
6) Menciptakan keindahan.
c. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene
Menurut Wartonah (2006) bahwa dampak yang bisa timbul
adalah:
1.) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang
karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan
baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan
integritas kulit. Gangguan mukosa mulut, gangguan pada
mata dan telinga, gangguan pada kuku.
2.) Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubunagan dengan personal hygiene
adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan harga
diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
Menurut hidayat (2008), pemenuhan perawatan diri di
pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya budaya, nilai sosial
pada individu atau keluarga, pengetahuan terhadap perawatan
diri, serta persepsi terhadap perawatan diri. Faktor-faktor yang
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
40
mempengaruhi seseorang melakukan personal hygiene (Perry dan
Potter, 2005), yaitu :
1) Citra tubuh
Penampilan umum pasien dapat menggambarkan pentingnya
higiene pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep
subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh
ini dapat sering berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara
mempertahankan hygiene. Citra tubuh dapat berubah akibat
adanya pembedahan atau penyakit fisik maka harus membuat
suatu usaha ekstra untuk meningkatkan higiene.
2) Praktik sosial
Kelompok-kelompok sosial wadah seseorang pasien
berhubungan dapat mempengaruhi praktik higiene pribadi.
Selama masa kanak-kanak, kanak-kanak mendapatkan praktik
hygiene dari orang tua mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah
orang dirumah dan ketersediaan air panas dan atau air
mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang
mempengaruhi perawatan kebersihan.
3) Status sosio ekonomi
Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan
tingkat praktik kebersihan yang dilakukan. Apakah dapat
menyediakan bahan-bahan yang penting seperti deodoran,
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
41
sampo, pasta gigi dan kosmestik (alat-alat yang membantu
dalam memelihara higiene dalam lingkungan rumah).
4) Pengetahuan
Pengetahuan tentang pentingnya higiene dan implikasinya
bagi kesehatan mempengaruhi praktik higiene. Kendati
demikian, pengetahuan itu sendiri tidak cukup, harus
termotivasi untuk memelihara perawatan diri.
5) Kebudayaan
Kepercayaan kebudayaan pasien dan nilai pribadi
mempengaruhi perawatan higiene. Orang dari latar
kebudayaan yang berbeda mengikuti praktek perawatan diri
yang berbeda.
6) Pilihan pribadi
Kebebasan individu untuk memilih waktu untuk perawatan
diri, memilih produk yang ingin digunakan dan memilih
bagaimana cara melakukan higiene.
7) Kondisi fisik
Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri
berkurang sehingga perlu bantuan untuk melakukan perawatan
diri.
Menurut Notoatmodjo (2007), teori yang mempengaruhi perilaku,
khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
42
lain teori Lawrence Green (1980). Menurut Lewrence Green
dalam perilaku kesehatan di pengaruhi oleh tiga faktor yaitu :
1) Faktor predisposisi
Termasuk di dalamnya adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan,
tradisi, nilai budaya atau norma yang diyakini seseorang
2) Faktor pendukung
Yaitu faktor lingkungan yang memfasilitasi perilaku seseorang.
Faktor pendukung di sini adalah ketersediaan sumber-sumber
atau fasilitas. Misalnya puskesmas, obat-obatan, alat- alat
kontrasepsi, jamban, air bersih dan sebagainya
3) Faktor pendorong atau penguat
Faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan
memeperoleh dukungan atau tidak. Faktor ini terwujud
dalam sikap dan perilaku. Perilaku orang lain yang
berpengaruh (tokoh masyarakat, tokoh agama, guru, orang tua,
petugas kesehatan, keluarga, pemegang kekuasaan) yang dapat
menjadi pendorong seseorang untuk berperilaku.
e. Jenis personal hygiene
Jenis perawatan diri, menurut Hidayat (2008) :
1) Perawatan diri pada kulit
Kulit merupakan salah satu bagian pentingdari tubuh yang
dapat melindungi tubuh dari berbagai kuman atau trauma,
sehingga diperlukan perawatan yang adekuat (cukup) dalam
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
43
mempertahankan fungsinya. Kulit secara umum mempunyai
berbagai fungsi, diantaranya:
a) Melindungi tubuh dari masuknya berbagai kuman atau
trauma jaringan bagian dalam yang juga dapat menjaga
keutuhan kulit.
b) Mengatur keseimbangan suhu tubuh dan membantu
produksi keringat serta penguapan.
c) Sebagai alat peraba yang dapat membantu tubuh
menerima rangsangan dari luar melalui rasa sakit,
sentuhan, tekanan atau suhu.
d) Sebagai alat ekskresi keringat melalui pengeluaran air,
garam dan nitrogen.
e) Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit yang
bertugas mencegah pengeluaran cairan tubuh secara
berlebihan.
f) Memproduksi dan menyerap vitamin D sebagai
penghubung atau pemberi vitamin D dari sinar ultraviolet
matahari (Hidayat, 2008).
Hal yang dilakukan untuk perawatan kulit yaitu dengan
melakukan mandi. Mandi bermanfaat untuk menghilangkan
atau membersihkan bau badan, keringat dan sel yang mati,
serta merangsang sirkulasi darah dan membuat rasa nyaman.
Mandi menggunakan sabun mandi secara rutin minimal 2 kali
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
44
sehari (bila perlu lakukan lebih sering bila kerja di tempat
kotor atau banyak berkeringat). Hindari penggunaan pakaian,
handuk, selimut, sabun mandi, dan sarung secara berjamaah.
Hindari penggunaan pakaian yang lembab/basah (karena
keringat/sebablain). Gunakan obat anti jamur kulit (bila perlu).
Mengganti pakaian dengan teratur. Minimal 1x sehari atau
setelah mandi. Biasakan mengganti pakaian sesampainya di
rumah setelah pulang sekolah atau bepergian karena pakaian
dan keringat akan menempel pada pakaian setelah di pakai
beraktivitas (Haince, 2012).
2) Perawatan diri pada kuku, kaki dan tangan.
Menjaga kebersihan kuku merupakan salah satu aspek
penting dalam mempertahankan perawatan diri karena
kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui kuku (Hidayat,
2008). Oleh karena itu, Potong kuku 1x/mg atau saat terlihat
panjang (gunakan pemotong kuku dan setelah dipotong ujung
kuku dihaluskan/dikikir) (Haince, 2012). Masalah kuku kaki
dan tangan sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan
dihasilkan karena perawatan yang salah atau kurang terhadap
kaki dan tangan,seperti menggigit kuku dan pemotongan yang
tidak tepat dan pemakaian sepatu yang tidak pas (Potter, 2006).
Bersihkan tangan dan kaki sehari minimal 2x/hr atau setiap
kotor. Mencuci tangan menggunakan sabun dan air bersih
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
45
mengalir. Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh
kuman, karena tanpa sabun, kotoran dan kuman masih
tertinggal ditangan. Oleh karena itu biasakan cuci tangan
dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun agar
tangan bersih dan sehat. Saat harus cuci tangan yaitu setiap
tangan kita kotor (setelah memegang uang, memegang
binatang, berkebun), setelah buang air besar atau buang air
kecil, sebelum makan dan sebelum memegang makanan. Untuk
menjaga kebersihan dan kesehatan pada kaki, gunakan alas
kaki yang lembut, aman dan nyaman. Jenis alas kaki yang
dipakai dapat mempengaruhi masalah kaki dan kuku. Sepatu
yang sempit atau kurang pas dapat mnyebabkan luka kulit
tertentu dan mengganggu sirkulasi kaki. Menjaga kebersihan
sepatu itu juga sangat penting. Begitu kaki berkeringat,
keringatnya akan menempel ke sepatunya, sehingga menjadi
tempat tumbuhnya bakteri yang bisa menyebabkan penyakit-
penyakit di kaki. Segera setelah pulang sekolah dan tiba
di rumah, bukalah sepatunya terlebih dahulu. Kemudian untuk
menjaga sepatunya tetap bersih dengan cara mencuci,
menyikat dan menyemirnya. Usai beraktivitas ajarkan anak
untuk mencuci kakinya dan mengeringkannya dengan baik.
Cuci kaki dengan baik ketika mandi atau sebelum pergi
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
46
tidur. Keringkan dengan baik menggunakan handuk bersih.
(Haince, 2012).
3) Perawatan diri pada rambut
Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi
sebagai proteksi serta pengatur suhu, melalui rambut
perubahan status kesehatan diri dapat diidentifikasi (Hidayat,
2008). Rambut yang bersih tak hanya menghindarkan aroma
tak sedap, tetapi juga menghindari gangguan pada kulit kepala
seperti ketombe, mudah rontok atau bahkan kutu rambut.
Rambut barmanfaat mencegah infeksi daerah kepala.
Kebersihan rambut bisa membantu melancarkan sirkulasi darah
pada kulit kepala. Rambut yang bersih juga membantu
mengurangi stres dan membantu jaringan metabolisme agar
tetap tumbuh dan berkembang secara normal. Kutu rambut pun
tidak diberi kesempatan untuk hidup. Karena itu, ajarkan
anak untuk keramas secara teratur minimal membersihkan
rambut dua kali dalam seminggu, atau setelah berolah raga atau
banyak mengeluarkan keringat, keramas dengan menggunakan
shampoo, agar kebersihan rambut dan kulit kepala terjaga.
Samphoo berfungsi membersihkan rambut juga untuk
memberikan beberapa vitamin bagi rambut sehingga rambut
subur dan berkilau. Selain itu untuk menjaga kebersihan
rambut jangan lupa juga menjaga kebersihan sisir yang
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
47
dipakai. Membersihkan sisir bisa bersamaaan saat kita keramas
(Haince, 2012). Penyisiran pada rambut juga sangat penting,
karena dapat mencegah rambut menjadi kusut dan dapat
membentuk gaya rambut. Rambut dan kulit kepala mempunyai
kecenderungan kering, maka diperlukan penyisiran sehari-hari
agar tidak kusut (Perry dan Potter, 2006).
4) Kebersihan mulut dan gigi.
Hygiene mulut membantu mempertahankan status kesehatan
mulut, gigi, gusi dan bibir. Hygiene mulut yang lengkap
memberikan rasa sehat dan selanjutnya menstimulasi nafsu
makan (Perry dan Potter, 2006). Gigi dan mulut adalah
bagian penting yang harus dipertahankan kebersihannya,
sebab melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk. Tujuan
dari menjaga kebersihan mulut dan gigi adalah supaya gigi
bersih dan tidak berlubang, mulut tidak berbau, lidah bersih,
gusi tidak bengkak, bibir tidak pecah-pecah. Sehingga
menyikat gigi bertujuan untuk menghilangkan plak yang
dapat menyebabkan gigi berlubang (Caries) dan
menyebabkan sakit gigi (Hidayat, 2008). Pentingnya menyikat
gigi, agar gigi tetap dalam kondisi baik hingga usia
dewasa. Menggosok gigi secara benar dan teratur, sedikitnya 4
kali sehari, dianjurkan setiap selesai makan dan sebelum tidur.
Menggosok gigi menggunakan sikat gigi sendiri. Sikat gigi
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
48
harus diganti setiap 3 bulan sekali (Perry dan Potter, 2006).
Selain itu, yang penting diketahui adalah jenis makanan
yang dapat merusak gigi dan membiasakannya untuk
mengonsumsi makanan yang lebih sehat. Ajak anak untuk
menghindari makan/minum yang terlalu panas/dingin dan
yang terlalu asam. Anak harus banyak mengonsumsi makanan
bergizi. Orang tua perlu juga membawa anak untuk
memeriksakan kesehatan gigi dan mulut secara rutin kurang
lebih 6 bulan sekali ke puskesmas atau ke dokter gigi. Jika
merasa gigi nyilu/sakit segera berobat ke puskesmas atau
dokter gigi (Haince, 2012).
5) Kebersihan diri pada mata
Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan
untuk mata karena secara terus menerus dibersihkan oleh
air mata dan kelopak mata dan bulu mata mencegah
masuknya partikel asing. Seseorang hanya memerlukan untuk
memindahkan sekresi kering yang berkumpul pada kantus
sebelah dalam atau bulu mata. Pembersihan mata biasanya
dilakukan selama mandi dan melibatkan pembersihan
dengan waslap pembersih yang dilembabkan kedalam air.
Bersihkan daerah mata dari arah luar ke dalam (bersihkan
kotoran mata yang menempel pada sudut kelopak mata) (Perry
dan Potter, 2006).
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
49
6) Kebersihan telinga dan hidung.
Hygiene telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman
pendengaran bila subtansi lilin atau benda asing berkumpul
pada kanal telinga luar, yang mengganggu konduksi suara.
Hidung memberikan indera penciuman tetapi juga memantau
temperatur dan kelembapan udara yang dihirup serta
mencegah masuknya partikel asing kedalam sistem pernafasan
(Perry dan Potter, 2006). Bersihkan telinga secara rutin
(1x/1-2 mg) lakukan dengan hati-hati menggunakan alat
yang bersih dan aman. Daun telinga dibersihkan waktu
mandi kemudian dikeringkan dengan handuk atau kapas
bersih (Hidayat, 2008). Tidak di perbolehkan menggunakan
alat yang tajam seperti peniti untuk membersihkan serumen
yang ada pada telinga, hidung juga menggunakan kapas,
sapu tangan atau tisue yang bersih. Biasanya mengangkat
sekresi hidung secara lembut dengan membersihkan kedalam
dengan tisu lembut. Hal ini menjadi hygiene harian yang
diperlukan (Perry dan Potter, 2006). Jika terdapat keluhan
dengan telinga atau hidung segera periksa ke
Puskesmas/dokter (Haince, 2012).
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
50
4. Cuci Tangan
a. Definisi Mencuci Tangan
Mencuci tangan adalah membersihkan tangan dari segala
kotoran, dimulai dari ujung jari sampai siku dan lengan dengan
cara tertentu sesuai kebutuhan (Subroto, 1987). Perilaku mencuci
tangan atau dikenal sebagai cuci tangan adalah salah satu bentuk
kebersihan diri yang penting. Selain itu mencuci tangan juga dapat
diartikan menggosok dengan sabun secara bersama seluruh kulit
permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang kemudian dibilas
di bawah air yang mengalir (Perry dan Potter, 2005). Cuci tangan
menggunakan air saja tidaklah cukup untuk melindungi seseorang
dari kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan. Dari
berbagai riset, resiko penularan penyakit dapat berkurang dengan
adanya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, perilaku
kebersihan,seperti cuci tangan pakai sabun. Fewtrell (2005)
perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan intervensi kesehatan
yang paling murah dan efektif dibandingkan dengan intervensi
kesehatan dengan cara lain.
Mencuci tangan pakai sabun yang tepat dapat mengurangi
resiko diare, flu burung, pneumonia dan yang lain. Sangat efektif
untuk mencegah penyakit-penyakit tersebut. Mencuci tangan pakai
sabun dapat mengurangi resiko diare pada anak (Siswanto, 2009).
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
51
Sedangkan berdasarkan kajian WHO, cuci tangan memakai sabun
dapat mengurangi angka diare hingga 47% (Lily, 2007).
Penelitian lain di Pakistan menemukan bahwa mencuci
tangan menggunakan sabun mengurangi infeksi saluran pernafasan
yang berkaitan dengan pneumonia pada anak-anak balita hingga
lebih dari 50%. Bukti-bukti telah ditemukan bahwa praktek-
praktek menjaga kesehatan dan kebersihan seperti mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan, buang air kecil atau besar dapat
mengurangi tingkat infeksi hingga 25% (Suryani, 2009).
b. Tujuan Mencuci Tangan
Tujuan mencuci tangan adalah untuk menghilangkan
mikroorganisme sementara yang mungkin ditularkan ke orang lain
dan mencuci tangan merupakan tindakan yang paling efektif untuk
mencegah dan mengendalikan adanya infeksi nosokomial (Kozier
dan Erb’s, 2009). Cuci tangan menggunakan sabun, bagi sebagian
besar masyarakat sudah menjadi kegiatan rutin sehari-hari, tapi
bagi sebagian masyarakat lainnya, cuci tangan menggunakan sabun
belum menjadi kegiatan rutin, terutama bagi anak-anak. Cuci
tangan menggunakan sabun dapat menghilangkan sejumlah besar
virus dan bakteri yang menjadi penyebab berbagai penyakit,
terutama penyakit yang menyerang saluran cerna, seperti diare dan
penyakit infeksi saluran nafas akut (Tietjen, 2004). Menurut Yatim
(2001) tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu mengangkat
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
52
mikroorganisme yang ada di tangan, mencegah infeksi silang cross
infection, menjaga kondisi steril, melindungi diri dan pasien dari
infeksi dan memberikan perasaan segar dan bersih
c. Manfaat Mencuci Tangan
Mencuci tangan merupakan satu teknik yang paling mendasar
untuk menghindari masuknya kuman kedalam tubuh. Dimana
tindakan ini dilakukan dengan manfaat:
1) Supaya tangan bersih.
2) Membasmi tangan dari kuman dan mikroorganisme.
3) Mencegah penularan penyakit.
Menurut Hidayat (2005), mencuci tangan bertujuan untuk:
1) Mencegah terjadinya infeksi melalui tangan.
2) Membantu menghilangkan mikroorganisme yang ada di kulit
atau tangan.
d. Akibat Tidak Mencuci Tangan
Menurut Hidayat (2005), mencuci tangan harus dilakukan
dengan benar agar mendapat manfaat yang baik selain itu ada
akibat yang dapat timbul tidak melakukan cuci tangan secara baik
dan bersih seperti timbulnya penyakit. Beberapa akibat yang
timbul apabila tidak mencuci tangan dengan bersih :
1) Demam Typoid
Penyebab penyakit ini adalah Bakteri Salmonella Typhi A, B
atau C. Kuman ini hidup di air kotor, makanan yang tercemar
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
53
dan lingkungan kotor lainnya. penyakit ini menginfeksi pada
usus halus dan terkadang pada aliran darah, selain ini dapat
juga menyebabkan Gastroenteritis (keracunan makanan) dan
Septikemia (keracunan darah / Blood Poisoning).
2) Diare
Sekitar 30 penelitian terkait menemukan bahwa cuci tangan
dengan sabun dapat menurunkan angka penderita diare hingga
separuhnya. Tingkat kefektifan mencuci tangan dengan sabun
dalam penurunan angka penderita diare adalah 44%.
3) ISPA
Bukti-bukti telah ditemukan bahwa dengan mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan, buang air besar, buang air kecil
dapat mengurangi tingkat infeksi hingga 25 %. Penelitian di
Pakistan menemukan bahwa mencuci tangan dengan sabun
mengurangi infeksi saluran pernapasan yang berkaitan
dengan pnemonia (radang paru-paru) pada anak-anak balita
hingga lebih dari 50 %.
4) Infeksi Cacing
Infeksi mata dan penyakit kulit. Penelitian membuktikan bahwa
penggunaan sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian
penyakit kulit, infeksi mata seperti trakoma dan cacingan
khususnya untuk ascariasis dan trichuriasis.
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
54
5) Hepatitis A
Penularan terjadi ketika seseorang yang terinfeksi virus ini
tidak mencuci tangan dengan benar setelah menggunakan
kamar mandi kemudian ia mengolah makanan yang dikonsumsi
oleh orang lain.
e. Jenis-Jenis Mencuci Tangan
Kegiatan mencuci tangan dibagi menjadi tiga yaitu: cuci
tangan bersih, cuci tangan aseptik dan cuci tangan steril (Perry dan
Potter, 2005):
1) Cuci Tangan Bersih
Mencuci tangan bersih adalah membersihkan tangan dengan
sabun dan air bersih yang mengalir atau yang disiramkan.
Waktu yang penting cuci tangan bersih dengan sabun adalah
sebelum makan dan sesudah makan, setelah dari toilet (setelah
buang air kecil dan buang air besar), sebelum mengobati luka,
sebelum melakukan kegiatan apapun yang memasukkan jari-
jari ke dalam mulut dan mata, setelah bermain dan olahraga,
setelah mengusap hidung atau bersin ditangan, setelah buang
sampah, setelah menyentuh hewan/unggas termasuk hewan
peliharaan (Perry dan Potter, 2005). WHO (2009)
mengeluarkan regulasi tentang peraturan mencuci tangan baik
pada kalangan medis maupun kalangan umum (perseorangan).
Prosedur dalam melakukan kegiatan mencuci tangan bersih
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
55
juga telah diatur jelas. Prosedur cuci tangan bersih dengan
sabun adalah sebagai berikut:
a) Basahi kedua tangan dengan air mengalir.
b) Gunakan sabun cair/batangan pada seluruh permukaan
tangan.
c) Gosok kedua telapak tangan hingga timbul busa pada
seluruh permukaan tangan.
d) Telapak tangan kanan di atas punggung kiri dengan jari
menyilang dan sebaliknya.
e) Gosok telapak tangan kanan dan kiri dengan jari menyilang
dengan jari saling bertautan, putar/gosok kedua telapak
tangan.
f) Gosok jempol kiri dengan arah memutar (rotasi) dengan
tangan kanan menggenggam jempol tangan kiri dan
sebaliknya gosok dengan arah memutar.
g) Jari-jari tangan kanan menggenggam di telapak tangan kiri
dan sebaliknya.
h) Bilas dengan air bersih mengalir.
i) Keringkan tangan dengan handuk/tissue sekali pakai, dan
tutup kran air.
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
56
Gambar 2.0 Teknik Cuci Tangan Bersih
Sumber: Rahman (2014)
2) Cuci Tangan Aseptik
Mencuci tangan aseptik adalah mencuci tangan yang dilakukan
sebelum tindakan aseptik pada pasien dengan menggunakan
larutan antiseptik. Mencuci tangan dengan larutan antiseptik,
khususnya bagi petugas yang berhubungan dengan pasien yang
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
57
mempunyai penyakit menular atau sebelum melakukan
tindakan bedah aseptik dengan antiseptik dan sikat steril.
Prosedur mencuci tangan aseptik sama dengan persiapan dan
prosedur pada cuci tangan higienis atau cuci tangan bersih,
hanya saja bahan deterjen atau sabun diganti dengan antiseptik
dan setelah mencuci tangan tidak boleh menyentuh bahan
yang tidak steril (Kozier, et al, 2009).
3) Cuci Tangan Steril
Teknik mencuci tangan steril adalah mencuci tangan secara
steril (suci hama), khususnya bila akan membantu tindakan
pembedahan atau operasi. Peralatan yang dibutuhkan untuk
mencuci tangan steril adalah menyediakan bak cuci tangan
dengan pedal kaki atau pengontrol lutut, sabun antimikrobial
(tidak iritatif, spektrum luas, kerja cepat), sikat scrub bedah
dengan pembersih kuku dari plastik, masker kertas dan topi
atau penutup kepala, handuk steril, pakaian di ruang scrub dan
pelindung mata, penutup sepatu (Kozier, et al, 2009). Prosedur
mencuci tangan steril berbeda dengan mencuci tangan bersih
dan aseptik. Perbedaannya terletak pada frekuensi cuci tangan
dan peralatan sikat untuk menggosok kuku. Mencuci tangan
steril dilakukan sebanyak dua kali cuci tangan baru kemudian
dikeringkan oleh handuk sekali pakai.
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
58
f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Cuci Tangan
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2004) perilaku cuci tangan
dipengaruhi oleh :
1) Citra diri
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan dirinya. Misalnya karena ada perubahan fisik
sehingga individu tidak peduli terhadap kesehatan.
2) Praktik sosial
Pada anak-anak yang selalu dimanja dalam kebersihan diri,
maka akan terjadi perubahan pola cuci tangan.
3) Status sosial ekonomi
Mencuci tangan memerlukan alat dan bahan seperti sabun,
laptangan atau tisu kering dan semuanya memerlukan uang
untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan cuci tangan sangat penting. Karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Biasanya
pengetahuan tersebut diperoleh dari anak di lingkungan sekolah
terutama dari peran guru, pada dasarnya guru memiliki peran
yang penting dalam memberikan pengetahuan dan informasi
yang terkait dengan cara menjaga kesehatan dalam kehidupan
sehari-hari.
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
59
5) Kebiasaan seseorang
Adanya kebiasaan untuk tidak cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan aktifitas sedari kecil akan terbawa sampai
dewasa.
6) Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh orang tua memiliki peran yang cukup penting dalam
pembentukan pola perilaku anak dalam menjaga kebersihan
diri hal ini akan menuntut orang tua untuk bisa berperan
sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari.
5. Pola Asuh Orang Tua
a. Definisi
Pola asuh orang tua adalah sikap atau perilaku orang tua
dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Perilaku yang bersifat
relatif dan konsisten dari waktu ke waktu. Banyak ahli mengatakan
pengasuhan anak adalah bagian penting dan mendasar. Pada
dasarnya pola asuh dapat diartikan seluruh cara perlakuan orang
tua yang diterapkan pada anak. Perlakuan yang dilakukan orang tua
antara lain mendidik, membimbing, serta mengajarkan tingkah
laku yang umum dilakukan di masyarakat (Suwono, 2008).
Mengasuh anak dapat menjadi sesuatu yang menantang,
tetapi membutuhkan waktu dan energi ekstra, serta strategi-strategi
baru untuk mengasuh anak yang sulit dikendalikan secara efektif.
Belajar cara-cara baru mengasuh anak mungkin sulit dilakukan,
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
60
tetapi orang tua harus berusaha mencurahkan usaha untuk
mengurus anak (Drew, 2006).
Setiap upaya yang dilakukan dalam mendidik anak,
menurut Amaliya (2006) mutlak didahului oleh tampilnya orang
tua dalam mengasuh anak seperti:
1) Perilaku yang patut dicontoh
Perilaku yang patut dicontoh artinya setiap perilaku yang
dilakukan harus didasarkan pada kesadaran bahwa perilakunya
akan dijadikan lahan peniruan dan identifikasi bagi anak-
anaknya.
2) Kesadaran diri
Kesadaran diri ini juga harus ditularkan pada anak-anaknya
dengan mendorong perilaku kesehatan mereka. Oleh karena itu
orang tua senantiasa membantu mereka agar mampu
melakukan observasi diri melalui komunikasi dialogis baik
secara verbal maupun non verbal tentang perilaku.
3) Komunikasi
Komunikasi yang terjadi antara orang tua dengan anak-anaknya
terutama yang berhubungan dengan upaya membantu mereka
untuk memecahkan permasalahannya.
b. Tipe-tipe pola asuh
Menurut Baumrind (1974) dalam Junaidi (2010) membagi
pola asuh menjadi 4 tipe, yaitu :
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
61
1) Otoriter
Orang tua yang otoriter menekankan batasan dan larangan di
atas respon positif. Orang tua sangat menghargai anak yang
patuh terhadap perintah orang tua dan tidak melawan. Orang
tua tipe ini cenderung untuk menentukan peraturan tanpa
berdiskusi dengan anak terlebih dahulu. Mereka tidak
mempertimbangkan harapan-harapan dan kehendak hati anak.
Hukuman sebagai penegak kedisiplinan dan amarah diterapkan
pada tipe orang tua otoriter. Penelitian telah menunjukkan
bahwa anak dari orang tua otoriter bisa menjadi pemalu,
penuh ketakutan, menarik diri dan berisiko terkena depresi.
Anak bisa menjadi sulit membuat keputusan untuk dirinya
sendiri karena sudah biasa diperintah apa yang harus
dikerjakan.
2) Demokratis
Orang tua yang demokratis menyeimbangkan kasih sayang dan
dukungan emosional dengan struktur dan bimbingan dalam
membesarkan anak mereka. Orang tua tipe ini memperlihatkan
cinta kehangatan kepada anak. Mereka harus mendengarkan
secara aktif dan penuh perhatian serta menyediakan waktu
bertemu yang positif secara rutin dengan anak. Orang tua tipe
demokratis membiarkan anak untuk menentukan keputusan
sendiri dan mendorong anak untuk membangun kepribadian.
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
62
Orang tua yang demokratis menyadari bahwa beberapa sikap
yang sulit dikendalikan pada anak pasti diimbangi dengan
sikap positif. Seseorang anak keras kepala yang sering
membantah juga dapat menjadi anak yang gigih, fokus dan
selalu menuntaskan tugas mereka. Intinya, pola asuh
demokratis melibatkan rasa hormat kepada anak sebagai
individu unik yang biasditerima dan dicintai bahkan ketika
anak bersikap tidak normal.
3) Permisif
Orang tua tipe permisif tidak memberikan struktur dan batasan
yang tepat bagi anak. Orang tua tipe ini cenderung
mempercayai bahwa ekspresi bebas dari keinginan hati dan
harapan sangatlah penting bagi perkembangan psikologis.
Orang tua menyembunyikan ketidaksabaran, kemarahan atau
kejengkelan pada anak. Ketika orang tua menentukan
peraturan, batasannya cenderung tidak jelas dan diterapkan
secara tidak konsisten. Anak-anak yang dibesarkan oleh orang
tua tipe permisif biasanya menjadi anak yang manja. Anak
cenderung menuntut, kurang percaya diri, dan kurang
mengendalikan diri. Anak senang bila keinginan dipenuhi,
tetapi mudah marah ketika keinginannya tidak dipenuhi.
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
63
4) Campuran
Pola asuh campuran orang tua tidak konsisten dalam
mengasuh anak. Orang tua terombang ambing antara tipe
permisif, otoriter atau demokratis. Orang tua mungkin
menghadapi sikap anak dari waktu ke waktu dengan cara
berbeda. Contohnya, orang tua biasa memukul anaknya ketika
anak menolak perintah orang tua, pada kesempatan lain orang
tua mengabaikan anak bila anak melanggar perintah orang tua.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh
Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua
antara lain :
1) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua serta
pengalaman sangat berpengaruh dalam mengasuh anak.
Pendidikan akan memberikan dampak bagi pola pikir dan
pandangan orang tua terhadap mendidik anaknya. Semakin
tinggi pendidikan yang dimiliki oleh orang tua maka akan
semakin memperluas dan melengkapi pola berpikirnya dalam
mendidik anaknya.
2) Lingkungan
Pola asuh yang baik sulit berjalan efektif bila tidak didukung
lingkungan. Namun, kelekatan anak orang tua dapat
meminimalkan pengaruh negatif lingkungan. Lingkungan
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
64
banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak
mustahil jika lingkungan ikut serta mewarnai pola-pola
pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap anak.
3) Budaya
Sering kali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh
masyarakat dalam mengasuh anak. Karena pola-pola tersebut
dianggap berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan.
Orang tua mengaharapkan kelak anaknya dapat diterima di
masyarakat dengan baik. Oleh karena itu kebudayaan atau
kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga
mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola asuh
pada anaknya (Anwar, 2000).
4) Umur
Umur merupakan indikator kedewasaan seseorang, semakin
bertambah umur semakin bertambah pengetahuan yang
dimiliki, serta perilaku yang sesuai untuk mendidik anak
(Notoatmodjo, 2003).
5) Tingkat sosial ekonomi
Tingkat sosial ekonomi sangat mempengaruhi pola asuh yang
dilakukan oleh suatu masyarakat, rata-rata keluarga dengan
sosial ekonomi yang cukup baik akan memilih pola asuh yang
sesuai dengan perkembangan anak (Effendy, 1998).
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
65
d. Hubungan antar Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku Cuci
Tangan pada Anak Usia Sekolah Dasar
Pola asuh dapat diartikan seluruh cara perlakuan
orang tua yang diterapkan pada anaknya. Banyak ahli mengatakan
pengasuhan anak adalah bagian penting dan mendasar. Pengasuhan
terhadap anak merupakan suatu proses interaksi antara orang tua
dengan anak yang mencakup perawatan seperti dari mencukupi
kebutuhan makan, mendorong keberhasilan dan melindungi,
maupun mensosialisasikan yaitu mengajarkan tingkah laku
umum yang diterima oleh masyarakat (Jas & Rachmadian, 2004).
Pola asuh orang tua kepada anaknya sangat mempengaruhi
perilaku anaknya. Orang tua adalah guru pertama untuk anak-
anaknya, yang berarti orang tua tersebut memiliki kewajiban untuk
memberikan pengajaran atau pendidikan yang baik untuk anaknya
(Riyanto, 2002). Sehingga membiasakan anak untuk menjaga
kebersihan baik diajarkan sedini mungkin karena usia sekolah
merupakan usia yang mudah terganggu kesehatannya.
Gangguan kesehatan yang sering timbul pada usia sekolah
adalah gangguan kesehatan umum, gangguan perilaku, gangguan
perkembangan fisiologis hingga gangguan dalam belajar. Untuk
mencegah atau mengurangi potensi komplikasi dan permasalahan
kesehatan anak, perlu dilakukan deteksi dini gangguan kesehatan
agar tidak berkembang menjadi masalah berat. Deteksi dini bisa
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
66
dilakukan dengan meningkatkan perhatian yang lebih besar
terhadap usia sekolah, sama halnya dengan perhatian ketika
anak masih balita. Perhatian ini dapat diwujudkan dengan cara
mensosialisasikan perilaku hidup bersih dan sehat pada anak. Bila
dibagi berdasarkan tingkat sekolah, perilaku kesehatan anak usia
sekolah dasar dianjurkan seperti kebiasaan cuci tangan pakai
sabun, gosok gigi yang baik dan benar dan kebersihan diri lainnya
(Afrianty, 2008).
Pada dasarnya menerapkan perilaku cuci tangan pada
anak sekolah dasar termasuk kesehatan perorangan atau
kesehatan pribadi. Penyelenggaraan upaya kesehatan mempunyai
tujuan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap
manusia, anak-anak sekolah yang mencakup kelompok
masyarakat yang berusia 6 tahun sampai 12 tahun (Mu’rifah,
1992). Anak usia sekolah adalah peniru ulung. Ia akan belajar
berperilaku sebagaimana perilaku orang-orang di sekitarnya.
Sehingga bila sedari kecil anak diajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat, seperti cuci tangan sebelum dan sesudah makan maka anak
akan terbiasa sampai dewasa. Anak sekolah adalah simbolisme
bersatunya seluruh komponen keluarga, rumah dan masyarakat.
Sehingga dalam hal ini anak usia sekolah dapat dijadikan sebagai
“agen perubahan” untuk perilaku yang sehat.
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
67
Hasil penelitian dari Dwigita (2012), menyatakan bahwa
tingginya angka permasalah kesehatan yang sering muncul pada
anak usia sekolah terjadi karena anak belum memahami tentang
pentingnya menjaga kebersihan diri sendiri. Masalah kesehatan
yang sering muncul biasanya seperti kejadian diare, permasalahan
ini timbul akibat anak tidak dapat menjaga kebersihan diri sendiri
dengan baik, di sini orang tua memiliki peran untuk mencegah
pertambahan angka permasalah tersebut dengan cara mengajarkan
dan mengingatkan anak untuk selalu berperilaku hidup bersih dan
sehat.
6. Peran Guru
Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
yang terdapat dalam Bab I Pasal 1 bahwa guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar membimbing,
mengarahkan, melatih, memberikan, menilai, mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Atmidiwiro (2000)
menyatakan bahwa istilah lain guru adalah pendidik, yaitu orang
dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan
kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar
mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan
tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai
makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri. Sehingga
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
68
seorang guru memiliki peran penting dalam pembentukan akhak,
perilaku dan karakter anak. Peran guru sebagai pendamping siswa
sebagai pengajar dan pendidik untuk membentuk perilaku yang
sesuai dengan harapan sebagai generasi penerus, guru memiliki
banyak tugas baik yang terikat oleh dinas maupun diluar dinas dalam
bentuk pengabdian. Apabila kita kelompokkan terdapat tiga jenis tugas
guru, yakni :
1) Tugas dalam bidang profesi
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar,dan
melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-
nilai hidup yang baik dalam membentuk perilaku siswa yang
tepuji baik terhadap dirinya, lingkungan dan masyarakat.
Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti
mengembangkan keterampilan pada siswa.
2) Tugas dalam bidang kemanusiaan
Guru di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua
kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola
para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat
menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Bila seorang
guru dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka
kegagalan pertama adalah ia tidak akan dapat menanamkan
benih pengajarannya itu kepada para siswanya. Para siswa
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
69
akan enggan menghadapi guru yang tidak menarik. Pelajaran tidak
dapat diserap sehingga setiap lapisan masyarakat dapat mengerti
bila menghadapi guru. Masyarakat menempatkan guru pada
tempat yang lebih terhormat di lingkungannya karena dari
seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu
pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban mencerdaskan
bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang
berdasarkan Pancasila.
3) Tugas dalam bidang kemasyarakatan
Tugas dan peran guru tidaklah terbatas didalam masyarakat,
bahkan guru pada hakikatnya merupakan komponen strategis
yang memilih peran yang penting dalam menentukan gerak
maju kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan guru merupakan
faktor condisio sine quanon yang tidak mungkin digantikan
oleh komponen manapun dalam kehidupan bangsa sejak dulu,
terlebih-lebih pada era kontemporer ini. Peran guru sebagai
pengajar, pendidik dan pelatih memiliki posisi yang strategis
untuk menanamkan prinsip-prinsip PHBS di lingkungan
sekolah. Sosialisasi sejak dini oleh guru kepada siswa mengenai
pesan-pesan yang ada dalam PHBS melalui semua aktivitas
harian disekolah dikaitkan dengan PHBS dengan tujuan setiap
anak akan terbiasa dengan hal tersebut dan dapat saling
mengingatkan antar mereka untuk selalu melaksanakan
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
70
praktik PHBS. Semakin besar peran guru dalam mensosialisasikan
pesan PHBS maka siswa akan lebih baik dalam mempraktikkan
PHBS di sekolah. Hal itu dimungkinkan karena biasanya anak-
anak patuh terhadap perintah gurunya sehingga bila gurunya
semakin berperan dalam mensosialisasikan PHBS maka
praktiknya juga akan semakin baik (Adiwiryono, 2010).
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
71
B. Kerangka Teori
Bagan 2.1
Kerangka Teori Modifikasi: Notoatmodjo (2007), Sudaryat (2007)
Faktor-Faktor Penyebab Diare
1. Enteropatogen bakteri
2. Enteropatogen parasit
3. Enteropatogen virus
4. Kekurangan gizi
5. Alergi susu
6. Immunodefisiensi
Kejadian Diare
8. Personal hygiene
7. Keracunan makanan/minuman
Faktor Predisposisi :
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Kepercayaan
4. Tradisi
5. Nilai Budaya / Norma
Faktor Pendukung :
1. Puskesmas
2. Obat-obatan
3. Jamban air bersih
Faktor Penguat :
1. Tokoh Masyarakat
2. Tokoh Agama
3. Petugas Kesehatan
4. Orang Tua
5. Guru
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
72
C. Kerangka Konsep
Variabel Independen
Variabel Dependen
Bagan 2.2 Kerangka Konsep
D. Hipotesis
Saryono (2011) mengatakan hipotesis penelitian sebagai terjemahan dari
tujuan penelitian ke dalam dugaan yang jelas. Berdasarkan uraian teorisasi
diatas dapat ditarik hipotesis penelitian yaitu “ada pengaruh promosi
kesehatan personal hygiene cuci tangan, pola asuh orang tua dan peran
guru terhadap penurunan kejadian diare pada anak kelas 5 di SDN 01
Dukuh Waluh”.
Promosi Kesehatan
Personal Hygiene Cuci
Tangan
Peran Guru
Pola Asuh Orang Tua Kejadian Diare
Pengaruh Promosi Kesehatan..., Getra Anggia Savigona, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016