bab ii tinjauan pustaka a. skabies 1. definisirepository.ump.ac.id/3192/3/restu kusumaningtyas bab...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Skabies
1. Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi tungau Sarcoptes Scabiei varian hominis dan produknya pada
tubuh (Djuanda, 2007). DiIndonesia skabies sering disebut kudis, orang jawa
menyebutnya gudik, sedangkan orang sunda menyebutnya budug (Cakmioki,
2007). Skabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, dapat
mengenai semua golongan di seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau
(kutu atau mite) Sarcoptes scabiei (Al-Falakh, 2009).
Parasit ini menggali parit-parit di dalam epidermis sehingga
menimbulkan gata-gatal dan merusak kulit penderita. Sedangkan menurut
Wahidayat (1998), skabies adalah penyakit kulit yang mudah menular dan
ditimbulkan oleh infestasi kutu Sarcoptes scabiei var homini yang membuat
terowongan pada stratum korneumkulit, terutama pada tempat predileksi.
Skabies merupakan infestasi kulit oleh kutu sarcoptesscabei yang
menimbulkan gatal – gatal. Penyakit ini dapat ditemukan pada orang – orang
miskin yang hidup dengan kondisi hyegine di bawah standar sekalipun juga
sering terdapat di antara orang – orang yang bersih. Skabies sering dijumpai
pada orang – orang yang seksual aktif. Namun demikian, infestasi parasit ini
tidak bergantung pada aktifitas seksual karena kutu tersebut sering
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
menjangkit jari – jari tangan, dan sentuhan tangan dapat menimbulkan
infeksi. Pada anak – anak, tinggal semalaman dengan teman yang terinfeksi
atau saling berganti pakaian dengannya dapat menjadi sumber infeksi.
Petugas kesehatan yang melakukan kontak fisik yang lama dengan pasien
skabies dapat pula terinfeksi.
Kutu betina yang dewasa akan membuat terowongan pada lapisan
superfisial kulit dan berada disana selama sisa hidupnya. Dengan rahang dan
pinggir yang tajam dari persendian kaki depannya, kutu tersebut akan
memperluas terowongan dan akan mengeluarkan telurnya dua hingga tiga
butir sehari sampai selama dua bulan. Kemudian kutu betina itu mati. Larva
(telur) menetas dalam waktu 3 sampai 4 hari dan berlanjut lewat stadium
larva serta nimfa menjadi bentuk kutu dewasa dalam tempo sekitar 10 hari.
Skabies adalah penyakit kulit akibat infestasi dan sensitasi oleh tungau
Sarcoptes Scabei, yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab,
contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi karena seluruh kulitnya
masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang (Aisiyah, 2005). Scabies ini
tidakmembahayakan manusia namun adanya rasa gatal pada malam hari ini
merupakan gejala utama yang mengganggu aktivitas dan produktivitas.
Penyakit scabies ini banyak berjangkit di: (1) lingkungan yang padat
penduduknya, (2) lingkungan kumuh, (3)lingkungan dengan tingkat
kebersihankurang. Scabies cenderung tinggi pada anak- anak usia sekolah,
remaja bahkan orang dewasa (Siregar, 2004). Penyakit kulit scabies
merupakan penyakit yang mudah menular. Penyakit ini dapat ditularkan
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
secara langsung (kontak kulit dengan kulit) misalnya berjabat tangan, tidur
bersama, dan melalui hubungan seksual. Penularan secara tidak langsung
(melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan selimut
(Djuanda, 2007). Praktek perawatan penderita yang buruk akan menyebabkan
kegagalan dalam tindakan penanggulangan penyakit scabies.
Apabila skabies tidak segera mendapat pengobatan dalam beberapa
minggu maka akan timbul adanya dermatitis yang diakibatkan karena
garukan. Rasa gatal yang ditimbulkan terutama pada waktu malam hari,
secara tidak langsung akan mengganggu kelangsungan hidup para santri
terutama tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan
dilakukan pada siang hari seperti dalam proses belajar akan ikut terganggu.
Selainitu, setelah santri sembuh akibat garukan tersebut akan meninggalkan
bercak hitam yang nantinya juga akan mempengaruhi harga diri santri seperti
merasa malu, cemas, takut dijauhi teman dan sebagainya (Kenneth dalam
Kartika, 2008).
Skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh ektoparasit, yang
umumnya terabaikan sehingga menjadi masalah kesehatan yang umum di
seluruh dunia (Heukelbach et al. 2006), dapat menjangkiti semua orang pada
semua umur, ras dan level sosial ekonomi (Raza et al. 2009). Ektoparasit
adalah organisme parasit yang hidup pada permukaan tubuh inang,
menghisap darah atau mencari makan pada rambut, bulu, kulit dan menghisap
cairan tubuh inang (Triplehorn dan Johnson, 2005). Infestasi ektoparasit pada
kulit keberadaannya membuat rasa tidak nyaman, dapat menyebabkan
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
kehidupan yang tidak sehat secara signifikan. Infestasi ektoparasit bersifat
sporadik, epidemik dan endemik (Ciftci et al., 2006).
Tungau ektoparasit penyebab skabies adalah Sarcoptes scabiei var
hominis termasuk ordo Acariformes, family Sarcoptidae, Genus Sarcoptes.
Sarcoptes scabiei var hominis menular melalui kontak manusia dengan
manusia (Chosidow, 2006), sedangkan Sarcoptes scabiei var mange
ditransmisikan ke manusia melalui kontak dengan berbagai hewan liar, hewan
yang didomestikasi dan hewan ternak (Bandi & Saikumar, 2012). Nama
Sarcoptes scabiei adalah turunan dari kata Yunani yaitu sarx yang berarti
kulit dan koptein yang berarti potongan dan kata latin scabere yang berarti
untuk menggaruk. Secara harfiah skabies berarti gatal pada kulit sehingga
muncul aktivitas menggaruk kulit yang gatal tersebut. Saat ini istilah skabies
berarti lesi kulit yang muncul oleh aktivitas tungau (Cordoro et al. 2012).
Ciri morfologi tungau skabies antara lain berukuran 0.2 - 0.5mm,
berbentuk oval, cembung dan datar pada sisi perut (Chowsidow 2006).
Menurut Bandi et al (2012) terdapat 15 varietas atau strain tungau yang telah
diidentifikasi dan dideskripsikan secara morfologi maupun dengan
pendekatan molekuler. Keberadaan spesies Sarcoptes scabiei telah diketahui
sekitar 2500 tahun yang lalu, sebagai parasit obligat yang menggali lapisan
epidermis kulit. Pada abad ke 17 seorang ilmuan bernama Giovanni, Cosimo
Bomomo mengidentifikasi tungau yang menyebabkan scabies (Cordoro et al.
2012).
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
2. Etiologi
Penyebab penyakit skabies adalah seekor tungau (kutu/mite) yang
bernama Sarcoptes scabei, filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina,
superfamili Sarcoptes. Pada manusia oleh S. scabiei var homonis yang
berbentuk oval dan gepeng, berwarna putih kotor, transulen dengan bagan
punggung lebih lonjong dibandingkan perut, yang betina berukuran 300-350
mikron, sedangkan yang jantan berukuran 150-200 mikron. Stadium dewasa
mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang merupakan kaki depan dan 2 pasang kaki
belakang (Iskandar, 2000).
Sarcoptes scabiei betina setelah dibuahi mencari lokasi yang tepat
dipermukaan kulit untuk kemudian membentuk terowongan, dengan
kecepatan 0,5mm–5 mm per hari. Terowongan pada kulit dapat sampai ke
perbatasan stratum korneum dan stratum granulosum. Di dalam terowongan
ini tungau betina akan tinggal selama hidupnya yaitu kurang lebih 30 hari dan
bertelur sebanyak 2-3 butir telur sehari. Telur akan menetas setelah 3-4 hari
menjadi larva yang akan keluar ke permukaan kulit untuk kemudian masuk
kulit lagi dengan menggali terowongan biasanya sekitar folikel rambut untuk
melindungi dirinya dan mendapat makanan. Setelah beberapa hari, menjadi
bentuk dewasa melalui bentuk nimfa. Waktu yang diperlukan dari telur
hingga bentuk dewasa sekitar 10-14 hari.
Tungau jantan mempunyai masa hidup yang lebih pendek dari pada
tungau betina, dan mempunyai peran yang kecil pada patogenesis penyakit.
Biasanya hanya hidup dipermukaan kulit dan akan mati setelah membuahi
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
tungau betina. Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar
selama lebih kurang 7 – 14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis
dan lembab biasanya pada lipatan kulit seperti sela-sela jari, ketiak, lipatan
paha, lipatan lengan dan selangkangan (Soeharsono, 2002).
3. Klasifikasi
Menurut Sudirman (2006), skabies dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Skabies pada Orang Bersih
Terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya cukup. Biasanya
sangat sukar ditemukan terowongan. Kutu biasanya hilang akibat mandi
secara teratur. Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan
yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
b. Skabies Inkognito
Obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda
skabies, sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya pengobatan dengan steroid
topical yang lama dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini
disebabkan mungkin oleh karena penurunan respon imum seluler.
c. Skabies Nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus
biasanya terdapat di daerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki,
inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas
terhadap tungau skabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan
tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti skabies dan
kortikosteroid.
d. Skabies Norwegia
Ini biasa disebut skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan
krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi
biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak
tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies
biasa, rasa gatal pada penderita skabies ini tidak menonjol tetapi bentuk ini
sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak
(ribuan).
Skabies ini terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun
tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan
mudah. Skabies ini yang sering ditemukan di pondok pesantren karena
skabies jenis ini sangat mudah untuk berkembang biak apalagi didukung
dengan lingkungan yang padat penduduk dan tingkat kebersihannya masih
sangat rendah.
e. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden).
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal
ditempat tidurdapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
f. Skabies yang disertai penyakit menular seksual yang lain
Skabies sering dijumpai bersama penyakit menular seksual yang lain
seperti gonore, sifilis, pedikulosis pubis, herpes genitalis dan lainnya.
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
4. Manifestasi Klinis
Diperlukan waktu kurang lebih 4 minggu sejak saat kontak hingga
timbulnya gejala pada pasien. Pasien akan mengeluhkan gatal – gatal yang
hebat akibat reaksi imunologi tipe lambat terhadap kutu atau butiran fesenya.
Pada pemeriksaan, kepada pasien di tanyakan di mana gatal – gatal tersebut
terasa paling hebat. Kaca pembesar dan senter (penlight) dipegang dengan
sudut miring terhadap permukaan kulit sementara pemeriksaan dilakukan
untuk mencari terowongan yang berupa tonjolan kulit yang kecil.
Terowongan bisa berupa lesi yang multipel, lurus atau bergelombang,
berwarna cokelat atau hitam dan menyerupai benang, yang terlihat terutama
diantara jari – jari tangan serta pergelangan tangan.
Lokasi lainnya adalah permukaan ekstensor siku, lutut, pinggir kaki,
ujung – ujung sendi siku, daerah disekitar puting susu, lipatan aksila, dibawah
payudara yang menggantung, dan pada atau didekat lipat paha atau lipat
gluteus, penis atau skrotum selain itu pada lokasi bagian papul / nodul di
aksila. Pada bayi mungkin mengalaminya di kulit kepala dan wajah atau
pustula di telapak kaki. Erupsi yang berwarna merah dan gatal biasanya
terdapat di daerah – daerah kulit di sekitarnya. Namun, terowongan tersebut
tidak selalu terlihat. Setiap pasien dengan ruam dapat menderita skabies.
Salah satu tanda skabies yang klasik adalah peningkatan rasa gatal yang
terjadi pada malam hari dan keadaan ini mungkin disebabkan oleh
peningkatan kehangatan kulit yang menimbulkan efek stimulasi terhadap
parasit tersebut. Demikian pula, hipersensitivitas terhadap organisme tersebut
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
dan produk ekskresinya dapat turut menimbulkan rasa gatal. Jika infeksi
sudah menyebar, anggota keluarga yang lain dan teman dekat juga akan
mengeluhkan rasa gatal sekitar satu bulan kemudian.
Lesi skunder cukup sering dijumpai dan mencakup vasikel, papula,
eksorasi serta krusta. Superinfeksi bakteri dapat terjadi akibat eksorasi yang
tetap dari terowongan dan papula.
5. Evaluasi Diagnostik
Diagnosis dipastikan dengan menemukan sarcoptes scabei atau produk
samping kutu tersebut dari kulit. Sampel jaringan superfisial epidermis
dikerok pada daerah diatas terowongan atau papula dengan menggunakan
mata pisau skalpel yang kecil. Hasil kerokan diletakan pada slide mikroskop
dan diperiksa lewat mikroskop dengan pembesaran rendah untuk melihat kutu
pada setiap stadium ( dewasa, telur, cangkang telur, larva, nimva) dan butiran
fesesnya.
6. Penatalaksanaan
Kepada pasien diminta agar mandi dengan air yang hangat dan sabun
guna menghilangkan debris yang mengelupas dari krusta dan kemudian kulit
dibiarkan kering benar serta menjadi dingin. Preparat skabisida, seperti
lindane (Kwell) atau krotamiton (Krim dan losion Eurax), dioleskan tipis –
tipis pada seluruh permukaan kulit mulai dari leher kebawah dengan hanya
meninggalkan daerah muka dan kulit kepala (yang pada skabies tidak
terkena). Obat itu dibiarkan selama 12 jam hingga 24 jam dan sesudah itu,
pasien diminta untuk membasuh dirinya sampai bersih. Aplikasi obat satu
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
kali sudah dapat memberikan efek kuratif, tetapi disarankan agar terapi
tersebut diulangi sesudah 1 minggu kemudian.
Pasien perlu mengetahui petunjuk pemakaian ini karena pengolesan
skabisida segera sesudah mandi dan sebelum kulit mengering serta menjadi
dingin dapat meningkatkan absorpsi perkutan skabisida sehingga berpotensi
untuk menimbulkan gangguan sistem saraf pusat seperti serangan kejang.
7. Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah
Pasien harus mengenakan pakaian yang bersih dan tidur di atas sprei
yang baru saja di cuci di binatu. Semua perangkat tempat tidur (sprei, sarung
bantal, dll.) serta pakaian harus dicuci dengan air yang sangat panas dan
dikeringkan dengan alat pengering panas karena kutu skabies ternyata dapat
hidup sampai 36 jam pada linen. Jika linen tempat tidur atau pakaian pasien
tidak dapat dicuci dengan air panas, disarankan agar barang – barang tersebut
dicuci secara dry-cleaning.
Sesudah terapi skabies sudah selesai dilakukan, pasien harus
mengoleskan salep seperti kortikosteroid topikal pada lesi kulit karena
skabisida dapat mengiritasi kulit. Hipersensitivitas pasien tidak berhenti
setelah kutu di hancurkan. Rasa gatal dapat terus berlangsung selama
beberapa hari atau minggu sebagai manifestasi hipersensitivitas, khususnya
pada orang – orang yang atopik (alergik). Keadaan ini bukan merupakan
suatu tanda gagalnya terapi. Kepada pasien dianjurkan agar tidak
mengoleskan lebih banyak skabisida (karena tindakan ini akan menambah
iritasi serta meningkatkan rasa gatal) dan tidak semakin sering mandi dengan
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
air panas ( karena tindakan ini membuat kulit menjadi kering serta
menimbulkan gatal ).
Semua anggota keluarga dan orang yang berhubungan erat harus harus
diobati secara bersamaan untuk menghilangkan kutu skabies. Jika skabies
ditularkan lewat hubungan seks, pasien mungkin memerlukan pula terapi
terhadap penyakit menular seksual yang turut terdapat. Skabies dapat pula
dijumpai bersama dengan pedikulosis.
8. Pertimbangan Gerontologik
Meskipun pasien yang lebih tua akan merasakan gatal yang hebat,
reaksi inflamasi seperti yang tampak nyata pada orang yang lebih muda
jarang terjadi. Skabies mungkin tidak dikenali pada orang yang berusia lanjut
dan keluhan gatal bisa saja secara keliru dikaitkan dengan kulit orang tua
yang kering atau dengan ansietas.
Petugas kesehatan dalam fasilitas pelayanan kesehatan yang besar harus
mengenakan sarung tangan ketika melakukan perawatan bagi pasien dengan
kecurigaan skabiessampai diagnosisnya dipastikan dan terapi selesai
dilakukan. Dianjurkan agar semua residen, staf perawat dan keluarga pasien
diobati secara bersamaan untuk mencegah infeksi ulang.
9. Penularan Penyakit Skabies
Penyakit ini sangat mudah menular, karena itu bila salah satu
anggotakeluarga terkena, maka biasanya anggota keluarga lain akan ikut
tertular juga. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan
perseorangan dan lingkungan. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
banyak kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan
penduduk dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang,
kurangnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan
terutama masalah penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan program
kesehatan yang masih sering kita jumpai, akan menambah panjang
permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada.
Penularan biasanya melalui Sarcoptes scabiei betina yang sudah
dibuahi atau kadang-kadang oleh larva. Penyakit ini sangat erat kaitannya
dengan kebersihanperorangan dan lingkungan, atau apabila banyak orang
yang tinggal secara bersama-sama di satu tempat yang relatif sempit.
Penularan skabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat
tidur yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah – sekolah yang
menyediakan fasilitas asrama dan pemondokan, serta fasilitas-fasilitas
kesehatan yang dipakai oleh masyarakat luas, dan fasilitas umum lain yang
dipakai secara bersama-sama di lingkungan padat penduduk (Benneth dalam
Kartika, 2008).
Secara umum, cara penularan scabies dibagi menjadi 2 yang
didalamnya dapat dibagi-bagi lagi, yaitu:
a. Penularan kontak langsung yaitu: penularan yang terjadi akibat
kontak langsung antara penderita scabies dengan orang sehat seperti melalui:
hubungan seksual antara penderita dengan orang sehat, kontak dengan hewan
pembawa tungau seperti anjing, babi, kambing, dan biri-biri, dan faktor
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
fasilitas umum yang dipakai secara bersama-sama dengan lingkungan padat
penduduk, tidur bersama, dan berjabat tangan.
b. Penularan tanpa kontak langsung yaitu: penularan yang terjadi
melalui kontak tidak langsung antara penderita dengan orang sehat seperti:
penggunaan handuk secara bergantian, penggunaan pakaian dan tempat tidur,
sprei, dan bantal secara bersamaan.
Penularan scabies biasanya melalui Sarcoptes scabiei betina yang
sudah dibuahi atau kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes
scabiei var animalis yang kadang-kadang menulari manusia, terutama pada
mereka yang banyak memelihara binatang peliharaan misalnya anjing.
Akan tetap menular kecuali kutu dan telur sudah dihancurkan dengan
pengobatan, biasanya setelah dilakukan 1 atau 2 kali pengobatan dalam
seminggu.
10. Faktor Resiko Scabies
Faktor resiko scabies adalah:
a. Sistem imun tubuh
Semakin rendah imunitas seseorang maka, akan semakin besar
kemungkinan orang tersebut untuk terjangkit atau tertular penyakit scabies.
Namun, diperkirakan terjadi kekebalan setelah infeksi. Orang yang pernah
terinfeksi akan lebih tahan terhadap infeksi ulang walaupun tetap masih bisa
terkena infeksi dibandingkan mereka (orang-orang) yang sebelumnya belum
pernah terinfeksi scabies.
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
b. Lingkungan dengan hygiene sanitasi yang kurang
Lingkungan yang dimungkinkan sangat mudah terjangkiti scabies
adalah lingkungan yang lembab, terlalu padat, dan dengan sanitasi buruk.
c. Semua kelompok umur
Semua kelompok umur, baik itu anak-anak, reaja, dewasa, dan tua
mempunyai resiko untuk terjangkiti penyakit scabies.
d. Kemiskinan
e. Seksual promiskuitas (berganti-ganti pasangan)
f. Diagnosis yang salah
g. Demografi
h. Ekologi
i. Derajat sensitasi individual
11. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Skabies
Penyakit skabies ini dapat dicegah dengan cara selalu menjaga
kebersihanlingkungan dan menjaga kebersihan diri, mencuci bersih baju,
handuk, sprei penderita skabies bahkan lebih baik apabila dicuci
menggunakan air panas kemudianmenjemurnya sampai kering, menghindari
pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama. Dan yang lebih utama
adalah dengan memutuskan mata rantai penularan penyakit skabies dengan
cara mengobati penderita sampai tuntas (Rohmawati, 2010).
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
B. Faktor Yang Berkaitan Dengan Kejadian Skabies
Penyakit skabies merupakan penyakit yang sangat mudah menular
melalui kontak langsung dengan penderita, beberapa hal yang dapat
mempengaruhi terhadap kejadian penyakit skabies meliputi :
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia yakni indra penglihatan, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan adalah pengenalan, kesadaran, dan pemahaman.
Pengetahuan dapat juga berarti segala sesuatu yang telah diamati dan
dimengerti oleh pikiran, ilmu pengetahuan, pengertian. Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, dan inilah terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca
indra manusia, yakni indra penglihatan, penciuman, rasa, dan raba. Sebgaian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Haniek,
2011).
Indikator – indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, sebagai berikut
(Notoatmodjo, 2005) :
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi penyebab
penyakit, gejala atau tanda – tanda penyakit, bagaimana cara pengobatan,
bagaimana cara penularan, dan bagaimana cara pencegahan.
b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup
sehat yang meliputi pengetahuan tentang jenis – jenis makanan bergizi,
manfaat makanan bergizi, pentingnya olahraga, pentingnya istirahat cukup,
penyakit – penyakit atau bahaya merokok, narkoba dan sebagaianya.
c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan berupa pengetahuan
mengenai manfaat air bersih, cara – cara pembuangan limbah yang sehat,
akibat polusi bagi kesehatan, dan manfaat pencahayaan.
Menurut Bloom untuk memperoleh pengetahuan dibutuhkan proses
kognitif, yang merupakan hal penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Biasanya dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan
konsep baik melaui proses pendidikan maupun pengalaman. Pengetahuan
bisa diperoleh dari pengalaman. Selain juga dari guru, orang tua, teman, buku
dan media masa (Notoatmodjo, 2003).
Dalam kaitannya dengan pengetahuan ini maka pengetahuan (cognitive)
mempunyai 6 tingkatan yaitu :
a. Tahu (know)
Sebagai tindakan yang paling rendah. Tahu diartikan sebagai
kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Untuk mengukur bahwa seseorang dikatakan tahu terhadap apa yang pernah
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
dipelajari sebelumnya adalah dengan melihat kemampuan menyebutkan,
menguraikan, mendifinisikan, menyatakan dan lain sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami adalah kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara
benar. Untuk mengukur bahwa seseorang dikatakan paham pada suatu obyek
tertentu adalah bahwa mereka dapat menjelaskan, menyimpulkan atau
meramalkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi yang telah
dipelajari.
c. Aplikasi (aplication)
Adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajaripada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
d. Analisis (analysis)
Adalah kemampuan untuk menjabarkan materi/obyek kedalam
komponen-komponen.
e. Sintesis (synthesis)
Adalah kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-
bagian kedalam suatu keseluruhan yang baru ataupun menyusun formulasi
baru dari materi-materi yang sudah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Adalah kemampuan untuk melakukan penilaian/justifikasi terhadap
suatu materi atau obyek tertentu (Notoatmodjo, 2003).
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus
tahu lebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau
keluarganya, menurut Notoatmodjo (2003). Indikator yang dapat digunakan
untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan
tentang sakit dan penyakit, gejala atau tanda-tanda penyakit, bagaimana cara
pencegahannya dan sebagainya.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden, kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau
ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas.
a. Tindakan
Tindakan merupakan hal yang sulit bagi sasaran, karena sudah terbiasa
dengan perilaku tersebut yang berasal dari tradisi. Misalnya kebiasaan anak
meminjam handuk orang lain. Tindakan ini dilakukan tidak melihat resiko
yang dialaminya termasuk dalam hal ini tertularnya penyakit skabies (Hasan,
2005).
Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan
menurut kualitasnya yaitu :
1) Praktik Terpimpin (Guided Respons)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tapi masih
bergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan. Misalnya seseorang
menjaga kesehatannya tetapi menunggu diingatkan oleh orang lain, begitu
juga dengan anak apabila mau menggunakan handuk ataupun menjemur
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
handuk yang telah dipakai orang lain selalu diingatkan oleh orang tua atau
keluarga, ini adalah disebut praktik atau tindakan terpimpin.
2) Praktik Secara Mekanisme (Mechanism)
Apabila seseorang atau subjek telah melakukan atau mempraktekan
sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis.
Misalnya, seorang anak menderita gatal – gatal pada kulitnya, dia langsung
memeriksa kesehatannya tanpa menunggu perintah dari orang lain.
b. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang,
artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi
sudah dilakukan modifikasi atau tindakan perilaku yang berkualitas. Misalnya
mencuci pakaian bukan hanya saja menjadi bersih tetapi juga berusaha
bajunya tidak bercampur dengan orang yang menderita penyakit skabies.
Berdasarkan tiga tingkatan terhadap tindakan dapat juga dilihat
terhadap kebersihan diri dan kebiasaan.
2. Kebersihan Diri (Personal Hygiene)
Kebersihan diri adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Banyak manfaat
yang dapat dipetik dengan merawat kebersihan diri, memperbaiki kebersihan
diri, mencegah penyakit, meningkatkan kepercayaan diri dan menciptakan
keindahan.
Kebersihan individu yang buruk atau bermasalah akan mengakibatkan
berbagai dampak baik fisik maupun psikososial. Dampak fisik yang sering
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
dialami seseorang tidak terjaga dengan baik adalah gangguan integritas kulit
(Wartonah, 2003).
Perilaku hidup bersih dan sehat adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan,
keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi,
memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku guna membantu masyarakat mengenali dan
mengatasi masalahnya sendiri sehingga masyarakat sadar, mau dan mampu
mempraktekan PHBS melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana
(Sosial Suport) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Terdapat 5
tatanan PHBS yaitu PHBS Rumah Tangga, PHBS Sekolah, PHBS Tempat
Kerja, PHBS Sasaran Kesehatan, PHBS Tempat – tempat Umum (DepKes,
2009).
Menurut Rahmawati dan Proverawati (2011) mengungkapkan bahwa
pola hidup bersih dan sehat adalah suatu gaya hidup dengan memperhatikan
faktor – faktor tertentu yang mempengaruhi kesehatan, antara lain makanan
dan olahraga. Untuk memperoleh tubuh yang sehat, tidak harus dengan pola
hidup yang serba mahal.
Indikator PHBS di sekolah meliputi : mencuci tangan dengan air yang
mengalir dan memakai sabun, mengkonsumsi jajanan sehat dikantin sekolah,
menggunakan jamban yang bersih dan sehat, olahraga yang teratur dan
terukur, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di sekolah, menimbang
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan, membuang sampah
pada tempatnya (DepKes, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian (Akmal, Semiarty dan Gayatri, 2013)
yang dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar santri yang menderita
skabies adalah berjenis kelamin laki-laki. Insiden skabies laki-laki lebih
banyak dari perempuan. Perempuan akan lebih kecil risiko terpapar penyakit
skabies karena perempuan lebih cenderung merawatdiri dan menjaga
penampilan sedangkan laki-laki cenderung tidak memperhatikan penampilan
diri dan akan berpengaruh terhadap perawatan kebersihan diri.
Dapat disimpulkan bahwa hasil yang didapatkan sesuai dengan
penelitian sebelumnya. Responden yang laki-laki akan lebih beresiko
terserang skabies. Dengan perawatan diri yang bagus maka resiko
terpaparnya skabies akan berkurang. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan menunjukkan bahwa responden berada pada kelompok umur antara
10-20 tahun. Dari kelompok umur tersebut, responden yang mengalami
skabies dengan prevalensi terbanyak adalah berumur 13 tahun. Insiden
skabies adalah responden yang berumur 12-13 tahun.
Beberapa penyakit menulartertentu menunjukkan bahwa umur muda
mempunyai resiko yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa hasil yang
didapatkan sesuai dengan teori dan penelitian sebelumnya. Responden yang
berumur muda lebih beresiko terserang skabies. Tingkat kerentanan dan
pengalaman terhadap penyakit tersebut biasanya sudah dialami oleh mereka
yang berumur tinggi.
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa santri
yang mengalami skabiessebagian besar berpendidikan kelas 1
Wustha.Tingkat pendidikan seseorang dapat meningkatkan pengetahuan itu
termasuk pengetahuan tentang kesehatan.
Dapat disimpulkan bahwa hasil yang didapatkan sesuai dengan teori
sebelumnya. Responden dengan tingkat pendidikan lebih rendah lebih
beresiko tertular penyakit skabies. Semakin tinggi pendidikan seseorang
semakin banyak mendapatkan pelajaran bagaimana cara pencegahan penyakit
yang menular. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan ada
hubungan antara personal hygiene dengan kejadian skabies. Hygiene
perorangan merupakan faktor risiko terjadinya penyakit skabies.
Hygiene perseorangan merupakan salah satu usaha yang dapat
mencegah kejadian skabies. Dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian sesuai
dengan teori dan penelitian sebelumnya. Dari 34 orang yang menderita
skabies didapatkan 30 orang dengan personal hygiene yang tidak baik.
Personal hygiene yang tidak baik merupakan salah satu faktor yang bisa
meningkatkan kejadian skabies.
3. Kebiasaan
Kebiasaan adalah bentuk tingkah laku yang tetap dari usaha
penyesuaian diri terhadap lingkungan yang mengandung unsur afektif /
perasaan. Kebiasaan itu ditentukan oleh lingkungan sosial dan kebudayaan,
dan dikembangkan manusia sejak lahir. Kebiasaan seseorang tidak lepas dari
kebiasaan yang ada dalam lingkungan masyarakat tempat seseorang atau
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
kelompok masyarakat berinteraksi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
kebiasaan para santri yang ada dalam sebuah pesantren tentu tidak akan
terlepas dari kebiasaan – kebiasaan dalam lingkungan pesantren tersebut
(Damayanti, 2005).
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan kebiasan untuk menerapkan
kebiasaan yang baik, bersih dan sehat. Secara berhasil guna dan berdaya guna
baik dirumah tangga, institusi – institusi maupun tempat – tempat umum.
Kebiasaan menyangkut pinjam meminjam yang dapat mempengaruhi
timbulnya penyakit menular seperti baju, sabun mandi, handuk, sisir harus
dihindari (DinKes Prov. NAD, 2005).
Kebiasaan yang sangat berpengaruh dalam penularan penyakit skabies
di lingkungan adalah menyangkut kebersihan diri (Personal Hygiene), serta
kebiasaan saling tukar pakaian, serta handuk yang sering digunakan bersama
– sama, sehingga penularan penyakit skabies sangat cepat terjadi.
C. Sanitasi Lingkungan
1. Pengertian
Sanitasi dalam arti luas merupakan tindakan hygienis untuk
meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit, sedangkan sanitasi
lingkungan merupakan usaha pengendalian diri dari semua faktor
lingkungan fisik manusia yang mungkin dapat menimbulkan hal-hal yang
merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tubuh manusia.
Di negara berkembang pada umumnya sanitasi kesehatan berupa fasilitas
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
yaitu penyediaan air bersih, metode pembuangan kotoran manusia yang
baik dan pendidikan higiene (Notoatmodjo, 2010).
Sanitasi lingkungan adalah Status kesehatan suatu lingkungan yang
mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan
sebagainya (Notoadmojo, 2003).Rumah adalah salah satu persyaratan pokok
bagi kehidupan manusia. Rumah atau tempat tinggal manusia, dari zaman ke
zaman mengalami perubahan.
2. Syarat – syarat rumah sehat :
a. Bahan bangunan
b. Lantai : Ubin atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk
kondisi ekonomi pedesaan. Lantai kayu sering terdapat pada rumah-rumah
orang yang mampu di pedesaan, dan inipun mahal. Oleh karena itu, untuk
lantai rumah pedesaan cukuplah tanah biasa yang dipadatkan. Syarat yang
penting disini adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah
pada musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat (tidak
berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian dipadatkan dengan
benda-benda yang berat, dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah dan
berdebu merupakan sarang penyakit.
c. Dinding : Tembok adalah baik, namun disamping mahal tembok
sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasinya
tidak cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya di pedesaan lebih
baik dinding atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
lubang pada dinding atau papan tersebut dapat merupakan ventilasi, dan dapat
menambah penerangan alamiah.
d. Atap genteng
Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan maupun
pedesaan. Disamping atap genteng cocok untuk daerah tropis, juga dapat
terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya
sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan yang tidak mampu
untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat dipertahankan.
Atap seng ataupun asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, di samping
mahal juga menimbulkan suhu panas didalam rumah.
e. Lain-lain (tiang, kaso dan reng)
Katu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di
pedesaan. Menurut pengalaman bahan-bahan ini tahan lama. Tapi perlu
diperhatikan bahwa lubang-lubang bambu merupakan sarang tikus yang baik.
Untuk menghindari ini cara memotongnya barus menurut ruas-ruas bambu
tersebut, maka lubang pada ujung-ujung bambu yang digunakan untuk kaso
tersebut ditutup dengan kayu.
f. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah
untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini
berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap
terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan O2 didalam rumah yang
berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
meningkat.disamping itu tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan
kelembaban udara didalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan
dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik
untuk bakteri-bakteri, patogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit).
Fungsi kedua dari pada ventilasi adalah untuk membebaskan udara
ruangan-ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu
selalu terjadi aliran udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh
udara akan selalu mengalir. Fungsi lainya adalah untuk menjaga agar ruangan
selalu tetap didalam kelembaban (humuduty) yang optium.
g. Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan
tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan rumah,
terutama cahaya matahari di samping kurang nyaman, juga merupakan media
atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit.
Sebaliknya terlalu banyak cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau,
dam akhirnya dapat merusakan mata.
Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni :
1) Cahaya alamiah, yakni matahari.
2) Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan
alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya.
h. Luas bangunan rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di
dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah
penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini tidak
sehat, sebab di samping menyebabkan kurangnya konsumsi O2 juga bila salah
satu anggota keluarga terkene penyakit infeksi, akan mudah menular kepada
anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang optimum adalah apabila
dapat menyediakan 2,5 – 3 m2 untuk tiap orang (tiap anggota keluarga).
i. Fasilitas-fasilitas didalam rumah sehat
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut:
1) Penyediaan air bersih yang cukup
2) Pembuangan Tinja
3) Pembuangan air limbah (air bekas)
4) Pembuangan sampah
5) Fasilitas dapur ruang berkumpul keluarga.
Untuk rumah di pedesaan lebih cocok adanya serambi (serambi muka
atau belakang).
Disebutkan oleh Notoatmojo bahwa faktor yang mempengaruhi
kesehatan salah satunyaa faktor lingkungan baik fisik maupun biologi. Faktor
lingkungan sosial hal ini diantaranya kondisi rumah dan sosial ekonomi.
Dikatakan pula skabies banyak ditemukan pada rumah-rumah yang berada
di lokasi kumuh, yang kondisi tidak memenuhi syarat hygiene
lingkungan sehat.
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
D. Sosial Ekonomi
1. Pengertian
Sosial adalah sesuatu yang berkanan dengan masyarakat (KBBI, 1996).
Sedangkan pada departemen sosial menunjukan pada kegiatan yang di
tunjukan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam
bidang kesejahteraan yang ruang lingkup pekerjaan dan kesejahteraan sosial.
Ekonomi adalah hal yang berkaitan dengan asas – asas produksi,
distribusi dan pemakaian barang – barang serta kekayaan, seperti keuangan,
perindustrian dan perdagangan (KBBI, 1996).
Sosial ekonomi adalah kondisi seseorang atau keluarga dalam
masyarakat dalam hal memenuhi kebutuhan hidupnya melalui kegiatan –
kegiatan produktif demi mencapai suatu kesejahteraan seseorang dan
keluarga seperti pendidikan, pendapatan, kekayaan serta status pekerjaan
(DepKes RI, 2006)
2. Menurut Friedman (2004) faktor yang mempengaruhi sosial
ekonomi seseorang yaitu :
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita – cita tertentu. Makin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah dalam memperoleh
pekerjaan, sehingga semakin banyak pula penghasilan yang diperoleh.
Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap
seseorang terhadap nilai – nilai yang baru dikenal.
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
b. Pekerjaan
Pekerjaan adalah simbol status seseorang di masyarakat. Pekerjaan
jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup
dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang diinginkan.
c. Keadaan ekonomi
Kondisi ekonomi keluarga yang rendah akan mengakibatkan seseorang
untuk tidak teratur memeriksakan kondisi kesehatannya.
d. Pendapatan
Pendapatan adalah hasil yang diperoleh dari kerjaan atau usaha yang
telah dilakukan. Pendapatan akan mempengaruhi gaya hidup seseorang.
Orang atau keluarga yang mempunyai statusekonomi atau pendapatan tinggi
akan mempraktekan gaya hidup yang mewah misalnya lebih konsumtif
karena mereka mampu untuk membeli semua yang dibutuhkan bila
dibandingkan dengan keluarga yang kelas ekonominya kebawah.
Dalam konsep teori keperawatan menurut Betty nauman (1995)
dijelaskan bagaimana tingkat sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan,
apakah pendapatan yang diterima sesuai dengan kebijakan upah minimum
regional (UMR) atau malah sebaliknya dibawah upah minimum. Hal ini
terkait dengan upaya pelayanan kesehatan ditujukan pada anjuran untuk
mengkonsumsi jenis makanan sesuai kemampuan status ekonomi masing –
masing. Berdasarkan informasi upah minimum regional (UMR) tahun 2012 di
Kabupaten Banjarnegara UMR yang dikeluarkan adalah senilai 765000
rupiah.
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
Sumber sumber daya yang lain yang juga merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya skabies yaitu :
Ketersediaan sumber air bersih
Air merupakan zat cair yang dinamis bergerak dan mengalir melalui
siklus hidrologi yang abadi. Sedangkan air bersih adalah salah satu jenis
sumber daya berbasis air bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia
untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari hari
termasuk diantaranya adalah sanitasi (Notoatmojo, 2011)
Air bersih dapat diartikan air yang memenuhi persyaratan untuk
pengairan sawah, untuk treatment air minum dan untuk treatmen air sanitasi.
Persyaratan disini ditinjau dari persyaratan kandungan kimia, fisika dan
biologis.
Syarat air bersih yaitu :
1. Secara Umum
· Air yang aman dan sehat yang bisa dikonsumsi manusia
2. Secara Fisik :
· Tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
3. Secara Kimia :
· PH netral (bukan asam/basa)
· Tidak mengandung racun dan logam berat berbahaya
· Parameter-parameter seperti BOD, COD, DO, TS, TSS dan
konductiviti memenuhi aturan pemerintah setempat.
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
E. Kerangka Teori
Kerangka teori yang diadopsi pada penelitian ini adalah teori tentang
faktor penyebab penyakit (teori ekologi lingkungan). Teori ini mendasarkan
pada konsep bahwa manusia berinteraksi pada berbagai faktor penyebab
dalam lingkungan tertentu dan pada keadaan tertentu akan menimbulkan
penyakit tertentu pula. Pengertian penyebab penyakit dalam epidemiologi
berkembang dari rantai sebab akibat kesuatu proses kejadian proses penyakit,
yakni proses interaksi yaitu proses interaksi manusia (penjamu) dengan
berbagai sifatnya, seperti : biologis, fisiologis, sosiologis, dan antropologis ;
dengan penyebab (agen), serta dengan lingkungan (environment).
Host
Environment agent
Gambar 2.1 Segitiga Epidemiologi
(Noor, 2008)
Berdasarkan teori-teori yang telah dibahas dalam tinjauan kepustakaan
maka kerangka teori dapat digambarkan sebagai berikut :
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
Gambar 2.2 Kerangka Teori
Modifikasi Bloom dan Notoatmojo (2003)
F. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
Faktor yang berhubungan dengan kejadian skabies
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Skabies :
a. Pengetahuan b. Personal Hygiene c. lingkungan d. Sosial Ekonomi
Skabies
Faktor biologis (karakteristik) 1. Umur 2. Jenis kelamin 3. Kelompok etnik 4. Tingkat pendidikan
Pengetahuan
Kejadian skabies
Personal hygiene
Lingkungan
Sosial ekonomi
Tidak Skabies
Sumber sumber daya : 1. Penyediaan air bersih 2. Kebiasaan
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015
G. Hipotesis
Hipotesis diartikan sebagai suatu teori sementara yang kebenarannya
perlu diuji. Ada dua hipotesis yaitu hipotesis statistik atau disebut juga
hipotesis nol (H0) dan Hipotesis kerja (Ha) disebut juga hipotesis alternatif.
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara penelitian atau dalil sementara
yang sebenarnya akan dibuktikan dalam penelitian (Notoatmodjo, 2002).
Hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah : adanya hubungan
tingkat pengetahuan, personal hygiene, lingkungan dan sosial ekonomi
terhadap kejadian skabies pada anak di wilayah kerja Puskesmas II
Banjarnegara tahun 2014.
Analisis Faktor yang..., Restu Kusumaningtyas, Keperawatan S1 UMP, 2015