bab ii tinjauan pustaka a. reviu penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/38634/3/bab ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Reviu Penelitian Terdahulu
Marcelia dan Purnomo (2017) meneliti tentang Pengaruh Nilai Tambah
Modal Intelektual dan Pengungkapan Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan
(Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) nilai tambah modal intelektual tidak
berpengaruh negatif terhadap pengungkapan modal intelektual, (2) pengungkapan
modal intelektual tidak berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, (3) nilai
tambah modal intelektual berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, (4) nilai
tambah modal intelektual berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan melalui
pengungkapan modal intelektual sebagai variabel intervening.
Purnomo (2014) meneliti tentang Pengaruh Intellectual Capital Terhadap
Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan Khususnya Di Industri Kuangan dan
Industri Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012.
Metode penelitiannya menggunakan partial least square. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara VAIC
dengan kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Indikator VAIC yang paling
berpengaruh positif dan signifikan adalah structural capital.
Sirojudin dan Nazaruddin (2016) meneliti tentang Pengaruh Modal
Intelektual dan Pengungkapannya Terhadap Nilai dan Kinerja Perusahaan.
8
Metode statistik yang digunakan adalah parsial least square, dengan hipotesis
pengujian nilai t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal intelektual dan
pengungkapan modal intelektual berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan dan kinerja perusahaan. Namun, pengungkapan modal intelektual tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.
Devi et al. (2017) meneliti tentang Pengaruh Pengungkapan Enterprise Risk
Management Dan Pengungkapan Intellectual Capital Terhadap Nilai Perusahaan.
Metode yang digunakan yaitu teknik analisa regresi data panel. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pengungkapan ERM berpengaruh positif dan signifikan pada
nilai perusahaan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pengungkapan IC
berpengaruh positif dan signifikan pada nilai perusahaan.
Ratmono (2013) meneliti tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas
Pengungkapan Enterprise Risk Management. Hasil pengujian hipotesis pertama
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan
ERM. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa dewan komisaris
berpengaruh terhadap luas pengungkapan ERM. Hasil hipotesis ketiga
menunjukkan bahwa struktur kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap luas
pengungkapan ERM. Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa
frekuensi rapat komite manajemen resiko tidak berpengaruh terhadap luas
penngungkapan ERM.
Sulistyaningsih dan Gunawan (2016) meneliti tentang Analisis Faktor-faktor
yang mempengaruhi risk management disclosure. Metode analisis dengan multiple
regression analysis. Hasil penelitian menunjukkan kepemilikan manajerial tidak
9
berpengaruh terhadap risk management disclosure. Kepemilikan publik
berpengaruh positif terhadap risk management disclosure. Ukuran dewan komisaris
berpengaruh positif terhadap risk management disclosure. Reputasi auditor tidak
berpengaruh terhadap risk management disclosure. Laverage tidak berpengaruh
terhadap risk management disclosure. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap risk management disclosure.
SAFITRI (2015) meneliti tentang Pengaruh Struktur Modal Dan Keputusan
Investasi terhadap Profitabilitas Dan Nilai Perusahaan. Metode analisa dalam
penelitian ini yaitu jalur analisa (path analysis). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa struktur modal tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas,
keputusan investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas.
Struktur modal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan,
keputusan investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
B. Tinjauan Pustaka
1. Stakeholder Theory
Freeman (1982) menyatakan mengenai teori stakeholder : “ any identifiable
group or individual who can affect the achievement of an organisation’s objectives,
or is affected by the achievement of an organisation’s objectives”. Berdasarkan
teori stakeholder, manajemen organisasi diharapkan untuk menjalankan aktivitas-
aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder dan melaporkan kembali aktivitas
tersebut kepada stakeholder (Ulum, 2015a). Kegiatan organisasi di perusahaan
harus memiliki kepentingan yang diinginkan para stakeholder, dan para manajemen
harus memikirkan kemakmuran para pemegang sahamnya. Perusahaan harus
10
memberikan informasi mengenai aktivitas perusahaan, walaupun para stakeholder
tidak bisa ikut langsung menjalankan tetapi ada modal yang mereka tanamkan
untuk jalannya operasional perusahaan.
Hal ini diperkuat oleh teori yang menyatakan bahwa semua stakeholder
mempunyai hak untuk disediakan informasi tentang bagaimana suatu aktivitas
organisasi mempengaruhi mereka (sebagai contoh, melalui sponsorship, inisiatif
pengamanan, polusi dll), bahkan ketika mereka tidak dapat secara langsung
memainkan peran yang konstruktif dalam kelangsungan hidup organisasi dan saat
mereka memilih untuk tidak menggunakan informasi telah disediakan (Deegan,
2004).
Tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu manager
korporasi mengerti lingkungan stakeholder mereka dan melakukan pengelolaan
dengan lebih efektif di antara keberadaan hubungan-hubungan di lingkungan
perusahaan mereka. Jika managemen dapat mengelola dengan baik dan maksimal
setiap potensi yang dimiliki perusahaan dengan inilah organisasi dapat menciptakan
value added untuk mendorong kinerja keuangan dan nilai perusahaan yang
dijadikan orientasi stakeholder dalam mengintervensi manajemen (Widarjo, 2011).
Manager dapat memenuhi aspek teori ini jika manajer mampu mengelola organisasi
secara maksimal, khususnya dalam upaya penciptaan nilai untuk perusahaan
(Ulum, 2015a).
2. Resource Based Theory
Resource-Based Theory merupakan suatu pemikiran yang ada dalam teori
manajemen strategik dan keunggulan kompetitif perusahaan yang meyakini bahwa
11
suatu perusahaan akan mencapai keunggulan apabila memiliki sumber daya yang
unggul (Solikhah et al., 2010). Di dalam teori RBT untuk mengembangkan
keunggulan kompetitif, suatu perusahaan harus mempunyai sumber daya dan
kemampuan yang baik dan melebihi para kompetitornya (Cheng et al., 2010).
Perusahaan dapat memperoleh keunggulan kompetitif dibandingkan dengan
perusahaan lain dapat dilihat dari cara-cara perusahaan dalam memperoleh,
mengelola serta mengembangkan segala aset yang dimilikinya baik aset berwujud
maupun aset tak berwujudnya. Suatu perusahaan mampu memperoleh keuntungan
kompetitif jika memiliki sumber daya yang unik dalam menciptakan suatu
keunggulan kompetitif bagi perusahaan sehingga mampu menciptakan nilai bagi
perusahaan dan mampu menguasai serta memanfaatkan Intellectual Capital
perusahaan (Faradina).
3. Enterprise Risk Management
Menurut COSO (2004) definisi Enterprise Risk Management adalah
“Enterprise Risk Management is a process, effected by an entity’s board of
directors, mangement and other personnel, applied is strategy setting and across
the enterprise, designed to identify potential events that may affect the entity, and
manage risk to be within its risk appetite, to provide reasonable assurance
regarding the achievement of entity objectives.” Pengungkapan manajemen risiko
(risk management disclosure) adalah pengungkapan mengenai bagaimana
perusahaan dalam mengendalikan risiko terkait masa mendatang atau
pengungkapan atas risiko-risiko dengan cara yang telah dikelola perusahaan
(Sulistyaningsih dan Gunawan, 2016). Hal ini menjadi sangat penting bagi
12
perusahaan untuk meningkatkan manajemen terhadap resiko yang akan dihadapi
perusahaan.
Perusahaan harus mampu melakukan pengelolaan resiko dengan baik agar
resiko tersebut tidak berdampak buruk bagi keberlangsungan aktivitas perusahaan.
Pengungkapan resiko adalah suatu upaya perusahaan untuk memberitahukan
kepada pengguna laporan tahunan tentang apa yang mengancam perusahaan,
sehingga dapat dijadikan faktor pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Dalam melakukan investasi para investor pun tidak hanya mempertimbangkan
informasi keuangan perusahaan saja tetapi informasi non-keuangan seperti resiko
yang akan dihadapi perusahaan kedepannya, dijadikan pertimbangan dalam
melakukan investasi. Tak hanya resiko yang akan timbul saja yang dijadikan
perhatian tetapi, pengelolaan management dalam melakukan pengendalian terhadap
resiko serta cara mengatasi resiko menjadi hal yang utama untuk dipertimbangkan.
Menurut Meizaroh dan Lucynda (2011) Pengungkapan ERM terdiri dari 108 item
yang mencakup delapan dimensi berdasarkan ERM framework yang dikeluarkan
oleh COSO yaitu: 1.) Lingkungan internal, 2.) Penetapan tujuan, 3.) Identifikasi
kejadian, 4.) Penilaian resiko, 5.) Respons atas resiko, 6.) Kegiatan pengawasan, 7.)
Informasi dan komunikasi, 8.) Pemantauan.
Adapun dari 8 komponen tersebut diungkapkan menjadi 108 item pengungkapan
enterprise risk management yaitu:
Tabel 2.1 Dimensi Pengungkapan Enterprise Risk Management 108 item
A. Internal Environment
1. Is there a charter of the board?
2. Information on the code of conduct/ethics?
13
3. Information on how compensation policies align interest of
managers with shareholders?
4. Information on individual performance targets?
5. Information on procedures for hiring and firing of board member
and management?
6. Information on remuneration policy of board members and
management?
7. Information on training, coaching and educational programs?
8. Information on training in ethical values?
9. Information on board responsibility?
10. Information on audit committee responsibility?
11. Information on CEO responsibilities?
12. Information on senior executive responsible for risk management?
13. Information on supervisory and managerial oversight?
B. Objective Setting
14. Information on company's mission?
15. Information on company's strategy?
16. Information on company's business objectives?
17. Information on company's business objectives?
18. Information on approval of the strategy by the board?
19. Information on the link between strategy, objectives, and
shareholder value?
C. Event Identification Financial Risk
20. Information on the extent of liquidity?
21. Information on the interest rate?
22. Information on the foreign exchange rate?
23. Information on the cost of capital?
24. Information on the access to the capital market?
25. Information on long-term debt instruments?
26. Information on default risk?
27. Information on solvency risk?
28. Information on equity price risk?
29. Information on commodity risk?
Compliance Risk
30. Information on litigation issues?
31. Information on compliance with regulation?
32. Information on compliance with industry codes?
33. Information on compliance with voluntary codes?
34. Information on compliance with recommendation of Corporate
Governance?
Technology Risk
35. Information on data management?
36. Information on computer systems?
37. Information on the privacy of information held on customers?
38. Information on software security?
14
Economical Risk
39. Information on the nature of competition?
40. Information on the macro-economic events that could affect the
company?
Reputational Risk
41. Information on environmental issues?
42. Information on ethical issues?
43. Information on health and safety issues?
44. Information on lower/higher stock or credit rating?
D. Risk Assessment
45. Risk assessment of the extent of liquidity?
46. Risk assessment of the interest rate?
47. Risk assessment of the foreign exchange rate?
48. Risk assessment of the cost of capital?
49. Risk assessment of the access to the capital market?
50. Risk assessment of long-term debt instruments?
51. Risk assessment of default risk?
52. Risk assessment of solvency risk?
53. Risk assessment of equity price risk?
54. Risk assessment of commodity risk?
55. Risk assessment of litigation issues?
56. Risk assessment of compliance with regulation?
57. Risk assessment of compliance with industry codes?
58. Risk assessment of compliance with voluntary codes?
59. Risk assessment of compliance with recommendation of Corporate
Governance?
60. Risk assessment of data management?
61. Risk assessment of computer systems?
62. Risk assessment of the privacy of information held on customers?
63. Risk assessment of on software security?
64. Risk assessment of the nature of competition?
65. Risk assessment of environmental issues?
66. Risk assessment of ethical issues?
67. Risk assessment of health and safety issues?
68. Risk assessment of lower/higher stock or credit rating?
69. Information on techniques used to assess the potential impact of
events combining?
E. Risk Response
70. General description of processes for determining how risk should
be managed?
71. Information on written guidelines about how risk should be
managed?
72. Response to the liquidity risk?
73. Response to the interest rate risk?
74. Response to the foreign exchange rate risk?
75. Response to the risk related to cost of capital?
15
76. Response to the access to the capital market?
77. Response to long-term debt instruments?
78. Response to litigation risk?
79. Response to default risk?
80. Response to n solvency risk?
81. Response to equity price risk?
82. Response to commodity risk?
83. Response to compliance with regulation?
84. Response to compliance with industry codes?
85. Response to compliance with voluntary codes?
86. Response to compliance with recommendation of Corporate
Governance?
87. Response to data risk?
88. Response to computer systems risk?
89. Response to the privacy of information held on customers?
90. Response to risk of software security?
91. Response to the risk of competition?
92. Response to environmental risk?
93. Response to ethical risk?
94. Response to health and safety risk?
95. Response to risk of lower/higher stock or credit rating?
F. Control Activities
96. Information on sales control?
97. Information on review of the functioning and effectiveness of
controls?
98. Information on review of the functioning and effectiveness of
controls?
99. Information on documents and record as control?
100. Information on independent verification procedures?
101. Information on physical controls?
102. Information on process control?
G. Information and Communications
103. Information on verification of completeness, accuracy and validity
of information?
104. Information on channels of communication to report suspected
breaches of laws, regulations or other improprieties?
105. Information on channels of communication with customers,
vendors and other external parties?
H. Monitoring
106. Information on how processes are monitored?
107. Information about Internal audit?
108. Information about the budget of the Internal Audit?
Sumber: COSO (2004)
16
4. Intellectual Capital Disclosure
Pengungkapan intellectual capital merupakan suatu tingkat pengungkapan
atas modal intelektual yang dimiliki oleh perusahaan juga telah diidentifikasi
sebagai seperangkat aset yang tak berwujud yang mampu mendorong penciptaan
nilai karena kemampuannya dapat mendorong kinerja organisasi (Bontis, 1998).
Pentingnya informasi intellectual capital bagi pelaku pasar modal dalam proses
pengambilan keputusan investasi telah terdokumentasi dengan baik dalam sejumlah
literatur . Misalnya, Holland (2006) menemukan bahwa para ahli analis dan fund
manager memerlukan dan menggunakan informasi tentang intellectual capital
dalam melakukan keputusan investasi dan penilaian perusahaan. Informasi
mengenai intellectual capital harus dijadikan perhatian perusahaan dalam sisi
pengungkapannya di laporan tahunan. Perusahaan harus menata dengan baik modal
intelektual yang dimiliki perusahaan untuk mampu menunjang aktivitas yang ada
di perusahaan. Commission (2006) menjelaskan dua alasan utama untuk
melaporkan informasi intellectual capital, yaitu:
1. Pelaporan intellectual capital dapat memberikan informasi tambahan yang
digunakan untuk meningkatkan manajemen perusahaan secara keseluruhan;
2. Pelaporan intellectual capital dapat melengkapi laporan keuangan perusahaan,
karena itu ia memberikan gambaran tentang perusahaan secara lebih luas, lebih
jujur dan lebih bermakna.
Selain itu, penyajian informasi intellectual capital disclosure dalam laporan
tahunan perusahaan merupakan sinyal yang diberikan kepada (calon) investor
tentang aset tak berwujud yang dimiliki perusahaan (Ulum, 2015a). Sinyal ini yang
17
akan memberikan dukungan investor untuk melakukan penanaman saham di
perusahaan. Intellectual capital disclosure menjadi sarana yang sangat efektif bagi
perusahaan dalam memberikan sinyal keunggulan kualitas karena pentingnya
intellectual capital dalam menciptakan kekayaan di masa depan (Guthrie dan Petty,
2000). Adapun 3 komponen mengenai intellectual capital (Brinker, 1997):
1. Human capital yaitu kemampuan karyawan dalam memberikan solusi kepada
pelanggan untuk berinovasi dan pembaruan.
2. Structural capital yaitu infrastruktur yang mendukung komponen human capital
dari intellectual capital.
3. Customer capital yaitu hubungan dengan orang-orang yang berada bersama
perusahaan dalam kagiatan bisnis.
Dari 3 komponen pengungkapan intellectual capital disclosure dijelaskan menjadi
36 item pengungkapan yaitu:
Tabel 2.2 Komponen intellectual capital 36 item
Human Capital
(8 item)
Structural capital
(15 item)
Relational Capital
(13 item)
Jumlah karyawan Visi misi Brand
Level pendidikan Kode etik Pelanggan
Kualifikasi karyawan Hak paten Loyalitas pelanggan
Pengetahuan karyawan Hak cipta Nama perusahaan
Kompetensi karyawan Trademarks Jaringan distribusi
Pendidikan dan
pelatihan
Filosofi management Kolaborasi bisnis
Jenis pelatihan terkait Budaya organisasi Perjanjian lisensi
Turnover karyawan Proses manajemen Kontrak-kontrak yang
menguntungkan
Sistem informasi Perjanjian franchise
Sistem jaringan Penghargaan
Corporate governance Sertifikasi
Sistem pelaporan
pelanggaran
Strategi pemasaran
18
Analisis kinerja
keuangan komprehensif
Pangsa pasar
Kemampuan membayar
utang
Struktur permodalan
(Sumber:Ulum, 2015a, 175)
5. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan tercermin dari harga pasar saham. Nilai perusahaan
merupakan potensi pertumbuhan suatu perusahaan yang dihubungkan dengan
perkembangan harga saham sehingga menimulkan persepsi investor (Sanjaya dan
Linawati, 2015). Apabila harga saham meningkat maka nilai perusahaan juga akan
meningkat. Tujuan perusahaan memaksimumkan suatu nilai juga memiliki
beberapa keuntungan terutama dalam pembelian perusahaan dan penggabungan
perusahaan (Sartono, 2001). Nilai perusahaan akan meningkat jika perusahaan
dapat melakukan pembiayaan investasi dengan net present value yang positif,
karena net present value yang positif dapat memberikan value added kepada
pemegang saham (Sartono, 2001).
Ada beberapa faktor yang mencerminkan nilai perusahaan yaitu
profitabilitas, size, struktur modal, kinerja keuangan. Profitabilitas yang tinggi
membuat para calon investor tertarik untuk berinvestasi karena profit
mencerminkan nilai perusahaan yang tinggi (Repi et al., 2016). Selain itu, semakin
besar ukuran perusahaan maka semakin mudah pula perusahaan mendapatkan
sumber pendanaan baik yang bersifat internal maupun eksternal (Dewi dan
Wirajaya, 2013). Teori struktur modal menjelaskan bahwa kebijakan suatu
pendanaan (financial policy) dapat menentukan struktur modal yang bertujuan
19
untuk mengoptimalkan nilai perusahaan karena harga saham yang maksimum
dipengaruhi oleh struktur modal yang optimal (Hermuningsih, 2014). Perusahaan
sebisa mungkin meningkatkan dan menjaga kinerja keuangannya karena menjadi
suatu keharusan agar saham tersebut dapat eksis dan diminati para investor
(Mahendra Dj et al., 2012).
Kekayaan pemegang saham dan perusahaan ditunjukkan oleh harga pasar dari
saham yang dijadikan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan (financing),
dan manajemen aset (Hermuningsih, 2014). Dalam penelitian ini peneliti melihat
pengaruh nilai perusahaan dicerminkan oleh aset tak berwujud berupa intellectual
capital disclosure serta informasi tentang enterprise risk management. Modal
intelektual berperan penting dalam meningkatan nilai perusahaan karena nilai pasar
akan meningkat jika perusahaan mampu memanfaatkan modal intelektualnya
secara efisien (Sunarsih dan Mendra, 2012). Serta penyajian berupa informasi profil
resiko perusahaan dan pengelolaan terhadap resiko merupakan informasi non-
finansial yang diperlukan para investor sebagai bentuk transparasi yang dilakukan
perusahaan (Devi et al., 2017).
Nilai perusahaan dijadikan pertimbangan para investor untuk melakukan
investasi. Naiknya nilai perusahaan merupakan suatu kebanggaan sendiri bagi para
manager yang mengelolanya karena dengan naiknya nilai perusahaan sebagai
prestasi yang dibuat perusahaan atas capaian yang diinginkan. Oleh karena itu,
pihak yang terkait dengan aktivitas perusahaan melakukan pembaharuan dan
perbaikan atas semua hal yang menjadi pendukung naiknya nilai perusahaan itu.
20
6. Reaksi Investor
Reaksi investor merupakan suatu bentuk respon investor terhadap informasi
yang diberikan perusahaan baik yang bersifat positif maupun negatif (Apriliastuti
dan Andayani, 2015). Investor memberikan reaksi untuk melakukan penanaman
modal di dalam perusahaan dengan terlebih dahulu melilhat kandungan informasi
di dalam perusahaan yang dipublikasikan. Informasi tersebut bisa dari aset
berwujud mengenai kinerja keuangan perusahaan dan aset tak berwujud seperti
intellectual capital, dan laporan manajemen resiko perusahaan. Suatu informasi
memiliki suatu nilai apabila informasi itu dapat langsung di reaksi dengan investor
untuk melakukan transaksi di pasar modal.
Suatu laporan memuat kandungan informasi, jika jumlah lembar saham yang
diperdagangkan menjadi lebih besar saat earning diumumkan, hal ini
mengakibatkan adanya reaksi pasar terhadap informasi yang diberikan perusahaan
baik bersifat positif maupun negatif (Beaver, 1968). Pengujian terhadap informasi
dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Alat yang digunakan
dalam mengukur reaksi investor salah satunya dengan abnormal return
(Hartono,2013). Menurut Hartono (2013) abnormal return merupakan suatu
kelebihan atau kekurangan dari return sesungguhnya yang terjadi terhadap return
normal. Return normal merupakan return ekspektasi yaitu return yang diharapkan
investor. Ini berarti abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya
yang terjadi dengan return ekspektasi.
21
Menurut teori Brown dan Warner (1985) dalam buku Hartono (2013)
menjelaskan bahwa untuk mengestimasi return yang diharapkan (expected return)
dapat digunakan tiga model, yaitu :
1. Model Disesuaikan Rata-rata (Mean Adjusted Model)
Model Disesuaikan Rata-rata (Mean Adjusted Model) hal ini diasumsikan
bahwa expected return memiliki nilai konstan yang sama dengan rata-rata
return realisasi sebelumnya selama periode estimasi. Expected return pada
pada periode tertentu didapatkan dari lamanya periode estimasi.
2. Model Pasar (Market Model)
Model Pasar (Market Model) dihitung melalui dua tahap yaitu membentuk
model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode return
estimasi. Mengestimasi return ekspektasi pada periode jendela dengan
menggunakan model ekspektasi ini. Model ekspektasi di bentuk dengan
teknik regresi OLS (Ordinary Least Square).
3. Model Disesuaikan pasar (Market Adjusted Model)
Model disesuaikan pasar (Market Adjusted Model) menganggap bahwa
penduga paling baik dalam melakukan estimasi return dari suatu sekuritas
adalah return indeks pasar pada saat ini. Model ini tidak menggunakan periode
estimasi dalam membentuk model estimasi karena return sekuritas yang
diestimasi sama dengan return indeks harga pasar.
22
C. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh enterprise risk management terhadap nilai perusahaan.
Pengungkapan manajemen risiko (risk management disclosure) adalah
pengungkapan mengenai bagaimana perusahaan dalam mengendalikan risiko
terkait masa mendatang atau pengungkapan atas risiko-risiko dengan cara yang
telah dikelola perusahaan (Sulistyaningsih dan Gunawan, 2016). Selain itu, menurut
Kristiono (2014) pengungkapan resiko merupakan bentuk upaya perusahaan untuk
memberitahukan kepada pengguna laporan tahunan tentang informasi yang
mengancam perusahaan, sehingga dapat dijadikan faktor pertimbangan dalam
pengambilan keputusan. Pengungkapan manajemen resiko dapat meningkatkan
nilai perusahaan hal ini tergambar dari keberanian manajemen memberikan
informasi yang cukup privat tentang kegiatan manajemen perusahaan.
Adapun beberapa penelitian yang telah mengungkapkan kaitan
pengungkapan enterprise risk management dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Salah satunya dari Devi et al. (2017) hasil penelitiannya berhasil membuktikan
bahwa pengungkapan enterprise risk management berpengaruh positif dan
signifikan pada nilai perusahaan. Adapun penelitian dari Aditya dan Naomi (2017)
yang menyatakan bahwa pengungkapan enterprise risk management ke nilai
perusahaan memang signifikan tetapi dengan adanya variabel kontrol yang
mendukung seperti ukuran perusahaan, laverage, profitabilitas, pertumbuhan
penjualan, volatilitas harga saham, dan kebijakan deviden.
Memang tidak banyak perusahaan melakukan pengungkapan terhadap resiko
apa saja yang akan mereka hadapi kedepananya di laporan tahunannya. Hal ini
23
dikarenakan perusahaan tidak berani mengambil keputusan karena dikhawatirkan
akan memberikan pandangan yang buruk dari orang diluar perusahaan terhadap
perusahaannya. Padahal yang kita ketahui perusahaan harus memiliki transparasi
terhadap apa yang ada di perusahaan itu. Jika perusahaan melakukan pengungkapan
manajemen resiko yang ada tentulah hal ini akan menarik para investor untuk
berinvestasi di perusahaannya tersebut karena para investor memiliki pandangan
dari ancaman yang akan dia dapatkan jika berinvestasi. Jika perusahaan melakukan
pengungkapan mengenai enterprise risk management akan menjadi nilai tambah
bagi perusahaan itu sendiri untuk menarik para investor. Dengan demikian hipotesis
yang diajukan:
H1 : Enterprise Risk Management berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan.
2. Pengaruh intellectual capital disclosure terhadap nilai perusahaan.
Pengungkapan intellectual capital merupakan suatu tingkat pengungkapan
atas modal intelektual yang dimiliki oleh perusahaan juga telah diidentifikasi
sebagai seperangkat aset yang tak berwujud yang mampu mendorong penciptaan
nilai karena kemampuannya dapat mendorong kinerja organisasi (Bontis, 1998).
Commission (2006) menjelaskan dua alasan utama untuk melaporkan informasi
intellectual capital, yaitu pelaporan IC memberikan informasi tambahan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan manajemen perusahaan secara keseluruhan,
pelaporan IC melengkapi laporan keuangan perusahaan dan oleh karena itu ia
memberikan gambaran tentang perusahaan secara lebih luas, lebih jujur dan lebih
bermakna. Nikolaj Bukh (2003) menyatakan bahwa proses penciptaan nilai (value
24
creation) didasarkan pada pengungkapan perusahaan tentang intellectual capital
setiap perusahaan.
Adapun beberapa penelitian yang telah melakukan penelitian tentang
hubungan intellectual capital terhadap nilai perusahaan. Penelitian oleh Devi et al.
(2017) menunjukkan bahwa adanya pengaruh signifikan pegungkapan intellectual
capital terhadap nilai perusahaan. Selain itu, penelitian dari Purnomo (2014) juga
menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara VAIC
dengan nilai perusahaan. Selanjutnya penelitian dari Sirojudin dan Nazaruddin
(2016) mengatakan hal yang sama bahwa modal intelektual dan pengungkapan
intelektual berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Pengungkapan informasi yang ada di perusahaan tidak hanya informasi
tentang keadaan finansial di suatu perusahaan saja. Tetapi informasi non-finansial
juga perlu diungkapkan dalam kepemilikan dan pemanfaatan sumber daya yang ada
di perusahaan. IC memiliki 3 komponen yang menjadi tolak ukur pengujiannya
yaitu human capital, structural capital, dan relational capital. Informasi yang
memuat tentang keadaan non-finansial perusahan juga dapat membantu investor
dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi atau tidak. Karena pengelolaan
mengenai IC yang baik dalam suatu perusahaan juga merupakan penilaian
tersendiri para investor. Oleh karena itu, pengungkapan intellectual capital dapat
meningkatkan nilai yang ada di perusahaan. Dengan demikian hipotesis yang
diajukan:
H2 : Intellectual Capital berpengaruh terhadap Nilai perusahaan .
25
3. Reaksi Investor memediasi pengaruh hubungan enterprise risk management
terhadap nilai perusahaan.
Keputusan investasi seorang manager merupakan hal yang penting yang
diinginkan perusahaan untuk membantu kinerja organisasinya dari segi finansial.
Sebelum melakukan investasi biasanya investor melihat terlebih dahulu bagaimana
nilai yang perusahaan miliki. Nilai perusahaan merupakan bentuk prestasi atas
kinerja yang dilakukan perusahaan. Nilai perusahaan tercermin dari nilai pasar dari
ekuitas perusahaan dan nilai pasar utang. Tidak hanya dari harga saham saja,
investor dalam melakukan pertimbangan keputusan melihat segala aspek yang
dimiliki perusahaan. Manajemen yang mengelola perusahaan dengan menerapkan
ERM akan memberikan jaminan perlindungan untuk investor karena resiko yang
dihadapi perusahaan mampu dikelola dengan baik (Sanjaya dan Linawati, 2015).
Adapun penelitian dari Mahakaryawati dan Ulum (2009) yang meneliti
tentang pengaruh tingkat suku bunga dan likuiditas perusahaan terhadap resiko
investasi saham yang terdaftar di Jakarta Islamic index menunjukkan bahwa tingkat
suku bunga berpengaruh terhadap resiko investasi dengan arah negatif. Penilaian
terhadap resiko merupakan salah satu komponen yang ada di ERM.
Aspek yang menjadi penilaian investor tidak hanya dari sisi finansial saja, sisi
non-finansial juga dijadikan penilaian tersendiri. Salah satu penilaiannya pun
dilihat dari manajemen resiko yang diungkapkan perusahaan. Informasi ini penting
karena investor dapat menilai bagaimana manajemen melakukan pengelolaan
terkait ancaman yang sekarang maupun di masa yang akan datang. Jika manajemen
melakukan dengan baik, maka investor pun akan tenang melakukan investasi. Hal
26
inilah yang mendorong hubungan antara enterprise risk management terhadap nilai
perusahaan yang dipengaruhi reaksi investor. Dengan demikian hipotesis yang
diajukan:
H3 : Reaksi investor memediasi hubungan antara enterprise risk management
dengan nilai perusahaan.
4. Reaksi investor memediasi pengaruh hubungan intellectual capital disclosure
terhadap nilai perusahaan.
Holland (2006) menemukan bahwa para ahli analis dan fund manager
memerlukan dan menggunakan informasi tentang intellectual capital dalam
melakukan keputusan investasi dan penilaian perusahaan. Pentingnya informasi
intellectual capital bagi pelaku pasar modal dalam proses pengambilan keputusan
investasi terdokumentasi dengan baik dalam sejumlah literatur. Mousavi dan
Takhtaei (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh ICD terhadap pasar
modal dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa intellectual capital disclosure
memiliki pengaruh terhadap harga saham, resiko dan cost capital.
Pengungkapan modal intelektual menjadi penilaian tersendiri karena disini
dilihat sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan seperti apa, kemampuan
perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan struktur yang
mendukung usaha karyawan serta hubungan baik pihak perusahaan terhadap
lingkungan eksternal. Hal tersebut yang mengakibatkan reaksi investor dapat
mempengaruhi hubungan intellectual capital disclosure dengan nilai perusahaan.
Dengan demikian hipotesis yang diajukan:
27
H4 : Reaksi investor memediasi hubungan antara intellectual capital
disclosure dengan nilai perusahaan.
D. Kerangka Pemikiran Teoritis (Dalam Bentuk Bagan Alur)
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Reaksi
Investor
Enterprise risk
management
Intellectual
Capital Disclosure
Nilai
perusahaan
H1
H2
H3
H4