bab ii tinjauan pustaka a. pondok pesantren 1. pengertian
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pondok Pesantren
1. Pengertian Pondok Pesantren
Secara terminologis pesantren didefinisikan sebagai lembaga pendidikan
tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami dan mengamalkan
ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman
sehari-hari. Perlu dijelaskan bahwa pengertian “tradisional” dalam definisi ini
bukan berarti kolot dan ketinggalan zaman, tetapi menunjuk pada pengertian
bahwa lembaga ini telah hidup sejak ratusan tahun yang lalu. Ia telah menjadi
bagian dari sistem kehidupan sebagian besar umat Islam Indonesia. Bahkan, telah
pula mengalami perubahan dari waktu ke waktu sesuai dengan perjalanan hidup
umat Islam. Jadi “tradisional” disini bukan dalam arti tetap tanpa mengalami
penyesuaian (Damopolii, 2011:57).
Pondok pesantren pada awalnya berdirinya mempunyai pengertian yang
sederhana, yaitu tempat pendidikan santri-santri untuk mempelajari pengetahuan
Agama Islam di bawah bimbingan seorang kiai/guru/ustad dengan tujuan untuk
menyiapkan para santri sebagai kader dakwah Islamiah, yang menguasai Agama
Islam dan siap menyebarkan Agama Islam di berbagai lapisan masyarakat
(Depkes RI, 2013).
Secara umum, pesantren diartikan sebagai tempat tinggal para santri. Oleh
karena itu, perkataan pesantren disinyalir berasal dari kata santri juga, dengan
penambahan awalan “pe” dan akhiran “an” (Damopolii,2011). Zamakhsyari
Dhofier mengutip beberapa pendapat Profesor Johns yang mengatakan
7
bahwa istilah santri sebenarnya berasal dari bahasa Tamil, yang berarti guru
mengaji. Sedangkan C.C Berg berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari
istilah shastri yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci
agama Hindu, atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Selain itu, ada
juga yang berpendapat bahwa kata shastri berasal dari kata shastra yang berarti
buku-buku suci, buku-buku agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan.
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan Islam yang
berbasis masyarakat baik sebagai satuan pendidikan dan/atau sebagai wadah
penyelenggara pendidikan (Depkes RI,2013).
Sebenarnya pengertian dari pesantren maupun pondok, sama-sama
mengandung substansi pengertian sebagai tempat tinggal para santri, sehingga
pemakaian istilah tersebut secara bersamaan yang lazim adalah pondok pesantren
merupakan penguatan makna saja. Akan tetapi, penggunaan salah satunya saja
sebenarnya sudah dianggap cukup memadai untuk mendeskripsikan lembaga
pendidikan Islam Indonesia yang indigenous itu (Damopolii,2011:57).
Terlepas dari definisi-definisi pondok pesantren diatas, dalam konteks ini
pengertian yang cocok adalah asrama para santri yang dibangun untuk belajar
ilmu agama dan sekaligus menjadi tempat tinggalnya.
2. Jenis – jenis Pondok Pesantren
Jenis-jenis pondok pesantren ada empat bagian yaitu:
a) Pondok pesantren dilihat dari sarana dan prasarana
Pondok pesantren dilihat dari sarana dan prasarana merupakan jenis pondok
pesantren yang menggambarkan bahwa secara umum pondok pesantren
memiliki sarana dan prasarana sebagainya antara lain:
8
1. Tempat tinggal kyai
2. Tempat tinggal santri
3. empat belajar bernama
4. Tempat ibadah (sembahyang)
5. Tempat memasak (dapur) santri, dan lain.
Kelengkapan sarana dan prasarana pondok pesantren yang satu dengan yang
lain bisa jadi berbeda. Hal ini tergantung pada tipe pesantrennya, atau paling tidak
tergantung pada keinginan dan kemampuan Kyai yang mendirikan dan mengelola
pesantren bersangkutan.
Pondok pesantren dilihat dari sarana prasarana memiliki beberapa variasi
bentuk atau model yang secara garis besar di kelompokkan ada tiga tipe
(L. Hakim,2003), yaitu:
1) Pesantren Tipe A, memiliki ciri-ciri :
a. Para santri belajar dan menetap di pesantren
b. Kurikulum tidak tertulis secara eksplisit, tetapi berupa hidden kurikulum
(kurikulum tesembunyi yang ada pada benak kyai).
c. Pola pembelajaran menggunakan pembelajaran asli milik pesantren
(sorogan, bandongan dan lainnya)
d. tidak menyelenggarakan pendidikan dengan sistem madrasah
2) Pesantren Tipe B, memiliki ciri-ciri :
a. Para santri tinggal dalam pondok asrama
b. Pemanduan antara pola pembelajaran asli pesantren dengan sistem
madrasah/sistem sekolah
9
c. Terdapat kurikulum yang jelas
d. Memiliki tempat khusus yang berfungsi sebagai sekolah/madrasah
3) Pesantren tipe C, memiliki ciri-ciri:
a. Pesantren hanya semata-mata tempat tinggal bagi para santri
b. Para santri belajar di madrasah atau sekolah yang letaknya diluar bukan
milik pesantren.
c. Waktu belajar di pesantren biasanya malam atau siang hari pada saat
santri tidak belajar di sekolah/madrasah (ketika mereka berada di
pondok/asrama.
d. Pada umum/nya tidak terprogram dalam kurikulum yang jelas dan baku.
Sebuah institusi di Pondok Pesantren harus memiliki setidaknya tiga unsur
pokok, yaitu :
1) Adanya kyai yang memberikan pengajaran
2) Para santri yang belajar dan tinggal di pondok
3) Adanya masjid sebagai tempat ibadah dan tempat mengaji.
b. Pondok Pesantren dilihat dari ilmu yang diajarkan
1) Pesantren Tradisional (Salafiyah)
Pesantren tradisional (Salafiyah ) Pesantren tradisional (salafiyah) yaitu
pesantren yang masih tetap mempertahankan bentuk aslinya dengan semata-mata
mengajarkan kitab yang ditulis oleh ulama abad ke 15 M dengan menggunakan
bahasa Arab. Pola pengajaranya dengan menggunakan sistem “halaqah", artinya
diskusi untuk memahami isi kitab bukan untuk mempertanyakan kemungkinan
benar salahnya yang diajarkan oleh kitab, tetapi untuk memahami apa maksud
10
yang diajarkan oleh kitab. Santri yakin bahwa kyai tidak akan mengajarkan hal-
hal yang salah, dan mereka yakin bahwa isi kitab yang dipelajari benar
(Mastuhu,1994). Kurikulumnya tergantung sepenuhnya kepada para kyai
pengasuh pondoknya. Santrinya ada yang menetap didalam pondok (santri
mukim), dan santri yang tidak menetap di dalam pondok (santri kalong).
Sedangkan sistem madrasah (schooling) diterapkan hanya untuk memudahkan
sistem sorogan yang dipakai dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama,
tanpa mengenalkan pengajaran umum (Dhofier,1994).
Dalam konteks pesantren salafi, orientasi utamanya adalah memberikan
layanan dalam kajian agama Islam atau tafaqquh fi al-din kepada para santri. Oleh
karena itu, model penyelenggaraan pendidikan pesantren semacam ini lebih
diarahkan untuk melakukan kaderisasi ahli ilmu agama Islam yang diharapkan
memiliki kemampuan untuk mentransmisikan ajaran agama Islam kepada
masyarakat. Akan tetapi keadan pesantren seperti ini dianggap terlalu berorientasi
sempit sehingga tidak responsif terhadap dinamika masyarakat yang terus
bergerak maju. Dengan begitu, banyak dari pesantren salafi ini secara bertahap
memberi respons terhadap kebutuhan masyarakat (Damopolii,2011:65).
2) Pesantren Modern (Kalafiyah)
Pesantren Modern (Khalafiyah) yaitu pondok pesantren yang berusaha
mengintegrasikan secara penuh sistem klasikal dan sekolah kedalam pondok
pesantren. Pengajian kitab-kitab klasik tidak lagi menonjol, bahkan ada yang
hanya sekedar pelengkap, tetapi berubah menjadi mata pelajaran atau bidang
studi.Perkembangan ini sangat menarik untuk diamati sebab hal ini akan
mengetahui keseluruhan sistem tradisi pesantren, baik system kemasyarakatan,
11
agama, dan pandangan hidup. Homogenetis kultural dan keagamaan akan semakin
menurun dengan keanekaragaman dan kompleksitas perkembangan masyarakat.
Indonesia modern. Namun demikian hal yang lebih menarik lagi adalah
kelihatannya para kyai telah siap menghadapi perkembangan jaman(Dhofier,
1994).
Meskipun diajarkan ilmu sosial politik tetapi pesantren modern tetap
mengaitkannya dengan ajaran agama.Artinya meskipun pesantren
menyelenggarakan pendidikan kesekolahan tetapi diimbangi dengan pendidikan
kemadrasahan.
3) Pondok Pesantren Komprehensif
Pondok pesantern komprehensif yaitu pondok pesantren yang
menggabungkan sistem pendidikan dan pengajaran antara yang tradisional dan
yang modern. Artinya di dalamnya diterapkan pendidikan dan pengajaran kitab
kuning dengan metode sorogan, bandongan dan wetonan, namun secara reguler
sistem persekolahanterus dikembangkan.Lebih jauh daripada itu pendidikan
masyarakatpun menjadi garapannya, kebesaran pesantren dengan akan terwujud
bersamaan dengan meningkat-nya kapasitas pengelola pesantren dan jangkauan
programnya di masyarakat. Karakter pesantren yang demikian inilah yang dapat
dipakai untuk memahami watak pesantren sebgai lembaga penberdayaan
masyarakat(M.D. Nafi’. 2007).
c. Pondok Pesantren dilihat dari jumlah santrinya
Pondok pesantren dilihat dari jumlah santrinya merupakan jenis pondok
pesantren yang menggambarkan termasuk pondok pesantren besar, pondok
12
pesantren menengah, dan pondok pesantren kecil. Hal ini sebagaimana yang
dikemukakan Dhofier bahwa pesantren dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:
1) Pondok pesantren yang memiliki jumlah santri lebih besar dari 2000
orang termasuk pondok pesantren besar. Contoh dari pondok pesantrem ini adalah
Lirboyo, dan Ploso di Kediri, Gontor ponorogo, Tebuireng, Denanyar Jombang,
As-Syafi'iyah Jakarta dan sebagainya. Pondok jenis ini biasanya berskala
nasional. Bahkan pondok modern Gontor Ponorogo mempunyai santri yang
berasal dari luar negeri seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei.
2) Pondok pesantren yang memiliki jumlah santri antara 1000 sampai 2000
orang termasuk pondok pesantren menengah. Contoh dari pondok pesantren ini
adalah Maslakul Huda Kajen-Pati. Pondok pesantren ini biasanya berskala
regional.
3) Pondok pesantren yang memiliki santri kurang dari 1000 orang
termasuk pesantren kecil. Contoh pondok pesantren jenis ini adalah Tegalsari
(Salatiga), Kencong dan Jampes di Kediri. Pondok pesantren ini biasanya berskala
lokal pondok, balikan ada juga yang regional ( Dhofier,1994).
d. Pondok Pesantren dilihat dari bidang pengetahuan
Pondok pesantren dilihat dari bidang pengetahuan merupakan jenis pondok
pesantren yang menggambarkan kajian pengetahuan yang ada pada pesantren
tersebut dibagi menjadi tiga jenis. Ketiga jenis pesantren tersebut adalah :
13
1) Pondok pesantren tasawuf, jenis pesantren ini pada umumnya
mengajarkan pada santrinya untuk selalu menghambakan diri kepada Allah sang
pencipta, dan banyak bermunajat kepada-Nya.
2) Pondok pesantren Fiqh, jenis pesantren ini pada umumnya lebih
menekankan kepada santri untuk menguasai ilmu fiqih atau hukum Islam,
sehingga diharapkan santri lulusannya dapat menyelesaikan permasalahan hidup
berdasarkan hukum Islam.
3) Pondok pesantren alat, jenis pesantren ini pada umumnya lebih
mengutamakan pengajaran tentang gramatika bahasa Arab dan pengetahuan
filologis dan etimologis, dengan pelajaran utama Nahwu dan Syorof
(E.S. Nad,1985).
B. Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan
1. Pengertian Sanitasi
Sanitasi adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah penyakit dengan
mengendalikan faktor-faktor lingkungan yang berhubungan dengan rantai
penularan penyakit agar meningkatnya drajat kesehatan manusia. Berikut
beberapa pengertian sanitasi :
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dan
dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan
bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan
meningkatkan kesehatan manusia (Mundiatun dan Daryanto,2014:55).
14
Ilmu sanitasi berasal dari ilmu yang mempelajari hubungan total antara
makhluk hidup dan lingkungan hidupnya atau disebut ekologi (Sumantri,2015:2)
Sanitasi atau usaha kesehatan masyarakat erat sekali hubungannya dengan
usaha kesehatan lainnya. Di antara banyak kegiatan kesehatan lingkungan dapat
disebutkan program/kegiatan penyediaan air minum, pengelolaan dan
pembuangan limbah cair, gas, dan padat, mencegah kebisingan, mencegah,
mencegah kecelakaan, mencegah penyakit bawaan air, udara, makanan, dan
vektor, pengelolaan lingkungan air, udara, makanan, permukiman, dan bahan
berbahaya, pengelolaan keamanan dan sanitasi transportasi, kepariwisataan seperti
hotel, motel, dan tempat makan umum, dan pelabuhan , turut mencegah dan
memberi pertolongan pada bencana alam, dan pengelolaan lingkungan kerja
(Slamet,1994:10).
Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang
mencakup perumahan, pembuangan kotoran , penyedian air bersih dan sebagainya
(Notoadmojo,2007). Sedangkan jika diterapkan dalam lingkup pondok pesantren,
maka sanitasi pondok pesantren adalah suatu upaya pengendalian terhadap faktor-
faktor lingkungan pondok pesantren yang dapat mengganggu kesehatan dan fisik
manusia serta keberlangsungan hidup yang ada di pondok pesantren sebagai
tempat menimba ilmu agama dan sekaligus tempat tinggal untuk para santri.
Sanitasi Lingkungan adalah bagian dari ilmu kesehatan lingkungan yang
meliputi cara dan usaha individu atau masyarakat untuk mengontrol dan
mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta
yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia (Chandra,2014:4).
15
2. Pengertian Kesehatan Lingkungan
Kesehataan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadan
lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya
status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan
tersebut mencakup perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan
air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan
ternak (kandang) dan sebaginya. Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan
lingkungan adalah suatu usaha untuk memerbaiki atau mengoptiumkan
lingkungan hidup manusia agar merupkan media yang baik untuk terwujudnya
kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya
(Notoatmodjo,2003:147).
Kesehatan lingkungan adalah ilmu yang merupakan cabang dari ilmu
kesehatan masyarakat yang menitik beratkanperhatiannya pada perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, pengkoordinasian, dan penilaian dari
semua faktor yang ada pada lingkungan fisik manusia yang diperkirakan da
hubungan atau berhubungan dengan perkembangan fisik, kesehatan ataupun
kelangsungan hidup manusia, sedemikian rupa sehingga derajat kesehatan dapat
lebih di tingkatkan (Mundiatun dan Daryanto,2014:31).
Ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu multidisipliner yang mempelajari
dinamika hubungan interaktif antara sekelompok manusia atau masyarakat dengan
berbagai perubahan komponen lingkungan hidup manusia yang diduga dapat
menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat dan mempelajari upaya untuk
penanggulangan dan pencegahannya (Chandra,2014:3).
16
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan
yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status
kesehatan yang optimum pula. Pengertian kesehatan lingkungan menurut WHO
adalah ilmu dan keterampilan yang memusatkan perhatian pada usaha
pengendalian semua faktor yang ada pada lingkungan fisik manusia yang
diperkirakan menimbulkan hal-hal yang merugikan perkembangan fisiknya,
kesehatan maupun keberlangsungan hidupnya. (Adnani,2011:57)
Kesehatan lingkungan adalah merupakan salah satu aspek dari kesehatan
masyarakat, yang menitik beratkan kepada lingkungan kehidupan disekitar
manusia yang mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan manusia
(Mukono,2006:97).
Kesehatan lingkungan dapat diartikan sebagai usaha untuk mengendalikan
lingkungan agar tidak menyebabkan kerugian ataupun menyebabkan menurunnya
derajat kesehatan manusia.
C. Fasilitas Sanitasi Pondok Pesantren
Komponen fasilitas sanitasi agar tercipta tempat tinggal yang sehat
menurut (Notoatmojo,2003:152), yaitu :
1. Sarana Penyediaan Air Bersih
a. Pengertian Air Bersih
Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi adalah air dengan kualitas tertentu
yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya berbeda dengan
kualitas air minum (Depkes RI,2017).
17
Air bersih adalah yang mempunyai pH 7, oksigen terlarut jenuh pada 9
mg/L. Air merupakan pelarut yang universal, hampir semua jenis zat dapat larut
di dalam air. Air juga merupakan cairan biologis, yakni, terdapat di dalam tubuh
semua organisme. Dengan demikian, spesies kimiawi yang ada di dalam air
berjumlah sangat besar (Slamet,1994:83).
Air adalah kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan
makanan. Di dalam tubuh menusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air.
Tubuh orang dewasa, sekitar 55 - 60 % berat badan terdiri dari air, untuk anak -
anak sekitar 65 %, dan untuk bayi sekitar 80 % (Notoatmodjo,2003: 152).
b. Persyaratan Air Bersih
Pemenuhan kebutuhan air bersih harus memenuhi syarat kuantitas dan
kualitas. Berikut persyaratan kuantitas dan kualitas :
1) Syarat Kuantitas
Kuantitas air atau kebutuhan air setiap individu per hari berkisar
antara 150-200 liter. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada
keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat (Chandra,2014:39).
Untuk syarat kuantitas air bersih di pondok pesantren, yaitu
60l/org/hari (Dirjen PPM dan PLP).
2) Syarat Kualitas
Persyaratan kualitas air terdiri dari syarat fisik, biologi, dan kimia
yang memenuhi syarat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
32/Menkes/IX/2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan
18
Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang,
Solus Per Aqua, Dan Pemandian Umum.
3) Syarat Kontinuitas
Tersedia air minum dan air bersih pada setiap tempat kegiatan yang
membutuhkan seara berkesinambungan (Dirjen PPM dan PLP).
c. Sumber Air Bersih
Air yang ada di permukaan bumi ini berasal dari berbagai macam sumber
air. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa (hujan), air
permukaan, dan air tanah.
1) Air Angkasa (Hujan)
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi.
Walaupun pada saat pretisipasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut
cenderung mengalami pencemaran ketika berada diatmosfer. Pencemaran yang
berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme,
dan gas, misalnya, karbon dioksida, nitrogen, dan amonia (Chandra,2014:42).
2) Air Permukaan
Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau,
telaga, waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air
hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan
mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya
(Chandra,2014:42)
Sumber air permukaan yang berasal dari sungai, selokan, dan parit
mempunyai persamaan, yaitu airnya mengalir dan dapat menghanyutkan bahan
tercemar. Sumber air permukaan yang berasal dari rawa, bendungan, dan danau
19
memiliki air yang tidak mengalir, tersimpan dalam waktu yang lama, dan
mengandung sisa-sisa pembusukan alam, misalnya pembusukan tumbuh-
tumbuhan, ganggang, fungi, dan lain-lain. Air permukaan yang berasal dari laut
mengandung kadar garam yang tinggi sehingga jika akan digunakan untuk air
minum, air tersebut harus menjalani proses ion-exchange (Chandra,2014:44).
4) Air Tanah
Air tanah (ground water) berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan
bumi yang kemudian mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses yang telah
dialami air hujan tersebut, didalam perjalannya ke bawah tanah, membuat air
tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan. Air tanah
memiliki kelebihan disbanding sumber air lain. Pertama, air tanah biasanya bebas
dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami proses purifikasi atau
penjernihan. Persediaan air tanah juga cukup tersedia sepanjang tahun, saat musim
kemarau sekalipun. Sementara itu, air tanah juga memiliki beberapa kerugian atau
kelemahan dibanding sumber air lainnya. Air tanah mengandung zat-zat mineral
dalam konsentrasi tinggi (Chandra,2014:42).
d. Jenis-jenis Sumur
Sumur merupakan sumber utama penyediaan air bersih bagi penduduk
yang tinggal di daerah pedesaan maupun di perkotaan Indonesia. Secara teknis
sumur dapat dibagi menjadi 2 jenis , yaitu :
1) Sumur Dangkal (Shallow Well)
Sumur semacam ini memiliki sumber air yang berasal dari resapan air
hujan diatas permukaan bumi terutama di daerah dataran rendah. Jenis sumur ini
20
banyak terdapat di Indonesia dan mudah sekali terkontaminasi air kotor yang
berasal dari kegiatan mandi-cuci-kakus (MCK) sehingga persyaratan sanitasi yang
ada perlu sekali diperhatikan (Chandra,2014:45).
2) Sumur Dalam (Deep Well)
Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari proses purifikasi alami air
hujan oleh lapisan kulit menjadi air tanah. Sumber airnya tidak terkontaminasi dan
memenuhi persyaratan sanitasi (Chandra,2014:45).
e. Pengaruh Air Bagi Kesehatan
Air dapat menyebabkan penyakit, penyakit tersebut ditularkan melalui kontak
langsung maupun tidak langsung. Penyakit yang ditularkan melalui air tersebut
disebut sebagai waterborne diseaseatau water-related disease. Terjadinya suatu
penyakit tentunya memerlukan adanya agens dan terkadang vektor. Berikut
beberapa contoh penyakit yang dapat ditularkan melalui air berdasarkan tiga
agens penyebabnya (Chandra,2014:14) :
1) Penyakit viral, mislanya, hepatitis viral, poliomyelitis.
2) Penyakit bacterial, misalnya, kolera, disentri, tifoid, diare.
3) Penyakit protozoa, misalnya, amebiasis, giardiasis.
4) Penyakit heminitik, misalnya, askariasis, whip worm, hydatid disease.
5) Leptospiral, misalnya, weil’s disease.
Berikut penyakit yang ditularkan melalui air ini di dalam penularannya
terkadang membutuhkan hopses, biasa disebut aquatic host. Hopses akuatik
21
tersebut berdasarkan sifat multiplikisainya dalam air terbagi menjadi dua, yaitu
(Chandra:2014:41) :
1) Water Multiplied
Contoh penyakit dari hopses semacam ini adalah skistosomiasis (vektor
keong).
2) Not Multiplied
Contoh agens penyakit dari hopses semacam ini adalah cacing Guinea
dan fish tape worm (vektor cyclop).
Sementara itu penyakit – penyakit berhubungan dengan air dapat dibagi
dalam kelompok-kelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan
penyakit itu sendiri terbagi menjadi empat, yaitu (Chandra:2014:41) :
1) Waterborne Mechanism
Di dalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air dapat menyebabkan
penyakit pada manusia. Ditularkan kepada manusia melalui mulut atau sistem
pencernaan. Contoh penyakit yang ditularkan melalui mekanisme ini antara lain
kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler, dan poliomyelitis.
2) Waterwashed Mechanism
Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan keberhasilan umum
dan perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu :
a. Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak.
b. Infeksi melalui kulit dan mata, seperti skabies dan trachoma.
c. Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis.
22
3) Water-based Mechanism
Penyakit yang ditularkan dengan meknisme ini memiliki agens penyebab
yang menjalani sebagai siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai
intermediate host yang hidup di dalam air. Contohnya skistosomiasis dan penyakit
akibat Dracunculus medianensis.
4) Water-related insect vektor Mechanism
Agens penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak
di dalam air. Contoh penyakit dengan meknisme penularan semacam ini adalah
filariasis, dengue, malaria, dan yellow fever.
2. Sarana Toilet dan Kamar Mandi
Toilet selama ini dikenal adalah sebagai tempat perlengkapan rumah yang
kegunaan utamanya sebagai tempat pembuangan kotoran manusia.
a. Pengertian Kotoran Manusia
Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak terpakai lagi
oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus
dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (faeces), air seni (urine), dan
CO2, sebagai hasil dari proses pernapasan (Notoatmodjo,2003:158).
Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka
pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, dimana kotoran
manusia harus dibuang disuatu tempat tertentu. Tempat pembuangannya disebut
jamban atau kakus.
23
b. Macam Kakus
1. Kakus cubluk : tempat penampungan tinjanya dibangun dekat di bawah
tempat injakan dan atau di bawah bangunan kakus.
2. Kakus empang : dibangun di atas empang, sungai, atau rawa.
3. Kakus kimia : dibangun pada tempat-tempat rekreasi, alat transportasi.
4. Kakus dengan “angsa trine” (lubang kloset berbentuk lengkungan)
(Adnani,2011:62).
c. Pengelolaan Pembuangan Kotoran Manusia
Untuk mencegah sekurang-kurangnya megurangi kontaminasi tinja
terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan
baik, maksudnya pembuangan kotoran manusia harus di suatu tempat tertentu atau
jamban yang sehat. Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila
memenuhi persyaratan sebagai berikut (Notoatmodjo,2003:160) :
1) Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.
2) Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya.
3) Tidak mengotori air tanah di sekitarnya.
4) Tidak dapat dijangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan
binatang-binatang lainnya.
5) Tidak menimbulkan bau.
6) Mudah digunakan dan dipelihara.
7) Sederhana desainnya.
8) Murah.
9) Dapat diterima oleh pemakainya.
24
Agar persyaratan-persyaratan tersebut terpenuhi, maka perlu diperhatikan
antara lain hal- hal sebagai berikut (Notoatmodjo,2003:160) :
1) Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban
terlindungi dari panas dan hujan, serangga, dan binatang-binatang lain,
terlindungi dari pandangan orang (privacy) dan sebagainya.
2) Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat
berpijak yang kuat dan sebagainya.
3) Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang
tidak menggangu pandangan, tidak menimbulkan bau, dan sebagainya.
4) Sedapat mungkin disediakan alat pembersih air atau kertas pembersih.
3. Sarana Pengelolaan Air Limbah
a. Pengertian Air Limbah
Air limbah adalah sisa air yang dibuang berasal dari buangan rumah tangga,
industri, maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya mengandung
bahan-bahan atau zat-zat yang sangat membahayakan kesehatan manusia dan
menggangu lingkungan hidup (Adnani,2011:74).
Menurut Ehless dan Steel, air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari
rumah tangga, industri, dan tempat-tempat umum lainnya dan biasanya
mengandung bahan-bahan atau zat yang dapat menyebahayakan kehidupan
menusia serta mengganggu kelestarian lingkungan (Chandra,2014:135).
25
b. Sumber Air Limbah
Air Limbah berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi (Notoatmodjo,2003:170) :
1) Air buangan yang bersumber dari rumahtangga (domestic wastes water),
yiatu air limbah yag berasal dari permukiman penduduk. Pada umumnya air
limbah ini terdiri dari ekstektra tinja dan air seni, air bekas cucian dapur dan
kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.
2) Air buangan industri (industrial wastes water), yang berasal dari berbagai
jenis industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung didalamnya sangat
bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing insdustri,
antara lain: nitrogen, sulfide, amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna,
mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya. Oleh sebab itu, pengolahan
jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan polusi lingkungan menjadi lebih
rumit.
3) Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yaitu air buangan yang
berasal dari daerah perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat
umum, tempat-tempat ibadah, dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang
terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.
c. Karakteristik Air Limbah
Ada beberapa karakteristik khas yang dimiliki air limbah seperti berikut:
1) Karakteristik Fisik
Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan
padat dan suspensi. Terutama air limbah rumah tangga, biasanya bewarna seperti
26
larutan sabun, sedikitt berbau. Terkadang mengandung sisa-sisa kertas, bewarna
bekas cucian beras dan sayur, bagain-bagian tinja, dan sebagainya
(Notoadmodjo,2003:171).
2) Karakteristik Kimia
Air limbah biasanya bercampur dengan zat kimia anorganik yang berasal
dari air bersih dan zat organik limbah itu sendiri. Saat keluar dari sumber, air
limbah bersifat basa. Namun, air limbah yang sudah lama atau membusuk bersifat
asam karena sudah mengalami kandungan bahan organiknya telah mengalami
proses dekomposisi yang dapat menimbulkan bau tidak menyenangkan
(Chandra,2014:136).
3) Karakteristik bakteriologis
Bakteri pathogen yang terdapat dalam air limbah biasanya termasuk
golongan E.coli (Chandra,2014:137).
d. Dampak Buruk Air Limbah
Ada beberapa dampak buruk yang diakibatkan air limbah karena air limbah
mengandung bahan pencemar. Bahan pencemar itu akan mengakibatkan
pencemaran badan air dan air limbah yang tidak diolah dengan baik akan
menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan mahluk hidup dan lingkungannya.
Beberapa dampak tersebut, yaitu :
1) Gangguan Kesehatan
Air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan
penyakit bawaan air (waterborne disease). Air limbah yang tidak dikelola dengan
baik juga dapat menjadi sarang vektor penyakit misalnya nyamuk, lalat, kecoa,
dan lain-lain. Vektor penyakit tersebut dapat membawa mikroorganisme patogen
27
penyebab penyakit, seperti diare, kolera, filarial, penyakit cacing, dan tifoid. Efek
limbah berbahaya terhadap kesehatan manusia adalah karena sifat toksik bahan
yang dikandung dalam limbah tersebut. Penyakit yang ditimbulkan dari limbah
berbahaya dapat bersifat akut atau kronis (Sumantri,2015:88).
2) Penurunan Kualitas Lingkungan
Air limbah yang langsung dibuang ke permukaan sungai atau danau
tanpa dilakukan pengelolaan dapat mengakibatkan pencemaran air permukaan.
Bahan organik yang terdapat dalam air limbah bila dibuang langsung ke sungai
dapat menyebabkan penuruanan kadar oksigen yang terlarut (dissolved oxygen) di
dalam sungai tersebut (Sumantri,2015:88).
3) Gangguan Terhadap Keindahan
Banyaknya zat organic di air limbah yang dibuang ke lingkungan
perairan maka akan menimbulkan bau dan akan mengurangi estetika.
4) Gangguan Terhadap Kerusakan Benda
Adakalanya air limbah mengandung zat yang dapat dikonversi oleh
bakteri anaerobik menjadi gas agresif seperti H2S. Gas ini dapat mempercepat
proses perkaratan pada benda yang terbuat dari besi misalnya pipa saluran air
limbah dan buangan kotoran lainnya (Sumantri,2015:89).
e. Pengelolaan Air Limbah
Pengelolaan air limbah bertujuan untuk mengurangi dampak negatif yang
terkandung di dalam air limbah sehingga pada saat dibuang ke lingkungan tidak
mencemari lingkungan tersebut. Pengelolaan air limbah dapat dilakukan secara
alamiah maupun dengan bantuan peralatan.
1) Proses Alamiah
28
Tanpa bantuan tangan manusia dalam mengolah limbah yang
mengandung pencemar, alam sendiri memiliki kemampuan untuk memulihkan
kondisinya sendiri atau disebut “self-purification”. Alam memiliki zat yang
mempu mendegradasi pencemar dalam air limbah menjadi bahan yang lebih
aman dan mampu diterima alam itu sendiri, diantaranya mikroorganisme.
(Sumantri,2015:94).
2) Sistem Pengolahan Air Limbah
Pengeolahan air limbah dengan bantuan peralatan biasanya dilakukan pada
Instalasi Pengelolahan Air Limbah/IPAL (Waste Water Treatment Plant/WWTP),
biasanya proses pengolahan dikelompokkan sebagai pengolahan pertama (primary
treatment), pengolahan kedua (secondary treatment), dan pengolahan lanjutan
(tertiary treatment) (Sumantri,2015:94).
4. Sarana Pengelolaan Sampah
a. Pengertian Sampah
Menurut definisi WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan,
tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari
kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra,2014:111)
Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai
lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam sutau
kegiatan manusia dan dibuang (Notoatmodjo,2003:166).
Menurut American Public Health Association, samppah (waste) diartikan
sebagai sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu
yang dibuang, berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya
(Sumatri,2015:66).
29
b. Sumber Sampah
Sumber sampah menurut (Chandra,2014:114) :
1) Permukiman Penduduk
Sampah disuatu permukiman biasanya dihasilkan oleh sutu atau beberapa
keluarga yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa
atau di kota.
2) Tempat Umum dan Tempat Perdangan
Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul
dan melakukan kegiatan, termasuk juga perdagangan. Jenis sampah yang
dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan, sampah
kering, abu, sisa-sisa bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah
berbahaya.
3) Sarana Layanan Masyarakat Milik Pemerintah
Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain, tempat
liburan umum, jalan umum, tempat parker,tempat layanan kesehatan, komplek
militer, gedung pertemuan, pantai tempat berlibur, dan sarana pemerintah yang
lain. Tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.
4) Industri Berat dan Ringan
Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, industri
kayu, industri bahan kimia, industri logam, tempat pengolahan air kotor dan
memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya
sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus, dan sampah
berbahaya.
5) Pertanian
30
Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang. Lokasi pertanian seperti
kebun, lading, ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan
makanan yang telak membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan
pembasmi serangga tanaman.
c. Jenis-jenis Sampah
Sampah dibedakan berdasarkan sifat-sifat biologis dan kimiawinya untuk
mempermudah pengelolaannya, yaitu : (Slamet cit Suhartono,1998)
1) Sampah yang dapat membusuk (sisa makanan, daun, sampah kebun,
pertanian, dll).
2) Sampah yang tidak membusuk (kertas, plastic, karet, gelas, logam, dll).
3) Sampah yang berupa debu atau abu.
4) Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan (sampah berasal dari
industri yang mengandung zat-zat kimia maupun fisis berbahaya
(Adnani,2011:64).
d. Pengelolaan Sampah Padat
1) Tahapan Pengumpulan dan Penyimpanan
Adapun tempat penyimpanan sementara yang digunakan harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut : (Sumantri,2015:71).
a) Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor.
b) Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan.
c) Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang.
Pengumpulan sampah dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu :
a) Sistem duet : tempat samaph kering dan tempat sampah basah
31
b) Sistem trio : tempat sampah basah, sampah kering , dan tidak mudah
terbakar.
2) Tahap Pengangkutan
Setelah dikumpulkan di bak sampah sementara, sampah diangkut ke
tempat pembuangan akhir atau pemusnahan sampah dengan menggunkan truk
pengangkut sampah.
3) Tahap Pemusnahan
a) Sanitary Landfill
Sanitary Landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik.
Dalam metode ini pemusnahan sampah dilakukan dengan cara
menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan selapis demi
selapis (Sumantri,2015:72).
b) Inceneration
Incenerator atau insenerasi merupakan metode pemusnahan sampah
dengan cara membakar sampah secara besar-besaran dengan
menggunakan fasilitas pabrik (Sumantri,2015:72).
c) Composting
Pemusnahan sampah dengan cara memanfatkan proses dekomposisi
zat organik oleh kuman-kuman pembusuk pada kondisi tertentu.
Proses ini menghasilkan bahan berupa kompos (Sumantri,2015:74).
d) Hot Feeding
Pemberian sampah basah atau garbage kepada hewan ternak.
e) Discharge to Sewers
Sampah dihaluskan dan dimasukkan ke sistem pembuangan air
limbah.
32
f) Dumping
Sampah di buang dan diletakkan begitu saja di tanah lapangan.
g) Dumping in Water
Sampah dibuang kedalam air sungai ataupun air laut.
h) Individual Incinerator
Pembakaran sampah secara perorangan.
i) Recycling
Pengolahan sampah dengan cara daur ulang.
j) Reduction
Pengolahan sampah dengan cara dihancurkan menjadi sampah yang
kecil.
k) Salvaging
Memanfaatkan sampah yang dapat dipakai kembali.
33
D. Kerangka Teori
Gambar 2.1
Kerangka Teori
Sumber : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Tempat- Tempat Umum
DIRJEN PPM dan PLP DEPKES RI Tahun 1993
Fasilitas Sanitasi
1. Sarana Penyediaan Air
Bersih
2. Sarana Toilet dan Kamar
Mandi
3. Sarana Pengelolaan Sampah
4. Sarana Pengelolaan Air
Limbah
Persyaratan
Kesehatan Fasilitas
Sanitasi Pondok
Pesantren
34
E. Kerangka Konsep
Gambar 2.2
Kerangka Konsep
Fasilitas Sanitasi di Pondok Pesantren
1. Sarana Penyediaan Air Bersih
- Kualitas air bersih
- Kuantitas Air Bersih
(60liter/orang/hari)
- Jarak SAB > 10M dengan sumber
pencemar
2. Sarana Toilet dan Kamar Mandi
- Proporsi jumlah toilet
- Kondisi Toilet dan Kamar Mandi
- Kondisi Septictank
3. Sarana Pengelolaan Air Limbah
- Kondisi SPAL
- Jarak SPAL dengan SAB
4. Sarana Pembuangan Sampah
- Keadaan TPA dan TPS
Fasilitas Sanitasi Dasar
di Pondok Pesantren
Darul A’mal
35
F. Definisi Oprasional
No. Variabel Definisi Oprasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1. Sarana
Penyediaan Air
Bersih
- Kualitas air
bersih
- Kuantitas air
bersih
- Jarak sumber
air bersih
Sarana air bersih yang diperlukan
untuk kebutuhan sehari-hari di
pondok pesantren darul a’mal
Parameter air yang memenuhi syarat
secara fisik, kimia dan biologis
Untuk memenuhi kebutuhan, jumlah
tersedianya air bersih per orang per
hari yiatu 60 liter/orang/hari
Jarak sumber air bersih >10m dari
sumber pencemar
Observasi
Wawancara
Cheklist
Kuisioner
1. Memenuhi syarat (MS) Jika
semua hasil observasi
memenuhi kriteria
2. Tidak memenuhi syarat
(TMS) jika salah satu hasil
observasi tidak memenuhi
kriteria
Ordinal
2. Sarana Toilet
dan Kamar
Mandi
- Proporsi
jumlah toilet
Fasilitas yang digunakan untuk
membuang dan mengumpulkan
kotoran (feaces) dan urine di pondok
pesantren darul a’mal
Jumlah 1 wc/urinoir untuk 40 santri
putra dan jumlah 1 wc/urinoir untuk
25 santri wanita
Observasi
Wawancara
Cheklist
Kuisioner
1. Memenuhi syarat (MS) Jika
semua hasil observasi
memenuhi kriteria
2. Tidak memenuhi syarat
(TMS) jika salah satu hasil
observasi tidak memenuhi
criteria
Ordinal
36
- Kondisi toilet
dan Kamar
Mandi
- Kondisi
Septictank
Keadaan toilet dan kamar mandi
harus dalam keadaan bersih, tidak
ada genangan air, dan tersedia
lubang penghawaan yang langsung
berhubungan dengan udara luar.
Tempat pembuangan tinja atau
kotoran harus kedap dan berjarak
>10 m dengan SAB
3. Sarana
Pengelolaan Air
Limbah
- Kondisi SPAL
- Jarak SPAL
dengan SAB
Fasilitas yag digunakan untuk
membuang air limbah yang berasal
dari kegiatan pondok pesantren
tuma’ninah yasin
SPAL harus tertutup agar tidak
menimbulkan bau
Saluran air limbah harus berjarak
>10 m dari sumber air bersih agar
tidak mencemari sumber air bersih
Observasi
Wawancara
Cheklist
Kuisioner
1. Memenuhi syarat (MS) Jika
semua hasil observasi
memenuhi kriteria
2. Tidak memenuhi syarat
(TMS) jika salah satu hasil
observasi tidak memenuhi
criteria
Ordinal
37
4. Sarana
Pengelolaan
Sampah
- Keadaan TPS
dan TPA
Wadah yang digunakan untuk
menampung sampah yang berasal
dari sisa kegiatan sehari-hari di
pondok pesantren tuma’ninah yasin.
Keadaan TPS tertutup, mudah
dibersihkan, dan cukup untuk
menampung sampah di pondok
pesantren dan diolah lebih lanjut ke
TPA
Observasi
Wawancara
Cheklist
Kuisioner
1. Memenuhi syarat (MS) Jika
semua hasil observasi
memenuhi kriteria
2. Tidak memenuhi syarat
(TMS) jika salah satu hasil
observasi tidak memenuhi
criteria
Ordinal