bab ii tinjauan pustaka a. peran wanita 1. pengertian ...repository.ump.ac.id/2883/3/merna utami bab...
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Peran Wanita
1. Pengertian Peran Wanita
Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status).
Apabila seorang yang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya maka dia menjalankan suatu peran. Sedangkan kewajiban
adalah segala sesuatu yang harus dilakukan oleh setiap orang dalam
menjalankan kehidupannya. Dalam kamus bahasa Indonesia juga
dijelaskan bahwa peran adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang
dalam suatu peristiwa (KBBI, 2007: 23).
Wanita adalah mata air kebahagiaan dalam kehidupan, sumber
kasih sayang, dan kelembutan, tiang dan rahasia kesuksesan seorang pria
dalam kehidupan. Wanita dapat membangkitkan keberanian dan
semangatnya, menanamkan rasa cinta dan gairah kepada pekerjaan,
melahirkan sifat sabar dan tabah, melenyapkan rasa lelah dan letih,
membuat tabiatnya lembut, serta perasaannya halus. (Azb, 2007:23)
Wanita adalah jenis makhluk dari manusia yang susunan tubuhnya
agak berlainan dengan susunan dan bentuk laki-laki. Ia lebih halus
kulitnya, dan lebih halus perasaannya dan lebih lunak sendi tulangnya.
Dijadikan oleh Allah swt, sejak dari asal mula kejadiannya di dunia untuk
5
Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, FAI UMP, 2015Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, PAI UMP, 2015
6
pasangan bagi laki-laki dalam proses menyempurnakan sunnah dan
peraturannya (PPM, 2010:1)
Wanita sebagai taman hidup suaminya, sekaligus menjadi sumber
ketenangan dan ketentraman batinnya. Berada disamping istri membuat
suami nyaman dan damai, jauh dari rasa kesepian, perasaan jenuh dan
malas. Wanita mampu memenuhi hati suaminya dengan perasaan senang
dan gembira. Wanita siap tidak tidur demi kebahagiaan suami dan anak-
anaknya, serta mengorbankan tenaga untuk kebahagiaaan keluarga dan
kelanggengan hidupnya. Dialah yang membentuk masyarakat dan
berjuang untuk kemajuan dan kejayaannya. Di atas pundaknya terpikul
nasib dan masa depan bangsa. Wanita juga sebagai sekolah pertama,
tempat anak-anak menerima nilai-nilai dasar akhlak dan ilmu pengetahuan
yang semua itu akan tercetak dalam lembar-lembar hati mereka, sehingga
tidak akan terhapus oleh peredaran masa dan pergantian tahun (Athibi,
1998:74).
Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia Wanita bisa juga disebut
dengan wanita. Perbedaannya adalah apabila wanita dipakai untuk wanita
yang lebih dewasa dan nantinya menjadi seorang ibu. Kata wanita
menduduki posisi dan konteks terhormat. Karena dengan kedudukannya
yang lebih dewasa inilah sehingga wanita mempunyai peran yang besar
dalam mewujudkan keluarga sakinah.
Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, FAI UMP, 2015Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, PAI UMP, 2015
7
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
peran wanita yang dimaksud di sini adalah perilaku atau tindakan ibu
dalam mewujudkan keluarga sakinah.
2. Karakter Wanita
Menurut Qardhawi (1997) karakter wanita meliputi : Perempuan
sebagai Ibu. Beban yang amat berat ia rasakan adalah ketika hamil,
menyusui, melahirkan dan mendidik. Dengan demikian, perempuan
mempunyai sifat penyabar dan penyayang.
a. Wanita sebagai Anak
Sesungguhnya sebagian anak perempuan itu lebih besar
pengaruhuya dan lebih kekal kenangannya daripada kebanyakan anak
laki-laki. Seperti dalam kisah Maryam puteri Imran yang telah dipilih
oleh Allah swt dan disucikan melebihi para perempuan di seluruh
alam semesta padahal ketika sang ibu mengandungnya, ia
menginginkan agar anaknya lahir laki-laki sehingga bisa berkhidmah
di Baitul Maqdis dan agar termasuk orang-orang shalih.
b. Wanita sebagai Istri
Islam telah menempatkan kepribadian perempuan secara
mandiri. kepribadian perempuan saat ini tak akan terkurangi dengan ia
menikah dan tidak akan kehilangan kemampuannya dalam hal
perjanjian jual beli dan muamalah. Dia berhak menjual dan membeli,
dia berhak memberi upah, dia berhak memberikan hartanya,
bershadaqah, memberi makan dan sebagainya.
Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, FAI UMP, 2015Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, PAI UMP, 2015
8
c. Wanita sebagai dirinya sendiri
Islam menghalalkan baginya sesuatu yang diharamkan bagi
laki-laki yang itu sesuai dengan tabiat keperempuanannya dan
fungsinya seperti memakai emas dan sutera murni. Islam senantiasa
memelihara keperempuanan perempuan dan memelihara mereka dari
kelemahannya. Islam memelihara akhlaq dan perasaan malunya serta
berusaha untuk memelihara popularitas dan kemuliaannya serta
menjaga kebersihannya dari kekhawatiran-kekhawatiran buruk dan
suara-suara sumbang.
d. Wanita sebagai Anggota Masyarakat
Islam mengizinkan kepada perempuan untuk bekerja di luar
rumah, selama pekerjaan yang ia lakukan itu sesuai dengan tabiatnya,
spealisasinya dan kemampuannya dan tidak menghilangkan naluri
keperempuanannya. Maka kerjanya diperbolehkan selama dalam
batas-batas dan persyaratan-persyaratan yang ada, terutama jika
keluarganya atau dia sendiri membutuhkan ia bekeria di luar rumah
atau masyarakat itu sendiri memerlukan kerjanya secara khusus. Dan
bukanlah kebutuhan kerja itu hanya terpusat pada sisi materi saja,
tetapi kadang-kadang juga kebutuhan secara kejiwaan (psikologis)
dan hanya hukum-hukum Islam saja yang memberikan perlindungan
sempurna pada kaum wanita ( Lari, 2010:76).
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis mengambil kesimpulan
wanita harus mampu untuk berpikir secara positif agar dapat
Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, FAI UMP, 2015Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, PAI UMP, 2015
9
mengembangkan potensi yang dimiliki guna menghadapi kehidupan di
masa yang akan datang.
Perempuan adalah pilar keluarga, dengan meningkatkan taraf
pendidikannya maka akan memberikan pengaruh besar bagi peningkatan
kehidupan rumah tangga. Perempuan juga memiliki peran dan tanggung
jawab yang sangat penting dalam pembinaan anak dan dalam menciptakan
suasana tenang dan bahagia bagi anak (Mansur, 2009:190).
Berdasarkan penjelasan di atas penulis mengambil kesimpulan,
wanita harus memiliki pendidikan yang cukup. Karena wanita yang
berpendidikan akan jauh lebih baik menjalankan perannya dibandingkan
wanita yang didik secara biasa.
3. Peran Wanita dalam Islam
a. Wanita sebagai Mujahidah
Pada dasarnya amalan jihad bukan merupakan sesuatu yang
wajib bagi seorang wanita. Namun wanita juga diperlukan dalam
amalan ini, hanya saja untuk manjaga hal-hal yang tidak diinginkan
dan mengingat juga keadaan fisik, Nabi saw, telah mencukupkan
jihadnya dengan:
1) Berhaji mabrur sebagai pengganti perang
2) Turut menjadi barisan Hilal ahmar (palang merah) dan dapur
umum
Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, FAI UMP, 2015Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, PAI UMP, 2015
10
3) Turut membantu orang-orang laki-laki dengan menggembirakan
dan memberikan semangat untuk berperang, dan dalam situasi yang
mendesak dan sangat kritis serta terpaksa, ikut pula berperang
dengan senjata (MTM, 2010: 69)
Berdasarka keterangan tersebut, penulis mengambil
kesimpulan bahwa jihadnya seorang wanita senantiasa bertakwa
kepada Allah SWT dalam setiap kondisi dan keadaan karena bekal ini
merupakan sarana dan wasilah untuk mencapai kemenangan dari
Allah. Tetap menjaga kesucian dan kehormatan diri. Harus tetap
berhijab dari orang-orang yang tidak halal baginya.
Sesungguhnya, untuk kembali menghayati Islam kita perlu
kembali kepada madrasah Rasulullah SAW, yaitu proses awal
(pendidikan) yg dilaksanakan Rasulullah SAW di bawah petunjuk
Ilahi bukan selain-Nya. Asas untuk memperbaiki ummah ialah dengan
memperbaiki usrah (keluarga) dan permulaan untuk memperbaiki
usrah ialah dengan memperbaiki individu termasuklah wanita. Usrah
akan sempurna apabila wanita sadar akan peranannya (Khalil,
2007:78-80).
Sejarah pun telah menuliskan dengan tinta emas, peranan
wanita dalam peperangan. Ketika perang Yarmuk, Khalid bin Walid
sebagai panglimanya menugaskan wanita, diantaranya Khansa`, untuk
berbaris di belakang barisan laki-laki, tapi jaraknya agak jauh sedikit.
Tugas mereka adalah menghalau prajurit laki-laki yang melarikan diri
Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, FAI UMP, 2015Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, PAI UMP, 2015
11
dari medan perang. Mereka dibekali pedang, kayu dan batu. Shafiyah
binti Abdul Muthalib juga pernah membunuh seorang Yahudi
pengintai. Dan banyak lagi contoh-contoh yang nyata yang dapat
menjadi suri tauladan bagi kita (Muhammad, 2009: 8)
Berdasarkan penjelasan di atas penulis mengambil kesimpulan,
peperangan pada hakekatnya diwajibkan atas laki-laki, kecuali pada
waktu-waktu darurat. Tapi tidak menutup kemungkinan wanita ikut
andil di dalamnya. Di antara perannya dalam hal ini adalah
memberikan minuman, mengobati yang luka-luka akibat perang,
menyiapkan bekal dan lain-lain. Bilapara wanita melakukan hal ini
dengan ikhlas, pahalanya sama dengan orang yang berjihad.
b. Wanita sebagai Da’iyah
Wanita mempunyai kedudukan yang amat besar dalam
masyarakat dan memainkan peran yang penting di dalamnya status
da'iyah menuntut wanita untuk tampil di tengah masyarakat sebagai
pelopor pembebasan, pembaharuan atau kemajuan. Sebagai da'iyah
(juru dakwah) dalam masyarakat, wanita hendaknya menjadi teladan
bagi kaumnya lantaran ia pun memiliki kebebasan dan hak yang sama
dalam ikut serta menegakkan agama Allah. Peran wanita dalam
kehidupan ini sangat besar sekali dimana kerjasama antara laki-laki
dan wanita baik dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat dan
bernegara sangatlah penting.
Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, FAI UMP, 2015Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, PAI UMP, 2015
12
Dakwah tidak terbatas pada menyampaikan ceramah di
masjid-masjid, memberi tazkirah di dalam liqa’at mingguan atau
majlis-majlis ta‟lim, namun dakwah yang mencakup pada usaha
membentuk tingkah laku dan gaya hidup seseorang; membentuk
manusia yang memiliki akhlak mulia, tutur kata yang baik, kasih
sayang yang mendalam, persaudaraan yang jujur, kegigihan dalam
bekerja, sabar ketika bencana, teguh dan setia menanggung suka dan
derita. Karena itu medan dakwah cukup luas, setiap orang bisa bahkan
wajib memainkan peranan dalam berbagai medan dakwah, berusaha
untuk bisa menyesuaikan diri, meningkatkan kemampuan, kesesuaian
masa, tempat, kapasitas dan kemampuan yang dimiliki untuk kerja-
kerja dakwah. Dan untuk menjadi da’iyah yang mumpuni, maka harus
memiliki bekal yang memadai baik aqidah, ibadah, akhlak dan ilmu
serta jihad dan hijrah, sehingga dengan bekal itu dapat menjadi
penuntun dan penunjang kelancaran dan keberhasilan dakwah
(Ibrahim, 2009:75).
Berdasarkan keterangan di atas, penulis mengambil
kesimpulan bahwa kewajiban dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar
tidak hanya terbatas kepada laki-laki. Namun juga menjadi tugas dan
tanggung jawab bagi wanita muslimah dengan demiikian seorang
muslimah memiliki tugas dan peran serta tanggung jawab dakwah dan
tarbiyahnya ini. Sebelum menyeru kepada manusia lain hendaknya ia
terlebih dahulu memperbaiki rumah tangganya, pendidikan anak-
Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, FAI UMP, 2015Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, PAI UMP, 2015
13
anaknya, dan kewajiban-kewajiban pada suaminya. Seorang dai’yah
harus menjadikan Al-Qur‟an dan sunnah sebagai dasar pijakan dalam
seluruh amalan dan ucapan
c. Wanita Anggota dalam Masyarakat
Sebagai anggota masyarakat,di samping wanita sebagai ibu
rumah tangga dan pendidik generasi, ia dalam satu waktu juga
berperan sebagai pendidik para pemudi-pemudi dan ibu-ibu. Di dalam
rumah ia pendidik anak-anak, sedang di luar rumah ia pendidik
sebagian anggota masyarakat.
Jumlah wanita di dunia ini lebih banyak dari pada jumlah
laki-laki. Bila potensi ini tidak diarahkan dan dididik dengan baik, ia
akan menjadi penghancur masyarakat, negara bahkan dunia. Suatu
masyarakat dikatakan berhasil, bila wanitanya berakhlak mulia.
Wanita bagaikan mahkota, bila mahkota baik, maka seluruhnya akan
kelihatan cantik dan bagus. Tapi bila mahkotanya rusak, maka yang
lainpun tidak ada artinya apa-apa (Muhammad, 2009:7)
Berdasarkan penjelasan di atas penulis mengambil
kesimpulan, seorang wanita tidaklah cukup bersosialisasi dalam
rumah saja sebagai IRT, karena para tunas bangsa dan agama telah
menunggu uluran tangannya. Apalagi pada saat ini, umat sedang
mengalami penurunan akidah, moral dan ibadah.
Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, FAI UMP, 2015Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, PAI UMP, 2015
14
Wanita tidak bisa terlepas dari keterlibatannya dalam kegiatan
masyarakat Islam tidak melarang soarang wanita menyumbangkan
tenaga dan pikirannya untuk kepentingan masyarakat. Bahkan Islam
memerintahkan kepada setiap muslim untuk berbuat kebajikan yang
bisa memberi manfaat kepada orang lain.
Sebagai istri tidak seharusnya ia meninggalkan tugas-tugas
kemasyarakatannya. Apabila hal itu dilanggar, maka ia akan
dikucilkan dari lingkungan masyarakatnya. Dengan menyumbangkan
tenaga ditengah-tengah masyarakat, ia akan menjadi orang yang
berguna dimata masyarakat, demikian juga ia akan memiliki kegiatan
yang berfariatif. Sehingga ia bisa mengalihkan perhatian dan
pikirannya dari perannya sehari-hari di rumah sehingga tidak bosan.
Setelah itu, ia dapat mengerjakan kembali tugas-tugas dirumahnya
dengan suasana dan semangat yang baru. Penunaian tugas-tugas
kemasyarakat akan memberikan kepuasan batin, apalagi sampai
mendapatkan kedudukan didalam masyarakat. Kepuasan batin ini
akan dibawa sampai didalam keluarga, sehingga kelurga akan
bertambah harmonis dan bahagia (Mansur, 2009:190).
Berdasarkan penjelasan di atas penulis mengambil kesimpulan,
betapapun seorang istri karena tugas-tugas kemasyarakatanya,
hendaknya juga tidak meninggalkan perannya sebagai istri dan ibu
keluarga. Jadi ia harus tetap menjaga keseimbangan antara perannya
Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, FAI UMP, 2015Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, PAI UMP, 2015
15
baik sebagai seorang istri, seoarang ibu dan sekaligus sebagai anggota
masyarakat.
B. Keluarga Sakinah
1. Pengertian Keluarga Sakinah
Keluarga adalah umat kecil yang memiliki pimpinan dan
anggota, mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta hak dan kewajiban
bagi masing-masing anggotanya (Ahid, 2010:75)
Keluarga adalah panti asuhan alami yang bertugas memelihara
dan menjaga tuntas-tuntas muda yang sedang tumbuh, dan
mengembangkan fisik, akal dan jiwanya. Dibawah naungan. Di dalam
keluarga ini pula mereka akan terbentuk dengan bentukan yang akan
selalu menyertainya seumur hidup. Di bawah bimbingan dan cahayanya
mereka menguak kehidupan, menafsirkan kehidupan dan berinteraksi
dengan kehidupan (Quthb, 2004:539).
Keluarga adalah sel hidup utama yang membentuk organ tubuh
masyarakat. Jika keluarga baik, masyarakat secara keseluruhan akan ikut
baik juga dan jika keluarga rusak, masyarakatpun ikut rusak bahkan
keluarga adalah miniatur umat yang menjadi sekolah pertama bagi
manusia dalam mempelajari etika sosial yang baik sehingga tidak ada
umat tanpa keluarga (Al-Jauhari, 2005:3).
Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, FAI UMP, 2015Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, PAI UMP, 2015
16
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya
(Soekanto, 2004:12).
Keluarga adalah suatu ikatan persekutuan hidup atas dasar
perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama
atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian
dengan atau tanpa anak-anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan
tinggal dalam sebuah rumah tangga (Pujosuwarno, 2004:11)
Berdasarkan pengertian tersebut, maka pengertian keluarga
secara umum dapat dibedakan menjadi :
a. Keluarga inti atau keluarga batih (primary group) terdiri atas bapak,
ibu, dan anak, disana terjalin hubungan kekeluargaan
b. Pasangan yang menikah maupun tidak, tanpa anak
c. Kelompok yang terdiri dari seorang bapak dan ibu yang menikah atau
tidak, yang cerai ataupun yang ditinggal bersama anak-anaknya
d. Kelompok anak yang ditinggalkan orangtuanya
e. Seorang yang hidup berpoligami dengan atau tanpa anak
f. Beberapa sanak saudara dengan anak-anak yang berumah tangga.
(Subhan, 2004 : 1-2)
Susunan keluarga ini bertalian dengan hakikat kedudukan
perkawinan dalam tata masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, kata
keluarga dipakai dalam beberapa pengertian, yaitu sanak saudara, kaum
kerabat, orang seisi rumah, suami istri, anak, kelompok orang yang
Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, FAI UMP, 2015Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, PAI UMP, 2015
17
berada dalam suatu naungan organisasi tertentu (misalnya keluarga
Nahdhatul Ulama, keluarga Muhamadiyyah) dan masyarakat terkecil
berbentuk keluarga lainnya (Subhan, 2004: 3).
Ada yang menjelaskan bahwa hakikatnya keluarga yang
dibangun berdasarkan agama melalui proses perkawinan yang anggotanya
memiliki kemampuan dan tanggung jawab untuk mewujudkan
ketentraman melalui pergaulan yang baik sehingga menjadi sandaran dan
tempat berlindung bagi anggotanya dan tumpuan kekuatan masyarakat
untuk memperoleh kedamaian hidup (Miharso, 2004:40).
Berdasarkan pendapat di atas penulis memperoleh keterangan
bahwa keluarga merupakan suatu struktur yang bersifat khusus di mana
satu sama lain dalam keluarga itu mempunyai ikatan apakah lewat
hubungan darah atau pernikahan. Pernikahan itulah yang membawa
dampak adanya rasa saling berharap dan secara individual saling
mempunyai ikatan batin.
Sebagian lain mengatakan bahwa keluarga ideal adalah keluarga
yang dapat menggabungkan Sakinah, Mawadah dan Rahmah serta
mampu merepresentasikannya dalam kehidupan sehari-hari yang tidak
hanya terbatas pada unit anggota keluarga, tetapi juga berguna bagi
masyarakat luas. Adapun al-Jurjawi sebagaiman dikutip oleh khairudin
Nasution mengistilahkan tujuan perkawinan dengan hikmah perkawinan
yaitu sarana reproduksi untuk meneruskan atau melanjutkan kehidupan
umat manusia di muka bumi, memenuhi watak dasar manusia
Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, FAI UMP, 2015Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, PAI UMP, 2015
18
(pemenuhan kebutuhan biologisnya) dan menjamin hak-hak waris (
Nasution, 2003: 130).
Menurut kaidah bahasa Indonesia, sakinah mempunyai arti
kedamaian, ketentraman, ketenangan, kebahagiaan. Jadi keluarga sakinah
mengandung makna keluarga yang diliputi rasa damai, tentram, juga. Jadi
keluarga sakinah adalah kondisi yang sangat ideal dalam kehidupan
keluarga. Keluarga sakinah juga sering disebut sebagai keluarga yang
bahagia (KBBI, 2007:35).
Perkataan sakinah, jika ditinjau dari segi bahasa berasal dari
bahasa arab yakni asal kata sakana, yaskunaan (tenang, tidak bergerak,
diam), sedangkan sakanatan berarti ketenangan hati (KAI:174). Dengan
demikian, perkawinan adalah pertemuan antara laki-laki dan perempuan,
yang kemudian menjadikan (beralih) kerisauan antara keduanya menjadi
ketentraman atau sakinah menurut bahasa al-Qur‟an.
Pengertian keluarga sakinah, baha penggunaan nama sakinah
diambil dari al-Qur‟an Surat Ar-Ruum ayat 21 yaitu:
Artinya: ”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, FAI UMP, 2015Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, PAI UMP, 2015
19
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda bagi kaum yang berfikir (Departemen Agama RI, 1986 : 174).
Demikian juga dalam hadis Litaskunu ilaiha, yang artinya
bahwa Tuhan menciptakan perjodohan bagi manusia agar yang satu
merasa tentaram terhadap yang lain. Dalam bahasa Arab, kata sakinah di
dalamnya terkandung arti tenang, terhormat, aman, penuh kasih sayang,
mantap dan memperoleh pembelaan. Pengerian ini pula yang dipakai
dalam ayat-ayat al-Qur‟an dan Hadis dalam konteks kehidupan manusia.
Kata “sakinah” terambil dari akar kata yang terdiri dari huruf س
,ك , dan ن yang mengandung makna ketenangan, atau antonim dari
guncang dan gerak. Para pakar bahasa menegaskan bahwa kata sakinah
tidak digunakan kecuali untuk menggambarkan ketenangan dan
ketenteraman setelah adanya gejolak. Cinta yang bergejolak di dalam hati
dan yang diliputi oleh ketidak pastian, akan berakhir dengan sakinah dan
ketentraman hati sebagai buah perkawinan. Itu sebabnya Al-Qur‟an
menegaskan bahwa salah satu tujuan perkawinan adalah agar pasangan
mendapat sakinah atau ketenangan dan ketentraman (Munir, 2008: 231).
Berbagai bentuk kata yang terdiri atas ketiga huruf tersebut
semuanya bermuara pada makna di atas. Rumah dinamai maskan karena
ia merupakan tempat untuk meraih ketenangan setelah sebelumnya sang
penghuni bergerak atau beraktivitas di luar (al-Munawar, 2005:21).
Sedangkan menurut Shihab (2008: 32), sakinah terambil dari akar kata
sakana yang berarti diam atau tenangnya sesuatu setelah bergejolak.
Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, FAI UMP, 2015Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, PAI UMP, 2015
20
Berdasarkan penjelasan diatas dapat penulis simpulkan ayat
tersebut menjelaskan bahwa keluarga sakinah merupakan impian dan
harapan setiap muslim yang melangsungkan perkawinan dalam rangka
melakukan pembinaan keluarga. Demikian pula dalam keluarga terdapat
peraturan-peraturan baik. kata sakinah yang digunakan dalam mensifati
kata keluarga merupakan tata nilai yang seharusnya menjadi kekuatan
penggerak dalam membangun tatanan keluarga yang dapat memberikan
kenyamanan dunia sekaligus memberikan jaminan keselamatan akhirat.
Rumah tangga seharusnya menjadi tempat yang tenang bagi setiap
anggota keluarganya. Ia merupakan tempat kembali ke mana pun mereka
pergi. Mereka merasa nyaman di dalamnya, dan penuh percaya diri
ketika berinteraksi dengan keluarga yang lainnya dalam masyarakat.
Keluarga sakinah adalah keluarga yang setiap anggotanya
merasakan suasana tenteram, damai, bahagia, aman dan sejahtera lahir
bathin. Sejahtera lahir adalah bebas dari kemiskinan harta dan tekanan-
tekanan penyakit jasmani. Sedangkan sejahtera batin adalah bebas dari
kemiskinan iman, serta mampu mengkomunikasikan dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat (Subhan, 2004: 7).
Sering dengan pengertian tersebut, keluarga sakinah
didefinisikan sebagai keuarga yang dibina atas perkawinan yang sah,
mampu memenuhi hajat hidup spiritual dan matrial secara layak dan
seimbang, diliputi suasana kasih sayang antara anggota keluarga dan
lingkungannya dengan selaras, serasi serta mampu menghayati dan
Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, FAI UMP, 2015Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, PAI UMP, 2015
21
mengamalkan nilai-nilai keimanan, ketakwaan, dan akhlakul karimah
dengan baik (Asrofi: 2006:11)
Keluarga sakinah adalah sebuah proses yang terus menerus
harus diusahakan. Bukan sesuatu yang begitu saja turun dari langit. Jika
melihat sebuah keluarga yang sakinah, itu pasti hasil usaha yang penuh
kesabaran dan tidak mengenal lelah. Sebagai pemula, kalau kita merasa
sedikit gampang untuk mengarungi lautan kehidupan keluarga yang
terkadang penuh gelombang. Oleh karena itu agar dapat sampai ke tujuan
keluarga sebagai keluarga sakinah diperlukan kesabaran dan kesediaan
bersama suami isteri untuk saling mendukung dan mengingatkan
(Bashori, 2006:87).
Berdasarkan keterangan di atas penulis bisa mengambil
kesimpulan bahwa mewujudkan keluarga sakinah tidak terjadi begitu
saja, akan tetapi ditopang oleh pilar-pilar yang kokoh yang memerlukan
perjuangan dan butuh waktu serta pengorbanan. Pembangunan keluarga
sakinah juga tidak semudah membalik telapak tangan, namun sebuah
perjuangan yang memerlukan kobaran dan kesadaran yang cukup tinggi.
Namun demikian semua langkah untuk membangunnya merupakan
sesuatu yang dapat diusahakan. Meskipun kondisi suatu keluarga cukup
seragam, akan tetapi ada langkah-langkah standar yang dapat ditempuh
untuk membangun sebuah bahtera rumah tangga yang indah yaitu
keluarga sakinah.
2. Tujuan Dan Hakikat Keluarga Sakinah
Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, FAI UMP, 2015Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, PAI UMP, 2015
22
Keluarga yang Islami adalah keluarga yang laksana surga bagi
penghuninya, tempat istirahat melepas lelah, tempat bersenda gurau yang
diliputi rasa bahagia, aman dan tentram. Keluarga yang sakinah, baik
secara lahir maupun batin dapat merasakan ketentraman, kedamaian di
mana segala hajat lahir dan batin terpenuhi secara seimbang, serasi dan
selaras. Kebutuhan batin yaitu dengan adanya suasana keagamaan dalam
keluarga serta pengamalan akhlakul karimah oleh setiap anggota
keluarga, komunikasi yang baik antara suami, istri dan anak-anak.
Kebutuhan lahir terpenuhi juga materi baik sandang, pangan, papan, dan
lain-lain (Basri, 1995:16)
Tujuan dari pembentukan keluarga sebuah pernikahan ada dua
yaitu:
a. Memperoleh keturunan
Tujuan pertama orang ingin menikah adalah memperoleh
keturunan, menumbuhkembangkan anak agar ia memiliki keturunan
yang shaleh, yang mau beribadah kepada Allah swt.
b. Menjauhi Keharaman
Termasuk tujuan penting dari sebuah pernikahan adalah
menjaga diri dari perbuatan keji (Ahid, 2010:92)
Berdasarkan keterangan di atas, penulis mengambil
kesimpulan bahwa keluarga dapat melahirkan sejumlah hak dan
sekaligus jumlah kewajiban yang seimbang. Keluarga sakinah yang
penuh diliputi suasana kasih sayang, cinta mencintai anatar sesama
Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, FAI UMP, 2015Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, PAI UMP, 2015
23
anggota keluarga adalah menjadi idaman setiap orang yang menikah.
Selain dalam menjalani kehidupan dilandasi nilai-nilai agama dan
dapat menerapkan akhlakul karimah. Hidup keluarga sakinah
memiliki yujuan mulia di sisi Allah SWT, yakni untuk mendapatkan
rahmat dan ridha Allah shingga dapat hidup bahagia di dunia dan
lebih-lebih di akhirat.
3. Fungsi dan Peran Keluarga Sakinah
Apabila keluarga yang dibangun betul-betul menjadi keluarga
yang sakinah, tentu akan menghasilkan generasi yang baik menjadi
tumpuan bangsa negara dan agama. Sehingga terbentuknya keluarga
sakinah mempunyai fungsi dan peran sebagai berikut :
a. Membentuk Manusia Bertaqwa
Islam membina dan mendidik kehidupan manusia atas
landasan ajaran tauhid, kemudian akan tumbuh iman dan akidah,
setelah memahami makna keduanya akan memmbuahkan amal ibadah
dan amal salih lainnya. Amal perbuatan yang dijiwai oleh iman dan
terus menerus dipelihara akan menciptakan suatu sikap hidup seorang
muslim yang disebut taqwa (Subhan, 2004 : 17). Ada ayat al-Qur‟an
yang menjelaskan tentang makna taqwa, yaitu Q.S al-Anfal [8] : 29
Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, FAI UMP, 2015Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, PAI UMP, 2015
24
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman jika kamu bertakwa kepada
Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu al-Furqan (petunjuk
yang dapat membedakan antara yang baik/benar dan yang salah/batil)
dan menghapus segala kesalahankesalahan dan mengampuni (dosa-
dosa)mu. Dan sesungguhnya Allah mempunyai karunia yang besar.”
(Departeman Agama RI, 1986 : 265)
Maka pada perkembangan selanjutnya akan melahirkan
manusia-manusia bertaqwa yang siap untuk membentuk keluarga
sakinah yang baru. Dengan demikian, keluarga yang sakinnah
mempunyai hubungan timbal balik yang sangat erat kaitannya
terhadap ketaqwaan. Manusia yang bertaqwa dilahirkan oleh keluarga
sakinah, sebaliknya juga, ketaqwaan dapat memberikan makna bagi
kehidupan manusianya serta memperkokoh dan melahirkan kekluarga
sakinah, sehingga masyarakat menjadi sejahtera (Subhan, 2004 : 24).
Berdasarkan keterangan di atas, penulis menarik kesimpulan
peran keluarga sakinah orang tua sangat berperan sebagai
penanggung jawab keluarga. Apabila pembinaan ketaqwaan ini telah
dimulai sejak dini, sejak masa kanak-kanak, maka perkambangan dan
pembinaannya pada saat dewasa kelak akan lebih mudah. Pembinaan
Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, FAI UMP, 2015Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, PAI UMP, 2015
25
ini dapat ditempuh melalui pendidikan keluarga, sekolah, atau
lingkungan masyarakat, baik formal maupun informal.
b. Membentuk Masyarakat Sejahtera
Masyarakat sejahtera adalah masyarakat di mana seluruh
anggotanya merasa aman dan tenteram dalam kehidupannya, baik
secara individu maupun kelompok, baik jasmani maupun rohani.
Sehingga untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera dibutuhkan
beberapa persyaratan. Persyaratan tersebut antara lain, adanya
keseimbangan dalam keberagamaan, ekonomi dan sosial disamping
tumbuhnya perhatian untuk kesejahteraan anggota masyarakat
lainnya. Masyarakat sejahtera akan menjadi tempat bernaung bagi
manusia-manusia bertaqwa yang melahirkan keluarga sakinah. Dalam
masyarakat yang sejahtera manusia yang bertaqwa dapat mewujudkan
dan mengapresiasikan ketaqwaannya dengan baik, sebagai hamba
Allah yang selalu taat sehingga rasa sosial dapat direalisasikan untuk
membentuk masyarakat sejahtera.
Dengan demikian, keluarga sakinah memiliki peran ganda,
yaitu di samping dapat melahirkan manusia-manusia bertaqwa, juga
keluarga-keluarga sakinah dalam jumlah besar tentunya akan mampu
melahirkan masyarakat yang sejahtera (Subhan, 2004:25-27).
Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis mengambil
kesimpulan bahwa, melalui masyarakat sejahtera akan tercapai tujuan
kehidupan manusia di bumi, yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT
Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, FAI UMP, 2015Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, PAI UMP, 2015
26
dan mengusahakan kesejahteraan umat manusia pada umumnya.
Masyarakat sejahtera akan dapat terwujud apabila setiap keluarga
yang ada merupakan keluarga-keluarga sakinah. Sebagai lembaga
keluarga yang bernuansa kehidupan dunia dan akhirat, keluarga
sakinah sanggup melahirkan manusia bertaqwa yang mampu
bertanggungjawab atas kesejahteraan manusia lain, dan sanggup
mewujudkan terbentuknya masyarakat sejahtera.
Keluarga memiliki beberapa fungsi yang harus jalan yaitu:
1) Perawatan yaitu Cinta kasih dalam keluarga
2) Rasa aman dan kehangatan yaitu keluarga yang sehat anggotanya
saling peduli satu sama lain
3) Mencintai dan mengakui yaitu setiap orang memiliki kebutuhan
untuk dicintai dan diakui sebagai anggota penting sebuah
kelompok.
4) Otonomi yaitu keluarga yang sehat memberikan cukup ruang
kepada setiap anggota untuk menentukan sendiri pilihannya.
5) Boleh salah yaitu keluarga yang sehat memang menyediakan
ruang bagi human error (kesalahan-kesalahan) dan ketidak
sempurnaan.
6) Kegembiraan yaitu keluarga perlu bergembira, bermain dan
bercengkerama.
Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, FAI UMP, 2015Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, PAI UMP, 2015
27
7) Spiritualitas yaitu keluarga semestinya menjadi spiritualitas setiap
anggotanya (Bashori, 2006:96)
Menurut Sudjana dalam Mufidah mengemukakan tujuh
macam fungsi keluarga yaitu:
a) Fungsi Biologis yaitu perkawinan dilakukan antara lain bertujuan
agar memperoleh keturunan, dapat memelihara kehormatan serta
martabat manusia sebagai makhluk yang berakal dan beradab.
b) fungsi Edukatif yaitu kelurga merupakan tempat pendidikan bagi
semua anggotanya dimana orang tua memiliki peran yang cukup
penting untuk membawa anak menuju kedewasaan jasmani dan
ruhani dalam dimensi kognisi, efektif maupun skill, dengan tujuan
untuk mengembangkan aspek mental spiritual, moral, intelektual,
dan profesional
c) fungsi Religius yaitu keluarga merupakan tempat penanaman nilai
moral agama melalui pemahaman, penyadaran dan praktik dalam
kehidupan sehari-hari sehingga tercipta iklim keagamaan
didalamnya.
d) fungsi Protektif yaitu dimana keluarga menjadi tempat yang aman
dari gangguan internal maupun eksternal keluarga dan untuk
menangkal segala pengaruh negatif yang masuk di dalamnya.
e) fungsi Sosialisasi yaitu berkaitan dengan mempersiapkan anak
menjadi anggota masyarakat yang baik maupun memegang norma-
Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, FAI UMP, 2015Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, PAI UMP, 2015
28
norma kehidupan keluarga itu sendiri maupun dalam mensikapi
masyarakat.
f) fungsi Rekreatif yaitu keluarga merupakan tempat yang dapat
memberikan kesejukan dan melepas lelah dari seluruh aktifitas
masing-masing anggota keluarga.
g) fungsi ekonomis yaitu keluarga merupakan kesatuan ekonomis
dimana keluarga memiliki aktivitas mencari nafkah, pembinaan
usaha, perencanaan anggaran, pengelolaan dan bagaimana
memanfaatkan sumber-sumber penghasilan dengan baik, serta
dapat mempertanggung jawabkan kekayaan dan harta bendanya
secara sosial maupun moral (Mufidah, 2013:42)
Menurut Pimpinan Pusat Muhammadiyah fungsi keluarga
yaitu:
(1) Keluarga-keluarga di lingkungan Muhammadiyah perlu
difungsikan selain dalam mengasosiasikan nilai-nilai ajaran Islam
juga melaksanakan fungsi kaderisasi, sehingga anak-anak tumbuh
menjadi generasi muslim Muhammadiyah yang dapat menjadi
pelangsung dan penyempurna gerakan dakwah di kemudian hari.
(2) Keluarga-keluarga di lingkungan Muhammadiyah dituntut
keteladanan (uswah hasanah) dalam mempraktikan kehidupan
yang islami yakni tertanamnya ihsan/kebaikan dan bergaul
dengan ma‟ruf, saling menyayangi dan mengasihi, menghormati
hak hidup anak, saling menghargai dan menghormati antar
Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, FAI UMP, 2015Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, PAI UMP, 2015
29
anggota keluarga, memberikan pendidikan akhlak yang mulia
secara sempurna, menjauhkan segenap keluarga dari bencana
siksa api neraka, berbuat adil dan ihsan, memelihara hak dan
kewajiban, dan menyantuni anggota keluarga yang tidak mampu
(PPM, 2009:68)
Berdasarkan keterangan di atas, penulis mengambil
kesimpulan bahwa keluarga memiliki fungsi yang vital dalam
pembentukan individu. Oleh karena itu keseluruhan fungsi tersebut
harus terus- menerus dipelihara. Jika salah satu dari fungsi- fungisi
tersebut tidak berjalan, maka akan terjadi ketidak harmonisan dalam
sistem keturunan dalam keluarga.
4. Unsur-Unsur dan Ciri Keluarga Sakinah
Unsur keluarga secara umum jika dijabarkan meliputi :
a. Seorang laki-laki yang berstatus sebagai suami.
b. Seorang perempuan yang berstatus sebagai istri.
c. Anak-anak.
d. Sanak keluarga lainnya. (Musnamar, 2001: 57)
Sebuah keluarga dapat dinilai, apakah termasuk keluarga
sakinah atau bukan, ada beberapa unsur yang dapat dijadikan barometer
keluarga sakinah, antara lain :
1) Sakinah, menurut Ibrahim al-Baqi sebagaimana dikutip Quraish
Shihab, dalam bahasa al-Qur‟an adalah “litaskunu ilaiha” yang
mempunyai arti ketenangan, ketenteraman dan saling mencintai.
Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, FAI UMP, 2015Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, PAI UMP, 2015
30
2) Mawaddah, adalah kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari
kehendak buruk. Dia adalah cinta yang plus. Bukankah yang
mencintai,sesekali hati kesal sehingga cintanya pudar bahkan putus.
Tetapi yang bersemi dalam hati yang mawaddah, tidak lagi akan
memutuskan hubungan seperti yang bisa terjadi pada orang yang
bercinta. Hal ini karena hatinya begitu lapang dan kosong dari
keburukan sehungga pintu-pintunya pun telah tertutup untuk
dihinggapi keburukan lahir dan batin.
3) Rahmah, adalah kondisi psikis yang muncul dalam hati akibat
menyaksikan ketidakberdayaan sehingga mendorong yang
bersangkutan untuk memberdayakannya. Karena itu dalam kehidupan
rumah tangga akan bersungguh-sungguh bahkan bersusah payah demi
mendatangkan kebaikan bagi pasangan serta menolak segala yang
mengganggu dan mengeruhkannya (Shihab, 2000: 208-209)
Berdasarkan penjelasan di atas penulis mengambil kesimpulan,
Apabila ketiga hal di atas terdapat dalam sikap suami isteri, maka niscaya
keluarga yang mereka bangun akan menjadi keluarga sakinah sesuai
dengan syari‟at Islam dan juga sesuai dengan yang mereka harapkan.
Adapun keluarga yang sakinah adalah keluarga yang memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
a. Kehidupan beragama dalam keluarga.
b. Mempunyai waktu untuk bersama.
c. Mempunya pola komunikasi yang baik bagi sesama anggota keluarga.
Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, FAI UMP, 2015Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, PAI UMP, 2015
31
d. Saling menghargai antara satu dengan yang lainnya.
e. Masing-masing merasa terkait dalam ikatan keluarga sebagai
kelompok.
f. Bila terjadi suatu masalah dalam keluarga mampu menyelesaikan
secara positif dan konstruktif (Musthofa, 2003: 12).
C. Penelitian Terdahulu
Skripsi Yulianti (2010) mahasiswa dari Program Study Bimbingan
Konseling Islam (BKI) STAIN Purwokerto dalam skripsinya berjudul
“Bimbingan dan Konseling Perkawinan dan Implikasinya dalam Membentuk
Keluarga Sakinah” Pada intinya bahwa dalam perkawinan masalah hubungan
seksual merupakan masalah yang cukup rumit. Hubungan seksual ini dapat
menjadi sumber masalah dalam perkawinan, dan dapat berakibat runyamnya
kehidupan keluarga sampai pada perceraian. Contoh cukup banyak dan dapat
diikuti melalui media massa. Walaupun telah dikemukakan bahwa perkawinan
itu bukan semata-mata mengenai masalah hubungan seksual saja, tetapi
masalah hubungan seksual dalam perkawinan kiranya tidak dapat diabaikan.
penyimpangan-penyimpangan dalam hal kehidupan keluarga, misalnya suami
menyeleweng ataupun sebaliknya, bila mau secara jujur hal tersebut
bersumber pada masalah hubungan seksual ini.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif perbedaan dari
penelitian tersebut dengan peneliti yang akan penulis tulis adalah variabelnya,
dimana penelitian di atas meneliti tentang Bimbingan dan Konseling
Perkawinan dan Implikasinya dalam Membentuk Keluarga Sakinah,
Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, FAI UMP, 2015Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, PAI UMP, 2015
32
sedangkan penulis akan meneliti tentang Peranan Wanita dalam Membentuk
Keluarga sakinah. Dengan Metode kualitatif, perbedaan yang menonjol letak
pada pembahasanya dimana perkawinan masalah hubungan seksual
merupakan masalah yang cukup rumit dan dapat berakibat runyamnya
kehidupan keluarga sampai pada perceraian sedangkan penulis fokus
membahas Peranan Wanita dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah.
Skripsi Halimah Sya‟diyah (2010) Mahasiswa Fakultas Agama
Islam Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang
berjudul: Perempuan Dalam Perspektif Islam. Tujuan skripsi ini adalah untuk
mengetahui perempuan dalam perspektif Islam. Jenis penelitian yang
digunakan adalah kepustakaan library research dengan mengambil sumber
data berupa buku-buku primer. Data-data yang diperoleh peneliti skripsi ini
menyimpulkan dengan penelitian kualitatif sedangkan metode analisis data
yang digunakan adalah metode analisis isi conten analisy.
Hasil penelitian menunjukan bahwa perempuan merupakan bagian
dari Islam dan perempuan mempunyai kedudukan penting dalam Islam. Islam
sangat menghormati perempuan. Islam juga menganggap perempuan dan laki-
laki berkedudukan sama dimana Islam sangat menganjurkan pendidikan bagi
perempuan, serta perempuan memiliki peran sosial di masyarakat luas.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif perbedaan dari penelitian
tersebut dengan peneliti yang penulis tulis adalah variabelnya, dimana
penelitian di atas meneliti tentang perempuan dalam perspektif Islam,
sedangkan penulis akan meneliti tentang peran wanita dalam keluarga
Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, FAI UMP, 2015Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, PAI UMP, 2015
33
sakinah. Dengan Metode kualitatif, perbedaan yang menonjol letak pada
pembahasanya dimana cara atau metode mendidik anak perempuan sedangkan
penulis fokus membahas peran wanita dalam mewujudkan keluarga sakinah.
Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, FAI UMP, 2015Peran Wanita Dalam..., Merna Utami, PAI UMP, 2015