bab ii tinjauan pustaka a. penyuluhan...

15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYULUHAN KESEHATAN Penyuluhan kesehatan sebagai bagian atau cabang dari ilmu kesehatan, juga mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan seni. Dari sisi seni, yakni praktisi atau aplikasi promosi kesehatan, merupakan penunjang bagi program-program kesehatan lain. Artinya, setiap program kesehatan misalnya pemberantasan penyakit, perbaikan gizi masyarakat, sanitasi lingkungan, kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan, dan sebagainya, perlu ditunjang atau dibantu oleh promosi kesehatan (di Indonesia sering disebut penyuluhan kesehatan) (Notoatmodjo, 2012, hal. 33). 1. Defenisi Promosi Kesehatan Promosi kesehatan (Penyuluhan kesehatan) adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga berperilaku yang kondusif untuk kesehatan (Hikmawati, 2011, hal. 13). Promosi kesehatan (penyuluhan kesehatan) dalam arti pendidikan, secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2012, hal. 21). Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 12-Jan-2020

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYULUHAN KESEHATANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45339/4/Chapter II.pdf · ringkasan evaluasi tentang objek dan kelompok objek atau segala sesuatu

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENYULUHAN KESEHATAN

Penyuluhan kesehatan sebagai bagian atau cabang dari ilmu kesehatan,

juga mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan seni. Dari sisi seni, yakni praktisi

atau aplikasi promosi kesehatan, merupakan penunjang bagi program-program

kesehatan lain. Artinya, setiap program kesehatan misalnya pemberantasan

penyakit, perbaikan gizi masyarakat, sanitasi lingkungan, kesehatan ibu dan anak,

program pelayanan kesehatan, dan sebagainya, perlu ditunjang atau dibantu oleh

promosi kesehatan (di Indonesia sering disebut penyuluhan kesehatan)

(Notoatmodjo, 2012, hal. 33).

1. Defenisi Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan (Penyuluhan kesehatan) adalah upaya yang

direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau

masyarakat sehingga berperilaku yang kondusif untuk kesehatan (Hikmawati,

2011, hal. 13).

Promosi kesehatan (penyuluhan kesehatan) dalam arti pendidikan, secara

umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain,

baik individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang

diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2012,

hal. 21).

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYULUHAN KESEHATANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45339/4/Chapter II.pdf · ringkasan evaluasi tentang objek dan kelompok objek atau segala sesuatu

Penyuluhan kesehatan juga merupakan suatu kegiatan yang mempunyai

masukan (input), proses dan keluaran (output). Kegiatan penyuluhan kesehatan

guna mencapai tujuan yakni perubahan sikap, dipengaruhi oleh banyak faktor.

Disamping faktor metode, faktor metode atau pesannya, petugas yang

melakukannya juga alat-alat bantu/alat peraga atau media yang dipakai. Agar

mencapai suatu hasil yang optimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerja

sama dengan harmonis. Hal ini berarti bahwa untuk masukan (sasaran) tertentu

harus menggunakan cara tertentu pula. Materi juga harus disesuaikan dengan

sasaran atau media. Untuk sasaran kelompok maka metodenya harus berbeda

dengan sasaran massa dan sasaran individual. Untuk sasaran massa pun harus

berbeda dengan sasaran individual dan kelompok (Notoatmodjo, 2012, hal. 51).

2. Tujuan Penyuluhan Kesehatan

Tujuannya adalah tersosialisasinya program-program kesehatan,

terwujudnya masyarakat yang berbudaya hidup bersih dan sehat, serta

terwujudnya gerakan hidup sehat di masyarakat untuk menuju terwujudnya desa,

kabupaten/kota sehat, provinsi sehat dan Indonesia sehat (Syafrudin & Frathidina,

2009, hal. 5).

3. Metode dan Media Penyuluhan Kesehatan

Metode dan media penyuluhan kesehatan adalah suatu kombinasi

antara cara-cara atau metode dan alat-alat bantu atau media yang digunakan

dalam setiap penyuluhan kesehatan. Dengan kata lain, metode dan media

penyuluhan kesehatan adalah dengan cara dan alat apa yang digunakan oleh

pelaku penyuluh kesehatan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan atau

mentransformasikan perilaku kesehatan kepada sasaran atau masyarakat

(Notoatmodjo, 2005, hal. 40).

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYULUHAN KESEHATANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45339/4/Chapter II.pdf · ringkasan evaluasi tentang objek dan kelompok objek atau segala sesuatu

a. Metode Penyuluhan Kesehatan

Metode penyuluhan kesehatan yang paling sering dilakukan oleh

tenaga kesehatan dilapangan yaitu:

1). Ceramah

Ceramah adalah salah satu cara menerangkan atau

menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada

seseorang atau sekelompok pendengar yang disertai diskusi dan tanya

jawab, serta dibantu oleh beberapa alat bantu peraga yang diperlukan.

2). Tanya Jawab

Wawancara merupakan salah satu metode promosi kesehatan

dengan jalan tanya jawab yang diarahkan pada pencapaian tujuan

yang telah ditentukan.

3). Demonstrasi

Demonstrasi adalah suatu cara penyajian pengertian atau ide

yang dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaiamana cara

melaksanakan suatu tindakan, adegan atau menggunakan suatu prosedur.

Penyajian ini disertai penggunaan alat peraga dan tanya jawab (Syafrudin

& Fratidhina, 2009, hal. 154).

b. Media Promosi Kesehatan

Beberapa alat peraga yang biasa digunakan dalam promosi kesehatan

adalah:

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYULUHAN KESEHATANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45339/4/Chapter II.pdf · ringkasan evaluasi tentang objek dan kelompok objek atau segala sesuatu

1). Papan tulis

2). Over Head Proyektor (OHP)

3). Kertas flipchart dengan standarnya

4). Poster

5). Flash card

6). Flipchart

7). Model

8). Leaflet

9). Kartu konsultasi

10). Booklet

11). Poster-kaset

12). Video-film

13). Film

14). Slide (Syafrudin & Fratidhina, 2009, hal. 161)

B. SIKAP (attitude)

1. Defenisi Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan factor pendapat dan emosi yang

bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik).

Campbel (1950) mendefenisikan sangat sederhana yakni: “An Individual’s

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYULUHAN KESEHATANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45339/4/Chapter II.pdf · ringkasan evaluasi tentang objek dan kelompok objek atau segala sesuatu

attitude is syndrome of response consistency with regard to object”. Jadi

Jelas disini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrome atau kumpulan gejala

dalam merespon stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan fikiran,

perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain (Notoadmodjo, 2010, hal.

29).

Newcomb, salah seorang ahli psikolog sosial menyatakan bahwa

sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan

tindakan reaksi terbuka atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi

perilaku atau tindakan, atau reaksi tertutup.

2. Komponen Pokok Sikap

Menurut Allport (1954) dalam Notoadmodjo (2010), sikap itu terdiri

dari tiga komponen sikap yakni:

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, artinya

bagaimana keyakinan, pendapat, atau pemikiran seseorang terhadap

objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya

bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang

tersebut terhadap objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak, artinya sikap adalah komponen yang

mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah merupakan

ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka

(Notoatmodjo, 2010, hal. 30).

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYULUHAN KESEHATANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45339/4/Chapter II.pdf · ringkasan evaluasi tentang objek dan kelompok objek atau segala sesuatu

Ketiga Komponen tersebut diatas secara bersama-sama membentuk

sikap yang utuh. Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan,

pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

3. Tingkatan Sikap berdasarkan Intensitasnya

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus

yang diberikan.

b. Menanggapi (Responding)

Menaggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap

pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c. Menghargai (Valuing)

Menghargai diartikan sebagai subjek atau seseorang memberikan nilai

yang positif terhadap objek atau stimulus.

d. Bertanggung Jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap

apa yang telah menjadi keyakinannya (Notoatmodjo, 2010, hal. 30).

4. Fungsi Sikap

Fungsi sikap Diantaranya, yaitu:

a. Utilitarian Function

Sikap memungkinkan seseorang untuk memperoleh atau memaksimalkan

ganjaran (reward) atau persetujuan dan meminimalkan hukuman. Dengan

kata lain, sikap dapat berfungsi sebagai penyesuaian sosial.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYULUHAN KESEHATANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45339/4/Chapter II.pdf · ringkasan evaluasi tentang objek dan kelompok objek atau segala sesuatu

b. Knowledge Function

Sikap membantu dalam memahami lingkungan dengan melengkapi

ringkasan evaluasi tentang objek dan kelompok objek atau segala sesuatu

yang akan dijumpai di dunia ini.

c. Value Expressive Function

Sikap kadang-kadang mengkomunikasikan nilai dan identitas yang

dimiliki seseorang terhadap orang lain.

d. Ego Defensive Function

Sikap melindungi diri, menutupi kesalahan, agresi dan sebagainya dalam

rangka mempertahankan diri. Sikap ini mencerminkan kepribadian

individu yang bersangkutan dan masalah-masalah yang belum

mendapatkan penyelesaian secara tuntas Dayakisnih dan Hudaniah, 2009,

hal. 91).

5. Cara Pembentukan atau Perubahan Sikap

Ada beberapa cara, diantaranya:

a. Adopsi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melalui

kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dan terus-

menerus berulang secara bertahap mempengaruhi terbentuknya sikap.

b. Diferensiasi adalah dimana dengan berkembangnya intelegensi,

bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis,

sekarang dipandang tersendiri lepas dari sejenisnya.

c. Intelegensi terjadi secara bertahap dimulai dengan berbagai pengetahuan

dan pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal tertentu.

d. Trauma terjadi dari pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan yang

meninggalkan kesan mendalam pada jiwa seseorang yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYULUHAN KESEHATANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45339/4/Chapter II.pdf · ringkasan evaluasi tentang objek dan kelompok objek atau segala sesuatu

Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan

terbentuknya sikap.

C. Menopause

Pada umumnya orang lebih sering menggunakan istilah ‘Menopause’,

meskipun istilah tersebut kurang tepat, karena menopause hanya merupakan

kejadian sesaat saja, yaitu perdarahan haid yang terakhir. Yang paling tepat

digunakan adalah klimakterik, yaitu fase peralihan antara pramenopause dan

pascamenopause (Baziad, 2003, hal. 1).

Klimakterium, sebutan untuk periode tradisi secara keseluruhan,

didefenisikan sebagai fase proses penuaan yang dilewati wanita selama tahap

reproduktif ke non reproduktif. Klimakterium diambil dari kata Yunani yang

berarti mendaki anak tangga) biasanya terjadi perubahan fisiologis sistem

reproduksi tujuh sampai sepuluh tahun yang berkulminasi pada periode

menstruasi terakhir (Varney, Kriebs, dan Gegor, 2007, hal. 302).

Klimakterium dibagi dalam beberapa fase:

a. Pramenopause;

Fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterium. Fase

ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan

perdarahan haid yang memanjang dan jumlah darah haid yang

yang relatif banyak, dan kadang-kadang disertai nyeri haid

(dismenorea). Perubahan endokrinologik yang terjadi adalah

berupa fase folikuler yang memendek, kadar estrogen yang tinggi,

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYULUHAN KESEHATANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45339/4/Chapter II.pdf · ringkasan evaluasi tentang objek dan kelompok objek atau segala sesuatu

kadar FSH juga biasanya tinggi, tetapi juga dapat ditemukan kadar

FSH yang normal. Akibat kadar FSH yang tinggi ini dapat terjadi

perangsangan ovarium yang berlebihan (hiperstimulasi) sehingga

kadang-kadang dijumpai kadar estrogen yang sangat tinggi

(Baziad, 2003, hal. 2).

b. Perimenopause;

Fase peralihan antara pramenopause dan pasca menopause. Fase

ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur. Pada

kebanyakan wanita siklus haidnya > 38 hari, dan sisanya < 18

hari. Sebanyak 40% wanita siklus haidnya anovultorik. Meskipun

terjadi ovulasi, kadar progesteron tetap rendah (Baziad, 2003, hal.

2).

c. Menopause;

Berhentinya mens secara permanen. Prefiks men- diambil dari

kata Yunani yang mempunyai arti siklus menstruasi; -pause, kata

Latin, memiliki arti berhentinya proses. Menopause dipandang

secara lebih luas, sebagai suatu periode waktu wanita dalam

menemukan dirinya dalam “perubahan” (Varney, dkk, 2007, hal.

301).

Diagnosis menopause merupakan diagnosis retrospektif. Bila

seorang wanita tidak haid selama 12 bulan, dan dijumpai kadar

FSH darah >40 mIU/ml dan kadar Estradiol <30 pg/ml, telah

mengalami menopause (Baziad, 2003, hal. 3).

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYULUHAN KESEHATANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45339/4/Chapter II.pdf · ringkasan evaluasi tentang objek dan kelompok objek atau segala sesuatu

d. Pascamenopause;

Fase setelah menopause dengan titik akhir tidak ditetapkan dengan

baik (hingga gejala hilang atau hingga akhir kehidupan) (Varney,

dkk, 2007, hal. 302 ).

Pada wanita pascamenopause masih saja dapat dijumpai jenis

steroid seks lain dengan kadar yang normal di dalam darah.

Ternyata, ovarium wanita pascamenopause masih memiliki

kemampuan untuk menyintesis steroid seks. Sel-sel hilus dan

kortek ovarium masih dapat memproduksi androgen, estrogen, dan

progesteron dalam jumlah tertentu. Selain itu, jaringan tubuh

tertentu, seperti lemak, uterus, hati, otot, kulit, rambut, dan bahkan

bagian dari sistem neural sumsum tulang (bone marrow) memiliki

kemampuan mengaromatisasi androgen menjadi estrogen.

Kelenjar adrenal merupakan sumber androgen utama bagi wanita

pascamenopause (Baziad, 2003, hal. 4).

e. Senium;

Pada masa senium telah terjadi keseimbangan hormonal yang

baru. Penurunan produksi hormon estrogen dan kenaikan hormon

gonadotropin yang terjadi pada masa klimakterium terus berlanjut

sampai kira-kira 15 tahun setelah menopause. Pada masa ini tidak

ada lagi gangguan vegetatif maupun psikologis. Yang menyolok

pada masa ini adalah kemunduran alat-alat tubuh atau kemampuan

fisik (Pinem, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYULUHAN KESEHATANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45339/4/Chapter II.pdf · ringkasan evaluasi tentang objek dan kelompok objek atau segala sesuatu

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menopause

Saat masuknya seseorang dalam fase menopause sangat berbeda-beda.

Wanita di Eropa tidak sama usia menopausenya dengan wanita di Asia. Faktor

genetik kemungkinan berperan terhadap usia menopause. Baik usia pertama haid

(menars), melahirkan pada usia muda, maupun berat badan tidak terbukti

mempercepat datangnya menopause. Wanita kembar dizigot atau wanita dengan

siklus haid memendek memasuki menopause lebih awal jika dibandingkan dengan

wanita yang memiliki siklus haid normal. Memasuki usia menopause dijumpai

juga pada wanita nulipara, wanita dengan diabetes melitus, perokok berat, kurang

gizi, wanita vegetarian, wanita dengan sosioekonomi rendah, dan pada wanita

yang hidup pada ketinggian >4000 m. Wanita nulipara dan wanita yang banyak

mengkonsumsi daging, atau minum alkohol akan mengalami menopause lebih

lambat ( Baziad, 2003, hal. 5).

E. Tanda dan Gejala Menopause

Selain periode menstruasi yang menjadi tidak teratur, gejala yang lazim

terjadi antara lain: nyeri pada sendi, rasa terbakar/kepanasan (hot flashes),

kesulitan berkonsentrasi atau mengingat sesuatu, perubahan hasrat seks, banyak

berkeringat, sakit kepala, sering kencing, bangun lebih pagi dari biasa, vagina

mengering, perubahan suasana hati (mood), susah tidur, keringat malam, dan

gejala-gejala yang biasa dialami sebelum menstruasi (PMS-premenstrual

syndrome) (Hutapea, 2005, hal. 74).

Perubahan lain yang sulit ditentukan namun sama pentingnya adalah

perubahan psikologis. Perubahan ini mungkin merupakan akibat tidak langsung

dari gangguan fisik, tetapi mungkin juga disebabkan secara langsung oleh tingkat

hormon yang berubah. Semua gejala ini akan mengganggu kehidupan sosial dan

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYULUHAN KESEHATANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45339/4/Chapter II.pdf · ringkasan evaluasi tentang objek dan kelompok objek atau segala sesuatu

usaha saling menopang sehingga merupakan masalah yang makin lama makin

berat (Purwoastuti, 2008, hal. 29).

Pada wanita pascamenopause dijumpai pula kelainan pada kulit berupa

kulit menipis, keriput, gatal-gatal, kuku rapuh berwarna kuning, mulut kering, dan

lidah seperti terbakar. Keluhan lain adalah mata kering dan kesulitan

menggunakan kontak lensa, rambut menipis, dan sering ditemukan tumbuhnya

rambut di sekitar bibir, hidung, dan telinga. Keluhan urogenital dapat berupa nyeri

senggama, vagina kering, keputihan, perdarahan pascasanggama, infeksi saluran

kemih berulang, gatal pada vagina/vulva, iritasi, prolapsus uteri/vagina, dan dapat

pula terjadi gangguan metabolisme berupa meningkatnya kadar kolesterol.

(Baziad, 2003, hal. 8).

F. Medikalisasi Gejala Menopause

1. Terapi Nonhormon

a. Obat antihipertensi, obat penenang, sudah luas penggunaannya pada

perempuan dengan masalah klimakterium (Pinem, 2009, hal. 398).

b. Banyak juga wanita yang memilih pendekatan alternatif, atau

komplementer, seperti homeopati, herbal, obat Cina (ini juga punya

dampak samping). Oleh karena itu sebaiknya selalu menanyakan

kepada ahli yang berpengalaman untuk menentukan terapi, dosis dan

skedul terapi apapun yang dipilih (Hutapea, 2005, hal. 77).

c. Sebagian perempuan mendapatkan manfaat relaksasi, berolah raga

atau konseling dengan tenaga kesehatan (Dokter,Bidan/Perawat)

mungkin membantu mengatasi gejala-gejala (Pinem, 2009, hal. 398).

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYULUHAN KESEHATANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45339/4/Chapter II.pdf · ringkasan evaluasi tentang objek dan kelompok objek atau segala sesuatu

2. Terapi Sulih Hormon (TSH)

a. Terapi yang logis pada menopause adalah sulih estrogen, karena

gejala menopause disebabkan oleh defisiensi estrogen. Terapi

estrogen dapat diberikan melalui rute oral, transdermis seperti koyo

dan jeli subkutan: implant, vagina: krim, pesarium, tablet dan cincin,

sublingual atau intranasal (Pinem, 2009, hal. 398). Pada wanita yang

telah diangkat rahimnya cukup diberi estrogen saja secara kontinyu

tanpa istirahat, tidak perlu di kombinasikan dengan progesteron

(Baziad, 2003, hal. 142).

b. Gestagen saja sangat jarang digunakan sebagai TSH karena pada

umumnya gestagen diberikan bersamaan dengan progesteron. Namun

kadang-kadang terpaksa juga diberikan gestagen saja, terutama bagi

wanita-wanita yang memiliki kontraindikasi pemberian estrogen atau

bagi wanita yang tidak tahan terhadap estrogen. Pemberian Gestagen

dosis tinggi, misalnya progesteron alamiah (MPA 20-40 mg), dapat

mengurangi keluhan tersebut (Baziad, 2003, hal. 143).

c. Kombinasi estrogen-progesteron secara sekunsial adalah pemberian

estrogen secara kontinyu dan gestagen secara sekunsial. Misalnya

estrogen saja diberikan pada hari pertama sampai hari ke-28,

sedangkan gestagen diberikan dari hari ke-16 sampai hari ke-28

(bersamaan dengan sisa estrogen (Baziad, 2003, hal. 144). Pemakaian

sulih hormon estrogen tanpa imbangan secara substansial

meningkatkan resiko kanker endometrium. Penambahan progesteron

ke dalam regimen estrogen mengurangi resiko kanker endometrium

(Pinem, 2009, hal. 398).

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYULUHAN KESEHATANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45339/4/Chapter II.pdf · ringkasan evaluasi tentang objek dan kelompok objek atau segala sesuatu

d. Wanita pascamenopause umumnya tidak menyukai perdarahan lucut

sehingga pemberian estrogen-progesteron secara kontinyu merupakan

pilihan yang tepat. Tujuan pemberian ini adalah agar terjadi

amenorea. Pada bulan-bulan pertama pemberian secara kontinyu ini

sering timbul perdarahan bercak, dan kemudian akan hilang dengan

sendirinya. Perdarahan bercak ini dapat diatasi dengan meningkatkan

dosis gestagen. Bila setelah 9 bulan pengobatan atau setelah

peningkatan dosis, masih saja terjadi perdarahan, perlu segera dicari

penyebab terjadinya perdarahan (kelainan organik) (Baziad, 2003, hal.

144-145).

G. Menjaga Kebugaran Sesudah Menopause

Menjaga kebugaran setelah menopause berarti membuat perubahan dalam

jalan atau gaya hidup Anda. Beberapa perubahan itu adalah sebagai berikut:

1. Tidak merokok. Apabila menggunakan beberapa tembakau, hentikan!

Tidak pernah ada kata “terlambat” untuk berhenti merokok (Purwoastuti,

2008, hal. 34).

2. Olahraga pada orang dewasa bersifat memelihara tulang bukan

meningkatkan massa tulang. Jalan cepat, mendaki dan menuruni tangga,

menari dan senam dewasa sesuai untuk individu lansia. Kedua, latihan

memperbaiki gaya berjalan, keseimbangan, koordinasi, waktu reaksi,

dan kekuatan otot meskipun pada individu yang sangat tua dan lemah.

Studi epidemiologik secara konsisten menunjukkan bahwa aktifitas fisik

masa lalu dan saat ini melindungi terhadap fraktur pinggul 50 persen.

Aktivitas fisik yang teratur, terutama jika dimulai sejak dini merupakan

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYULUHAN KESEHATANrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45339/4/Chapter II.pdf · ringkasan evaluasi tentang objek dan kelompok objek atau segala sesuatu

tindakan pencegahan yang murah, aman, dan mudah tersedia (Varney,

dkk, 2007, hal. 320).

3. Beberapa pendapat yang disampaikan tentang makanan bagi wanita yang

mengalami menopause, satu dengan yang lain tidak sama. Disatu pihak,

para ahli menganjurkan untuk minum vitamin dengan dosis yang tinggi.

Banyak para ahli gizi yang mengatakan bahwa minum vitamin sebagai

sarapan kedua berarti menciptakan satu diet yang tidak seimbang yang

sangat berbeda dengan harapan semula. Banyak wanita yang mengambil

alternatif lain, yaitu mendapatkan vitamin tertentu dari makanan. Banyak

juga wanita yang mengalami penambahan berat badan pada masa

menopause. Keadaan ini disebabkan oleh pola makan yang salah ataupun

karena kurang berolah raga (Purwoastuti, 2008, hal.38-39).

Universitas Sumatera Utara