bab ii tinjauan pustaka a. pengertian bankeprints.mercubuana-yogya.ac.id/310/3/bab ii.pdf · 2017....
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Bank
Menurut UU RI No.10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998
tentang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, sedangkan menurut Kuncoro dan
Suhardjono (2002: 68), bank adalah lembaga yang usaha pokoknya
menghimpun dana dan meyalurkan kembali dana tersebut pada masyarakat
dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang.
Secara spesifik, menurut Susilo (2006) fungsi bank dibagi menjadi:
Agent of trust adalah dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau
kepercayaan, baik dalam hal penghimpun dana maupun penyaluran dana.
Yang kedua Agent of Development yakni dimana sektor dalam kegiatan
perekonomian masyarakat meliputi sektor moneter dan sektor riil tidak
dapat dipisahkan dan saling berintegrasi. Sektor riil tidak tidak dapat
berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik.
Yang ketiga Agent of Service , yakni penawaran jasa perbankan yang lain
kepada masyarakat secara umum berupa jasa pengiriman uang, penitipan
barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan.
9
Berdasarkan UU Pokok Perbankan lama No.14 tahun 1967, yang
telah diperbaharui dengan UU Pokok Perbankan No. 7 tahun 1992, dan
telah direvisi dengan UU No.10 tahun 1998, bank dapat dikelompokkan
sebagai berikut, dilihat dari berbagai aspek (Latumaerissa, 2011):
1) Aspek Fungsi:
(1) Bank Sentral, adalah bank yang merupakan badan hukum milik
negara yang tugas pokoknya membantu pemerintah.
(2) Bank Umum, adalah bank yang sumber utama dananya berasal
dari simpanan pihak ketiga, serta pemberian kredit jangka pendek
dalam penyaluran dana.
(3) Bank Pembangunan, adalah bank yang dalam pengumpulan
dananya berasal dari penerimaan simpanan deposito serta
commercial paper.
(4) Bank Desa, adalah kantor bank di suatu desa yang tugas
utamanya adalah melaksanakan fungsi perkreditan dan
penghimpunan dana dalam rangka program pemerintah
memajukan pembangunan desa.
(5) Bank Perkreditan Rakyat (BPR), adalah kantor bank di kota
kecamatan yang merupakan unsur penghimpun dana masyarakat
maupun menyalurkan dananya di sektor pertanian dan pedesaan.
2) Status Kepemilikan:
10
(1) Bank Milik Negara, adalah bank yang seluruh modalnya
berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan dan pendiriannya
di bawah UU tersendiri.
(2) Bank Milik Swasta Nasional, adalah bank milik swasta yang
didirikan dalam bentuk hukum perseroan terbatas, dimana
seluruh sahamnya dimiliki oleh WNI dan/atau badan-badan
hukum di Indonesia.
(3) Bank Swasta Asing, adalah bank yang didirikan dalam bentuk
cabang bank yang sudah ada di luar negeri atau dalam bentuk
campuran antara bank asing dan bank nasional yang ada di
Indonesia.
(4) Bank Pembangunan Daerah, adalah bank yang pendiriannya
berdasarkan peraturan daerah propinsi dan sebagian besar
sahamnya dimiliki oleh pemerintah kota dan pemerintah
kabupaten, di wilayah yang bersangkutan dan modalnya
merupakan harta kekayaan pemerintah daerah yang dipisahkan.
(5) Bank Campuran, adalah bank yang sebagian besar sahamnya
dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional.
3) Kegiatan Operasional:
(1) Bank Devisa, adalah bank yang mempunyai hak dan wewenang
yang diberikan oleh Bank Indonesia untuk melaksanakan
transaksi valuta asing dan lau-lintas devisa serta hubungan
koresponden dengan bank asing di luar negeri.
11
(2) Bank Nondevisa, adalah bank yang dalam operasionalnya
hanya melaksanakan transaksi di dalam negeri, tidak
melakukan hubungan dengan bank asing di luar negeri.
4) Dilihat dari Aspek Cara menentukan Harga (Kasmir, 2002):
(1) Bank Konvensional
Dalam operasinya, jenis bank ini menggunakan dua metode:
1.Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk
simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian
pula untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan
berdasarkan tingkat bunga tertentu. Penetuan harga ini
dikenal dengan istilah spread based. Apabila suku bunga
simpanan lebih tinggi dari suku bunga pinjaman maka
dikenal dengan nama negative spreed. Hal ini telah terjadi di
akhir tahun 1998 dan sepanjang tahun 1999.
2.Untuk jasa-jasa bank lainnya, pihak bank menggunakan atau
menerapkan berbagai biaya dalam nominal atau presentase
tertentu. Sisitem penetapan biaya ini disebut fee based.
(2) Bank Syariah
Bank Syariah (bank bagi hasil) merupakan bank yang
beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Dalam
operasinya, baik dalam kegiatan penghimpunan dana dari
masyarakat maupun dalam penyaluran dana kepada masyarakat
12
bank syariah menetapkan harga produk yang ditawarkan
berdasarkan prinsip jual beli dan bagi hasil.
B. Resiko dalam usaha perbankan
Risiko-risiko usaha bank menurut Latumaerissa (2011) antara lain:
1) Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko bank yang timbul karena bank
tidak dapat memenuhi kewajiban jangka pendek pada masyarakat
saat dibutuhkan, yang disebabkan karena bank kekurangan likuiditas.
Likuiditas merupakan unsur penting bagi bank karena dengan
likuiditas yang cukup maka bank akan mampu untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek dari setiap nasabah, sehingga akan
menambah kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan bank
dalam menjamin dana masyarakat yang dititipkan ke bank.
2) Risiko Tingkat Bunga
Risiko tingkat bunga adalah risiko yang timbul akibat
perubahan tingkat bunga, sebagai akibat dari mismatch position yang
dilakukan oleh bank. Disamping itu juga bisa desebabkan oleh
perbedaan bunga antara Resource of Fund dan Uses of Funds.
3) Risiko Kredit
Risiko kredit (credit risk) adalah risiko yang timbul karena
debitur tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjam dan bunga
yang harus dibayar kepada bank. Risiko ini tentu harus diantisipasi
oleh bank melalui suatu proses penilaian serta analisis kredit yang
13
benar dan tepat yang disesuaikan dengan prudential banking legal
lending limit.
4) Risiko Manajemen
Risiko Manajemen adalah risiko yang ditimbulkan oleh
internal bank yang bersangkutan, yang disebabkan oleh
mismanagement dan faktor mentalitas pegawai bank. Risiko ini
sangat penting untuk diperhatikan sebuah bank, karena jika lengah
maka terjadinya kerjasama antar nasabah dengan pegawai bank
untuk membobol bank melalui bentuk-bentuk transaksi fiktif
mungkin saja terjadi.
5) Risiko Investasi
Risiko investasi adalah risiko yang timbul karena bank
mengalami kerugian berupa penurunan nilai surat berharga yang
dimiliki seperti saham dan obligasi. Hal ini sering terjadi dimana
bank-bank yang memiliki kelebihan likuiditas seringkali
mengalokasikan dana yang diterima dari pihak ketiga untuk kegiatan
investasi serat berharga di pasar modal atau pasar uang.
6) Risiko Operasi
Risiko operasi yang dihadapi oleh bank berkaitan dengan
masalah penghimpunan dan penggunaan dana seperti perubahan
dalam komposisi biaya operasional dan lain sebagainya.
14
7) Risiko Fidusia
Risiko fidusia yang timbul karena bank memberikan jasa
perwaliamanatan sehingga menimbulkan kerugian bagi nasabah
karena ketidakjujuran atau adanya unsur penipuan.
8) Risiko Keamanan
Risiko keamanan yang timbul akibat ketidakstabilan politik
dan keamanan.
9) Risiko Pendapatan
Risiko pendapatan adalah risiko yang timbul akibat gagalnya
penyaluran kredit bank. Pendapatan bank diperoleh dari pendapatan
bunga pinjaman dan pendapatan selain bunga.
10) Risko Pasar
Risiko pasar adalah risiko yang timbul akibat perubahan
tingkat bunga pasar, tingkat kurs valuta asing, tingkat inflasi, dan
sebagainya. Likuidasi atau bangkrutnya suatu bank yang besar dapat
menyebabkan bangkrutnya bank yang lain (efek domino) – sebagai
akibat penarikan dan secara tiba-tiba. Setiap saat bank harus
mengevaluasi perkembangan tingkat suku bunga pasar untuk
menetapkan tingkat suku bunga simpanan dan kredit. Bank harus
melakukan evaluasi secara berkala terhadap kualitas portofolio aset
produktifnya dengan kurs terakhir, termasuk transaksi derivatifnya.
15
C. Kinerja Bank
Menurut Setyowati dan Hartono dalam Ikatan Akuntansi Indonesia
(1996), kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan
mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja
keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk
memprediksi posisi keuangan dan kinerja keuangann di masa depan dan
hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran
deviden, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan
untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo.
Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap
perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari
kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber
dayanya. Selain itu, tujuan pokok kinerja adalah untuk memotivasi
karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematui standar
perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan
dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan
manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran
(Setyowati dan Hartono, 2008).
Penilaian terhadap kinerja suatu bank tertentu dapat dilakukan
dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangannya. Laporan
keuangan yang berupa neraca dan laba rugi dapat menggambarkan posisi
keuangan perusahaan yang bersangkutan (Kuncoro dan Suhardjono, 2002)
16
D. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat bagi berbagai
pihak (stakeHolders) seperti investor, kreditur, analisis, konsultan keuangan,
pemerintah dan pihak manajemen sendiri. Laporan keuangan yang berupa
neraca dan laporan laba rugi suatu perusahaan, bila disusun secara baik dan
akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau
prestasi yang dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu.
Keadaan inilah yang akan digunakan untuk menilai kinerja perusahaan.
Berkaitan dengan analisis kinerja keuangan bank memiliki beberapa tujuan,
yaitu:
1. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan bank terutama
kondisi likuiditas, kecukupan modal, dan profitabilitas yang dicapai
dalam tahun berjalan maupun tahun sebelumnya.
2. Untuk mengetahui kemampuan bank dalam mendayagunakan semua aset
yang dimiliki dalam menghasilkan profit secara efisien.
E. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan media yang dapat dipakai untuk
meneliti kondisi kesehatan perusahaan yang terdiri atas neraca, perhitungan
laba rugi, ikhtisar laba yang ditahan dan dilaporkan dan di laporan posisi
keuangan. Laporan keuangan pada prinsipnya merupakan salah satu
pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya. Laporan keuangan adalah produk atau hasil akhir dari suatu
proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi
bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan
17
keputusan. Dengan demikian, laporan keuangan dapat dijadikan sebagai
sumber informasi utama oleh berbagai pihak untuk menilai kinerja
manajemen sekaligus kinerja ekonomi perusahaan. Evaluasi terhadap laporan
keuangan dilakukan oleh para pemakainya untuk pengambilan keputusan
sesuai dengan kepentingan mereka masing-masing. Di samping sebagai
informasi, laporan keuangan juga sebagai pertanggungjawaban dan juga dapat
menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai tujuannya
(Sawir, 2005:02). Menurut Sofyan Harahap, laporan keuangan adalah media
informasi yang mencakup semua aktivitas perusahaan. Jika informasi ini
disajikan dengan benar maka informasi tersebut sangat berguna bagi siapa
saja untuk mengambil keputusan tentang perusahaan yang dilaporkan
tersebut. Laporan keuangan yang umum dikenal yaitu :
a. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada
satu tanggal tertentu. Neraca menggambarkan posisi harta, utang, dan
modal pada tanggal tertentu. Harta (aset) yang disebut juga aktiva adalah
merupakan harta produktif yang dikelola dalam perusahaan tersebut, dan
aset ini diperoleh dari sumber utang atau modal. Sumber pendanaan aset
adalah utang jangka panjang, jangka pendek, atau berasal dari modal
pemilik.
b. Perhitungan laba-rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya dan
laba/rugi perusahaan pada suatu periode tertentu. Laba rugi
menggambarkan hasil yang diterima selama satu periode tertentu serta
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tersebut. Hasil
18
dikurangi biaya-biaya merupakan laba atau rugi. Jika hasil lebih besar dari
biaya berarti laba, sebaliknya jika hasil lebih kecil dari biaya berarti rugi.
c. Laporan sumber dan penggunaan dana. Di sini dimuat sumber dana dan
pengeluaran perusahaan selama satu periode
d. Laporan arus kas Di sini disajikan informasi tentang dari mana sumber
kas diperoleh dan untuk ke mana kas dipergunakan. Disamping itu, ada
lagi laporan tambahan (supporting statement) seperti harga pokok
produksi, laporan perubahan modal, laporan laba ditahan. Kemudian
dilengkapi lagi dengan catatan dan penjelasan laporan keuangan yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan utama
(Harahap, 2002). Perkembangan suatu perusahaan sangat perlu untuk
megetahui kondisi keuangan perusahaan yang bersangkutan yang terdiri
atas neraca, laporan perhitungan laba rugi, serta laporan-laporan keuangan
lainnya. Dengan mengadakan analisis laporan keuangan terhadap pos-pos
neraca akan dapat diketahui atau diperoleh gambaran kinerja posisi
keuangannya, sedangkan analisis terhadap laporan laba rugi, labanya akan
memberikan gambaran tentang hasil atau perkembangan usaha
perusahaan yang bersangkutan.
F. Metode Camels
Bank Indonesia dalam menilai tingkat kesehatan suatu bank pada
dasarnya menggunakan pendekatan kualitatif atas berbagai aspek yang
berpengaruh terhadap kondisi suatu bank. Metode atau cara penilaian
tingkat kesehatan bank tersebut dikenal dengan metode CAMELS (untuk
saat ini yang diberlakukan di Indonesia menurut Peraturan Gubernur Bank
19
Indonesia Nomor 6/10/2004 Tahun 2004). CAMELS merupakan aspek
yang banyak berpengaruh terhadap kondisi suatu bank, yang
mempengaruhi pula kesehatan bank. Setelah dilakukan pengukuran dengan
cara CAMELS, dilanjutkan dengan penilaian tingkat kepatuhan bank pada
beberapa ketentuan khusus. Metode CAMELS berisikan langkah-langkah
yang dinilai dengan menghitung besarnya masing-masing rasio pada
komponen-komponen. Metode CAMELS mencakup kompomen-
komponen sebagai berikut (Rivai, dkk, 2013):
1) Permodalan (Capital)
Merupakan kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan
bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan
manajemen bank dalam mengindentifikasi, mengukur, mengawasi, dan
mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap
bsesarnya modal bank. Perhitungan capital adequacy ini didasarkan
atas prinsip bahwa setiap penanaman yang mengandung risiko harus
disediakan jumlah modal sebesar presentase tertentu (risk margin)
terhadap jumlah penanamannya (Kuncoro dan Suhardjono, 2002).
Dalam penelitian ini permodalan (capital) sesuai dengan Surat
Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP/2004 Perihal Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum diproksikan dengan
menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR). Semakin rendah nilai
CAR maka keadaan bank tersebut semakin tidak baik. Matriks kriteria
peringkat komponen Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah :
20
Tabel 2.1:
Matriks Kriteria Peringkat Komponen Capital Adequacy Ratio
(CAR)
Peringkat Rasio
1 CAR ≥ 12%
2 9% ≤ CAR ≤ 12%
3 8% ≤ CAR ≤ 9%
4 6% ≤ CAR ≤ 8%
5 CAR ≤ 6%
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)
2) Kualitas Asset (Asset Quality)
Kualitas aset produktif menunjukkan kualitas aset
sehubungan dengan risiko kredit yang dihadapi bank akibat
pemberian kredit dan investasi dana bank pada portofolio yang
berbeda. Setiap penanaman dana bank dalam aktiva produktif dinilai
kualitasnya dengan menentukan tingkat kolektibilitasnya., yaitu
apakah Lancar, Kurang Lancar, Diragukan atau Macet. Pembedaan
tingkat kolektibilitas tersebut diperlukan untuk mengetahui besarnya
cadangan minimum penghapusan aktiva produktif yang harus
disediakan oleh bank untuk menutup risiko kemungkinan kerugian
yang terjadi (Kuncoro dan Suhardjono, 2002).
21
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
6/23/DPNP/2004 Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum, Asset Quality diproksikan dengan menggunakan Non
Performing Loan Ratio (NPL). Rasio ini mengindikasikan bahwa
semakin besar rasio NPL, menunjukkan semakin menurun kualitas
aktiva produktif. Matriks kriteria penetapan peringkat komponen
NPL adalah:
Tabel 2.2:
Matriks Kriteria Peringkat Komponen NPL (Non Performing
Loan Ratio)
Peringkat Rasio
1 NPL ≤ 2%
2 2% ≤ NPL ≤ 5%
3 5% ≤ NPL ≤ 8%
4 8% ≤ NPL ≤ 11%
5 NPL ≤ 11%
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)
3) Manajemen (Management)
Kualitas Manajemen menunjukkan kemampuan manajemen
bank untuk mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol
risiko-risiko yang timbul melalui kebijakan-kebijakan dan strategi
bisnisnya untuk mencapai target (Kuncoro dan Suhardjono, 2002).
22
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
6/23/DPNP/2004 dalam melakukan penilaian pendekatan kuantitatif
dan kualitatif faktor manajemen (management) antara lain dilakukan
melalui penilaian terhadap komponen - komponen sebagai berikut :
(1) Manajemen umum;
(2) Penerapan sistem manajemen risiko; dan
(3) Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta
komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya.
4) Rentabilitas (Earning)
Pada aspek rentabilitas ini yang dilihat adalah kemampuan
bank dalam meningkatkan laba dan efisiensi usaha yang dicapai.
Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang
terus meningkat (Martono, 2002).
Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
6/23/DPNP/2004 Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum, rentabilitas diproksikan dengan menggunakan Return On
Assets Ratio (ROA) dan Return On Equity Ratio (ROE). Semakin
besar ROA dan ROE, semakin meningkatnya rentabilitas bank maka
semakin sehat bank tersebut. Matriks kriteria penetapan peringkat
komponen Return On Assets Ratio (ROA) dan Return On Equity
Ratio (ROE) adalah:
23
Tabel 2.3:
Matriks Kriteria Peringkat Komponen Return On Assets Ratio
(ROA)
Peringkat Rasio
1 ROA ≤ 1,5%
2 1,25% ≤ ROA ≤ 1,5%
3 0,5% ≤ ROA ≤ 1,25%
4 0 % ≤ ROA ≤ 0,5%
5 ROA ≤ 0%
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)
Tabel 2.4:
Matriks Kriteria Peringkat Komponen Return On Equity Ratio
(ROE)
Peringkat Rasio
1 ROE ˃ 15%
2 12,5% ˂ ROE ≤ 15%
3 5% ˂ ROE ≤ 12,5%
4 0 % ˂ ROE ≤ 5%
5 ROE ≤ 0%
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)
24
5) Likuiditas (Liquidity)
Likuiditas menunjukkan ketersediaan dana dan sumber dana
bank pada saat ini dan masa yang akan datang. Pengaturan likuiditas
bank terutama dimaksudkan agar bank setiap saat dapat memenuhi
kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar (Kuncoro dan
Suhardjono, 2002). Selain itu, menurut Martono (2002), penilaian
likuiditas didasarkan atas kemampuan bank dalam membayar semua
hutang-hutangnya terutama simpanan, tabungan, giro dan deposito
pada saat ditagih dan dapat memenuhi semua permohonan kredit
yang layak untuk disetujui.
Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
6/23/DPNP/2004 Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum, likuiditas diproksikan dengan menggunakan Loan to Deposit
Ratio (LDR). Semakin tinggi LDR, semakin rendahnya kemampuan
likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank
dalam kondisi bermasalah akan semakin besar. Matriks kriteria
penetapan peringkat komponen Loan To Deposit Ratio (LDR)
adalah:
25
Tabel 2.5:
Matriks Kriteria Peringkat Komponen Loan To Deposit Ratio
(LDR)
Peringkat Rasio
1 50% < LDR ≤ 75%
2 75% < LDR ≤ 85%
3 85% < LDR ≤ 100% atau LDR ≤ 50%
4 100% < LDR ≤ 120%
5 LDR > 120%
(Sumber: SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004)
6) Sensitivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Market Risk.
Penilaian sensitivitas atas risiko pasar digunkan untuk
menganalisis kemampuan bank dalam mengantisipasi perubahan
risiko pasar yang disebabkan oleh pergerakan nilai tukar. Penilaian
sensitivitas atas risiko pasar dilakukan dengan menilai besarnya
kelebihan modal yang digunakan untuk menutup risiko bank
dibandingkan dengan besarnya risiko kerugian yang timbul dari
pengaruh perubahan risiko pasar (Kusumo, 2008).
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
6/23/DPNP/2004 dalam melakukan penilaian pendekatan kuantitatif
dan kualitatif faktor sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to
market risk) antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap
komponen - komponen sebagai berikut:
26
(1) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi
suku bunga dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat
fluktuasi (adverse movement) suku bunga;
(2) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi
nilai tukar dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat
fluktuasi (adverse movement) nilai tukar; dan Kecukupan
penerapan sistem manajemen risiko pasar.
G. Peringkat Komposit
Peringkat komposit (composit rating) adalah peringkat akhir hasil
penilaian tingkat kesehatan bank. Penentuan peringkat komposit ini
dilakukan dengan menetapkan peringkat setiap komponen berdasarkan
perhitungan dan analisis yang dilakukan dengan mempertimbangkan
indikator pendukung dan atau pembanding yang relevan. (Siamat, 2005).
Kemudian berdasarkan hasil penetapan peringkat setiap faktor ditetapkan
peringkat komposit (composit rating). Peringkat komposit (composit
rating) berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004
ditetapkan sebagai berikut:
1) Peringkat Komposit 1 (PK-1), mencerminkan bahwa bank tergolong
sangat baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi
perekonomian dan industri keuangan.
2) Peringkat Komposit 2 (PK-2), mencerminkan bahwa bank tergolong
baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian
27
dan industri keuangan, namun bank masih memiliki kelemahan-
kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin.
3) Peringkat Komposit 3 (PK-3), mencerminkan bank tergolong cukup
baik, namun terdapat beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan
peringkat kompositnya memburuk, yang dpaat terjadi apabila bank
tidak segera melakukan tindakan korektif.
4) Peringkat Komposit 4 (PK-4), mencerminkan bahwa bank tergolong
kurang baik dan sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi
perekonomian dan industri keuangan; atau bank memiliki kelemahan
keuangan yang serius; atau kombinasi dari beberapa faktor yang
tidak memuaskan. Apabila tidak dilakukan tindakan korektif yang
efektif, baik berpotensi mengalami kesulitan yang membahayakan
kelangsungan usahanya.
5) Peringkat Komposit 5 (PK-5), mencerminkan bahwa bank tergolong
tidak baik dan sangat sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi
perekonomian dan industri keuangan serta mengalami kesulitan yang
membahayakan kelangsungan usahanya.
H. Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional
Perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah
diantaranya, bank syariah hanya melakukan investasi yang halal saja,
sedangkan bank konvensional melakukan investasi yang halal dan haram.
Bank syariah berlandaskan pada prinsip bagi hasil, sedangkan bank
konvensional memakai perangkat bunga. Bank syariah berorientasi pada
28
profit dan falah (kebahagiaan dunia dan akhirat), sedangkan bank
konvensional hanya profit oriented. Selain itu, dalam bank syariah
hubungan dengan nasabah dalam bentuk kemitraan, sedangkan bank
konvensional hubungan dengan nasabah dalam bentuk kreditur dan debitur
(Antonio, 2001).
Dalam system pembagian hasil dan bunga: 1. Penentuan bunga
dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung, 2. Besarnya
persentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan, 3.
Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan
apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi, 4.
Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan
berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming”, 5. Eksistensi bunga
diragukan (kalau tidak dikecam) oleh beberapa kalangan.Sedangkan
sistem bagi hasil: 1. Penentuan besarnya rasio/ nisbah bagi hasil dibuat
pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi, 2.
Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang
diperoleh, 3. tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila
usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak,
4. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah
pendapatan, 5. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.
I. Penelitian Terdahulu
Adapun Penelitian Terdahulu dapat dijabarkan sebagai berikut :
29
1. Rubitoh (2013) melakukan penelitian tentang Perbandingan kinerja
keuangan PT. Bank Muammalat, Tbk dan bank konvensional, Hasil
dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara umum kinerja
keuangan bank syariah lebih baik, walaupun ada juga kinerja bank syariah
dibawah bank konvensional. Bahkan perkembangan bank syariah
mencapai 53 persen,sedang bank konvensional
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2012), yang bertujuan untuk
melakukan perbandingan kinerja keuangan Bank Umum Syariah
dengan Bank Umum Konvensional di Indonesia pada periode 2006-
2010 dengan menggunakan rasio keuangan, terdiri dari CAR, LDR,
NPL, BOPO, dan ROA. Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan untuk masing-masing rasio keuangan antara Bank
Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional di Indonesia. Bank
Umum Syariah lebih baik kinerjanya dari segi rasio LDR dan ROA,
sedangkan Bank Umum Konvensional lebih baik kinerjanya dari segi
rasio CAR, NPL, dan BOPO.
3. Kiki Maharani (2010) tentang perbedaan kinerja keuangan bank
konvensional dan bank syariah. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara bank yang sehat (berkinerja
baik) dengan bank yang tidak sehat (berkinerja tidak baik) terutama
variabel ROA yang menghasilkan nilai F terbesar 60,314 dan nilai
Wilk’s Lambda terkecil 0,142 serta memiliki tingkat signifikansi < dari
5% dan LDR yang menghasilkan nilai F terkecil 11,930 dan nilai
30
Wilk’s Lamda terbesar 0,456 serta memiliki nilai tingkat signifikansi
<5%. Tingkat ketepatan yang dihasilkan oleh persamaan diskriminan
dalam melihat bank sehat (berkinerja baik) atau tidak (berkinerja tidak
baik) sebesar 100%, dan kinerja keuangan Perbankan syariah berbeda
(tidak sama) dengan kinerja keuangan perbankan konvensional.
J. Kerangka Pikir
Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.Jenis bank di Indonesia dibedakan menjadi dua jenis bank, yang
dibedakan berdasarkan cara penentuan harga:
a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional.
b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah. Kedua jenis bank tersebut
tentunya memiliki laporan keuangan masing-masing. Dari laporan
keuangan tersebut maka dapat dilakukan analisis laporan keuangan
dengan menggunakan rasio keuangan (CAR, NPL, ROA, BOPO, dan
LDR). Setelah analisis dilakukan maka akan dapat diketahui kinerja
keuangan bank tersebut. Berikut digambarkan secara skematis kerangka
pikir penelitian.
31
K. Hipotesis
Dari Rumusan masalah dan kerangka teori diatas didapat hipotesis sebagai
berikut.
H1 : Ada perbedaan nilai CAR yang signifikan antara PT. Bank Rakyat
Indonesia dengan PT. Bank Muammalat, Tbk.
H2 : Ada perbedaan nilai NPL yang signifikan antara PT. Bank Rakyat
Indonesia dengan PT. Bank Muammalat, Tbk.
H3 : Ada perbedaan nilai ROA yang signifikan antara PT. Bank Rakyat
Indonesia dengan PT. Bank Muammalat, Tbk.
H4 : Ada perbedaan nilai ROE yang signifikan antara PT. Bank Rakyat
Indonesia dengan PT. Bank Muammalat, Tbk.
Bank Rakyat
Indonesia
Bank
Muammalat
LaporanKeuangan
Aspek
Permodalan:
CAR
Aspek KAP:
NPL
Aspek
Rentabilitas:
ROA dan
ROE
1.
Aspek
Likuiditas:
LDR
Kinerja Keuangan
32
H5 : Ada perbedaan nilai LDR yang signifikan antara PT. PT. Bank
Rakyat Indonesia dengan PT. Bank Muammalat, Tbk.