bab ii tinjauan pustaka a. penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/38213/3/bab ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian Marwati (2016) tentang analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaporan keuangan perusahaan di internet. Penelitian ini
menggunakan metode regresi linier berganda. Berdasarkan penelitian tersebut
dapat disimpulkan bahwa profitabilitas, likuiditas, dan reputasi auditor
berpengaruh positif signifikan terhadap internet financial reporting (IFR).
Sedangkan, leverage tidak berpengaruh terhadap internet financial reporting
(IFR).
Penelitian Maharani dan Budiasih (2016) tentang pengaruh ukuran, umur
perusahaan, struktur kepemilikan, dan profitabilitas pada pengungkapan wajib
laporan tahunan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier
berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan
profitabilitas tidak berpengaruh pada pengungkapan wajib, sedangkan umur
perusahaan dan struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap
pengungkapan wajib laporan tahunan.
Penelitian Oyelere et al. (2003) tentang determinants of internet financial
reporting by New Zealand Companies. Penelitian ini menggunakan analisis
multivariate. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan,
likuiditas, jenis industry berpengaruh signifikan internet financial reporting,
sedangkan profitabilitas dan leverage tidak berpengaruh terhadap internet
financial reporting.
9
Penelitian Almilia (2008) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
pengungkapan sukarela internet financial and sustainability reporting.
Penelitian ini menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa variabel size perusahaan, profitabilitas, kepemilikan
mayoritas berpengaruh pada tingkat pengungkapan sukarela yang dilakukan
oleh perusahaan dengan diukur menggunakan indeks IFSR. Sedangkan,
leverage terbukti tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan sukarela
oleh perusahaan.
Penelitian Rozak (2012) tentang pengaruh tingkat profitabilitas, ukuran
perusahaan, kepemilikan saham oleh publik, dan kelompok industri terhadap
tingkat internet financial reporting. Penelitian ini menggunakan teknik analisis
regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas dan
ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat internet
financial reporting. Sedangkan, kepemilikan saham oleh publik, leverage, serta
kelompok industri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat internet
financial reporting.
Penelitian Boubaker et al. (2012) tentang the determinants of web-based
corporate in France. Penelitian ini menggunakan metode analisis univariate.
Hasilnya menunjukkan bahwa beberapa variabel terbukti berpengaruh secara
signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan di internet, seperti ukuran
perusahaan, ukuran auditor, owner dispersion, industri IT, dan equity offering.
Sedangkan, leverage dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan laporan perusahaan di internet.
10
Penelitian Akbar dan Daljono (2014) tentang analisis faktor yang
mempengaruhi pengungkapan laporan perusahaan berbasis website. Penelitian
ini menggunakan teknik analisis linier berganda. Berdasarkan penelitian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, dan jenis
industri TIK berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan berbasis
website. Sedangkan, faktor lain seperti leverage, ukuran auditor, kepemilikan
publik, dan penawaran saham baru tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap pengungkapan laporan berbasis website.
Penelitian Lestari dan Chariri (2012) tentang analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaporan keuangan melalui internet. Penelitian ini
menggunakan metode analisis multivariate dengan menggunakan regresi
logistik. Penelitian ini melakukan pengukuran terhadap tujuh faktor yang
mempengaruhi pelaporan keuangan melalui internet, antara lain ukuran
perusahaan, profitabilitas, likuiditas, jenis industri, leverage, reputasi auditor,
dan umur listing perusahaan. Berdasarkan penelitian tersebut, terdapat lima
faktor yang mempengaruhi pelaporan keuangan melalui internet yaitu, ukuran
perusahaan, likuiditas, leverage, reputasi auditor, dan umur listing perusahaan,
sedangkan profitabilitas dan jenis industri tidak berpengaruh terhadap
pelaporan keuangan melalui internet.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa profitabilitas merupakan faktor yang sering muncul yang mempengaruhi
penerapan IFR. Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian Marwati (2016),
Almilia (2008), Rozak (2012), serta Akbar dan Daljono (2014). Namun tidak
11
sesuai dengan penelitian Oyelere et al. (2003). Profitabilitas berpengaruh
positif signifikan terhadap IFR menurut Rozak (2012), sedangkan beberapa
penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh positif terhadap
IFR, seperti penelitian yang dilakukan oleh Suripto (2006), Oyelere et al.
(2006), Boubaker et al. (2012). Menurut Lestari dan Chariri (2012), leverage
berpengaruh positif terhadap pengungkapan pelaporan keuangan melalui
internet, namun menurut Boubaker et al. (2012) leverage tidak berpengaruh
positif terhadap pengungkapan IFR. Menurut Maharani dan Budiasih (2016),
kepemilikan saham oleh publik berpengaruh positif pada pengungkapan wajib
laporan tahunan, sedangkan menurut Keumala dan Muid (2013) membuktikan
kepemilikan saham oleh publik tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik
IFR Menurut Lestari dan Chariri (2012), reputasi auditor berpengaruh positif
signifikan terhadap pengungkapan IFR, sedangkan menurut Prasetya dan
Irwandi (2012) membuktikan tidak adanya pengaruh terhadap pengungkapan
IFR. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mencoba membuktikan kembali
pengaruh profitabilitas, leverage, kepemilikan saham oleh publik, dan reputasi
auditor.
B. Tinjauan Pustaka
1. Teori Sinyal
Dalam kerangka teori sinyal disebutkan bahwa dorongan perusahaan untuk
memberikan informasi lebih adalah karena terdapat asimetri informasi antara
manajer perusahaan dengan pihak luar. Hal ini disebabkan karena manajer
perusahaan mengetahui lebih banyak informasi mengenai perusahaan dan
12
prospek yang akan datang daripada pihak luar (Wolk et al., 2000). Laporan
keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna bagi investor dan
kreditur untuk membuat keputusan investasi, kredit, dan keputusan lainnya.
Kurangnya informasi pihak investor dan kreditur mengenai perusahaan
menyebabkan para investor melindungi diri mereka dengan memberikan harga
yang rendah untuk perusahaan sesuai dengan kualitas informasi yang diberikan
perusahaan kepada para investor. Perusahaan dapat meningkatkan nilai
perusahaan dengan mengurangi informasi asimetri (Akbar dan Daljono, 2014).
Berdasarkan teori sinyal, perusahaan berusaha mengungkapkan informasi
yang lebih untuk membedakan diri dengan perusahaan lainnya. Perusahaan
dapat memanfaatkan kemajuan teknologi seperti website untuk melaporkan
informasi keuangan perusahaan secara tepat dan cepat, sehingga dapat
memperoleh hasil analisis laporan keuangan yang sesuai dengan kebutuhan
investor. Informasi yang disajikan tidak hanya yang bersifat kuantitatif, tetapi
juga informasi kualitatif lainnya. Berdasarkan salah satu hasil penelitian FASB
(2001) : Improving Business Reporting: Insight into Enhancement Voluntary
Disclosure ditemukan 2 hal penting. Pertama, banyak perusahaan besar yang
secara sukarela mengungkapkan informasinya secara luas yang berguna bagi
investor. Kedua, peran pentingnya voluntary disclosure akan terus meningkat
(Harahap, 2011).
Semakin besar perusahaan, akan memiliki insentif yang lebih besar untuk
memberi sinyal mengenai kualitas perusahaan melalui pengungkapan informasi
keuangan yang meningkat (Marston, 2003). Teori sinyal dapat digunakan
13
untuk memprediksi kualitas pengungkapan pelaporan keuangan perusahaan,
yaitu dengan penggunaan internet sebagai media pengungkapan yang dapat
meningkatkan kualitas pengungkapan (Almilia, 2008).
2. Profitabilitas
Perusahaan yang memiliki kinerja keuangan baik biasanya diukur
berdasarkan profitabilitasnya. Tingginya profitabilitas akan mendorong para
manajer untuk memberikan informasi yang lebih detail, karena sebagian besar
investor lebih menginginkan perusahaan yang memiliki profitabilitas yang
tinggi dengan harapan perusahaan dapat memberikan tingkat pengembalian
yang tinggi (Maharani dan Budiasih, 2016). Para manajer pun ingin
meyakinkan investor terhadap informasi profitabilitas perusahaannya.
Perusahaan yang menghasilkan profitable juga akan melakukan pengungkapan
yang lebih banyak karena manajemen perusahaan ingin meyakinkan seluruh
pengguna laporan keuangan bahwa perusahaan berada pada posisi persaingan
yang kuat dan memperlihatkan bahwa kinerja perusahaan juga bagus
(Maharani dan Budiasih, 2016). Menurut Weston dan Brigham (1998:713)
perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi, umumnya menggunakan
hutang dalam jumlah yang relatif sedikit. Hal ini disebabkan dengan
profitabilitas yang tinggi tersebut memungkinkan bagi perusahaan melakukan
permodalan dengan laba ditahan saja.
Dalam teori sinyal, ketika perusahaan menunjukkan performance yang
bagus maka manajemen memiliki dorongan yang kuat untuk menyebarluaskan
informasi perusahaan terutama informasi keuangan dalam rangka
14
meningkatkan kepercayaan investor (Oyelere et al., 2003). Semakin profitable
suatu perusahaan maka semakin besar kemungkinan perusahaan untuk
mengungkapkan informasi keuangan tambahan, termasuk melakukan praktik
IFR sebagai salah satu sarana untuk menyebarluaskan goodnews, dan
perusahaan yang memiliki kinerja buruk kemungkinan akan menghindari
teknik pengungkapan sukarela seperti IFR, karena berusaha untuk
menyembunyikan badnews dan memilih untuk membatasi pihak luar dalam
mengakses informasi penting perusahaan, seperti laporan keuangan (Marston,
2003).
Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan menarik perhatian
investor dengan pelaporan kegiatan perusahaan yang lebih lengkap dan luas,
serta perusahaan dengan kinerja keuangan yang bagus akan berusaha
menyebarluaskan reputasi baik perusahaan, yaitu dengan menggunakan
internet sehingga informasi yang disampaikan dalam website perusahaan akan
lebih luas (Akbar dan Daljono, 2014). Menurut Hanafi dan Halim (2009:85)
terdapat tiga rasio yang dapat digunakan dalam rasio profitabilitas, yaitu rasio
profit margin, return on asset (ROA), dan return on equity (ROE).
15
Tabel 2.1 Rasio Profitabilitas
RASIO RUMUS
Profit Margin
Laba Bersih
Penjualan
ROA
Laba Bersih
Total Aset
ROE
Laba Bersih
Ekuitas
Sumber : Hanafi dan Halim, 2009:85
3. Leverage
Menurut Purwandari dan Purwanto (2012), leverage merupakan istilah yang
sering digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
seluruh kewajian finansialnya apabila perusahaan dilikuidasi. Leverage
menunjukkan seberapa besar ekuitas yang tersedia untuk memberikan jaminan
terhadap hutang. Leverage menggambarkan hubungan antara utang perusahaan
terhadap modal maupun aset serta menggambarkan seberapa jauh perusahaan
dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang
digambarkan oleh modal. Perusahaan yang baik semestinya memiliki
komposisi modal yang lebih besar dari utang (Harahap, 2007).
Para kreditur akan memperhatikan bagaimana perusahaan dapat mengelola
hutangnya dengan melihat informasi yang disediakan perusahaan, sehingga
perusahaan akan berusaha memberikan informasi bahwa perusahaan telah
mengelola hutangnya dengan baik dan dapat melakukan pengembalian hutang
perusahaan. Salah satu penyebarluasan informasi ini dapat dilakukan melalui
16
pelaporan perusahaan berbasis website (Akbar dan Daljono, 2014). Seiring
dengan meningkatnya leverage, manajer dapat menggunakan IFR untuk
membantu menyebarluaskan informasi-informasi positif perusahaan kepada
kreditur dan pemegang saham. Hal ini disebabkan pelaporan keuangan melalui
internet dapat memuat informasi perusahaan yang lebih banyak dibandingkan
melalui paperbased reporting (Lestari dan Chariri, 2012). Menurut Hanafi dan
Halim (2009:84) terdapat tiga rasio yang dapat digunakan dalam rasio
solvabilitas, yaitu rasio total utang terhadap total aset, rasio times interest
earned (TIE), dan rasio fixed charges coverage. Rasio total utang terhadap
total aset digunakan untuk mengukur seberapa jauh dana yang disediakan oleh
kreditur. Rasio yang tinggi berarti menunjukkan bahwa perusahaan
menggunakan financial leverage yang tinggi. Penggunaan financial leverage
yang tinggi akan meningkatkan rentabilitas modal saham dengan cepat dan
akan menimbulkan risiko yang tinggi pula.
Tabel 2.2 Rasio Solvabilitas
RASIO RUMUS
Rasio Total Utang terhadap
Total Aset
Total KewajibanTotal Aset
Times Interest Earned EBIT
Biaya Bunga 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡
Fixed Charges Coverage EBIT + Biaya Bunga + Kewajiban Sewa
Biaya Bunga + Kewajiban Sewa
Sumber : Hanafi dan Halim, 2009:84
17
4. Kepemilikan Saham oleh Publik
Menurut Peraturan Bapepam No. IX.E.1, Keputusan Ketua Bapepam
tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu No. Kep-12/PM/1997, pasal
1 butir (e) menyebutkan bahwa klasifikasi pemegang saham adalah
berdasarkan jumlah kepemilikan sahamnya, maka dapat dikatakan golongan
perorangan atau badan hukum memiliki jumlah saham dibawah 20% yang
konteksnya tidak mengendalikan perseroan, sehingga dapat dikatakan bahwa
golongan ini adalah masyarakat umum (publik). Selain itu, yang termasuk
dalam kategori tersebut adalah pemegang saham independen, yaitu pemegang
saham yang tidak memiliki benturan kepentingan sehubungan dengan adanya
suatu transaksi tertentu. Semakin besar komposisi saham yang dimiliki oleh
publik, maka akan memicu pengungkapan informasi perusahaan secara lebih
luas, seperti pengungkapan laporan perusahaan di internet. Karena informasi
perusahaan bukan hanya digunakan oleh pihak internal saja, melainkan juga
diperlukan bagi pihak eksternal perusahaan (Akbar dan Daljono, 2014).
Menurut Rozak (2012) apabila kepemilikan saham publik semakin besar,
maka akan semakin besar pula mekanisme pengendalian terhadap perilaku
manajemen. Keberadaan komposisi pemegang saham publik akan
memudahkan monitoring, intervensi atau beberapa pengaruh kedisiplinan lain
pada manajer yang pada akhirnya akan membuat manajer bertindak sesuai
dengan kepentingan pemegang saham, diantaranya adalah tersedianya
kebutuhan informasi keuangan perusahaan. Setelah perusahaan membuat
website dan melakukan pelaporan keuangan internet, informasi keuangan akan
18
menjadi barang publik dengan akses global yang tidak terbatas. Lebih banyak
proporsi saham perusahaan yang dimiliki oleh publik, maka akan lebih banyak
pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan perusahaan. Salah satu
manfaat pelaporan keuangan internet adalah memungkinkan perusahaan untuk
menyebarkan informasi keuangan kepada audien yang lebih luas dibanding
yang dapat dicapai melalui metode pelaporan tradisonal (Suripto, 2006).
Rumus untuk menghitung kepemilikan saham oleh publik, yaitu :
𝐾𝑆𝑃 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑝𝑢𝑏𝑙𝑖𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛𝑥 100%
5. Reputasi Auditor
Menurut DeAngelo (1981), reputasi auditor adalah auditor yang memiliki
nama baik dan mempertahankan reputasinya dengan memberikan kualitas audit
yang tinggi dan digunakan sebagai petunjuk terhadap kualitas perusahaan.
Menurut Akbar dan Daljono (2014), penggunaan KAP yang berafiliasi dengan
KAP Big Four oleh perusahaan akan diinterpretasikan oleh publik sebagai
suatu perusahaan yang dapat dipercaya terutama yang berkaitan dengan kinerja
keuangan perusahaan. Dengan menggunakan KAP tersebut, maka perusahaan
akan cenderung melaporkan informasi perusahaan khususnya laporan
keuangan dengan setransparan mungkin guna menarik minat para kreditur dan
investor. Hal tersebut akan menaikkan citra perusahaan di kalangan publik.
Teori sinyal juga menyatakan bahwa penggunaan KAP yang bereputasi
merupakan sinyal positif dari perusahaan, karena publik akan menginterpretasi
bahwa perusahaan memiliki informasi yang tidak menyesatkan dan telah
mengungkapkan informasi setransparan mungkin (Healy dan Palepu, 2001).
19
Lestari dan Chariri (2012) menyatakan bahwa KAP yang berafiliasi dengan
KAP Big Four dianggap memiliki kemampuan yang lebih besar untuk bertahan
dari tekanan klien, lebih peduli pada reputasi mereka, memiliki sumber daya
yang lebih baik berkaitan dengan kompetensi individu dan teknologi maju yang
dimiliki, serta memiliki strategi dan proses audit yang lebih baik. Menurut
Christiantie dan Christiawan (2013), KAP Big Four beserta afiliasinya adalah
antara lain Ernst & Young berafiliasi dengan KAP Purwantono, Suherman, dan
Surja; Deloitte Touche Tohmatsu berafiliasi dengan KAP Osman Bing Satrio;
Klynveld, Peat, Marwick, Goerdele berafiliasi dengan KAP Sidharta; dan Price
Waterhouse Coopers berafiliasi dengan KAP Tanudiredja, Wibisana, dan
rekan. Dalam penelitian ini, reputasi auditor diukur dengan menggunakan
variabel Dummy dengan melihat apakah KAP tersebut berafiliasi dengan KAP
Big Four atau tidak. Kode 1 untuk KAP Big Four dan kode 0 untuk KAP Non
Big Four (Lestari dan Chariri, 2012).
6. Internet Financial Reporting (IFR)
Menurut Debreceny et al., (2002), penggunaan internet menyebabkan
pelaporan keuangan menjadi lebih cepat dan mudah, sehingga dapat diakses
oleh siapapun, kapanpun, dan dimanapun. Internet juga membuat penyajian
informasi keuangan lebih menghemat biaya, karena perusahaan tidak
mengeluarkan biaya untuk mencetak laporan keuangan maupun biaya untuk
distribusi laporan keuangan yang tidak berada dalam satu geografis.
Menurut Almilia (2009) indeks pengungkapan Internet Financial Reporting
menggunakan indeks pengungkapan yang dikembangkan oleh of Cheng et al.,
20
(2000) dan Lyner et al., (1999). Indeks yang dikembangkan oleh Cheng et al.,
(2000) terdiri dari 4 komponen, dan empat komponen masing-masing diberi
bobot sebagai berikut : Isi (content) sebesar 40%, ketepatwaktuan sebesar 20%,
pemanfaatan teknologi sebesar 20%, dan dukungan pengguna sebesar 20%.
Adapun penjelasan untuk masing-masing komponen adalah sebagai berikut :
a. Isi (content), dalam kategori ini meliputi komponen informasi keuangan
seperti neraca, laba rugi, perubahan posisi keuangan, serta laporan
keberlanjutan perusahaan. Informasi keuangan yang diungkapkan dalam
bentuk html memiliki skor yang tinggi dibandingkan dalam format pdf,
karena informasi dalam bentuk html lebih memudahkan penggunan
informasi untuk mengakses informasi keuangan tersebut menjadi lebih
cepat.
Komponen yang dilihat, yaitu :
1. Statement of Financial Position
2. Statement of Financial Performance
3. Statement of Cahs Flows
4. Statement of Movement in Equity
5. Notes to the Financial Statement
6. Disclosures of Quarterly Results
7. Financial Highlight/Year-in-Review
8. Chairman’s Report
9. Auditor’s Report
10. Shareholder Information
21
11. Corporate Information
12. Social Responsibility
13. Number of years/Quarter shown
14. Annual Report
15. Quarterly Report
16. Past Information (HTML only)
17. Language
18. Company Address (HTML only)
b. Ketepatwaktuan, pengukurannya dengan cara melihat di website di
perusahaan. Ketika website perusahaan dapat menyajikan informasi yang
tepat waktu, maka akan semakin tinggi indeksnya.
Komponen yang dilihat, yaitu :
1. Press release dan updated berita pada minggu ini.
2. Unaudited latest quarterly report
3. Kutipan saham dan memperbarui kutipan saham dalam minggu ini.
4. Vision statements.
c. Pemanfaatan Teknologi, komponen ini terkait dengan pemanfaatan
teknologi yang tidak dapat disediakan oleh media laporan cetak serta
penggunaan media teknologi multimedia, analysis tools (contohnya, Excel’s
Pivot Table), fitur-fitur lanjutan seperti implementasi “Intelligent Agent”
atau XBRL. Ketika website perusahaan dapat memanfaatkan teknologi
tersebut, maka semakin tinggi indeks pengungkapan IFR perusahaan.
Komponen yang dilihat, yaitu :
22
1. Download plug-in On spot
2. Online feedback
3. Use of presentation slides
4. Use of multimedia
5. Analysis tools
6. Advance feature (XBRL)
d. Dukungan Pengguna, indeks website perusahaan semakin tinggi jika
perusahaan mengimplementasikan secara optimal semua sarana dalam
website perusahaan, seperti : media pencarian dan navigasi / search and
navigation tools (seperti FAQ, links to homepage, site man, site search).
Komponen yang dilihat, yaitu :
1. Help and frequently asked questions
2. Link to home page
3. Link to top
4. Site map
5. Site search
6. Number of click to get to financial info
7. Consistency of web design
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa penelitian Marwati (2016); Almilia (2008); Rozak (2012) membuktikan
bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan IFR, sedangkan
menurut Suripto (2006) dan Oyelere et al. (2006) profitabilitas tidak
23
berpengaruh terhadap IFR. Menurut Lestari dan Chariri (2012) leverage dan
reputasi auditor berpengaruh positif terhadap IFR, namun menurut Boubaker et
al. (2012) leverage berpengaruh negatif, serta menurut Prasetya dan Irwandi
(2012) reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap pengungkapan IFR.
Menurut Maharani dan Budiasih (2016) kepemilikan saham oleh publik
berpengaruh positif terhadap IFR, namun menurut Keumala dan Muid (2013)
kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap IFR. Oleh karena itu, peneliti
mencoba membuktikan kembali pengaruh profitabilitas, leverage, kepemilikan
saham oleh publik, dan reputasi auditor. Berdasarkan kesimpulan di atas, maka
diperoleh kerangka pemikiran.
Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dijelaskan pada gambar di bawah
ini :
H1 (+)
Profitabilitas
(X1)
(IFR) Internet Financial
Reporting
(Y) Kepemilikan Publik
(X3)
Reputasi Auditor
(X4)
H2 (-)
H3 (+)
Leverage
(X2)
H4 (+)
24
D. Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Tingkat Pengungkapan IFR
Teori sinyal menyatakan bahwa ketika perusahaan menunjukkan
performance yang bagus, manajemen memiliki dorongan yang kuat untuk
menyebarluaskan informasi perusahaan terutama informasi keuangan untuk
meningkatkan kepercayaan investor (Oyelere et al., 2003). Perusahaan dengan
profitabilitas yang tinggi akan dapat menarik perhatian investor dengan
pelaporan kegiatan perusahaan yang lebih lengkap dan lebih luas. Selain itu,
perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang bagus akan berusaha untuk
menyebarluaskan reputasi baik perusahaan (Akbar dan Daljono, 2014).
Perusahaan yang menghasilkan profitable juga akan melakukan
pengungkapan yang lebih banyak, karena manajemen perusahaan ingin
meyakinkan semua pengguna laporan keuangan bahwa perusahaan berada pada
posisi persaingan yang kuat dan menunjukkan bahwa kinerja perusahaan
tersebut bagus (Maharani dan Budiasih, 2016).
Hasil penelitian Debreceny et al. (2002) menunjukkan adanya hubungan
yang signifikan antara profitabilitas dengan IFR.
Dengan demikian hipotesis yang diajukan :
H1 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan IFR
2. Pengaruh Leverage terhadap Tingkat Pengungkapan IFR
Leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jika perusahaan tersebut dilikuidiasi. Perusahaan dengan tingkat leverage yang
tinggi menunjukkan bahwa aktivitas perusahaan yang didanai oleh hutang juga
25
tinggi. Semakin tinggi leverage, maka akan semakin tinggi pula resiko
perusahaan karena terdapat kemungkinan perusahaan tidak bisa melunasi
kewajibannya (Keumala dan Muid, 2013).
Para investor menginginkan nilai leverage yang rendah, karena leverage
yang rendah berarti kekayaan perusahaan yang ditransfer kepada investor akan
semakin besar. Perusahaan dengan nilai leverage yang rendah akan memilih
menggunakan praktik pengungkapan internet financial reporting untuk
menyebarluaskan goodnews yang menunjukkan kinerja baik perusahaan
tersebut (Handoko dan Fuad, 2013).
Hasil penelitian Oyelere et al. (2003) menunjukkan adanya hubungan
negatif antara leverage dengan IFR.
Dengan demikian hipotesis yang diajukan :
H2 : Leverage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan IFR
3. Pengaruh Kepemilikan Saham oleh Publik terhadap Tingkat
Pengungkapan IFR
Kepemilikan publik adalah persentase kepemilikan saham yang dimiliki
oleh publik terhadap jumlah semua saham perusahan. Semakin besar komposisi
kepemilikan perusahaan oleh publik, maka akan memicu pengungkapan
informasi perusahaan secara lebih luas, seperti pengungkapan laporan di
internet. Hal ini disebabkan karena pengguna laporan keuangan bukan hanya
untuk pihak internal perusahaan saja, melainkan juga untuk publik (Akbar dan
Daljono, 2014).
26
Menurut Kusumawardani (2011), kepemilikan publik memiliki pengaruh
yang positif terhadap pengungkapan laporan di internet.
Dengan demikian hipotesis yang diajukan :
H3 : Kepemilikan publik berpengaruh positif terhadap pengungkapan IFR
4. Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Tingkat Pengungkapan IFR
Menurut Lestari dan Chariri (2012), penggunaan KAP yang berafiliasi
dengan KAP Big Four oleh perusahaan akan diinterpretasikan oleh publik
sebagai suatu perusahaan yang dapat dipercaya, salah satunya dalam hal
kinerja keuangan perusahaan. Perusahaan yang diaudit oleh auditor big four
lebih transparan dalam menyediakan informasi di website perusahaan.
Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP yang
bereputasi tinggi, yaitu berafiliasi dengan The Big Four, akan cenderung
mengungkapkan laporan keuangannya, seperti pengungkapan internet financial
reporting, karena perusahaan ingin menunjukkan sinyal positif bahwa
perusahaan tersebut unggul (Handoko dan Fuad, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan Chariri (2007) menunjukkan
adanya hubungan positif antara reputasi auditor dengan penerapan IFR.
Dengan demikian hipotesis yang diajukan :
H4 : Reputasi auditor berpengaruh positif terhadap pengungkapan IFR