bab ii tinjauan pustaka a. menstruasi 1. siklus...

21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Menstruasi 1. Siklus menstruasi Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal, merupakan peristiwa pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara berkala yang berasal dari mukosa uterus dan terjadi relatif teratur mulai dari menarche sampai menopause, kecuali pada masa hamil dan laktasi. Lama perdarahan pada menstruasi bervariasi, pada umumnya 4-6 hari, tapi 2-9 hari masih dianggap fisiologis (Ganong, 2003). Seringkali menstruasi dijadikan penanda bahwa seorang perempuan telah mengalami masa pubertas atau mulainya masa seksual dewasa. Menstruasi disebabkan oleh berkurangnya estrogen dan progesteron secara tiba-tiba, terutama progesteron pada akhir siklus ovarium bulanan. Dengan mekanisme yang ditimbulkan oleh kedua hormon diatas terhadap sel endometrium, maka lapisan endometrium yang nekrotik dapat dikeluarkan disertai dengan perdarahan yang normal (Guyton dan Hall, 1996). Selama siklus menstruasi, jumlah hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh ovarium berubah. Bagian pertama siklus menstruasi yang dihasilkan oleh ovarium adalah sebagian estrogen. Estrogen ini yang akan menyebabkan tumbuhnya lapisan darah dan jaringan yang tebal 7

Upload: trinhmien

Post on 05-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Menstruasi

1. Siklus menstruasi

Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal,

merupakan peristiwa pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara

berkala yang berasal dari mukosa uterus dan terjadi relatif teratur mulai

dari menarche sampai menopause, kecuali pada masa hamil dan laktasi.

Lama perdarahan pada menstruasi bervariasi, pada umumnya 4-6 hari, tapi

2-9 hari masih dianggap fisiologis (Ganong, 2003).

Seringkali menstruasi dijadikan penanda bahwa seorang

perempuan telah mengalami masa pubertas atau mulainya masa seksual

dewasa. Menstruasi disebabkan oleh berkurangnya estrogen dan

progesteron secara tiba-tiba, terutama progesteron pada akhir siklus

ovarium bulanan. Dengan mekanisme yang ditimbulkan oleh kedua

hormon diatas terhadap sel endometrium, maka lapisan endometrium yang

nekrotik dapat dikeluarkan disertai dengan perdarahan yang normal

(Guyton dan Hall, 1996).

Selama siklus menstruasi, jumlah hormon estrogen dan progesteron

yang dihasilkan oleh ovarium berubah. Bagian pertama siklus menstruasi

yang dihasilkan oleh ovarium adalah sebagian estrogen. Estrogen ini yang

akan menyebabkan tumbuhnya lapisan darah dan jaringan yang tebal

7

8

diseputar endometrium. Dipertengahan siklus, ovarium melepas sebuah sel

telur yang dinamakan ovulasi. Bagian kedua siklus menstruasi, yaitu

antara pertengahan sampai datang menstruasi berikutnya, tubuh wanita

menghasilkan hormon progesteron yang menyiapkan uterus untuk

kehamilan.

Siklus menstruasi dibagi menjadi siklus ovarium dan siklus

endometrium. Di ovarium terdapat tiga fase, yaitu fase folikuler, fase

ovulasi dan fase luteal. Di endometrium juga dibagi menjadi tiga fase yang

terdiri dari fase menstruasi, fase proliferasi dan fase ekskresi (Ganong,

2003).

Hari pertama mulainya menstruasi disebut sebagai hari pertama

dari siklus yang baru. Akan terjadi lagi peningkatan FSH (Folikel

Stimulating Hormone), folikel yang berkembang ini menghasilkan

estrogen dalam jumlah banyak. Peningkatan estrogen yang terus menerus

pada akhir fase folikuler akan menekan pengeluaran FSH. Dua hari

sebelum ovulasi, kadar estrogen meningkat mencapai puncaknya,

akibatnya FSH dan LH dalam serum akan meningkat dan mencapai

puncaknya satu hari sebelum ovulasi. Saat yang sama pula, kadar estrogen

akan kembali menurun (Jacoeb dan Ali, 1994).

Terjadinya puncak LH dan FSH pada hari ke-14, maka pada saat

ini folikel akan mulai pecah dan suatu hari akan timbul ovulasi.

Bersamaan dengan ini dimulailah pembentukan dan pematangan korpus

9

luteum yang disertai dengan meningkatnya kadar progesteron (Jacoeb dan

Ali, 1994).

Awal fase luteal, seiring dengan pematangan korpus luteum.

Sekresi progesteron terus menerus meningkat. Estrogen yang dikeluarkan

dari folikel juga tampak pada fase luteal dengan konsentrasi yang lebih

tinggi daripada pertengahan fase folikuler. Produksi estrogen dan

progesteron maksimal dijumpai antara hari ke-20 dan 23. Meningkatnya

kembali produksi kedua hormon tersebut merangsang berkembangnya

folikel-folikel baru seiring dengan dimulainya fase folikuler (Jacoeb dan

Ali, 1994).

Fase-fase endometrium terjadi pada saat yang bersamaan

mencerminkan pengaruh hormon-hormon ovarium pada uterus. Pada awal

fase folikuler, lapisan endometrium yang kaya akan nutrien dan pembuluh

darah terlepas, inilah yang disebut fase menstruasi. Pelepasan ini terjadi

akibat merosotnya estrogen dan progesteron ketika korpus luteum tua

berdegenerasi pada akhir fase luteal sebelumnya.

Pada akhir fase folikuler, kadar estrogen yang meningkat

menyebabkan endometrium menebal atau sering disebut dengan fase

proliferasi. Setelah ovulasi, progesteron dari korpus luteum menimbulkan

perubahan vaskuler dan sekretorik di endometrium yang telah dirangsang

oleh estrogen untuk menghasilkan lingkungan yang ideal untuk implatasi,

fase ini disebut fase sekresi. Sewaktu korpus luteum berdegenerasi,

dimulailah fase folikuler menstruasi yang baru (Jacoeb dan Ali, 1994).

10

2. Gangguan Menstruasi

Gangguan saat menstruasi dinilai masih normal jika terjadi selama dua

tahun pertama setelah haid pertama kali (menarche). Bila seorang wanita

telah mendapatkan haid pertama saat berusia 11 tahun, maka diperkirakan

hingga usia 13 tahun haidnya masih tidak teratur. Umumnya

ketidakteraturan siklus menstruasi terjadi pada waktu remaja dan

menjelang menopause. Gangguan serta keluhan yang menyertai

menstruasi pada kebanyakan wanita, seringkali menimbulkan pengaruh

secara fisik maupun emosional ataupun kedua-duanya. Gangguan atau

kelainan dalam siklus menstruasi meliputi :

a. Hipermenorea, yaitu perdarahan dengan lama haid lebih panjang dari

normal (>8 hari) dengan darah haid sekitar 26-40 ml. Sedangkan

hipomenorea, yaitu perdarahan dengan jumlah yang lebih sedikit dari

normal serta waktu haid yang lebih singkat.

b. Polimenorea yaitu siklus menstruasi lebih pendek dari normal (kurang

dari 21 hari) dengan perdarahan kurang lebih sama.

c. Oligomenorea yaitu menstruasi yang jarang dengan panjang siklus

menstruasi > 35 hari.

d. Amenorea, yaitu tidak menstruasi > 3 bulan berturut-turut sejak

menstruasi terakhir

e. Gangguan atau gejala yang menyertai siklus menstruasi, antara lain

sindroma pra-menstruasi dan dismenorea. Dismenorea yaitu rasa nyeri

di perut bagian bawah karena kontraksi otot-otot rahim saat terjadi

11

peluruhan dinding. Bila tidak ada kelainan ginekologi seperti

endometriosis, radang panggul atau kista pada indung telur maka

disebut dismenorea primer, tetapi bila disertai kelainan ginekologi

disebut dismenorea sekunder (Manuaba, 1999).

3. Definisi Sindrom Premenstruasi

Sindrom premenstruasi pertama kali diperkenalkan pada tahun

1931, hal tersebut tidak diacuhkan sebelumnya sampai pada saat media

menyajikan tentang sindrom ini dan pada akhirnya menyita perhatian

publik. Meskipun popular, pada kenyataanya sindrom premenstruasi tetap

kurang dipahami dengan jelas, sehingga timbul banyak pendapat seputar

diagnosis, treatment, maupun manajemennya (Mayo, 1999).

Sindrom premenstruasi adalah gejala berulang pada fase

premenstruasi, gejala ini tidak tampak pada saat postmenstruasi. Gejala

yang muncul meliputi fisik, tingkah laku, dan emosi. Gejala-gejala ini ada

kalanya cukup berat sehingga mempengaruhi berbagai aspek kehidupan.

Pada beberapa wanita, gejala dimulai pada saat ovulasi dan berangsur-

angsur menghilang sebelum menstruasi. Sejumlah penelitian ilmiah telah

dilakukan oleh para ahli guna mengungkap fenomena dari sindrom

premenstruasi ini. Sindrom ini biasanya timbul satu minggu sebelum

menstruasi (Dickerson, 2003).

Definisi sindrom premenstruasi adalah sekumpulan gejala fisik

maupun psikologis yang dapat dirasakan cukup mengganggu yang muncul

12

secara berulang pada fase premenstruasi atau 2-14 hari sebelum menstruasi

dan mereda pada saat menstruasi datang.

4. Usia Munculnya Sindrom Premenstruasi

Perubahan dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa salah

satunya ditandai dengan menarche atau mentruasi yang pertama kali.

Biasanya terjadi pada usia 12-13 tahun tetapi menstruasinya masih tidak

teratur karena tanpa pelepasan telur. Setelah itu, sekitar usia 18-19 tahun

siklus menstruasinya mulai teratur karena disertai dengan pelepasan telur

(Manuaba,1999). Sindrom premenstruasi dapat terjadi pada saat setelah

periode menstruasi yang tidak teratur (Burrough dan Arlene, 1997)

5. Etiologi dan Patofisiologi Sindrom Premenstruasi

Etiologi sindrom premenstruasi belum diketahui secara pasti. Salah

satu teori menyebutkan bahwa sindrom premenstruasi kemungkinan

disebabkan oleh:

a. Ketidakseimbangan estrogen-progesteron yang terjadi selama fase

luteal. Pada wanita yang mengalami sindrom premenstruasi

mengalami penurunan estrogen. Seiring dengan peningkatan

progesteron pada fase luteal, suhu tubuh basal juga ikut meningkat.

b. Perubahan hormonal selama fase luteal dan fase premenstruasi. Fase-

fase tersebut terjadi peningkatan kadar progesteron dan penurunan

sekresi estrogen, keduanya dapat menyebabkan meningkatnya variasi

emosional.

13

c. Pengeluaran sejumlah besar hormon progesteron oleh ovarium pada

satu minggu sebelum menstruasi dapat menyebabkan perubahan

psikologis, namun keadaan ini akan kembali normal segera setelah

menstruasi dan tingkat hormon tersebut menurun.

d. Keseimbangan kalsium berhubungan dengan munculnya gejala-gejala

gangguan efektif. Hipokalsemi dapat menyebabkan iritabilitas,

kecemasan dan ketegangan, sedangkan hiperkalsemi justru

menyebabkan depresi.

f. Kurangnya nutrisi seperti defisiensi vitamin B6 atau hipoglikemi

karena fluktuasi kadar glukosa dan insulin. Hipoglikemi kemungkinan

menyebabkan sakit kepala, lemah atau letih dan peningkatan nafsu

makan.

g. Endorfin akan meningkat konsentrasinya pada fase luteal dan menurun

pada saat menstruasi. Tetapi pada wanita dengan sindrom

premenstruasi konsentrasinya menurun. Endorfin mempengaruhi mood

seseorang sehingga gejala premenstruasi dapat dihubungkan dengan

gejala penurunan mood (Dickerson, 2003).

Health Media Nutrition (2006) menyebutkan bahwa terdapat

hubungan yang rumit antara ketidakseimbangan hormon, stress dan

kekurangan gizi yang dapat menyebabkan terjadinya sindroma ini.

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya sindroma pra-

menstruasi, antara lain :

14

a. Stress

Kesehatan remaja ternyata tidak hanya terfokus pada kesehatan fisik

saja tetapi juga non-fisik (mental, emosional, dan psikososial). Selain

harus menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perubahan fisik,

remaja juga dituntut menyesuaikan diri dengan lingkungan keluarga,

sekolah dan masyarakat sekitar (Depkes, 2006). Tekanan dan

gangguan yang muncul pada diri seseorang baik secara langsung

maupun tidak, sampai pada tingkat tertentu akan mempengaruhi

keseimbangan mentalnya. Jika hal itu berlangsung dalam jangka

panjang, individu bersangkutan dapat kehabisan daya tahan,

mengalami kelelahan mental dan pada akhirnya memasuki kondisi

stress.

b. Olahraga

Olahraga merupakan pencegahan penyakit yang murah dan

menyenangkan. Bila dilakukan secara teratur akan bermanfaat secara

fisik (kesegaran jasmani meningkat), secara psikis (tahan terhadap

stress, mampu berkonsentrasi, mengurangi keluhan sebelum haid) dan

secara sosial (menambah percaya diri dan sebagai sarana berinteraksi).

Olahraga juga dapat merangsang hormon endorphin yang dapat

mendorong munculnya rasa gembira, tenang dan nyaman. Secara

psikologis remaja putri yang mengalami menstruasi akan mengeluh

rasa nyeri, kurang nyaman dan perut yang terasa kembung. Pada

beberapa remaja, keluhan tersebut tidak dirasakan. Hal ini dipengaruhi

15

oleh olahraga yang teratur juga nutrisi makanan yang dikonsumsi.

Olahraga yang dilakukan secara teratur dapat menghilangkan

ketegangan otot, kecemasan, peredaran darah lancar sehingga

mencegah terjadinya rasa sakit sebelum maupun saat menstruasi

(Sumosurdjono, 1996).

6. Gejala Sindrom Premenstruasi

Gejala sindrom premenstruasi memang sangat beragam, dengan

tingkat keparahan yang berbeda. Ada yang mengalami gejala yang ringan

saja, namun ada pula yang mengalami gejala sangat parah, baik yang

termasuk gejala fisik maupun psikologis (Dickerson, 2003). Gejala-gejala

tersebut adalah:

a. Gejala fisik :

1) Migraine atau sakit kepala dapat disebabkan karena hipoglikemi

ataupun peningkatan tekanan intraokuler akibat menurunnya kadar

estrogen.

2) Payudara terasa nyeri disebabkan karena peningkatan kadar

progesteron yang menyebabkan kelenjar mammae membengkak .

3) Perut terasa penuh

4) Kram perut

5) Hotflushes atau peningkatan suhu tubuh basal akibat menurunnya

kadar estrogen dan meningkatnya kadar progesteron.

16

6) Edema atau pembengkakan yang disebabkan karena retensi

natrium akibat penurunan kadar estrogen dan progesteron serta

meningkatnya kadar aldosteron.

7) Peningkatan nafsu makan yang dapat disebabkan karena

hipoglikemi.

8) Peningkatan berat badan yang disebabkan karena retensi natrium

akibat penurunan kadar estrogen dan progesteron serta

meningkatnya kadar aldosteron.

9) Pegal pada seluruh tubuh

10) Masalah kulit, seperti jerawat karena menurunnya kadar estrogen

11) Lemah, letih, tidak bergairah karena kurangnya nutrisi seperti

defisiensi vitamin B6 atau hipoglikemi.

b. Gejala Psikologis :

Gejala-gejala psikologis pada sindrom premenstruasi dapat disebabkan

karena perubahan hormonal selama fase luteal dan fase premenstruasi.

Fase-fase tersebut terjadi peningkatan kadar progesteron dan

penurunan sekresi estrogen yang mempunyai efek neuroprotektif,

keduanya dapat menyebabkan meningkatnya variasi emosional

(Manuaba, 2003). Selain itu, keseimbangan kalsium dan menurunnya

konsentrasi endorfin juga dapat menyebabkan beberapa gangguan

afektif dan dapat mempengaruhi mood seseorang (Reeder dan Griffin,

1997). Mengacu pada pernyataan-pernyataan diatas, gejala psikologis

pada sindrom premenstruasi terdiri dari:

17

1) Depresi, yang terdiri dari gejala utama dan gejala penyerta. Gejala

utama depresi meliputi perubahan suasana hati secara drastis dalam

waktu singkat, tidak bergairah, dan merasa sedih sedangkan gejala

penyertanya adalah gelisah, gangguan pola tidur, pesimis,

penurunan konsentrasi, menarik diri atau kesendirian, dan

iritabilitas atau mudah marah, mudah tersinggung, dan mudah

menangis.

2) Senang mencari kesalahan

3) Tidak ramah, rasa bermusuhan

4) Sulit mengambil keputusan

5) Mudah lupa

6) Bingung

Gejala-gejala pada sindrom premenstruasi tersebut, baik gejala

fisik maupun psikologis dapat menjadi faktor penyebab absennya seorang

siswa di sekolah atau karyawan dikantor, penurunan produktifitas,

kesulitan dalam bersosialisasi, dan gangguan dalam gaya hidup. Berbagai

macam gejala yang terlihat turut mempengaruhi aktivitas sehari-hari,

termasuk yang berhubungan dengan emosi, perubahan tingkah laku, selera

makan, dan efek motoriknya. Kelainan emosional yang muncul pada

beberapa bentuk sindrom premenstruasi, dapat sedemikian parah sehingga

mengganggu hubungan atau relasi dengan orang-orang disekitarnya, dan

dapat menyebabkan tindak kekerasan (Dickerson, 2003).

18

B. Kepribadian

1. Pengertian kepribadian

Personality atau kepribadian berasal dari kata persona, menurut

Allport (Alwisol, 2007), kepribadian adalah organisasi dinamik dalam

sistem psikofisik individu yang menentukan penyesuaiannya yang unik

dengan lingkungan.

Jung (Alwisol, 2007) mengemukakan kepribadian adalah

mencakup keseluruhan fikiran, perasaan dan tingkah laku, kesadaran dan

ketidaksadaran. Kepribadian membimbing orang untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik.

Menurut Cattel (Yusuf dan Nurihsan, 2007) menganggap

kepribadian sebagai suatu hal yang dapat memungkinkan prediksi tentang

apa yang akan dilakukan individu dalam situasi tertentu, kepribadian

berkenaan dengan perilaku yang menyeluruh baik perilaku tampak

maupun tidak tampak. Kepribadian memperhatikan aspek-aspek yang

tampak dari tingkah laku individu sebagai keseluruhan cara bertindak yang

konsisten dari individu pada situasi tertentu.

Menurut Setyonegoro Cit Maramis (2004), kepribadian adalah

ekspresi keluar dari pengetahuan dan perasaan yang dialami secara

subyektif oleh seseorang. Kepribadian merupakan satu kesatuan

fungsional yang khas bagi setiap manusia, yang mencerminkan corak

kebiasaan seseorang dalam mengadakan reaksi terhadap segala rangsangan

19

(baik dari luar maupun dari dalam dirinya), sehingga setiap individu

mempunyai ciri yang saling berbeda.

Menurut Maramis (2004) terdapat tiga kelompok kepribadian,

yaitu pengertian populer, falsafah, dan empirik. Kepribadian dalam arti

kata populer sama dengan kualitas seseorang yang menyebabkan

seseorang disenangi atau tidak disenangi oleh orang lain. Kepribadian

dalam arti falsafah ialah sesuatu yang rasional (dapat berpikir, mempunyai

daya penalaran) dan individual (merupakan satu kesatuan yang dapat

berdiri sendiri, mempunyai ciri-ciri khas). Kepribadian merupakan inti

manusia yang mengatur serta mengawasi perilaku yang tidak dapat dilihat

oleh orang lain dan merupakan penyebab utama segala sesuatu yang

berhubungan dengan manusia. Kepribadian dalam arti kata empiris ialah

jumlah perilaku yang dapat diamati dan yang mempunyai ciri-ciri

biologik, psikologik, sosiologik, dan moral yang khas baginya, yang dapat

membedakannya dengan kepribadian yang lain.

Kepribadian adalah semua corak perilaku dan kebiasaan individu

yang terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta

menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari luar maupun dari

dalam. Corak perilaku dan kebiasaan ini merupakan satu kesatuan

fungsional yang khas pada seseorang. Perkembangan kepribadian tersebut

bersifat dinamis, artinya selama individu masih bertambah

pengetahuannya dan mau belajar serta menambah pengalaman dan

20

ketrampilan, mereka akan semakin matang dan mantap kepribadiannya

(Depkes cit Kuncoro, 2002).

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

kepribadian menunjuk pada bagaimana individu tampil dan menimbulkan

kesan bagi individu lainnya serta membimbing individu untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik.

2. Tipe kepribadian

a. Teori Jung

Jung (dalam Suryabrata, 1990) mengungkapkan bahwa pada

dasarnya dalam diri individu terdapat dua kecenderungan tipe

kepribadian yang berlawanan arah, namun salah satu kecenderungan

tampak dominan. Dalam hal ini Jung melihat keterkaitan antara

individu sebagai subjek dengan lingkungan sekitar sebagai objek

perhatian dan perilakunya.

b. Teori Eysenck

Menurut Eysenck (Alwisol, 2007), kepribadian sejumlah besar

ditemukan oleh pembawaan sejak lahir, keadaan lingkungan dapat

memperbaiki keseimbangan, tetapi pengaruhnya sangat terbatas. Faktor

pembawaan atau genetik ini dalam perkembangannya akan membentuk

pola unik yang kemudian menentukan bentuk, tingkah laku, kepribadian

juga kecerdasan seseorang.

21

c. Teori Friedman dan Rosenman

Menurut Robbinson (2003) dan Taylor (2006) teori kepribadian

menurut Friedman dan Rosenman dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Tipe kepribadian A

Ciri-ciri orang yang memiliki tipe kepribadian A :

a) Selalu bergerak, berjalan, dan makan dengan cepat

b) Merasa tidak sabar

c) Berjuang untuk berpikir atau melakukan dua hal atau lebih

secara terus menerus atau melakukan pekerjaan yang berbeda-

beda dalam waktu yang sama

d) Tidak dapat mengatasi waktu untuk bersantai

e) Ambisius

f) Kritis terhadap diri sendiri

g) Bersaing atau kompetitif

h) Permusuhan (mudah marah)

i) Agresif

j) Suka mendahului

k) Tidak mudah puas

l) Mengharapkan penghargaan

m) Tegas

2. Tipe kepribadian B

Kebalikan dari orang berkepribadian A adalah tipe kepribadian B.

Ciri-ciri dari orang tipe B :

22

a) Tidak pernah merasa tertekan

b) Tidak terburu-buru karena keterbatasan waktu

c) Merasa tidak perlu memperlihatkan atau mendiskusikan

keberhasilan mereka

d) Tidak merisaukan posisi

e) Tidak kompetitif

f) Dapat bersantai tanpa merasa bersalah

g) Berbicara dan bersikap lebih tenang

h) Lebih terbuka untuk memperluas pengalaman hidup

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian

Menurut Yusuf dan Nurihsan (2007) faktor yang mempengaruhi

kepribadian yaitu :

a. Faktor genetik

Kromosom manusia yang berjumlah 46 di dalamnya terdapat beribu-

ribu gen yang mengandung sifat-sifat fisik dan psikis individu atau

yang menentukan potensi-potensi hereditasnya. Masa dalam

kandungan dipandang sebagai saat (periode) yang kritis dalam

perkembangan kepribadian, tetapi juga sebagai masa pembentukan

kemampuan-kemampuan penyesuaian individu terhadap kehidupan

setelah kelahiran. Gen tidak secara langsung berpengaruh terhadap

kepribadian, karena yang dipengaruhi secara langsung adalah kualitas

sistem syaraf, keseimbangan biokimia tubuh dan struktur tubuh.

23

b. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang mempengaruhi kepribadian adalah :

1) Keluarga

Keluarga dipandang sebagai penentu utama pembentukan

kepribadian anak. Alasannya adalah keluarga merupakan kelompok

sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi anak, anak banyak

menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga, dan para anggota

keluarga merupakan significant people bagi pembentukan

kepribadian anak. Suasana keluarga sangat penting bagi

perkembangan kepribadian anak.

2) Kebudayaan

Setiap kelompok masyarakat (bangsa, ras, atau suku) memiliki

tradisi, adat, atau kebudayaan yang khas yang mempengaruhi

setiap warganya baik yang menyangkut cara berfikir (cara

memandang sesuatu), cara bersikap, atau cara berperilaku.

Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian dapat dilihat dari

perbedaan antara masyarakat modern, yang gaya hidupnya maju

dengan masyarakat primitif, yang budayanya masih sederhana.

Perbedaan ini terlihat dari gaya hidupnya seperti dalam cara

makan, berpakaian, memelihara kesehatan, berinteraksi,

pencaharian dan cara berfikir.

24

3) Sekolah

Lingkungan sekolah dapat mempengaruhi kepribadian anak.

Faktor-faktor yang dipandang berpengaruh itu diantaranya sebagai

berikut :

a) Iklim emosional kelas

Kelas yang iklim emosinya sehat (guru bersikap ramah dan

respek terhadap siswa dan begitu juga perilaku sesama teman)

memberikan dampak positif bagi perkembangan psikis anak,

seperti merasa nyaman, bahagia, mau bekerja sama, termotivasi

untuk belajar, dan mau menaati peraturan. Sedangkan kelas

yang iklim emosinya tidak sehat (guru bersikap otoriter, dan

tidak menghargai siswa) berdampak kurang baik bagi anak,

seperti masa tegang, nervous, sangat kritis, mudah marah,

malas untuk belajar, dan berperilaku yang mengganggu

ketertiban.

b) Sikap dan perilaku guru

Sikap dan perilaku guru tercermin dalam hubungannya dengan

siswa. Sikap dan perilaku guru, secara langsung perhatiannya

terhadap siswa. Secara tidak langsung pengaruh guru ini terkait

upayanya membantu siswa dalam mengembangkan

kemampuan penyesuaian sosialnya.

25

c) Disiplin (tata tertib)

Tata tertib ini ditujukan untuk membentuk sikap dan tingkah

laku siswa. Disiplin yang otoriter cenderung mengembangkan

sifat-sifat pribadi siswa yang tegang, cemas, dan antagonistik.

Disiplin yang permisif, cenderung membentuk siswa yang

kurang bertanggung jawab kurang menghargai otoritas dan

egoistis, sementara disiplin yang demokratis, cenderung

mengembangkan perasaan berharga, merasa bahagia, perasaan

tenang, dan sikap bekerja sama.

d) Prestasi belajar

Perolehan prestasi belajar atau peringkat kelas dapat

mempengaruhi peningkatan harga diri dan sikap percaya diri

siswa.

e) Penerimaan teman sebaya

Siswa yang diterima oleh teman-temannya, dia akan

mengembangkan sikap positif terhadap dirinya, dan juga orang

lain. Dia merasa menjadi orang yang berharga.

26

C. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori

Sumber : Robinson (2003) dan Taylor (2006) ; Yusuf dan Nurihsan (2007) dan Dickerson (2003)

Kepribadian A : 1. Bergerak dengan cepat 2. Tidak sabar 3. Melakukan dua hal atau lebih dalam waktu

yang sama 4. Tidak dapat santai 5. Ambisius 6. Kritis 7. Bersaing atau kompetitif 8. Permusuhan : mudah marah 9. Agresif 10. Suka mendahului 11. Tidak mudah puas 12. Mengharapkan penghargaan

Kepribadian B : 1. Tidak tertekan 2. Tidak terburu-buru 3. Tidak mendiskusikan keberhasilan

mereka 4. Tidak merisaukan posisi 5. Tidak kompetitif 6. Dapat bersantai 7. Berbicara dengan sikap tenang 8. Lebih terbuka

Sindrom premenstruasi : Gejala fisik : 1. Migraine 2. Payudara terasa nyeri 3. Perut terasa penuh 4. Kram perut 5. Peningkatan nafsu makan 6. Peningkatan berat badan 7. Pegal pada seluruh badan 8. Jerawat 9. Lemah Gejala psikologi : 1. Depresi, tidak bergairah, sedih, penurunan konsentrasi, menarik diri dan

mudah marah, mudah tersinggung dan mudah menangis. 2. Senang mencari kesalahan 3. Tidak ramah, rasa bermusuhan 4. Sulit mengambil keputusan 5. Mudah lupa 6. Bingung

Faktor yang mempengaruhi kepribadian : 1. Faktor Genetik 2. Faktor Lingkungan

a. Keluarga b. Kebudayaan c. Sekolah (Iklim emosional kelas ; sikap dan perilaku guru ;

disiplin ; prestasi belajar ; penerimaan teman sebaya)

Perubahan hormon estrogen dan progesteron

27

D. Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep

E. Hipotesis

Sindrom premenstruasi pada tipe kepribadian A dan tipe kepribadian B

mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Purwokerto angkatan 2009-2010.

Kepribadian A Kepribadian B

Sindrom Premenstruasi