bab ii tinjauan pustaka a. landasan teori · 2019. 8. 1. · model fungsi keuntungan menurut lau...

26
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Industri Istilah industri diartikan secra sempit dan luas. Dalam arti sempit industri merupakan kumpulan perusahaan yang memiliki kesejenisan dalam produksi yang dihasilkan atau bahan baku yang digunakan dalam proses produksi yang digunakan dan proses produksi yang dilaksanakan. Pengertian industri dalam arti luas diartikan sebagai kumpulan atau gabungan perusahaan yang memproduksi dengan aktifitas permintaan silang yang positif tinggi. Industri adalah kumpulan dari beberapa perusahaan yang menghasilkan barang sejenis (Sudarman. 1990). Sedangkan hasil symposium hukum perindustrian, mendefinisikan industri sebgai satu rangkaian , kegiatan usaha ekonomi yang meliputi pengolahan, pengerjaan, pengubahan, dan perbaikan bahan baku atau barang jadi sehingga lebih berguna dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat. Industri rumah tangga adalah pekerjaan yang dilaksanakan di sebuah rumah atau pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja di rumahnya sendiri dalam hal mana biasanya digunakan alat-alat sederhana (Hasibuan,1993). Menurut BPS, industri pengolahan merupakan suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar secara

Upload: others

Post on 04-Feb-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori

    1. Industri

    Istilah industri diartikan secra sempit dan luas. Dalam arti sempit

    industri merupakan kumpulan perusahaan yang memiliki kesejenisan

    dalam produksi yang dihasilkan atau bahan baku yang digunakan

    dalam proses produksi yang digunakan dan proses produksi yang

    dilaksanakan. Pengertian industri dalam arti luas diartikan sebagai

    kumpulan atau gabungan perusahaan yang memproduksi dengan

    aktifitas permintaan silang yang positif tinggi.

    Industri adalah kumpulan dari beberapa perusahaan yang

    menghasilkan barang sejenis (Sudarman. 1990). Sedangkan hasil

    symposium hukum perindustrian, mendefinisikan industri sebgai satu

    rangkaian , kegiatan usaha ekonomi yang meliputi pengolahan,

    pengerjaan, pengubahan, dan perbaikan bahan baku atau barang jadi

    sehingga lebih berguna dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat.

    Industri rumah tangga adalah pekerjaan yang dilaksanakan di

    sebuah rumah atau pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja di

    rumahnya sendiri dalam hal mana biasanya digunakan alat-alat

    sederhana (Hasibuan,1993).

    Menurut BPS, industri pengolahan merupakan suatu kegiatan

    ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar secara

  • 11

    mekanis, kimia , atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi

    atau setengah jadi, dan barang yang nilainya, sifatnya lebih dekat

    kepada pemakaian akhir.

    2. Pengertian Industri Kecil

    Pengertian industri kecil secara mikro adalah kumpulan dari

    perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang yang homogen,

    atau barang-barang yang mempunyai sifat saling mengganti yang

    sangat erat (Hasibuan, 1993). Ada begitu banyak pengertian industri

    kecil saat ini, karena masing-masing lembaga atau departemen

    mendefinisikan pada kriteria yang saling berbeda. Beberapa

    pengertian industri kecil menurut berbagai pihak adalah sebagai

    berikut :

    a. Pengertian Industri Kecil Menurut Departemen Perindustrian

    Peraturan Menteri Perindustrian menjelaskan

    beberapa pengertian yang berkaitan dengan usaha kecil dan

    menengah yaitu:

    1) Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan

    mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang

    jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk

    penggunaannya, termasuk kegiatan rancangan bangunan dan

    perekayasaan industri.

    2) Perusahaan Industri Kecil yang selanjutnya disebut Industri

    Kecil (IK) adalah perusahaan yang melakukan kegiatan

    usaha di bidang industri dengan nilai investasi paling banyak

  • 12

    Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah

    dan bangunan usaha.

    3) Perusahaan industri menengah yang selanjutnya disebut

    industri menengah (IM) adalah perusahaan yang melakukan

    kegiatan usaha di bidang industri dengan nilai

    investasi lebih besar dari Rp.200.000.000 (dua ratus juta

    rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000

    (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

    tempat usaha.

    4) Industri kecil dan Menengah (IKM) adalah perusahaan

    industri yang terdiri dari industri kecil (IK) dan industri

    menengah (IM).

    b. Pengertian Industri Kecil Menurut Departemen Perdagangan

    Departemen perdagangan dalam mendefinisikan industri

    kecil lebih menitik beratkan pada aspek permodalan, yaitu

    industri dengan modal kurang dari Rp. 25.000.000 (Mudrajad

    Kuncoro, 2000:310).

    c. Pengertian Industri Kecil Menurut Kementrian Koprasi dan UKM

    Kementrian Negara Koperasi dan UKM mendefinisikan

    UKM adalah sebagai berikut (Mudrajad Kuncoro, 2000:310) :

    1) Usaha mikro adalah suatu usaha yang memiliki aset diluar

    tanah dan bangunan kurang dari Rp. 200.000.000 (dua ratus

    juta rupiah) dan memiliki omset kurang dari

    Rp.1.000.000.000 (satu milyar rupiah) per tahun.

  • 13

    2) Usaha menengah adalah suatu usaha yang memiliki aset

    lebih dari Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dan

    memiliki omset antara 1 milyar rupiah sampai 10 milyar

    rupiah per tahun.

    3. Pengelompokan industri

    a. Menurut BPS

    Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang bekerja, industri

    dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu:

    1) Industri besar adalah industri yang memiliki 100 orang

    atau lebih pekerja.

    2) Industri sedang adalah industri yang memiliki 20 orang

    sampai dengan 99 pekerja.

    3) Industri kecil adalah industri yang memiliki 5 orang sampai

    dengan 19 pekerja

    4) Industri kerajinan atau rumah tangga adalah industri yang

    memiliki pekerja dibawah 5 orang.

    b. Menurut Departemen Perindustrian Indonesia (Arsyad,2001)

    1) Industri besar

    Industri besar terdiri dari industri mesin dan industri

    logam dasar (IMLD) serta industri kimia dasar (IKD).

    Kelompok IMLD terdiri dari industri elektronika, mesin,

    pertanian, kereta api, dan lain-lain. Sedangkan kelompok

    IKD terdiri dari industri karet alam, industri pengolahan

    kayu, industri petisida, dan lain-lain. Tujuan utama dari

  • 14

    industri besar ini adalah meningkatkan pertumbuhan

    ekonomi.

    2) Industri Kecil

    Industri kecil terdiri dari kelompok industri

    pangan, industri sandang, industri kimia dan industri

    bangunan, industri galian logam dan bukan logam. Fungsi

    dari industri kecil ini adalah menyerap tenaga kerja dan

    meningkatkan nilai tambah suatu produk.

    3) Industri Hilir

    Industri hilir terdiri dari kelompok aneka industri seperti,

    industri pengolahan sumber daya hutan, industri pengolahan

    hasil pertambangan, dan lain-lain.

    c. Menurut Eksistensi dinamis

    Klasifikasi industri berdasarkan eksistensi dinamisnya

    digolongkan menjadi tiga (Shaleh,1986), antara lain :

    1) Industri lokal

    Pada umumnya industri ini menggantungkan hidupnya

    pada pasar setempat yang jangkauannya sangat terbatas.

    Skala usaha pada kelompok industri ini sangat kecil sehingga

    lebih bersifat subsisten. Dalam pemasarannya kelompok

    industri ini sangat terbatas karena hanya menggunakan

    sarana transportasi masih sederhana. Peran pedagang

    perantara hampir tidak ada karena pemasarannya dapat

    ditangani sendiri.

  • 15

    2) Industri Sentra

    Industri sentra adalah industri yang skala usahanya

    kecil tetapi industri ini mengelompok pada satu kawasan

    tertentu. Pada umumnya industri sentra memproduksi barang

    yang sejenis. Dalam aspek pemasarannya industri ini lebih

    luas daripada industri lokal sehingga peran pedangang

    perantara cukup penting.

    3) Industri Mandiri

    Industri mandiri masih tergolong dalam industri kecil

    namun yang menjadi pembedanya adalah kemampuan

    industri ini dalam mengadaptasi teknologi produksi yang

    lebih canggih. Dalam aspek pemasarannya tidak tergantung

    pada pedagang perantara.

    4. Karakteristik Industri Kecil

    Industri kecil pada tahap awal berbentuk industri Rumah Tangga

    (Home Industry), tempat tinggal dan tempat kerja menjadi satu.

    Semua pekerjaan dari pimpinan, pelaksanaan produksi dan penjualan

    dilakukan oleh para anggota keluarga dari satu keluarga. Modal

    yang digunakan dalam kegiatan produksi tercampur dengan uang

    rumah tangga dalam membiayai kehidupan sehari-hari, untung-rugi

    sulit dibedakan karena modal dimana untuk barang yang dikonsumsi

    selalu sama.

  • 16

    Secara umum industri kecil memiliki karakteristik yang hampir

    sama (Kuncoro, 2000) yaitu:

    a. Tidak ada pembagian tugas yang jelas antara bidang

    administrasi, pemilik dan pengelola industri, serta memanfaatkan

    tenaga kerja dari keluarga dan teman dekatnya.

    b. Rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga

    kredit formal, industri kecil sebagian besar menggantungkan

    pembiayaan usahanya dari modal sendiri atau bahkan sumber

    lain–lain seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara, bahkan

    rentenir.

    c. Sebagian besar industri kecil ditandai dengan belum

    dipunyainya status badan hukum. Menurut catatan BPS (1994),

    dan jumlah industri kecil sebanyak 124.990 ternyata 90,6 persen

    merupakan perusahaan perseorangan yang tidak berakta notaris;

    4,7 persen teergolong perusahaan perseorangan berakta notaris

    dan hanya 1,7 persen yang sudah mempunyai badan hukum (PT,

    CV, Firma).

    d. Ditinjau menurut golongan industri tampak bahwa hampir

    sepertiga bagian dari sseluruh industri bergerak dibidang

    kelompok industri makanan, minuman, tembakau yang kemudian

    diikuti oleh kelompok industri bahan galian bukan logam.

    Adapun yang bergerak pada kelompok usaha industri kertas dan

    kimia relatif masih sedikit sekali yaitu kurang dari satu persen.

  • 17

    5. Produksi

    Produksi sering diartikan sebagai penciptaan guna, yaitu

    kemampuan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.

    Produksi dalam hal ini mencakup pengertian yang luas yaitu

    meliputi semua aktifitas baik penciptaan barang maupun jasa-jasa.

    Proses penciptaan ini pada umumnya membutuhkan berbagai jenis

    faktor produksi yang dikombinasikan dalam jumlah dan kualitas

    tertentu. Istilah faktor produksi sering pula disebut “korbanan

    produksi”, karena faktor produksi tersebut dikorbankan untuk

    menghasilkan barang-barang produksi (Soekartawi, 1990).

    a. Teori Produksi

    Teori produksi terdiri dari beberapa analisa mengenai

    bagaimana seharusnya seorang pengusaha dalam tingkat

    teknologi tertentu, mampu mengkombinasikan berbagai

    macam faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah

    produk tertentu dengan seefisien mungkin. Jadi, penekanan

    proses produksi dalam teori produksi adalah suatu aktivitas

    ekonomi yang mengkombinasikan berbagai macam masukan

    (input) untuk menghasilkan suatu keluaran (output). Dalam

    proses produksi ini, barang atau jasa lebih memiliki nilai tambah

    atau guna. Hubungan seperti ini terdapat dalam suatu fungsi

    produksi dengan output, yang mana hubungan ini menunjukkan

    output sebagai fungsi dari input. Fungsi produksi dalam beberapa

  • 18

    pembahasan ekonomi produksi banyak diminati dan dianggap

    penting karena (Soekartawi, 1990) :

    1) Fungsi produksi dapat menjelaskan hubungan antara

    faktor produksi dengan produksi itu sendiri secara langsung

    dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti.

    2) Fungsi produksi mampu mengetahui hubungan antara

    variabel yang dijelaskan (Q), dengan variabel yang

    menjelaskan (X) serta sekaligus mampu mengetahui

    hubungan antar variabel penjelasnya (antara X dengan X

    yang lain).

    Secara matematis sederhana, fungsi produksi dapat ditulis

    sebagai berikut :

    Output = ƒ (input)…………...………………………

    Q = f (X1, X2, X3, ..., Xi),

    Dimana:

    Q = output

    Xi = input yang digunakan dalam proses produksi

    i = 1,2,3,..., n.

    Input yang digunakan dalam proses produksi antara lain

    adalah modal, tenaga kerja, dummy, dan lain-lain. Dalam ilmu

    ekonomi, output dinotasikan dengan Q sedangkan input

    (faktor produksi) yang digunakan biasanya (untuk

    penyederhanaan) terdiri dari input kapital (K) dan tenaga kerja

    (L).

  • 19

    Fungsi produksi dibedakan menjadi dua, fungsi produksi

    jangka pendek dan fungsi produksi jangka panjang. Pembagian

    fungsi produksi ini tidak didasarkan pada lama waktu yang

    dipakai dalam satu proses produksi, akan tetapi dilihat dari

    macam input yang digunakan. Berdasarkan jangka waktu yang

    memungkinkan apakah suatu input dapat berubah jumlahnya

    atau tidak, maka ada dua macam input, yaitu input tetap (fixed)

    dan input variabel (variabel input). Input tetap adalah input

    yang jumlahnya dalam jangka pendek tidak dapat diubah,

    sedangkan input variabel adalah input yang dapat diubah

    jumlahnya (Sudarman,1990). Proses produksi dalam kurun

    waktu jangka pendek berlaku bila salah satu faktor produksi atau

    lebih bersifat tetap. Dalam kurun waktu ini output dapat diubah

    jumlahnya dengan mengubah faktor produksi variabel yang

    digunakan, sedang faktor produksi tetap tidak berubah. Jika

    produsen ingin menambah produksinya dalam jangka pendek,

    dapat dilakukan dengan tingkat skala perusahaan. Dalam kurun

    waktu produksi jangka panjang, produsen bebas mengubah

    semua faktor produksi. Dengan demikian dalam jangka panjang

    tidak ada input tetap, semua faktor produksi bersifat variabhel.

    Perubahan tingkat output dapat dilakukan dengan cara mengubah

    faktor produksi dalam tingkat kombinasi yang seoptimal

    mungkin (Adiningsih,1995).

  • 20

    b. Fungsi Produksi Cobb-Douglas

    Fungsi produksi adalah suatu pernyataan yang

    menghubungkan kuantitas berbagai input dengan berbagai tingkat

    output, dengan teknologi tertentu (Arsyad, 1987). Fungsi

    produksi untuk setiap komoditi adalah suatu persamaan, tabel

    atau grafik yang menyatakan jumlah (maksimum) komoditi yang

    dapat diproduksi per unit waktu untuk setiap kombinasi input

    alternatif, bila menggunakan tehnik produksi terbaru yang tersedia

    (Salvatore, 1989).

    Fungsi Produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau

    persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, di mana

    variabel yang satu disebut variabel dependen (Y) dan yang

    lain variabel independen (X). Penyelesaian hubungan antara Y

    dan X, biasanya dengan cara regresi. Dengan demikian, kaidah-

    kaidah pada garis regresi juga berlaku dalam penyelesaian

    fungsi Cobb-Douglas.

    Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan contoh fungsi

    produksi yang homogen yang mempunyai elastisitas substitusi

    yang konstan. Fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai

    berikut (Arsyad, 1987):

    Dimana :

    Q = Output

    L = Tenaga kerja

  • 21

    K = Capital / modal

    a dan b = angka positif, dimana b

  • 22

    1. Constant return to scale, apabila a + b = 1

    2. Increasing return to scale, apabila a + b > 1

    3. Decreasing return to scale, apabila a + b < 1

    Model fungsi keuntungan menurut Lau and Yotopoulus

    (1972) adalah karena model ini dinilai memiliki beberapa

    kelebihan bila dibandingkan dengan fungsi produksi dan program

    linier, diantaranya adalah :

    1) Fungsi penawaran output dan fungsi permintaan input dapat

    diduga bersama-sama tanpa harus membuat fungsi produksi

    yang eksplisit.

    2) Fungsi keuntungan dapat digunakan untuk menelaah

    efisiensi teknis, harga, dan ekonomi.

    3) Di dalam model fungsi keuntungan, peubah-peubah yang

    diamati adalah peubah harga output dan input.

    Asumsi-asumsi yang digunakan dalam model fungsi

    keuntungan adalah:

    1) Pengusaha sebagai unit analisis ekonomi

    berusaha memaksimumkan keuntungan.

    2) Pengusaha sebagai penerima harga (price taker).

    3) Fungsi produksi adalah berbentuk concave (cekung) dalam

    input- input tidak tetap.

    Fungsi keuntungan ini dapat digunakan sebagai

    patokan bagi pengusaha tahu dalam upaya untuk memperoleh

    keuntungan maksimum dengan biaya yang sekecil-kecilnya. Jika

  • 23

    jumlah input dikurangi atau ditambah, maka keuntungan yang

    diperoleh dapat diprediksi, sehingga dapat dijadikan acuan bagi

    pengusaha industri tahu dalam mengambil keputusan-keputusan

    dalam usahanya.

    Secara bentuk sistematis yang sederhana fungsi keuntungan

    dapat ditulis sebagai berikut :

    π = TR – TC

    Dimana :

    a. TR (Total Revenue) adalah penerimaan total produsen dari

    hasil penjualan hasil outputnya, TR = output x harga jual.

    b. TC (Total Cost) Merupakan total biaya yang dihasilkan untuk

    produksi output yang dipengaruhi oleh dua variabel biaya

    tetap (biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah output

    yang diproduksi).

    c. TR harus lebih besar dari TC, dengan kata lain TR = TC

    harus ada selisih yang positif, bila terjadi TR = TC maka

    terjadi keuntungan maupun kerugian.

    Untuk melihat hubungan antara keuntungan dan faktor-faktor

    yang mempengaruhinya dipergunakan model fungsi keuntungan

    Cobb-Douglas. Cara fungsi keuntungan Cobb-Douglas ini

    pertama kali diperkenalkan oleh Lau dan Yotopoulos pada tahun

    1971. Fungsi keuntungan Cobb-Douglas ini banyak digunakan

    untuk penelitian berbagai jenis usaha karena :

  • 24

    1) Anggapan bahwa pengusaha mempunyai sifat

    memaksimumkan keuntungan baik jangka pendek maupun

    panjang.

    2) Cara pendugaannya relatif mudah.

    3) Memanipulasi terhadap cara analisis mudah dilakukan.

    4) Peneliti dapat mengukur tingkatan efisiensi pada tingkatan

    atau ciri yang berbeda.

    Perkembangan lebih lanjut dari teori yang diperkenalkan

    oleh Lau- Yotopoulos tersebut adalah menurunkan fungsi

    keuntungan Cobb-Douglas dengan teknik yang dinamakan Unit

    Output Price (UOP) Cobb-Douglas Profit Function. Cara ini

    mendasarkan diri pada asumsi bahwa pengusaha adalah

    memaksimumkan keuntungan daripada memaksimumkan

    kepuasan (utilitas) usahanya. UOP-CDFP adalah suatu fungsi

    (persamaan) yang melibatkan harga faktor produksi dan

    harga produksi yang telah dinormalkan dengan harga

    tertentu. Dinormalkan artinya besarnya keuntungan dan

    variabel lain dibagi dengan besarnya harga produksi. Hal ini dapat

    dijelaskan sebagai berikut (Soekartawi,1990):

    Y= AF (X,Z)

    Dimana :

    Y = produksi

    A = besaran yang menunjukan efisiensi teknik

    X = variabel faktor produksi tidak tetap

  • 25

    Z = variabel faktor produksi tetap

    Persamaan keuntungan yang diuntungkan dari persamaan

    tersebut dapat dituliskan sebagai berikut (Soekartawi, 1990):

    π = ApF (X1,….,Xm ; Z1,….,Zn) - -

    Dimana :

    π = besarnya keuntungan

    A = besarnya efisiensi teknik

    p = harga dari produksi per satuan

    cj = harga masukan produksi per satuan

    Xj = variabel masukan produksi tidak tetap digunakan

    f j = harga masukan produksi tetap per satuan

    z j = variabel masukan produksi tetap digunakan,

    dimana i = 1, …, n

    Untuk memudahkan dalam menganalisa keuntungan Cobb-

    Douglas maka persamaan diatas dapat dituliskan sebagai berikut

    (Soekartawi, 1990) :

    Dimana :

    Π* = keuntungan yang telah dinormalkan dengan harga output

    A* = besaran efisiensi teknik yang telah dinormalkan dengan

    harga output

  • 26

    βj = koefisien variabel faktor produksi yang telah

    dinormalkan dengan harga output

    aj = koefisien faktor produksi tetap yang telah dinormalkan

    dengan harga output

    cj* = variabel faktor produksi yang telah dinormalkan dengan

    harga output

    Zj = variabel faktor produksi tetap yang telah dinormalkan

    dengan harga output

    Asumsi dalam Unit-Output-Price Cobb Douglas Profit

    Function disamping bahwa pengusaha adalah melakukan tindakan

    berorientasi memaksimumkan keuntungan juga berlaku asumsi

    laiinya yaitu (Soekartawi, 1990):

    1) Fungsi keuntungan adalah menurun bersamaan dengan

    bertambahnya jumlah faktor produksi tetap,

    2) Masing – masing individu sampel memperlakukan

    harga input yang bervariasi sedemikian rupa dalam usaha

    memaksimumkan keuntungan,

    3) Walaupun masing – masing individu pengusaha mempunyai

    produksi yang sama tetapi fungsi tersebut menjadi

    berbeda kalau ada perbedaan penggunaan input tetap

    yang berbeda jumlahnya.

    6. Pengertian Faktor- faktor yang mempengaruhi keuntungan pengusaha

    Industri Tahu di Kabupaten Sukoharjo

  • 27

    a. Modal

    Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan

    secara langsung atau tidak langsung, dalam kaitannya untuk

    menambah output, lebih khusus dikatakan bahwa kapital terdiri

    dari barang-barang yang dibuat untuk penggunaan produk pada

    masa yang akan datang (Irawan dan Suparmoko, 1992).

    Salah satu faktor produksi yang tidak kalah pentingnya

    adalah modal, sebab didalam suatu usaha masalah modal

    mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan berhasil tidaknya

    suatu usaha yang telah didirikan. Modal dapat dibagi sebagai

    berikut (Suryana, 2001):

    1) Modal Tetap : Adalah modal yang memberikan jasa untuk

    proses produksi dalam jangka waktu yang relatif lama dan

    tidak terpengaruh oleh besar kecilnya jumlah produksi.

    2) Modal Lancar : Adalah modal memberikan jasa hanya

    sekali dalam proses produksi, bisa dalam bentuk bahan-

    bahan baku dan kebutuhan lain sebagai penunjang usaha

    tersebut.

    Berdasarkam fungsi kerjanya, modal dapat dibagi

    menjadi dua yaitu (Riyanto, 1983) :

    1) Modal investasi tetap. Meliputi peralatan yang digunakan

    dalam melakukan kegiatan usaha.

  • 28

    2) Modal kerja. Digunakan untuk membiayai operasional

    sehari- hari, misalnya untuk memberikan porsekot, pembelian

    bahan mentah, dan membayar upah tenaga kerja.

    b. Upah Tenaga Kerja

    Besar kecilnya upah yang diberikan perusahaan kepada para

    pekerjanya akan mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat

    produktivitas kerja karyawan (Setiadi, 2009). Segala sesuatu yang

    dikeluarkan oleh pengusaha sehubungan dengan mempekerjakan

    seseorang dipandang sebagai komponen upah (Payaman, 1985).

    Upah adalah penghargaan dari energi karyawan yang

    dimanifestasikan sebagai hasil produksi, atau suatu jasa yang

    dianggap sama dengan itu, yang berwujud uang, tanpa suatu

    jaminan yang pasti dalam tiap-tiap minggu atau bulan (As’ad,

    2004). Maka hakekat upah adalah suatu penghargaan dari energi

    karyawan yang dimanifestasikan dalam bentuk uang.

    Menurut Maier (1965) dalam As’ad (2004) ada empat

    sistem upah yang secara umum dapat diklasifikasikan, yakni:

    1) Sistem upah menurut banyaknya produksi. Upah menurut

    produksi yang diberikan bisa mendorong kepada karyawan

    untuk bekerja lebih keras dan meng-upgrade diri untuk

    berproduksi lebih banyak.

    2) Sistem upah menurut lamanya kerja. Sistem upah ini

    sebenarnya telah gagal dalam mengatur adanya perbedaaan

  • 29

    individual kemampuan manusia. Contohnya adalah upah

    jam-jaman, upah mingguan, dan upah bulanan.

    3) Sistem upah menurut senioritas. Sistem upah semacam ini

    akan mendorong orang untuk lebih setia dan loyalitas

    terhadap perusahaan dan lembaga kerja. Sistem ini sangat

    menguntungkan bagi orang-orang yang lanjut usia dan juga

    bagi orang-orang muda yang didorong untuk tetap masih

    bekerja disuatu perusahaan, hal ini disebabkan adanya

    harapan bila sudah lanjut usia akan lebih mendapat

    perhatian. Jadi upah tersebut akan memberikan perasaan

    aman (security feeling) kepada karyawan yang cukup usia.

    4) Sistem upah menurut kebutuhan. Sistem ini memberikan

    upah yang lebih besar kepada mereka yang sudah

    berkeluarga. Seandainya semua kebutuhan itu dipenuhi maka

    upah itu akan mempersamakan standar hidup semua orang.

    Salah satu kelemahan dari sistem ini adalah tidak mendorong

    inisiatif kerja, sehingga sama halnya dengan sistem upah

    menurut lamanya kerja dan senioritas. Segi positifnya adalah

    akan memberikan perasan aman disebabkan karena nasib

    seseorang menjadi tanggung jawab perusahaan atau

    masyarakat.

    c. Biaya bahan baku

    Bahan atau bahan mentah merupakan faktor produksi yang

    dibutuhkan dalam setiap proses produksi. Menurut Gunawan Adi

  • 30

    Saputro dan Marwan Asri (1998), bahan baku atau bahan mentah

    yang digunakan dalam proses produksi dikelompokkan menjadi

    dua yaitu :

    1) Bahan mentah langsung (DirectMaterial)

    Bahan mentah langsung yaitu semua bahan mentah yang

    merupakan bagian barang jadi yang dihasilkan dan

    mempunyai hubungan erat dan sebanding dengan jumlah

    barang jadi yang dihasilkan sehingga biaya bahan langsung

    merupakan biaya variabel bagi perusahaan.

    2) Bahan mentah tidak langsung

    Bahan mentah tidak langsung yaitu bahan mentah yang

    ikut berperan dalam proses produksi, tetapi tidak secara

    langsung tampak pada barang jadi yang dihasilkan. (Adi

    Gunawan Saputra dan Marwan Asri, 1998).

    Bahan baku merupakan unsur terpenting dalam kegiatan

    operasional. Penggunaan bahan baku yang dengan biaya terendah

    akan meningkatkan kontribusi keuntungan yang lebih besar.

    d. Lokasi

    Pemilihan lokasi yang baik merupakan merupakan

    keputusan penting. Pertama, karena tempat merupakan komitmen

    sumber daya jangka panjang yang dapat mengurangi fleksibilitas

    masa depan usaha, apakah lokasi tersebut telah dibeli atau hanya

    disewa. Kedua, lokasi akan mempengaruhi pertumbuhan di masa

    depan. Area yang dipilih haruslah mampu utnuk tumbuh dari segi

  • 31

    ekonomi sehingga ia dapat mempertahankan kelangsungan hidup

    usaha. Dan yang terakhir, lingkungan setempat dapat saja berubah

    setiap waktu, jika nilai lokasi memburuk, maka lokasi usaha harus

    dipindahkan atau ditutup (Lamb,2001).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi usaha

    menurut Manullang, 2001 antara lain :

    1. Lingkungan masyarakat

    2. Kedekatan dengan pasar atau konsumen

    3. Tenaga kerja

    4. Kedekatan dengan supplier

    5. Kedekatan dengan fasilitas transportasi umum.

    Pemilihan lokasi yang tepat akan menentukan keberhasilan

    usaha tersebut di masa yang akan dating (Akhmad,1996). Lokasi

    yang strategis membuat konsumen lebih mudah dalam

    menjangkau dan juga keamanan yang terjamin. Dengan demikian,

    maka ada hubungan antara lokasi yang strategis dengan daya tarik

    konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk

    (Akhmad,1996).

  • 32

    B. Penelitian Terdahulu

    Penelitian ini dikembangkan dari penelitian-penelitian terdahulu yang

    terdiri dari skripsi dan jurnal seperti berikut :

    Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu

    No. Peneliti Alat Analisis Hasil Penelitian

    1. Devia Setiawati

    (2013)

    Disrkiptif

    persentase dan

    regresi linier

    berganda

    Penelitian ini dilakukan di sentra tempe

    terbesar di Kabupaten Kendal. Hasil

    dari penelitian ini adalah variabel

    modal tidak berpengaruh signifikan dan

    negative terhadap hasil produksi,

    variabel tenaga kerja tidak berpengaruh

    signifikan dan positif terhadap hasil

    produksi, sedangkan variabel bahan

    baku berpengaruh signifikan dan positif

    terhadap hasil produksi.

    2. Dewi Sahara, Dahya

    , dan Amiruddin

    Syam

    (2004)

    Regresi Linier

    Berganda

    Penelitian ini dilakukan dengan

    meneliti para petani Kakao di Sulawesi

    Tenggara. Dalam menganalisis

    digunakan teknik analisis regresi

    berganda fungsi keuntungan Cobb-

    Douglas dengan teknik unit output

    price Cobb-Douglas profit

    function(UOP-CDPF). Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa

    variabel modal, luas areal, harga

    pupuk, harga pestisida dan upah tenaga

    kerja berpengaruh positif dan

    signifikan terhadap keuntungan.

    3. Syarifuddin

    Mandaka dan M.

    Parulian Hotagaol

    (2005)

    Regresi linier

    berganda

    Penelitian ini menggunakan teknik

    analisis regresi berganda fungsi

    keuntungan Cobb-Douglas dengan

    teknik unit output price Cobb- Douglas

    profit function (UOP-CDPF). Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa semua

    variable bebas yaitu harga konsentrat,

    harga hijauan, upah tenaga kerja, harga

    atau nilai perlengkapan kandang untuk

    pemeliharaan, harga obat-obatan,

    jumlah induk produkstif, pengalaman

    beternak dan dummy skala usaha

    secara bersama-sama berpengaruh

    nyata terhadap keuntungan usaha

    ternak pada tingkat kepercayaan 99

    persen.

  • 33

    No. Peneliti Alat Analisis Hasil Penelitian

    4. Cheni

    (2015)

    Regresi linier

    berganda

    Pada penelitian ini menggunakan teori

    keuntungan Fungsi Produksi Cobb

    Douglas dengan teknik output price

    cobb- douglas profit function (UOP-

    CDPF). Hasil dari penelitian ini adalah

    usia tenaga kerja berpengaruh negative

    terhadap produktivitas tenaga kerja

    industri tahu, upah tenaga kerja

    berpengaruh positif terhadap

    produkstivitas industri tahu,

    pendidikan tidak berpengaruh terhadap

    produktivitas tenaga kerja industri

    tahu, dan pengalaman usaha tidak

    berpengaruh terhadap produktivitas

    tenaga kerja industri tahudi

    Kecamatan Jeberes Kota Surakarata.

    C. Kerangka Pemikiran

    Kerangka pemikiran pada analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

    keuntungan Industri Tahu di Kabupaten Sukoharjo. Kerangka pemikiran

    ini berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam perumusan

    masalah. Kerangka pemikiran ini merupakan dari suatu penelitian yang

    menuju pada suatu tujuan, yaitu memecah suatu masalah yang akan

    diteliti.

    Pada penelitian sebelumnya terdapat penelitian yang membahas

    tentang faktor yang mempengaruhi hasil produksi Tempe di Kabupaten

    Kendal dengan variabel modal, tenaga kerja, dan bahan baku. Kemudian

    pada penelitian lain terdapat penelitian yang membahas tentang tingkat

    produktivitas tenaga kerja di Industri Tahu di Surakarta dengan variabel

    usia, upah tenaga kerja, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja.

    Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka dapat digunakan pengukuran

  • 34

    tingkat keuntungan Industri Tahu dengan variabel modal, upah tenaga

    kerja, biaya bahan baku dan lokasi usaha untuk mengetahui seberapa besar

    faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap keuntungan Industri Tahu.

    Dibawah ini digambarkan secara ringkas bentuk kerangka pemikiran

    yang melandasi penelitian yang akan dilakukan.

    Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

    Berdasarkan kerangka pemikiran diatas diasumsikan bahwa variable

    modal, upah tenaga kerja, biaya bahan baku dan lokasi usaha secara parsial

    maupun bersama-sama akan berpengaruh secara signifikan terhadap

    meningkatnya keuntungan dari Industri Tahu di Kabupaten Sukoharjo.

    UPAH

    TENAGA

    KERJA KEUNTUNGAN

    MODAL

    BIAYA

    BAHAN

    BAKU

    LOKASI

    USAHA

  • 35

    D. Hipotesis

    Hipotesa merupakan suatu jawaban sementara terhadap pertanyaan

    yang diuji kebenarannya. Berdasarkan uraian di atas dan studi yang pernah

    dilakukan maka dapat dikemukakan beberapa hipotesa seperti berikut :

    1. Diduga bahwa faktor modal berpengaruh positif dan signifikan

    terhadap keuntungan Industri Tahu di Kabupaten Sukoharjo.

    2. Diduga bahwa faktor upah tenaga kerja berpengaruh positif dan

    signifikan terhadap keuntungan Industri Tahu di Kabupaten

    Sukoharjo.

    3. Diduga bahwa faktor biaya bahan baku berpengaruh negatif dan

    signifikan terhadap keuntungan Industri Tahu di Kabupaten

    Sukoharjo.

    4. Diduga bahwa faktor lokasi usaha berpengaruh positif dan signifikan

    terhadap keuntungan Industri Tahu di Kabupaten Sukoharjo.

    5. Diduga variabel modal, upah tenaga kerja, biaya bahan baku dan

    lokasi usaha secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap

    keuntungan industri Tahu di Kabupaten Sukoharjo.