bab ii tinjauan pustaka a. landasan teori 1. laporan …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2234/3/bab...
TRANSCRIPT
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Laporan Keuangan
a. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan sumber informasi yang
mengkomunikasikan keadaan keuangan dari hasil operasi perusahaan dalam
periode tertentu kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Menurut Kieso, dkk (2007) pengertian laporan keuangan adalah
laporan keuangan merupakan sarana yang bisa digunakan oleh entitas untuk
mengkomunikasikan keadaan terkait dengan kondisi keuangannya kepada
pihak-pihak yang berkepentingan baik yang berasal dari internal entitas
maupun eksternal entitas.
Pengertian laporan keuangan menurut PSAK No.1 (2015:2) adalah
laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam
berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana),
catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian
internal dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan
informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya
informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan
pengaruh perubahan harga.
b. Pemakai dan Kebutuhan Informasi
1) Investor
Investor adalah mereka yang membeli saham atau bahkan komisaris
perusahaan. Seorang investor berkewajiban untuk mengetahui secara dalam
kondisi perusahaan dimana ia akan berinvestasi, karena dengan memahami
11
laporan keuangan perusahaan tersebut artinya ia akan mengetahui berbagai
informasi keuangan perusahaan.
2) Akuntan Publik
Akuntan publik adalah mereka yang ditugaskan untuk melakukan audit
pada sebuah perusahaan. Dan yang menjadi bahan audit seorang akuntan
publik adalah laporan keuangan perusahaan, untuk selanjutnya pada hasil
audit ia akan melaporkan dan memberikan penilaian dalam bentuk
rekomendasi.
3) Karyawan Perusahaan
Karyawan merupakan mereka yang terlibat secara penuh disuatu
perusahaan. Dan secara ekonomis mereka mempunyai ketergantungan yang
besar yaitu pekerjaan dan penghasilan yang diterima dari perusahaan tempat
bekerja telah berperan dalam membantu kehidupannya. Dengan begitu
posisi perusahaan yang tergambarkan dalam laporan keuangan menjadi
bahan kajian bagi para karyawan memosisikan keputusan nantinya.
4) Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Otoritas jasa keuangan (OJK) merupakan lembaga negara yang dibentuk
berdasarkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 yang berfungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintergrasi
terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan baik di sektor
perbankan, pasar modal, dan sektor jasa keuangan non-bank seperti
asuransi, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa keuangan
lainnya. Tugas pengawasan industri keuangan non-bank dan pasar modal
12
secara resmi beralih dari Kementrian Keuangan dan Bapepam-LK ke OJK
pada 31 Desember 2012, dan telah tercantum dalam peraturan Otoritas Jasa
Keuangan nomor 29/POJK.04/2016, pada pasal 7 yang mengatakan
“Emitan dan Perusahaan Publik wajib menyampaikan laporan tahunan
kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat pada akhir bulan keempat
setelah tahun buku berakhir.
5) Akademis dan Peneliti
Pihak akademis dan peneliti adalah mereka yang melakukan research
terhadap sebuah perusahaan. Sehingga dengan begitu kebutuhan akan
informasi sebuah laporan keuangan yang dapat dipercaya dan
dipertanggungjawabkan adalah mutlak, apalagi jika nanti penelitian tersebut
dipublikasikan ke berbagai jurnal dan media masa baik nasional maupun
internasional.
6) Konsumen
Konsumen adalah pihak yang menikmati produk dan jasa yang dihasilkan
oleh sebuah perusahaan. Dari sudut marketing konsumen dibagi menjadi
dua yaitu konsumen aktual dan konsumen potensial. Konsumen aktual
adalah konsumen yang loyal terhadap produk dan jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan. Sedangkan konsumen potensial adalah konsumen yang
berpotensi untuk menjadi konsumen aktual. Sehingga konsumen atau publik
yang loyal terhadap produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan adalah
memiliki ketergantungan yang tinggi pada perusahaan tersebut.
13
c. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada pihak
yang membutuhkan tentang kondisi suatu perusahaan dari sudut angka-angka
dalam satuan moneter. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntansi
Indonesia) laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian
besar kalangan pengguna laporan keungan dalam pembuatan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas
penggunaan sumber daya yang dipercayakan mereka.
d. Karakteristik kualitatif laporan keuangan
Menurut SAK ETAP (2009) karakteristik kualitatif informasi dalam laporan
keuangan adalah sebagai berikut:
1) Dapat dipahami
Kualitas penting informasi dalam laporan keuangan adalah kemudahannya
untuk dapat dipahami oleh pengguna. Pengguna diasumsikan memiliki
pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,
akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan
yang wajar.
2) Relevan
Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses
pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas yang relevan apabila
dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna, dengan membantu
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini dan masa depan.
14
3) Materialitas
Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau
kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan.
4) Keandalan
Informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika
bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat
diandalkan penggunaannya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful
representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar
diharapkan dapat disajikan.
5) Pertimbangan Sehat
Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan
pertimbangan yang diperlukan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset
atau penghasilan tidak sajikan lebih tinggi dan kewajiban atau beban tidak
disajikan lebih rendah.
6) Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap
dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak
mengungkapkan mengakibatkan informasi menjadi tidak benar dan
menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan kurang mencukupi
ditinjau dari segi relevansi.
15
7) Dapat dibandingkan
Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar
periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan (trend) posisi dan
kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan
keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja,
serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
8) Tepat waktu
Tepat waktu meliputi penyediaan informasi laporan keuangan dalam jangka
waktu pengambilan keputusan. Jika terdapat penundaan yang tidak
semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan
kehilangan relevansinya.
9) Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat informasi seharusnya melebihi
biaya penyediaannya.
2. Auditing (Pengauditan)
a. Definisi Auditing
Auditing merupakan kegiatan pemeriksaan dan pengujian suatu pernyataan,
pelaksanaan dan kegiatan yang dilakukan oleh pihak independen guna memberikan
suatu pendapat. Pihak yang melaksanakan auditing disebut dengan auditor.
Pengertian audit semakin berkembang sesuai dengan kebutuhan yang meningkat
akan hasil pelaksanaan auditing. Berikut ini pengertian auditing menurut pendapat
ahli akuntansi.
16
Menurut Agoes (2004) pengertian audit adalah :
“Audit adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan
sistematis, oleh pihak independen, terhadap laporan keuangan yang telah
disusun manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut.”
Menurut Mulyadi (2008) ditinjau dari sudut profesi akuntan publik adalah :
“Pemeriksaan (Examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu
perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah
laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi
tersebut”
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa auditing merupakan
proses pemeriksaan yang dilakukan seseorang yang independen dan komponen
terhadap laporan keuangan, pengawasan intern, dan catatan akuntansi suatu
perusahaan yang bertujuan mengevaluasi dan menilai sistem kerja manajemen dan
menyampaikan hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
b. Tujuan Audit
Tujuan umum audit terhadap laporan keuangan adalah untuk memberikan
pernyataan pendapat apakah laporan keuangan yang telah diperiksa menyajikan
secara wajar, dalam segala hal yang bersifat materiil, sesuai dengan prinsip
akuntansi yang lazim (Tri Diana, 2014). Dalam hal ini manajemen peusahaan
membutuhkan jasa pihak ketiga untuk pertanggungjawabkan keuangan yang
disajikan kepada pihak luar dapat dipercaya, sedangkan pihak luar perusahaan
memerlukan jasa pihak ketiga untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan
keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan dapat dipercaya sebagai dasar
pengambilan keputusan.
17
c. Manfaat Audit
Manfaat audit dikelompokkan menjadi tiga kelompok dasar, yaitu :
1) Manfaat audit bagi pihak yang diaudit :
a) Menambah kredibilitas laporan keuangan sehingga laporan tersebut
dapat dipercaya untuk kepentingan pihak luar entitas seperti
pemegang saham, kreditor, pemerintah dan lain-lain.
b) Memberikan dasar yang dapat lebih dipercaya untuk penyiapan surat
pemberitahuan pajak yang diserahkan kepada pemerintah.
c) Menyingkap kesalahan dan penyimpangan moneter dalam catatan
laporan keuangan.
d) Membuka pintu masuknya sumber pembiayaan dari luar.
2) Bagi anggota lain dalam dunia usaha :
a) Memberikan dasar yang lebih menyakinkan para kreditur atau para
peranan untuk mengambil keputusan kredit.
b) Memberikan dasar yang lebih menyakinkan kepada perusahaan
asuransi untuk menyelesaikan klaim atas kerugian yang
diasuransikan.
c) Memberikan dasar yang terpercaya kepada para investor dan calon
investor untuk menilai prestasi investasi dan kepengurusan
manajemen.
d) Memberikan dasar yang independen kepada pembeli maupun
penjual untuk menentukan syarat penjualan, pembelian atau
penggabungan perusahaan.
18
e) Memberikan dasar yang objektif kepada serikat buruh dan pihak
yang diaudit untuk menyelesaikan sengketa mengenai upah dan
tunjangan.
f) Memberikan dasar yang lebih baik, menyakinkan kepada para
langganan atau klien untuk menilai profitabilitas atau rentabilitas
perusahaan itu efisiensi operasionalnya dan keadaan
kekurangannya.
3) Bagi badan pemerintah dan orang-orang yang bergerak dibidang hukum :
a) Memberikan tambahan kepastian yang independen tentang
kecermatan dan keandalan laporan keuangan.
b) Memberikan dasar yang independen kepada mereka yang bergerak
dibidang hukum untuk mengurus harta warisan dan harta titipan,
menyelesaikan masalah dalam kebangkrutan dan insolvensi, dan
menentukan pelaksanaan perjanjian persekutuan dengan cara
semestinya.
c) Memegang peranan yang menentukan dalam mencapai tujuan
Undang-undang Keamanan Sosial.
d. Jenis-jenis Audit
Menurut Mulyadi (2002), audit umumnya digolongkan menjadi 5 yaitu :
1) Financial Audit (Pemeriksaan Laporan Keuangan)
Financial Audit adalah suatu review atas kelayakan penyajian laporan
keuangan yang dibuat oleh manajemen. Pemeriksaan ini tidak dilaksanakan
secara detail, dan didalam melakukan pemeriksaan keuangan ini hal yang
19
terpenting adalah pemeriksaannya harus dilakukan sesuai dengan norma
atau prosedur pemeriksaan audit.
2) Compliance Audit (Pemerikasaan Kepatuhan Tata Tertib Peraturan)
Pengertian compliance audit adalah pemeriksaan terhadap tingkat
kepatuhan para pelaksana operasional perusahaan dalam menjalankan
setiap prosedur dan kebijaksanaan yang telah ditetapkan.
3) Operational Audit (Pemeriksaan Operasional)
Pengertian Operational Audit adalah suatu pemeriksaan yang mencakup
suatu hal atau operasi tertentu yang biasanya diluar juridiksi controller atau
treasurer dalam suatu perusahaan atau operasi. Jadi tujuan penting dari
pemeriksaan operasional adalah menilai efisiensi dan efektivitas dari
aktivitas operasi perusahaan dengan cara melakukan review terhadap
prosedur-prosedur dan metode-metode yang dijalankan dalam perusahaan,
dimana hasil penilaiannya dapat diajukan kepada manajemen yang akan
bermanfaat untuk menyempurnakan operasi yang telah ada.
4) Special Audit (Pemeriksaaan Khusus)
Special review / Special Audit / Investigation adalah pemeriksaan yang
dilakukan apabila diketahui adanya indikasi kecurangan yang dilakukan
oleh manajemen (fraud audit), atau apabila pemeriksaan tersebut diluar dari
pada golongan pemeriksaan keuangan, pemeriksaan operasional dan
pemeriksaan kepatuhan.
20
5) Information Systems Audit (Pemeriksaan Sistem Informasi)
Yaitu pemeriksaan sistem yang mengatur pengembangan, pengoperasian,
pemeliharaan, dan keamanan sistem aplikasi dalam lingkungan tertentu.
Jenis pemeriksaan ini melibatkan pusat data (data center), sistem operasi,
perangkat lunak yang digunakan, dsb.
e. Jenis-jenis Auditor
Para profesional yang ditugaskan untuk melakukan audit atas kegiatan dan
peristiwa ekonomi bagi perorangan dan entitas resmi, pada umumnya dibagi ke
dalam tiga kelompok, yaitu (Boynton, dkk 2003) :
1) Auditor Independen
Auditor Independen sering disebut juga sebagai Auditor Eksternal. Karena
pendidikan dan pelatihan yang mereka peroleh serta pengalaman yang
mereka miliki, Auditor independen memiliki kualifikasi untuk
melaksanakan setiap jenis audit yang telah diuraikan sebelumnya,
sedangkan klien para auditor independen tersebut dapat berasal dari
perusahaan bisnis yang berorientasi laba, organisasi nirlaba, kantor
pemerintah, atau perorangan. Sebagaimana halnya dengan profesi medis
dan hukum, auditor independen bekerja berdasarkan suatu imbalan (fee).
2) Auditor Internal
Auditor Internal (Internal Auditors) adalah pegawai dari organisasi yang
diaudit. Auditor jenis ini, melibatkan diri dalam suatu kegiatan penilaian
independen, yang dinamakan audit internal, dalam lingkungan organisasi
sebagai suatu bentuk jasa bagi organisasi. Tujuan audit internal adalah
21
untuk membantu manajemen organisasi dalam memberikan
pertanggungjawaban yang efektif. Lingkup fungsi audit internal meliputi
semua tahap dalam kegiatan organisasi. Para auditor internal terutama
melibatkan diri pada audit kepatuhan (compliance audit). Akan tetapi,
pekerjaan auditor internal ini juga dapat melengkapi pekerjaan auditor
independen dalam melakukan audit laporan keuangan.
3) Auditor Pemerintah
Auditor Pemerintah (Goverment Auditors) dipekerjakan oleh berbagai
kantor pemerintah untuk kepentingan lembaga-lembaga pemerintahan yang
bersangkutan.
3. Internasional Standards on Auditing (ISA)
International standards on Auditing merupakan standar audit yang berbasis
pada resiko. Indonesia sendiri mulai menggunakan ISA pada awal tahun 2013.
Dalam audit berbasis risiko, auditor menggunakan kearifan profesional dalam
pelaksanaan audit dan lebih menekankan pada professional judgement (Tuanakotta,
2012). Pendekatan ini mendapatkan perhatian yang luas dan dianggap sebagai
pendekatan yang paling efektif karena terbukti cocok diterapkan unutk kondisi
lingkungan bisnis yang selalu berubah-ubah seperti sekarang ini.
Based Internal Audit (RBIA) atau Audit Berbasis Risiko merupakan
metodologi yang memastikan bahwa manajemen risiko sudah dilakukan sesuai
dengan risk appetite yang dimiliki oleh organisasi. Pendekatan audit ini berfokus
dalam mengevaluasi risiko-risiko baik strategis, financial, operasional, regulasi dan
lainnya. Audit berbasis risiko lebih berupa perubahan pola pandang dari pada
22
sebuah teknik. Dalam audit berbasis risiko auditor harus menilai kemampuan
manajemen dalam mengukur risiko, merespon risiko dan melaporkan risiko.
Penentuan prioritas berdasarkan analisa risiko ini dianggap paling tepat
dalam upaya mengalokasikan waktu dan staff auditor yang terbatas. Audit
menggunakan sampling, dan selama ini metodologi audit mengatur bagaimana
pengambilan sampling yang paling efektif dan efisien. Efektif dalam arti sample
yang diambil tersebut haruslah mewakili populasi yang akan diperiksa. Audit
berbasis risiko adalah metodologi pemeriksaan yang dipergunakan untuk
memberikan jaminan bahwa risiko telah dikelola di dalam batasan risiko yang telah
ditetapkan manajemen pada tingkatan korporasi.
4. Proses Audit Berbasis Risiko (Auditing berbasis ISA)
Proses audit ini didasarkan ISA atau International Standards on Auditing.
ISA menekankan berbagai kewajiban entitas dan manajemen, berbagai kewajiban
entitas dapat disebut pihak-pihak yang berkepentingan atau TCWG “Those
Charged With Governance”. Proses audit berbasis ISA merupakan proses audit
berbasis risiko yang mengandung tiga langkah kunci yaitu Risk Assessment
(penilaian risiko), Risk Response (merespon risiko), dan Report (pelaporan), tiga
langkah Audit Berbasis Risiko yaitu :
a. Tahap Penjelasan Risk Assessment
Penilaian risiko untuk mengindentifikasi dan menilai risiko salah saji
material dalam laporan keuangan, merancang dan melaksanakan prosedur
audit selanjutnya untuk menanggapi risiko salah saji.
23
b. Risk Response
Merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya untuk
menanggapi risiko salah saji material pada tingkat laporan keuangan dan
asersi.
c. Reporting
Merumuskan pendapat berdasarkan bukti yang diperoleh yaitu membuat
dan menerbitkan laporan yang tepat sesuai kesimpulan audit. Jika semua
prosedur sudah dilaksanakan dan kesimpulan tercapai maka temuan audit
dilaporkan kepada manajemen dan TCWG Opini audit dirumuskan dan
keputusan mengenai redaksi yang tepat untuk laporan auditor dibuat.
a. Jenis-jenis Standar Auditing
Standar auditing terbagi menjadi 3 bagian diantaranya yaitu :
1) Standar Umum
Standar umum berkaitan dengan persyaratan auditor dan mutu pekerjaannya
sehingga bersifat pribadi. Standar ini mencakup tiga bagian diantaranya :
a) Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang mempunyai
keahlian dan pelatihan teknis yang memadai sebagai auditor.
b) Auditor harus mempertahankan mental dari segala hal yang
berhubungan dengan perikatan, independensi.
c) Auditor wajib menggunakan keahlian profesionalnya dalam
melaksanakan pelaksanaan audit dan pelaporan dengan cermat dan
seksama.
2) Standar Pekerjaan
24
Standar ini terdiri dari 3 point diantaranya :
a) Sebagai tenaga profesional maka seharusnya seluruh pekerjaan
dapat direncanakan dengan sebaik-baiknya dan apabila
menggunakan asisten maka harus disupervisi dengan semestinya.
b) Tidak hanya memperhatikan standar auditing saja, pemahaman yang
memadai atas pengendalian intern sangat dibutuhkan untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat.
c) Bukti audit yang kompeten harus diperoleh melalui inspeksi
pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar
yang memadai untuk dapat memberikan pernyataan pendapat atas
laporan keuangan yang diaudit.
3) Standar Pelaporan
Standar pelaporan ini terdiri dari 4 point diantaranya :
a) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
b) Hasil laporan auditor harus menunjukkan, apabila ada
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dengan penerapan pada periode
sebelumnya.
c) Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
25
d) Laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu aseri bahwa
pernyatan yang demikian tidak bisa diberikan.
5. Audit Delay
Menurut penelitian Wirakusuma (2004), Audit delay adalah lamanya waktu
penyelesaian audit dari akhir tahun fiskal perusahaan sampai tanggal laporan audit
dikeluarkan. Faktor terjadinya audit delay dikarenakan suatu laporan keuangan
yang dipublikasikan oleh emiten harus melalui tahap audit terlebih dahulu oleh
akuntan yang independen.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 paragraf 38
(2007:1.7), disebutkan bahwa manfaat suatu laporan keuangan akan berkurang jika
laporan keuangan tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya. Suatu perusahaan
sebaiknya mengeluarkan laporan keuangan yang paling lama 4 bulan setelah
tanggal neraca. Faktor-faktor seperti kompleksitas operasi perusahaan tidak cukup
menjadi pembenaran atas ketidakmampuan perusahaan menyediakan laporan
keuangan tepat waktu.
Ketepatan waktu penyusunan atau pelaporan suatu laporan keuangan
perusahaan bisa berpengaruh pada nilai laporan keuangan tersebut. Keterlambatan
informasi akan menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar modal. informasi laba
yang dihasilkan perusahaan dijadikan sebagai salah satu dasar pengambilan
keputusan untuk membeli atau menjual kepemilikan yang dimiliki oleh investor.
Artinya, informasi yang dipublikasikan tersebut akan menyebabkan kenaikan atau
penurunan harga saham.
26
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay
a. Ukuran Perusahaan
Menurut Halim (2000) perusahaan besar lebih konsisten untuk tepat waktu
dibandingkan perusahaan kecil dalam menginformasikan laporan keuangannya.
Pengaruh ini ditunjukkan dengan semakin besar nilai aktiva perusahaan maka
semakin pendek audit delay dan sebaliknya. Perusahaan besar diduga akan
menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang berskala besar
cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan
perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas
permodalan dari pemerintah. Selain itu juga disebabkan oleh sistem pengendalian
internal yang baik pada perusahaan besar, sehingga mempermudah auditor untuk
menyelesaikan proses auditnya.
Menurut Clapham dan Setiyadi (2007), ukuran perusahaan yang biasa
dipakai untuk menentukan tingkatan perusahaan adalah :
1) Tenaga Kerja, merupakan jumlah pegawai tetap dan honorer yang terdaftar
atau bekerja di perusahaan pada suatu saat tertentu.
2) Tingkat Penjualan, merupakan volume penjualan suatu perusahaan pada
suatu periode tertentu.
3) Total Utang, merupakan jumlah hutang perusahaan pada periode tertentu.
4) Total Aktiva, merupakan keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan pada
saat tertentu.
27
Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor: 46/M-Dag/per/9/2009
mengelompokkan perusahaan dengan didasarkan pada nilai total aset yang dimiliki
perusahaan seperti yang diatur dalam pasal 3 ayat 1, 2 dan 3 yang menyatakan
bahwa:
1) Klasifikasi perusahaan kecil, adalah untuk perusahaan dengan kekayaan
bersih lebih dari Rp 50 juta sampai dengan maksimum Rp 500 juta.
2) Klasifikasi perusahaan menengah, adalah untuk perusahaan dengan
kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta sampai dengan maksimum Rp 10
milyar.
3) Klasifikasi perusahaan besar, adalah untuk perusahaan dengan kekayaan
bersih lebih dari Rp 10 milyar.
Manajemen dengan skala besar cenderung diberikan insentif untuk
mempercepat penerbitan laporan keuangan auditan disebabkan perusahaan berskala
besar dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan pemerintah
sehingga cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk
mengumumkan laporan keuangan auditan lebih awal. Penelitian ini menggunakan
logaritma natural total aset yang dimiliki perusahaan sebagai ukuran perusahaan.
Secara sistematis dapat diformulasikan sebagai berikut :
Rumus : Firm size = Ln TA (Total Assets)
Dimana, Firm size = Ukuran perusahaan
Ln TA = Logaritma natural dari Total Asset
28
b. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen
dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukan oleh laba yang dihasilkan.
Perusahaan akan mengukur kemampuan dalam menghasilkan keuntungan
(profitabilitas) baik dari tingkat penjualan, asset, modal maupun saham tertentu.
Dalam rasio profitabilitas ini dapat dikatakan sampai sejauh mana keefektifan dari
keseluruhan manajemen dalam menciptakan keuntungan bagi perusahaan. Menurut
Kasmir (2012:197), menerangkan bahwa tujuan dan manfaat penggunaan rasio
profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan yaitu:
1) Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam
satu periode tertentu.
2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang.
3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
5) Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
Profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam memperoleh
keuntungan. Maka tingkat profitabilitas rendah ditengarai berpengaruh terhadap
audit delay. Hal tersebut berkaitan dengan akibat yang dapat ditimbulkan pasar
terhadap pengumuman rugi oleh perusahaan. Menurut Che-Ahmad dalam jurnal
yang ditulis Silvia Angruningrum dan Made Gede Wirakusuma (2013), apabila
profitabilitas perusahaan rendah maka auditor akan melakukan tugas auditnya
29
dengan lebih hati-hati karena adanya risiko bisnis yang lebih tinggi sehingga akan
memperlambat proses audit dan menyebabkan penerbitan auditan yang lebih
panjang. Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu
perusahaan dalam penelitian ini adalah retun on assets (ROA), raiso yang
mengukur efektivitas pemakaian total sumber daya alam oleh perusahaan.
ROA (return on assets) merupakan rasio antara saldo laba bersih sebelum
pajak dengan jumlah aset perusahaan secara keseluruhan. ROA juga
menggambarkan sejauh mana tingkat pengembalian dari seluruh aset yang dimiliki
perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi
semua investor. Hasil perhitungan rasio ini menunjukkan efektivitas dari
manajemen dalam menghasilkan profit yang berkaitan dengan ketersediaan aset
perusahaan. Hasil dari perhitungan ROA jika nilainya mendekati angka 1, berarti
semakin baik profitabilitas perusahaan karena setiap aktiva yang ada dapat
menghasilkan laba.
Rumus ROA (return on assets) = Net Income (laba bersih sebelum pajak)
Total assets (Total aset)
c. Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP)
Kualitas auditor sangatlah menentukan kredibilitas laporan keuangan,
dimana dalam hal ini kualitas auditor berdampak pada audit delay. Sebagian besar
auditor berpengalaman umumnya mempunyai intuisi yang lebih baik dalam
30
mendeteksi suatu ketidakwajaran. Perusahaan klien dalam melakukan audit laporan
keuangannya akan memilih kantor akuntan publik (KAP) yang memiliki reputasi
baik, yang dapat diandalkan dalam segi service, kualitas dan kecepatan dalam
mengaudit laporan keuangan. Akan tetapi, pada dasarnya seluruh KAP di Indonesia
melaksanakan prosedur audit yang hampir sama, yaitu berdasarkan pada standar
audit, serta mematuhi ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia.
Kantor akuntan publik yang bereputasi baik, diperkirakan dapat melakukan
audit lebih efisien dan memiliki fleksibilitas yang lebih besar untuk menyelesaikan
audit sesuai jadwal. Sehingga informasi dapat lebih cepat diterima pengguna
laporan keuangan di dalam pengambilan keputusan ekonomi. Besarnya perusahaan
audit yang melaksanakan pengauditan laporan keungan tahunan, bersandar pada
apakah Kantor Akuntan Publik (KAP) berafiliasi dengan the big four atau tidak.
The big four yang pada awalnya the big five, merupakan penciutan dari the big eight,
yang terdiri atas :
1) Peat Marwick Mitchell dengan Klynveld Main Goerdeller menjadi KPMG
dalam tahun 1989.
2) Arthur Young dengan Ernst & Whinney menjadi Ernst & Young (E&Y)
dalam tahun 1989.
3) Deloitte Haskins & Sells dengan Touche Ross menjadi Deloitte Ross
Tohmatsu dalam tahun 1989, kemudian diubah namanya menjadi Deloitte
Touche Tohmatsu.
4) Price Waterhouse dengan Coopers & Lybrand menjadi Price Waterhouse
Coopers dalam tahun 1998.
31
5) Andersen, yang akhirnya tersingkir sejak lahirnya Sarbanes-Oxley Act
dalam tahun 2002.
KAP the big four dianggap telah melaksanakan auditnya secara efisien dan
memiliki jadwal waktu yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit tepat pada
waktunya. Waktu audit yang lebih cepat adalah cara bagi KAP besar untuk
mempertahankan reputasinya, karena jika tidak menyelesaikan audit dengan cepat
maka tahun yang akan datang mereka akan kehilangan kliennya. Adapun Kantor
Akuntan Publik (KAP) di Indonesia yang berafiliasi dengan the big four adalah
sebagai berikut:
1) KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan berafiliasi dengan KAP Price
Waterhouse Coopers (PWC).
2) KAP Osman Bing Satrio berafiliasi dengan KAP Deloitte Tohce Tomatsu
Limited (Deloitte).
3) KAP Purwantono, Suherman & Surja berafiliasi dengan KAP Ernst&Young
(EY).
4) KAP Sidharta dan Widjaja berafiliasi dengan KAP Klynveld Peat Main
Goerdeler (KPMG).
Kantor akuntan publik the big four lebih menginginkan untuk mengambil
sikap yang tepat dan mengeluarkan pendapat yang sesuai standar dan memiliki
kemampuan teknis untuk mendeteksi going concern perusahaan, kantor akuntan
publik besar cenderung menyajikan audit lebih cepat dibandingkan dengan kantor
akuntan publik non the big four karena mereka memiliki nama baik yang
32
dipertaruhkan. Perusahaan audit yang lebih besar dapat menyelesaikan audit tepat
waktu karena mereka memiliki lebih banyak sumber dan tenaga audit yang lebih
berkualitas.
d. Opini Auditor
Auditor sebagai pihak yang independen di dalam pemeriksaan laporan
keuangan suatu perusahaan, akan memberikan pendapat atas kewajaran laporan
keuangan yang diauditnya. Ada 5 kemungkinan pernyataan pendapat auditor
independen (Mulyadi, 2002) yaitu:
1) Pendapatan wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)
Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan
hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia jika memenuhi kondisi berikut ini:
a) Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia hanya digunakan
untuk menyusun laporan keuangan.
b) Perubahan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia dari periode ke periode telah cukup dijelaskan.
c) Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah
digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan,
sesuai dengan akuntansi yang berlaku umum.
2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan
(Unqualified Opinion Report With Explanatory Language).
33
Dalam menyajikan laporan keuangan perusahaan klien, auditor dapat
menambahkan laporan hasil auditnya dengan menggunakan bahasa
penjelas.
Beberapa penyebab penting adanya tambahan bahasa penjelas :
a) Adanya ketidakpastian yang material.
b) Adanya keraguan atas keberlangsungan hidup perusahaan.
c) Auditor setuju dengan penyimpanan terhadap prinsip akutansi yang
berlaku umum di Indonesia.
3) Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)
Pendapat wajar dengan pengecualian akan diberikan oleh auditor jika
dijumpai hal-hal sebagai berikut:
a) Lingkup audit dibatasi oleh klien.
b) Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak
dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang
berada di luar kekuasaan klien maupun auditor.
c) Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia.
d) Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang digunakan
dalam penyususnan laporan keuangan tidak diterapkan secara
konsisten.
4) Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)
Auditor akan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan
keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku
34
umum di Indonesia sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi
keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan klien.
Selain auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi
lingkup auditnya, sehingga auditor dapat mengumpulkan bukti kompeten
yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi
pendapat tidak wajar, maka informasi yang disajikan oleh klien dalam
laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat
dipakai oleh pemakai informasi untuk pengambilan keputusan.
5) Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer Opinion)
Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no
opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor tidak memberikan
pendapat adalah :
a) Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit.
b) Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.
Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan
pendapat tidak wajar adalah pendapat tidak wajar diberikan dalam keadaan
auditor mengetahui adanya ketidakwajaran laporan keuangan pendapat
karena ia tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan
keuangan yang diaudit.
e. Solvabilitas
Menurut Kasmir (2012 : 151) Rasio Solvabilitas atau leverage ratio adalah
rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
35
mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa
besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya.
Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi.
Aryaningsih dan Budiartha (2014), solvabilitas dapat diartikan sebagai
perbandingan antara jumlah utang dengan jumlah aset yang dimiliki perusahaan.
Ketika perusahaan memiliki jumlah proporsi hutang yang lebih banyak daripada
jumlah aset, maka auditor akan memerlukan waktu yang lebih banyak dalam
mengaudit laporan keuangan perusahaan karena rumitnya prosedur audit akan
hutang serta penemuan bukti-bukti audit yang lebih kompleks terhadap pihak-pihak
kreditur perusahaan.
Tingginya rasio solvabilitas mencerminkan tingginya risiko keuangan
perusahaan. Tingginya risiko ini menunjukkan adanya kemungkinan bahwa
perusahaan tidak dapat melunasi hutangnya, baik berupa pokok maupun bunga.
Risiko perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami
kesulitan keuangan, yang merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi
kondisi perusahaan di mata stakeholder. Berita buruk berupa tingginya rasio
solvabilitas akan membuat perusahaan untuk menunda sampainya kabar tersebut
kepada stakeholder, sehingga perusahaan otomatis menunda publikasi laporan
keuangannya.
Untuk memilih menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman haruslah
menggunakan beberapa pertimbangan. Seperti diketahui bahwa penggunaan modal
36
sendiri atau dari modal pinjaman akan memberikan dampak tertentu bagi
perusahaan. Pihak manajemen harus pandai mengatur rasio kedua modal tersebut.
Pengaturan rasio yang baik akan banyak memberikan manfaat bagi perusahaan
guna menghadapi segala kemungkinan yang terjadi.
Menurut Kasmir (2012 : 153) beberapa tujuan perusahaan dengan
menggunakan rasio solvabilitas adalah :
1) Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak
lainnya (kreditor).
2) Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang
bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).
3) Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap
dengan modal.
4) Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang.
5) Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap
pengelolaan aktiva.
6) Untuk menilai atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal
sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.
7) Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih terdapat
sekian kalinya modal sendiri yang dimiliki.
f. Laba Rugi Operasi
laporan laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja dari
suatu perusahaan selama satu periode tertentu. Informasi tentang kinerja suatu
perusahaan, terutama tentang profitabilitas, dibutuhkan untuk mengambil
37
keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh suatu perusahaan di
masa depan. Laba menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam melakukan
kegiatan usahanya untuk mencari keuntungan dan perusahaan lebih menyukai
mengumumkan laba dibanding rugi.
Andi Kartika (2009), ada dua alasan mengapa perusahaan yang menderita
kerugian cenderung mengalami audit delay yang lebih panjang. Pertama, ketika
kerugian terjadi perusahaan ingin menunda bad news sehingga perusahaan akan
meminta auditor untuk menjadwal ulang penugasan audit. Kedua, auditor akan
lebih berhati-hati selama proses audit jika percaya bahwa kerugian ini mungkin
disebabkan karena kegagalan keuangan perusahaan dan kecurangan manajemen
informasi tentang laba perusahaan. Laba rugi operasi merupakan indikator berita
baik atau berita buruk atas kinerja manajerial perusahaan dalam setahun. Jika
perusahaan mengalami rugi, manajemen akan berharap untuk menunda publikasi
laporan keuangan dengan tujuan untuk menghindari ketidaknyamanan, dan
mengkomunikasikan hal tersebut karena merupakan suatu berita buruk (Subagyo,
2009).
B. Penelitian Terdahulu (Tinjauan Pustaka)
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan untuk meneliti faktor-faktor
yang mempengaruhi audit delay, adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Oviek Dewi Saputri (2012)
Penelitian ini mengambil judul “Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi audit delay” (Studi empiris pada perusahaan-perusahaan
38
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009). Penelitian ini
dimaksudkan untuk menguji ukuran perusahaan, laba/rugi operasi, jenis
opini auditor, reputasi KAP, jenis industri, dan kompleksitas operasi
perusahaan terhadap audit delay. Hasil penelitian menunjukkan ukuran
perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan, laba/rugi berpengaruh
positif signifikan, opini auditor berpengaruh positif, reputasi KAP
berpengaruh negatif signifikan, jenis industri berpengaruh negatif tidak
signifikan dan faktor kompleksitas operasi perusahaan berpengaruh positif
terhadap audit delay.
2. Penelitian Andi Kartika (2009)
Penelitian ini mengambil judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi
audit delay di Indonesia” pada perusahaan LQ 45 yang terdaftar di BEJ
tahun 2001-2005, variabel yang digunakan adalah ukuran perusahaan,
laba/rugi operasi, opini auditor, tingkat profitabilitas dan reputasi auditor.
Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa faktor total asset, laba rugi
operasi, mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap audit delay
perusahaan. Opini dari auditor yang pengaruh positif dan signifikan
terhadap audit delay perusahaan. Faktor profit dan reputasi auditor tidak
mempunyai pengaruh terhadap audit delay perusahaan.
3. Penelitian Ani Yulianti (2011)
Penelitian ini mengambil judul “Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2007-2008”. Penelitian ini menggunakan lima
39
variabel yaitu ukuran perusahaan, opini auditor, ukuran kantor akuntan
publik, solvabilitas, dan profitabilitas. Hasil penelitian multivariate
menunjukkan bahwa kelima faktor tersebut secara serentak bersama-sama
berpengaruh terhadap audit delay. Solvabilitas, profitabilitas, opini auditor
tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Sedangkan ukuran
perusahaan dan ukuran kantor akuntan publik berpengaruh signifikan
terhadap audit delay dan kelima variabel tersebut berpengaruh bersama-
sama terhadap audit delay.
4. Penelitian Dewi Lestari (2010)
Penelitian ini mengambil judul “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Audit Delay : Studi Empiris pada Perusahaan Consumer
Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian tersebut
menggunakan 5 variabel independen yang terdiri dari ukuran perusahaan,
profitabilitas perusahaan, solvabilitas perusahaan, kualitas auditor dan opini
auditor. Hasil dari penelitian tersebut adalah variabel profitabilitas
perusahaan, solvabilitas perusahaan, dan kualitas auditor mempunyai
pengaruh yanng signifikan terhadap audit delay, sedangkan variabel ukuran
perusahaan dan opini auditor tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap audit delay.
5. Penelitian Shinta Altia Widosari, Rahadja (2012)
Penelitian ini mengambil judul “Analisis Faktor-faktor yang
Berpengaruh Terhadap Audit Delay pada Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2008-2010”. Penelitian ini menggunakan variabel
40
independen kualitas auditor, jenis opini, ukuran perusahaan, jumlah komite
audit, dan kompleksitas operasi dengan variabel dependennya yaitu audit
delay. Penelitian dilakukan selama tahun 2008-2010, dengan sampel
seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan dipilih
menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kualitas auditor dan jenis opini berpengaruh terhadap audit delay,
sedangkan ketiga variabel lainnya menunjukkan hasil tidak berpengaruh
signifikan.
6. Penelitian Puspitasari & Sari (2012)
Hasil penelitian Puspitasari & Sari (2012) yang berjudul “Pengaruh
karakteristik perusahaan terhadap lamanya waktu penyelesaian audit (audit
delay)” pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2007-
2010 dengan variabel penelitian ukuran perusahaan, solvabilitas, laba/rugi
perusahaan dan ukuran KAP. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
dengan jumlah sampel 69 perusahaan rata-rata audit delay perusahaan
sampel di BEI sepanjang thun 2007-2010 adalah 72,8551 hari. Hasil uji
statistik menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas yaitu ukuran
perusahaan, solvabilitas, laba/rugi perusahaan, dan ukuran KAP
berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Hasil pengujian secara
simultan terhadap audit delay menunjukkan secara bersama-sama variabel
ukuran perusahaan, solvabilitas, laba/rugi perusahaan dan ukuran KAP
berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay.
41
C. Hipotesis
Dari berbagai penelitian sebelumnya, dihasilkan penelitian yang belum
konsisten, oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian lanjutan dengan
menggunakan variabel dari beberapa penelitian sebelumnya untuk membuktikan
apakah variabel berikut ini berpengaruh terhadap audit delay. Dalam penelitian ini,
penulis mencoba menguji kembali beberapa variabel yaitu ukuran perusahaan,
profitabilitas, dan kantor akuntan publik.
1. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit delay.
Ukuran perusahaan merupakan besar atau kecilnya suatu perusahaan
yang dapat diukur berdasarkan ukuran nominalnya seperti dengan
menggunakan jumlah kekayaan (total asset), jumlah penjualan dalam satu
tahun periode penjualan, jumlah tenaga kerja, dan total nilai buku
perusahaan. Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan diukur berdasarkan
besar kecilnya total asset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Hasil penelitian yang dilakukan Arifatun (2013) menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit delay
sehingga semakin besar ukuran perusahaan maka audit delay akan semakin
kecil. Penelitian yang dilakukan oleh Ani Yulianti (2011) juga
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan mempengaruhi audit delay karena
perusahaan besar cenderung memiliki ketersediaan sumber daya yang besar,
tenaga kerja yang kompeten, peralatan teknologi yang canggih, dan
pengendalian internal yang lebih baik sehingga hal tersebut dapat
42
mengurangi audit delay. Oleh karena itu, ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap audit delay.
Maka, hipotesis yang dapat dirumuskan adalah :
H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay.
2. Pengaruh profitabilitas terhadap audit delay.
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh laba atau keuntungan. Perusahaan yang mengalami tingkat
profitabilitas rendah (bad news) akan menunda penerbitan laporan
keuangan dan meminta auditor untuk menjadwalkan pengauditan lebih
lambat dari biasanya. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang
mengumumkan tingkat profitabilitas rendah akan membawa reaksi negatif
dari pasar dan penilaian kinerja perusahaan tersebut akan menurun.
Perusahaan yang mengalami tingkat profitabilitas tinggi (good news)
cenderung mengharapkan penyelesaian audit secepat mungkin dan tidak
akan menunda penerbitan laporan keuangan mereka.
Saemargani (2015) menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap audit delay, perusahaan
dengan profitabilitas yang tinggi waktu delay-nya cenderung singkat dan
profitabilitas yang tinggi merupakan kabar baik sehingga perusahaan tidak
akan menunda untuk mempublikasikan laporan keuangan perusahaan
tersebut. Namun, hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh kartika (2009) yang menunjukkan bahwa profitabilitas
mempunyai pengaruh yang negatif, tetapi pengaruh tersebut tidak
43
signifikan. Semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan maka
semakin cepat proses audit dilakukan, tetapi perubahan tingkat keuntungan
tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay perusahaan.
Perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi cenderung akan
menyampaikan laporan keuangan lebih cepat dibandingkan dengan
perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang lebih rendah.
Maka, hipotesis yang dapat dirumuskan adalah :
H2 : Profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap audit delay
3. Pengaruh ukuran kantor akuntan publik terhadap audit delay.
Hasan (2012) menyatakan bahwa laporan audit perusahaan yang
diaudit oleh KAP the big four lebih pendek dibanding dengan perusahaan
yang diaudit oleh KAP non-the big four. Hal ini dikarenakan KAP the big
four memiliki kinerja dalam mengaudit yang lebih baik, dan standar audit
yang lebih tinggi, serta jumlah klien yang lebih banyak dari pada KAP non-
the big four.
Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Puspitasari &
Sari (2012) mendapatkan hasil bahwa ukuran KAP berpengaruh secara
signifikan terhadap audit delay. Apabila seorang auditor yang berasal dari
KAP the big four maka akan menghasilkan auditor yang lebih berkualitas
dari pada auditor yang berasal selain dari KAP the big four, apabila
mendapatkan auditor yang berkualitas maka seorang auditor akan lebih
berpengalaman sehingga akan mengurangi terjadinya audit delay.
Maka, hipotesis yang dapat dirumuskan :
44
H3 : Ukuran kantor akuntan publik berpengaruh terhadap audit delay.
4. Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas dan ukuran kantor akuntan
publik secara bersama-sama terhadap audit delay.
Perusahaan yang lebih besar cenderung mempunyai pengendalian
internal yang lebih baik sehingga hal tersebut mempermudah auditor dalam
menyelesaikan pekerjaan auditnya secara tepat waktu. Perusahaan
mengalami tingkat profitabilitas rendah (bad news) cenderung akan
menunda pelaporan laporan keuangan auditnya karena informasi bad news
akan memberikan reaksi negatif dari pasar dan investor akan menilai rendah
kinerja perusahaan, berbeda dengan perusahaan yang mengalami tingkat
profitabilitas tinggi (good news) tidak akan menunda pelaporan dan akan
melaporkan laporan keuangannya secara tepat waktu. Menurut Hossain dan
Taylor dalam Rachmawati (2008) menunjukkan adanya korelasi positif
antara ukuran KAP dengan audit delay. Literatur yang ada memaparkan
bahwa KAP besar, dalam hal ini the big four, cenderung lebih cepat
menyelesaikan audit yang mereka terima bila dibandingkan dengan non the
big four.
Maka, hipotesis yang dirumuskan :
H4 : Ukuran perusahaan, profitabilitas dan ukuran kantor akuntan publik
secara bersama-sama berpengaruh terhadap audit delay.
45
D. Kerangka Konseptual
Audit delay dalam penelitian ini menggunakan tiga jenis variabel yaitu
ukuran perusahaan, profitablitias, dan kantor akuntan publik. Dari landasan teori di
atas, dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Keterangan :
Berpengaruh secara simultan
Berpengaruh secara parsial
Audit Delay (Y)
Ukuran Perusahaan
(X1)
Profitabilitas
(X2)
Ukuran Kantor
Akuntan Publik (X3)