bab ii tinjauan pustaka a. kebutuhan spiritual pasienrepository.ump.ac.id/6612/3/aida istikharoh bab...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebutuhan Spiritual Pasien
1. Konsep Spiritual
a. Definisi
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan
Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang
percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa.
Spiritualitas mengandung pengertian hubungan manusia dengan
Tuhannya dengan menggunakan instrumen (medium) sholat, puasa,
zakat, haji, doa dan sebagainya (Hawari, 2002).
b. Aspek spiritualitas
Kebutuhan spiritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan.
Dimensi ini termasuk menemukan arti, tujuan, menderita, dan kematian,
kebutuhan akan harapan dan keyakinan hidup, dan kebutuhan akan
keyakinan pada diri sendiri, dan Tuhan. Ada 5 dasar kebutuhan spiritual
manusia yaitu: arti dan tujuan hidup, perasaan misteri, pengabdian, rasa
percaya dan harapan di waktu kesusahan (Hawari, 2002).
Menurut Burkhardt (dalam Hamid, 2000) spiritualitas meliputi
aspek sebagai berikut:
1) Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau
ketidakpastian alam kehidupan.
Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013
2) Menemukan arti dan tujuan hidup.
3) Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan
dalam diri sendiri.
4) Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan
Yang Maha Tinggi.
c. Dimensi spiritual
Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan
keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk
menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stress
emosional, penyakit fisik, atau kematian. Dimensi spiritual juga dapat
menumbuhkan kekuatan yang timbul diluar kekuatan manusia (Kozier,
2004).
Spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi
eksistensial dan dimensi agama, dimensi eksistensial berfokus pada
tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus
pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Penguasa.
Spirituaiitas sebagai konsep dua dimensi. Dimensi vertikal adalah
hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun
kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan
seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan
lingkungan. Terdapat hubungan yang terus menerus antara dua dimensi
tersebut (Hawari, 2002).
Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013
2. Kebutuhan spiritual
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau
mengembalikan keyakinan dan rnemenuhi kewajiban agamas serta
kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai,
menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual
adalah kebutuhan mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk
mencintai dan dicintai, serta kebutuhan untuk memberikan dan
mendapatkan maaf (Kozier, 2004).
Menginventarisasi 10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia
(Clinebell dalam Hawari, 2002), yaitu :
1. Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust), kebutuhan ini secara
terus-menerus diulang guna membangkitkan kesadaran bahwa hidup ini
adalah ibadah.
2. Kebutuhan akan makna dan tujuan hidup, kebutuhan untuk menemukan
makna hidup dalam membangun hubungan yang selaras dengan
Tuhannya (vertikal) dan sesama manusia (horisontat) serta alam
sekitaraya.
3. Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dengan
keseharian, pengalaman agama integratif antara ritual peribadatan
dengan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.
4. Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan secara teratur mengadakan
hubungan dengan Tuhan, tujuannya agar keimanan seseorang tidak
melemah.
Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013
5. Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan dosa. Rasa bersalah dan
berdosa ini merupakan beban mental bagi seseorang dan tidak baik bagi
kesehatan jiwa seseorang. Kebutuhan ini mencakup dua hal yaitu
pertama secara vertikal adalah kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah,
dan berdosa kepada Tuhan. Kedua secara horisontal yaitu bebas dari
rasa bersalah kepada orang lain.
6. Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri (self acceptance dan self
esteem), setiap orang ingin dihargai, diterima, dan diakui oleh
lingkungannya.
7. Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan keselamatan terhadap harapan
masa depan. Bagi orang beriman hidup ini ada dua tahap yaitu jangka
pendek (hidup di dunia) dan jangka panjang (hidup di akhirat). Hidup di
dunia sifatnya sementara yang merupakan persiapan bagi kehidupan
yang kekal di akhirat nanti.
8. Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang makin tinggi
sebagai pribadi yang utuh. Di hadapan Tuhan, derajat atau kedudukan
manusia didasarkan pada tingkat keimanan seseorang. Apabila
seseorang ingin agar derajatnya lebih tinggi dihadapan Tuhan maka dia
senantiasa menjaga dan meningkatkan keimanannya.
9. Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesama
manusia. Manusia hidup saling bergantung satu sama lain. Oleh karena
itu, hubungan dengan orang disekitarnya senantiasa dijaga. Manusia
juga tidak dapat dipisahkan dari lingkungan alamnya sebagai tempat
Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013
hidupnya. Oleh karena itu manusia mempunyai kewajiban untuk
menjaga dan melestarikan alam ini.
10. Kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan nilai-
nilai religius. Komunitas keagamaan diperlukan oleh seseorang dengan
sering berkumpul dengan orang yang beriman akan mampu
meningkatkan iman orang tersebut.
Pasien atau orang yang sedang sakit harus diperhatikan kebutuhan
spiritualnya. Karena orang yang sakit dalam agama islam harus tetap
memenuhi kewwajibanya untuk beribadah, terutama ibadah sholat 5 waktu.
Orang yang sakit tetap wajib sholat diwaktunya dan melaksanakannya
menurut kemampuannya, sebagaimana diperintahkan Allah Ta’ala dalam
firman-Nya:
ما استطعتم فاتقوا هللا
Artinya:
Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu. (Qs. At-Taghâbûn/ 64:16)
Kemudian hadis Nabi Muhammad SAW riwayat Bukhari sebagai
berikut:
تستطع فعلى جنب صل قائما فإن لم تستطع فقاعدا فإن لم
Artinya:
Shalatlah dengan berdiri, apabila tidak mampu maka duduklah dan bila tidak mampu juga maka berbaringlah (HR al-Bukhari no. 1117).
Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013
3. Pola Normal Spiritual
Dimensi spiritual adalah sesuatu yang terintegrasi dan berhubungan
dengan dimensi yang lain dalam diri seorang individu. Spiritualitas
mewakili totalitas keberadaan seseorang dan berfungsi sebagai perspektif
pendorong yang menyatukan berbagai aspek individual. Dimensi spiritual
merupakan salah satu dimensi penting yang perlu diperhatikan oleh
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada seorang pasien.
Keimanan atau keyakinan religius adalah sangat penting dalam kehidupan
personal individu. Keyakinan tersebut diketahui sebagai suatu faktor yang
kuat dalam penyembuhan dan pemulihan fisik (Hamid, 2000).
Oleh karena itu, menjadi suatu hal penting bagi perawat untuk
meningkatkan pemahaman tentang konsep spiritual agar dapat memberikan
asuhan spiritual dengan baik kepada pasien. Setiap individu memiliki
definisi dan konsep yang berbeda mengenai spiritualitas. Kata-kata yang
digunakan untuk menjabarkan spiritualitas termasuk makna, transenden,
harapan, cinta, kualitas, hubungan, dan eksistensi (Potter & Perry, 2005).
Setiap individu memiliki pemahaman tersendiri mengenai
spiritualitas karena masing-masing memiliki cara pandang yang berbeda
mengenai hal tersebur. Perbedaan definisi dan konsep spiritualitas
dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup seseorang,
serta persepsi mereka tentang hidup dan kehidupan. Pengaruh tersebut
nantinya dapat mengubah pandangan seseorang mengenai konsep
Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013
spiritulitas dalam dirinya sesuai dengan pemahaman yang ia miliki dan
keyakinan yang ia pegang teguh (Hawari, 2002).
Konsep spiritual memiliki arti yang berbeda dengan konsep
religius. Banyak perawat dalam praktiknya tidak dapat membedakan kedua
konsep tersebut karena menemui kesulitan dalam memahami keduanya.
Kedua hal tersebut memang sering digunakan secara bersamaan dan saling
berhubungan satu sama lain. Konsep religius biasanya berkaitan dengan
pelaksanaan suatu kegiatan atau proses melakukan suatu tindakan. Konsep
religius merupakan suatu sistem penyatuan yang spesifik mengenai praktik
yang berkaitan bentuk ibadah tertentu. Emblen dalam Potter dan Perry
mendefinisikan religi sebagai suatu sistem keyakinan dan ibadah
terorganisasi yang dipraktikan seseorang secara jelas menunjukkan
spiritualitas mereka (Hawari, 2002)
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa religi
adalah proses pelaksanaan suatu kegiatan ibadah yang berkaitan dengan
keyakinan tertentu. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk
menunjukkan spiritualitas diri mereka. Sedangkan spiritual memiliki
konsep yang lebih umum mengenai keyakinan seseorang. Terlepas dari
prosesi ibadah yang dilakukan sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan
tersebut (Hawari, 2002)
Konsep spiritual berkaitan dengan nilai, keyakinan, dan
kepercayaan seseorang. Kepercayaan itu sendiri memiliki cakupan mulai
dari atheisme (penolakan terhadap keberadaan Tuhan) hingga agnotisme
Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013
(percaya bahwa Tuhan ada dan selalu mengawasi) atau theism (Keyakinan
akan Tuhan dalam bentuk personal tanpa bentuk fisik) seperti dalam
Kristen dan Islam. Keyakinan merupakan hal yang lebih dalam dari suatu
kepercayaan seorang individu. Keyakinan mendasari seseorang untuk
bertindak atau berpikir sesuai dengan kepercayaan yang ia ikuti (Hawari,
2004).
Keyakinan dan kepercayaan akan Tuhan biasanya dikaitkan dengan
istilah agama. Di dunia ini, banyak agama yang dianut oleh masyarakat
sebagai wujud kepercayaan mereka terhadap keberadaan Tuhan. Tiap
agama yang ada di dunia memiliki karakteristik yang berbeda mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan kepercayaan dan keyakinan sesuai dengan
prinsip yang mereka pegang teguh. Keyakinan tersebut juga mempengaruhi
seorang individu untuk menilai sesuatu yang ada sesuai dengan makna dan
filosofi yang diyakininya. Sebagai contoh, persepsi seorang Muslim
mengenai perawatan kesehatan dan respon penyakit tentunya berbeda
dengan persepsi seorang Budhis. Semua itu tergantung konsep spiritual
yang dipahami sesuai dengan keyakinan dan keimanan seorang individu.
Konsep spiritual yang dianut atau dipahami oleh seorang pasien dapat
mempengaruhi cara pandang pasien mengenai segala sesuatunya, tak
terkecuali dalam bidang kesehatan. Paradigma mengenai sakit, tipe-tipe
pengobatan yang dilakukan, persepsi mengenai kehidupan dan makna yang
terkandung di dalamnya adalah contoh penerapan konsep spiritual secara
Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013
normal pada diri seorang individu. Ada beberapa agama yang menerapkan
pola normal spiritualnya dengan cara:
a. Beberapa orang menjadi spiritual setelah usia 40 tahun. Pada satu
tingkat pergi ke kuil, menghadiri wacana-wacana dan membaca buku-
buku atau kitab-kitab dianggap sangat spiritual.
b. Tingkat kedua orang memiliki seorang guru mengikuti tradisi maka
mereka memiliki sadhana. Ini adalah zaman baru modern gaya.
c. Ada tingkat ketiga orang yang mempunyai dewa dan mereka upsana.
Beberapa praktik seni seperti astrologi atau obat atau tari atau musik
dan kemudian mereka menggunakan waktu luang ada dalam sadhana
spiritual.
d. Beberapa orang menghadiri Bhajan dan kemudian melakukan
pelayanan sosial yang juga baik seperi pelayanan kesehatan.
4. Pola Normal Spiritual
Pola normal spiritual sangat erat hubungannya dengan kesehatan,
karena dari pola tersebut dapat menciptakan suatu bentuk perilaku adaptif
ataupun maladaptif berhubungan dengan penerimaan kondisi diri. Dimensi
spiritual merupakan dimensi yang sangat penting diperhatikan oleh perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada semua pasien. Carson
(2002) menyatakan bahwa keimanan atau keyakinan religius adalah sangat
penting dalam kehidupan personal individu. Lebih lanjut dikatakannya
bahwa keimanan diketahui sebagai suatu faktor yang sangat kuat
(powerful) dalam penyembuhan dan pemulihan fisik, yang tidak dapat
Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013
diukur. Mengingat pentingnya peranan spiritual dalam penyembuhan dan
pemulihan kesehatan maka penting bagi perawat untuk meningkatkan
pemahaman tentang konsep spiritual agar dapat memberikan asuhan
spiritual dengan baik kepada semua pasien.
5. Perkembangan Aspek Spiritual
Perawat yang bekerja di garis terdepan harus mampu memenuhi
semua kebutuhan manusia termasuk juga kebutuhan spiritual pasien.
Berbagai cara dilakukan perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien mulai
dari pemenuhan makna dan tujuan spiritual sampai dengan memfasilitasi
pasien untuk mengekspresikan agama dan keyakinannya. Pemenuhan aspek
spiritual pada pasien tidak terlepas dari pandangan terhadap lima dimensi
manusia yang harus dintegrasikan dalam kehidupan. Lima dimensi tersebut
yaitu dimensi fisik, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual. Dimensi-
dimensi tersebut berada dalam suatu sistem yang saling berinterksi,
interrelasi, dan interdepensi, sehingga adanya gangguan pada suatu dimensi
dapat mengganggu dimensi lainnya (Carson, 2002)
Perawat harus mengetahui tahap perkembangan spiritual dari
manusia, sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan dengan
tepat dalam rangka memenuhi kebutuhan spiritual pasien. Tahap
perkembangan pasien dimulai dari lahir sampai pasien meninggal dunia.
Perkembangan spiritual manusia dapat dilihat dari tahap perkembangan
mulai dari bayi, anak-anak, pra sekolah, usia sekolah, remaja, dewasa
muda, dewasa pertengahan, dewasa akhir, dan lanjut usia. Secara umum
Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013
tanpa memandang aspek tumbuh-kembang manusia proses perkembangan
aspek spiritual dilhat dari kemampuan kognitifnya dimulai dari pengenalan,
internalisasi, peniruan, aplikasi dan dilanjutkan dengan instropeksi.
Namun, berikut akan dibahas pula perkembangan aspek spiritual
berdasarkan tumbuh-kembang manusia (Carson, 2002).
Perkembangan spiritual pada anak sangatlah penting untuk
diperhatikan. Manusia sebagai pasien dalam keperawatan anak adalah
individu yang berusia antara 0-18 bulan, yang sedang dalam proses tumbuh
kembang, yang mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis,
sosial, dan spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa. Anak adalah
individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan lingkungan,
artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri (Larson, 2009).
Tahap awal perkembangan manusia dimulai dari masa
perkembangan bayi. Hamid (2000) menjelaskan bahwa perkembangan
spiritual bayi merupakan dasar untuk perkembangan spiritual selanjutnya.
Bayi memang belum memiliki moral untuk mengenal arti spiritual.
Keluarga yang spiritualnya baik merupakan sumber dari terbentuknya
perkembangan spiritual yang baik pada bayi. Oleh karena itu, perawat
dapat menjalin kerjasama dengan orang tua bayi tersebut untuk membantu
pembentukan nilai-nilai spiritual pada bayi.
Dimensi spiritual mulai menunjukkan perkembangan pada masa
kanak-kanak awal (18 bulan-3 tahun). Anak sudah mengalami peningkatan
Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013
kemampuan kognitif. Anak dapat belajar membandingkan hal yang baik
dan buruk untuk melanjuti peran kemandirian yang lebih besar. Tahap
perkembangan ini memperlihatkan bahwa anak-anak mulai berlatih untuk
berpendapat dan menghormati acara-acara ritual dimana mereka merasa
tinggal dengan aman. Observasi kehidupan spiritual anak dapat dimulai
dari kebiasaan yang sederhana seperti cara berdoa sebelum tidur dan
berdoa sebelum makan, atau cara anak memberi salam dalam kehidupan
sehari-hari. Anak akan lebih merasa senang jika menerima pengalaman-
pengalaman baru, termasuk pengalaman spiritual (Hamid, 2000).
Perkembangan spiritual pada anak masa pra sekolah (3-6 tahun)
berhubungan erat dengan kondisi psikologis dominannya yaitu super ego.
Anak usia pra sekolah mulai memahami kebutuhan sosial, norma, dan
harapan, serta berusaha menyesuaikan dengan norma keluarga. Anak tidak
hanya membandingkan sesuatu benar atau salah, tetapi membandingkan
norma yang dimiliki keluarganya dengan norma keluarga lain. Kebutuhan
anak pada masa pra sekolah adalah mengetahui filosofi yang mendasar
tentang isu-isu spiritual. Kebutuhan spiritual ini harus diperhatikan karena
anak sudah mulai berfikiran konkrit. Mereka kadang sulit menerima
penjelasan mengenai Tuhan yang abstrak, bahkan mereka masih kesulitan
membedakan Tuhan dan orang tuanya (Hamid, 2000).
Usia sekolah merupakan masa yang paling banyak mengalami
peningkatan kualitas kognitif pada anak. Anak usia sekolah (6-12 tahun)
berfikir secara konkrit, tetapi mereka sudah dapat menggunakan konsep
Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013
abstrak untuk memahami gambaran dan makna spriritual dan agama
mereka. Minat anak sudah mulai ditunjukan dalam sebuah ide, dan anak
dapat diajak berdiskusi dan menjelaskan apakah keyakinan. Orang tua
dapat mengevaluasi pemikiran sang anak terhadap dimensi spiritual mereka
(Hamid, 2000).
Remaja (12-18 tahun). Pada tahap ini individu sudah mengerti akan
arti dan tujuan hidup, Menggunakan pengetahuan misalnya untuk
mengambil keputusan saat ini dan yang akan datang. Kepercayaan
berkembang dengan mencoba dalam hidup. Remaja menguji nilai dan
kepercayaan orang tua mereka dan dapat menolak atau menerimanya.
Secara alami, mereka dapat bingung ketika menemukan perilaku dan role
model yang tidak konsisten. Pada tahap ini kepercayaan pada kelompok
paling tinggi perannya daripada keluarga. Tetapi keyakinan yang diambil
dari orang lain biasanya lebih mirip dengan keluarga, walaupun mereka
protes dan memberontak saat remaja. Bagi orang tua ini merupakan tahap
paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak
untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja
(Hamid, 2000).
Dewasa muda (18-25 tahun). Pada tahap ini individu menjalani
proses perkembangannya dengan melanjutkan pencarian identitas spiritual,
memikirkan untuk memilih nilai dan kepercayaan mereka yang dipelajari
saaat kanak-kanak dan berusaha melaksanakan sistem kepercayaan mereka
sendiri. Spiritual bukan merupakan perhatian utama pada usia ini, mereka
Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013
lebih banyak memudahkan hidup walaupun mereka tidak memungkiri
bahwa mereka sudah dewasa (Hamid, 2000).
Dewasa pertengahan (25-38 tahun). Dewasa pertenghan merupakan
tahap perkembangan spiritual yang sudah benar-benar mengetahui konsep
yang benar dan yang salah, mereka menggunakan keyakinan moral, agama
dan etik sebagai dasar dari sistem nilai. Mereka sudah merencanakan
kehidupan, mengevaluasi apa yang sudah dikerjakan terhadap kepercayaan
dan nilai spiritual (Hamid, 2000).
Dewasa akhir (38-65 tahun). Periode perkembangan spiritual pada
tahap ini digunakan untuk instropeksi dan mengkaji kembali dimensi
spiritual, kemampuan intraspeksi ini sama baik dengan dimensi yang lain
dari diri individu tersebut. Biasanya kebanyakan pada tahap ini kebutuhan
ritual spiritual meningkat (Hamid, 2000).
Lanjut usia (65 tahun sampai kematian). Pada tahap perkembangan
ini, pada masa ini walaupun membayangkan kematian mereka banyak
menggeluti spiritual sebagai isu yang menarik, karena mereka melihat
agama sebagai faktor yang mempengaruhi kebahagian dan rasa berguna
bagi orang lain. Riset membuktikan orang yang agamanya baik,
mempunyai kemungkinan melanjutkan kehidupan lebih baik. Bagi lansia
yang agamanya tidak baik menunjukkan tujuan hidup yang kurang, rasa
tidak berharga, tidak dicintai, ketidakbebasan dan rasa takut mati.
Sedangkan pada lansia yang spiritualnya baik ia tidak takut mati dan dapat
lebih mampu untuk menerima kehidupan. Jika merasa cemas terhadap
Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013
kematian disebabkan cemas pada proses bukan pada kematian itu sendiri
(Hamid, 2000).
Dimensi spiritual menjadi bagian yang komprehensif dalam
kehidupan manusia. Karena setiap individu pasti memiliki aspek spiritual,
walaupun dengan tingkat pengalaman dan pengamalan yang berbeda-beda
berdasarkan nilai dan keyaninan mereka yang mereka percaya. Setiap fase
dari tahap perkembangan individu menunjukkan perbedaan tingkat atau
pengalaman spiritual yang berbeda (Hamid, 2000).
B. Peran Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual
Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 bahwa Perawat
adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan
tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh
melalui pendidikan keperawatan. Aktifitas keperawatan meliputi peran dan
fungsi pemberian asuhan atau pelayanan keperawatan, praktek keperawatan,
pengelolaan institusi keperawatan, pendidikan pasien (individu, keluarga dan
masyarakat) serta kegiatan penelitian dibidang keperawatan (Gaffar, 1999).
Dalam hal ini pasien dianggap sebagai tokoh utama (central figure) dan
menyadari bahwa tim kesehatan pada pokoknya adalah membantu tokoh
utama tadi. Usaha perawat menjadi sia-sia bila pasien tidak mengerti, tidak
menerima atau menolak atas asuhan keperawatan, karenanya jangan sampai
muncul pasien tergantung pada perawat/tim kesehatan. Jadi pada dasarnya
tanggung jawab seorang perawat adalah menolong pasien dalam membantu
pasien dalam menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang biasanya dia lakukan
tanpa bantuan.
Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013
Perawat dapat melakukan beberapa hal yang dapat membantu
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pasien, diantaranya : Menciptakan
rasa kekeluargaan dengan pasien, berusaha mengerti maksud pasien, berusaha
untuk selalu peka terhadap ekspresi non verbal, berusaha mendorong pasien
untuk mengekspresikan perasaannya, berusaha mengenal dan menghargai
pasien.
Mengingat perawat merupakan orang pertama dan secara konsisten
selama 24 jam sehari menjalin kontak dengan pasien, sehingga dia sangat 22
berperan dalam membantu memenuhi kebutuhan spiritual pasien. Menurut
Andrew dan Boyle (2002) pemenuhan kebutuhan spiritual memerlukan
hubungan interpersonal, oleh karena itu perawat sebagai satu-satunya petugas
kesehatan yang berinteraksi dengan pasien selama 24 jam maka perawat
adalah orang yang tepat untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien.
Kebutuhan spiritual pasien sering ditemui oleh perawat dalam
menjalankan perannya sebagai pemberi pelayanan atau asuahn keperawatan.
Hal ini perawat menjadi contoh peran spiritual bagi pasienya. Perawat harus
mempunyai pegangan tentang keyakianan spiritual yang memenuhi
kebutuhanya untuk mendapatkan arti dan tujuan hidup, mencintai, dan
berhubungan serta pengampunan (Hamid, 2000).
Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri
dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokad pasien, pendidik,
koordinator, kolaborator, konsultan, dan peneliti yang dapat digambarkan
sebagai berikut (Hidayat, 2008):
Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013
1. Peran Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan
perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan keadaan dasar manusia
yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis
keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang sesuai
dengan kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya.
2. Peran Sebagai Advokat Pasien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu pasien dan keluarga
dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasian yang meliputi hak atas
peleyanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas
privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima
ganti rugi akibat kelalaian.
3. Peran Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit, bahkan tindakan yang
diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah
mendapatkan pendidikan kesehatan.
Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013
4. Peran Koordinator
Peran ini dilaksakan dengan mengarahkan, merencanakan, serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan pasien.
5. Peran Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalaui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fiisoterapis, ahli gizi dan lain-lain
dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan
termasuk diskusi, atau bertukar pendapat dalam bentuk pelayanan
selanjutnya.
6. Peran Konsultan
Peran perawat sebagai konsultan adalah sebagai tempat konsultasi
terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan.
Peran ini dilakukan atas permintaan pasien terhadap informasi tentang
tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
7. Peran Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai
dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
Peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien merupakan
bagian dari peran dan fungsi perawat dalam pemberian asuhan keperawatan.
Untuk itu diperlukan sebuah metode ilmiah untuk menyelesaikan masalah
Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013
keperawatan, yang dilakukan secara sitematis yaitu dengan pendekatan proses
keperawatan yang diawali dari pengkajian data, penetapan diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi (Hamid, 2000). Berikut ini akan
diuraikan mengenai proses keperawatan pada aspek spiritual (Hamid, 2000):
1. Pengkajian
Ketepatan waktu pengkajian merupakan hal yang penting yaitu
dilakukan setelah pengkajian aspek psikososial pasien. Pengkajian aspek
spiritual memerlukan hubungan interpersonal yang baik dengan pasien.
Oleh karena itu pengkajian sebaiknya dilakukan setelah perawat dapat
membentuk hubungan yang baik dengan pasien atau dengan orang terdekat
dengan pasien, atau perawat telah merasa nyaman untuk membicarakannya.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan masalah spiritual
menurut North American Nursing Diagnosis Association adalah distres
spiritual (Nanda, 2006). Pengertian dari distres spiritual adalah kerusakan
kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup
seseorang dihubungkan dengan din, orang lain, seni, musik, literature,
alam, atau kekuatan yang lebih besar dari dirinya (Nanda, 2006).
Menurut North American Nursing Diagnosis Association (Nanda,
2006) batasan karakteristik dari diagnosa keperawatan distres spiritual
adalah 1) berhubungan dengan diri, meliputi; pertama mengekspresikan
kurang dalam harapan, arti dan tujuan hidup, kedamaian, penerimaan,
cinta, memaafkan diri, dan keberanian. Kedua marah, ketiga rasa bersalah,
dan keempat koping buruk. 2) Berhubungan dengan orang lain, meliputi;
Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013
menolak berinteraksi dengan pemimpin agama, menolak berinteraksi
dengan teman dan keluarga, mengungkapkan terpisah dari sistem
dukungan, mengekspresikan terasing. 3) Berhubungan dengan seni, musik,
literatur dan alam, meliputi; tidak mampu mengekspresikan kondisi kreatif
(bernyanyi, mendengar / menulis musik), tidak ada ketertarikan kepada
alam, dan tidak ada ketertarikan kepada bacaan agama. 4) Berhubungan
dengan kekuatan yang melebihi dirinya, meliputi; tidak mampu ibadah,
tidak mampu berpartisipasi dalam aktifitas agama, mengekspresikan
ditinggalkan atau marah kepada Tuhan, tidak mampu untuk mengalami
transenden, meminta untuk bertemu pemimpin agama, perubahan
mendadak dalam praktek keagamaan, tidak mampu introspeksi dan
mengalami penderitaan tanpa harapan.
Menurut North American Nursing Diagnosis Association (Nanda,
2006) faktor yang berhubungan dari diagnosa keperawatan distress spiritual
adalah; mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan sosial, cemas,
deprivasi/kurang sosiokultural, kematian dan sekarat diri atau orang lain,
nyeri, perubahan hidup, dan penyakit kronis diri atau orang lain.
3. Perencanaan
Setelah diagnosa keperawatan dan faktor yang berhubungan
teridentifikasi, selanjutnya perawat dan pasien menyusun kriteria hasil dan
rencana intervensi. Tujuan asuhan keperawatan pada pasien dengan distres
spiritual difokuskan pada menciptakan lingkungan yang mendukung
praktek keagamaan dan kepercayaan yang biasanya dilakukan. Tujuan
Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013
ditetapkan secara individual dengan mempertimbangkan riwayat pasien,
area beresiko, dan tanda-tanda disfungsi serta data objektif yang relevan.
Menurut (Kozier, 2004) perencanaan pada pasien dengan distres
spiritual dirancang untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien dengan: 1)
membantu pasien memenuhi kewajiban agamanya, 2) membantu pasien
menggunakan sumber dari dalam dirinya dengan cara yang lebih efektif
untuk mengatasi situasi yang sedang dialami, 3) membantu pasien
mempertahankan atau membina hubungan personal yang dinamik dengan
Maha Pencipta ketika sedang menghadapi peristiwa yang kurang
menyenangkan, 4) membantu pasien mencari arti keberadaannya dan
situasi yang sedang dihadapinya, 5) meningkatkan perasaan penuh harapan,
dan 6) memberikan sumber spiritual atau cara lain yang relevan.
4. Implementasi
Pada tahap implementasi, perawat menerapkan rencana intervensi
dengan melakukan prinsip-prinsip kegiatan asuhan keperawatan sebagai
berikut : 1) periksa keyakinan spiritual pribadi perawat, 2) fokuskan
perhatian pada persepsi pasien terhadap kebutuhan spiritualnya, 3) jangan
beranggapan pasien tidak mempunyai kebutuhan spiritual, 4) mengetahui
pesan non verbal tentang kebutuhan spiritual pasien, 5) berespon secara
singkat, spesifik, dan aktual, 6) mendengarkan secara aktif dan
menunjukkan empati yang berarti menghayati masalah pasien, dan
7) membantu memfasilitasi pasien agar dapat memenuhi kewajiban agama,
8) memberitahu pelayanan spiritual yang tersedia di rumah sakit. Pada
Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013
tahap implementasi ini, perawat juga harus memperhatikan 10 butir
kebutuhan dasar spiritual manusia seperti yang disampaikan oleh Clinebell
(Hawari, 2002) yang meliputi: 1) kebutuhan akan kepercayaan dasar, 2)
kebutuhan akan makna dan tujuan hidup, 3) kebutuhan akan komitmen
peribadatan dan hubungannya dengan keseharian, 4) kebutuhan akan
pengisian keimanan dengan secara teratur mengadakan hubungan dengan
Tuhan, 5) kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan dosa, 6) kebutuhan
akan penerimaan diri dan harga diri, 7) kebutuhan akan rasa aman terjamin
dan keselamatan terhadap harapan masa depan, 8) kebutuhan akan
dicapainya derajat dan martabat yang makin. tinggi sebagai pribadl yang
utuh, 9) kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesama
manusia, 10) kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan
nilai-nilaireligius.
Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013
5. Evaluasi
Untuk mengetahui apakah pasien telah mencapai kriteria hasil yang
ditetapkan pada fase perencanaan, perawat perlu mengumpulkan data
terkait dengan pencapaian tujuan asuhan keperawatan. Tujuan asuhan
keperawatan tercapai apabila secara umum pasien : 1) mampu beristirahat
dengan tenang, 2) mengekspresikan rasa damai berhubungan dengan
Tuhan, 3) menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka dengan
pemuka agama, 4) mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan
keberadaannya, dan 5) menunjukkan afek positif, tanpa rasa bersalah dan
kecemasan.
Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013
C. Kerangka Teori
Gambar 2.1. Kerangka Teori
Sumber: Diadopsi dari Hawari (2002), Kozier (2004) dan Carson (2002)
D. Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Penerapan aspek spiritualitas perawat
Pemenuhan kebutuhan spiritual
pada pasien
Variabel bebas Variabel terikat
Aspek Spiritualitas
Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien
1. Arti dan tujuan hidup
2. Perasaan misteri 3. Pengabdian 4. Rasa percaya 5. Harapan
Perawat
Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang akan di uji dalam penelitian ini yaitu “Ada hubungan
penerapan aspek spiritualitas perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual
pada pasien rawat inap IRNA I RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo”.
Hubungan Penerapan Aspek..., Aida Istikharoh, Fakultas Kesehatan UMP, 2013