bab ii tinjauan pustaka a. kajian teori 1. hakikat ...repository.uinbanten.ac.id/4802/4/bab ii...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia
Mata pembelajaran Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan
yang penting dalam kurikulum. Bahasa Indonesia menjadi salah satu
mata pelajaran strategis karena melalui bahasa seseorang pendidik
(guru) menyalurkan ilmu, pengetahuan dan informasi kepada siswa,
begitu juga sebaliknya. Bahasa Indonesia memegang peran penting
dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dasar khususnya Sekolah
Dasar (SD) yaitu mempercepat penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi karena Bahasa Indonesia merupakan sarana berpikir untuk
menumbuh kembangkan cara berpikir logis, sistematis, dan kritis.
Dengan landasan itulah, mata pelajaran Bahasa Indonesia penting untuk
diajarkan di SD yang nantinya dapat menjadi bekal dijenjang
berikutnya.
Pembelajaran Bahasa Indonesia diajarkan di SD sebagai bekala
untuk mengembangkan kemampuan bahasa siswa. Dalam pembelajaran
mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa secara berkala mengembangkan
dan mengasah kemampuan berbahasanya untuk bekal kehidupan dalam
lingkungan masyarakat, bangsa dan negara. Sikap positif dapat
ditunjukkan siswa dengan mampu menggunakan Bahasa Indonesia
dengan benar dalam kehidupan sehari-hari. 1
1Isnani, “peningkatan keterampilan berbicara melalui metode permain peran
pada siswa kelas V sekolah dasar negeri 2 wates”(skripsi, Program Sarjana,
Universitas Negeri Yogyakarta,2013)
9
2. Pengaruh Pembelajaran Bahasa Indonesia
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kelima, kata pengaruh
yakni “daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang
ikut membentuk watak kepercayaan dan pebuatan seseorang”.
Pengaruh merupakan suatu daya atau kekuatan yang timbul dari sesuatu,
baik itu orang maupun benda serta segala sesuatu yang ada di alam
sehingga mempengaruhi apa-apa yang ada disekitarnya.2
Pembelajaran merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya
kupuasan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidik. Pembelajaran
ibarat jantung dari proses pendidikan. pembelajaran yang baik,
cenderung menghasilkan lulusan dengan hasil belajar yang baik pula
sebaliknya. Namun, kenyataannya hasil belajar pendidikan di Indonesia
masih dipandang kurang baik.3 Sebagian besar siswa belum mampu
menggapai potensi ideal/optimal yang dimilikinya. Oleh karena itu,
perlu ada perubahan proses pembelajaran yang sudah berlangsung
selama ini.
Pembelajaran yang saat ini dikebangkan danbanyak dikenal ke
seluruh peloksok tanah air adalah pembelajaram Aktif, Kreatif, Efektif,
dan Menyenangkan atau disingkat PAIKEM. Disebut demikian, karena
pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan dan mengembangkan
kreativitas anak, sehingga pembelajaran menjadi, namun
menyenangkan.
Kegiatan pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk
mentransformasikan bahan pelajaran kepada subjek belajar. pada
konteks ini, guru berperan sebagai penjabat dan penerjemah bahan
2
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa
Indonesia Cet, V (Jakarta: Balai Pustaka, 2016)
3 Jamal Ma’mur Asmani, Tips Aplikasi Paikem, (jogjakarta: Diva Perss,
2014), 17-19
10
tersebut agar dimiliki siswa. Bebagai upaya dan strategi dilakukan guru
supaya bahan/materi pelajaran tersebut dpaat dengan mudahdicerna
oleh subjek belajar, yakni tercapainya tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan. Tujuan ini merupakan gambaran perilaku yang diharapkan
dimiliki oleh subjek belajar, atau hasil belajar yang diharapkan.
Pengertian di atas maka dapat digambarkan bahwa pengaruh
merupakan sebuah hal abstrak yang tidak bisa kita lihat tetapi bisa
dirasakan keberadaannya dan kegunaannya dalam kehidupan dan
aktivitas manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran diartikan
sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. menurutu pengertian ini,
pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi
proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran,
dan tabiat, serta pembentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta
didik agar dapat belajar dengan baik.4 Namun dalam implementasinya,
sering kali kata pembelajaran ini diidentifikasikan dengan kata
mengajar.
Adapun pengertian pengaruh pembelajaran di atas yaitu suatu
daya atau kekuatan yang timbul pada saat interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar sehingga mempengaruhi peserta
didik agar dapat belajar dengan baik.
3. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar, kajian teoritis
kearah implementasi pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai alat
pemahaman kepada guru SD dalam melakasanakan pembelajaran
4 Ahmad susanto, Teori Belajar Pembelajaran (jakarta : kencana prenada media
group, 2013), 19.
11
Bahasa Indonesia secara benar. Guna menanggapi kemajuan masa kini
dan yang akan datang, bangsa Indonesia perlu memosisikan dirinya
menjadi bangsa yang berbudaya baca tulis. Untuk itu perlu dilakukan
upaya pembangunan, baik melalui jalur pendidikan formal maupun
nonformal.
Pengembangan melalui pendidikan formal, dimulai dari Sekolah
Dasar. Jenjang sekolah ini berfungsi sebagai pusat budaya dan
pembudayaan baca tulis. Sekolah dasar sebagai penggalan pertama
pendidikan dasar, seyogyanya dapat membentuk landasan yang kuat
untuk tingkat pendidikan selanjutnya. Ini berarti bahwa sekolah harus
membekali lulusnya dengan kemampuan dan keterampilan dasar yang
memadai, diantaranya kemampuan proses strategis.
Sesuai dengan kurikulum saat ini, pembelajaran bahasa
Indonesia pada jenjang SD/MI, mencakup komponen kemampuan
berbahasa dan kemampuan bersastra meliputi 4 aspek:
1. Mendengarkan (menyimak)
2. Berbicara
3. Membaca
4. Menulis.
4. Aspek-aspek Keterampilan Berbahasa.
Sehubungan dengan penggunaan bahasa, terdapat empat
keterampilan dasar berbahasa, yaitu mendengarkan (menyimak),
berbicara, membaca dan menulis.
12
Tabel 2.1
Aspek-Aspek Keterampilan Berbahasa
Aspek Fokus/Jenis Pelajaran di
Kelas
Bentuk Penilaian
Mendengarkan
(menyimak)
A. Kelas Rendah:
Mendengarkan cerita
guru
Mendengarkan
dongeng, drama, puisi
anak dari kaset, VCD,
dan lain-lain.
B. Kelas Tinggi:
Mendengarkan cerita,
drama, puisi dari kaset,
VCD, dan lain-lain.
Mendengarkan berita,
diskusi, wawancara
dan lain-lain. Dari TV,
radio dan lain-lain.
Siswa
dibimbing/disuruh
menceritakan
kmbali dengan
bahasa yang
sederhana Siswa
ditugaskan
memberi
tanggapan,
menceritakan
kembali dengan
bahasa jelas dan
mudah dipahami.
Siswa ditugaskan
menjelaskan
informasi yang
diperoleh dari apa
yang didengar
tersebut
Siswa ditugaskan
memberi
penilaian/apresisi
dan lain-lain. unsur
13
yang dinilai;
bahasa, isi,
keberanian, suara
dan lain-lain.
sesuaikan dengan
karakteristik siswa
dan kedalaman dan
keluasan materi.
Pelaksanaan
penilaian dapat
dilakukan secara
lisan dan tertulis.
Berbicara A. Kelas Rendah:
Memperkenalkan diri
sendiri (dengan
bimbingan dan
contoh )
Bercerita tentang
pengalaman sesuaikan
dengan tema; keluarga,
peristiwa, kegiatan
sehari-hari, lingkungan
dan lain-lain. mulai
dari yang sederhana
sampai kompleks.
B. Kelas Tinggi:
Bercerita; pengalaman,
Pengamatan:
keberanian suara,
bahasa, (diberi
bimbingan)
Menggunakan
matrik penilaian:
Aspek kebahasaan;
Lafal, intonasi,
bahasa (pil. Kata,
struktur kalimat),
isi pembicaraan.
Non kebahasaan;
susra, keberanian,
sikap/eksprresi,
14
hobi, cita-cita
lingkungan dan lain-
lain.
Berpidato; pidato ultah
teman, perpisahan
sekolah, hari-hari
besar, karang taruna
dan lain-lain. Ceramah;
tentang penggunaan
produk cara membuat
sesuatu, kiat-kiat
tentang sesuatu dan
lain-lain.
Memberi tanggapan.
Diskusi, talk show,
wawancara, rapat
sederhana, drama dan
lain-lain.
pantomimik
Membaca A. Kelas Rendah
Membaca permulaan;
pengenalan lambang-
lambang bunyi dalam
berbagai variasi;
kalimat, kata, suku
kata; Metode yang
dipakai a.l. metode
SAS, global, kata
lembaga, bunyi, eja
Pengamatan atau
pencatatan tentang
lambamg-lambang
bunyi yang belu
dikenal siswa untuk
ditindak lanjuti,
Menilai
ketepatan
bunyi/suara
dalam
15
dan lain-lain.
B. Kelas Tinggi
Membaca lanjutan
Membaca nyaring/
bersuara
Membaca teknik
Membaca lancar
Membaca indah
Membaca pemahaman
Membaca bahasa
Membaca kritis
Membaca cepat
Membaca pustaka
Membaca memindai
mengucapk
an lambang-
lambang
bunyi.
Menilai
lafal,
intonasi,
mimik,
pantomimik
.
Menilai
kelancaran
ucapan
lambang-
lambang
bunyi.
Menilai
lafal,
intonasi,
penjiwaan,
ekspresi.
Mimik,
pantomimik
.
Menilai
dengan tes
pemahaman
terhadap isi
16
teks.
Menilai
pemahaman
terhadap
aspek
kebahasaan;
seperti: kata
jadilah,
struktur
kalimat dan
lain-lain.
Menilai
kekeritisan
terhadap isi
teks,
misalnya,
mengapa
pintu rumah
tidak pernah
dibuka
(dalam teks)
Menilai
pemahaman
terhadap isi
teks dalam
waktu yang
sangat
terbatas.
17
Menulis A. Kelas Rendah
Menulis permulaan
Menulis huruf pisah
Menulis tegak
bersambung
Menulis huruf cetak
B. Kelas Tinggi
Menulis lanjutan
Menulis gambar
Menulis paragraf
Menulis karangan
sederhana (narasi,
deskripsi, eksposisi,
argumentasi, persuasi)
Menulis surat
Menulis formulir
Menulis naskah pidato
Menulis ceramah
Menulis berita dan
lain-lain.
C. Menulis Lanjutan
Menulis dengan
bantuan gambar
Menulis paragraf
Menulis karangan
sederhana (narasi,
deskripsi, eksposisi,
Penilian berfokus
pada bentuk dan
ukuran tulisan
dalam berbagai
konteks. Materi
tulisan, disesuaikan
dengan
pembelajaran
membaca.
Penilaian hasil:
isi;(ketepatan
pembangunan
tulisan/karangan
dengan tugas yang
diminta) bhasa;
(struktur kata,
diksi, struktur
kalimat) ejaan;
meliputi tulisan,
penggunaan tanda
baca, huruf kapital
dan lain-lain.
Penilaian hasil: isi;
18
argumentasi, persuasi)
Menulis surat
Menulis formulir
Menulis naskah pidato
Menulis ceramah
Menulis cerita dan
lain-lain
(ketepatan
pengembangan
tulisan/karangan
dengan tugas yang
diminta) bahasa;
(struktur kata, diks,
struktur kalimat)
ejaan; meliputi
tulisan, penggunaan
tanda baca, huruf
kapital dan lain-
lain.
1. Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan
berbahasa yang harus dikuasai siswa karena keterampilan berbicara
adalah komponen terpenting dalam tujuan pembelajaran bahasa
Indonesia. Dalam proses belajar mengajar dikelas keterampilan
berbicara merupakan hal yang sangat diperlukan oleh seorang guru
maupun siswa dalam berkomunikasi.5
Kemudian, sehubungan dengan berbicara secara garis besar ada
tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiinteraktif, dan
noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan
secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan
5 Nita Susilawati, “Peningkatan Keterampilan Berbicara Dan Hasil Belajar
Melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe Debat Pada Pembelajaran Bahasa
Indonesia Sisswa Kelas IV SDN 20 Kota Bengkulu”, (Skripsi, Program Sarjana,
Universitas Bengkulu, 2013)
19
kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kita dapat meminta lawan
bicara memperlambat tempo bicara dari lawan bicara.
2. Keterampilan Membaca
Membaca adalah keterampilan reseptif bahasa tulis.
Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah
dari keterampilan mendengarkan dan berbicara. Tetapi, pada
masyarakat yang memiliki tradisi literasi yang telah berkembang,
sering kali keterampilan membaca dikembangkan secara terintegrasi
dengan keterampilan menyimak dan berbicara.6
3. Keterampilan Menulis
Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan
tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang
paling rumit diantara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini
karena menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-
kalimat; melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-
pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.7
4. Keterampilan menyimak
a. Pengertian Keterampilan menyimak
Kamus Besar Bahasa Indonesia keterampilan adalah kemahiran
dan kecakapan untuk menyelesaikan tugas.8 Sedangkan ketempilan
bahasa adalah pengajaran bahasa, kesanggupan seorang pemakai
bahasa untuk mempergunakan bahasanya dengan baik, dalam menulis,
membaca, menyimak, atau berbicara.9
Keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut pada
kenyataannya berkaitan erat satu sama lain. artinya, aspek yang satu
6 Yeti mulyati, Keterampilan Berbahasa Indonesia SD, 1.12 7 Yeti mulyati, Keterampilan Berbahasa Indonesia SD, 1.13 8 Kamus besar bahasa indonesia untuk pelajar, 550 9
Harimurti kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2001), 407
20
berhubungan erat dan memerlukan keterlibatan aspek yang lain, tidak
bisa tidak. Karena hubungannya sangat erat itulah maka keempat aspek
keterampilan berbahasa itu lazim disebut empat serangkai keterampilan
berbahasa, aspek yang satu dengan yang lainnya berkaitan erat saling
bergantung, saling berhubungan-menentukan, tidak dapat dipisahkan.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat
dikatakan terampil berbahasa dengan baik, apabila orang itu menguasai
keempat aspek itu dengan sama baiknya. Artinya, dia itu terampil
menyimak, terampil berbicara, terampil membaca, terampil menulis.10
Banyak orang yang belum bisa membedakan antara menyimak
dan mendengarkan. Bahkan menganggap menyimak dan mendengarkan
adalah kegiatan yang sama , sehingga banyak yang menimbulkan
kesalah pahaman mengenai makna menyimak dan mendengarkan.
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan dengan
menyimak anak tahu informasi dan memahami ide atau pun pesan
yang disampaikan oleh pembicara.11
Secara sederhana dapat kita katakan, menyimak merupakan
proses memahami pesan yang disampaikan melalui lisan. Sebaiknya,
berbicara adalah proses penyampaian pesan dengan menggunakan
bahasa lisan, pesan yang diterima oleh penyimak bukanlah wujud
aslinya melainkan berupa bunyi bahasa yang kemudian dialihkan
menjadi bentuk semula yang ide atau gagasannya sama seperti yang
dimaksudkan oleh pembicara. 12
10
Daeng nurjamal, Terampil Berbahasa (Bandung: Alfabeta, 2013), 2 11
Sri saparahyuningsih, “meningkatkan keterampilan menyimak dengan
metode bercerita melalui media boneka jari”, dalam jurnal ilmiah potensia, Vol. 1, (2),
(2016), 122. 12
Linda puspita, pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar (tangerang
selatan: Universitas Terbuka, 2013) 3-6
21
Sehingga dapat disimpulkan bahwa keterampilan menyimak
adalah satu bentuk keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif
(menerima).13
Pada waktu proses pembelajaran, keterampilan ini jelas
mendominasi aktivitas siswa dibanding dengan keterampilan lainnya,
termasuk keterampilan berbicara.
b. Tujuan Menyimak
1. Menyimak untuk memperoleh informasi yang ada hubungan
atau sangkut-pautnya dengan pekerjaan atau profesi saya.
2. Menyimak agar menjadi lebih efektif dalam hubungan-
hubungan antar pribadi dalam kehidupan sehari-hari di
rumah, di tempat bekerja, dan dalam kehidupan masyarakat.
3. Menyimak untuk mengumpulkan data agar saya dapat
membuat keputusan-keputusan yang masuk akal.
4. Menyimak agar dapat memberikan responsi yang tepat
segala sesuatu yang saya dengar.14
c. Tahap-tahap Menyimak
1. Tahap Mendengar
Pada tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu
yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atau
pembicaranya. Jadi kita masih berada dalam tahap hearing.
2. Tahap Memahami
Setelah kita mendengar maka ada keinginan bagi kita
untuk mengerti atau memahami dengan baik isi
pembicaraan yang disampaikan yang disampaikan oleh
13Iskandarwasid dan dadang sunendar, strategi pembelajaran bahasa
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015) 227 14
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa, (Bandung: Angkasa Bandung, 2008) 59
22
pembicara, maka sampailah kita dalam tahap
understanding.
3. Tahap Menginterpretasi
Penyimak yang baik, yang cermat dan teliti, belum
puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran
sang pembicara. Dia ingin menafsirkan atau
menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat dan tersirat
dalam ujaran itu. Dengan demikian maka sang penyimak
telah tiba pada tahap Interpreting
4. Tahap Mengevaluasi
Setelah memahami serta dapat menafsir atau
menginterpretasikan isi pembicara, sang penyimak pun
mulailah menilai atau mengevaluasi pendapat serta
gagasan sang pembicara, dimana keunggulan dan
kelemahan, dimana kebaikan dan kekurangan sang
pembicara, maka dengan demikian sudah sampai pada
tahap evaluating
5. Tahap Menanggapi
Merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak.
Sang penyimak, menyambut, mencamkan, menyerap serta
menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh sang
pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya. Sang
penyimak pun sampailah pada tahap menanggapi
(responding).15
15
Yulinda Karimah, “peningkatan keterampilan menyimak cerita anak
melalui media animasi audio visual pada siswa kelas VI SD I M’Had islam
pekalongan”. (skripsi, program sarjana, Universitas Negeri Semarang, Semarang,
2009)
23
d. Ragam Menyimak
1. Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak
mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap
suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari
seorang guru. pada umumnya menyimak ekstensif dapat
dipergunakan untuk tujuan yang berbeda.
2. Menyimak Intensif
Kalau menyimak intensif lebih diarahkan pada kegiatan
menyimak secara lebih bebas dan lebih umum serta perlu di
bawah bimbingan langsung para guru, menyimak intensif
diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh ebih diawasi, dikontrol
terhadap satu hal tertentu.16
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Menyimak
Hambatan-hambatan yang bersifat internal seperti
masalah pendengaran, kelebihan masukan (input), minat pribadi,
berpikir terlampau cepat, juga dapat bersifat eksternal sperti
suara bising, tempat yang tidak nyaman dan sebagainya.
1. Faktor internal
Jikalau seseorang penderita kerusakaan pada alat
pendengaran yang dapat menghambat masuknya gelombang
dalam volume tertentu atau menderita kelainan dalamm
menerima frekuensi tertentu, maka proses menyimak akan
terganggu.
16
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa, (Bandung: Angkasa Bandung, 2008) 37-44
24
2. Faktor eksternal
Lingkungan tempat kita hidup sering juga menghadirkan
gangguan yang membuat kita sulit memberikan perhatian
terhadap orang lain. gangguan ini merupakan rangsangan-
rangsangan yang bertentangan dengan menghalihkan perhatian
dari informasi pokok menyimpangkan pesan.17
6. Kemampuan Menyimak Sekolah Dasar
Tujuan utama pengajaran bahasa ialah agar para siswa
terampil berbahasa, dalam pengertian terampil menyimak,
terampil berbicara, terampil membaca, terampil menulis.
1. Taman kanak-kanak (4 ⁄ )
a) Menyimak pada teman-teman sebaya dalaam kelompok-
kelompok bermain.
b) Mengembangkan waktu perhatian yang amat penjang
terhadap cerita atau dongeng.
c) Dapat mengingat petunjuk-petunjuk dan pesan-pesan
yang sederhana.
2. Kelas Satu (5 ⁄ )
a) Menyimak untuk menjelaskan atau menerjemahkan
pikiran atau untuk mendapatkan jawaban-jawaban bagi
pertanyaan-pertanyaan.
b) Dapat mengulangi secara tepat apa-apa yang telah
didengarnya.
c) Menyimak bunyi-bunyi tertentu pada kata-kata dan
lingkungan.
17 Herry Hermawan, menyimak keterampilan berkomunikasi yang terabaikan,
(yogyakarta: Graha Ilmu, 2012) 49-53
25
3. Kelas Dua (6 ⁄ )
a) Menyimak dengan kemampuan memilih yang meningkat.
b) Membuat saran-saran usul-usul, dan mengemukakan
pertanyaan-pertanyaan untuk mengecek pengertiannya.
c) Sadar akan situasi, bila sebaiknya menyimak bila pula
sebaiknya tidak usah menyimak.
4. Kelas Tiga dan Empat (7 ⁄ )
a) Sungguh-sungguh sadar akan nilai menyimak sebagai
suatu sumber informasi dan sumber kesenangan.
b) Menyimak pada laporan orang lain, pita rekaman
laporan mereka sendiri, dan siaran-siaran radio dengan
makasud tertentu serta dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang bersangkutan dengan hal itu.
c) Memperlihatkan keangkuhan dengan kata-kata atau
ekspresi-ekspresi yang tidak mereka pahami maknanya.
5. Kelas Lima dan Enam (9 ⁄ )
a) Menyimak secara kritis terhadap kekeliruan-kekeliruan,
kesalahan-kesalahan, propaganda-propaganda, petunjuk-
petunjuk yang keliru.
b) Menyimak pada aneka ragam cerita puisi, rima kata-kata,
dan memperoleh kesenangan dalam menemui tipe-tipe
baru.18
Telah kita utarakan keamampuan menyimak anak-anak,
taman kanak-kanak dan sekolah dasar secara sepintas menurut
penelitian para pakar di Amerika Serikat. Walaupun barangkali
seluruhnya tidak mungkin sesuai dengan para siswa taman
18 Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa,
(Bandung: Angkasa, 2011) 60-61
26
kanak-kanak dan sekolah dasar di negeri kita, toh kita sebagai
pedoman dan bahan bandingan pasti ada manfaatnya bagi kita.
7. Kemampuan Menyimak Tingkat Lanjut
Kemampuan menyimak lanjut ini kita golongkan ke
dalam 3 jenis menyimak sebagai berikut.
1. menyimak kritis
menyimak kritis adalah kegiatan menyimak yang
dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memberikan
penilaian secara objektif, menentukan keaslian, kebenaran, dan
kelebihan, serta kekurangan-kekurangan bahan simakan.
2. menyimak kreatif
menyimak kreatif adalah kegiatan menyimak yang
bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi dan
kreativitas pembelajar. Kreativitas penyimak dapat dilakukan
dengan cara menirukan lafal atau bunyi bahasa asing atau
bahasa daera, mengemukakan gagasan yang sama dengan
pembicara, namun struktur dan pilihan katanya berbeda,
merekonstruksi pesan yang disampaikan, menyusun petunujk-
petunjuk atau nasihat berdasarkan materi yang disimak.
3. menyimak eksploratif
menyimak eksploratif adalah kegiatan menyimak yang
dilakukan dengan penuh perhatian untuk mendapat informasi
baru. Pada akhir kegiatan, seorang penyimak eksploratif akan
menemukan gagasan baru, informasi baru dan informasi
27
tambahan dari bidang tertentu, menemukan unsur-unsur
bahasa yang bersifat baru.19
8. Keterkaitan Antar aspek Keterampilan Berbahasa
a. Hubungan berbicara dengan mendengarkan
Berbicara dan mendengarkan merupakan kegiatan
komunikasi 2 arah yang langsung. Apabila kita amati peristiwa-
peristiwa komunikasi yang terjadi dalam masyarakat, misalnya,
komunikasi yang terjadi antarteman, antara pembeli dan penjual
atau dalam suatu diskusi kelompok.
b. Hubungan Mendengarkan Dengan Membaca
Telah dikemukakan pada bagian terdahulu bahwa baik
membaca maupun menulis merupakan aktivitas berbahasa ragam
tulis. Menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif,
sedangkan membaca merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat
reseptif. Seseorang menulis guna menyampaikan gagasan,
perasaan atau informasi dalam bentik tulisan. Sebaliknya,
seseorang membaca guna memahami gagasan, perasaan informasi
yang disajikan dalam bentuk tulisan tersebut.
c. Hubungan Menulis Dengan Berbicara
Anda tentu sering menghadiri acara seminar, bahkan
mungkin pernah menjadi pemakalahnya. Seorang pembicara dalam
seminar biasanya diminta menulis sebuah makalah terlebih dahulu.
Kemudian, yang bersangkutan diminta menyajikan makalah itu
secara lisan dalam suatu forum. Selanjutnya, peserta seminar akan
menanggapi isi pembicaraan si pemakalah.20
19 Yeti mulyati, Keterampilan Berbahasa Indonesia SD, 2.18-2.21. 20 Yeti mulyati, Keterampilan Berbahasa Indonesia SD, 1.18-1.23
28
9. Pantun
1. Pengertian pantun
Pantun adalah salah satu jenis puisi lama asli dari indonesia.
Pantun bersifat anonim atau tanpa identitas. Pantun terdiri dari empat
larik yang merupakan sampiran dan isi. Dahulu pantun menggunakan
bahasa melayu. Namun, setelah bahasa Indonesia disahkan, bahasa
pantun pun ikut berubah dan pantun pun kini mengikuti perkembangan
zaman. Tidak hanya bahasanya saja yang berubah, fungsi pantun pun
mulai berubah. Dahulu pantun hanya digunakan sebagai alat
komunikasi. Dan sekarang pantun digunakan untuk membuat syair lagu
dan juga pidato.21
Pantun salah satu bentuk sastra lisan, secara luas dikenal di
tanah air kita ini. Hal itu terjadi karena ternyata pantun terdapat di
banyak daerah di Indonesi, tentu dengan nama yang berbeda-beda.
Seperti bentuk sastra melayu, isi pantun mencakup berbagai masalah
dalam kehidupan, misalnya, pantun nasihat, jenaka, sindiran, agama,
dan segala jenis pengalaman manusia.22
2. Ciri-ciri pantun
Nadjua A.S mengemukakan, ciri-ciri pantun sebagai berikut:
a) Tiap bait terdiri atas 4 baris,
b) Tiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata,
c) Bersajak a-b-a-b,
d) Baris pertama dan kedua berupa sampiran, dan
e) Baris ketiga dan keempat berupa isi.
21
Amalia Fauziah, “Pengaruh Penerapan Metode Bisik Berantai
Terhadap Keterampilan Menyimak Pantun: Quasi Eksperimen pada Kelas IV SDN
Bekasi Jaya II”, (Skripsi, sarjana pendidikan Islam, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,
2015), p. 18. 22
Dendi Sugono, Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 1, (Jakarta Timur:
Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2011) 175-176
29
3. Jenis-jenis Pantun
a. Berdasarkan isinya
Pantun berdasarkan isinya dibedakan menjadi beberapa
macam, antara lain panun nasehat, pantun teka-teki, pantun
jenaka, pantun adat, pantun agama, pantun nasib, pantun
perkenalan.23
a) Pantun jenaka
Pantun yang bertujuan untuk menghibur orang yang
mendengar, terkadang dijadikan sebagai media saling
menyindir dalam suasana yang penuh keakraban, sehingga
tidak menimbulkan rasa tersinggung.
Contoh: kalau punya gigi ompong
Cepat cepat ke dokter gigi
Kalau jadi anak sombong
Pasti nanti jadi rugi
b) Pantun Nasihat
Pantun yang beroso nasihat dengan tujuan untuk mendidik,
dan memberikan nasihat kepada orang lain.
Contoh: kalau harimau sedang mengaum
Bunyinya sangat berirama
Kalau ada ulangan umum
Marilah kita belajar bersama
c) Pantun Agama
Pantun yang isinya mengajak atau mengingatkan pengikut
agama untuk beribadah sesuai dengan agamanya.
Contoh: Anak ayam turun sepuluh
23 Amalia Fauziah, “Pengaruh Penerapan Metode Bisik Berantai Terhadap
Keterampilan Menyimak Pantun: Quasi Eksperimen pada Kelas IV SDN Bekasi Jaya
II”, (Skripsi, sarjana pendidikan Islam, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2015), p. 19.
30
Mati seekor tinggal sembilan
Bangun pagi sembahyang subuh
Minta doa kepada Tuhan
d) Pantun Perpisahan
Contoh: kalau ada sumur di ladang
Boleh saya menumpang mandi
Kalau ada umur yang panjang
Boleh kita berjumpa lagi
e) Pantun Adat
Contoh: asam hadis asam gelugur
Ketiga asam riang-riang
Menangis di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang
f) Pantun Teka-teki
Contoh: Kalau puan, puan cerana
Ambil gelas di dalam peti
Kalau tuan bijaksana
Binatang apa tunduk di kaki
g) Pantun Nasib
Contoh: Asam pauh dari seberang
Tubuhnya dekat tepi tebat
Badan jauh di rantau orang
Jika sakit siapa yang ngobat24
b. Berdasarkan bentuknya
Pantun berdasarkan bentuknya, dibedakan menjadi beberapa
bagian, yaitu:
24
Tim Dunia Cerdas, Pribahasa Majas Pantun, (Jakarta Timur: Niaga
Swadaya, 2013)263-303
31
a. Pantun Karmina (pantun kilat) yaitu pantun yang dalam
tiap-tiap baitnya terdiri dari dua baris dan bersajak terus,
yaitu: a-a. dalam pantun karmina, baris pertama merupakan,
sampiran dan baris kedua berupa isi.
Contoh:
Ada ubi ada talasnya
Ada budi ada balasnya
Sudah gerahu cendana pula
Sudah tahu bertanya pula
Sebab pulut santan binasa
b. Pantun Empat Seuntai yaitu pantun yang tiap-tiap baitnya
tediri dari 4 baris.
Contoh:
Air dalam bertambah dalam
Hujan di hulu belum lagi teduh
Hati dendam bertambah dendam
Dendam dahulu belum lagi sembuh
c. Pantun Talibun yaitu pantun yang tiap-tiap baitnya terdiri
dari 6,8,10,12 baris dan sajaknya bersilang, yaitu (a-b-c-a-b-
c) (a-b-c-d-a-b-c-d) (a-b-c-d-e-a-b-c-d-e) (a-b-c-d-e-f-a-b-c-
d-e-f)
Contoh:
Baru diikat bunga tanjung
Dikembangkan orang atas rumpian
Digulung dengan kain sutra
Baru melihat adik kandung
Hilang nyawa semangat badan
Berguncang iman dalam doa
32
d. Pantun Rantai (pantun berkait) yaitu pantun 4 seuntai yang
baris kedua dan keempat dalam suatu bait menjadi baris
pertamadan ketiga dalam bait berikutnya, dan begitu
seterusnya.
Contoh:
Tanam melati di rumah-rumah
Ubur-ubur sampiran dua
Kalau mati kita berdua
Satu kubur mati berdua
Ubur-ubur sampiran dua
Tanam melati bersusun tangkai
Satu kubur kita bersama
Kalau boleh bersusun bangkai25
10. Metode Permainan Bahasa
a. Pengertian Metode Permainan Bahasa
Secara etomologis, istilah metode berasal dari bahasa Yunani,
yaitu metodos. Kata ini terdiri dari sua suku kata, yaitu “metha” yang
berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara.
Metode berarti jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam
Bahasa Arab, metode disebut “thariqat”26
.
Dalam alquran disebutkan Metode Pembelajaran pada surah an-
Nahl ayat 125
ل ربك بلحكمه والمىعظة الحسه ان ربك هى اعلم بمه ضل عه سبيله أدع الى سبي
(521وهى اعلم بلمهتديه )النحل:
25 Amalia Fauziah, “Pengaruh Penerapan Metode Bisik Berantai Terhadap
Keterampilan Menyimak Pantun: Quasi Eksperimen pada Kelas IV SDN Bekasi Jaya
II”, (Skripsi, sarjana pendidikan Islam, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2015), p. 22. 26 Kamsinah, metode dalam proses pembelajaran: “studi tentang ragam dan
implementasinya”, vol. 11 NO. 1, (Juni, 2008), 102-103
33
“(Wahai Nabi Muhammad SAW) Serulah (semua manusia
kepada jalan (yang ditunjukkan) Tuhan pemelihara kamu dengan
hikmah (dengan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian
mereka) dan pengajaran yang baik dan bantalah mereka dengan (cara)
yang terbaik. Sesungguhnya Tuhan Pemelihara Kamu, Dialah yang
lebih mengetahui (tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk). (QS.
Surah an-Nahl: 125)
Menurut para ahli pendidikan, misalnya winkel, menyebut
metode dengan istilah prosedur didaktik. Sedangkan Abdul Ghafur
menggunakan istilah strategi dengan intruksional. Sementara itu, James
K. Phopan mengistilahkannya dengan transaksi dan Mudhofir
mengistilahkannya dengan pendekatan.
Metode dan materi adalah dua sisi mata uang yang tidak bisa
dipisahkan. Materi tanpa metodologi dirasa kurang efektif dan
metodologi tanpa materi akan terasakan. Dua-duanya penting untuk
dipelajari dan dipraktikkan, agar pembelajaran berjalan secara efektif
dan berkualitas tinggi.27
Oleh karena itu, metode adalah cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan
nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan
efektifitas dan efisien pembelajaran. pembelajaran perlu dilakukan
dengan sedikit ceramah dan metode-metode yang berpussat pada
27 Jamal Ma’mur Asmani, Tips Aplikasi Paikem, (jogjakarta: Diva Perss,
2014), 17-19
34
guru,serta lebih menekankan pada interaksi peserta didik.28
Penggunaan
metode yang bervariasi akan sangat membantu peserta didik dalam
mencapai tujuan pembelajaran harus dipilih dan dikembangkan untuk
meningkatkan aktivitas dan kreativitasnya sehingga mencapai
kompetensi yang diharapkan, baik segi kognitif, afektif, maupun
psikomotor.
Adanya metode pembelajaran yang tepat pada dasarnya
bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang sehingga
siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan berdampak positif
pada hasil belajar dan prestasi yang optimal.29
Metode pembelajaran
digunakan guru untuk menyajikan materi pelajaran kepada murid di
dalam kelas baik secara individual atau secara kelompok agar materi
pelajaran dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh murid dengan
baik.
Salah satu metode belajar mengajar dalam keterampilan
menyimak adalah permainan bahasa. Bermain adalah metode efektif
untuk menumbuhkan dan mengembangkan kreativitas anak. Pada
hakikatnya bermain bagi anak adalah belajar dan bekerja, dan
kreativitas lebih banyak berkaitan dengan bermain dari pada bekerja.
Hal ini menjadi sangat penting bilamana guru mau terlibat aktif dalam
bentuk permainan yang dirancang untuk mengembangkan kreativitas
anak .
Permainan merupakan alat bagi anak menjelajah dunia, dari apa
yang tidak dikenal sampai apa yang diketahui, dan dari yang tidak
28 Urip Widodo, “Penerapan Metode Pembelajaran Kolaboratif Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas X Pada Mata Pelajaran Membaca Gambar
Sketsa Di SMK Negeri 2 Klaten”, (Program Studi Pendidikan Teknik Mesin Fakultas
Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta, 2013), P. 4-5 29
Mardiah Kalsum Nasution, “Penggunaan Metode Pembelajaran Dalam
Peningkatan Hasil Belajar Siswa”, Studia Didaktika: Jurnal Ilmiah Bidang
Pendidikan, Vol. 11, No. 1, 2017; ISSN 1978-8169 (Juni, 2017), 13.
35
dapat diperbuat sampai mampu melakukan. Bermain merupakan
kegiatan yang sangat pentingbagi anak seperti halnya kebutuhan
terhadap makanan bergizi dan kesehatan untuk pertumbuhannya.
Permainan bahasa merupakan permainan untuk memperoleh
kesenangan dan untuk melatih keterampilan berbahasa (menyimak,
berbicara, membaca dan menulis). Apabila suatu permainan
menimbulkan kesenangan tetapi tidak memperoleh keterampilan
berbahasa tertentu, maka permainan tersebut bukan permainan bahasa.
Sebaliknya, apabila suatu kegiatan melatih keterampilan bahasa
tertentu, tetapi ada unsur kesenangan maka bukan disebut permainan
bahasa.
Sebuah permainan disebut permainan bahasa, apabila suatu
aktivitas mengandung kedua unsur kesenangan dan melatih
keterampilan berbahada (menyimak, berbicara, membaca dan menulis).
Setiap permainan bahasa yang dilaksanakan dalam kegiatan
pembelajaran harus secara langsung dapat menunjang tercapainya
tujuan pembelajaran.30
Bermain memberi kesempatan anak-anak menyalurkan agar
sivitasnya secara aman. Dengan menjadi “raksasa” misalnya anak-anak
dapat merasa “mempunyai kekuatan” dan dengan demikian anak-anak
dapat mengekspresikan emosinya yang intens yang mungkin ada tanpa
merugikan siapapun
Sedangkan berkaitan dengan masalah konsentrasi, apabila
seorang anak tidak memiliki rentang perhatian yang memadai, seorang
anak tidak mungkin dapat bertahan lama bermain salah satunya
bermain peran (pura-puran menjadi dokter, ayah anak ibu, guru, dan
30
Septi Sugiarsih, “Permainan Bahasa dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia Di Sekolah Dasar” (PPM, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2010), 5-6
36
lain-lain). ada hubungan yang dekat antara imajinasi dan kemampuan
konsentrasi. Imajinasi membantu meningkatkan kemampuan
konsentrasi. Anak-anak yang tidak imajinatif memiliki rentang
perhatian (konsentrasi). Yang pendek dan memiliki kemungkinan besar
untuk berprilaku agresif dan mengacau.31
b. Faktor-Faktor Penentu Permainan Bahasa
Adapun faktor-faktor yang menentukan permainan bahasa adalah
sebagai berikut.
1) Situasi dan Kondisi
Sebenarnya dalam situasi apapun dan dalam kondisi apaun
permainan bahasa dapat saja dilakukan. Akan tetapi agar berdayaguna
tinggi, hendaknya pelaksanaan permainan bahasa tersebut selalu
memperhatikan faktor situasi dan kondisi.
2) Peraturan Permainan
Setiap permainan aturan masing-masing. Peraturan tersebut
hendaknya jelas dan tegas serta mengatur langkah-langkah permainan
yang harus ditempuh maupun cara menilainya. Apabila aturan kurang
jelas dan tgas, maka tidak mustahil akan menimbulkan kericuhan di
dalam kelas.
3) pemain
Terkait ketentuan dengan pemain, permainan dapat berjalan
dengan baik, jika para perman, dalam hal ini siswa, mempunyai
sportivitas yang tinggi. Selain itu, keseriusan, kekuatan, dan
keterlibatan aktif pemain juga sangat dibutuhkan agar permainan dapat
berjalan dengan baik.
31 Dani wardani, bermain sambil belajar, (jakarta: edukasia, 2009), 120
37
4) pemimpin permainan.
Pemimpin permainan, dalam hal ini guru, harus mempunyai
wibawa, tegas, adil, serta dapat memutuskan permasalahan dengan
cepat, seerta menguasai ketentuan permainan dengan baik. Selain guru,
pemimpin permainan sebuah permainan dapat juga dipilih dari
perwakilan siswa yang dianggap mampu.32
c. Jenis-Jenis Permainan Anak
1. permainan aktif, permainan yang biasanya melibatkan lebih
dari satu orang anak. Bentuknya bisa beruap olahraga yang
bermanfaaat untuk mengolah kemampuan kinestik dan lebih
jauh lagi bisa memotivasi anak untuk belajar meraih
keunggulan serta belajar bertahan dalam persaingan.
2. permainan pasif, permainan ini bersifat mekanis dan biasanya
dilakukan tanpa teman yang nyata, bentuk konkretnya seperti
main game.
3. permainan fantasi, permainan imajinasi yang diciptakan
sendiri oleh anak dalam dunianya. Kita mungkin sering
melihat dan mendengar anak kecil berbicara sendiri ketika
bermain boneka.33
Sebenarnya ia memiliki imajinasi dan
fantasi sendiri mengenai tokoh yang dimainkannya melalui
boneka itu.
32
Septi Sugiarsih, “Permainan Bahasa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
di Sekolah Dasar” (PPM, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2010), 7-8. 33
Lilis Madyawati, strategi pengembangan bahasa pada anak, (Jakarta:
prenadamedia group, 2016) 147-148
38
d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Permainan Bahasa
adapun kelebihan dari permainan bahasa diantaranya
adalah sebagai berikut.
1) Siswa akan terlihat antusias, memerhatikan dengan
seksama dan penuh ketertarikan 34
2) dapat mengurangi kebosanan siswa dalam proses
pembelajaran dikelas
3) dengan adanya kompetidi antar siswa, dapat
menumbuhkan semangat siswa untuk lebih maju
4) permainan bahasa dapat membina hubungan kelompok
dan mengembangkan kompetensi sosial siswa.
5) materi yang dikomunikasikan akan mengesankan d hati
siswa sehingga pengalaman keterampilan yang dilatihkan
sukar dilupakan.
Adapun kekurangan dalam pelaksanaan permainan bahasa
diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Jumlah siswa yang terlalu besar menyebabkan kesukaran
untuk melibatkan semua siswa dalam permainan.
2) Pelaksanaan permainan bahasa biasanya diikuti gelak tawa
dan sorak sorai siswa
3) Tidak semua materi dapat dikomunikasikan melalui
permainan bahasa.
34 Dani wardani, bermain sambil belajar, (jakarta: edukasia, 2009), 121
39
4) Permainan bahasa umumnya belum dianggap sebagai
program pembelajaran bahasa, melainkan hanya sebagai
seling saja. 35
11. Metode Komunikata/ Bisik Berantai.
1. Pengertian Metode Komunikata/ Bisik Berantai
Permainan berbisik yaitu guru membisikkan suatu pesan
atau informasi kepada siswa. Siswa terebut membisikkan pesan
atau informasi itu kepada siswa kedua. Siswa kedua membisikkan
pesan kepada siswa ketiga. Begitu seterusnya secara berantai.
Siswa terakhir menuliskan pesan yang telah dia dengar kemudian
menyebutkan pesan itu dengan suara jelas di depan kelas. guru
memeriksa apakah pesan iru benar-benar sampai pada siswa
terakhir atau tidak.36
Permainan bisik berantai dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia ini melatih kemampuan berkomunikasi dengan
mengingat pesan atau materi pelajaran yang sedang dipelajari
kemudian disampaikan secara bergiliran kepada teman lain
dalam satu kelompok. Guru mengarahkan peserta untuk
berlomba memahami dan menyampaikan pesan dengan benar
dan mengontrol tiap tahap penyampaian dari satu siswa ke
siswa lainnya agar diterima dan difahami dengan benar yang
kemudian disampaikannya kepada peserta berikutnya. Dengan
35 Septi Sugiarsih, “Permainan Bahasa dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia di Sekolah Dasar” (PPM, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2010), 8-9. 36 Amalia Fauziah, “Pengaruh Penerapan Metode Bisik Berantai Terhadap
Keterampilan Menyimak Pantun: Quasi Eksperimen pada Kelas IV SDN Bekasi Jaya
II”, (Skripsi, sarjana pendidikan Islam, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2015), p. 27.
40
demikian seterusya sampaik pada giliran siswa terakhir. Jika
diterapkan pada kelas rendah, guru dapat membantu dengan
menuliskan pesan yang akan disampaikan kepada siswa. Perlu
dikondisikan agar permainan ini berjalan menyenangkan.
2. Langkah-Langkah Permainan Komunikata/Bisik Berantai
1) Guru membeagi semua siswa dalam satu kelas minimal dua
kelompok
2) setiap kelompok siswa membentuk barisan panjang dengan
jarak tertentu yang tidak terlalu rapat. Kemudian tentukan
satu siswa sbagai informan pertama.
3) guru memberikan informasi cara permainan kemudian
memberikan informasi kepada kedua siswa informan secara
rahasia.
4) siswa informan pertama menyampaikan pesannya kepada
peserta didepannya dengan cara membisikkan. Kesempatan
membisikkan hanya dua kali.
5) siswa kedua dan siswa yang didepannya harus menyimak
baik-baik, kemudian siswa membisikkan pesan yang telah
dia dapat dari teman yang ada didepannya, kemudian
diteruskan kepada siswa berikutnya. Secara berantai pesan
disampaikan hingga siswa terakhir di ujung.
6) siswa terakhir menuliskan informasi yang didapatnya atau
mengucap ulang yang dia dengar
7) permainan bisa diulang beberapa kali dengan pesan yang
berbeda dan dengan jumlah kelompok mampu menerima
dan menyampaikan pesan daengan benar.
41
8) kemudian dilakukan pembahasan oleh guru dilanjutkan
efleksi dan tidak lanjut.37
3. Kelebihan dan Kekurangan Permainan Komunikata/isik
Berantai.
a. Adapun kelebihan dan kekurangan permainan bisik
berantai ialah: belajar mengajar, melatih emapt
keterampilan bahasa, menarik minat siswa dalam
pembelajaran, menimbulkan rasa bahagia, tanpa beban
dalam proses belajar mengajar dan meningkatkan rasa
kerjasama antar siswa
b. kekurangannya yaitu menimbulkan situasu kelas yang
ramai atau riuh, memerlukan waktu yang cukup lama,
menimbulkan siswa yang terlalu aktif. Menimbulkan
interaksi siswa dan guru yang kurang kondusif.
c. Langkah-langkah permainan komunikata pada materi
menyimak pantun
1) Guru membagi semua siswa dalam satu kelas minimal
menjadi dua kelompok.
2) guru membagikan kertas kepada masing-masing siswa
dan diberi tanda barisan ke berapa.
3) setiap kelompok siswa membentuk barisan panjang
dengan jarak tertentu yang tidak terlalu rapat.
Kemudian tentukan satu siswa sbagai informan
pertama.
37
Sri Agustinah, “Permainan Pesan Berantai Untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar Mata Pelajaran IPS kelas V SD Jlamprang Wonosobo Semester II”, Vol. 1,
No1, (mei, 2011), 34-35.
42
4) guru memberikan informasi cara permainan kemudian
memberikan informasi kepada salah satu siswa
informan secara rahasia.
5) siswa informan pertama menyampaikan pesannya
kepada peserta didepannya dengan cara membisikkan.
Kesempatan membisikkan hanya dua kali.
6) pada saat proses membisiskaan, siswa yang diberi
bisikan harus tetap fokus dan tetap konsentrasi.
7) siswa kedua dan siswa yang didepannya harus
menyimak baik-baik, kemudian siswa membisikkan
pesan yang telah dia dapat dari teman yang ada
didepannya, kemudian diteruskan kepada siswa
berikutnya. Secara berantai pesan disampaikan hingga
siswa terakhir di ujung.
8) setelah semua pantun telah selesai, masing-masing
menuliskan apa yang mereka dengar atau mengucap
ulang yang dia dengar
9) permainan bisa diulang beberapa kali dengan pesan
yang berbeda dan dengan jumlah kelompok mampu
menerima dan menyampaikan pesan daengan benar.
10) kemudian dilakukan pembahasan oleh guru dilanjutkan
refleksi dan tindak lanjut
B. Penelitian Terdahulu
1. Titi Anjarini dengan judul Skripsi: Penerapan Metode
Permainan Bisik Berantai Untuk Meningkatkan Kemampuan
Menyimak Tentang Simbol Daerah/Lambang Korps Siswa
43
Kelas IV Madarasah Ibtidaiyah wahid Hasyim III Dau Malang
Tahun Pelajaran 2012.38
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada siklus I
nilai rata-rata aktivitas belajar siswa adalah 69,75 dengan
prosentase ketuntasan belajar 34,6%. Sedangkan pada siklus II
nilai rata-rata aktivitas belajar siswa adalah 81,4 dengan
proswntasw ketuntasan belajar 92,3% sehingga telah mencapai
ketuntasan klasikal yaitu 75%. Dapat disimpulkan bahwa
dengan menerapkan metode permainan bisik berantai dapat
meningkatkan kemampuan menyimak tentang simbol daerah
atau lambang korps siswa kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah
Wahid Hasyim III Dau Malang.
2. Royanih dengan judul Skripsi: Peningkatan Kemampuan
Menyimak Melalui Penerapan Metode Permainan Bisik
Berantai Pada Siswa Kelas III MI Ath-thoyyibiyyah Kalideres
Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.
Berdasarkan hasil tes siklus I siswa mwngalami
peningkatan dari hasil tes prasiklus sebesar 51.96% menjadi
59,83%. Pada siklus II nilai rata-rata sebesar 79, 58 terjadi
peningkatan sebesar 22, 23% dari siklus I yaitu dari 71,79
menjadi 79,58 engan presentase 75,57. Jadi kemampuan
menyimak melalui penerapan metode permainan bisik berantai
38 Titi Anjarini, “Penerapan Metode Permainan Bisik Berantai Untuk
Meningkatkan Kemampuan Menyimak Tentang Simbol Daerah/Lambang Korps
Siswa Kelas IV Madarasah Ibtidaiyah wahid Hasyim III Dau Malang”, (Skrpsi,
Program Sarjana, Universitas Muhammadiyah Malang, 2012)
44
pada siswa kelas III MI Ath-Thoyyibiyyah Kalideres meningkat
sebesar 7,79.39
3. wahyu Setyo Wulan: Mengembangkan Kemampuan Berbicara
Melalui Metode Permainan Bisik Berantai Pada Anak
Kelompok A RA Perwanida Birowo kecamatan binangun
kabupaten blitar tahun pelajaran 2015.
subyek penelitian ini adalah anak kelompok A RA
Perwanida Birowo Kecamatan Binangun Kabupaten Blitar yang
berjumlah 20 Anak, terdiri dari 8 Anak Perempuan dan 12 Anak
laki-laki penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus yang
masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi. Adapun
metode pengumpulan data menggunakan hasil observasi anak.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan diketahui
bahwa terdapat peningkatan kemampuan berbicara mulai dari
siklus I, siklus II dan siklus III. Dengan adanya peningkatan
berbicara anak dalam kegiatan permainan bisik berantai dapat
disimpulkan bahwa peneliti ini berhasil dengan baik, serta
hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima.40
Berdasarkan beberapa peneliian terdahulu yang peneliti
temukan, metode bisik berantai baru digunakan pada materi
tentang simbol daerah saja dan kali ini peneliti akan melakukan
39 Royanih, “peningkatan kemampuan menyimak melalui penerapan metode
permainan bisik berantai pada siswa kelas III MI th-thoyyibiyyah kalideres jakart
barat”, (skripsi, program sarjana, universitas negeri islam syarif Hidayatullah
jakarta,2013/2014) 40
Wahyu Setyo Wulan, “Mengembangkan Kemampuan Berbicara Melalui
Metode Permainan Bisik Berantai Pada Anak Kelompok A RA Perwanida Birowo
kecamatan binangun kabupaten blitar”, (Skripsi, Program Sarjana, Universitas
Nusantara PGRI Kediri, 2015).
45
eksperimen dengan metode permainan komunikata/bisik
berantai pada materi pantun. Karena dari beberapa refrensi yang
telah ditemukan, metode pembelajaran komunikata/bisik
berantai ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa, peneliti
berharap metode komunikata/bisik berantai juga dapat
meningkatkan konsep pmahaman siswa pada materi pantun.
C. Kerangka Berfikir
Belajar bahasa indonesia pada hakikatnya adalah belajar
komunikasi oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan
meningkatkan kemampuan pebelajaran dalam berkomunikasi, baik
lisan maupin tulis. Hal ini relevan dengan kurikulum bahasa bahwa
kompetensi pembelajaran bahasa dirahkan ke dalam 4 aspek, yaitu
menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Indikasinya dapat dilihat
dari hasil belajar siswa memuaskan. Pembelajaran yang biasa
diterapkan selama ini menggunakan metode konveksional, dimana
pembelajaran berpusat pada guru, siswa mengalami kejenuhan yang
berakibatkan kurangnya minat belajar. Minat belajar atau tumbuh dan
terpelihara apabila kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara
bervariasi, baik melalui variasi metode pembelajaran maupun media.
Salah satu upaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode permainan bahasa bisik berantai, bisik berantai
merupakan salah satu metode pengajaran menyimak dan pembelajaran
kooperatif sebagai alternatif bagi guru dalam mengajar siswa. Pada
metode ini siswa dibentuk beberapa kelompok dan berbaris untuk
menyampaikan permainan bisik berantai dimulai, guru memberikan
stimulus atau bekal materi tentang materi pantun. Metode permainan
komunikata/bisik berantai ini memiliki kelebihan dalam kegiatan
46
pembelajaran yaitu, siswa dapat bermain sekaligus memahami materi
secara alamiah karena ada ketrlibatan siswa didalamnya. selain itu
dengan adanya metode komunikata/bisik berantai
diharapkan berpengaruh pada haasil yang optimal pada
pembelajaran materi menyimak pantun. Dari uraian diatas, dapat
disajikan dalam bagan sebagai berikut
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Berfikir
Penggunaan metode
permainan
komunikata/bisik
berantai secara
kelompok
Kurangnya pemahaman
pada materi menyimak
pantun Kondisi awal
Menggunakan metode
permainan komunikata/bisik
berantai
Cara mengatasi
Metode permainan komunikata/bisik
berantai meningkaatkan pemahaman
menyimak pantun
Kondisi akhir
47
D. Pengajuan Hipotesis
1. Proses permainan komunikata memiliki pengaruh penting guna
mepermudah proses belajar, dengan menggunakan permainan
komunikata siswa akan lebih aktif, lebih percaya diri, dan lebih
mengerti dalam pembelajaran menyimak pantun.
2. Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir dapat ditarik
hipotesis Metode Permainan Komunikata memiliki pengaruh
positif terhadap keterampilan menyimak pantun pada
pembelajaran Bahasa Indonesia, Kelas IV SD Negeri
Belumbang Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon.