bab ii tinjauan pustaka a. hasil penelitian terdahulurepository.ump.ac.id/5628/3/kukuh aji bakhtiar...
TRANSCRIPT
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terkait Novel Nawang yang dapat penulis jadikan
referensi dalam penyusunan penelitian adalah penelitian yang ditemukan penulis
sebagai berikut:Pertama, “Perjuangan Tokoh Nawang Menghadapi Sulitnya
Kehidupan Dalam Novel Nawang Karya Dianing Widya Yudhistira Sebuah Kajian
Feminis” tahun 2010. Skripsi tersebut disusun oleh Kuntari Werdiningtias, mahasiswi
program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta. Dalam penelitian tersebut Kuntari mengungkapkan dua pokok bahasan.
(1) Masalah-masalah yang dihadapi Nawang baik persoalan ekonomi, maupun
kehidupan sosial Nawang sendiri. (2) Kemauan yang keras dalam benak Nawang
untuk dapat menempuh pendidikan tinggi tidak dapat dibendung. Dibalikan dengan
keadaan ekonomi sehingga Nawang harus bekerja keras mewujudkan cita-citanya.
Persamaan dengan penlitian penulis adalah, sama-sama mengangkat Novel Nawang.
Perbedaan yang jelas adalah penulis meneliti tentang peran dan kedudukan
perpempuan dalam Novel Nawang dan mendeskripsikan nilai edukatif yang
terkandung di dalamnya.
Kedua, Kepribadian Tokoh dalam Novel Nawang karya Dianing Widya
Yudhistira: kajian Psikologi Sastra. Penelitian ini ditulis oleh Dewi Puspita Sari,
mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah
Purwokerto tahun 2016. Penelitian tersebut mengemukakan struktur kepribadian pada
6 PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017
19
tokoh-tokoh dalam Novel Nawang dan mekanismeyang digunakan sebagai
pertahanan diri tokoh. Struktur kepribadian yang dimaksud yaitu: (1) struktur
kepribadian id, (2) struktur kepribadian ego, dan (3) struktur kepribadian superego.
Sedangkan mekanisme pertahanan diri yang diperlihatkan adalah: (1)
represi(repression), (2) proyeksi, (3) pengalihan (displacement), (4) rasionalisasi, (5)
agresi, dan (6) stereotype.
Perbedaan dengan penelitian tersebut adalah pendekatan yang dipakai.
Pendekatan Psikologi Sastra dipakai Dewi Puspita Sari sebagai landasan penelitian,
sedangkan peneliti menggunakan feminisme. Kemudian, Dewi Puspita Sari
mengungkapkan kepribadian tokoh dalam novel Nawang dan peneliti meneliti peran
dan kedudukan tokoh dalam novel Nawang. Persamaan dari kedua penelitian adalah
objek penelitiannya, yakni novel Nawang karya Dianing widya Yudhistira.
Kelebihan dari penelitian ini, penulis berpendapat bahwa penelitian ini
memiliki maafaat yang dapat memberi wacana pergerakan perempuan dalam
kehidupan sehari-hari. Persoalan peran dan kedudukan tersebut amat berkaitan
dengan hak dan kewajiban perempuan yang notabene sama dengan laki-laki dalam
kehidupan sehari-hari. Di sisi lain penelitian ini dapat menambah referensi
pembelajaran karya sastra novel. Pada akhirnya jika memang ada pesan moral yang
dapat diambil sebagai pijakan kehidupan sehari-hari, kita dapat mendapatkan nilai
lebih dari apa yang telah dipelajari bagi pembaca dan penulis sendiri.
PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017
20
B. Novel
Keberadaan sebuah karya sastra prosa memberi warna sendiri terhadap karya
sastra yang lain. Dibandingkan dengan karya sastra cerpen atau puisi, novel memiliki
keunikan tersendiri. Novel berasal dari bahasa Italia novella yang secara harfiah
berarti ”sebuah barang baru yang kecil” Djuanda dan Pradana (2006: 165). Novel
merupakan sebuah cerita yang panjang yang berjumlah ratusan halaman,dibangun
oleh unsur-unsur pembangun, mengemukakan sesuatu secara bebas,menyajikan
sesuatu lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, lebih banyakmelibatkan berbagai
permasalahan yang lebih kompleks (Nurgiyantoro, 2007: 10-11).
Menurut Aziez dan Abdul Hasim (2010:2), novel merupakan suatu karya
fiksi, yaitu karya dalam bentuk kisah atau cerita yang melukiskan tokoh-tokoh dan
peristiwa rekaan. Walaupun peristiwa dan tokoh-tokohnya bersifat rekaan, mereka
memiliki kemiripan dengan kehidupan sebenarnya. Sedikit pendapat dari Sayuti
(2000: 7) novel adalah prosa fiksi yang dibentuk oleh elemen plot, tokoh, latar, dan
lain-lain. Dapat ditarik kesimpulan bahwa novel memiliki keluasan cerita yang
membangun unsur-unsur di dalamnya. Pengarang novel memiliki kebebasan
menuliskan cerita rekaannya, mengembangkan alur dan penokohan tokoh yang ada.
Konflik yang kompleks dapat disajikan dengan tanpa terlepas dari benang merah
cerita.
C. Feminisme
Sebelum jauh membahas mengenai kritik sastra femnis hendaknya perlu
sedikit pengantar mengenai konsep seks dan konsep gender. Penjelasan Fakih, (2005:
7-9) sebagai berikut pengertian seks atau jenis kelamin merupakan pensyifatan atau
PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017
21
pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat
pada jenis kelamin tertentu. Seks atau jenis kelamin secara permanen tidak berubah
dan merupakan ketentuan biologis yang melekat pada kaum laki-laki maupun
perempuan yang dibentuk, diasosiasikan, diperkuat, bahkan dikonstruksi secara sosial
atau kultural, melalui ajaran agama maupun negara.
Feminisme muncul sebagai sebuah upaya perlawanan atas berbagai upaya
kontrol laki-laki di atas. Asumsi bahwa perempuan telah ditindas dan dieksploitasi
menghadirkan anggapan bahwa feminisme merupakan satu-satunya jalan untuk
mengakhiri penindasan dan eksloitasi tersebut (Sugihastuti Itsna, 2010: 95).
Kemudian ada padangan mengenai pernbedaan antara feminisme dan emansipasi.
Sofia dalam Sugihastuti dan Itsna, (2010: 95) menjelaskan bahwa emansipasi lebih
menekankan pada partisipasi perempuan dalam pembangunan tanpa mempersoalkan
hak serta kepentingan mereka yang dinilai tidak adil, sedangkan feminisme
memandang perempuan memiliki aktivitas dan inisiatif sendiri untuk
memperjuangkan hak dan kepentingan tersebut dalam berbagai gerakan.
Laki-laki menguasai wilayah publik yang belum tentu dapat dijamah
perempuan. Posisi pria dalam kancah pertukaran wacana ini seringkali diletakkan
pada posisi yang terlalu kuat atau dominan sehingga layak dicemburui, sebagai
makhluk yang superior (kuat). Pada saat yang sama, kondisi ini menimbulkan
ketimpangan di pihak perempuan. Perempuan atau wanita menganggap dirinya
makhluk inferior (lemah), (Trianton: 2009).
Menurut Sugihastuti dan Suharto, (2015: 6) menjalaskan bahwa paham
feminisme lahir pada tahun 1960-an di Barat, dengan beberapa faktor yang
PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017
22
mempengaruhinya. Gerakan ini mempengaruhi banyak segi kehidupan dan
mempengaruhi pula setiap aspek kehidupan perempuan. Bila paham feminis adalah
politik, hal ini merupakan teori atau sederet teori yang apakah diakui atau tidak
merupakan fakta pandangan kaum perempuan terhadap sistem patriarkhi. Dari sinilah
kajian dan gerakan feminisme berkembang ke seluruh dunia. Studi sastra feminis
menjadi menarik karena menawarkan pandangan bahwa para pembaca perempuan
dan kritikus perempuan membawa persepsi, pengertian, dan dugaan yang berbeda
pada pengalaman membaca karya sastra apabila dibandingkan dengan laki-laki.
Kerangka feminisme menurut Ollenburger, Jane C (1996: 21), sebagai berikut:
1. Feminisme Liberal
Penyebab utama penindasan wanita dikenal sebagai kurangnya kesempatan
pendidikan meraka individual atau kelompok. Cara pemecahan untuk mengubahnya
adalah menambah kesempatan-kesempatan bagi wanita, terutama melalui institusi-
institusi pendidikan dan ekonomi. Landasan ini muncul selama revolusi Perancis dan
masa pencerahan Eropa Barat. Kaum feminis liberal secara khusus mengabaikan
suatu analisis yang sistematis mengenai faktor-faktor struktural dan menganggap
bahwa rintangan-rintangan sosial dapat diatasi oleh usaha individual dan campur
tangan pemerintah (1996: 21).
Feminisme liberal dimulai sejak tahun 1792, ketika Mery Wollstonecraft
menerbitkan A Vindication of The Right of Women (1799). Masa itu merupakan
periode emas para pemikir dan perkembangan teori kontrak sosial. Filsuf Rosseau,
pada waktu itu, menegaskan suatu rasionalitas, bahwa laki-laki mempunyai kapasitas
akal-budi untuk menguasai seluruh “kehidupan manusia” (mindkind), tetapi wanita,
PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017
23
berdasarkan sifat-sifatnya mesti dibatasi pada pendidikan dan tugas-tugas rumah
tangga. Mestinya wanita juga mempunyai hak yang sama dengan laki-laki.
2. Feminisme Pascastrukturalis
Asal muasal aliran ini dikaitkan dengan para feminis Perancis, sebab beberapa
tulisannya dibuat di Paris, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Kaum feminis
ini memfokuskan pada cara-cara pemecahan masalah secara individual, seperti
diskriminasi ekonomi. Perempuan harus bekerja untuk mengontrol nasib mereka, dan
perempuan perlu menjadi intelektual, aktivitas ini meliputi berpikir kemudian
mendefinisikan. Akhirnya menciptakan jalan keluar.
Sebenarnya ada banyak sekali sumber pustaka yang membahas mengenai
feminisme. Geofe (dalam Sugihastuti dan Suharto, 2015: 18) menjelaskan bahwa
feminisme adalah teori tentang persamaan antar laki-laki dan perempuan dibidang
politik, ekonomi, sosial, atau kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak
serta kepentingan perempuan. Sebagian besar kajian atau pengertian femenisme
mengarahkan pada gerakan persamaan hak sepenuhnya antara perempuan dan laki-
laki. Karena dalam kenyataannya dominasi laki-laki terhadap perempuan masih
terlihat. Di beberapa lingkungan pekerjaan misalnya, laki-laki cenderung banyak
bekerja di ruang yang mengandalkan fisik daripada perempuan. Perempuan bekerja
sesuai dengan kemampuan fisiknya saja.
Kemudian muncul berbagai pendapat mengenai kesetaraan hak perempuan
dan laki-laki. Menurut Noor, (2007: 99) feminisme adalah suatu gerakan yang
memusatkan perhatian pada perjuangan perempuan dalam menempatkan
eksistensinya. Disisi lain keberadaan laki-laki terhadap perempuan tetap pada posisi
PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017
24
yang lebih kuat dan dominan dibandingkan perempuan itu sendiri. Akhirnya, ada
suatu kepentingan politis yang tidak disadari muncul di dalamnya. Weedon
menjelaskan tentang faham feminis dan teorinya, bahwa faham feminis adalah
politik, sebuah politik langsung mengubah hubungan kekuatan antara perempuan dan
laki-laki dalam masyarakat. Kekuatan ini mencakup semua struktur kehidupan, segi-
segi kehidupan, keluarga, pendidikan, kebudayaan, dan kekuasaan (Sugihastuti dan
Suharto, 2015: 6).
D. Kritik Sastra Feminis
Kritik sastra feminis bukan berarti pengkritik perempuan, atau kritik tentang
perempuan, atau kritik tentang pengarang perepuan; arti sederhana kritik sastra
feminis adalah pengkritik memandang sastra dengan kesadaran khusus, kesadaran
bahwa ada jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya sastra, dan
kehidupan kita, Yoder (dalam Sugiharto dan Sugihastuti, 2015: 5). Titik tolak jenis
kelamin yang akhirnya mengarahkan pengkritik mengkaji sisi feminisme dalam karya
sastra. Karena karya sastra sastra feminisme mempunyai nilai tawar dan realita yang
hingga sekarang dipandang sebagai studi yang menarik. Menurut Fakih (2005: 100)
gerakan feminis merupakan perjuangan dalam rangka mentrasformasikan sistem dan
struktur yang tidak adil menuju ke sistem yang adil bagi kaum laki-laki dan
perempuan. Tujuan yang paling mendasar dari pergerakan feminisme adalah
perempuan hendaknya dapat dipandang setara dengan laki-laki dalam lingkungan
yang ada.
PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017
25
Membaca atau mengkaji karya sastra feminis menurut Culler (dalam
Sugihastuti dan Sugiharto, 2015: 7) bahwa kritik sastra adalah “membaca
perempuan”. Yang dimaksud “membaca sebagai perempuan” adalah kesadaran
pembaca bahwa ada perbedaan penting dalam jenis kelamin pada makna dan
perebutan makna karya sastra. Makna dalam hal ini adalah persoalan pokok anggapan
perbedaan seksual dalam interpretasi dan perebutan makna sastra. Pada dasarnya
kritik sastra feminis tidak bermaksud menggantikan posisi laki-laki dalam tatanan
sosial. Sekedar memperlihatkan bahwa dunia perempuan dalam sastra dan realitas
sosial pantas untuk dibicarakan.
Dalam lingkungan sosial dan ekonomi perempuan kebanyak dimarginalkan,
direndahkan, dan disubordinasi laki-laki. Feminisme merupakan gerakan kaum
perempuan untuk memperoleh otonomi atau kebebasan menentukan dirinya sendiri
(Sugihastuti dan Suharto, 2015:61). Kritik sastra feminis bertolak dari permasalahan
pokok, yaitu anggapan perbedaan seksual dalam interpretasi dan perebutan makna
karya sastra. Kritik feminis bukan merupakan kecaman terhadap salah satu kritik
sastra, melainkan pandangan yang lebih menunjuk pada aneka ragam cara dalam
perbincangan konsep perbedaan sosial. Pendapat para kritikus feminis menurut
Suhihastuti, barangkali mereka tidak menginginkan kritik yang memperlihatkan
konsep patriarki secara secara dominan; segi-segi keperempuanan yang lemah atau
terlihat (diaggap) lemah juga pantas dibicarakan (Sugihastuti, 2015: 8).
Kritik sastra feminis lahir akibat dari berkembangnya feminisme di berbagai
penjuru dunia. Sosiologi sastra sebenarnya sebagai akar dari feminisme sastra,
bedanya jika sosiologi sastra cakupan kajiannya interaksi manusia secara umum dan
PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017
26
tidak membedakan gender. Lahirnya bersamaan dengan kesadaran perempuan akan
haknya. Inti tujuan feminisme adalah meningkatkan kedudukan dan derajat
perempuan agar sama atau sejajar dengan kedudukan serta derajat laki-laki.
Perjuangan serta usaha feminisme untuk mencapai tujuan ini mencakup berbagai
cara. Salah satu caranya adalah memperoleh hak dan peluang yang sama dengan yang
dimiliki laki-laki. Berkaitan dengan, maka muncullah istilah equal right‟s movement
atau gerakan persamaan hak. Cara lain adalah membebaskan perempuan dari ikatan
lingkungan domestik atau lingkungan keluarga dan rumah tangga.
Perempuan dan laki-laki diyakini juga mempunyai perbedaan kesadaran sosial
maupun kontrol sosial. Kesadaran sosial merupakan suatu kesadaran yang terjadi
pada perempuan dalam bentuk pemaksaan-pemaksaan, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Kontrol sosial merupakan bentuk pemaksaan perempuan untuk masuk
ke dalam lembaga-lambaga sosial yang bersifat keibuan. Sejalan dengan hal itu, Sofia
dalam Sugihastuti, (2010: 99) menyimpulkan bahwa munculnya ide-ide feminis
berangkat dari kenyataan bahwa konstruksi sosial gender yang ada mendorong citra
perempuan masih belum dapat memenuhi cita-cita persamaan hak antara laki-laki dan
perempuan.
E. Peran Perempuan
Dalam teori sosial Parson, peran didefenisikan sebagai harapan-harapan yang
diorganisasi terkait dengan konteks interaksi tertentu yang membentuk orientasi
motivasional individu terhadap yang lain. Melalui pola-pola kultural, cetak biru, atau
contoh perilaku ini orang belajar siapa mereka di depan orang lain dan bagaimana
PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017
27
mereka harus bertindak terhadap orang lain (John Scott dalam Ahdiah: 2015: 1087).
Hal tersebut menagarahkan individu untuk menempatkan diri ketika berhadapan
dengan seseorang. Pemahaman ini akan melandasi sikap mana yang akan ditunjukan
pada individu bersangkutan.
Peran perempuan di Indonesia sudah diatur dalam UU No. 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan dalam Bab Hak dan Kewajiban Suami Istri pasal 31. Hal
tersebut mengenai hak dan kedudukan istri (perempuan) adalah seimbang dengan hak
dan kedudukan suami (laki-laki) dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup
bersama dalam masyarakat. Dalam UU No. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan
Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita
sudah dijelaskan bahwa pemerintah menegaskan menghapuskan segala bentuk
diskriminasi wanita. Hal ini mengacu pada persetujuan Majelis Umum Perserikatan
Bangsa-bangsa. Namun dalam kenyataannya masih ada ketimpangan hak perempuan
dalam aktivitas sosial, pendidikan, pekerjaan, dan kesehatan. Maka berdasarkan
uraian di atas diperlukan upaya untuk mengembalikan kesetaraan dan keadilan
gender dalam segala bidang.
Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan
peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-
pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Seseorang dapat
mengatur dan menentukan apa yang harus dilakukan baik pada dirinya mapun orang
lain. Dibawah ini akan dijelaskan peran dan kedudukan perempuan menurut ruang
lingkupnya.
PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017
28
a. Peran Perempuan dalam keluarga
Menurut Soenarjati dalam Sugihastuti dan Itsna (2010, 281), perempuan
memiliki sifat-sifat khas yang tidak dimiliki oleh kaum laki-laki yakni melahirkan,
memelihara, dan mengurus anak. Dengan pandangan laki-laki tersebut akhirnya
muncul pendapat bahwa ruang lingkup yang sesuai dengan perempuan adalah rumah
atau keluarga. Peran perempuan dalam keluarga dibagi menjadi tiga peran, yaitu:
anak, ibu, dan istri (Lestari, 2016).
1. Perempuan sebagai anak
Menurut Julia (dalam Warsito: 2013) kedudukan perempuan sebagai anak
dalam keluarga menurut feminis sejajar dan setara dengan anak laki-laki. Dalam
beberapa hal tersebut dapat kita dapat artikan sebenarnya peran anak perempuan dan
laki laki sejajar. Namun dalam kenyataan masih banyak ditemukan diskriminasi baik
perlakuan dari saudara laki-laki, kasih sayang orang tua, dan memperoleh
kesejahteraan dari orang tuanya. Batasan peran tersebut akan lepas ketika anak
perempuan menikah.
Selain itu peran anak perempuan bagaimanapun harus menghormati dan
mamatuhi orang tuanya. Sebagai anak sudah menjadi seharusnya kita berbakti dan
tujuan kita hanyalah membahagiakan orang tua, dengan tanpa melanggar perintahnya
dan melakukan larangannya (Lestari: 2016). Budaya orang Indonesia dalam mendidik
anak perempuan memang sangat ketat. Perlakuan atau penjagaan anak perempuan
daripada laki-laki lebih ketat. Karena anak perempuan sangat beresiko membawa
keburukan nama keluarga jika melakukan hal yang tidak sewajarnya anak perempuan.
PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017
29
2. Peran Perempuan Sebagai Ibu
Peran Ibu perempuan sebagai ibu dalam keluarga adalah mengasuh anak dan
mengurus urusan domestik rumah tangga. Mengasuh anak adalah satu contoh tugas
seorang ibu. Menurut Aswiyati (2016) bagi ibu (wanita) perlu mendorong suami
serta anak-anaknya untuk baik dan berprestasi. Namun di sisi lain, ada ruang yang
tidak bisa menguntungkan seorang ibu dalam sebuah keluarga. Jika peran mengasuk
anak, mengurus rumah, dan melayani suami sudah menjadi kewajiban.
Kemudian muncul persoalan seorang ibu yang tidak memiliki ruang
ekspresi. Karena feminisme menilai bahwa ibu rumah tangga merupakan penjara bagi
seorang perempuan untuk mengembangkan diri. Mereka menggambarkan ibu rumah
tangga sebagai perempuan yang tertinggal, menjadi makhluk inferior dan menderita
(Warsito: 2013). Peran ibu yang sudah biasa dimata orang timur adalah sosok yang
istimewa di atas ayah. Ibu mendapat prioritas penghormatan dan kasih sayang dari
anak-anaknya. Hal itu yang tidak bisa tergantikan oleh peran ayah.
3. Peran Perempuan Sebagai Istri
Tentu memandang perempuan sebagai istri ada sedikit perbedaan dang
perempuan sebagai ibu rumah tangg. Peran sebagai istri bersinggungan dengan peran
suami disampingnya. Menurut Lestari (2015) istilah lain yang menggambarkan peran
istri dalam sektor domestik adalah kanca wingking. Dalam bahasa Indonesia kanca
wingking berarti teman belakang, yaitu sebagai teman dalam mengelola urusan rumah
tangga, khususnya urusan anak, memasak, mencuci dan lain-lain atau lebih sering
dikenal dengan masak, masak, manakatau yang sering disebut dengan 3M. Aktivitas
PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017
30
tersebut mengarahkan perempuan melakukan kewajiban sebagai pengurus bahkan
pelaku kegiatan rumah tangga.
Selain aktivitas rumah tangga, istri juga harus mengurus suami dan semua
aktifitas suami istri lainnya. Dalam satu hari dari pagi hari sampai malam hari tugas
domestik perempuan amat banyak. Menurut Far Far (2012) domestik yang
diidentikan dengan perempuan (istri) membuat perempuan mencurahkan waktu dan
tenaganya secara konsisten setiap harinya. Berdasarkan data pada Tabel 5 curahan
waktu kurang dari 5 jam untuk aktivitas domestik didominasi oleh sebagian besar
responden laki-laki (suami) yaitu sebanyak 86,67 persen karna sebagian besar waktu
terpakai untuk aktifitas mencari nafkah.
Salah satu kendala bagi perempuan di Indonesia adalah adanya kontradiksi
antara karir dan keluarga. Perempuan seolah-olah diharuskan memilih karir atau
keluarga. Jika memilih karir, kondisi pekerjaan di Indonesia seringkali tidak
mendukung peran seorang ibu (Anirah: 2012). Hal ini menunjukan peran perempuan
di ranah publik memiliki keterbatasan jika dibanding laki-laki. Persoalan tersebut
didasari bahwa perempuan memiliki tugas yang sudah disebutkan sebelumnya yaitu;
mengurus rumah tangga, merawat anak, dan melayani suami. Anirah menambahkan
perempuan belum lagi bila berhadapan dengan problema keuangan keluarga karena
gaji suami yang tidak mencukupi. Dengan kata lain, perempuan karir di Indonesia
umumnya menghadapi dilema besar. Satu sisi perempuan ingin membantu keuangan
keluarga namun di sisi lain bertentangan dengan tugas istri.
PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017
31
b. Peran Perempuan dalam Masyarakat
Peran perempuan sejak dahulu kurang terwakili secara sosial dalam
masyarakat. Menurut Worsley dalam Sugihastuti dan Suharto (2015: 207), dominasi
laki-laki di dalam masyarakat sudah terjadi jauh sejak sejarah mulai dicatat, lebih
jauh lagi ke belakang dibandingkan dengan timbulnya masyarakat industrial modern
yang boleh dikatakan baru belakangan ini saja. Definisi perlakuan tidak adil terhadap
perempuan dapat bermacam-macam. Hal yang paling kuat didasarkan atas bentuk-
bentuk perlakuan tidak adil tersebut misalnya kekerasan domestik dan kekerasan
publik (Sugihastuti dan Itsna, 2010: 85). Kekerasan tersebut terjadi tidak hanya
dilakukan oleh laki-laki saja namun juga masyarakat umum yang mewakili individu
lain di luar diri perempuan itu.
c. Peran Perempuan dalam Pendidikan
Dalam UUD ‟45 pasal 31 menerangkan, (1) Tiap-tiap Warganegara berhak
mendapat pengajaran. (2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu
sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan Undang-undang. Tidak ada
pengecualian apapun mengenai hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang
layak seperti laki-laki.
Tanpa memiliki pengetahuan perempuan tidak dapat meraih kesetaraan
dengan laki-laki. Begitu juga dengan pencapaian fitrah perempuan juga memerlukan
pengetahuan. Menurut Indraswari (2015), pendidikan dipercaya sebagai salah satu
motor penggerak perubahan sosial. Bagi perempuan, pendidikan adalah kunci menuju
kehidupan yang lebih baik. Namun sebenarnya pendidikan memiliki cakupan manfaat
PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017
32
yang lebih luas, bukan hanya pada diri perempuan itu sendiri melainkan meliputi
keluarga, komunitas dan negara. Pendaapat lain mengenai pendidikan menurut
Aminuddin dalam Paulina (2016) bahwa nilai-nilai pendidikan yang disampaikan
kepada pembaca akan lebih penting dan berguna bagi manusia yang dilakukan
melalui proses pengubahan sikap dan tingkah laku seorang manusia.
d. Peran Perempuan dalam Pekerjaan
Sedikit penjelasan tentang pembagian kerja atau pekerjaan dalam setiap
strata masyarakat bukan hanya wujud secara fisik, tetapi juga secara emosional.
Pembagian kerja bukan semata-mata pembagian aktivitas (yang aktivitas
mendeterminasi pola asosiasi, pergerakan, dan penggunaan ruang), hal ini menurut
Sugihastuti dan Itsna (2010: 53). Peran domestik perempuan tidak sejalan dengan
peran publik laki-laki. Kecenderungan perempuan yang lekat dengan aktivitas rumah
tangga yang akhirnya membatasi kerja di ruang publik seperti halnya laki-laki.
Berkaitan dengan gender, dikenal ada tiga jenis peran gender sebagai berikut.
Sebagian besar perempuan masih berkiprah di sektor informal atau pekerjaan
yang tidak memerlukan kualitas pengetahuan dan keterampilan canggih atau spesifik.
(Khotimah: 2009). Hal ini menempatan bahwa perempuan bukanlah kelas utama
dalam dunia kerja. Perempuan dianggap tidak memiliki kulifikasi untuk bekerja di
sektor publik. Selanjutnya Khotimah berpendapat, tentunya ini berimplikasi pada
perlindungan hukum yang kurang, penerimaan upah yang tidak memadai, belum lagi
beban ganda yang dirasakan. Ketika hal ini terjadi tentu sangat merugikan
perempuan. Satu sisi perempuan kehilangan kesempatan berkiprah dalam ranah
PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017
33
produktif dan di sisi lain renah reproduktif yang ditinggalkannya menjadi
terbengkalai. Dibawah ini
1. Peran produktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang, menyangkut
pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dikonsumsi maupun
untuk diperdagangkan. Peran ini sering pula disebut dengan peran di sektor
publik.
2. Peran reproduktif adalah peran yang ijalankan oleh seseorang untuk kegiatan
yang berkaitan dengan pemeliharaan sumberdaya manusia dan ekerjaan urusan
rumah tangga, seperti mengasuhanak, memasak,mencuci pakaian dan alat-alat
rumah tangga, menyetrika, membersihkan rumah, dan lain-lain. Peran
reproduktif ini disebut juga peran di sektor domestik.
3. Peran sosial adalah peran yang dilaksanakan oleh seseorang untuk berpartisipasi
di dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti gotong-royong dalam
menyelesaikan beragam pekerjaan yang menyangkut kepentingan bersama.
(Kantor Menteri Negara Peranan Wanita, 1998 dan Tim Pusat Studi Wanita
Universitas Udayana, 2003).
PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017