bab ii tinjauan pustaka a. hasil penelitian terdahulurepository.ump.ac.id/5628/3/kukuh aji bakhtiar...

16
18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terkait Novel Nawang yang dapat penulis jadikan referensi dalam penyusunan penelitian adalah penelitian yang ditemukan penulis sebagai berikut:Pertama, Perjuangan Tokoh Nawang Menghadapi Sulitnya Kehidupan Dalam Novel Nawang Karya Dianing Widya Yudhistira Sebuah Kajian Feminis” tahun 2010. Skripsi tersebut disusun oleh Kuntari Werdiningtias, mahasiswi program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Dalam penelitian tersebut Kuntari mengungkapkan dua pokok bahasan. (1) Masalah-masalah yang dihadapi Nawang baik persoalan ekonomi, maupun kehidupan sosial Nawang sendiri. (2) Kemauan yang keras dalam benak Nawang untuk dapat menempuh pendidikan tinggi tidak dapat dibendung. Dibalikan dengan keadaan ekonomi sehingga Nawang harus bekerja keras mewujudkan cita-citanya. Persamaan dengan penlitian penulis adalah, sama-sama mengangkat Novel Nawang. Perbedaan yang jelas adalah penulis meneliti tentang peran dan kedudukan perpempuan dalam Novel Nawang dan mendeskripsikan nilai edukatif yang terkandung di dalamnya. Kedua, Kepribadian Tokoh dalam Novel Nawang karya Dianing Widya Yudhistira: kajian Psikologi Sastra. Penelitian ini ditulis oleh Dewi Puspita Sari, mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purwokerto tahun 2016. Penelitian tersebut mengemukakan struktur kepribadian pada 6 PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017

Upload: vodung

Post on 19-May-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terkait Novel Nawang yang dapat penulis jadikan

referensi dalam penyusunan penelitian adalah penelitian yang ditemukan penulis

sebagai berikut:Pertama, “Perjuangan Tokoh Nawang Menghadapi Sulitnya

Kehidupan Dalam Novel Nawang Karya Dianing Widya Yudhistira Sebuah Kajian

Feminis” tahun 2010. Skripsi tersebut disusun oleh Kuntari Werdiningtias, mahasiswi

program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan

Yogyakarta. Dalam penelitian tersebut Kuntari mengungkapkan dua pokok bahasan.

(1) Masalah-masalah yang dihadapi Nawang baik persoalan ekonomi, maupun

kehidupan sosial Nawang sendiri. (2) Kemauan yang keras dalam benak Nawang

untuk dapat menempuh pendidikan tinggi tidak dapat dibendung. Dibalikan dengan

keadaan ekonomi sehingga Nawang harus bekerja keras mewujudkan cita-citanya.

Persamaan dengan penlitian penulis adalah, sama-sama mengangkat Novel Nawang.

Perbedaan yang jelas adalah penulis meneliti tentang peran dan kedudukan

perpempuan dalam Novel Nawang dan mendeskripsikan nilai edukatif yang

terkandung di dalamnya.

Kedua, Kepribadian Tokoh dalam Novel Nawang karya Dianing Widya

Yudhistira: kajian Psikologi Sastra. Penelitian ini ditulis oleh Dewi Puspita Sari,

mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Purwokerto tahun 2016. Penelitian tersebut mengemukakan struktur kepribadian pada

6 PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017

19

tokoh-tokoh dalam Novel Nawang dan mekanismeyang digunakan sebagai

pertahanan diri tokoh. Struktur kepribadian yang dimaksud yaitu: (1) struktur

kepribadian id, (2) struktur kepribadian ego, dan (3) struktur kepribadian superego.

Sedangkan mekanisme pertahanan diri yang diperlihatkan adalah: (1)

represi(repression), (2) proyeksi, (3) pengalihan (displacement), (4) rasionalisasi, (5)

agresi, dan (6) stereotype.

Perbedaan dengan penelitian tersebut adalah pendekatan yang dipakai.

Pendekatan Psikologi Sastra dipakai Dewi Puspita Sari sebagai landasan penelitian,

sedangkan peneliti menggunakan feminisme. Kemudian, Dewi Puspita Sari

mengungkapkan kepribadian tokoh dalam novel Nawang dan peneliti meneliti peran

dan kedudukan tokoh dalam novel Nawang. Persamaan dari kedua penelitian adalah

objek penelitiannya, yakni novel Nawang karya Dianing widya Yudhistira.

Kelebihan dari penelitian ini, penulis berpendapat bahwa penelitian ini

memiliki maafaat yang dapat memberi wacana pergerakan perempuan dalam

kehidupan sehari-hari. Persoalan peran dan kedudukan tersebut amat berkaitan

dengan hak dan kewajiban perempuan yang notabene sama dengan laki-laki dalam

kehidupan sehari-hari. Di sisi lain penelitian ini dapat menambah referensi

pembelajaran karya sastra novel. Pada akhirnya jika memang ada pesan moral yang

dapat diambil sebagai pijakan kehidupan sehari-hari, kita dapat mendapatkan nilai

lebih dari apa yang telah dipelajari bagi pembaca dan penulis sendiri.

PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017

20

B. Novel

Keberadaan sebuah karya sastra prosa memberi warna sendiri terhadap karya

sastra yang lain. Dibandingkan dengan karya sastra cerpen atau puisi, novel memiliki

keunikan tersendiri. Novel berasal dari bahasa Italia novella yang secara harfiah

berarti ”sebuah barang baru yang kecil” Djuanda dan Pradana (2006: 165). Novel

merupakan sebuah cerita yang panjang yang berjumlah ratusan halaman,dibangun

oleh unsur-unsur pembangun, mengemukakan sesuatu secara bebas,menyajikan

sesuatu lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, lebih banyakmelibatkan berbagai

permasalahan yang lebih kompleks (Nurgiyantoro, 2007: 10-11).

Menurut Aziez dan Abdul Hasim (2010:2), novel merupakan suatu karya

fiksi, yaitu karya dalam bentuk kisah atau cerita yang melukiskan tokoh-tokoh dan

peristiwa rekaan. Walaupun peristiwa dan tokoh-tokohnya bersifat rekaan, mereka

memiliki kemiripan dengan kehidupan sebenarnya. Sedikit pendapat dari Sayuti

(2000: 7) novel adalah prosa fiksi yang dibentuk oleh elemen plot, tokoh, latar, dan

lain-lain. Dapat ditarik kesimpulan bahwa novel memiliki keluasan cerita yang

membangun unsur-unsur di dalamnya. Pengarang novel memiliki kebebasan

menuliskan cerita rekaannya, mengembangkan alur dan penokohan tokoh yang ada.

Konflik yang kompleks dapat disajikan dengan tanpa terlepas dari benang merah

cerita.

C. Feminisme

Sebelum jauh membahas mengenai kritik sastra femnis hendaknya perlu

sedikit pengantar mengenai konsep seks dan konsep gender. Penjelasan Fakih, (2005:

7-9) sebagai berikut pengertian seks atau jenis kelamin merupakan pensyifatan atau

PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017

21

pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat

pada jenis kelamin tertentu. Seks atau jenis kelamin secara permanen tidak berubah

dan merupakan ketentuan biologis yang melekat pada kaum laki-laki maupun

perempuan yang dibentuk, diasosiasikan, diperkuat, bahkan dikonstruksi secara sosial

atau kultural, melalui ajaran agama maupun negara.

Feminisme muncul sebagai sebuah upaya perlawanan atas berbagai upaya

kontrol laki-laki di atas. Asumsi bahwa perempuan telah ditindas dan dieksploitasi

menghadirkan anggapan bahwa feminisme merupakan satu-satunya jalan untuk

mengakhiri penindasan dan eksloitasi tersebut (Sugihastuti Itsna, 2010: 95).

Kemudian ada padangan mengenai pernbedaan antara feminisme dan emansipasi.

Sofia dalam Sugihastuti dan Itsna, (2010: 95) menjelaskan bahwa emansipasi lebih

menekankan pada partisipasi perempuan dalam pembangunan tanpa mempersoalkan

hak serta kepentingan mereka yang dinilai tidak adil, sedangkan feminisme

memandang perempuan memiliki aktivitas dan inisiatif sendiri untuk

memperjuangkan hak dan kepentingan tersebut dalam berbagai gerakan.

Laki-laki menguasai wilayah publik yang belum tentu dapat dijamah

perempuan. Posisi pria dalam kancah pertukaran wacana ini seringkali diletakkan

pada posisi yang terlalu kuat atau dominan sehingga layak dicemburui, sebagai

makhluk yang superior (kuat). Pada saat yang sama, kondisi ini menimbulkan

ketimpangan di pihak perempuan. Perempuan atau wanita menganggap dirinya

makhluk inferior (lemah), (Trianton: 2009).

Menurut Sugihastuti dan Suharto, (2015: 6) menjalaskan bahwa paham

feminisme lahir pada tahun 1960-an di Barat, dengan beberapa faktor yang

PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017

22

mempengaruhinya. Gerakan ini mempengaruhi banyak segi kehidupan dan

mempengaruhi pula setiap aspek kehidupan perempuan. Bila paham feminis adalah

politik, hal ini merupakan teori atau sederet teori yang apakah diakui atau tidak

merupakan fakta pandangan kaum perempuan terhadap sistem patriarkhi. Dari sinilah

kajian dan gerakan feminisme berkembang ke seluruh dunia. Studi sastra feminis

menjadi menarik karena menawarkan pandangan bahwa para pembaca perempuan

dan kritikus perempuan membawa persepsi, pengertian, dan dugaan yang berbeda

pada pengalaman membaca karya sastra apabila dibandingkan dengan laki-laki.

Kerangka feminisme menurut Ollenburger, Jane C (1996: 21), sebagai berikut:

1. Feminisme Liberal

Penyebab utama penindasan wanita dikenal sebagai kurangnya kesempatan

pendidikan meraka individual atau kelompok. Cara pemecahan untuk mengubahnya

adalah menambah kesempatan-kesempatan bagi wanita, terutama melalui institusi-

institusi pendidikan dan ekonomi. Landasan ini muncul selama revolusi Perancis dan

masa pencerahan Eropa Barat. Kaum feminis liberal secara khusus mengabaikan

suatu analisis yang sistematis mengenai faktor-faktor struktural dan menganggap

bahwa rintangan-rintangan sosial dapat diatasi oleh usaha individual dan campur

tangan pemerintah (1996: 21).

Feminisme liberal dimulai sejak tahun 1792, ketika Mery Wollstonecraft

menerbitkan A Vindication of The Right of Women (1799). Masa itu merupakan

periode emas para pemikir dan perkembangan teori kontrak sosial. Filsuf Rosseau,

pada waktu itu, menegaskan suatu rasionalitas, bahwa laki-laki mempunyai kapasitas

akal-budi untuk menguasai seluruh “kehidupan manusia” (mindkind), tetapi wanita,

PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017

23

berdasarkan sifat-sifatnya mesti dibatasi pada pendidikan dan tugas-tugas rumah

tangga. Mestinya wanita juga mempunyai hak yang sama dengan laki-laki.

2. Feminisme Pascastrukturalis

Asal muasal aliran ini dikaitkan dengan para feminis Perancis, sebab beberapa

tulisannya dibuat di Paris, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Kaum feminis

ini memfokuskan pada cara-cara pemecahan masalah secara individual, seperti

diskriminasi ekonomi. Perempuan harus bekerja untuk mengontrol nasib mereka, dan

perempuan perlu menjadi intelektual, aktivitas ini meliputi berpikir kemudian

mendefinisikan. Akhirnya menciptakan jalan keluar.

Sebenarnya ada banyak sekali sumber pustaka yang membahas mengenai

feminisme. Geofe (dalam Sugihastuti dan Suharto, 2015: 18) menjelaskan bahwa

feminisme adalah teori tentang persamaan antar laki-laki dan perempuan dibidang

politik, ekonomi, sosial, atau kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak

serta kepentingan perempuan. Sebagian besar kajian atau pengertian femenisme

mengarahkan pada gerakan persamaan hak sepenuhnya antara perempuan dan laki-

laki. Karena dalam kenyataannya dominasi laki-laki terhadap perempuan masih

terlihat. Di beberapa lingkungan pekerjaan misalnya, laki-laki cenderung banyak

bekerja di ruang yang mengandalkan fisik daripada perempuan. Perempuan bekerja

sesuai dengan kemampuan fisiknya saja.

Kemudian muncul berbagai pendapat mengenai kesetaraan hak perempuan

dan laki-laki. Menurut Noor, (2007: 99) feminisme adalah suatu gerakan yang

memusatkan perhatian pada perjuangan perempuan dalam menempatkan

eksistensinya. Disisi lain keberadaan laki-laki terhadap perempuan tetap pada posisi

PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017

24

yang lebih kuat dan dominan dibandingkan perempuan itu sendiri. Akhirnya, ada

suatu kepentingan politis yang tidak disadari muncul di dalamnya. Weedon

menjelaskan tentang faham feminis dan teorinya, bahwa faham feminis adalah

politik, sebuah politik langsung mengubah hubungan kekuatan antara perempuan dan

laki-laki dalam masyarakat. Kekuatan ini mencakup semua struktur kehidupan, segi-

segi kehidupan, keluarga, pendidikan, kebudayaan, dan kekuasaan (Sugihastuti dan

Suharto, 2015: 6).

D. Kritik Sastra Feminis

Kritik sastra feminis bukan berarti pengkritik perempuan, atau kritik tentang

perempuan, atau kritik tentang pengarang perepuan; arti sederhana kritik sastra

feminis adalah pengkritik memandang sastra dengan kesadaran khusus, kesadaran

bahwa ada jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya sastra, dan

kehidupan kita, Yoder (dalam Sugiharto dan Sugihastuti, 2015: 5). Titik tolak jenis

kelamin yang akhirnya mengarahkan pengkritik mengkaji sisi feminisme dalam karya

sastra. Karena karya sastra sastra feminisme mempunyai nilai tawar dan realita yang

hingga sekarang dipandang sebagai studi yang menarik. Menurut Fakih (2005: 100)

gerakan feminis merupakan perjuangan dalam rangka mentrasformasikan sistem dan

struktur yang tidak adil menuju ke sistem yang adil bagi kaum laki-laki dan

perempuan. Tujuan yang paling mendasar dari pergerakan feminisme adalah

perempuan hendaknya dapat dipandang setara dengan laki-laki dalam lingkungan

yang ada.

PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017

25

Membaca atau mengkaji karya sastra feminis menurut Culler (dalam

Sugihastuti dan Sugiharto, 2015: 7) bahwa kritik sastra adalah “membaca

perempuan”. Yang dimaksud “membaca sebagai perempuan” adalah kesadaran

pembaca bahwa ada perbedaan penting dalam jenis kelamin pada makna dan

perebutan makna karya sastra. Makna dalam hal ini adalah persoalan pokok anggapan

perbedaan seksual dalam interpretasi dan perebutan makna sastra. Pada dasarnya

kritik sastra feminis tidak bermaksud menggantikan posisi laki-laki dalam tatanan

sosial. Sekedar memperlihatkan bahwa dunia perempuan dalam sastra dan realitas

sosial pantas untuk dibicarakan.

Dalam lingkungan sosial dan ekonomi perempuan kebanyak dimarginalkan,

direndahkan, dan disubordinasi laki-laki. Feminisme merupakan gerakan kaum

perempuan untuk memperoleh otonomi atau kebebasan menentukan dirinya sendiri

(Sugihastuti dan Suharto, 2015:61). Kritik sastra feminis bertolak dari permasalahan

pokok, yaitu anggapan perbedaan seksual dalam interpretasi dan perebutan makna

karya sastra. Kritik feminis bukan merupakan kecaman terhadap salah satu kritik

sastra, melainkan pandangan yang lebih menunjuk pada aneka ragam cara dalam

perbincangan konsep perbedaan sosial. Pendapat para kritikus feminis menurut

Suhihastuti, barangkali mereka tidak menginginkan kritik yang memperlihatkan

konsep patriarki secara secara dominan; segi-segi keperempuanan yang lemah atau

terlihat (diaggap) lemah juga pantas dibicarakan (Sugihastuti, 2015: 8).

Kritik sastra feminis lahir akibat dari berkembangnya feminisme di berbagai

penjuru dunia. Sosiologi sastra sebenarnya sebagai akar dari feminisme sastra,

bedanya jika sosiologi sastra cakupan kajiannya interaksi manusia secara umum dan

PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017

26

tidak membedakan gender. Lahirnya bersamaan dengan kesadaran perempuan akan

haknya. Inti tujuan feminisme adalah meningkatkan kedudukan dan derajat

perempuan agar sama atau sejajar dengan kedudukan serta derajat laki-laki.

Perjuangan serta usaha feminisme untuk mencapai tujuan ini mencakup berbagai

cara. Salah satu caranya adalah memperoleh hak dan peluang yang sama dengan yang

dimiliki laki-laki. Berkaitan dengan, maka muncullah istilah equal right‟s movement

atau gerakan persamaan hak. Cara lain adalah membebaskan perempuan dari ikatan

lingkungan domestik atau lingkungan keluarga dan rumah tangga.

Perempuan dan laki-laki diyakini juga mempunyai perbedaan kesadaran sosial

maupun kontrol sosial. Kesadaran sosial merupakan suatu kesadaran yang terjadi

pada perempuan dalam bentuk pemaksaan-pemaksaan, baik secara langsung maupun

tidak langsung. Kontrol sosial merupakan bentuk pemaksaan perempuan untuk masuk

ke dalam lembaga-lambaga sosial yang bersifat keibuan. Sejalan dengan hal itu, Sofia

dalam Sugihastuti, (2010: 99) menyimpulkan bahwa munculnya ide-ide feminis

berangkat dari kenyataan bahwa konstruksi sosial gender yang ada mendorong citra

perempuan masih belum dapat memenuhi cita-cita persamaan hak antara laki-laki dan

perempuan.

E. Peran Perempuan

Dalam teori sosial Parson, peran didefenisikan sebagai harapan-harapan yang

diorganisasi terkait dengan konteks interaksi tertentu yang membentuk orientasi

motivasional individu terhadap yang lain. Melalui pola-pola kultural, cetak biru, atau

contoh perilaku ini orang belajar siapa mereka di depan orang lain dan bagaimana

PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017

27

mereka harus bertindak terhadap orang lain (John Scott dalam Ahdiah: 2015: 1087).

Hal tersebut menagarahkan individu untuk menempatkan diri ketika berhadapan

dengan seseorang. Pemahaman ini akan melandasi sikap mana yang akan ditunjukan

pada individu bersangkutan.

Peran perempuan di Indonesia sudah diatur dalam UU No. 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan dalam Bab Hak dan Kewajiban Suami Istri pasal 31. Hal

tersebut mengenai hak dan kedudukan istri (perempuan) adalah seimbang dengan hak

dan kedudukan suami (laki-laki) dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup

bersama dalam masyarakat. Dalam UU No. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan

Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita

sudah dijelaskan bahwa pemerintah menegaskan menghapuskan segala bentuk

diskriminasi wanita. Hal ini mengacu pada persetujuan Majelis Umum Perserikatan

Bangsa-bangsa. Namun dalam kenyataannya masih ada ketimpangan hak perempuan

dalam aktivitas sosial, pendidikan, pekerjaan, dan kesehatan. Maka berdasarkan

uraian di atas diperlukan upaya untuk mengembalikan kesetaraan dan keadilan

gender dalam segala bidang.

Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan

peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-

pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Seseorang dapat

mengatur dan menentukan apa yang harus dilakukan baik pada dirinya mapun orang

lain. Dibawah ini akan dijelaskan peran dan kedudukan perempuan menurut ruang

lingkupnya.

PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017

28

a. Peran Perempuan dalam keluarga

Menurut Soenarjati dalam Sugihastuti dan Itsna (2010, 281), perempuan

memiliki sifat-sifat khas yang tidak dimiliki oleh kaum laki-laki yakni melahirkan,

memelihara, dan mengurus anak. Dengan pandangan laki-laki tersebut akhirnya

muncul pendapat bahwa ruang lingkup yang sesuai dengan perempuan adalah rumah

atau keluarga. Peran perempuan dalam keluarga dibagi menjadi tiga peran, yaitu:

anak, ibu, dan istri (Lestari, 2016).

1. Perempuan sebagai anak

Menurut Julia (dalam Warsito: 2013) kedudukan perempuan sebagai anak

dalam keluarga menurut feminis sejajar dan setara dengan anak laki-laki. Dalam

beberapa hal tersebut dapat kita dapat artikan sebenarnya peran anak perempuan dan

laki laki sejajar. Namun dalam kenyataan masih banyak ditemukan diskriminasi baik

perlakuan dari saudara laki-laki, kasih sayang orang tua, dan memperoleh

kesejahteraan dari orang tuanya. Batasan peran tersebut akan lepas ketika anak

perempuan menikah.

Selain itu peran anak perempuan bagaimanapun harus menghormati dan

mamatuhi orang tuanya. Sebagai anak sudah menjadi seharusnya kita berbakti dan

tujuan kita hanyalah membahagiakan orang tua, dengan tanpa melanggar perintahnya

dan melakukan larangannya (Lestari: 2016). Budaya orang Indonesia dalam mendidik

anak perempuan memang sangat ketat. Perlakuan atau penjagaan anak perempuan

daripada laki-laki lebih ketat. Karena anak perempuan sangat beresiko membawa

keburukan nama keluarga jika melakukan hal yang tidak sewajarnya anak perempuan.

PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017

29

2. Peran Perempuan Sebagai Ibu

Peran Ibu perempuan sebagai ibu dalam keluarga adalah mengasuh anak dan

mengurus urusan domestik rumah tangga. Mengasuh anak adalah satu contoh tugas

seorang ibu. Menurut Aswiyati (2016) bagi ibu (wanita) perlu mendorong suami

serta anak-anaknya untuk baik dan berprestasi. Namun di sisi lain, ada ruang yang

tidak bisa menguntungkan seorang ibu dalam sebuah keluarga. Jika peran mengasuk

anak, mengurus rumah, dan melayani suami sudah menjadi kewajiban.

Kemudian muncul persoalan seorang ibu yang tidak memiliki ruang

ekspresi. Karena feminisme menilai bahwa ibu rumah tangga merupakan penjara bagi

seorang perempuan untuk mengembangkan diri. Mereka menggambarkan ibu rumah

tangga sebagai perempuan yang tertinggal, menjadi makhluk inferior dan menderita

(Warsito: 2013). Peran ibu yang sudah biasa dimata orang timur adalah sosok yang

istimewa di atas ayah. Ibu mendapat prioritas penghormatan dan kasih sayang dari

anak-anaknya. Hal itu yang tidak bisa tergantikan oleh peran ayah.

3. Peran Perempuan Sebagai Istri

Tentu memandang perempuan sebagai istri ada sedikit perbedaan dang

perempuan sebagai ibu rumah tangg. Peran sebagai istri bersinggungan dengan peran

suami disampingnya. Menurut Lestari (2015) istilah lain yang menggambarkan peran

istri dalam sektor domestik adalah kanca wingking. Dalam bahasa Indonesia kanca

wingking berarti teman belakang, yaitu sebagai teman dalam mengelola urusan rumah

tangga, khususnya urusan anak, memasak, mencuci dan lain-lain atau lebih sering

dikenal dengan masak, masak, manakatau yang sering disebut dengan 3M. Aktivitas

PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017

30

tersebut mengarahkan perempuan melakukan kewajiban sebagai pengurus bahkan

pelaku kegiatan rumah tangga.

Selain aktivitas rumah tangga, istri juga harus mengurus suami dan semua

aktifitas suami istri lainnya. Dalam satu hari dari pagi hari sampai malam hari tugas

domestik perempuan amat banyak. Menurut Far Far (2012) domestik yang

diidentikan dengan perempuan (istri) membuat perempuan mencurahkan waktu dan

tenaganya secara konsisten setiap harinya. Berdasarkan data pada Tabel 5 curahan

waktu kurang dari 5 jam untuk aktivitas domestik didominasi oleh sebagian besar

responden laki-laki (suami) yaitu sebanyak 86,67 persen karna sebagian besar waktu

terpakai untuk aktifitas mencari nafkah.

Salah satu kendala bagi perempuan di Indonesia adalah adanya kontradiksi

antara karir dan keluarga. Perempuan seolah-olah diharuskan memilih karir atau

keluarga. Jika memilih karir, kondisi pekerjaan di Indonesia seringkali tidak

mendukung peran seorang ibu (Anirah: 2012). Hal ini menunjukan peran perempuan

di ranah publik memiliki keterbatasan jika dibanding laki-laki. Persoalan tersebut

didasari bahwa perempuan memiliki tugas yang sudah disebutkan sebelumnya yaitu;

mengurus rumah tangga, merawat anak, dan melayani suami. Anirah menambahkan

perempuan belum lagi bila berhadapan dengan problema keuangan keluarga karena

gaji suami yang tidak mencukupi. Dengan kata lain, perempuan karir di Indonesia

umumnya menghadapi dilema besar. Satu sisi perempuan ingin membantu keuangan

keluarga namun di sisi lain bertentangan dengan tugas istri.

PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017

31

b. Peran Perempuan dalam Masyarakat

Peran perempuan sejak dahulu kurang terwakili secara sosial dalam

masyarakat. Menurut Worsley dalam Sugihastuti dan Suharto (2015: 207), dominasi

laki-laki di dalam masyarakat sudah terjadi jauh sejak sejarah mulai dicatat, lebih

jauh lagi ke belakang dibandingkan dengan timbulnya masyarakat industrial modern

yang boleh dikatakan baru belakangan ini saja. Definisi perlakuan tidak adil terhadap

perempuan dapat bermacam-macam. Hal yang paling kuat didasarkan atas bentuk-

bentuk perlakuan tidak adil tersebut misalnya kekerasan domestik dan kekerasan

publik (Sugihastuti dan Itsna, 2010: 85). Kekerasan tersebut terjadi tidak hanya

dilakukan oleh laki-laki saja namun juga masyarakat umum yang mewakili individu

lain di luar diri perempuan itu.

c. Peran Perempuan dalam Pendidikan

Dalam UUD ‟45 pasal 31 menerangkan, (1) Tiap-tiap Warganegara berhak

mendapat pengajaran. (2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu

sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan Undang-undang. Tidak ada

pengecualian apapun mengenai hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang

layak seperti laki-laki.

Tanpa memiliki pengetahuan perempuan tidak dapat meraih kesetaraan

dengan laki-laki. Begitu juga dengan pencapaian fitrah perempuan juga memerlukan

pengetahuan. Menurut Indraswari (2015), pendidikan dipercaya sebagai salah satu

motor penggerak perubahan sosial. Bagi perempuan, pendidikan adalah kunci menuju

kehidupan yang lebih baik. Namun sebenarnya pendidikan memiliki cakupan manfaat

PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017

32

yang lebih luas, bukan hanya pada diri perempuan itu sendiri melainkan meliputi

keluarga, komunitas dan negara. Pendaapat lain mengenai pendidikan menurut

Aminuddin dalam Paulina (2016) bahwa nilai-nilai pendidikan yang disampaikan

kepada pembaca akan lebih penting dan berguna bagi manusia yang dilakukan

melalui proses pengubahan sikap dan tingkah laku seorang manusia.

d. Peran Perempuan dalam Pekerjaan

Sedikit penjelasan tentang pembagian kerja atau pekerjaan dalam setiap

strata masyarakat bukan hanya wujud secara fisik, tetapi juga secara emosional.

Pembagian kerja bukan semata-mata pembagian aktivitas (yang aktivitas

mendeterminasi pola asosiasi, pergerakan, dan penggunaan ruang), hal ini menurut

Sugihastuti dan Itsna (2010: 53). Peran domestik perempuan tidak sejalan dengan

peran publik laki-laki. Kecenderungan perempuan yang lekat dengan aktivitas rumah

tangga yang akhirnya membatasi kerja di ruang publik seperti halnya laki-laki.

Berkaitan dengan gender, dikenal ada tiga jenis peran gender sebagai berikut.

Sebagian besar perempuan masih berkiprah di sektor informal atau pekerjaan

yang tidak memerlukan kualitas pengetahuan dan keterampilan canggih atau spesifik.

(Khotimah: 2009). Hal ini menempatan bahwa perempuan bukanlah kelas utama

dalam dunia kerja. Perempuan dianggap tidak memiliki kulifikasi untuk bekerja di

sektor publik. Selanjutnya Khotimah berpendapat, tentunya ini berimplikasi pada

perlindungan hukum yang kurang, penerimaan upah yang tidak memadai, belum lagi

beban ganda yang dirasakan. Ketika hal ini terjadi tentu sangat merugikan

perempuan. Satu sisi perempuan kehilangan kesempatan berkiprah dalam ranah

PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017

33

produktif dan di sisi lain renah reproduktif yang ditinggalkannya menjadi

terbengkalai. Dibawah ini

1. Peran produktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang, menyangkut

pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dikonsumsi maupun

untuk diperdagangkan. Peran ini sering pula disebut dengan peran di sektor

publik.

2. Peran reproduktif adalah peran yang ijalankan oleh seseorang untuk kegiatan

yang berkaitan dengan pemeliharaan sumberdaya manusia dan ekerjaan urusan

rumah tangga, seperti mengasuhanak, memasak,mencuci pakaian dan alat-alat

rumah tangga, menyetrika, membersihkan rumah, dan lain-lain. Peran

reproduktif ini disebut juga peran di sektor domestik.

3. Peran sosial adalah peran yang dilaksanakan oleh seseorang untuk berpartisipasi

di dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti gotong-royong dalam

menyelesaikan beragam pekerjaan yang menyangkut kepentingan bersama.

(Kantor Menteri Negara Peranan Wanita, 1998 dan Tim Pusat Studi Wanita

Universitas Udayana, 2003).

PERAN PEREMPUAN DALAM ...,KUKUH AJI BAKHTIAR, PBSI , UMP 2017