bab ii tinjauan pustaka

22
2. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi/Balita dengan Diare I. PENGKAJIAN A. Data Subyektif 1. Identitas a. Identitas Klien Nama : Umur/Tanggal lahir : Kebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi pada golongan umur 6-11 bulan (dr. M.C Widjaja 2007) Jenis Kelamin : Resiko kesakitan diare pada Golongan perempuan lebih rendah daripada laki- laki. (dr. M.C Widjaja 2007) Tanggal MRS : Diagnosa Medis : Bayi/Balita dengan Diare Ringan/sedang/berat b. Identitas orang tua 24

Upload: mega-wati-bahar

Post on 28-Dec-2015

20 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

kasus diare

TRANSCRIPT

Page 1: bab II tinjauan pustaka

2. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi/Balita

dengan Diare

I. PENGKAJIAN

A. Data Subyektif

1. Identitas

a. Identitas Klien

Nama :

Umur/Tanggal lahir : Kebanyakan episode diare terjadi

pada dua tahun pertama kehidupan.

Insiden paling tinggi pada golongan

umur 6-11 bulan (dr. M.C Widjaja

2007)

Jenis Kelamin : Resiko kesakitan diare pada

Golongan perempuan lebih rendah

daripada laki-laki. (dr. M.C Widjaja

2007)

Tanggal MRS :

Diagnosa Medis : Bayi/Balita dengan Diare

Ringan/sedang/berat

b. Identitas orang tua

Nama ayah :

Nama ibu :

Usia ayah/ibu :

Pendidikan ayah/ibu : kelompok ibu dengan status

Pendidikan SLTP ke atas

mempunyai kemungkinan 1,6 kali

memberikan cairan rehidrasi oral

dengan baik pada balita dibanding

dengan kelompok ibu dengan status

24

Page 2: bab II tinjauan pustaka

pendidikan SD ke bawah

(Simatupang, 2004).

Pekerjaan ayah/ibu : Jenis pekerjaan umumnya berkaitan

dengan tingkat pendidikan dan

pendapatan. (Simatupang, 2004)

Penghasilan : Status sosial ekonomi yang rendah akan

mempengaruhi status gizi anggota

keluarga. (dr. M.C Widjaja 2007)

Agama :

Suku/bangsa :

Alamat :

2. Riwayat Kesehatan Klien

a. Alasan Masuk Rumah Sakit: Ibu menginginkan penanganan

segera pada anaknya untuk mencegah dehidrasi berat

b. Keluhan utama:

Anak BAB >4x/hari dengan konsistensi cair, disertai

demam dan muntah. (Schwartz 2004)

c. Riwayat Kesehatan Sekarang Menurut Suharyono (1999:59), yaitu:

1) Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu

badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang

atau tidak ada, dan kemungkinan timbul diare

2) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir

dan darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan

karena bercampur empedu.

3) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering

defekasi dan sifatnya makin lama makin asam.

4) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare

5) Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan

elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak.

25

Page 3: bab II tinjauan pustaka

6) Dieresis : terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila

terjadi dehidrasi. Urine normal pada diare tanpa

dehidrasi. Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau

sedang. Tidak ada urine dalam waktu 6 jam (dehidrasi

berat).

a. Riwayat Kesehatan yang Lalu

Riwayat kehamilan dan kelahiran

Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6

bulan pertama kehidupan resiko terkena diare adalah

30 kali lebih besar. Pemberian susu formula merupakan

cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu

formula biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena

diare sehingga mengakibatkan terjadinya gizi buruk

(Depkes RI, 2006)

Riwayat imunisasi

Diare sering timbul menyertai campak sehingga

pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah

diare (Depkes RI, 2006).

Riwayat alergi

Gejala alergi susu sapi dapat mengenai organ

pencernaan dengan gejala muntah sampai diare kronik

(Dr. sri s. Nasar, SpA(k) 2007)

Riwayat penyakit yang pernah diderita:

Riwayat operasi/ pembedahan

Riwayat tumbuh kembang

26

Page 4: bab II tinjauan pustaka

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

a. Riwayat penyakit menular

b. Riwayat penyakit menurun

c. Riwayat penyakit menahun

4. Pola Fungsional Kesehatan

Kebutuhan Dasar Keterangan

PolaNutrisiNafsu makan buruk / anoreksia (dr. M.C

Widjaja 2007)

Pola Eliminasi BAK :

Akibat dehidrasi, diuresis berkurang

(oliguria sampai anuria). (dr. M.C Widjaja

2007)

BAB :

>8x/hari, konsistensi cair dan berlendir

warna kuning. (Barbara C, Long, 1996)

Pola Istirahat Pada anak yang mengalami dehidrasi akut,

akan mengalami letargi (mangantuk)

karena kekurangan kaliu (Hayes, Peter C et

all, 1997)

Pola Personal

Hygiene

Kebiasaan yang berhubungan dengan

kebersihan perorangan yang penting

dalam penularan kuman diare adalah

mencuci tangan. Mencuci tangan dengan

sabun, terutama sesudah buang air besar,

27

Page 5: bab II tinjauan pustaka

sesudah membuang tinja anak, sebelum

menyiapkan makanan, sebelum menyuapi

makanan anak dan sebelum makan,

mempunyai dampak dalam kejadian diare

(Depkes RI, 2006).

Pola Aktivitas Bermain dengan mainan yang

terkontaminasi, apalagi pada bayi sering

memasukan tangan/ mainan / apapun

kedalam mulut.  Karena virus ini dapat 

bertahan dipermukaan udara sampai

beberapa hari. (Depkes RI, 2006).

5. Riwayat Psikososiokultural Spiritual

a. Komposisi, fungsi dan hubungan keluarga

b. Keadaan lingkungan rumah dan sekitarnya

Di daerah kumuh yang padat penduduk, kurang air

bersih dengan sanitasi yang jelek penyakit mudah

menular. (dr. M.C Widjaja 2007)

c. Kultur dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan

Sosial budaya mempengaruhi prilaku hidup sehat dan

kebersihan diri dan kemudian berperan dalam

mengurangi masuknya patogen. (Dona L. Wong. Buku

Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6 Volume 2, 2008 :

998)

28

Page 6: bab II tinjauan pustaka

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan Umum

Kesadaran : kesadaran menurun (apatis, somnolen, dan kadang

kadang sampai soporokomateus). (dr. M.C Widjaja

2007)

Tanda Vital : Tekanan darah : tekanan darah menurun

sampai tidak terukur

(Alimul aziz, 2006)

Nadi : denyut nadi cepat(>120

x/menit) (Alimul aziz,

2006)

Pernapasan : frekuensi pernapasan

meningkat dan lebih

dalam (dr. M.C Widjaja

2007)

Suhu : >37,5oC

suhu badan mungkin

meningkat > 37,50c (dr.

M.C Widjaja 2007)

2. Antropometri : Tinggi badan :

Berat badan : Berat badan menurun (dr.

M.C Widjaja 2007)

Berat badan turun. Pada bayi, ubun – ubun besar cekung. Tonus

dan turgor kulit berkurang. Selaput lendir mulut dan bibir kering.

(dr. M.C Widjaja 2007)

29

Page 7: bab II tinjauan pustaka

Lila :

Lingkar kepala :

Lingkar dada :

Lingkar perut :

3. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Kepala : kulit kepala bersih, tidak ada lesi/massa,

kontruksi rambut kuat dan distribusi

rambut merata, Pada bayi, ubun – ubun

besar cekung (dr. M.C Widjaja 2007)

Wajah : tampak pucat (Alimul aziz, 2006), tidak

tampak oedema.

Mata : mata cekung(Alimul aziz, 2006),

konjungtiva tampak pucat (Juffrie,

2010), sklera tidak ikterik, kelopak mata

tidak tampak oedema.

Telinga : tampak simetris, bersih, tidak tampak

Pengeluaran secret atau serumen.

Hidung : tampak bersih, tidak ada polip, tidak ada

pernafasan cuping hidung, tidak tampak

pengeluaran secret.

Mulut : Tampak simetris Selaput lendir mulut

Dan bibir kering. (Juffrie.2010), tidak

ada stomatitis, lidah tampak bersih, gigi

tampak bersih dan lengkap, gusi tidak

tampak oedema.

Leher : tidak tampak pembesaran pada kelenjar

30

Page 8: bab II tinjauan pustaka

tiroid, getah bening serta vena jugularis.

Dada : tampak simetris, tampak retraksi

dinding dada (Juffrie, 2010).

Abdomen : tampak tegang, kram abdomen

(Cecilya L. Betz et al, 2008)

Genetalia eksterna : tidak oedema, tidak ada kelainan daerah

genetalia, kulit perineal kemerahan.

Anus : Anus dan sekitarnya lecet (dr. M.C

Widjaja 2007)

Ekstremitas : tampak sama panjang, tidak tampak

oedema, jari-jari lengkap, tidak ada bekas

luka.

Palpasi

Kepala : perubahan pada ubun – ubun depan

menurut derajat dehidrasinya

Ringan : normal

Sedang : normal hingga cekung

Berat : cekung

(Dona L. Wong, 2009), tidak teraba

benjolan/massa.

Wajah : tidak teraba oedema pada wajah.

Mata : tidak teraba oedema pada kelopak mata.

Telinga : tidak teraba benjolan atau masa.

Hidung : tidak teraba polip.

Leher : tidak teraba pembesaran vena jugularis,

kelenjar tyroid dan getah bening.

Abdomen : turgor kulit berkurang (dr. M.C Widjaja

31

Page 9: bab II tinjauan pustaka

2007)

Genetalia eksterna : tidak ada kelainan pada genetalia.

Anus : tidak ada benjolan mencurigakan.

Ekstremitas : tidak teraba oedema, turgor kulit

berkurang.

Auskultasi

Dada : Terdengar Cepat

Bila sudah ada asidosis metabolic,

penderita akan tampak pucat dengan

pernafasan yang cepat dan dalam

(pernafasan kussmaul).

(dr. M.C Widjaja 2007)

Abdomen : Hiperperistaltik akan mengakibatkan

berkurangnya kesempatan usus untuk

menyerap makanan, sehingga timbul

diare. Bising usus bagi penderita diare >

35x/ menit

(dr. M.C Widjaja 2007)

Perkusi

Dada : paru – paru sonor, jantung dullnes.

Abdomen : Anak dehidrasi akan menunjukkan

hipertimpani pada perut akibat

kembung (Sudoyo WA, 2006)

4. Pemeriksaan Neurologis/Refleks

32

Page 10: bab II tinjauan pustaka

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboraturium :

Menurut FKUI (2007) pemeriksaan laboratorium pada

diare adalah

1. Pemeriksaan tinja

a. Makroskopis dan Mikroskopis.

b. Ph dan kadar gula pada tinja dengan kertas lakmus

dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi

gula.

c. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji

resisten.

2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa

dalam darah, dengan menentukan Ph dan cadangan

alkalin atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan

analisa gas darah menurut ASTRUP (bila

memungkinkan).

3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk

mengetahui faal ginjal.

4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium,

kalium, kalsium dan fosfor dalam serum ( terutama

pada penderita diare yang disertai kejang).

5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui

jenis jasad renik atau parasite secara kualitatif dan

kuantitatif, terus terutama dilakukan pada penderita

diare kronik.

b. Pemeriksaan USG :

c. Pemeriksaan diagnostic lainnya :

6. Data rekam medis

33

Page 11: bab II tinjauan pustaka

II. INTERPRETASI DATA DASAR

Diagnosis : bayi/balita/anak. ……… usia ……. Dengan Diare

dehidrasi Ringan/sedang/berat

Masalah : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder

terhadap diare. Perubahan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau

output berlebihan dan intake yang kurang. Resiko

peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses

infeksi skunder terhadap diare. Resiko gangguan

integritas kulit berhubungan dengan peningkatan

frekuensi diare.

Kebutuhan : Pemberian KIE

Mengingat bahwa penularan penyakit ini melalui 4 f

”finger, feces, food and fly”, maka penyuluhan yang

penting adalah :

a. Kebersihan perorangan pada anak, mencuci tangan

sebelum makan dan setiap habis memakai alas kaki

jika bermain di tanah.

b. Membiasakan anak membuang air besar di jamban,

jamban harus selalu bersih agar tidak ada lalat.

c. Kebersihan lingkungan untuk menghindari adanya

lalat.

d. Makanan harus selalu tertutup (jika diatas meja)

e. Kepada anak yang sudah dapat membeli makanan

sendiri agar diajarkan untuk tidak membeli

makanan yang dijajankan terbuka.

f. Air minum harus selalu dimasak. Bila sedang

berjangkit penyakit dare selain air yang harus yang

34

Page 12: bab II tinjauan pustaka

bersih juga perlu dimasak mendidih lebih lama.

(Ngastiyah, 2007)

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL

Menurut Ngastiyah (2005) komplikasi dari daire ada :

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, ocialc atau

hipertonik)

2. Renjatan hipovolemik.

3. Hipoglikemia.

4. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan

defisiensi enzim lactase.

5. Kejang

6. Malnutrisi ocial protein

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA

1. Kolaborasi dengan dr Sp. A dalam pemeberian terapi

IVFD RL/75 cc/ kg BB /4 jam, 40 tpm selanjutnya 10 tpm

(Ngastiyah, 2005)

V. INTERVENSI

1. Lakukan pendekatan pada klien dan petugas

Rasional : agar terjalin hubungan saling percaya dan kerjasama baik

antara klien danpetugas.

2. Berikan pendidikan kesehatan ibu tentang diare

35

Page 13: bab II tinjauan pustaka

Rasional : Dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang diare

kepada ibu diharapkan mampu mengetahui pengertian diare,

penyebab diare, cara penularan diare, pencegahan dan pengobatan

yang akan dilakukan.

3. Berikan KIE penatalaksanaan demam

Rasional : Demam seperti halnya diare membuat anak kehilangan

cairan tubuh. Anak dikatakan demam bila suhu tubuh di atas 380C

dan pada umumnya merupakan tanda infeksi. Demam bisa dimulai

dengan menggigil karena mulai terjadi peningkatan suhu tubuh.

Demam harus harus diperhatikan dengan hati-hati karena demam

yang tinggi berbahaya karena dapat menyebabkan kejang terutama

pada anak-anak bawah lima tahun.

4. Berikan KIE personal hygiene bayi/balita/anak

Rasional : Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan

perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah

mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah

buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan

makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan,

mempunyai dampak dalam kejadian diare (Depkes RI, 2006).

5. Berikan pendidikan kesehatan mengenai kebutuhan nutrisi

Rasional : Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama

diare untuk menghindarkan efek buruk pada status gizi

(Mansjoer, 2000). Pemberian makanan selama diare

bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama

pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah

berkurangnya berat badan.(Kemenkes RI, 2011).

6. Observasi intake dan output

36

Page 14: bab II tinjauan pustaka

Rasional : Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit

tanpa memlihat etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi untuk

mengoreksi kekurangan cairan dan elaktrolit secara cepat

(terapi rehidrasi) kemudian mengganti cairan yg hilang

sampai diarenya berhenti (terapi rumatan). (Mansjoer,

2000)

7. Berikan pendidikan kesehatan pada orang tua mengena pemberian

oralit

Rasional : Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare

untuk mengganti cairan yang hilang. (Kemenkes RI, 2011).

8. Kolaborasi dengan dr. SpA dalam pemeberian terapi untuk

megurangi dehidrasi

Rasional : pengobatan yang cepat dan tepat, serta untuk mencegah

terjadinya akibat samping dan komplikasi. Prinsip

pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan

pemberian oralit (rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare.

(Fahrial Syam, 2006).

VI. IMPLEMENTASI

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana

asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya

oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim

kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan

asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan

dalam bentuk SOAP.

37

Page 15: bab II tinjauan pustaka

38