bab ii tinjauan pustaka 2.1 teori kepuasan 2.1.1 ... fileuji akan kecewa. bila kinerja sesuai...
TRANSCRIPT
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Kepuasan
2.1.1 Pengertian Kepuasan
Kata kepuasan ( satisfactioans ) berasal dari kata “ Statis “ ( artinya cukup baik,
memadai), dan “ Facio “ ( melakukan atau membuat ), kepuasan konsumen
merupakan tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan (kinerja atau
hasil) yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Konsumen dapat
mengalami salah satu dari tiga tingkat kepuasan umum yaitu kalau kinerja
di bawah harapan, konsumen akan merasa kecewa tetapi jika kinerja sesuai
dengan harapan pelanggan akan merasa puas dan apa bila kinerja bisa melebihi
harapan maka pelanggan akan merasakan sangat puas senang atau gem bira,
menurut Kotler yang dikutip kembali oleh Fandy Tjiptono (2012:312) kepuasan
konsumen adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja
(atau hasil) yang ia persepsikan dibandingkan dengan harapannya.
Menurut Kotler dan Keller (2009:138) kepuasan (satisfaction)
adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul karena
membandingkan kinerja yang telah dipersepsikan produk (atau hasil) terhadap
ekspektasi mereka. Jika kinerja gagal memenuhi ekspektasi , pelanggan akan tidak
12
puas. Jika kinerja sesuai dengan ekspektasi, pelanggan akan puas. Jika kinerja
melebihi ekspektasi, pelanggan akan sangat puas atau senang.
Kepuasan merupakan tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan
kinerja ( atau hasil ) yang dirasakan dibandingkan dengan harapan. Jadi, tingkat
kepuasan dan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan
harapan. Kepuasan peserta uji sepenuhnya dapat dibedakan pada tiga taraf, yaitu :
1. Taraf pertama : memenuhi kebutuhan-kebutuhan peserta uji.
2. Taraf kedua : memenuhi harapan peserta uji dengan cara yang
dapat membuat mereka akan kembali lagi.
3. Taraf ketiga : melakukan lebih dari pada apa yang diharapkan
peserta uji kompetensi.
Menurut Tjiptono dan Chandra (2012:57) secara garis besar, kepuasan
pelanggan memberikan dua manfaat utama bagi perusahaan, yaitu berupa loyalitas
pelanggan dan penyebaran (advertising) dari mulut ke mulut atau yang biasa
disebut dengan istilah gethok tular positif
Dengan demikian tingkat kepuasan merupakan fungsi perbedaan antara kinerja
yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja dibawah harapan, maka peserta
uji akan kecewa. Bila kinerja sesuai harapan peserta uji akan puas. Harapan
peserta uji dapa t dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari sahabat
serta janji dan informasi pemasar dan saingannya. Mutu suatu jasa uji sertifikasi
tergantung dari tingkat kepuasan peserta uji di dalam melaksanakan uji, bila
13
dihubungkan dengan jasa uji sertifikasi, maka bermutu atau tidaknya perusahaan
tersebut, tergantung kepada puas atau tidaknya para peserta uji.
2.1.2 Prinsip Dasar kepuasan Peserta Uji
Kepuasan peserta uji mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja atau
hasil yang diharapkan. Peserta uji adalah orang yang melakukan uji sertifikasi,
maka peserta ujilah yang menentukan kualitas pelayanan jasa uji sertifikasi .
Beberapa unsur penting dalam kualitas yang ditetapkan peserta uji, yaitu :
a. Peserta uji harus merupakan prioritas
b. Peserta uji yang dapat diandalkan merupakan peserta uji yang paling
penting,
c. Kepuasan peserta uji dijamin dengan menghasilkan hasil uji sertifikasi
yang sesuai harapan.
2.1.3 Strategi Kepuasan peserta uji
Usaha mewujudkan kepuasan peserta uji memang tidak mudah. Tetapi
usaha untuk senantiasa memperbaiki kepuasan peserta uji dapat dilaksanakan
dengan berbagai strategi. Dan perlu diingat bahwa para peserta uji pada
hakekatnya adalah tamu yang harus dihormati. Terutama pada saat ini,
,sehingga diperlukan suatu strategi untuk melakukan hal tersebut.
Pananganan keluhan yang baik memberikan peluang untuk mengubah
seorang peserta uji yang tidak puas, menjadi pelanggan yang puas. Dalam hal
ini menangani keluhan peserta uji ada 4 aspek yang harus dilakukan :
1. Empati pada peserta uji yang marah.
14
2. Kecepatan dalam menangani keluhan.
3. Kewajaran atau keadilan dalam memecahkan
permasalahan
atau keluhan.
4. Kemudahan bagi peserta uji untuk menghubungi
perusahaan ( penyedia jasa ).
2.1.4 Konsep kepuasan peserta uji
kepuasan peserta uji adalah tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja (atau hasil) yang dirasakan dengan harapannya.Dengan
demikian dapat diartikan bahwa kepuasan peserta uji merupakan perbedaan
antara yang diharapkan peserta uji (nilai harapan) dengan situasi yang diberikan
perusahaan di dalam usaha memenuhi harapan peserta uji. Sehingga yang
menjadi indikator kepuasan peserta uji yang berfokus dari keinginan dan
harapan peserta uji antara lain pelayanan memuaskan, pelayanan sesuai harapan,
permasalahan terselesaikan, kesediaan merekomendasikan, dan minat
penggunaan ulang.
Kepuasan peserta uji merupakan suatu tingkatan dimana kebutuhan,
keinginan dan harapan dari peserta uji dapat terpenuhi yang akan mengakibatkan
terjadinya kesetiaan berlanjut. Faktor yang paling penting untuk menciptakan
kepuasan peserta uji adalah kinerja dan kualitas dari layanan yang diberikan oleh
LSP. Jadi tingkat kepuasan peserta uji adalah fungsi dari perbedaan antara
kinerja yang dirasakan dengan harapan. Kualitas termasuk semua elemen yang
15
diperlukan untuk memuaskan tujuan peserta uji, baik internal maupun eksternal.
Tingkat kepuasan peserta uji yang diperoleh para peserta uji sangat berkaitan
erat dengan standar kualitas pelayanan jasa uji sertifikasi yang mereka
nikmati.Sifat kepuasan peserta uji bersifat subjektif, namun dapat diukur melalui
survey atau indeks kepuasan peserta uji. Kepuasan peserta uji dibangun atas
dasar beberapa prinsip yang digunakan untuk menilai suatu perusahaan dalam
memberikan pelayanan uji sertifikasi.
Menurut Zepiel, e t al dalam Tjiptono dan chandra (2012:59) terdapat 3
konseptualisasi kepuasan pelanggan yaitu :
1. System Satisfaction
Meliputi evaluasi subyektif konsumen terhadap semua manfaat yang
ia peroleh dari operasi sistem pemasaran.
2. Enterprise Satisfaction
Meliputi manfaat atau keuntungan yang diperoleh konsumen dari
interaksi atau hubungannya dengan perusahaan.
3. Product / Service Satisfaction
Meliputi evaluasi subyektif konsumen terhadap manfaat yang
diperoleh dari mengkonsumsi produk / jasa spesifik.
2.1.5 Dimensi Pengukuran Kepuasan Peserta Uji
16
Menurut Kotler dan Keller (2009:138) perusahaan akan bertindak
bijaksana dengan mengukur kepuasan pelanggan secara teratur karena salah
satu kunci untuk mempertahankan pelanggan adalah kepuasan pelanggan.
Menurut Kotler dan Keller (2009:140) mempertahankan pelanggan
merupakan hal penting dari pada memikat pelanggan. Oleh karena itu terdapat
5 dimensi untuk mengukur kepuasan pelanggan yaitu :
1. Membeli lagi.
2. Mengatakan hal-hal yang baik tentang perusahaan kepada orang
lain dan merekomendasikan.
3. Kurang memperhatian merek dan iklan produk pesaing.
4. Membeli produk lain dari perusahaan yang sama.
5. Menawarkan ide produk atau jasa kepada perusahaan.
2.1.6 Pengertian Kualitas Pelayanan
Kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna karena orang yang
berbeda akan mengartikannya secara berlainan, seperti kesesuaian dengan
persyaratan atau tuntutan, kecocokan untuk pemakaian perbaikan berkelanjutan,
bebas dari kerusakan atau cacat, pemenuhan kebutuhan pelanggan, melakukan
segala sesuatu yang membahagiakan. Dalam perspektif TQM (Total Quality
Management) kualitas dipandang secara luas, yaitu tidak hanya aspek hasil yang
ditekankan, tetapi juga meliputi proses, lingkungan dan manusia.Hal ini jelas
tampak dalam defenisi yang dirumuskan oleh Goeth dan Davis dalam Tjiptono
(2012:51) bahwa kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau
17
melebihi harapan.Sebaliknya, definisi kualitas yang bervariasi dari yan g
kontroversional hingga kepada yang lebih strategik.
Menurut Garvin dalam Tjiptono (2012:143) menyatakan bahwa terdapat lima
perspektif mengenai kualitas, salah satunya yaitu bahwa kualitas dilihat
tergantung pada orang yang menilainya, sehingga produk yang paling
memuaskan preferensi seseorang merupakan produk yang berkualitas paling
tinggi.
Pelayanan dapat didefinisikan sebagai segala bentuk kegiatan/aktifitas
yang diberikan oleh satu pihak atau lebih kepada pihak lain yang memiliki
hubungan dengan tujuan untuk dapat memberikan kepuasan kepada pihak kedua
yang bersangkutan atas barang dan jasa yang diberikan. Pelayanan memiliki
pengertian yaitu terdapatnya dua unsur atau kelom pok orang dimana masing -
masing saling membutuhkan dan memiliki keterkaitan, oleh karena itu peranan
dan fungsi yang melekat pada masing-masing unsur tersebut berbeda. Hal-hal
yang menyangkut tentang pelayanan yaitu faktor manusia yang melayani, alat
atau fasilitas yang digunakan untuk memberikan pelayanan, mekanisme kerja
yang digunakan dan bahkan sikap masing-masing orang yang memberi
pelayanan dan yang dilayani.
Pada prinsipnya konsep pelayanan memiliki berbagai macam definisi yang
berbeda menurut penjelasan para ahli, namun pada intinya tetap merujuk pada
konsepsi dasar yang sama. Menurut Jusuf Suit dan Almasdi (2012:88) untuk
melayani pelanggan secara prima kita diwajibkan untuk memberikan layanan
18
yang pasti handal, cepat serta lengkap dengan tambahan empati dan penampilan
menarik.
Pengertian kualitas jasa atau pelayanan berpusat pada upaya pemenuhan
kebutuhan dan keinginan serta ketetapan penyampaiannya untuk mengimbangi
harapan peserta uji. Menurut Lewis & Booms (dalam Tjiptono, 2012:157)
mendefinisikan kualitas pelayanan secara sederhana, yaitu ukuran seberapa
bagus tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi
pelanggan. Artinya kualitas pelayanan ditentukan oleh kemampuan perusahaan
atau lembaga tertentu untuk memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan apa yang
diharapkan atau diinginkan. Dengan kata lain, faktor utama yang mempengaruhi
kualitas pelayanan adalah pelayanan yang diharapkan peserta uji dan persepsi
peserta uji terhadap pelayanan tersebut. Nilai kualitas pelayanan tergantung pada
kemampuan perusahaan dan stafnya dalam memenuhi harapan peserta uji secara
konsisten.
Kualitas pelayanan memberikan suatu dorongan kepada peserta uji atau dalam
hal ini untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan lembaga atau instansi
pemberi pelayanan jasa. Ikatan hubungan yang baik ini akan memungkinkan
lembaga pelayanan jasa untuk memahami dengan seksama harapan peserta uji
serta kebutuhan mereka. Dengan demikian penyedia layanan jasa dapat
meningkatkan kepuasan peserta uji.. Apabila layanan yang diterima atau
dirasakan sesuai dengan harapan peserta uji, maka kualitas yang diterima atau
dirasakan sesuai dengan harapan peserta uji, maka kualitas layanan
dipersepsikan sebagai kualitas ideal, tetapi sebaliknya jika layanan yang diterima
19
atau dirasakan lebih rendah dari yang diharapkan maka kualitas layanan
dipersepsikan rendah.
2.1.7 Dimensi Kualitas Pelayanan
Perkembangan selanjutnya, Zheithalm et al dalam Ariani (2009:180)
menyederhanakan sepuluh dimensi di atas menjadi lima dimensi pokok yang
dikenal dengan SERQUAL (service quality) yang terdiri dari :
1. Bukti fisik (tangibles) yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam
menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan
kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan yang dapat diandalkan
serta keadaan lingkungan sekitarnya merupakan salah satu c ara
perusahaan jasa dalam menyajikan kualitas layanan terhadap pelanggan.
Diantaranya meliputi fasilitas fisik (gedung, buku, rak buku, meja dan
kursi, dan sebagainya), teknologi (peralatan dan perlengkapan yang
dipergunakan), serta penampilan pegawai.
2. Keandalan (reliability) adalah kemampuan perusahaan
memberikan pelayanan sesuai dengan apa yang dijanjikan secara akurat
dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang
tercermin dari ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua
pelanggan tanpa kesalahan, sikap simpatik dan akurasi yang tinggi.
3. Daya tanggap (responsiveness) adalah kemauan untuk membantu
pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat dan tepat dengan
penyampaian informasi yang jelas. Mengabaikan dan membiarkan
20
pelanggan menunggu tanpa alas an yang jelas menyebabkan persepsi
yang negative dalam kualitas pelayanan.
4. Jaminan (assurance) adalah pengetahuan, kesopan-santunan dan
kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya
para pelanggan kepada perusahaan. Hal ini meliputi beberapa komponen,
antara lain:
a. Komunikasi (communication), yaitu secara terus menerus
memberikan informasi kepada pelanggan dalam bahasa dan
penggunaan kata yang jelas sehingga para pelanggan dapat dengan
mudah mengerti apa yang diinformasikan pegawai serta dengan
cepat dan tanggap menyikapi keluhan dan komplain dari para
pelanggan.
b. Kredibilitas (credibility), perlunya jaminan atas suatu kepercayaan
yang diberikan kepada pelanggan, believability atau sifat kejujuran,
menanamkan kepercayaan, memberikan kredibilitas yang baik bagi
perusahaan pada masa yang akan datang.
c. Keamanan (security), adanya suatu kepercayaan yang tinggi dari
pelanggan akan pelayanan yang diterima. Tentunya pelayanan yang
diberikan mampu memberikan suatu jaminan kepercayaan.
21
d. Kompetensi (competence) yaitu keterampilan yang dimiliki dan
dibutuhkan agar dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan
dapat dilaksanakan dengan optimal.
e. Sopan santun (courtesy), dalam pelayanan adanya suatu nilai moral
yang dimiliki oleh perusahaan dalam memberikan pelayanan
kepada pelanggan. Jaminan akan kesopan-santunan yang
ditawarkan kepada pelanggan sesuai dengan kondisi dan situasi
yang ada.
5. Empati (empathy) yaitu memberikan perhatian yang tulus dan
bersifat individual a tau pribadi yang diberikan kepada pelanggan dengan
berupaya memahami keinginan konsumen dimana suatu perusahaan
diharapkan memiliki suatu pengertian dan pengetahuan tentang
pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta
memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.
2.1.8 Model Kualitas Pelayanan
Ada beberapa model kualitas pelayanan jasa, menurut Tjiptono dan
Chandra (2012:75) setidaknya ada lima perspektif kua litas pelayanan yang
berkembang saat ini :
1. Reliabilitas
Yaitu kemampuan memberikan layanan yang dijanjikan dengan
segera, akurat, dan memuaskan.
22
2. Responsivitas
Yaitu keinginan dan kesediaan para karyawan untuk membantu para
pelanggan dan memberikan layanan yang tanggap.
3. Jaminan (assurance)
Mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan, dan sifat dapat
dipercaya yang dimiliki para karyawan; bebas dari bahaya fisik, risiko
atau keragu-raguan.
4. Empati
Meliputi kemudahan dalam menjalin hubungan, komunikasi yang
efektif, perhatian personal dan pemahaman atas kebutuhan indi vidual
para pelanggan.
5. Bukti Fisik (tangibles)
Meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, karyawan, dan sarana
komunikasi.
Pada dasarnya kualias pelayanan merupakan suatu bentuk penilaian
pelanggan terhadap tingkat pelayanan yang diterima ( Perceived Service )
dengan tingkat pelayanan yang diharapkan ( Expected Service ). Bagi
perusahaan kuncinya adalah penyesuaian atau melebihi harapan mutu jasa yang
diinginkan pelanggan, kepuasan pelanggan akan terpenuhi apabila proses
pelayanan jasa dari perusahaan kepada pelanggan sesuai dengan harapan
pelanggan.
Kualitas layanan pada prinsipnya untuk menjaga janji peserta uji sertifikasi agar
pihak yang dilayani merasa puas dan diungkapkan. Kualitas pelayanan memiliki
23
hubungan yang sangat erat dengan kepuasan peserta uji sertifikasi, yaitu kualitas
memberikan suatu dorongan kepada peserta uji untuk menjalani ikatan hubungan
yang kuat dengan organisasi pemberi layanan. Dalam jangka panjang ikatan
seperti ini memungkinkan lembaga pemberi layanan untuk memahami dengan
seksama harapan peserta uji serta kebutuhan mereka. Dengan demikian, lembaga
pemberi layanan dapat meningkatkan kepuasan peserta uji, yang pada gilirannya
kepuasan peserta uji dapat menciptakan kesetiaan peserta uji kepada lembaga
pemberi layanan yang memberikan kualitas memuaskan.
2.2 Penelitian Terkait
Meurut Akhlis Priya Pambudy Volume I No.01, Februari 2016 ISSN :
2502-3780
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif pada Puskesmas
Dukun Gresik. Menganalisis pengaruh variabel kualitas pelayanan (X1) dan
lokasi (X2) terhadap kepuasan pasien (Y). Diajukan hipotesis bahwa variabel
kualitas pelayanan (X1) dan lokasi (X2) berpengaruh secara parsial dan
simultan, serta diduga variabel kualitas pelayanan (X1) berpengaruh paling
dominan terhadap kepuasan pasien. Metode penelitian ini menggunakan
penelitian kuantitatif dan penghitungan uji validitas, uji reabilitas, analisis
regresi linear berganda, analisis korelasi ganda, koefisien determinasi, uji t
dan uji F. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa, kualitas pelayanan dan
lokasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pasien, dan
24
variable kualitas pelayanan (X1) berpengaruh paling dominan terhadap
kepuasan pasien di puskesmas Dukun Gresik.
Menurut Emmywati Volume I No.03, Oktober 2016 ISSN : 2502-3780
Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan
khususnya berdasar dimensi kualitas jasa yaitu terdiri dari variabel-variabel :
kenyamanan, kemudahan, keamanan, dan fasilitas. Variabel-variabel tersebut
digunakan untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan
konsumen di galeri seni dan meditation ki ageng mirah Ponorogo. Penelitian ini
bertujuan: (1) Untuk mengetahui kualitas kepuasan konsumen Galeri Seni dan
Meditation Ki Ageng Mirah Ponorogo (2) Untuk menganalisis kualitas
kenyamanan, kemudahan, keamanan dan fasilitas Galeri Seni Dan Meditation Ki
Ageng Mirah Ponorogo (3) Untuk menganalisis variabel apa yang paling
dominan dari dimensi kualitas pelayanan Galeri Seni Dan Meditation Ki Ageng
Mirah Ponorogo yang mempengaruhi kepuasan konsumen. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 85 responden, teknik pengambilan sampel
ditentukan dengan Convinience Sampling. Alat analisis yang digunakan adalah
analisis uji regresi linear berganda, koefisien determinasi (R 2), koefisien korelasi
parsial, ujit, uji F dan uji asumsi klasik dengan menggunakan program SPSS
versi 17 forwindows.Data primer ini diperoleh dari kusioner yang
pengukurannya menggunakan skala Likert yang diuji validitas dan reliabilitas.
Hasil penelitian berdasarkan uji t dan uji f menunujukkan bahwa kualitas
kenyamanan dan keamanan berpengaruh paling signifikan terhadap kepuasan
konsumen karena mempunyai korelasi yang paling besar dibandingkan variable
bebas lainnya. Variabel kenyamanan, kemudahan , keamanan dan fasilitas
25
mempunyai hubungan kuat dan searah terhadap kepuaasan konsumen GaleriSeni
Dan Meditation Ki Ageng Mirah Ponorogo dilihat dari nilai korelasi dan nilai
koefisien determinasi. Ini berarti variabel kenyamanan,kemudahan,
keamanan,dan fasilitas mempunya pengaruh besar terhadap kepuasan konsumen
sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini.
Menurut Oktaviani Ramenusa Vol.1 No.3 September 2013, ISSN 2303-1174
Peningkatan perpindahan atau pengiriman barang dari satu wilayah ke
wilayah lainnya, memberikan kesempatan besar bagi perkembangan perusahaan -
perusahaan logistik terutama perusahaan jasa yang bergerak dibidang
pengiriman barang dan dokumen di Indonesia. Kualitas pelayanan adalah hal
yang sangat penting bagi setiap perusahaan jasa pengiriman, karena
berhubungan langsung dengan kepuasan yang dirasakan dan akan berdampak
pada loyalitas pelanggan yang menggunakan jasa tersebut. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah kualitas layanan dan kepuasan pelanggan
berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Populasi yang digunakan adalah 115
pelanggan PT. DGS di bulan Desember 2012, dan sampel yang diambil adalah
sebesar 89 responden dengan mengunakan metode purposive sampling. Alat
analisis yang digunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukan
bahwa kualitas layanan dan kepuasan pelanggan secara simultan dan parsial
berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan
2.3 Tinjauan Organisasi / Objek Penelitian
26
Tinjauan organiasasi sangatlah penting dalam penelitian untuk mengetahui
dibidang manakah perusahaan tersebut berjalan.
2.3.1 Sejarah LSP PI (Perkoperasian Indonesia)
Lembaga Sertifikasi Profesi Perkoperasian Indonesia (LSP PI) adalah
lembaga pelaksana sertifikasi bidang perkoperasian berdasarkan pedoman Badan
Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) RI Nomor 2011 dan 2012 sebagai dasar /
landasan operasionalnya. LSPPI mendapat lisensi dari BNSP dengan Surat
Keputusan lisensi BNSP No. 315/BNSP/III/2015 Tanggal 30 Maret 2015. LSPPI
didirikan dengan nama LSP Gerak KUMKM, pada tanggal 28 September 2013
dengan Akte Notaris Sri Ambarwati SH No. 6 Tahun 2013. Perubahan nama
menjadi LSPPI dilakukan pada rapat pendiri pada Tanggal 31 Mei 2015 dan
dengan akte Notaris No. 2 Tanggal 5 okto ber 2015.
LSP PI didirikan oleh induk – induk koperasi dan Tokoh – tokoh masyarakat
dengan maksud untuk mendukung upaya pengembangan kompetensi dan
kewirausahaan Sumber daya manusia (SDM) Perkoperasian dan UMKM
Indonesia, utamanya melalui pengembangan standar kompetensi dan sertifikasi
kompetensi profesi. LSPPI siap melakukan kerjasama dan kemitraan dengan
berbagai pihak untuk pengembangan sertifikasi dan uji serta sertifikasi
kompetensi guna mendukung pengembangan Koperasi dan UKM.
2.3.2 Struktur Organisasi
27
Gambar II.1 Struktur LSP PI (perkoperasian Indonesia)
(Sumber : Company Profile 2017)
Keterangan :
1. Dewan Pengarah
Merupakan posisi tertinggi dalam struktur LSPPI, dewan pengarah
bertugas memberikan arahan dan suatu pencapaian tujuan
berdirinya LSP, yang selalu mengutamakan untuk membangun
kompetensi – kompetensi SDM yang terlibat dalam Koperasi dan
UMKM.
2. Kepala LSP
28
Merupakan seorang pimpinan utama dalam susunan organisasi LSP
yang bertugas melaksanakan program – program pembinaan
kompetensi SDM (sumber daya manusia) yang kom peten dan
tersertifikasi.
3. Wakil Kepala I, II, III
Adalah pimpinan ke dua setelah kepala lsp, wakil kepala bertugas
membantu sekaligus membackup segala tugas dan kegiatan kepala
lsp apabila kepala lsp berhalangan.
4. Komite Skema
Bertugas membantu mengembangkan kompetensi yang ada pada
SDM (sumber daya manusia).
5. Sekretaris
Bertugas membantu kegiatan keseharian dan kegitan didalam
program – program LSP.
6. Bendahara
Bertugas membantu segala macam bentuk kegiatan dan program –
program lsp dalam segi keuangan.
7. Wakil Sekertaris
Bertugas membantu dan membackup sekretaris dalam setiap
kegiatan.
8. Direktur Sertifikasi
Bertugas melaksanakan kegiatan uji secara tehnis berdasarkan
skema yang sudah ada.
9. Direktur Standarisasi
29
Bertugas melakukan penetapan standarisasi mutu uji dan mutu
skema dalam kegiatan uji sertifikasi.
10. Direktur Pengembangan TUK
Bertugas mengembangkan tempat – tempat uji kompetensi yang
disertifikasi.
11. Direktur Management Mutu
Bertugas menjaga kualitas uji dalam skema agar sesuai dan standar
SKKNI (standart kerja kompetensi nasional Indonesia).
12. Direktur Humas (Hubungan Masyarakat)
Bertugas memasarkan jenis skema dan kegiatan untuk uji
sertifikasi.