bab ii tinjauan pustaka 2.1...

18
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu. Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern dan ekstern. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama. Persepsi adalah pengamatan tentang objek, peristiwa atau hubungan- hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 2007). Persepsi merupakan suatu proses menginterpretasikan atau menafsir informasi yang diperoleh melalui sistem alat indera manusia. Ada tiga aspek di dalam persepsi yang dianggap relevan dengan kognisi manusia, yaitu pencatatan indera, pengenalan pola, dan perhatian (Suharman, 2005). Persepsi adalah proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan. Persepsi merupakan proses kognitif (penerimaan) yang dialami setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungan, baik penglihatan pendengaran, perasaan dan penciuman. Persepsi ialah suatu proses penerimaan yang kompleks dan menghasilkan suatu gambar unik tentang kenyataan yang barangkali bahkan sangat berbeda dari kenyataannya (Thoha, 2006).

Upload: others

Post on 07-Nov-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsieprints.umm.ac.id/41881/3/jiptummpp-gdl-adeisnaeni-47545-3-bab2.… · penglihatan pendengaran, perasaan dan penciuman. ... Pada kajian ilmu psikologi,

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persepsi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan

(penerimaan) langsung dari sesuatu. Proses seseorang mengetahui beberapa hal

melalui panca inderanya. Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang

penting bagi manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di

sekitarnya. Persepsi mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern dan

ekstern. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi,

walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama.

Persepsi adalah pengamatan tentang objek, peristiwa atau hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan

(Rakhmat, 2007). Persepsi merupakan suatu proses menginterpretasikan atau

menafsir informasi yang diperoleh melalui sistem alat indera manusia. Ada tiga aspek

di dalam persepsi yang dianggap relevan dengan kognisi manusia, yaitu pencatatan

indera, pengenalan pola, dan perhatian (Suharman, 2005).

Persepsi adalah proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan

pola stimulus dalam lingkungan. Persepsi merupakan proses kognitif (penerimaan)

yang dialami setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungan, baik

penglihatan pendengaran, perasaan dan penciuman. Persepsi ialah suatu proses

penerimaan yang kompleks dan menghasilkan suatu gambar unik tentang kenyataan

yang barangkali bahkan sangat berbeda dari kenyataannya (Thoha, 2006).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsieprints.umm.ac.id/41881/3/jiptummpp-gdl-adeisnaeni-47545-3-bab2.… · penglihatan pendengaran, perasaan dan penciuman. ... Pada kajian ilmu psikologi,

10

Pada kajian ilmu psikologi, dikenal istilah persepsi. Persepsi merupakan

proses akhir dar pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan, yaitu proses

diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian ada perhatian, lalu diteruskan ke otak,

dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi.

Dengan persepsi individu menyadari dapat mengerti tentang lingkungan yang ada di

sekitarnya maupun tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun

tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.

Jadi, persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya rangsang melalui

panca indra yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui,

mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada di luar maupun

di dalam diri individu.

2.1.1 Jenis Persepsi

Menurut Irwanto (dalam Thoha, 2006), dilihat dari segi individu setelah

melakukan interaksi dengan objek yang dipersepsinya maka hasil persepsi itu dapat

dibagi dua, yaitu: a) Persepsi positif, persepsi positif yaitu persepsi yang

menggambarkan segala pengetahuan (tahu tidaknya atau kenal tidaknya) dan

tanggapan yang diteruskan kepada pemanfaatannya; b) Persepsi negatif, persepsi

negatif yaitu persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan (tahu tidaknya

atau kenal tidaknya) dan tanggapan yang tidak selaras dengan objek yang dipersepsi.

Hal ini akan diteruskan dengan kapasitasnya atau menolak dan menentang segala

usaha obyek yang dipersepsinya.

Persepsi dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a) External perception, external

perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari luar

individu; b) Self perception, self perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsieprints.umm.ac.id/41881/3/jiptummpp-gdl-adeisnaeni-47545-3-bab2.… · penglihatan pendengaran, perasaan dan penciuman. ... Pada kajian ilmu psikologi,

11

rangsang yang berasal dari diri individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah

dirinya sendiri (Sunaryo, 2007).

2.1.2 Proses Terjadinya Persepsi

Menurut Stagner dan Solley (dalam Ali & Asrori, 2009) persepsi terjadi pada

individu melalui tahap-tahap sebagai berikut: adanya stimulus yang ditangkap melalui

pancaindera, adanya kesadaran individu terhadap stimulus, individu

menginterprestasikan stimulus tersebut dan individu mewujudkan ke dalam tindakan.

Proses terbentuknya persepsi didasari pada beberapa tahapan, yaitu: a)

Stimulus atau rangsangan, terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan

pada suatu stimulus atau rangsangan yang hadir dari lingkungannya; b) Proses

registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik yang berupa

penginderaan dan syarat seseorang berpengaruh melalui alat indera yang dimilikinya

di mana seseorang dapat mendengarkan atau melihat informasi yang terkirim

kepadanya, kemudian mendaftar semua informasi yang terkirim kepadanya tersebut;

c) Interpretasi, interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangat

penting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang diterimanya dan proses

interpretasi tersebut bergantung pada cara pendalaman, motivasi, dan kepribadian

seseorang (Thoha, 2006).

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Thoha (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

seseorang adalah sebagai berikut :

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsieprints.umm.ac.id/41881/3/jiptummpp-gdl-adeisnaeni-47545-3-bab2.… · penglihatan pendengaran, perasaan dan penciuman. ... Pada kajian ilmu psikologi,

12

1. Faktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka,

keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik,

gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi.

2. Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh,

pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan,

pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu objek.

2.2 Gambar Peringatan Bahaya Efek Merokok

Gambar peringatan bahaya efek merokok adalah gambar seram pada kemasan

bungkus rokok yang menjukkan bahaya akibat merokok. Pencantuman gambar efek

merokok pada kemasan rokok yang beredar di pasaran saat ini memuat 5 jenis

gambar, yaitu; 1) gambar kanker mulut, 2) gambar orang merokok dengan asap yang

membentuk tengkorak, 3) gambar kanker tenggorokan, 4) gambar orang merokok di

dekatnya, dan 5) gambar paru-paru yang menghitam karena kanker (Kementerian

Kesehatan, 2013). Berikut ini merupakan gambar efek merokok pada kemasan rokok:

2.2.1 Gambar Kanker Mulut

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsieprints.umm.ac.id/41881/3/jiptummpp-gdl-adeisnaeni-47545-3-bab2.… · penglihatan pendengaran, perasaan dan penciuman. ... Pada kajian ilmu psikologi,

13

2.2.2 Gambar Orang Merokok dengan Asap yang Membentuk Tengkorak

2.2.3 Gambar Kanker Tenggorokan

2.2.4 Gambar Orang Merokok di Dekatnya

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsieprints.umm.ac.id/41881/3/jiptummpp-gdl-adeisnaeni-47545-3-bab2.… · penglihatan pendengaran, perasaan dan penciuman. ... Pada kajian ilmu psikologi,

14

2.2.5 Gambar Paru-Paru yang Menghitam karena Kanker

Gambar peringatan ini dikeluarkan oleh pemerintah melalui Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 109 tahun 2012 yang ditandatangani oleh Presiden pada 24

Desember 2012 tentang penerapan gambar pada bungkus rokok. Adapun ketentuan

gambar peringatan ini ditindaklanjuti dalam Peraturan Menteri Kesehatan

(Permenkes) No. 28 Tahun 2013 tentang pencantuman peringatan kesehatan dan

informasi kesehatan pada kemasan produk tembakau yang secara efektif diberlakukan

mulai tanggal 24 Juni 2014. Ini merupakan sebuah langkah implementasi dari

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Maksud dikeluarkan atau

diberlakukan ketentuan tersebut diantaranya untuk memberikan efek kejut. Pesan

visual berupa gambar seram tersebut dicantumkan dengan tujuan agar terjadi

penurunan konsumsi rokok. Hal ini dikarenakan efek negatif akibat racun yang ada

dalam rokok sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan sekitarnya

(Rosilawati, 2014).

Peringatan bahaya merokok berupa informasi tentang bahaya bagi kesehatan

cenderung diabaikan oleh perokok. Hal ini menunjukkan bahwa peringatan semacam

ini tidak efektif. Pesan-pesan berupa peringatan maupun imbauan bahkan kampanye

antirokok yang banyak dipublikasikan melalui beragam media komunikasi selama ini

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsieprints.umm.ac.id/41881/3/jiptummpp-gdl-adeisnaeni-47545-3-bab2.… · penglihatan pendengaran, perasaan dan penciuman. ... Pada kajian ilmu psikologi,

15

belum bisa dikatakan mencapai tujuan optimal. Pesan-pesan yang ada atau telah

disampaikan selama ini hanya berpengaruh secara kognitif, sebatas menambah

wawasan/pengetahuan yang tentunya tidak mampu mengubah perilaku khalayak yang

menjadi sasaran. Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui,

dipahami atau dipersepsi khalayak (Rakhmat, 2007). Efek ini berkaitan dengan

transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan dan informasi. Hal ini

menunjukkan bahwa pesan-pesan berupa peringatan maupun imbauan tentang

bahaya merokok cenderung kurang berpengaruh secara signifikan sehingga

perubahan sikap/perilaku untuk tidak merokok belum seperti yang diharapkan

(Rosilawati, 2014).

2.3 Bahaya Efek Merokok

Rokok berasal dari daun tembakau yang dikeringkan, mengadung nikotin dan

tar. Pada saat orang menyalakan rokok akan dihasilkan gas CO, nikotin, dan tar yang

berbahaya bagi si perokok itu sendiri dan orang sekitarnya sehingga menimbulkan

bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer yaitu bahaya yang mengancam

perokok itu sendiri. Perokok menghisap asap rokok, kemudian mengeluarkannya

kembali, tetapi pada saat dikeluarkan tidak semua asap rokok keluar melainkan ada

yang terhisap masuk kedalam tubuh. Bahaya sekunder yaitu bahaya untuk orang lain

yang berada disekitar perokok (perokok pasif). Rokok yang terus menyala akan akan

terus mengeluarkan asap yang secara tidak sengaja akan terhirup oleh orang-orang

yang berada disekitar perokok tersebut (Suryatin, 2008). Kandungan racun dalam

rokok membahayakan kesehatan seseorang, baik asap yang dihisap langsung saat

merokok (mainstream smoke) maupun asap yang keluar dari ujung rokok (sidestream

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsieprints.umm.ac.id/41881/3/jiptummpp-gdl-adeisnaeni-47545-3-bab2.… · penglihatan pendengaran, perasaan dan penciuman. ... Pada kajian ilmu psikologi,

16

smoke), sama-sama mengadung bahan kimia beracun, seperti: nikotin, tar, nitrous oxide,

formaldehyde, acrolein, formic acid, phenol, carbon monoxide, dan lain-lain. Bahan-bahan

tersebut apabila berinteraksi dan berakumulasi secara kronis dalam waktu yang lama

dapat menimbulkan penyakit kanker (paru, bibir, mulut, kerongkongan, dan usus,

penyakit jantung dan penyakit paru kronis (Cahyono, 2008).

Zat-zat kimia pada rokok tersebut akan diabsorbsi di dalam darah dan

tertelan masuk dalam saluran pencernaan. Perokok akan mengalami batuk kronis,

peningkatan produksi sputum, dyspnea, dan penurunan kapasitas paru. Merokok

dapat menimbulkan berbagai efek pada sistem kardiovaskular, baik yang terjadi

dengan segera maupun dalam jangka waktu yang lama. Efek yang terjadi dengan

segera antara lain vasokonstriksi dan penurunan oksigenasi darah, peningkatan

tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung dan kemungkinan disritmia, serta

peningkatan kerja jantung. Efek jangka panjang antara lain peningkatan resiko

penyakit arteri koroner, stroke, peningkatan lepidemia, dan infark miokard. Merokok

juga turut menyebakan hipertensi, penyakit pembuluh darah perifer (misal: ulkus

pada kaki), dan abnormalitas gas darah arteri yang berlangsung lama (oksigen atau

PO2 rendah, dan karbondioksida atau PCO2 tinggi). Wanita yang merokok dapat

mengalami masalah kesuburan dan gangguan fungsi uteroplasenta (pada saat hamil).

Penggunaan tembakau selama kehamilan dapat memberi pengaruh buruk pada

pertumbuhan fisik dan perkembangan intelektual anak. Wanita yang merokok

berisiko mengalami menopause dini, penurunan kepadatan tulang dan osteoporosis.

(Carpenito, 2009).

Rokok mengandung lebih dari 4.000 bahan kimia. Lima puluh sembilan

bahan kimia diantaranya memiliki racun (toksik), karsinogenik (bersifat memicu

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsieprints.umm.ac.id/41881/3/jiptummpp-gdl-adeisnaeni-47545-3-bab2.… · penglihatan pendengaran, perasaan dan penciuman. ... Pada kajian ilmu psikologi,

17

timbulnya kanker) dan bersifat mutagenik (mengubah sifat sel). Menurut Tineke

(dalam Fatimah, 2008), racun dan karsinogen akibat pembakaran tembakau dapat

memicu terjadinya kanker. Pada awalnya, rokok mengandung 8-20 mg nikotin dan

setelah dibakar nikotin yang masuk ke dalam sirkulasi darah hanya 25%. Walaupun

dalam jumlah kecil, hanya dalam waktu 15 detik sampai ke otak manusia. Nikotin itu

diterima oleh reseptor asetilkolin-nikontinik yang kemudian membaginya ke jalur

imbalan, perokok akan merasakan rasa nikmat, memacu system dopaminerjik.

Hasilnya perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan

mampu menekan rasa lapar. Sementara dijalur adrenergik pada bagian otak lokus

seruleus yang mengeluarkan serotonin. Meningkatnya serotonin menimbulkan

rangsangan rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi. Hal inilah perokok

sulit meninggalkan rokok, karena kebergantungan pada nikotin. Ketika ia berhenti

merokok, rasa nikmat yang diperoleh akan berkurang.

Menurut Roan (dalam Fatimah, 2008), efek dari rokok/tembakau memberi

stimulasi depresi ringan, gangguan daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah

laku dan fungsi psikomotor. Ketergantungan rokok dibandingkan dengan zat-zat

adiktif lainnya sangatlah rendah sehingga ketergantungan pada rokok sering tidak

dianggap gawat (Fatimah, 2008).

2.4 Konsep Remaja

Remaja adalah peralihan masa perkembangan yang berlangsung sejak usia

sekitar 10 atau 11 tahun atau bahkan lebih awal sampai masa remaja akhir atau usia

dua puluhan awal, serta melibatkan perubahan besar dalam aspek fisik, kognitif, dan

psikososial yang saling berkaitan (Papalia, dkk, 2007). Menurut Piaget (dalam Ali &

Asrori, 2009), mengatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsieprints.umm.ac.id/41881/3/jiptummpp-gdl-adeisnaeni-47545-3-bab2.… · penglihatan pendengaran, perasaan dan penciuman. ... Pada kajian ilmu psikologi,

18

individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak

tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan

merasa sama, atau paling tidak sejajar (Ali & Asrori, 2009).

Remaja tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk

golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk masuk

kegolongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena

itu remaja seringkali dikenal dengan fase mencari jati diri atau fase topan dan badai.

Menurut Monks, (dalam Ali & Asrori, 2009), remaja masih belum mampu menguasai

dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya, namun fase

remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial,

baik dari segi kognitif, emosi, maupun fisik (Ali & Asrori, 2009).

Pada umumnya, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity),

karena didorong oleh rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung ingin bertualang

menjelajah segala sesuatu, dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah

dialaminya. Selain itu, didorong juga oleh keinginan seperti orang dewasa

menyebabkan remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukan oleh orang

dewasa. Akibatnya tidak jarang secara sembunyi-sembunyi, remaja pria mencoba

merokok karena sering melihat orang dewasa melakukannya. Seolah-olah dalam hati

kecilnya berkata remaja ingin membuktikan kalau sebenarnya dirinya mampu berbuat

seperti yang dilakukan oleh orang dewasa (Ali & Asrori, 2009).

2.4.1 Ciri-ciri remaja

Menurut Jahja (2011), pada masa remaja terjadi perubahan-perubahan yang

cepat, baik secara fisik maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi

selama masa remaja:

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsieprints.umm.ac.id/41881/3/jiptummpp-gdl-adeisnaeni-47545-3-bab2.… · penglihatan pendengaran, perasaan dan penciuman. ... Pada kajian ilmu psikologi,

19

1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang

dikenal sebagai masa storm dan stress. Peningkatan emosional ini adalah hasil dari

perubahan fisik terutama perubahan hormon yang terjadi pada masa remaja.

Peningkatan emosional dalam segi kondisi sosial merupakan tanda bahwa remaja

berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini

banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, seperti tidak lagi

bertingkah seperti anak-anak, harus lebih mandiri, dan bertanggung jawab.

2. Perubahan yang cepat secara fisik disertai kematangan seksual. Perubahan ini

membuat remaja merasa tidak yakin terhadap diri dan kemampuan sendiri.

Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem

sirkulasi, sistem pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal

seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh

terhadap konsep diri remaja.

3. Sikap protes terhadap orangtua. Remaja pada usia ini cenderung tidak menyetujui

nilai-nilai hidup orangtuanya, sehingga sering menunjukkan sikap protes terhadap

orangtua. Mereka berusaha mencari identitas diri dan sering kali disertai dengan

menjauhkan diri dari orangtuanya. Dalam upaya pencarian identitas diri, remaja

cenderung melihat kepada tokoh-tokoh di luar lingkungan keluarganya, yaitu:

guru, figur ideal yang terdapat di film, atau tokoh idola.

4. Kesetiakawanan dengan kelompok seusia. Para remaja pada kelompok umur ini

merasakan keterikatan dan kebersamaan dengan kelompok seusia dalam upaya

mencari kelompok senasib. Hal ini tercermin dalam cara berperilaku sosial.

5. Kemampuan untuk berpikir secara abstrak. Daya kemampuan berpikir seorang

remaja mulai berkembang dan dimanifestasi-kan dalam bentuk diskusi untuk

mempertajam kepercayaan diri.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsieprints.umm.ac.id/41881/3/jiptummpp-gdl-adeisnaeni-47545-3-bab2.… · penglihatan pendengaran, perasaan dan penciuman. ... Pada kajian ilmu psikologi,

20

6. Bersikap ambivalen (perilaku yang labil dan berubah-ubah) dalam menghadapi

perubahan yang terjadi. Remaja sering memperlihatkan perilaku yang berubah-

ubah. Pada suatu waktu tampak bertanggung jawab, tetapi dalam waktu lain

tampak masa bodoh dan tidak bertanggung jawab. Di satu sisi remaja

menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain takut akan tanggung jawab yang

menyertai kebebasan, serta meragukan kemampuan sendiri untuk memikul

tanggung jawab.

2.4.2 Perkembangan Remaja

Perkembangan (development) adalah perubahan yang menyangkut aspek

kualitatif dan kuantitatif yaitu bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan

fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,

sebagai hasil dari proses pematangan. Perkembangan menyangkut adanya proses

deferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang

berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya,

termasuk perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi

dengan lingkungan (Jahja, 2011).

Masa remaja merupakan suatu periode kehidupan sehingga kapasitas untuk

memperoleh dan menggunkan pengetahuan secara efesien mencapai puncaknya,

karena salam periode remaja ini, proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan.

Ditinjau dari perspektif teori kognitif Piaget, maka pemikiran masa remaja telah

mencapai tahap pemikiran operasional formal (formal operational thought), yaitu suatu

tahap perkembangan kognitif yang dimulai dari usia 11 atau 12 tahun dan terus

berlanjut sampai remaja mencapai masa dewasa. Pada tahap ini remaja sudah bisa

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsieprints.umm.ac.id/41881/3/jiptummpp-gdl-adeisnaeni-47545-3-bab2.… · penglihatan pendengaran, perasaan dan penciuman. ... Pada kajian ilmu psikologi,

21

berpikir secara abstrak dan hipotesis, sudah mampu memikirkan sesuatu yang akan

atau mungkin terjadi, dan sudah mampu berpikir secara sistematik (Desmita, 2008).

Tabel 2.1 Tahap Perkembangan Kognitif Piaget

Tahap-Tahap Umur Kemampuan

Sensori-motorik 0-2 tahun Menunjuk pada konsep permanensi objek, yaitu

kecakapan psikis untuk mengerti bahwa suatu objek

masih tetap ada. Meskipun pada waktu itu tidak

tampak oleh kita dan tidak bersangkutan dengan

aktivitas pada waktu itu. Tetapi, pada stadium ini

permanen objek belum sempurna.

Praoperasional 2-7 tahun Perkembangan kemampuan menggunakan simbol-

simbol yang menggambarkan objek yang ada di

sekitarnya. Berpikir masih egosentris dan berpusat.

Operasional 7-11

tahun

Mampu berpikir logis. Mampu konkret

memperhatikan lebih dari satu dimensi sekaligus dan

juga dapat menghubungkan dimensi ini satu sama

lain. Kurang egosentris. Belum bisa berpikir abstrak.

Operasional

formal

11tahun-

dewasa

Mampu berpikir abstrak dan dapat menganalisis

masalah secara ilmiah dan kemudian menyelesaikan

masalah.

(Santrock, 2003)

Menurut Kusmiran (2011), remaja harus mampu mempertimbangkan semua

kemungkinan untuk menyelesaikan masalah dan mempertanggungjawabkannya.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsieprints.umm.ac.id/41881/3/jiptummpp-gdl-adeisnaeni-47545-3-bab2.… · penglihatan pendengaran, perasaan dan penciuman. ... Pada kajian ilmu psikologi,

22

Berkaitan dengan perkembanga kognitif, umumnya remaja menampilkan tingkah laku

sebagai berikut:

1. Kritis

Segala sesuatu harus rasional dan jelas, sehingga remaja cenderung

mempertanyakan kembali aturan-aturan yang diterimanya.

2. Rasa ingin tahu yang kuat

Perkembangan intelektual pada remaja merangsang adanya kebutuhan atau

kegelisahan akan sesuatu yang harus diketahui atau dipecahkan.

3. Jalan pikiran egosentris

Berkaitan dengan menentang pendapat yang berbeda. Cara berpikir kritis

dan egosentris, menyebabkan remaja cenderung sulit menerima pola pikir

yang berbeda dengan pola pikirnya.

4. Imagery audience

Remaja merasa selalu diperhatikan atau menjadi pusat perhatian orang lain

menyebabkan remaja sangat terpengaruh oleh penampilan fisiknya dan

dapat mempengaruhi konsep dirinya.

5. Personal fables

Remaja merasa dirinya sangat unik dan berbeda dengan orang lain.

Tercapainya tahap perkembangan ini ditandai dengan individu mampu

berpikir secara kontra-faktual (contra-factual), artinya ia menyadari bahwa

realitas dan pikiran bisa berbeda, juga bisa memaknai suatu realitas sesuai

kehendaknya. Realitas adalah kondisi nyatanya (objektif) sedangkan pikiran

tentang realitasnya adalah kondisi subjektif (persepsi).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsieprints.umm.ac.id/41881/3/jiptummpp-gdl-adeisnaeni-47545-3-bab2.… · penglihatan pendengaran, perasaan dan penciuman. ... Pada kajian ilmu psikologi,

23

2.5 Perilaku Merokok Pada Remaja

Perilaku adalah suatu tindakan atau aktifitas manusia seperti berjalan,

berbicara, menangis, tertawa, dan sebagainya. Perilaku merupakan respon atau reaksi

seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar (Notoatmojo, 2007), termasuk

kegiatan merokok. Perilaku merokok juga merupakan sesuatu yang fenomenal,

meskipun sudah diketahui dampak negatif yang disebabkan oleh rokok, tapi jumlah

perokok bukannya menurun tetapi semakin bertambah. Sesuai dengan konsep Tobacco

Dependency (kebiasaan merokok), perilaku merokok merupakan perilaku yang

menyenangkan dan bergeser menjadi aktivitas yang bersifat obsesif (Laili, 2010).

Pada remaja saat ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat

tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi

perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok

sendiri maupun orang-orang di sekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di

dalam rokok memberikan dampak negatif pada tubuh penghisapnya. Beberapa

motivasi yang melatar belakangi merokok adalah untuk mendapat pengakuan

(anticipatory beliefs) untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs) dan menganggap

perbuatannya tersebut tidak melanggar norma (permission beliefs/positive) (Djemana,

2004).

2.6 Glover – Nillson Smoking Behavior Questionnaire (GNSBQ)

Glover - Nilsson Smoking Behavioral Questionnaire (GNSBQ), diciptakan

oleh Elbert Glover dan Fredrik Nilsson. Kuisioner ini berlaku untuk menilai dimensi

perilaku merokok dan untuk memperkirakan sejauh mana intervensi perilaku dapat

membantu keinginan perokok berhenti merokok (Rocha, Guerra & de Lemos, 2013).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsieprints.umm.ac.id/41881/3/jiptummpp-gdl-adeisnaeni-47545-3-bab2.… · penglihatan pendengaran, perasaan dan penciuman. ... Pada kajian ilmu psikologi,

24

Kuesioner perilaku ini diukur dengan menggunakan skala Likert yang berisi

5 alternatif jawaban untuk pertanyaan 1 dan 2 yaitu Tidak sama sekalai “0”, Agak

“1”, Sedang “2”, Sangat “3” dan Sangat sekali “4”, untuk pertanyaan no 1 dan 2.

Alternatif jawaban untuk pertanyaan no 3 – 11 yaitu Tidak pernah “0”, Jarang “1”,

Kadang-kadang “2”, Sering “3” dan Selalu “4”. Kuesioner perilaku merokok

terdapat 11 item pertanyaan perilaku merokok. Skala pengukuran yang digunakan

adalah skala Likert dengan data Ordinal (Nursalam, 2013).

2.7 Hubungan Persepsi Gambar Peringatan Bahaya Efek Merokok pada

Kemasan Bungkus Rokok dengan Perilaku Merokok Remaja

Menurut Notoatmojo (dalam Purba, 2009), pengetahuan merupakan hasil dari

tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan proses persepsi (penginderaan terhadap

suatu objek tertentu), yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

raba, tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Persepsi membentuk pengetahuan, sehingga merupakan hal yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang yang terdiri dari: a) Proses adaptasi

perilaku, dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

persepsi akan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh persepsi. Penelitian

Rogers (dalam Purba, 2009) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi

perilaku baru ada beberapa proses yang berurutan yaitu: 1) Awarenes, (kesadaran) pada

tahap ini seseorang menyadari atau mengetahui stimulus terlebih dahulu; 2) Interest,

yaitu orang mulai tertarik pada stimulus; 3) Evaluation, yaitu mempertimbangkan baik

tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya; 4) Trial, yaitu orang telah memulai mencoba

perilaku baru dan yang terakhir; 5) Adoption, yakni orang telah berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhada stimulus. b) Tingkat

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsieprints.umm.ac.id/41881/3/jiptummpp-gdl-adeisnaeni-47545-3-bab2.… · penglihatan pendengaran, perasaan dan penciuman. ... Pada kajian ilmu psikologi,

25

pengetahuan, pengetahuan mencakup enam tingkatan yaitu: 1) Know (tahu) adalah

mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, pengetahuan tingkat ini

termasuk juga mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima; 2) Comprehension (memahami) yang

merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar; 3) Application

(aplikasi) adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada

situasi atau kondisi yang sebenarnya; 4) Analisis yang merupakan suatu kemampuan

untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi

masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain; 5)

Sintesis yaitu kamampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian

didalam bentuk suatu keseluruhan yang baru; 6) Evaluasi (evaluation) ini berkaitan

dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu stimulus atau objek

(Purba, 2009).

Pengetahuan tentang merokok remaja sudah cukup baik karena pada usia ini

dapat dikategorikan pada tahap belajar atau pada tahap ini sudah bisa membaca,

menulis, dan menghitung. Dapat dikatakan sudah bisa memahami informasi-

informasi yang diberikan, selain itu kondisi lingkungan yang mendukung mereka

banyak mendapatkan informasi karena interaksi dengan banyak orang di lingkungan

sekolah maupun lingkungan rumah. Remaja sudah tahu tentang bahaya merokok,

seperti bahaya merokok bagi kesehatan, bahaya merokok bagi wanita hamil, perokok

pasif dan bahaya rokok bagi lingkungan (Anto, dkk., 2012).

Dari pengamatan tentang kebiasaan merokok remaja lebih karena faktor ingin

mencoba-coba atau mengikuti trend pada kelompoknya, juga karena persepsi atau

kepercayaan, seperti pada laki-laki merokok dapat meningkatkan keperkasaan laki-

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsieprints.umm.ac.id/41881/3/jiptummpp-gdl-adeisnaeni-47545-3-bab2.… · penglihatan pendengaran, perasaan dan penciuman. ... Pada kajian ilmu psikologi,

26

laki, dengan merokok akan kelihatan lebih gaul, atau merokok dapat menambah

semangat belajar/bekerja, merokok dapat menghilangkan stres. Ada juga sudah

sampai ketergantungan seperti, “lebih baik tidak makan daripada tidak merokok”

(Setyaningrum, 2009).

Dari hasil sebuah penelitian Setyaningrum (2009) yang meneliti tentang

hubungan tingkat pengetahuan remaja tentang bahaya merokok dengan perilaku

merokok pada remaja di Desa Boro Wetan Kecamatan Banyu Urip Purworejo tahun

2009 yang meneliti pada 87 orang remaja. Remaja yang diteliti adalah remaja laki-laki

berumur antara 13 sampai 17 tahun yang sedang berkumpul dan merokok di warung-

warung yang ada di Desa Boro Wetan. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa

pengetahuan remaja tentang bahaya merokok berada pada kategori sedang.

Pengetahuan remaja yang berlokasi di Desa Boro Wetan Kabupaten Purworejo

tentang pengertian bahaya merokok berada mayoritas tingkat pengetahuan remaja

tentang bahaya merokok berada pada kategori baik sebesar 74.65%, dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa pengetahuan remaja yang berlokasi di Desa Boro Wetan

Kabupaten Purworejo tentang pengertian merokok berada pada kategori baik. Serta

ada hubungan negatif antara pengetahuan remaja dengan perilaku merokok di Desa

Boro Wetan Kabupaten Purworejo. Artinya bahwa semakin tinggi tingkat

pengetahuan tentang bahaya merokok maka semakin baik pula perilaku meokok pada

remaja di Desa Boro Wetan Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo 2009 dan

sebaliknya semakin rendah pengetahuan tentang bahaya merokok, semakin tidak baik

pula perilaku merokok pada remaja di Desa Boro Wetan Kecamatan Banyu Urip

Purworejo 2009.