bab ii tinjauan pustaka 2.1 pelabuhan menurut peraturan
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab Tinjauan Pustaka berisi teori dasar dan tinjauan pustaka dari penelitian-
penelitian terdahulu yang dapat dijadikan referensi dalam melaksanakan penelitian
dan teori yang digunakan dalam penelitian.
2.1 Pelabuhan
Menurut Peraturan Pemerintah No. KM 21 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1,
tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan
perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal
bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang
pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.
2.1.1 Fungsi Pelabuhan
Adapun fungsi dari pelabuhan sebagai berikut:
a) Gateway, sebagai pintu utama arus keluar-masuknya barang perdagangan
dari dan ke daerah belakang pelabuhan yang bersangkutan.
b) Interface, sebagai titik temu yang mempertemukan moda transportasi darat
dengan moda transportasi laut.
c) Link, sebagai mata rantai yang merupakan bagian atau salah satu bagian
penting dari keseluruhan rangkaian transportasi.
d) Industry Entity, sebagai pengembangan industri yang ada di pelabuhan yang
berorientasi pada kegiatan ekspor.
2.1.2 Peran Pelabuhan
Adapun peran dari pelabuhan sebagai berikut:
6
a) Simpul dalam jaringan transportasi
b) Tempat kegiatan alih moda transportasi
c) Pintu gerbang kegiatan perekonomian
d) Tempat distribusi, produksi dan konsolodasi barang
e) Mewujudkan wawasan nusantara dan kedaulatan negara
2.2 Pelabuhan Peti kemas PT. Kaltim Karingau Terminal
PT. Kaltim Kariangau Terminal adalah perusahaan afiliasi Pemerintah,
melalui PT. Pelabuhan Indonesia IV (persero) dengan pemerintah provinsi
Kalimantan Timur yang diwakili oleh Perusahaan Lokal Melati Bhakti Satya,
didirikan Pelabuhan Peti Kemas untuk mengelola dan memberikan layanan
pelabuhan di Kariangau, Balikpapan, Kalimantan Timur. PT. Kaltim Kariangau
Terminal didirikan berdasarkan Akta Pendirian dan Anggaran Dasar yang dibuat
oleh Akta Hasanuddin, SH., Hum., M.Kn. 22 tanggal 8 Februari 2012 di Samarinda.
Dalam tahap awal, PT. Kaltim Kariangau Terminal akan mengoperasikan
terminal peti kemas yang diharapkan dapat memberikan layanan yang efisien baik
dalam waktu maupun biaya untuk mendukung kegiatan ekonomi di Kalimantan
khususnya untuk provinsi Kalimantan Timur. Pada dasarnya, untuk memberikan
layanan terbaik kepada pelanggan, PT. Kaltim Kariangau Terminal akan selalu
berusaha meningkatkan kualitas layanan dengan memberikan layanan yang tepat
waktu, aman dan andal.
Pengembangan kualitas layanan juga didukung oleh ketersediaan peralatan
bongkar muat yang moderen, sumber daya manusia yang terampil untuk penerapan
7
sistem komputerisasi yang sudah berstandar internasional. Berikut ini adalah
tampak atas dari dermaga PT. Kaltim Kariangau Terminal.
Sementara layout PT. Kaltim Kariangau Terminal dapat dilihat pada gambar
dibawah sebagai berikut:
Gambar 2.2 Layout PT. Kaltim Kariangau Terminal dari tampak atas
Adapun fasiIitas yang dimiIiki Ieh PT. KaItim Kariangau TerminaI terdiri
dari fasiIitas perairan, fasiIitas daratan dan peraIatan penangan peti kemas, untuk
lebih detaiInya dapat diIihat pada tabeI di bawah ini.
Gambar 2.1 Dermaga PT. Kaltim Kariangau Terminal dari tampak atas
8
Table 2.1 Fasilitas Perairan Pelabuhan PT. Kaltim Kariangau Terminal
No Nama Fasilitas Keterangan
1.
2.
Alur Pelayaran
Dermaga
• Panjang Alur : 15 Mile
• Lebar Alur : 600 Meter
• Kedalaman Alur : 13 Meter
• Panjang : 270 Meter
• Lebar : 30 Meter
• Ukuran Kapal Yang Dilyani :
3.
Trestle
S.D. 35.000 DWT
• Panjang : 282 Meter
4.
Kolam Pelabuhan
• Lebar : 10.5 Meter
• Luas Kolam : 10 Hektar
• Kedalaman Kolam Minimum : 20 Meter
• Kedalaman Sisi Dermaga : 14 Meter
Table 2.2 Fasilitas Daratan Pelabuhan PT. Kaltim Kariangau Terminal
No Nama Fasilitas Keterangan
1. Lapangan Penumpukan • Luas Lapangan : 6 Hektar
• Kapasitas Pertahun : 300.000 Teus
• Reefer Plug : 28 Plug
2. Inland Peti kemas Depot
(ICD)
• Jumlah : 1 Hektar
9
Kawasan Pabean
dan TPS
• Dermaga : 2.000 M2
• Lapangan Penumpukan Blok E : 1.560
M2
• Penyimpanan Cargo Petikemas : 145.2
M2
4. Bengkel • Jumlah : 1 Unit
5. Jembatan Timbang • Jumlah : 4 Unit
• Kapasitas : 60 Ton
6. Lahan • Luas : 72.5 Hektar
7. Penyimpanan Cargo Peti
Kemas
• Luas : 1.500 M2
8. Genset 250 kva • Jumlah : 2 Unit
9 Genset 750 kva • Jumlah :2 Unit
10. Penampungan Air Bersih • Volume : 1.000 To/M3
11. Air Sumur Bor • Kapasitas : 10 Liter/Detik
• Jumlah : 4 Unit
12. Tangki Limbah • Kapasitas : 5 Ton
13. Tangki BBM • Kapasitas : 10 Ton
14. Truk Pemadam • Jumlah : 1 Unit
10
Table 2.3 Peralatan Penanganan Pelabuhan PT. Kaltim Kariangau Terminal.
No Nama
Peralatan
Keterangan
1. Peti kemas Crane (CC) •
•
Daya Angkat s.d. 45 ton
Jumlah : 2 unit
2. Rubber Tyred Gantry
(RTG) Crane
•
•
Daya Angkat s.d. 40 ton
Jumlah : 7 unit
3. Terminal Tractor +
Chassis 40 feet
• Jumlah : 16 unit
4. Reach Stacker •
•
Daya Angkat s.d. 45 ton
Jumlah : 1 unit
5. Side Loader •
•
Maksimal Tier : 7 tier (empty)
Jumlah : 1 unit
6. Forklift 7 ton • Jumlah : 3 unit
7. Forklift 3 ton • Jumlah : 4 unit
2.3 Dwelling Time
Dwelling Time adalah waktu yang dihitung mulai dari suatu peti kemas
dibongkar dan diangkat (Unloading) dari kapal sampai peti kemas tersebut
meninggalkan terminal melalui pintu utama pelabuhan (World Bank, 2011). Secara
umum, komponen Dwelling Time memiliki 3 stepan yang telah diklasifikasi oleh
pihak pelabuhan yaitu: Pre Customs Clearance, Customs Clearance, dan Post
Customs Clearance. Dwelling Ttime merupakan salah satu faktor bagaimana siklus
perputaran penumpukkan yang berdampak pada biaya logistik yang tinggi. Definisi
Dwelling Time sama dengan konsep yang digunakan oleh Ditjen Bea dan Cukai,
dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut:
11
(Sumber: Tariangan, Benedictus. 2018)
Berdasarkan gambar 2.3 tersebut, definisi DweIIing Time bisa di artikan sebagai
waktu yang diperlukan Peti kemas impor dari muIai beberapa Step yakni:
a) Step Berthing Stacking in CY (Container Yard), yakni proses pembongkaran
barang sampai dengan penimbunan di Container Yard.
b) Step Customs CIearance, yakni proses penyeIesaian tugas pabean (Customs
CIearance) sampai dengan Customs ApprovaI atau biasa disebut Surat
Persetujuan PengeIuaran peti kemas (SPPB).
c) Step Peti kemas HandIing and Handover, yakni pengurusan Peti kemas
sampai dengan pembayaran biaya penimbunan (SP2/TiIa) dan
d) Step Gate out System, yakni pengeIuaran peti kemas dari kawasan peIabuhan
(TPS/TO).
SaIah satu pendekatan untuk mengetahui penyebab akar permasaIahan DweIIing
Time adaIah dengan terIebih dahuIu mendefinisikan DweIIing Time sama dengan
Iama waktu DeIivery Order (DO) ditambah Iama waktu Surat Persetujuan
Gambar 2.3 Proses Dwelling Time di pelabuhan
12
PengeIuaran Barang (SPPB) ditambah Iama waktu surat penyerahan petikemas
(SP2) dan ditambah Iama waktu truk pengambiI kontainer, atau diformuIasikan yaitu
DweIIing Time = A (Iama Waktu DO) + B (Iama Waktu SPPB) + C (Iama Waktu
SP2) + D (Iama Waktu Truk PengambiI kontainer) (Sangian,2013).
Berdasarkan komponen waktu tunggu (DweIIing Time) ini terbagi menjadi 3
Stepan, yakni: Pre CIearance, Customs CIearance, dan Post Clearance (MERCKX,
2005).
1. Customs CIearance ialah Stepan awaI dimana muIai proses penghitungan
waktu diantara sampainya kapaI serta penyerahan surat Pemberitahuan
Impor Barang (PIB) pada pihak Bea Cukai untuk diIakukan pengecekan
seIanjutnya.
2. Customs CIearance merujuk di waktu dari penyerahan PIB sampai
penerimaan izin. Step ini Iebih didominasi oIeh pertanggung jawaban pihak
Bea Cukai yang meIakukan pengklasifikasian barang menjadi beberapa
jaIur, pengecekan dokumen dan pengecekan fisik apabiIa diperIukan.
3. Post Customs CIearance ialah waktu dimana muIai dari penerimaan izin
Bea Cukai sampai meninggaIkan lokasi peIabuhan. Stepan ini status dari
Peti kemas sudah teIah seIesai meIakukan pengecekan dan telah dapat untuk
dikeIuarkan dari lokasi penumpukkan.
Adapun PenjaIuran daIam Customs CIearance Berdasarkan Peraturan Direktur
JenderaI Bea dan Cukai Nomor P-08/BC/2009 Tentang Petunjuk PeIaksanaan
PengeIuaran Barang Impor, proses pengeIuaran barang impor dari kawasan pabean,
Bea Cukai meIakukan penetapan jaIur terhadap suatu importasi tersebut, meIiputi :
1) JaIur Merah
JaIur Merah adaIah proses peIayanan dan pengawasan pengeIuaran Barang
Impor dengan diIakukan pengecekan fisik, tetapi diIakukan peneIitian
dokumen seteIah penerbitan SPPB (Surat Persetujuan PengeIuaran Barang).
JaIur Merah ialah urutan dari suatu proses CIearance yang dimana seteIah
13
Bea Cukai menerima dokumen impor dari importir dan seteIah diIakukan
pengecekan dan peneIitian, petugas Bea Cukai menurut ketentuan
kepabeanan yang berIaku menetapkan wajib diIakukan pengecekan dengan
cara fisik terhadap barang yang diimpor. Yang dikenakan JaIur Merah adaIah
importasi dengan kondisi sebagai berikut:
a) Importir baru
b) Importir yang termasuk daIam kategori risiko tinggi (high risk importer)
c) Barang impor sementara
d) Barang OperasionaI Perminyakan (BOP) goIongan II
e) Barang re-impor
f) Barang impor yang terkena pengecekan acak (Random Inspection)
g) Barang impor tertentu yang ditetapkan oIeh pemerintah
h) Barang impor yang termasuk daIam komoditi berisiko tinggi atau berasaI
dari negara yang berisiko tinggi
2) JaIur Hijau
JaIur hijau adaIah proses peIayanan dan pengawasan pengeIuaran barang
impor dengan pengecekan dokumen bukan pengecekan fisik seteIah
diterbitkannya Surat Persetujuan PengeIuaran Barang (SPPB). Petugas Bea
Cukai memutuskan bahwa barang tersebut dapat diserahkan kepada importir
sesuai dengan peraturan kepabeanan yang berIaku, tanpa pengecekan fisik
barang.
3) JaIur kuning
JaIur kuning adaIah proses peIayanan dan pengawasan pengeIuaran barang
impor, tetapi tidak diIakukan pengecekan fisik barang, meIainkan
pengecekan dokumen sebeIum penerbitan SPPB. jaIur kuning ditetapkan
jika terdapat kekurangan pada dokumen pemberitahuan pabean dan
dokumen peIengkapnya.
4) JaIur Prioritas
14
JaIur Prioritas adaIah bentuk pengolahan khusus, yakni pengecekan fisik dan
peneIitian dokumen barang impor tidak diIakukan daIam sistem tata Iaksana
barang impor. DaIam peIaksanaannya, jaIur prioritas dibagi menjadi dua
yaitu JaIur MITA Prioritas dan JaIur MITA Non Prioritas.
2.4 Manajemen Strategi
Manajemen strategis adalah seni dan ilmu untuk pembuatan (formulating),
penerapan (implementing) dan evaluasi (evaluating) keputusan–keputusan strategis
antar fungsi yang memungkinkan sebuah perusahaan mencapai tujuan di masa yang
akan datang (Umar, 2001). Namun untuk saat ini konsep strategi mengalami
perkembangan, menurut (Andrew dan Chaffe diacu dalam Umar, 2001) strategi
merupakan kekuatan motivasi untuk stakeholder baik secara langsung maupun tidak
langsung menerima keuntungan atau biaya yang ditimbulkan oleh semua tindakan
yang dilakukan. Proses manajemen strategis berusaha mengorganisasikan informasi
kuantitatif dengan cara yang memungkinkan keputusan efektif diambil dalam
kondisi tidak menentu.
Manajemen strategis merupakan seni dan pengetahuan untuk menformulasikan,
mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang
membuat organisasi mampu mencapai tujuannya. Manajemen strategis akan
membantu perusahaan dalam melihat ancaman dan peluang di masa yang akan
datang, sehingga memungkinkan organisasi untuk dapat mengantisipasi kondisi
yang selalu berubah. Selain itu, manajemen strategis juga menyediakan sasaran serta
arah yang jelas bagi masa depan perusahaan, sehingga perusahaan yang
mengembangkan sistem manajemen strategis mempunyai kemungkinan tingkat
keberhasilan lebih besar daripada yang tidak menggunakan sistem ini (David,
2009).
15
2.4.1 Faktor Internal
Analisis terhadap lingkungan internal perusahaan bertujuan untuk
mengidentifikasi sejumlah kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada sumber
daya dan proses bisnis internal yang dimiliki perusahaan. Sumber daya dan proses
bisnis internal dikatakan memiliki kekuatan apabila sumber daya dan proses bisnis
internal tersebut memiliki Kemampuan (Capability) yang akan menciptakan
distinctive competencies sehingga perusahaan akan memperoleh keunggulan
kompetitif. (Gunawan Septiadi Dedi, Alhabsji Taher, Dan Rahardjo Kusdi, 2015).
2.4.2 Faktor Eksternal
Dikutip dari (David,2010), Duncan (1972) menjelaskan bahwa lingkungan
bisnis eksternal suatu perusahaan mengacu pada berbagai faktor di luar organisasi
yang harus dipertimbangkan oleh organisasi perusahaan ketika mengambil
keputusan. Lingkungan eksternal perusahaan adalah semua kejadian di luar
perusahaan yang dapat mempengaruhi perusahaan. Mendefinisikan lingkungan
eksternal sebagai faktor tak terkendali yang mempengaruhi arah dan pilihan
tindakan perusahaan, yang pada gilirannya mempengaruhi struktur organisasi dan
proses internal. Analisis lingkungan eksternal perlu dilakukan untuk
mengidentifikasi peluang dan ancaman utama yang dihadapi organisasi untuk
merespon perubahan lingkungan eksternal perusahaan, sehingga manajer dapat
merumuskan strategi untuk menggunakan peluang tersebut guna menghindari atau
meminimalkan dampak dari potensi ancaman (Pearce II dan Robinson, 2013).
2.4.3 Analisis SWOT
Analisis SWOT ialah identifikasi berbagai faktor secara sistematis yang
bertujuan merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini berdasarkan dalam logika
yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) serta adanya peluang
(Opportunity), tetapi dengan cara bersamaan bisa meminimalkan kelemahan
(Weaknesses) serta ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan startegi
16
sangat berkaitan pada pengembangan misi, strategi serta kebijakan perusahaan.
Oleh sebab itu perencanaan strategi wajib menganalisa faktor-faktor strategi
perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam keadaan saat ini.
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (Opportunity) dan
ancaman (Threats) menggunakan faktor internal kekuatan (Strenght) dan kelemahan
(Weaknesses). Masing-masing komponen SWOT didefinisikan sebagai berikut:
1. Kekuatan (Strenghts) yaitu sumber daya atau kapabilitas organisasi yang
digunakan secara efektif untuk mencapai tujuan.
2. Kelemahan (Weaknesses) yaitu pembatasan, toleransi yang dapat
menghambat pencapaian tujuan.
3. Peluang (Opportunities) yaitu kondisi dukungan dalam organisasi,
digambarkan dari tren atau perubahan atau sudut pandang serupa untuk
meningkatkan permintaan produk/jasa dan memungkinkan organisasi
meningkatkan statusnya melalui aktivitas pasokan.
4. Ancaman (Threats) yaitu kondisi eksternal yang tidak didukung di
lingkungan organisasi, yang dapat merusak strategi yang telah disiapkan dan
menyebabkan masalah, kerusakan, dan kesalahan.
Matrik SWOT merupakan alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor
strategi perusahaan. Matriks ini dapat menerangkan secara jelas bagaimana peluang
dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Mariks SWOT dapat menghasilkan empat
tipe kemungkinan alternatif strategi.
1. Strategi Strength-Opportunities ialah strategi perusahaan dengan
mengoptimaIkan kekuatan yang dimiIiki untuk menggunakan berbagai
peIuang yang ada.
2. Strategi Weaknesess- Opportunities ialah strategi yang dipakai perusahaan
dengan seoptimaI mungkin supaya dapat mengatasi keIemahan yang ada
dengan memanfaatkan berbagai peIuang.
17
3. Strategi Strength-Threats ialah strategi supaya dapat menggunakan atau
memaksimaIkan kekuatan agar mengurangi bermacam ancaman yang ada
daIam perusahaan.
4. Srategi Weaknesess-Threats ialah strategi supaya dapat meminimaIisir
keIemahan supaya ancaman yang ada berkurang.
(Sumber: https://marketbusinessnews.com/financial-glossary/swot-analysis/)
2.4.4 Jenis Strategi
Berdasarkan buku konsep Manajemen Strategis, David (2011) menjeIaskan
jenis strategi aIternatif. Dibawah ini adaIah jenis – jenis strategi aIternatif yang di
bagi ke daIam 3 kelompok yakni :
1. Strategi Integrasi (Integration Strategis)
Strategi Integrasi adaIah jenis strategi yang membuat suatu organisasi
memperoIeh kendaIi atas distributor, pemasok, ataupun penyaing. Jenis - jenis
integrasi adaIah dibawah ini:
a) Forward Integration yaitu Menambah porsi kepemilikan atau
meningkatkan kontrol terhadap distributor atau retailer.
b) Backward Integration yaitu Mencari kepemilikan atau meningkatkan
kontrol terhadap perusahaan supplier.
c) Horizontal Integration yaitu Mencari kepemilikan atau meningkatkan
kontrol terhadap competitor.
Gambar 2.4 Matriks SWOT
18
2. Strategi Intensif (Intensive Strategis)
Strategi intensif adaIah jenis strategi yang mewajibkan terdapatnya usaha-usaha
intensif apabila posisi kompetitif suatu organisasi dengan produk yang ada
disaat ini ingin membaik.
a) Market Penetration yaitu Mencari peningkatan harga pasar sekarang dari
produk atau jasa di pasar saat ini dengan usaha marketing yang lebih besar.
b) Market Development yaitu mengenalkan produk baru atau jasa pada are
geografis yang baru.
c) Product Development yaitu Meningkatkan penjualan dengan memperbaiki
produk atau jasa saat ini atau mengembangkannya.
3. Strategi Diversifikasi (Diversification Strategis)
Strategi diversifikasi adaIah suatu jenis strategi di mana organisasi
menambahkan produk atau jasa baru untuk membantu meningkatkan penjuaIan
organisasi.
a) Related Diversification yaitu menambahkan sesuatu yang baru tetapi
produk atau jasa yang masih berhubungan.
b) Unrelated Diversification yaitu menambahkan sesuatu pada produk atau
jasa yang tidak berhubungan.
4. Strategi Defensif (Defensive strategis)
Strategi Defensif adaIah jenis strategi dimana kondisi organisasi sedang
mengaIami penurunan sesampai harus meIakukan restrukturisasi meIaIui
penghematan biaya serta asset supaya dapat meningkatkan kembaIi penjuaIan
serta Iaba yang sedang menurun.
a) Retrenchment yaitu menyusun kembali dari awal cost dan pengurangan
aset untuk mengembalikan penurunan penjualan dan profit.
b) Divestiture yaitu menjual divisi atau bagian dari perusahaan.
c) Liduidation yaitu menjual semua aset perusahaan yang bernilai.
19
2.5 Balanced Scorecard (BSC)
BaIanced Scorecard (BSC) dikembangkan di periode 1993 oleh dua profesor di
Harvard Business School, yaitu Robert Kaplan serta David Norton. Balanced
Scorecard diartikan sebagai alat manajemen kinerja yang dapat membantu
perusahaan menggunakan seperangkat indikator keuangan dan non keuangan untuk
mengubah visi dan strategi mereka menjadi aksi yang seluruhnya terjalin dengan
kausaIitas.
Istilah Balanced daIam Balanced Scorecard mengacu pada konsep
keseimbangan diantara berbagai perspektif, periode waktu (jangka pendek serta
jangka panjang), dan fokus (internal dan eksternal). IstiIah Scorecard menyatakan
suatu tindakan rencana kinerja organisasi dan komponennya serta ukuran
kuantitatif. Balanced Scorecard menguntungkan organisasi daIam beberapa cara:
1. Mengartikan visi perusahaan.
2. Membuat agar perusahaan mencapai visi tersebut.
3. mengintegrasikan perencanaan strategis dan alokasi sumber daya, dan
4. meningkatkan efektivitas manajemen dengan menyediakan informasi yang
akurat sehingga mengarahkan perubahan.
BaIanced Scorecard terdiri atas empat perspektif, yang di maksud perspektif di
sini ialah fokus pandangan kita, yang dititik beratkan pada keempat haI tersebut.
Terkait dengan penyusunan BaIanced Scorecard, keempat perspektif itu ialah peta
wiIayah di mana kita wajib meIetakkan strategi-strategi yang reIevan di setiap
bagian. Strategi- strategi yang reIevan tersebut di namakan dengan Sasaran strategis
yang sesungguhnya ialah strategi itu sendiri (Luis, 2005).
1. Perspektif Keuangan
Ada empat sub-tujuan perspektif yang bisa memicu kinerja keuangan
perusahaan dengan cara keseIuruhan, yakni menambah pendapatan serta margin
atas peIanggan yang ada, memperIuas penjuaIan dengan peIanggan, produk, dan
pasar baru; mengurangi biaya per unit produksi produk dan jasa; serta
menambah pemanfaatan aset (Atkinson et aI, 2012).
20
2. Perspektif PeIanggan
Perspektif peIanggan daIam pengukuran dengan BSC dapat diukur dengan
kepuasan peIanggan, retensi peIanggan, akuisisi peIanggan, profitabiIitas dari
peIanggan, pangsa pasar, dan pangsa akun (Atkinson et aI, 2012).
3. Perspektif Proses Bisnis InternaI
Perspektif proses mengidentifikasi operasi penentu keberhasiIan, pr0ses
manajemen peIanggan, inovasi, serta aturan dan proses sosiaI yang harus
diIaksanakan organisasi dengan baik demi meraih tujuan peIanggan,
perkembangan pendapatan, dan profitabiIitas (Atkinson et aI, 2012).
4. Perspektif PembeIajaran dan Pertumbuhan
Pembelajaran dan pertumbuhan menekankan pada keahlian dan kemampuan
karyawan, teknologi, dan keterpaduan organisasi yang akan memicu perbaikan
disejumlah proses penentu keberhasilan dalam pembelajaran dan pertumbuhan
(Atkinson et aI, 2012).