bab ii tinjauan pustaka 2.1 konsep lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 bab ii tinjauan pustaka 2.1...

41
31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat (Manula), atau disebut saja kelompok lanjut usia Lansia (ageing/elderly) adalah kelompok penduduk berumur tua. Golongan penduduk yang mendapat perhatian atau pengelompokan tersendiri ini adalah populasi berumur 60 tahun atau lebih (Bustan, 2015). Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, yang pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit sampai tidak melakukan tugasnya sehari-hari lagi hingga bagi kebanyakan orang masa tua itu merupakan masa yang kurang menyenangkan (R.Hasdianah, et al, 2014). 2.1.2 Batasan Umur Lansia Menurut Aspiani (2014), sampai saat ini belum ada kesepakatan batas umur lanjut usia secara pasti, karena seseorang tokoh psikologis membantah bahwa usia dapat secara tepat menunjukkan seseorang individu tersebut lanjut usia atau belum maka merujuk dari bebragai pendapat di bawah ini. Menurut WHO dalam bukunya Aspiani (2014) mengelompokkan usia lanjut atas tiga kelompok yaitu: Usia lanjut yang berumur 60-74 tahun, usia tua yang berumur 75-89 tahun, dan usia sangat tua yang berumur > 90 tahun.

Upload: others

Post on 27-Nov-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lansia

2.1.1 Pengertian Lansia

Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat (Manula), atau disebut saja kelompok

lanjut usia Lansia (ageing/elderly) adalah kelompok penduduk berumur tua. Golongan

penduduk yang mendapat perhatian atau pengelompokan tersendiri ini adalah populasi

berumur 60 tahun atau lebih (Bustan, 2015).

Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa masa tua

merupakan masa hidup manusia yang terakhir, yang pada masa ini seseorang

mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit sampai tidak melakukan

tugasnya sehari-hari lagi hingga bagi kebanyakan orang masa tua itu merupakan masa

yang kurang menyenangkan (R.Hasdianah, et al, 2014).

2.1.2 Batasan Umur Lansia

Menurut Aspiani (2014), sampai saat ini belum ada kesepakatan batas umur

lanjut usia secara pasti, karena seseorang tokoh psikologis membantah bahwa usia

dapat secara tepat menunjukkan seseorang individu tersebut lanjut usia atau belum

maka merujuk dari bebragai pendapat di bawah ini. Menurut WHO dalam bukunya

Aspiani (2014) mengelompokkan usia lanjut atas tiga kelompok yaitu: Usia lanjut yang

berumur 60-74 tahun, usia tua yang berumur 75-89 tahun, dan usia sangat tua yang

berumur > 90 tahun.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

32

Menurut UU No. 13 tahun 1998, batasan orang dikatan lansia berumur 60 tahun.

Depkes dikutip dari Azis (1994) lebih lanjut membuat penggolongan lansia menjadi 3

(tiga) kelompok yaitu :

1. Kelompok lansia dini (55-64 tahun), yakni kelompok yang baru memasuk

lansia

2. Kelompok lansia (65 tahun keatas).

3. Kelompok lansia resiko tinggi, yakni lansia yang berusia lebih 70 tahun.

(Aspiani, 2014).

Sedangkan menurut padaila (2013) batasan umur lansia menurut organisasi

kesehatan dunia (WHO) lanjut usia meliputi:

1. Usia pertengahan (middleage), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

2. Lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun.

3. Lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun.

4. Usia sangat tua (veery old), diatas 90 tahun.

2.1.3 Klasifikasi Lansia

Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari:

a. Pra lansia yaitu

1. Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

2. Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

3. Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan

masalah kesehatan.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

33

4. Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan

kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.

5. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,

sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

2.1.4 Karakteristik Lansia

Lansia memiliki karakteristik sebagai berikut: berusia lebih dari 60 tahun,

(sesuai dengan pasal I ayat 2 UU No. 13 tentang kesehatan), kebutuhan dan masalah

yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai

spiritual, secara dari kondisi adaptif hingga sampai kondisi mal adaptif, lingkungan

tempat tinggal bervariasi (Maryam, 2008).

Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui

keberadaan masalah kesehatan lansia adalah:

a. Tanggungan keluarga: masih menangung anak atau anggota keluarga.

b. Tempat tinggal: rumah sendiri, tinggal bersama anak. Dengan ini kebanyakan

lansia masih hidup sebagai bagian keluarganya, baik lansia sebagai kepala keluarga

atau bagian dari keluarga anaknya. Namun akan cenderung bahwa lansia akan di

tinggalkan oleh keturunannya dalam rumah yang berbeda.

c. Kondisi kesehatan

1. Kondisi umum: Kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orang lain

dalam kegiatan sehari-hari seperti mandi, buang air besar dan kecil.

2. Frekuensi sakit: Frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi tidak

produktif lagi bahkan mulai tergantung kepada orang lain.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

34

d. Keadaan ekonomi

1. Sumber pendapatan resmi: Pensiunan ditambah sumber pendapatan lain kalau

masih bisa aktif.

2. Sumber pendapatan keluarga: Ada bahkan tidaknya bantuan keuangan dari

anak atau keluarga lainnya atau bahkan masih ada anggota keluarga yang

tergantung padanya.

3. kemampuan pendapatan: Lansia memerlukan biaya yang lebih tinggi,

sementara pendapatan semakin menurun. Status ekonomi sangat terancam,

sehinga cukup beralasan untuk melakukan berbagai perubahan besar dalam

kehidupan, menentukan kondisi hidup yang dengan perubahan status ekonomi

dan kondisi fisik.

2.1.5 Gaya Hidup Lansia

Lansia memiliki gaya hidup yang berbeda yaitu berusia lebih dari 50 tahun,

kebutuhan dan masalah yang bervariasi dalam kehidupan sehari-hari dari rentang sehat

sampai sakit. (Heliovera et all 2010).

a. Merokok

Seorang perokok memiliki risiko 4 kali lebih tinggi terkena RA (Reumatoid

asritis).dibandingkan orang yang tidak merokok. Peranan faktor risiko yang dapat

dimodifikasi dalam peningkatan kasus rematik cukup bermakna di antaranya

terutama faktor, obesitas berat dan aktivitas fisik yang berat untuk osteoartritis,

serta tinggi asupan purin untuk gout. Dampak kekambuhan penyakit rematik dapat

mengakibatkan penurunan produktifitas pada manusia ( Purnomo 2010).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

35

b. Mengkonsumsi obat

Saat ini banyak orang yang menggunakan obat-obatan kimia untuk mendapat tubuh

yang lebih bugar, tetapi dalam waktu jangka panjang obat-obatan akan

mengakibatkan dampak rematik bagi kehidupan manusia.

c. Obesitas

Obesitas atau kegumukan berhubungan dengan kelebihan berat badan merupakan

penyakit multifaktorial yang terjadi akibat akumulasi jaringan lemak berlebihan,

sehingga dapat mengganggu kesehatan. Bila seseorang bertambah berat badan nya

akan mempengharui kekakuan sendi pada lansia (Purnomo 2010).

2.1.6 Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Pertubahan fisiologis pada lanjut usia yang berkaitan dengan kejadian jatuh

diantaranya adalah perubahan sistem musculukeletal, sistem persarafan dan sistem

sensoris (Lueckenotte dalam kusuma, 2013).

a. Perubahan musculukeletal

Yaitu tulang – tulang pada sistem skelet (rangka) membentuk fungsi penunjung,

pelindung, gerakan tubuh dan penyimpanan mineral. Jarinan otot rangka melekat

pada rangka dan bertanggung jawab untuk gerakan tubuh volunter. Persendian

diklasifikasikan secara struktual dan fungsional. Klasifikasi stuktural didasarkan

pada ikatan materi tulang dan apakah ada rongga persndian. Klasifikasi fungsional

didasarkan pada julah gerakan yang dimungkinkan pada persendian. Bila artikulasi

diantara tambahan tulang, sendi menahan tulang dan memukinkan gerakan.

Penurunan progesif pada masa tulang total terjadi sesuai proses penuaan. Beberapa

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

36

kemungkinan penyebab dari penurunan ini meliputu ketidakaktifan fisik,

perubahan hormonal, dan resorpsi tulang. Efek penurunan tulang adalah makin

lamahnya tulang: vetebrata lebih lunak dan dapat tertekan, dan tulang berbatang

panjang kurang tahan terhadap penekunan dan menjadi lebih cenderung ftaktur.

Serat otot rangka berdegenerasi. Fibrosis terjadi saat kolagenmenggantikan otot,

mempengaruhi pencapaian suplai oksigen dan nurtrisi. Masa, tonus dan kekuatan

otot semuanya menurun, otot lebih menonjol dari ekstremitas yagn menjadi kecil

dan lemah, dan tangan kurus dan tampak bertulang. Penyusupan dan sklerosis

pada tendon dan otot mengakibatkan perlambatan respon selama tes reflek tendon.

Menurut Pujiastuti dalam kusuma (2013), perubahan musculoskeletal antaralain

pada jaringan penghubung, kartilago, tulang, otot dan sendi.

1. Jaringan penguhubung (kolagen dan elastin)

Kolagen sebagai protein pendukun utama pada kulit, tendon, tulang, kartilago,

dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan

penurunan hubungan pada jaringan kolagen, merupakan salah asatu alasan

penurunan mobiitas pada jaringan tubuh. Sel kologen mencapai puncak

mekaniknya karena penuaan, kekakuan dari koloagen mulai menurun. Kolagen

dan elastin yang merupakan jaringan ikat pada jaringan ppenghunbung

mengalami perubahan kualitas dan kuantitasnya. Perubahan pada kologen itu

merupakan penyebab turunnya fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan

dampak berupa nyeri, penurunan kemampuan untuk meningkatkan kekuatan

otot, kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok dan berjalan dan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

37

hambatan dalam melakukan aktivitas sehari – hari, upaya fisioterapi untuk

mengurasi dampak tersebut adalah memberikan latihan untuk menjaga

mobilitas.

2. Kartilago

Jaringan kartilago pada persediaan menjadi lunak dan mengalami granulasi

akhirnya permukaan sendi menjasdi rata. Selanjutnya kemampuan kartilago untuk

regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjdi cenderung ke arah progresif.

Proteoglikan yang merupakan komponen dsar materi kartilago berkurang atau

hilang secara bertahap. Sehinga jaringan fibril pada kolagen kehilangan

kekuatannya dan akhirnya kartilago cenderung mengalami fibrilasi. Kartilago

mengalami klasifikasi di beberapa tempat seperti pada tulang rusak dan tiroit.

Fungsi kartilago menjadi tidak efektif tidak hanya sebagai peredam kejut, tetapi

sebaai permukaan sendi yang berpelumas. Konsekuensi kartilago pada persediaan

menjadi rentan terhadap gesekan. Perubahan tersebut sering terjadi pad sendi besar

penumbu besar badan. Akibat perubahan itu sendi mudah mengalami peradangan,

kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak dan terganggunya aktivitas sehari – hari.

Untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dapat di berikan teknik perlindungan

sendi.

3. Tulang

Kekurangan kepadatan tulang, setelah diobservasi adalah bagian dari penuaan

fisiologis. Tfrabekula longitudinal menjadi tipis trabekula transversal terapbsorbsi

kembali, sehingga akibat perubahan itu, jumlah tulang spongiosa berkurang dan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

38

tulang kompakta menjadi tipis. Perubahan lain yang terjdi adalah penurunan

estrogen sehingga produksi osteoklas tidak terkendali, penurunan penyerapan

kalsium dalam usus, peningkatan haversi sehinga tulang keropos. Berikutnya

jaringan tulang secara keseluruhan menyebabkan kekuatan dan kekuatan tulang

menurut. Dampak berkurangnya kepadatan akan mengakibatkan nyeri, deformitas,

fraktur. Latihan fisik dapat di berikan sebagai cara untuk mencegah osteoporosis.

4. Otot

Perubahan struktur otot peda penuaan sangat bervariasi, menurunya jumlah dan

ukuran serabut otot, meningkatnya jaringan hubung dan jaringan lemak pada otot

mengakibatkan efeknegatif. Perubahan otot pada penuaan antara lain menurunnya

jumlah serabut otot, atrofi pada beberapa serabut otot dan fibril menjadi tidak

teratur dan hipertropi pada serabut otot yang lain, penurunan 30% masa otot,

meningkatnya jaringan lemak, degenersi myofibril. Dampak dari perubahan dari

otot tersebut adalah menurunnya kekuaatan, menurunnya fleksibilitas,

meningkatnya waktu reaksi dan menurunnya kemampuan fungsional otot. Untuk

mencegah perubahan lebih lanjut dapat di berikan latihan untuk mempertahankan

mobilitas.

5. Sendi

Pada lanjut usia, jaringan ikant sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia

mengalami penurunan elastis, ligamen, kartilago dan jaringan periartikular

mengalami penurunan daya lentur dan elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi,

klasifikasi pada kartilago dan kampsul sendi. Sendi kehilangan fleksibilitasnya

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

39

sehingga terjadi penurunaan luas gerak sendi, ganguan jalan dan aktivitas

kesehariannya. Upaya pencegahan kerusakan sendi antara lain memberikan teknik

perlindungan sendi dalam beraktivitas.

b. Perubahan Sistem Persyarafan

Sistem neurologis, terutama otak adalah suatu faktor utama dalam penuaan.

Neuron-neuron menjadi semakin komplek dan tumbuh, tetapi neuron-neuron

tersebut tidak mangalami regenerasi. Perubahan structural yang saling terlihat

terjadi pada otak itu sendriri. Walaupun bagian lain dari sistem saraf pusat juga

terpengaruh. Perubahan ukuran otak yang dipengaruhi oleh atrofi girus dan dilatasi

sulkus dan ventikel otak. Korteks serebral adalah daerah otak yang paling besar

dipengaruhi oleh kehilangan neuron. Penurunan aliran darah serebral dan

penggunaan oksigen dapat pula terjadi dengan penuaan. Perubahan dalam sistem

neurologis dapat termasuk kehilangan penusutan neuron, dengan potensi 105

kehilangan yang diketahui pada usia 80 tahun secara fungsional terdapat suatu

perlamabatan reflek tendon, terdapat kecenderungan ke arah tremor dan langkah

yang pendek-pendek atau gaya berjaan dengan langkah kaki melebar disertai

denga berkurangnya gerakan yang sesuai. Waktu reaksi menjadi lebih lambat,

dengan penurunan tau hilangnya hendak hentakan pergelangan kaki dan

pengurangan reflek lutut, bisep dan trisep terutama karena pengurangan dendrite

dan perubahan pada sinaps, yang memperlambat konduksi ( Stanly dalam Kusuma,

2013). Menurut pujiastuti, (2013), lanjut usia mengalami penurunan koordinasi

dan kemampuan dalam melakaukan aktivitas sehari-hari. Penuaan menyebabkan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

40

penurunan persepsi sensori dan respon motorik pada suatu SSP. Hal ini terjadi

karena SSP pada lanjut usia mengalami perubahan. Berat otsk pada lansia

berkurang berkaitan dengan berkurangnya kandungan protein dan lemak dalam

otak sehingga otak menjadi lebih ringan akson, dendrite, dan badan sel saraf

banyak mengalami kematian, sedangkan yang hidup mengalami perubahan. Dedrit

yang berfungi untuk berkomunikasi antar sel mengalami perubahan menjadi lebih

tipis dan kehilangan kontak antar sel. Daya hantar saraf mengalami penurunan

10% sehingga gerakan menjadi lambat. Akson dalam medulla spinalis menurun

37%. Perubahan tersebut mengakibatkan penurunan kognitif, koordinasi,

keseimbangan, kekuatan otot, reflek, perubahan poster dan waktu reaksi. Hal itu

dapat dicegah dengan latihan koordinasi dan keseimbangan. Menurut Stanly dalam

Kusuma (2013), manifestasi klinis yang berhubungan dengan defisit neurologis

pada klien lanjut usia dapat dipandang dari berbagai perspektif : fisik, fungsional,

kognisi, dan komunikasi.

1. Fisik

Dampak dari penuaan pada SPSS sukar untuk menentukan, karena hunbungan

fungsi sistem ini dengan sistem tubuh yang lain. Dengan gangguan perfusi dan

gangguan aliran darah serebral, lanjut usia beresiko lebih besar untuk

mengalami kerusakan serebral. Dan mentabolisme yang sudah diketahui.

Dengan penuruna kecepatan konduksi saraf, reflek yang lebih lambat, dan

respon yang tertundah untuk berbagai stimulus yang dialami maka terdapat

pengurangan sensasi kinestetik.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

41

2. Fungsi

Defisit fungsional pada gangguan neurologis berhubungan dengan penurunan

metabolisme pada lanjut usia, disebabkan oleh penurunan kekuatan rentang

gerak dan kekenturan, penurunan pergerakan merupakan akibat dari kifosis,

pembesaran sendi-sendi, kesenjangan dan penuruna tonus otot. Atrofi dan

penurunan jumlah serabut otot dengan jaringan fibrosa secara berangsur-

angsur mengantikan jaringan otot. Dengan penurunan masa otot, kekuatan dan

pergerakan secara keseluruhan, lanjut usia memperlihatkan kelemahan secara

umum dihubungkan dengan degenerasi sistem ekstrapiramidal. Kekjangan

dapat di akibatkan oleh cedera motorneuron didalam SPSS. Kejang yang berat

dapat mengakibatkan berkurangnya fleksibilitas, poster tubuh dan mobilitas

fungsional juga nyeri sendi, kontraktur dan masalah dengan pengaturan posisi.

Tendon dapat mengalami sklerosis dan penyusutan yang menyebabkan

penurunan hentakan tendon. Defisit mobilitas funsional dan pergerakan

membuat lanjut usia menjadi sangat rentang untunk mengalami gangguan

intergritas kulit dan jatuh.

c. Perubahan Sensori

Banyak lanjut usia mengalami masalah sensoris yang berhubungan dengan

perubahan, normal akibat penuaan. Perubahan sensoris dan permasalahan yang

dihasilkan merupakan faktor yang turut berperan paling kuat dalam perubahan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

42

gaya hidup yang bergerak kearah ketergantungan yang lebih besar dan persepsi

negatif tentang kehidupan. Defisit sensoris perubahan penglihatan merupakan

bagian dari penyesuaian bekesinambungan yang dating dalam kehidupan usia

lanjut. Perubahan penglihatan mempengaruhi pemenuhan AKS. Perubahan

penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses penuaan

termasuk penurunan kemampuan untuk melakakan akomodasi, kontruksi pupil

akibat penuaan dan perubahan warna serta kekeruhan lensa mata. Perubahan

penglihatan pada awalnya di awali dengan terjadinya presbiopi, kehilangan

kemampuan akomodatif dimulai pada decade ke empat kehidupan, ketika seorang

memiliki masalah dalam membaca buku huruf-huruf yang kecil kerusakan

akomodasi mata terjadi kareena otot siliaris menjadi lemah dan lebih kendur, dan

lensa mengalami sklerosis dengan kehilangan elastisitas dan kemampuan untuk

memusatkan data (penglihatan jarak dekat). Ukuran pupil menurun karena sfingter

pupil mengalami sklerosis miosis, pupil dapat memperkecil lapang padang dan

mempengaruhi penglihatan perifer pada tingkat tertentu. Perubahan warna

misalnya menguning dan meningkatnya kekeruhan lensa Kristal yang terjadi dari

waktu ke waktu dapat menimbulkan katarak. Katarak mengalami tanda dan gejala

penuaan yang menggangu penglihatan dan aktivitas setiap hari. Penglihatan yang

kabur seperti mendapat selaput diatas mata adalah gejala umum yang

mengakibatkan, kerusakan dalam megfokuskan penglihatan dan membaca. Selain

itu lanjut usia harus di dorong untuk mengunakan lampu yang terang dan tidak

menyilaukan. Sensitivitas terhadap cahaya sering terjadi, meyebabkan lanjut usia

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

43

sering megedapkan mata terhadap cahaya terang atau ketika berada diluar pada

siang hari yang cerah. Lanjut usia memerlukan penggunaan cahaya pada malam

hari di daladm rumah dan waktu tambahan untuk melakukan penyesuaian

penglihatan terhadap perubahan kekuatan penerangan ketikam meninggalkan

suatu lingkaran yang memliki pengcahayaan baik ke suatu lingkungan yang

pencahayannya redup. Lanjut usia harus di ajarkan untuk mengunakan tangan

mereka sebagai pemandu pada pegangan tangga dan mengunakan cat yang terang

pada bagian tepi anak tangga. (Stanley dalam Kusuma, (2013).

Menurut Pujiartusi (2013), perubahan penglihatan pada lanjut usia erat kaitanya

dengan presbiopi. Lensa kehilangan elastisitasnya dan kaku, otot penyenga lensa lemah

dan kehilangan tonus. Ketajaman penglihatan dan daya akomudasi dari jarak jau atu

dekat berkurang. Pemgunaan kacamata dan sistem penerangan yang baik dapat di

gunakan untuk berkompensasi hal tersebut. Perubahan penglihatan pada lanjut usia

antara lain penglihatan menurun, akomodasi lensa menurun, iris mengalami arkus

senilities, koroit memperlihatkan atrofidi sekitar discus, lensa dibutukan lebih banyak

cahaya untuk melihat warna, konjung tifa menipis, dan terlihat kekuningan, airmata

menurun, infeksi dan iritasi meningkat, pupil ukurannya berbeda kornea terdapat arkus

senilis. Kehilangan pendengaran pada lanjut usia disebut presbikusis. Penyebab tidak

di ketahui tetapi berbagai faktor yang telah di teliti adalah nutrisi, faktor genetika, suara

gaduh, hipertensi, sters emosional. Penurunan pendengaran teruma berupa sensori

neural, tetapi juga dapat berupa komponen konduksi yang berkaitan dengan

prresbiskusis. Penurunan pendengaran sensori neural terjadi pada saat telinga bagian

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

44

dalam dan komponen saraf tidak berfungsi dengan baik (saraf pendenggaran, patang

otak atau jalur kortikal pendengaran). Penyebab dari perubahan konjuksi tidak di

ketahui, tetapi masi berkaitan dengan perubahan pada tulang di dalam telinga tengah,

dalam bagian koklear atau di dalam tulang mastoit, dalam presbikusis, suara konsonan

dengan nada tinggi merupakan yang pertama kali terpengaruh, dan perubahan dapat

terjadi secara bertahap karena perubahan berlangsung lambat, lanjut usia mungkin

tidak segera mencari bantauan yang di dalam hal ini sangat penting sebab semakin

cepat kehilangan pendengaran dapat didentifikasi dan alat bantu diberikan, semakin

besar kemungkinan untuk berhasil. Karena kehilangan pendengaran pada umumnya

berlangsung secar bertahap, dua masalah fungsional pendengaran pada populasi lanju

usia adalah ketidak mampuan untuk mendeteksi folume suara dan mendeteksi suara

dengan suara frekuinsi tinggi seperti beberapa konsonan misalnya v,s,sk,sh, dan

perubahan-perbahan ini dapat terjadi pada salah satu atau kedua telinga.

2.2. Konsep Tingkat Stres

2.2.1. Pengertian Stres

Stres adalah suatu kondisi umum yang terjadi pada lansia dan terjadinya alasan

kondisi ini dilihat pada saat mengkaji kondisi sosial, kejadian hidup, danmasalah fisik

pada lansia (Roger & Watson, 2003).Stres merupakan gangguan suasana perasaan yang

menurun, dengan gejala utama berupa kesedihan. Gejala ini ternyata cukup banyak

dijumpai dengan angka prevalensi 4-5 % populasi, dengan derajat gangguan bertaraf

ringan,sedang, atau berat. Ditinjau dari aspek klinis, stres dapat berdiri sendiri,

merupakan gejala dari penyakit lain, mempunyai gejala fisikberagam, atau terjadi

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

45

bersama dengan penyakit lain (komorbiditas), sehingga dapat menyulitkan

penatalaksanaan (Sudiyanto, 2010).

2.2.2. Epidemiologi

Menurut Jain, 2004 dan Manning, 2003 (dalam Himawati, 2010) stress adalah

penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. WHO memperkirakan bahwa pada

tahun 2020, stres akan naik dari nomor empat menjadi nomor dua dibawah penyakit

jantung iskemik sebagai penyebab disabilitas. Gangguan stres berat merupakan

kelainan umum dengan prevalensi sepanjang umur sekitar 15% dan sekitar 25% pada

wanita.Insiden gangguan stres berat sebesar 10% pada pasien rawat jalan dan 15% pada

pasien rawat inap (Kaplan, Sadock, 2010). Usia rerata gangguan stres berat sekitar 40

tahun, dimana sekitar 50% pasien berkisar antara 20-50 tahun. Inseden meningkat pada

usia< 20 tahun (Andreasen, 2001, dalam Himawati, 2010)

2.2.3. Penyebab stres

Faktor-faktor penyebab stres menurut Durand & Barlow (2010) sebagai Berikut

:

a. Dimensi Biologis

Prevalensi keluarga yang memiliki anggota pernah mengalami stres ada

kemungkinan dialami oleh anggota keluarga yang lain.

b. Dimensi Psikologis

1. Peristiwa lingkungan yang stress full

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

46

2. Learned Helpnessless, orang menjadi cemas dan depresi ketika membuat

atribusi bahwa mereka tidak memiliki kontrol atas stres dalam kehidupanya.

3. Negative Cognitive Style, adanya pikiran negatif atas suatu fenomena yang

sudah terpola atau menjadi gaya hidup.

c. Dimensi Sosial Kultural

Meliputi berbagai masalah sosial misalnya hubungan interpersonal, hubungan

dengan keluarga, dukungan sosial dan pengaruh budaya setempat.Pada dasarnya faktor

penyebab stres dapat ditinjau dari berbagai segi baik fisik (biologis), psikologis,

ataupun sosial (lingkungan/kultural) yang ketiganya tidak berdiri sendiri tetapi saling

mempengaruhi terbentuknya stres.

2.2.4 Gejala Stres

Gejala stres meliputi trias stres, yang terdiri dari mood stres, hilangnya minat

dan kegembiraan, serta berkurangnya energi yang ditandai dengan keadaan mudah

lelah dan berkurangnya aktivitas. Gejala tambahan lainnya meliputi :

a. Konsentrasi dan perhatian berkurang

b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

c. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna

d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

e. Gagasan dan perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

f. Tidur terganngu

g. Nafsu makan berkurang

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

47

Tingkat stres yang muncul merupakan gambaran dari banyaknya gejala trias

stres serta gejala tambahannya (Hawari, 2011). Orang yang rentan terkena stres

menurut Hawari (2011) biasanya mempunyai ciri-ciri:

1. Pemurung, sukar untuk bisa merasa bahagia

2. Pesimis menghadapi masa depan

3. Memandang diri rendah

4. Mudah merasa bersalah dan berdosa

5. Mudah mengalah

6. Enggan bicara

7. Mudah merasa haru, sedih, dan menangis

8. Gerakan lamban, Lemah, Lesu, Kurang energik

9. Keluhan psikosomatik

10. Mudah tegang, agitatif, gelisah

11. Serba cemas, khawatir, dan takut

12. Mudah tersinggung

13. Tidak ada percaya diri

14. Merasa tidak mampu, merasa tidak berguna

15. Merasa selalu gagal dalam usaha, pekerjaan ataupun studi

16. Suka menarik diri, pemalu, dan pendiam

17. Lebih suka menyisih diri, tidak suka bergaul, pergaulan sosial amat

18. Terbatas

19. Lebih suka menjaga jarak, menghindar keterlibatan dengan orang

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

48

20. Suka mencela, mengkritik, konvensional

2.2.5. Tipe Stres

Kategori stres menurut Durand & Barlow (2010) berdasarkan berat tidaknya

gangguan ada dua yaitu;

a. Stres berat disebut episode depresi mayor Merupakan stres yang paling sering

didiagnosis dan paling berat. Mengindikasikan keadaan suasana ekstrem yang

berlangsung paling tidak salama 2 minggu dan meliputi gejala-gejala kognitif

(perasaan tidak berharga dan tidak pasti) dan fungsi fisik yang terganggu (seperti

perubahan pola tidur, perubahan pola makan, dan berat badan yang signifikan atau

kehilangan banyak energi).Episode ini biasanya disertai dengan hilangnya interes

secara umum terhadap berbagai hal dan ketidakmampuan mengalami kesenangan

apapun dalam hidup.

b. Mania

Periode kegirangan atau eforia eksesif yang tidak normal yang berhubungan pada

beberapa gangguan suasana perasaan.

c. Hypomanic Episode

Versi episode hipomanik yang tidak begitu berat yang tidak menyebabkan terjadinya

hendaya berat pada fungsi sosial atau okupasional.Episode manik tidak selalu bersifat

problematik, tetapi memberikan kontribusi pada penetapan beberapa gangguan suasana

perasaan.

d. Manik Campuran

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

49

Suatu kondisi di mana individu mengalami kegirangan dan depresi ataum kecemasan

di waktu yang sama. Juga dikenal dengan sebutan episode manic disforfik.

2.2.6. Tahapan Stres

Tahapan stres dibagi menjadi 6 tahapan sebagai berikut (Priyoto, 2014)

1. Stres tahap I

Tahap ini merupakan tahap yang paling ringan dan biasanya disertai dengan

perasaan – perasaan sebagai berikut :

a. Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting).

b. Pelinghatan “tajam” tidak sebagaimana biasa.

c. Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa

disadari cadangan energi dihabiskan (all out) disertai gugup yang berlebihan.

d. Merasa senang dengan pekerjaannya itu semakin bertambah semangat, namun tanpa

disadari cadangan energi semakin menipis.

2. Stres tahap II

Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan” sebagaimana

diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul keluhan – keluhan yang

disebabkan karena cadangan energi yang tidak lagi cukup sepanjang hari karena tidak

cukup untuk istirahat. Keluhan – keluhan yang sering dikemukakan pada stres tahap II

adalah sebagai berikut :

a. Merasa lebih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar.

b. Merasa mudah lelah sesudah makan siang.

c. Lekas merasa capek menjelang sore hari.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

50

d. Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman.

e. Detakan jantung lebih keras dari biasanya.

f. Otot punggung dan tekuk terasa tegang.

g. Tidak bisa santai.

3. Stres tahap III

Biasanya seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa

menghiraukan keluhan – keluhan sebagaimana diuraikan pada stres tahap II. Keluhan

– keluhan pada stres tahap II sebagai berikut :

a. Gangguan lambung dan usus semakin nyata, misalnya keluhan “maag” (gastritis),

Buang air besar tidak teratur (diare).

b. Ketegangan otot yang semakin terasa.

c. Perasaan ketidak tenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat.

d. Gangguan pola tidur (insomnia).

e. Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa berat dan serasa mau pingsan).

4. Stres tahap IV

Tidak jarang seseorang waktu memeriksa diri ke dokter dengan keluhan stres tahap

III, oleh dokter dinyatakan tidak sakit dan tidak terdapat kelainan fisik. Bila ini terjadi

yang bersangkutan akan terus memaksakan diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat,

dan gejala yang muncul pada stres tahap IV adalah :

1. Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah sulit.

2. Aktivitas yang semula menyenangkan dan mudak diselesaikan menjadi

membosankan dan sulit diselesaikan.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

51

3. Yang semula tanggapan terhadap situasi kehilangan kemampuan untuk merespon.

4. Tidak mampu melaksanakan rutinitas sehari – hari.

5. Gangguan pola tidur.

6. Daya konentasi dan daya ingat menurun.

7. Timbul perasaan takut dan cemas yang tidak mampu dijelaskan sebabnya.

5. Stres tap V

Stres tahap V ditandai dengan hal – hal berikut :

a. Kelemahan fisik dan mental yang mendalam.

b. Ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan sehari – hari yang ringan dan

sederhana.

c. Gangguan sistem pencernaan semakin berat.

d. Timbul rasa takut dan cemas yang meningkat, mudah bingung dan panik.

6. Stres tahap VI

Tahap ini merupakan tahapan klimaks, mengalami serangan panik dan perasaan

takut mati.Tidak jarang orang yang mengalami stres tahap VI berulang kali dibawa ke

Unit Gawat Darurat bahkan ke ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena

tidak ditemukan kelainan fisik. Gambaran stres tahap VI adalah :

a. Debaran jantung teramat keras.

b. Susah bernafas (sesak).

c. Sekujur badan terasa gemetar, dingin, dan berkeringat.

d. Ketiadaan tenaga untuk hal – hal yang ringan.

e. Pingsan atau kolaps.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

52

2.2.7. Tingkatan Stres

(Priyoto, 2014) Stres dibagi menjadi 4 tingkat, meliputi:

1. Stres ringan

Stres ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang dewasa secara teratur,

seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu lintas , kritikan dari atasan. Situasi seperti

ini biasanya berlangsung beberapa menit atau jam.Stressor ringan biasanya tidak

disertai timbulnya gelaja.

2. Stres sedang

Berlangsung lebih lama sampai beberapa hari.Situasi perselisihan yang tidak

terselesaikan dengan rekan, anak sakit, atau ketidakhadiran yang lama dari anggotan

keluarga merupakan penyebab stres. Sedangkan ciri – cirinya yaitu sakit perut, mules,

otot – otot terasa tegang, perasaan tegang, gangguan tidur, badan terasa dingin.

3. Stres berat

Adalah situasi yang lama dirasakan oleh seseorang yang dapat berlangsung

beberapa minggu sampai beberapa bulan, seperti perselisihan secara terus menerus,

kesulitan financial yang berlangsung lama karena tidak ada perbaikan, berpisah dengan

keluarga, berpindah tempat tinggal, mempunyai penyakit kronis, dan termasuk

perubahan fisik, psikologis, sosial pada usisa lanjut. Makin sering dan makin lama

stres, makin tinggi resiko kesehatan yang ditimbulkan.Stres yang berkepanjangan dapat

mempengaruhi kemampuan untuk menyelesaikan tugas perkembangan.

4. Stres sangat berat

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

53

Situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa bulan dan dalam kurun waktu

yang tidak dapat ditentukan.Biasanya seseorang untuk hidup cenderung pasrah dan

tidak memilikimotivasi untuk hidup.Seseorang dalam tingkatan stres ini biasanya

teridentifikasi mengalami depresi berat kedepannya.

2.2.8. Pengukuran Tingkat Stres

Tingkat stres adalah tingkatan yang memaksakan seseorang untuk

berubah.Tumbuh, berjuang, beradaptasiagar mampu melewati masalah yang sedang

dihadapai (Swarth, 2002). Depression Anxiety Scale (DASS 14) merupakan alat ukur

stres yang dikemukakan oleh Lovibond pada tahun 2003. Alat ukur yang dapat

digunakan untuk mengukur tingkat stres adalah DASS (Depression Anxiety Scale).

DASS adalah laporan yang diisi oleh orang yang bersangkutan untuk mengukur tingkat

emosi negatif dan depresi, ansietas dan stres. Item pertanyaan yaitu terdiri dari 14

pertanyaan, dengan 4 poin jawaban. Kategori ini hasil dari pengisian kuisioner dibagi

dalam 5 jenjang untuk menghindari kesalahan interprestasi seperti normal, ringan,

sedang, berat, sangat berat (Psychology Foundation of Autralia, 2013). Skala

pengukuran yang digunakan adalah skala Ordinal. Tingkat stress dikategorikan sebagai

berikut :

1. Normal : 0-14

2. Stres Ringan : 15-18

3. Stres Sedang : 19-25

4. Stres Berat : 26-33

5. Sangat berat : > 34

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

54

(Lovibond pada tahun 2003)

2.2.9. Gangguan mental emosional yang dimaksud adalah, Depresi, anxiety, dan stres

a. Depresi adalah gangguan perasaan yang ditandai dengan kehilangan

kegembiraan atau gairah Sebagai reaksi yang dipicu oleh suatu keadaan

atau kejadian yang menyebabkan seseorang mengalami atau merasa

kehilangan. Hal ini bisa disebabkan karena kehilangan pekerjaan,

kehilangan orang yang disayangi, penyakit, penghasilan, reputasi, harga

diri, tenaga, atau kepercayaan diri.

b. Anxiety adalah perasaan tidak nyaman yang biasanya berupa perasaan

gelisah, takut, atau khawatir yang merupakan manifestasi dari factor

psikologis dan fisiologis.

c. Stressadalah perasaan tertekan, perasaan tertekan ini membuat orang mudah

tersinggung, mudah marah, konsentrasi terhadap pekerjaan menjadi

terganggu dan keadaan tersebut akan memberikan dampak pada

kesehatannya.

Lovibond (2003) menggolongkan pada lima tingkatan yaitu: normal, mild,

moderate, severe, dan extremely severe atau bisa dikatakan sebagai tingkatan normal,

ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Dikatakan Normal apabila skor 0-14, Ringan

apabila skor 15-18, Sedang apabila skor 19-25, Berat apabila skor 26-33, dan Sangat

Berat apabila skor > 34. Adapun alternatif jawaban yang digunakan dan skala

penilaiannya adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Skala Alternatif Jawaban

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

55

No Alternative Jawaban

Skor

1 Tidak pernah merasakan

0

2

Pernah merasakan

1

3

Merasakan

2

4 Sering merasakan

3

2.2.10. Dampak Stres

(Priyoto, 2014) Dampak stres dapat dibedakan menjadi 3, meliputi:

1. Dampak Fisiologis

Secara umum orang yang mengalai stres mengalami sejumlah gangguan fisik,

seperti: mudah masuk angin, mudah pening – pening, kejang otot (kram), mengalami

kegemukan atau menjadi kurus, bisa menderita penyakit yang serius sepertihipertensi

danlain – lain. Secara rinci diklasifikasi sebagai berikut :

a. Gangguan pada organ tubuh hiperaktif dalam salah satu sistem tertentu.

1. Muscle myopathy : otot tertentu mengencang atau melemah.

2. Tekana darah naik : kerusakan jantung dan arteri

3. Sistem pencernaan : maag, diare

b. Gangguan pada sistem reproduksi

1. Amenorhe : tertahannya menstruasi

2. Kegagalan ovulasi pada wanita, importen pada pria

3. Kehilangan gairah sex

c. Gangguan lain, seperti pening, tegang otot, rasa bosan, dan sebagainnya.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

56

2. Dampak Psikologik

a. Keletihan emosi, jenuh.

b. Kuwalahan/keletihan emosi.

c. Pencapaian yang menurun

3. Dampak Perilaku

a. Stres menjadi distres, prestasi belajar menurun.

b. Level stres yang meningkat berdampak pada pengambilan keputusandan

langkah kedepan.

c. karena sering membolos dan tidak aktif disekolah.

2.3. Konsep Musik

2.3.1. Pengertian Musik

Menurut (Djohan, 2006) kata musik berasal dari kata Yunani muse. Dalam

mitologi Yunani dikenal bahwa Sembilan muse, dewi-dewi bersaudara yang menguasai

nyanyian, puisi, kesenian, dan ilmu pengetahuan, merupakan anak Zeus (Raja Para

Dewa) dengan Mnemosyne (Dewi Ingatan). Dengan demikian, musik merupakan anak

cinta ilahiah yang keanggunan, keindahan, dan kekuatan penyembuhannya yang

misterius itu sangat erat hubungannya dengan tatanan maupun ingatan surgawi tentang

asal-usul dan takdir kita.Sedangkan menurut Bernstein & Picker (dalam Djohan, 2006)

musik adalah suara yang diorganisir ke dalam waktu.Musik juga bentuk seni tingkat

tinggi yang dapat mengakomodir interpretasi dan kreativitas individu. Sekelompok

orang dalam kegiatan musik tidak pernah menunjukkan adanya 2 orang yang

mengekspresikan musik dengan cara yang mutlak sama. Lebih jelas lagi Campbell

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

57

(2002) mendefinisikan musik sebagai bahasa yang mengandung unsur universal,

bahasa yang melintasi batas usia, jenis kelamin, ras, agama, dan kebangsaan. Musik

muncul disemua tingkat pendapatan, kelas sosial, dan pendidikan.Musik berbicara

kepada setiap orang dan kepada setiap spesies. Musik pertama-tama akan diproses oleh

auditory cortex dalam bentuk suara agar dapat dinikmati oleh otak kanan. Otak kiri

akan memproses lirik dalam musik tersebut. Efek selanjutnya adalah padasistem limbih

(otak mamalia) yang menangani memori jangka panjang.Sistem limbik ini menangani

respon terhadap musik dan emosi (Simatupang & Anggi, 2007). Dari penulis-penulis

Indonesia di antaranya dapat dijumpai sejumlah definisi tentang musik: Jamalus

berpendapat bahwa musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau

komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui

unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu dan ekspresi

sebagai satu kesatuan. Sama halnya dengan Rina berpendapat bahwa musik merupakan

salah satu cabang kesenian yang pengungkapannya dilakukan melalui suara atau bunyi-

bunyian (Muttaqin & Kustap,2008). Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat

disimpulkan bahwa musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau

komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui

unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu dan ekspresi

sebagai satu kesatuan.

2.3.2. Pengaruh Musik

Sebagian besar di antara kita menikmati mendengarkan musik tanpa

sepenuhnya menyadari pengaruhnya. Berikut ini pengaruh musik menurut Campbell

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

58

(2009) sebagai media penyembuhan yang dapat menghasilkan efek mental dan fisik,

yakni: musik menutupi bunyi dan perasaan yang tidak menyenangkan, musik dapat

memperlambat dan menyeimbangkan gelombang otak, musik mempengaruhi

perasaan, musik mempengaruhi denyut jantung, denyut nadi dan tekanan darah, musik

mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak dan koordinasi tubuh, musik

mempengaruhi suhu badan, musik dapat meningkatkan tingkat endorphin, musik dapat

mengatur hormon-hormon yang berkaitan dengan stres, musik mengubah persepsi kita

tentang ruang, musik mengubah persepsi kita tentang waktu, musik dapat memperkuat

ingatan dan pelajaran, musik dapat meningkatkan produktivitas, musik meningkatkan

asmara dan seksualitas, musik merangsang pencernaan, musik meningkatkan daya

tahan, musik meningkatkan penerimaan tak sadar terhadap simbolisme, musik dapat

menimbulkan rasa aman dan sejahtera. Secara umum musik menimbulkan gelombang

vibrasi, dan vibrasi itu menimbulkan stimulasi pada gendang pendengaran. Stimulasi

itu ditransmisikan pada susunan saraf pusat (limbic system) di sentral otak yang

merupakan ingatan lalu hypothalamus atau kelenjar sentral pada susunan saraf pusat

akan mengatur segala sesuatunya untuk mengaitkan musik dengan respon tertentu.

Campbell (dalam Raharja, 2009) berpendapat bahwa musik dapat menghilangkan stres,

pembentukan polapikir, mempengaruhi perkembangan emosi, spiritual, dan

kebudayaan.Sedangkan Ortiz (dalam Raharja, 2009) menambahkan bahwa musik juga

dapat meningkatkan konsentrasi, menenangkan pikiran, meningkatkan kewaspadaan,

dan mengurangi suara-suara eksternal yang bisa mengalihkan perhatian.

2.3.3. Mekanisme Kerja Musik Dalam Kesehatan

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

59

Bagaimana sebenarnya mekanisme kerja musik dapat mengurangi rasa sakit,

stres, kecemasan maupun menurunkan tekanan darah. Dalam mengurangi rasa sakit,

muncul beberapa teori yang menyatakan bahwa musik mempengaruhi sistem

autonomik, merangsang kelenjar hipofi sis yang menyebabkan keluarnya endorfin

(opiat alami), sehingga terjadi penurunan rasa sakit dan akan menyebabkan

berkurangnya penggunaan analgetik (Hatem et al, Saing, 2007).

2.4. Konsep Terapi Musik

2.4.1. Definisi terapi musik

Srikandi Rahayu (15 Oktober 2016) Terapi musik meningkatkan kualitas fisik

dan mental dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre,

bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hinga tercipta misik yang

bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental. (Edwards, 2017) menjelaskan terapi

musik sebagai penggunaan profesional dari musik dan elemennya sebagai salah satu

intervensi dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan lingkungan sehari-hari dengan

individu, kelompok, keluarga, atau komunitas yang mencoba untuk melakukan

optimalisasi kualitas hidupnya dan meningkatkan kesehatan fisik, sosial, komunikatif,

emosional, intelektual, spiritualnya serta kondisi well-being dirinya.

2.4.2. Metode Terapi Musik

Menurut (Srikandi Rahayu, 2016) Ada dua macam metode terapi musik, yaitu:

a. Terapi Musik Aktif

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

60

Dalam terapi musik aktif pasien di ajak bernyanyi, belajar mein

menggunakan alat musik, menirukan nada-nada, bahkan membuat lagu

singkat. Dengan kata lain pasien berinteraksi aktif dengan dunia musik

b. Terapi Musik Pasif.

terapi musik yang mudah dan efektif. Pasien tinggal mendengarkan dan

menghayati suatu alunan musik tentu yang di sesuaikan dengan

masalahnya.Hal terpenting dalam terapi musik pasif adalah pemilihan jenis

musik harus tepat dengan kebutuhan pasien.

2.4.3. Manfaat Terapi Musik (Anthony S, 2003)

a. Relaksasi, mengistirshatkan Tubuh dan pikiran

Terapi musik memberikan kesempatan bagi tubuh dan pikiran untuk

mengalami reaksi yang sempurna. Dalam kondisi istirahat, seluruh sel

dalam tubuh akan mengalami reproduksi, penyembuhan alami berlangsung,

produksi hormone diseimbangkan dan pikiran menjadi penyegaran.

b. Meningkatkan kecerdasan

Sebuah efek terapi musik yang bisa menimbulkan intelegensia seseorang di

sebut Efek Mozart. Hal ini telah diteliti secara Ilmiah oleh Franches

Rauscher. et. al dari Universitas California.

c. Meningkatkan kemampuan mengingat

Terapi musik bisa meningkatkan daya ingat dan mencegah kepikunan. Hal

ini bisa terjadi karena bagian otak yang memproses musik terletak

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

61

berdekatan dengan memori, sehingga ketika seseorang melatih otak dengan

terapi musik, maka secara otomatis memorinya juga terlihat.

d. Kesehatan jiwa

Seorang ilmuwan Arap. Abu, Nasr al-Farabi (873-950 M) dalam bukunya

“Grat Book Musik”, mengatakan bahwa musik membuat rasa tenang,

sebagai pendidikan moral, mengendalikan emosi, pengembangan spiritual,

menyembuhkan gangguan psikologis.

e. Mengurangi rasah sakit

Musik bekerja pada sistem saraf anatom yaitu bagian sistem saraf yang

bertanggung jawab mengontrol tekanan darah, denyut jantung dan fungsi

otak yang mengontrol perasaan dan emosi. Menurut penelitian, kedua

sistem tersebut bereaksi sensitive terhadap musik.Ketika kita merasa sakit,

kitamenjadi takut, frustasi dan marah yang membuat kita meneganggkan

otot-otot tubuh, hasilnya rasa sakit menjadi semakin parah.Mendengarkan

musik secara teratur membantu tubuh relaksasi secara fisik dan mental,

sehingga membantu menyembuhkan dan mencegah rasa sakit.

f. Meningkatkan Kekebalan Tubuh

Dr. John Diamond dan Dr. Davit Nobel, telah melakukan riset mengenai

efek dari musik terhadap tubuh manusia dimana mereka menyimpulkan

bahwa : Apabila jenis musik yang kita dengar sesuai dan dapat diterima

oleh tubuh manusia, maka tubuh akan bereaksi dengan mengeluarkan

hormon (serotonin) yang menimbulkan rasa nikmat dan senang sehingga

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

62

tubuh akan lebih kuat (dengan meningkatnya sistem kekebalan tubuh) dan

membuat kita lebih sehat. Hasil riset menunjukan bahwa terapi musik

sangat efektif dalam meredam kegelisahan dan stres, mendorong perasaan

rileks, meredakan depresi dan mengatasi insomnia.Terapi musik membantu

banyak orang yang memiliki masalah emosional, membantuh memecakan

masalah dan memperbaki konflik internal.

g. Meningkatkan Motivasi

Motivasi adalah hal yang bisa dilahirkan dengan perasaan dan mood

tertentu. Apabila ada motivasi, semangat akan muncul dan segala kegiatan

bisa di lakukan. Begitu juga sebaliknya, jika motivasi terbelengu maka

sangat menjadi luruh, lemas, tidak bertenaga untuk beraktivitas.

h. Pengembangan Diri

Musik sangat berpengaruh terhadap pengembangan diri seseorang.musik

yang kita dengarkan membentuk kualitas pribadi kita. Hasil penilitian

menunjukan bahwa orang yang punya msalah perasaan, biasanya

cenderung mendengarkan musik yang sesuai dengan perasaannya.

i. Meningkatkan olahraga

Mendengarkan musik selama berolahraga dapat memberikan olahraga yang

lebih baik dalam beberapa cara, diantaranya meningkatkan daya tahan,

meningkatkan mood dan mengalihkan kita dari pengalaman yang tidak

nyaman selama olahraga.

2.4.4. Sejarah dan Perkembangan Terapi Musik

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

63

Kehadiran musik sebagai bagian dari kehidupan manusia bukanlah hal yang

baru.Setiap daerah dan budaya di dunia memiliki musik yang khusus diperdengarkan

atau dimainkan pada saat peristiwa-peristiwa bersejarah dalam perjalanan hidup

anggota masyarakatnya.Ada musik yang dimainkan untuk mengungkapkan rasa syukur

atas kelahiran seorang anak, ada juga musik yang khusus mengiringi upacara-upacara

tertentu seperti pernikahan dan kematian. Musik juga menjadi pendukung utama untuk

melengkapi dan menyempurnakan beragam bentuk kesenian dalam berbagai budaya

(Djohan, 2006). Musik yang merupakan kombinasi dari ritme, harmonik dan melodi

sejak dahulu diyakini mempunyai pengaruh terhadap pengobatan. Terapi musik adalah

keahlian menggunakan musik dan elemen musik oleh seorang terapis untuk

meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan fisik, mental,

emosional dan spiritual. Terapi musik merupakan suatu proses multidisipliner yang

harus dikuasai oleh seorang terapis, namun elemen dasarnya adalah musik itu sendiri.

Seorang terapis harus menguasai teori, melakukan observasi, mengetahui teknik

evaluasi dan pengukuran, mengetahui metode riset dan materi musik.Disamping itu

seorang terapis diwajibkan menguasai setidaknya satu alat musik pokok dan satu

pilihan lainnya (Djohan, 2006). Gagasan untuk menggunakan musik sebagai alat

penyembuhan dan perubahan perilaku sudah dimulai sejak zaman Phytagoras dan Plato

(Djohan, 2006). Phytagoras sudah memahami apa yang diketahui para ilmuwan saat

ini bahwa musik bisa mengubah perilaku. Phytagoras menganggap jagat raya sebagai

sebuah alat musik. Dia percaya adanya getaran kosmis yang bisa memasuki manusia

melalui pikiran. Orang yang selaras dengan getaran kosmis tersebut adalah orang yang

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

64

sehat (Merritt, 2003). Sejak dahulu kala penggunaan musik untuk menyembuhkan

penyakit telah banyak dilakukan. Banyak contoh dari berbagai macam kebudayaan

yang berbeda telah didokumentasikan dengan baik yang menyatakan bahwa musik

merupakan kekuatan kuratif dan preventif. Musik tradisi Shamanistik yang

menggunakan alat pukul dan bunyibunyian perkusi, lagu dan himne untuk menghantar

diri seseorang pada kondisi diluar kesadaran (trance), sehingga dimungkinkan untuk

mengakses kekuatan dan spirit atau roh penyembuhan menjadi inspirasi bagi terapis

musik dalam menciptakan dan mengembangkan teknik terapi dan interaksi (Djohan,

2006 ).

2.5 Konsep Musik Religi, Agama Islam, Kristen, Hindu dan Buddha

2.5.1. Pengertian Musik Religi

Musik berasal dari suara, suara itu sendiri adalah suatu partikel dari semua

elemen yang membentuk dunia ini.Jadi musik adalah partikel yang tersebar ke seluruh

semesta, yang mengisi semua ruang, bahkan ke celah tersempit sekalipun.Karena itu,

musik maupun suara tidak perlu dicari.Musik sudah tersaji di setiap jengkal dan setiap

detik kehidupan kita (Grimonia, 2014). Musik Religi terdiri dari dua buah kata, yaitu

musik dan religi.Pengertian musik secara etimologis dikemukakan oleh Mckechnie

sebagaimana dikutip oleh, (Abdul Muhaya 2013). Yang menyatakan bahwa kata musik

berasal dari Bahasa Yunani mousike yang memiliki beberapa arti, yaitu:

a. Seni dan ilmu pengetahuan yang membahas cara meramu vokal atau suara alat-

alat musik dalam berbagai lagu, yang dapat menyentuh perasaan.

b. Susunan dari suara atau nada.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

65

c. Pergantian ritme dari suara yang indah, seperti suara burung dan air.

d. Kemampuan untuk merespons atau menikmati musik.

e. Sebuah grup pemain musik dan lain sebagainya.

2.5.2. Manfaat Musik Religion

Musik Religion memiliki pengaruh besar pada kondisi psikologi sosial lansia

karena Musik Religion memiliki efek yang besar terhadap ketergangun dan kondisi

rileks pada diri seseorang. Musik Religion juga menimbulkan rasa aman dan sejahtera,

sedih dan mengurangi stres. Selain itu Terapi Musik dapat membangkitkan gelombang

otak alfa yang menimbulkan rasa relaksi sehingga perilaku individupun akan menjadi

tenang sehinga bisa menurunkan timbulnya dapampak dari tingkat stressor pada lansia

(Hartin Saidah, Eko Agus Cahyono, 2016).

2.5.3. Konsep Musik Religion Agama Islam

Tidakterkecuali dengan jenis musik yang bernuansa Islami, religi atau rohani.

Kata religi atau religion bersal dari bahasa latin, yang berasal dari kata Relegere yang

memiliki pengertian dasar “berhati-hati” dan berpegang pada norma-norma atau aturan

secara ketat. Dengan demikian kata religi tersebut pada dasarnya memiliki pengertian

sebagai “ keyakinan akan adanya kekuatan gaib yang suci, yang mentukan jalan hidup

dan mempengaruhi hidup manusia. Yang dihadapi secra hati-hati dan diikuti jalan-jalan

dan aturan-aturan serta norma-normanya secara ketat agar tidak menyimpang dan lepas

dari kehendak atau jalan yang telah ditetapkan oleh kekyatan gaib yang suci tersebut.

(Muhaimin, et al, 2005 ). Bila melihat dari berbagai faktor, musik religi dengan musik

umum memiliki perbedaan yang mendasar.Yakni, musik umum atau lagu pop biasanya

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

66

bersyairkan tentang pencintaan orang, termasuk ketidaksetiaan kepada kekasih,

sedangkan syair lagu religi melukiskan hubungan manusia yang mendambakan kasih

sayang dan ampunan Tuhan. Jadi, Musik religi adalah hiburan yang menyenangkan

karena mendekatkan kita dengan Sang Pencipta. Kekuatan musik religi terdapat pada

lirik atau syair, karena memiliki makna yang lebih mendalam. Liriknya bisa

mendamaikan hati dan menggugah pendengarannya, sehingga perasaanya tersentak

untuk menambah ketebalan iman kepada Tuhan. Musik religi terkadang merupakan

bentuk nyata dari yang diandalkan. Musik religi juga merupakan dakwah yang dapat

menyentuh segala lapisan usia, status ekonomi, maupun kedudukan masyarakat.

Melalui musik, peringatan agar orang berbuat kebaikan dan menghindari keburukan

disampaikan dengan cara yang menyenangkan, sehingga tidak menggurui ataupun

mendikte pendengarannya. ( Indriyana R. Diani & Indri Guli, 2010).

Dari sebuah lagu religi, akan terkandung makna yang dalam yang biasanya

memberikan nasihat untuk kita agar selalu ingat kepada Allah SWT daripada

memikirkan sebuah cinta. Ahmad Warson Munawwir dalam Kamus al-Munawwir

menjelaskan bahwa kata shalla sama dengan kata da’a yang artinya adalah berdoa.

Sedangkan “Shallallahu „ala Muhammadin an-Nabiyyi"artinya semoga Allah

memberikan berkah dan Rahmat kepada Nabi Muhammad Saw. (Syukron Maksum,

Fatoni el Kaysi, 2013) Terkait dengan shalawat kepada Rasul, Allah Swt telah

berfirman dalam surat Al-ahzab ayat 56 sebagai berikut :Sesungguhnya Allah dan

malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,

bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

67

2.5.4. Konsep Musik Religi Agama Kristen

Sebagaimusik yang ditulis dengan tujuan untuk Musik Gereja musik gereja,

Tacuinum Sanitatis Casanatensis(abad ke-4).dimainkan di gereja, atau musik untuk

mengiringi ibadah liturgi, atau suatu musik yang bersifat suci, seperti nyanyian yang

dinyanyikan digereja. Musik atau Leitourgia yang berarti: laos (umat) dan ergon

(karya). Dengan demikian, liturgi merupakan bakti dan ungkapan syukur umat. Sejarah

Simbolik model harpa Raja Daud (atau kecapi) yang Musik paling awal dari sinagoga

didasarkan pada sistem yang sama seperti yang digunakan dalam Bait Allah di

Yerusalem Menurut Mishnah, orchestra reguler terdiri dari dua belas instrumen, dan

paduan suara dari dua belas penyanyi laki-laki. Sejumlah instrumen Ibrani kuno

tambahan yang dikenal, meskipun mereka tidak termasuk dalam orkestra reguler Bait

Allah: uggav'(seruling kecil), abbuv'(seruling buluh atau oboe seperti instrumen).

Gereja Katolik Roma, namun ada sejumlah besar yang ditulis dalam bahasa

negara-negara lain. Sebagai contoh, ada banyak nyanyian Misa (sering disebut

"Komuni Layanan") yang ditulis dalam bahasa Inggris untuk Gereja Inggris.Nyanyian

Misa bisa a cappella, untuk suara manusia saja, atau mereka dapat disertai dengan

instrumental Obbligato sampai dengan orkestra penuh.Umumnya, komposisi untuk

menjadi nyanyian Misa penuh, itu harus berisi tak berubah berikut lima bagian, yang

bersama-sama membentuk Misa biasa tersebut.

1. Kyrie ("Tuhan kasihanilah")

2. Gloria ("Maha Suci Tuhan ")

3. Credo ("Aku percaya pada satunTuhan"), (pengakuan iman Nicea)

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

68

4. Sanctus ("Kudus, Kudus, Kudus"), bagian kedua yang dimulai dengan kata

"Benedictus" ("Berbahagialah dia"), sering dinyanyikan secara terpisah setelah

konsekrasi, jika pengaturan sudah lama. (Lihat Benedictus untuk nyanyian lain yang

diawali dengan kata itu.)

5. Agnus Dei ("Anak Domba Allah") Misa Requiem adalah versi modifikasi dari misa

biasa. Pengaturan musik misa Requiem memiliki tradisi panjang dalam musik Barat.

Ada banyak karya-karya penting dalam tradisi ini, termasuk yang dilakukan oleh

(Giovanni Pierluigi da Palestrina Palestrina), Tomás Luis de Victoria, Wolfgang

Amadeus Mozart, Hector Berlioz, Johannes Brahms, Anton Bruckner, Gabriel Faure,

Franz Liszt, Giuseppe Verdi, Benjamin Britten, Maurice Duruflé, Ligeti György,

Krzysztof Penderecki dan Igor Stravinsky.

a. Fungsi Musik Gereja

1. Sebagai nyanyian pujian.

2. Sebagai doa.

3. Sebagai alat proklamasi.

4 Sebagi cerita . Ungkapan hati atas kehadiran Tuhan di tengah kita, ungkapan

hati atas perbuatan Tuhan bagi kita, ungkapan hati untuk memperkuat iman kita

semua.

5. Karunia Allah.Melalui musik kita beribadah kepada Allah.Tujuan ibadah kita

adalah untuk mempersembahkan seluruh hidup kita sebagai ibadah sejati bagi

Allah, bukan persembahan bagi para pengunjung ibadah.Ragam musik gereja

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

69

ada beraneka ragam, terdiri dari nyanyian jemaat, musik paduan suara dan

musik instrumental.

2.5.5. Konsep Musik Religion Agama Hindu

Merupakanagama dominan di Asia Sungai Sindhu (atau Indus) di negara

Pakistan. KataHindu berasal dari nama sungai tersebut. Selatan – terutama di India

dan Nepal yang mengandung aneka ragam tradisi.Agama ini meliputi berbagai aliran

diantaranya Saiwa, Waisnawa, dan Saktaserta suatu pandangan luas akan hokum dan

aturan tentang "moralitas sehari-hari"yang berdasar pada karma, darma, dannorma

kemasyarakatan. Agama Hinducenderung seperti himpunan berbagaipandangan

filosofis atau intelektual,daripada seperangkat keyakinan yangbaku dan

seragam.Agama Hindu disebut sebagai "agamatertua" di dunia yang masih

bertahanhingga kini,

a. dan umat Hindu menyebut agamanya sendiri sebagai Sanātanadharma

(Dewanagari), artinya "darma abadi" atau "jalan abadi" yang melampaui asal mula

manusia. Agama ini menyediakan kewajiban "kekal" untuk diikuti oleh seluruh

umatnya tanpa memandang strata, kasta, atau sekte seperti kejujuran, kesucian,

dan pengendalian diri.

1. Pendapat orang Hindu Bagi orang Hindu, Hinduisme adalah jalan hidup

tradisional. Banyak Menurut Sarvepalli Radhakrishnan, "Hinduisme tidak

sekadar keyakinan. Ia adalah gabungan antara penalaran dan intuisi yang tak

dapat didefinisikan, namun hanya bisa dirasakan. "penganutnya yang

menyebut Hinduisme.

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

70

Sebagai Sanātana-dharma, artinya "darma yang abadi" atau "jalan yang

abadi". Istilah ini mengacu kepada kewajiban "abadi" yang harus dijalankan oleh

seluruh umat Hindu – tanpa memandang derajat, kasta, atausekte/aliran – seperti

kejujuran, tidak menyakiti makhluk hidup, menjaga kesucian, berniat baik, pemaaf,

bersabar, mengendalikan nafsu, mengendalikan diri sendiri, murah hati, dan bertafakur.

Ini berbeda dengan swadarma, artinya "darma seseorang", yaitu kewajiban yang harus

dijalankan sesuai aliran yang diikuti dan tingkatan kehidupan. Menurut Kim Knott,

perihal darma ini mengacu pada gagasan bahwa sumbernya melampaui sejarah umat

manusia, dan kebenarannya disampaikan oleh Tuhan (Sruti) serta diwar iskan

darizaman ke zaman, hingga masa kini, dalam suatu kumpulan kitab tertua didunia,

yaitu Weda. Menurut Encyclopædia Britannica: Pada masa kini, istilah (Sanatana-

dharma) itu pundigunakan oleh para pemuka, reformis, dan nasionalis Hinduuntuk

menyebut Hinduismesebagai suatu agama dunia

2.5.6. Konsep Musik Religion Agama Buddha

Adalahsebuah agama nonteistik atau filsafat (Sanskerta: dharma; Pali: ध_ध

dhamma) yang berasal dari anak benua India yang meliputi beragam tradisi,

kepercayaan, dan praktik spiritual yang sebagian besar berdasarkan pada ajaran yang

dikaitkan dengan Siddhartha Gautama, yang secara umum dikenal sebagai Sang

Buddha (berarti "yang telah sadar"). Menurut tradisi Buddhis, Sang Buddha hidup dan

mengajar di bagian timur anak benua India dalam beberapa waktu antara abad ke-6

sampai ke-4 SM (Sebelum Masehi). Dia dikenal oleh para umat Buddha sebagai

seorang guru yang telah sadar atau tercerahkan yang membagikan wawasan-Nya untuk

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.pdf · 2019. 9. 15. · 31 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat

71

membantu makhluk hidup mengakhiri penderitaan mereka dengan melenyapkan

ketidaktahuan/kebodohan/kegelapan batin (moha), keserakahan (lobha), dan

kebencian/kemarahan (dosa). Berakhirnya atau padamnya moha, lobha, dan dosa

disebut dengan Nibbana. Untuk mencapai Nibbana seseorang melakukan perbuatan

benar, tidak melakukan perbuatan salah, mempraktikkan meditasi untuk menjaga

pikiran agar selalu pada kondisi yang baik atau murni dan mampu memahami

fenomena batin dan jasmani.