bab ii tinjauan pustaka 2.1. 2.1.1. -...

52
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Sanitasi 2.1.1. Hygiene Hygiene adalah suatu ilmu kesehatan yang mencakup seluruh faktor yang membantu atau mendorong adanya kehidupan yang sehat baik perorangan maupun melalui masyarakat (Mukono, 2000). Sedangkan menurut Azwar (2000) Hygiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan. 1. Hygiene Petugas Kesehatan Hygiene petugas kesehatan dilakukan dengan upaya selalu memakai masker ketika bertugas, memakai sarung tangan, mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah menangani pasien, makanan/minuman petugas di ruangan dalam keadaan tertutup, tidak makan/minum sambil menangani pasien, memakai peralatan makan/minum yang bersih, dan sampai di rumah langsung mandi. Dalam Tietjen (2004), Boyce dan Pittet (2002), menyebutkan bahwa kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang tepat dianggap sebagai sebab utama infeksi nosokomial yang menular di pelayanan kesehatan dan penyebaran mikroorganisme multiresisten dan telah diakui sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah. 2.1.2. Sanitasi Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subjeknya, misalnya menyediakan air bersih untuk Universitas Sumatera Utara

Upload: dangliem

Post on 01-Feb-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Sanitasi

2.1.1. Hygiene

Hygiene adalah suatu ilmu kesehatan yang mencakup seluruh faktor yang

membantu atau mendorong adanya kehidupan yang sehat baik perorangan maupun

melalui masyarakat (Mukono, 2000). Sedangkan menurut Azwar (2000) Hygiene

adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan

terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh

kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan.

1. Hygiene Petugas Kesehatan

Hygiene petugas kesehatan dilakukan dengan upaya selalu memakai masker

ketika bertugas, memakai sarung tangan, mencuci tangan dengan sabun sebelum dan

sesudah menangani pasien, makanan/minuman petugas di ruangan dalam keadaan

tertutup, tidak makan/minum sambil menangani pasien, memakai peralatan

makan/minum yang bersih, dan sampai di rumah langsung mandi.

Dalam Tietjen (2004), Boyce dan Pittet (2002), menyebutkan bahwa kegagalan

untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang tepat dianggap sebagai

sebab utama infeksi nosokomial yang menular di pelayanan kesehatan dan

penyebaran mikroorganisme multiresisten dan telah diakui sebagai kontributor yang

penting terhadap timbulnya wabah.

2.1.2. Sanitasi

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

kebersihan lingkungan dari subjeknya, misalnya menyediakan air bersih untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah agar tidak dibuang

sembarangan (Depkes RI, 2004). Sanitasi sering juga disebut dengan sanitasi

lingkungan dan kesehatan lingkungan, sebagai suatu usaha pengendalian semua

faktor yang ada pada lingkungan fisik manusia yang diperkirakan dapat

menimbulkan hal-hal yang mengganggu perkembangan fisik, kesehatannya ataupun

kelangsungan hidupnya (Adisasmito, 2006).

Menurut UU RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa

kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air, dan udara, penanganan limbah padat,

limbah cair, limbah gas, radiasi, dan kebisingan, pengendalian faktor penyakit, dan

penyehatan atau pengamanan lainnya. Melihat luasnya ruang lingkup kesehatan

lingkungan, sangatlah diperlukan adanya multi disiplin kerja agar kegiatannya dapat

berjalan dengan baik. Misalnya diperlukan tenaga ahli di bidang air bersih, ahli

kimia, ahli biologi, ahli teknik dan sebagainya (Mukono, 2006).

Hygiene dan sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik,

biologis, sosial dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana

lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang merugikan

diperbaiki atau dihilangkan (Entjang, 2000). Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan

seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan

melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat untuk perbaikan sanitasi

lingkungan, pemberantasan penyakit menular, pendidikan kesehatan dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2007).

Hygiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena erat

kaitannya dalam kehidupan sehari-hari untuk mendukung perilaku hidup sehat dan

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

bersih. Misalnya hygiene sudah baik karena petugas mau mencuci tangan dengan

bersih memakai sabun sebelum dan sesudah menangani pasien, tetapi jika keadaan

sanitasi lingkungan buruk misalnya karena tidak tersedianya air bersih yang cukup

maka mencuci tangan tidak dapat dilakukan dengan baik dan sempurna.

2.2. Rumah Sakit

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persayaratan Kesehatan Lingkungan bahwa

rumah sakit adalah sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit

maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta

memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 340/Menkes/SK/III/ 2010

Tentang Rumah Sakit, menyebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan, perorangan secara paripurna, yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

2.2.1. Tugas Rumah Sakit

Pada umumnya tugas rumah sakit ialah menyediakan keperluan untuk

pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. Menurut keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor: 983/Menkes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum

adalah melaksanakan upaya kesehatan secara daya guna dan berhasil guna dengan

mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara

serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan

rujukan.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

2.2.2. Fungsi Rumah Sakit

Dalam Siregar (2004) disebutkan bahwa rumah sakit memiliki berbagai

fungsi, yaitu:

1. Pelayanan Penderita

Pelayanan penderita yang langsung di rumah sakit terdiri atas pelayanan medis,

pelayanan farmasi, dan pelayanan keperawatan. Disamping itu, untuk

mendukung pelayanan medis, rumah sakit juga mengadakan pelayanan berbagai

jenis laboratorium.

2. Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan profesi kesehatan, yang mencakup dokter, apoteker,

perawat, pekerja sosial pelayanan medik, personal rekam medik, teknisi sinar X,

dan laboratorium, teknologi medik, terapis pernafasan, terapis fisik,

okupasional, dan administrator rumah sakit.

3. Pendidikan dan/ atau pelatihan penderita, merupakan suatu fungsi rumah sakit

yang penting dalam suatu lingkup yang jarang disadari oleh masyarakat. Hal ini

mencakup pendidikan umum bagi anak-anak yang terikat pada hospitalisasi

jangka panjang; pendidikan khusus dalam bidang rehabilitasi-psikiatri, sosial,

fisik, dan okupasional; pendidikan khusus dalam perawatan kesehatan, misalnya

mendidik penderita diabetes atau penderita kelainan jantung untuk merawat

penyakitnya. Pendidikan tentang obat sangat penting diberikan kepada

penderita, untuk peningkatan kepatuhan, mencegah penyalahgunaan obat, dan

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

untuk meningkatkan hasil terapi yang optimal dengan penggunan obat yang

sesuai dan tepat.

4. Penelitian

Rumah sakit melakukan suatu fungsi vital untuk dua maksud utama, yaitu

memajukan pengetahuan medik tentang penyakit dan peningkatan atau

perbaikan pelayanan rumah sakit. Kedua maksud tersebut ditujukan pada tujuan

dasar dari pelayanan kesehatan yang lebih baik bagi penderita.

5. Kesehatan masyarakat

Tujuan utama dari fungsi rumah sakit keempat yang relatif baru ini ialah

membantu komunitas dalam mengurangi timbulnya kesakitan (illness) dan

meningkatkan kesehatan umum penduduk. Contoh kegiatan kesehatan

masyarakat adalah hubungan kerja yang erat dari rumah sakit yang mempunyai

bagian kesehatan masyarakat untuk penyakit menular, partisipasi dalam program

deteksi penyakit seperti tuberkolosis, diabetes, hipertensi, dan kanker; partisipasi

dalam program inokulasi masyarakat, seperti terhadap influenza dan

poliomyelitis, dan lain-lain.

6. Pelayanan Rujukan Upaya Kesehatan

Adalah suatu upaya pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan

tanggung jawab timbal balik atau kasus atau masalah yang timbul, baik secara

vertikal maupun secara horizontal kepada pihak yang mempunyai fasilitas yang

lebih lengkap dan mempunyai kemampuan yang lebih tinggi.

2.2.3. Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 983 / Menkes / SK /

XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum dalam Siregar (2004)

disebutkan bahwa Rumah Sakit Umum Pemerintah Pusat dan Daerah

diklasifikasikan menjadi Rumah Sakit Umum kelas A, B, C, dan kelas D. Klasifikasi

tersebut didasarkan pada unsur pelayanan, ketenagaan, fisik, dan peralatan.

1. Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dan subspesialistik luas.

2. Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dan subspesialistik

terbatas.

3. Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.

4. Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.

2.2.4. Jenis Perawatan di Rumah Sakit

Dalam Siregar (2004) disebutkan bahwa jenis perawatan di rumah sakit

terdiri atas:

1. Perawatan Penderita Rawat Tinggal

Dalam perawatan penderita di rumah sakit ada lima unsur tahap pelayanan,

yaitu:

a. Perawatan intensif, adalah perawatan bagi penderita kesakitan hebat yang

memerlukan pelayanan khusus selama waktu kritis kesakitan atau lukanya,

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

suatu kondisi apabila ia tidak mampu melakukan kebutuhannya sendiri. Ia

dirawat dalam ruang perawatan intensif oleh staf medik dan perawat khusus.

b. Perawatan Intermediet, adalah perawatan bagi bagi penderita setelah kondisi

fisik membaik, yang dipindahkan dari ruang perawatan biasa. Perawatan

intermediet merupakan bagian terbesar dari jenis perawatan dikebanyakan

rumah sakit.

c. Perawatan Swarawat, adalah perawatan yang dilakukan penderita yang dapat

merawat diri sendiri, yang datang ke rumah sakit untuk maksud diagnostik saja

atau penderita yang kesehatannya sudah cukup pulih dari kesakitan

intermediet, dapat tinggal dalam suatu unit perawatan sendiri (self-care unit).

d. Perawatan Kronis, adalah perawatan penderita dengan kesakitan atau

ketidakmampuan jasmani jangka panjang. Mereka dapat tinggal dalam bagian

rumah sakit atau dalam fasilitas perawatan tambahan atau rumah perawatan

yang juga dapat dioperasikan rumah sakit.

e. Perawatan Rumah, adalah perawatan penderita di rumah yang dapat menerima

layanan seperti biasa tersedia di rumah sakit, dibawah suatu program yang di

sponsori oleh rumah sakit.

2. Perawatan Penderita Rawat Jalan.

Perawatan ini diberikan kepada penderita melalui klinik, yang menggunakan

fasilitas rumah sakit tanpa terikat secara fisik di rumah sakit. Mereka datang ke

rumah sakit untuk pengobatan atau untuk diagnosis, atau datang sebagai kasus.

2.3. Infeksi Nosokomial

2.3.1. Defenisi Infeksi Nosokomial

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

Istilah Infeksi nosokomial berasal dari kata Greek nosos (penyakit) dan

komeion (merawat). Nosocomion (atau menurut Latin, nosocomium) merupakan arti

rumah sakit. Secara umum defenisi infeksi nosokomial yang telah disepakati yaitu

setiap infeksi yang didapat selama perawatan di rumah sakit, tetapi bukan timbul

ataupun pada stadium inkubasi pada saat masuk dirawat di rumah sakit, atau

merupakan infeksi yang berhubungan dengan perawatan di rumah sakit sebelumnya

(Soedarmo, dkk, 2008).

Infeksi nosokomial adalah suatu kondisi lokal atau sistemik sebagai reaksi

lanjut dari agen infeksi yang ada toksinnya, yang tidak tampak atau dalam masa

inkubasinya pada saat masuk rumah sakit (Dirjen PPM dan PL Depkes RI, 2010).

Menurut Djojosugito (2004) bahwa Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat

penderita ketika penderita tersebut dirawat di rumah sakit, atau pernah dirawat di

rumah sakit dan baru menampakkan gejala setelah pulang dari rumah sakit.

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit, atau infeksi

yang disebabkan oleh kuman yang di dapat selama berada di rumah sakit dengan

ketentuan:

1. Pada saat masuk RS tidak didapat tanda-tanda klinis dan tidak sedang dalam

masa inkubasi penyakit tersebut.

2. Infeksi timbul sekurang-kurangnya 3 x 24 jam sejak dirawat di RS.

3. Infeksi terjadi pada pasien dengan masa rawat lebih lama dari masa inkubasi

penyakit tersebut. (Dirjend Pelayanan Medik, 2002).

Menurut Centre for Disease Control and Prevention (1998) dalam Soedarmo,

dkk (2008), suatu infeksi didapatkan di rumah sakit apabila:

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

1. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda-

tanda klinis infeksi tersebut.

2. Tanda-tanda klinis infeksi tersebut baru timbul sekurang-kurangnya setelah

3x24 jam sejak mulai perawatan.

3. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa dari infeksi sebelumnya.

4. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi dan

terbukti infeksi didapat penderita ketika di rumah sakit yang sama pada

waktu yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.

2.3.2. Klasifikasi Infeksi Nosokomial

Menurut (David, 2003) ada beberapa klasifikasi infeksi nosokomial

berdasarkan tempatnya, adalah sebagai berikut:

a. Community Aquired Infection

Umumnya tiap-tiap rumah sakit telah mempunyai policy untuk menempatkan

dan perawatan dari penderita dengan penyakit menular. Problema timbul bila

diagnosa tidak segera dapat ditegakkan sesaat si penderita masuk ke rumah

sakit, sehingga penderita bisa menularkan penyakitnya pada penderita lain.

b. Cross infection (infeksi silang)

Kebanyakan orang menganggap bahwa infeksi silang inilah yang dimaksud

dengan infeksi nosokomial. Infeksi ditularkan dari penderita atau anggota staf

rumah sakit ke penderita lainnya.

c. Infection Acquired form the Environment

Keadaan lingkungan ini selalu dituduh sebagai penyebab infeksi nosokomial.

Seperti lingkungan yang kotor dalam rumah sakit, alat-alat untuk pemeriksaan

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

atau pengobatan. Infeksi atau keracunan dari makanan yang disediakan di

rumah sakit.

d. Self Infection (Infeksi diri sendiri)

Ini adalah penyebab infeksi nosokomial yang tersering. Disini kuman-kuman

jaringan tubuhnya dan menimbulkan penyakit. Misalnya pada pemberian

antibiotik flora usus. Flora usus yang tadinya tidak, oleh karena terjadinya

empat komponen yang terlihat dibawah ini merupakan gambaran dari hospital

infection. Faktor-faktor yang menentukan terjadinya infeksi.

2.3.3. Mikroorganisme Penyebab Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial dapat disebabkan oleh mikroorganisme patogen (bakteri,

virus, fungi dan protozoa). Sering disebabkan oleh bakteri yang berasal dari flora

endogen pasien sendiri. Faktor-faktor seperti pengobatan dengan antibiotik, uji

diagnostik dan pengobatan yang invasif, penyakit dasar, bersama-sama mengubah

flora endogen pasien selama dirawat. Beberapa mikroorganisme seperti basil Gram-

negatif, E. coli, spesies enterobacter, klebsiela, pseudomonas aeruginosa,

staphilococcus merupakan pathogen nosokomial yang paling sering (Soedarmo, dkk,

2008).

Dalam Soedarmo, dkk, (2008) disebutkan beberapa jenis infeksi nosokomial

yang paling sering terjadi dan mikroorganisme penyebabnya, antara lain yaitu:

1. Infeksi Saluran Kemih

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

Dari laporan penelitian, tercatat infeksi saluran kemih (ISK) merupakan

infeksi nosokomial yang paling sering terjadi, lebih kurang 40% dari seluruh

infeksi nosokomial. Saluran kemih merupakan tempat utama masuknya

bakteri Gram-negatif kedalam darah. Sepsis pada infeksi saluran kemih pada

orang dewasa menyebabkan mortalitas yang tinggi.

2. Infeksi Luka Operasi

Infeksi pada luka operasi menduduki peringkat ke dua dari seluruh kejadian

infeksi nosokomial di rumah sakit umum. Infeksi luka operasi sering kali

disebabkan oleh streptococcus, staphylococcus, enterobacteria,

pseudomonas.

3. Infeksi Saluran Nafas

Infeksi saluran nafas menempati urutan ke tiga dari seluruh kejadian infeksi

nosokomial. Kebanyakan infeksi saluran nafas disebabkan oleh basil Gram-

negatif usus (klebsiela, enterobakter, seratia, E. Coli, dan proteus) dan

pseudomonas. Basil Gram-negatif lain yang berhubungan dengan air seperti

asinetobakter, flavobakterium, dan alkaligenes juga dapat terlibat.

4. Bakteremia dan Infeksi Nosokomial, pada kateter intravena

Bakteri yang paling berperan dalam terjadinya infeksi intravena ialah

stafilokokus (S. aureus dan S. epidermis), spesies klebsiela (klebsiela,

enterobakter, dan seratia), enterokokus dan pseudomonas aeuroginosa.

Dalam Soedarmo, dkk, (2008) dapat disimpulkan bahwa gejala infeksi

nosokomial yang spesifik hanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

khusus seperti pemeriksaan laboratorium. Secara umum gejala non-spesifik yang

dapat dilihat dari seorang yang menderita infeksi nosokomial antara lain, yaitu:

a. Perubahan temperatur atau suhu tubuh (demam)

b. Diare atau mencret

c. Mual dan muntah

d. Pneumonia (flu, batuk, dan sebagainya)

2.3.4. Cara Penularan Mikroorganisme

Transmisi mikroorganisme di rumah sakit dapat terjadi dengan berbagai cara,

bisa lebih dari satu cara. Menurut (Slack, 2003) ada lima cara terjadinya transmisi

mikroorganisme yaitu:

1. Contact Transmision

Kontak transmisi adalah yang paling sering pada infeksi nosokomial, dibagi

menjadi dua bagian yaitu secara langsung dan tidak langsung, kontak langsung

(direc contac); transmisi mikroorganisme langsung permukaan tubuh seperti

saat memandikan, membalikkan pasien, pada saat melakukan kegiatan asuhan

keperawatan, menyentuh permukaan tubuh pasien. Kontak tidak langsung

(indirect contac) kontak dengan kondisi orang yang lemah melalui peralatan

yang terkontaminasi seperti peralatan instrument yang terkontaminasi, jarum,

tangan yang terkontaminasi tidak dicuci dan sarung tangan tidak diganti

diantara pasien.

2. Droplet Transmision ( Percikan)

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

Secara teoritikal merupakan bentuk kontak transmisi, namun mekanisme

transfer mikroorganisme. Patogen ke penjamu ada jarak dari transmisi kontak.

Droplet transmisi dapat terjadi ketika batuk, bersin, berbicara dan saat

melakukan tindakan khusus.

3. Airborne Transmisi (melalui udara)

Transmisi melalui udara yang terkontaminasi dengan mikroorganisme patogen,

memiliki partikel kurang yang sama dengan mikron. Transmisi terjadi ketika

menghirup udara yang mengandung mikroorganisme patogen.

Mikroorganisme dapat tinggal di udara beberapa waktu sehingga penanganan

khusus udara dan ventilasi perlu dilakukan. Mikroorganisme yang transmisi

melalui udara adalah mycobacterium tubercolosis, rubella, dan varicella verus.

4. Food Borne (melalui makanan)

Transmisi mikroorganisme melalui makanan alat kesehatan dan peralatan yang

terkontaminasi dengan mikroorganisme patogen.

5. Blood Borne (melalui darah)

Terjadinya infeksi dapat berasal dari penyakit HIV, Hepatitis B dan C melalui

jarum suntik yang telah terkontaminasi.

2.3.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi Nosokomial

Secara umum faktor yang mempengaruhi infeksi nosokomial terdiari atas 2

bagian besar, yang dikemukakan oleh (Parhusip, 2005) yaitu:

1. Faktor Endogen

Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri penderita, seperti:

a. Umur bayi dan orang tua lebih beresiko terhadap infeksi nosokomial.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

b. Penyakit penyerta dan kondisi-kondisi lokal seperti adanya luka terbuka.

c. Seorang dengan daya tahan tubuh yang rendah beresiko mendapatkan infeksi

nosokomial.

2. Faktor Eksogen

Merupakan faktor yang berasal dari luar diri penderita, seperti:

a. Lama penderita dirawat

Semakin lama penderita dirawat, resiko atau kecenderungan untuk terkena

infeksi nosokomial akan semakin besar.

b. Kelompok yang merawat

Tenaga kesehatan yang merawat selama dirumah sakit merupakan salah satu

faktor yang dapat menyebabkan seseorang terkena infeksi nosokomial.

c. Alat medis serta lingkungan

Alat-alat yang digunakan dan dilingkungan dapat menjadi media trasmisi

masuknya kuman patogen penyebab infeksi nosokomial kedalam tubuh

penderita.

2.3.6. Kelompok yang Beresiko

Menurut Zulkarnain (1996) dalam Sjaifoellah, dkk, (1996) adapun kelompok

yang beresiko mendapatkan infeksi nosokomial yaitu :

1. Pasien

Seseorang yang mendapatkan perawatan di rumah sakit.

2. Petugas kesehatan

Dokter, perawat, maupun tenaga kesehatan lainnya yang berada di rumah sakit

yang kontak dengan pasien dan lingkungan rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

3. Pengunjung atau penunggu pasien

Seseorang atau sekelompok orang yang datang ke rumah sakit dengan tujuan

untuk melihat atau menjaga kerabat yang sedang menjalani perawatan di

rumah sakit.

2.4. Kewaspadaan Universal

2.4.1. Defenisi Kewaspadaan Universal

Defenisi kewaspadaan universal yang direkomendasikan oleh CDC Atlanta

(1988) dalam Zuidah (2007) adalah upaya pencegahan infeksi yang menitik beratkan

penyebaran melalui cairan tubuh, darah dan jaringan tubuh lainnya secara universal

tanpa memandang status infeksi pasien. CDC (1994) mendefenisikan kewaspadaan

universal sebagai upaya pencegahan infeksi di sarana kesehatan yang merupakan

kewaspadaan yang bersikap umum dan diterapkan pada semua pasien tanpa

memandang status diagnosisnya.

Depkes RI (2000) dalam Zuidah (2007) menyebutkan bahwa kewaspadaan

universal adalah merupakan salah satu upaya pengendalian infeksi di rumah sakit,

yang artinya kewaspadaan universal adalah pedoman untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dalam memenuhi standard

pencegahan infeksi guna meminimalkan resiko penularan penyakit kepada pasien

dan diri mereka sendiri. Rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan merupakan

ujung tombak pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan preventif dan

kuratif bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Semua petugas kesehatan mulai

dari dokter hingga petugas kebersihan beresiko menularkan penyakit kepada pasien

atau tertular penyakit dari pasien. Ketaatan mematuhi prosedur pelaksanaan

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

kewaspadaan universal bisa mengurangi resiko penularan penyakit kepada petugas

kesehatan dan mencegah penyebaran penyakit melalui pelayanan kesehatan kepada

masyarakat luas.

2.4.2. Alasan Dasar Penerapan Kewaspadaan Universal

Bagi masyarakat umum, sarana kesehatan merupakan tempat pemeliharaan

kesehatan. Pasien mempercayakan sepenuhnya kesehatan dirinya atau keluarganya

kepada petugas kesehatan. Maka kewajiban petugas kesehatan adalah menjaga

sarana kesehatan sebagai tempat penyembuhan, bukan menjadi sumber penyakit

infeksi (Zuidah, 2007).

Bahroen (2000) dalam (Zuidah, 2007) menyebutkan bahwa berdasarkan hasil

survey tentang upaya pencegahan infeksi di puskesmas, masih ditemukannya

beberapa tindakan petugas yang potensial meningkatkan penularan penyakit kepada

diri mereka, pasien yang dilayani masyarakat luas, yakni cuci tangan yang tidak

benar, penggunaan sarung tangan yang tidak tepat, penutupan kembali jarum suntik

secara tidak aman, pembuangan peralatan tajam secara tidak aman, teknik

dekontaminasi dan sterilisasi yang tidak tepat, serta praktek kebersihan ruangan yang

belum memadai. Hal tersebut dapat saja meningkatkan resiko petugas kesehatan

tertular karena tertusuk jarum atau terpajan darah/ cairan tubuh terinfeksi. Sementara

pasien dapat tertular melalui peralatan yang terkontaminasi atau menerima darah

atau prosuk darah yang mengandung virus.

2.4.3. Kegiatan Pokok Kewaspadaan Universal

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

Sejak AIDS dikenal, kebijakan baru yang bernama kewaspadaan universal

dikembangkan. Dalam sarana kesehatan (rumah sakit, puskesmas, praktik dokter,

dan sebagainya), penerapan kewaspadaan universal harus diterapkan secara penuh

oleh petugas pelayanan kesehatan.CDC Atlanta (1987) dalam Zuidah (2007)

menyebutkan bahwa prinsip utama pencegahan infeksi pada pelayanan kesehatan

adalah menjaga hygiene individu, hygiene ruangan, dan sterilisasi instrument.

Larson & Lusk (1985) dan Leonard (1986) dalam Zuidah (2007) juga

mengemukakan kesalahan teknik mencuci tangan yang tidak tepat. Semua laporan

tersebut menekankan kurangnya pelajaran teknik mencuci tangan yang adekuat.

Larutan pencuci tangan kloreksidin terbukti merupakan bukti kuat bahwa tangan

berperan sebagai jalur utama transmisi infeksi nosokomial.

Zuidah (2007) menyebutkan bahwa ada beberapa hal penting yang perlu

diperhatikan dalam pelaksanaan kewaspadaan universal, yaitu:

1. Mencuci tangan

Cuci tangan harus selalu dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah

melakukan tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan atau alat

pelindung lain untuk menghilangkan/mengurangi mikroorganisme yang ada ditangan

sehingga penyebaran penyakit dapat dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi.

Tangan harus dicuci sebelum dan sesudah memakai sarung tangan. Cuci tangan tidak

dapat digantikan dengan memakai sarung tangan.

Ada tiga cara cuci tangan yang dilaksanakan sesuai kebutuhan, yaitu:

a. Cuci tangan higienetik atau rutin, mengurangi kotoran dan flora yang ada di

tangan dengan menggunakan sabun atau detergen.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

b. Cuci tangan aseptik, sebelum tindakan aseptik pada pasien dengan

menggunakan antiseptik.

c. Cuci tangan bedah (surgical hand scrub), sebelum melakukan tindakan bedah

secara aseptik dan sikat steril.

2. Sarana Cuci Tangan

Air mengalir adalah sarana utama untuk cuci tangan dengan saluran

pembuangan atau bak penampung yang memadai. Dengan guyuran air mengalir

tersebut atau bak yang memadai, maka mikroorganisme yang terlepas karena

gesekan mikroorganisme atau kimiawi saat cuci tangan akan terhalau dan tidak

menempel lagi di permukaan kulit.

Sabun dan detergen, bahan tersebut tidak membunuh mikroorganisme tetapi

menghambat dan mengurangi jumlah mikroorganisme dengan jalan mengurangi

tegangan permukaan sehingga mikroorganisme terlepas dari permukaan kulit dan

mudah terbawa oleh air. Jumlah mikroorganisme semakin berkurang dengan

meningkatnya frekuensi cuci tangan, namun dilain pihak dengan seringnya

menggunakan sabun atau detergen maka lapisan lemak kulit akan menghilang dan

membuat kulit menjadi kering dan pecah-pecah. Hilangnya lapisan lemak akan

memberi peluang untuk timbulnya kembali mikroorganisme.

Larutan antiseptik atau disebut juga antimikroba topikal, dipakai kulit atau

jaringan hidup lainnya untuk menghambat aktivitas atau membunuh mikroorganisme

pada kulit. Antiseptik memiliki bahan kimia yang memungkinkan untuk digunakan

pada kulit dan selaput mukosa. Antiseptik memiliki keragaman dalam hal efektivitas.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

Kulit manusia tidak dapat disterilkan. Tujuan yang ingin dicapai adalah

penurunan jumlah mikroorganisme pada kulit secara maksimal terutama kuman

transier.

Asepwandi (2008) dalam Latifah (2010), menyebutkan bahwa beberapa jenis

sabun ataupun larutan desinfektan yang sering digunakan di rumah sakit antara lain

yaitu:

a. Chlorhexidine Glukonat

Merupakan jenis desinfektan yang paling sering digunakan. Larutan pencuci

tangan jenis ini sangat praktis dan mudah digunakan karena tidak

memerlukan air sebagai pembilas.

b. Phenolic/ Fenol

Fenol merupakan zat kristal tak berwarna yang memiliki bau khas. Fenol

bersifat asam dan merupakan komponen utama pada antiseptik dagang.

c. Chloroxylenol

Merupakan komponen utama pada sabun anti bakteri seperti dettol.

d. Thymol

Thymol merupakan desinfektan yang berasal dari tanaman. Thymol sedikit

larut dalam air pada pH netral, tetapi sangat larut dalam alkohol. Thymol juga

memiliki toksisitas yang minimal pada manusia.

e. Ethanol/ Alkohol

Alkohol bukan merupakan jenis sabun desinfektan. Akan tetapi alkohol

sering digunakan sebagai pelarut dari bahan-bahan desinfektan. Sekarang ini

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

juga sering dijumpai jenis handsanitiser yang salah satu kandungan

utamanya adalah alkohol.

3. Menggunakan Alat Pelindung

Alat pelindung tubuh digunakan untuk melindungi kulit dan selaput lendir

petugas dari resiko pajanan urin dan semua jenis cairan tubuh, serta kulit yang luka,

yang akan mudah terpajan dan potensial terinfeksi. Indikasi pemakaian alat

pelindung disesuaikan dengan jenis pelindung tubuh yang dipakai dan tergantung

pada jenis tindakan atau kegiatan yang akan dikerjakan.

4. Pengelolaan Alat Kesehatan

Kejadian infeksi yang sering di sarana kesehatan salah satu faktor resikonya

adalah pengelolaan alat kesehatan atau cara dekontaminasi dan desinfeksi yang

kurang tepat. Meskipun tidak semua alat kesehatan yang digunakan dalam pelayanan

medis kepada pasien harus disterilkan, tetapi pengelolaannya harus dengan cara yang

benar dan tepat. Dalam hal ini harus di identifikasi apakah alat perlu dicuci saja atau

didesinfeksi atau perlu disterilkan.

5. Desinfeksi Lokasi tindakan

Desinfeksi adalah suatu proses untuk menghilangkan sebagian atau semua

mikroorganisme dari alat kesehatan dan lokasi tindakan kecuali indesfora bakteri.

2.5. Pencegahan Infeksi Nosokomial

Dalam Tietjen (2004) menyatakan bahwa sebagian besar infeksi ini dapat

dicegah dengan strategi yang telah tersedia, secara relatif murah yaitu:

1. Mentaati praktek pencegahan infeksi yang dianjurkan, terutama kesehatan

dan kebersihan tangan serta pemakaian sarung tangan.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

2. Memperhatikan dengan seksama proses yang telah terbukti bermanfaat untuk

dekontaminasi dan pencucian peralatan dan benda lain yang kotor, diikuti

dengan sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi

3. Meningkatkan keamanan dalam ruang operasi dan area beresiko tinggi

lainnya dimana kecelakaan diperlukan yang sangat serius dan paparan pada

agen penyebab infeksi sering terjadi.

4. Pencegahan standar merupakan suatu bentuk tindakan pencegahan terhadap

infeksi yang umum dilakukan oleh perawat dalam setiap melakukan tindakan

keperawatan kepada pasien. Pencegahan ini merupakan teknik mencuci

tangan, menggunakan masker, sarung tangan (hansdscun), pakaian khusus

dan penggunaan benda tajam sekali pakai (disposable).

Selain itu infeksi nosokomial dapat dicegah dengan memutuskan mata rantai

terjadinya infeksi nosokomial, yaitu dengan cara:

a. Meningkatkan pengetahuan personil rumah sakit tentang infeksi nosokomial.

b. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang resiko infeksi nosokomial

bagi pasien yang dirawatnya.

c. Melakukan semua standar prosedur kerja dengan benar dan sempurna.

d. Identifikasi penyebab infeksi nosokomial.

e. Pemberian pengobatan yang tepat dan rasional.

f. Mengikutsertakan penderita dan keluarga dengan memberikan pengetahuan

praktis tentang infeksi nosokomial serta penyakit yang diderita oleh

penderita.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

g. Memberikan petunjuk praktis pada pengunjung tentang hal-hal yang perlu

dijaga/dilakukan/dihindarkan pada waktu pengunjungan melalui papan

pengumuman, kertas petunjuk dipintu dan petugas informasi diruangan.

Panjaitan (2006) dalam isolation precaution menulis tentang standar

precaution yang harus dilaksanakan untuk semua pasien yang masuk kerumah sakit

yaitu:

1. Cuci Tangan

a. Melakukan cuci tangan dengan menggunakan antiseptik pada cuci tangan

prosedur. Melakukan cuci tangan dengan menggunakan sabun biasa pada

cuci tangan rutin /sosial. Pada kondisi tertentu cuci tangan dapat dilakukan

dengan menggunakan “handrubs” (menggosok tangan).

b. Cuci tangan dilakukan setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekresi

dan peralatan yang terkontaminasi, walaupun menggunakan sarung tangan

segera setelah melepas sarung tangan, jika kontak diantara satu pasien dengan

pasien lainnya, diantara prosedur berbeda pada pasien yang sama sebelum

dan sesudah kontak dengan pasien, sebelum dan sesudah melakukan

tindakan, setelah tiba dirumah sakit dan sebelum meninggalkan rumah sakit.

2. Sarung Tangan

a. Memakai sarung tangan bersih pada saat menyentuh darah, cairan tubuh dan

peralatan yang terkontaminasi dan saat menangani peralatan yang habis

dipakai.

b. Ganti sarung tangan diantara prosedur pada pasien yang sama.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

c. Melepaskan sarung tangan segera setelah dipakai, sebelum menyentuh

peralatan atau permukaan lingkungan yang tidak terkontaminasi dan sebelum

kepasien berikutnya.

3. Masker, Pelindung Mata dan Wajah

a. Memakai masker selama melakukan tindakan atau perawatan pasien yang

memungkinkan terkena percikan darah atau cairan tubuh pasien.

b. Melepaskan masker setelah dipakai dan segera mencuci tangan.

4. Gaun/ Apron

a. Memakai gaun selama melakukan tindakan atau perawatan pasien yang

memungkinkan terkena percikan darah atau cairan tubuh pasien.

b. Segera melepaskan gaun dan mencuci tangan untuk mencegah berpindahnya

mikroorganisme ke pasien dan lingkungan.

5. Peralatan Perawatan Pasien

a. Segera melakukan dekontaminasi peralatan yang dipakai setelah dibersihkan

dahulu dari noda darah atau cairan tubuh pasien.

b. Membersihkan dan memperoses kembali peralatan yang dipakai ulang sesuai

prosedur pembuangan limbah.

6. Pengendalian Lingkungan

a. Tidak melakukan “pogging” untuk tujuan menurunkan rate infeksi

nosokomial pengendalian lingkungan.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

b. Melakukan pembersihan dengan cairan desinfektan setiap hari atau bila perlu

pada semua permukaan lingkungan seperti meja pasien, meja petugas, tempat

tidur, tempat tidur pasien, standar infus, pegangan pintu.

c. Membersihkan dan mengepel dengan cairan desinfektan dua kali sehari bila

perlu.

d. Membatasi jumlah pengunjung pada waktu bersamaan.

e. Membatasi jumlah personil pada waktu yang sama di ruang perawatan.

7. Linen

a. Memisahkan linen ternoda darah atau cairan tubuh dengan linen kotoran

tanpa noda.

b. Memisahkan linen kotoran pasien terinfeksi dengan pasien non infeksi.

c. Tidak meletakkan linen dilantai dengan mengibas-ngibaskan linen.

8. Penanganan Limbah

Pemisahan limbah sesuai jenisnya diawali sejak limbah tersebut dihasilkan.

a. Limbah padat terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh dibuang ketempat

sampah kantong plastik kuning.

b. Limbah padat tidak terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh dibuang

ketempat sampah kantong plastik hitam.

c. Limbah benda tajam atau jarum dibuang ke kontainer yang berwarna kuning

tahan tusuk dan tahan air (save cup).

9. Kesehatan Karyawan dan Darah Yang Terinfeksi Pathogen

Untuk mencegah luka tusuk benda tajam:

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

a. Berhati-hati saat menangani jarum, scapel, instrument yang tajam atau alat

kesehatan lainnya dengan permukaan tajam.

b. Jangan pernah menutup kembali jarum bekas pakai atau memanipulasikannya

dengan dua tangan.

c. Jangan pernah membengkokkan atau mematahkan jarum.

d. Buanglah benda tajam atau jarum bekas pakei kedalam wadah yang tahan

tusuk dan air, dan tempatkan pada area yang mudah dijangkau dari area

tindakan.

e. Gunakan mouthpleces, resussitasi bags atau peralatan ventilasi lain sebagai

alternatif mulut ke mulut.

2.6. Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit Berdasarkan Permenkes RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004

2.6.1. Penyediaan Air Minum dan Air Bersih

Harus tersedia air minum sesuai dengan kebutuhan, tersedia air bersih

minimum 500 liter/tempat tidur/hari, air minum dan air bersih tersedia pada setiap

kegiatan yang membutuhkan secara berkesinambungan. Distribusi air minum dan air

bersih di setiap ruangan harus menggunakan jaringan perpipaan yang mengalir

dengan tekanan positif. Air bersih merupakan kebutuhan pokok yang sangat penting

bagi kehidupan mahluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat

digantikan oleh senyawa lain. Kebutuhan air bersih diperkirakan 50–60 liter / orang /

hari penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air

minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air didalam tubuh manusia

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

sekitar 55 – 60% berat badan orang dewasa terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar

65%, dan untuk bayi sekitar 80%. (Notoatmodjo, 2003).

Dalam setiap kegiatan air harus memenuhi syarat kesehatan secara kuantitas

dan kualitas agar tidak mengakibatkan sumber penyebaran penyakit bagi manusia.

Distribusi air bersih harus tersedia disetiap ruangan dengan menggunakan jaringan

perpipaan yang mengalir lancar dan tidak ada gangguan yang mengakibatkan

gangguan kesehatan.

Jumlah kebutuhan air bersih ditetapkan berdasarkan jumlah pasien, hal ini

dipakai sebagai perencanaan dan pengembangan pelayanan kesehatan yaitu harus

tersedia air bersih sesuai kebutuhan dan memenuhi syarat sesuai dengan Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/PER/IX/1990 tentang

syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bersih. Jumlah/ kuantitas air bersih

tergantung pada kelas dan berbagai pelayanan yang ada di rumah sakit makin banyak

pelayanan yang ada di rumah sakit, semakin besar jumlah kebutuhan atau jumlah

yang umum dipakai untuk kebutuhan di rumah sakit.

Adapun syarat kualitas air bersih berdasarkan Permenkes Nomor

416/Menkes/PER/IX/1990 mencakup :

1. Syarat fisik yaitu air untuk minum tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa

dan suhu sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

2. Syarat kimia yaitu air tidak tercemar oleh zat-zat kimia atau mineral yang

melebihi nilai ambang batas sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

3. Syarat biologi yaitu air yang digunakan bebas dari kontaminasi bakteri

pathogen sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

2.6.2. Fasilitas Toilet dan Kamar Mandi

Harus selalu terpelihara, dalam keadaan bersih, lantai terbuat dari bahan yang

kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang dan mudah dibersihkan. Pada setiap unit

ruangan harus tersedia toilet (jamban, peturasan dan tempat cuci tangan) tersendiri.

Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan penahan bau

(water seal). Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan

dapur dan ruang perawatan, harus terpisah toilet antara pria dan wanita, harus

terpisah toilet antara pengunjung dan petugas.

Bagi pasien dan pengunjung harus terletak ditempat yang mudah dijangkau

dan ada petunjuk arah serta toilet untuk pengunjung dan pasien harus dengan

perbandingan 1 toilet untuk 1 – 20 pengunjung wanita, dan 1 toilet untuk 1 – 30

pengunjung pria, dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara

kebersihan toilet serta tidak terdapat tempat penampungan dan genangan air yang

dapat menjadi tempat perindukan serangga dan binatang pengganggu.

2.6.3. Pengelolaan Limbah Padat

1. Jenis Limbah Padat

Limbah padat adalah semua limbah yang berbentuk padat sebagai akibat

kegiatan yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis. Limbah medis padat

terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi,

limbah sitotoksis, limbah kimiawi dan limbah radioaktif (Dirjen PPM & PL,2002).

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan

diluar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat

dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.

Tabel 2.1. Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya

a. Limbah Klinis

Rumah sakit merupakan penghasil limbah klinis paling besar. Berbagai jenis

limbah yang dihasilkan di rumah sakit dan unit-unit pelayanan medis bisa

membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehatan bagi pengunjung dan

terutama petugas yang menangani limbah tersebut. Limbah klinis adalah limbah

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi dan farmasi serta limbah yang

dihasilkan di rumah sakit pada saat dilakukan perawatan/pengobatan atau penelitian.

b. Limbah Benda Tajam

Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi,

ujung atau bagian yang dapat memotong atau menusuk kulit, perlengkapan

intravena, pecahan gelas dan pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi

bahaya atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang terkontaminasi oleh darah,

cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun, dan bahan sitotoksis atau

radioaktif. Limbah ini dapat menyebabkan infeksi atau cidera karena mengandung

bahan beracun . Potensi untuk menularkan penyakit akan sangat besar bila benda

tajam tadi digunakan kembali untuk perawatan dan pengobatan pasien.

Limbah benda tajam hendaknya ditempatkan dalam kontainer benda tajam

yang dirancang cukup kuat, tahan tusukan dan diberi label dengan benar. Desain dan

konstruksi kontainer hendaknya sedemikian untuk mengurangi kemungkinan cidera

bagi orang yang menangani pada saat pengumpulan dan pengangkutan limbah benda

tajam. Incenerator merupakan metode terbaik untuk pembuangan limbah benda

tajam. (Adisasmito, 2008).

c. Limbah Infeksius

Limbah infeksius mencakup limbah yang berkaitan dengan penggunaan alat

dan bahan bagi pasien yang memerlukan isolasi seperti penyakit menular (perawatan

intensif) dan limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi.

Pembuangan/pemusnahan dengan incenerator adalah pilihan utama, pilihan lain

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

adalah menggunakan autoclave yang membuatnya menjadi tidak infeksius sehingga

bisa dibuang ke sanitary landfill, masalahnya adalah volume limbah yang harus di

autoclave cukup besar.

d. Limbah Jaringan Tubuh

Jaringan tubuh meliputi jaringan tubuh, organ, anggota badan, plasenta,

darah, dan cairan tubuh lain yang dibuang pada saat pembedahan atau aotopsi.

Jaringan tubuh yang tampak nyata seperti anggota badan dan plasenta yang tidak

memerlukan pengesahan penguburan hendaknya dikemas secara khusus, diberi label,

dan dimusnahkan ke incenerator di bawah pengawas petugas berwenang.

e. Limbah Sitotoksis

Limbah sitotoksis adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin

terkontaminasi dengan obat sitotoksis selama peracikan, pengangkutan atau tindakan

terapi sitotoksis. Untuk menghapus tumpahan yang tidak sengaja, perlu disediakan

absorben yang tepat. Bahan pembersih hendaknya selalu tersedia dalam ruang

racikan terapi sitotoksis. Bahan-bahan yang cocok untuk itu, antara lain: sawdust,

granula absorbsi yang tersedia di pasar, detergent, atau perlengkapan pembersih

lainnya. Semua limbah pembersih harus diperlakukan sebagai limbah sitotoksis.

Pemusnahan limbah sitotoksis hendaknya menggunakan incenerator karena

sifat racunnya yang tinggi. Limbah dengan kandungan obat sitotoksis rendah, seperti

urin, tinja, dan muntahan, bisa dibuang secara aman di saluran air kotor. Namun

harus hati-hati dalam menangani limbah tersebut dan harus diencerkan dengan benar.

f. Limbah Farmasi

Universitas Sumatera Utara

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

Limbah farmasi berasal dari obat-obatan yang kadaluarsa, obat yang terbuang

karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi,

obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang bersangkutan. Metoda

pembuangan dengan pertimbangan prinsip-prinsip bahwa limbah farmasi hendaknya

diwadahi dalam kontainer khusus non reaktif, dibakar dengan incinerator.

g. Limbah kimia

Limbah yang dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis,

laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Pembuangan limbah ke saluran air kotor

dapat menimbulkan korosi pada saluran. Limbah bahan kimia yang tidak bisa didaur

ulang seperti gula, asam amino, garam tertentu dapat dibuang ke saluran air kotor

namun harus memenuhi syarat yang ditetapkan melalui pengelolaan pada IPAL.

Limbah bahan kimia dalam jumlah kecil seperti residu yang dalam kemasan

sebaiknya ditimbun (landfill). Limbah bahan kimia dalam jumlah besar dibakar

dalam incinerator yang dilengkapi dengan alat pembersih gas. Limbah bahan kimia

dapat dikembalikan kepada distributornya yang dapat menanganinya dengan aman

untuk diolah. Pembuangannya harus dikonsultasikan kepada instansi yang

berwenang.

h. Limbah Radioaktif

Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan bahan yang

berasal dari penggunaaan medis atau riset. Limbah dapat berbentuk padat, cair dan

gas yang berasal dari tindakan kedokteran nuklir, radiologi, dan bakteriologis. Untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

penanganan limbah radioaktif harus dengan aturan kebijakan dan strategi nasional

yang menyangkut peraturan, infrastruktur, organisasi pelaksana dan tenaga terlatih.

Bagian radioaktif harus mempunyai tenaga yang terlatih khusus di bidang

radiasi. Harus tersedia instrument kalibrasi yang tepat untuk monitoring dosis dan

kontaminasi. Limbah radioaktif harus dikategorikan dan dipilah berdasarkan cara

pengolahan, penyimpanan dan pembuangan. Kontainer tempat penyimpanan secara

jelas diidentifikasi, ada simbol radioaktif, dapat diisi dan dikosongkan dengan aman,

kuat dan saniter. Ada informasi yang harus dicatat pada setiap kontainer seperti :

nomor identifikasi, asal limbah, angka dosis dan tanggal pengukuran dan orang

yang bertanggung jawab. Kontainer harus dibungkus dengan kantong plastik

transparan yang dapat ditutup dengan isolasi plastik. Pembuangan berdasarkan

persyaratan teknis menurut PP No. 27 tahun 2002 kemudian diserahkan ke BATAN

atau dikembalikan kepada distributor. Semua jenis limbah medis dan radioaktif tidak

boleh dibuang ke TPA domestik.

2. Proses Pengelolaan Limbah Padat

Pengelolaan limbah padat dapat dilakukan dengan berbagai cara dibawah ini :

a. Minimisasi Limbah

Setiap kegiatan rumah sakit yang menghasilkan limbah harus melakukan

reduksi limbah dimulai dari sumber dan juga perlu mengelola dan mengawasi

penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun. Minimalisasi harus dilakukan

pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi dan setiap peralatan yang digunakan

dalam pengelolaan limbah medis mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan

pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

b. Pemilahan dan Pewadahan

Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan

limbah, pisahkan limbah yang akan dimanfaatkan kembali dari limbah yang tidak

dimanfaatkan. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa

memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti

tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak

dapat membukanya. Adapun limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali

harus melalui proses sterilisasi. Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk

dimanfaatkan kembali, apabila tidak mempunyai jarum yang sekali pakai

(disposable). Pewadahan masing-masing limbah harus memenuhi persyaratan

dengan penggunaan wadah dan label.

c. Pengumpulan dan Penyimpanan

Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah

menggunakan troli khusus yang tertutup dan penyimpanannya harus sesuai jenis dan

kategori limbah.

d. Pengangkutan

Pengangkutan limbah ke luar gedung pengelola harus menyediakan tempat

khusus dan mengemas pada tempat yang kuat dan pengangkutan menggunakan

kendaraan khusus. Demikian pula dengan limbah non medis dikumpulkan ke tempat

yang ditetapkan kemudian dibuang ke TPS sebelum diangkut petugas Dinas

Kebersihan.

e. Pengolahan dan Pemusnahan

Universitas Sumatera Utara

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

Limbah medis padat tidak boleh dibuang langsung ke tempat pembuangan

akhir limbah domestik. Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah

medis padat disesuaikan dengan kemampuan pengelola dan jenis limbah medis padat

yang ada misalnya dengan incinerator.

Limbah padat non medis pengelolaan dapat dilakukan dengan cara:

a) Pemilahan dan Pewadahan harus dipisahkan dari limbah medis padat

Tempat pewadahan limbah padat harus dilapisi kantong plastik warna hitam

sebagai pembungkus dengan lambang “domestik” warna putih. Limbah

domestik akan berhubungan dengan adanya lalat karena adanya sampah

basah yang dihasilkan. Apabila kepadatan lalat disekitar tempat limbah padat

melebihi 2 (dua) ekor per-block grill, perlu dilakukan pengendalian lalat.

b) Pengumpulan, Penyimpanan, dan Pengangkutan

Bila di tempat pengumpulan sementara tingkat kepadatan lalat lebih dari 20

ekor per-block grill atau tikus terlihat pada siang hari, harus dilakukan

pengendalian. Dalam keadaan normal harus dilakukan pengendalian serangga

dan binatang pengganggu yang lain minimal satu bulan sekali.

c) Pengolahan dan Pemusnahan dilakukan sesuai persyaratan kesehatan.

f. Syarat Pengelolaan Sampah yang Baik

Mengelola sampah secara aman, sehingga tidak membahayakan kesehatan

petugas, pasien, pengunjung, masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Misalnya

sampah medis harus dimusnahkan dalam incinerator dan sampah domestik harus

diangkut oleh petugas Dinas kebersihan setiap hari.

Universitas Sumatera Utara

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

Jenis sampah yang dihasilkan rumah sakit sesuai sifatnya :

a. Limbah Infeksius

b. Limbah patologi

c. Limbah sitotoksis

d. Limbah kimia

e. Limbah Farmasi

Pengelolaan sampah yang aman harus diselenggarakan dengan cara

menyediakan wadah sebagai berikut :

a. Wadah harus kuat dan tidak mudah rusak

b. Tersedia lokasi/tempat pengumpulan sampah sementara.

c. Sampah harus dipisahkan sesuai dengan jenisnya kedalam kantong plastik

dengan lambang dan warna yang telah ditetapkan.

d. Tempat sampah harus tersedia 1 (satu) buah di setiap ruangan dan setiap

radius 10 meter serta setiap jarak 20 meter pada ruang tunggu dan ruang

terbuka.

e. Lokasi/tempat sampah sementara harus mudah dikosongkan, tidak terbuat

dari beton permanen, terletak di lokasi yang mudah dijangkau kenderaan

pengangkut sampah dan harus dikosongkan minimal satu kali 24 jam.

f. Sampah infeksius harus dimusnahkan dengan incinerator dalam suhu 10000C.

Sampah farmasi/obat-obatan yang kadaluarsa atau rusak harus dikembalikan

kepada distributor.

Universitas Sumatera Utara

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

g. Tempat sampah medis dan non medis harus mememenuhi syarat : tidak

mudah berkarat, kedap air, bertutup, mudah dibersihkan dan mudah

dikosongkan.

h. Pengangkutan sampah dimulai dari mengambil sampah dari tempat

penampungan yang ada di setiap ruangan kemudian dibawa dan

dikumpulkan di TPS. Alat yang digunakan harus terpisah antara sampah

medis dan non medis.

i. Alat untuk mengangkut sampah dapat berupa gerobak/trolly dengan syarat

permukaan bagian dalam harus rata dan kedap air, mudah dibersihkan,

mudah diisi dan dikosongkan. Sampah yang akan diangkut oleh Dinas

Kebersihan dikumpulkan pada tempat penampungan sampah sementara

dengan ketentuan mudah dijangkau oleh kendaraan pengangkut sampah,

tidak menjadi tempat bersarangnya tikus dan serangga, jauh dari ruang

perawatan dan dapur, dan bebas dari kemungkinan adanya banjir.

g. Proses Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan

pengaturan terhadap penimbulan, penyimpanan (sementara), pengumpulan,

pemindahan, pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan sampah ke tempat akhir

dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik kesehatan masyarakat

(Dirjen PPM & PL, 2002)

Sampah berdasarkan penggolongan komposisi kimianya dibagi menjadi

sampah organik misalnya sisa makanan dan anorganik misalnya kaleng bekas.

Sampah yang secara alami mudah terurai misalnya sampah basah dan ada juga yang

Universitas Sumatera Utara

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

sukar terurai misalnya plastik adalah didasarkan menurut sifat mengurai.

Berdasarkan mudah tidaknya terbakar dibagi menjadi sampah yang mudah terbakar

misalnya kertas dan sulit tebakar misalnya kaca.

Sistematika Pengelolaan Limbah Padat

a. Proses dari Pemilahan dan pengemasan sampah

Limbah harus dipilah dan dikemas berdasarkan jenisnya misalnya limbah

padat medis non tajam meliputi kapas, perban dimasukkan ke dalam wadah yang

dilapisi kantong plastik warna kuning di dalamnya, hanya limbah padat yang

dimasukkan ke dalam wadah limbah padat medis. Wadah harus selalu dalam

keadaan tertutup.Setelah dua pertiga penuh, kantong plastik diikat dan dipindahkan

ke dalam troli/kontainer beroda khusus limbah medis. Gunakan selalu alat pelindung

diri (sarung tangan, masker, pakaian pelindung dan sepatu khusus). Pemilihan dan

pengemasan sampah sesuai kategori dan dibuat warna kontainer dengan kantong

plastik sesuai lambang sampah serta ada keterangannya.

Untuk limbah padat medis tajam meliputi jarum suntik, botol ampul

dimasukkan ke dalam wadah khusus limbah tajam, khusus jarum suntik dapat

dihancurkan dengan needle burner dimasukkan ke dalam safety box. Setelah dua per

PEMILAHAN DAN PENGEMASAN

PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN

PENAMPUNGAN DAN PENYIMPANAN

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN

PENGAWASAN,

PENCATATAN &

PELAPORAN

PEMBUANGAN

Universitas Sumatera Utara

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

tiga, wadah dipindahkan ke dalam troli/kontainer beroda khusus limbah medis.

Gunakan selalu alat pelindung diri (sarung tangan, masker, pakaian pelindung dan

sepatu khusus).

b. Pengumpulan dan Pengangkutan

Kantong plastik warna kuning yang telah diikat, dimasukkan ke dalam troli

khusus limbah padat medis. Troli dibawa melaui jalur yang telah ditentukan menuju

tempat penyimpanan sementara. Pastikan troli tertutup dengan baik selama

perjalanan dan gunakan APD.

c. Penampungan dan Penyimpanan Sementara

Prosedur penyimpanan sementara untuk limbah padat medis yaitu dimulai

dari dengan memasukkan kantong plastik warna kuning yang berisi limbah padat

medis ke dalam kontainer penyimpanan sementara. Kontainer selalu dalam keadaan

tertutup selama-lamanya 2 x 24 jam harus sudah dipindahkan ke alat pengolah

limbah dan selalu gunakan APD.

d. Pengolahan dan Pemusnahan

Limbah yang sangat infeksius harus disterilisasi dengan pengolahan panas

dan basah seperti autoclave sedini mungkin. Benda tajam harus diolah dengan

incenerator. Setelah incenerasi residu dapat dibuang ke tempat sampah pembuangan

B3.

Limbah sitotoksik tidak boleh dibuang dengan penimbunan(landfill) atau ke

saluran limbah umum. Pembuangan yang dianjurkan yaitu dikembalikan ke

perusahaan panghasil atau distributornya, incenerasi pada suhu tinggi, dan degradasi

kimia. Bahan yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena kadaluarsa

Universitas Sumatera Utara

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

harus dikembalikan ke distributor apabila tidak ada incenerator dan diberi

keterangan bahwa obat tersebut sudah kadaluarsa atau tidak lagi dipakai.

e. Pembuangan Sampah

Pembuangan ke TPA khusus untuk sampah domestik. Alat untuk

mengangkut sampah dapat berupa gerobak/truk kontainer dengan syarat permukaan

bagian dalam harus rata dan kedap air, mudah dibersihkan, mudah diisi dan

dikosongkan. Sampah yang akan diangkut oleh Dinas Kebersihan dikumpulkan

pada tempat penampungan sampah sementara dengan persyaratan sebagai berikut:

mudah dijangkau oleh kenderaan pengangkut sampah, tidak menjadi tempat

bersarangnya tikus dan serangga, jauh dari ruang perawatan dan dapur dan bebas

dari kemungkinan adanya banjir.

2.6.4. Pengelolaan Limbah Cair

a. Kolam Stabilisasi Air Limbah

Menurut Dirjen PPM & PL dan Dirjen Pelayanan Medik tahun 2002 dalam

buku pedoman sanitasi rumah sakit di Indonesia dijelaskan bahwa pengelolaan

limbah cair rumah sakit adalah semua limbah cair yang berasal dari rumah sakit yang

kemungkinan mengandung mikro-organisme, bahan kimia beracun, dan radio aktif

diolah sesuai dengan kemampuan rumah sakit (Dirjen Pelayanan Medik, 2002).

Sistem pengolahan air limbah “kolam stabilisasi” adalah memenuhi semua

kriteria di atas kecuali masalah lahan yang diperlukan, sebab untuk kolam stabilisasi

memerlukan lahan yang cukup luas, maka biasanya sistem ini dianjurkan untuk

rumah sakit di pedalaman atau di luar kota yang biasanya masih tersisa lahan yang

cukup.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

Sistem ini hanya terdiri dari bagian-bagian yang cukup sederhana, yaitu:

Pump Sump (Pompa air kotor), Stabilization Pond (kolam stabilisasi) biasanya 2

buah, bak klorinasi, control room (ruangan untuk kontrol), inlet, interconnection

anrara 2 kolam stabilisasi, out let dari klam stabilisasi menuju ke sistem clorinasi

(bak clorinasi).

a) Kolam Oksidasi Air Limbah

Sistim kolam oksidasi ini telah dipilih untuk pengolahan air limbah rumah

sakit yang terletak di tengah-tengah kota. Karena tidak memerlukan lahan yang luas,

kolam oksidasinya sendiri dibuat bulat atau elip dan air limbah dialirkan secara

berputar agar ada kesempatan lebih lama berkontak dengan oksigen dari udara

(aerasi).

Kemudian air limbah dialirkan ke dalam sedimentation tank untuk

mengendapkan benda-benda padat dan lumpur lainnya. Selanjutnya air yang sudah

nampak jernih dialirkan ke Bak clorinasi sebelum dibuang ke dalam sungai atau

badan air lainnya. Sedangkan lumpur yang mengendap diambil dan dikeringkan pada

Sludge Drying Bed.

Sistim Oxidation Ditch ini terdiri dari komponen-komponen antara lain:

Pump Sump (pompa air kotor), Oxidation Ditch (kolam oksidasi), sedimentation tank

(bak pengendapan), Chlorination Tank (Bak Chlorinasi), Sludge Drying Bed (tempat

mengeringkan lumpur biasanya 1-2 petak) dan Control Room (ruang kontrol).

b) Anaerobic Filter Treatment System

Universitas Sumatera Utara

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

Sistem pengolahan air limbah melalui proses pembusukan anarobik melalui

suatu filter/saringan, dimana air limbah tersebut sebelumnya telah mengalami pre-

treatment dengan septik tank (Inhoff Tank).

Dari proses Anarobic Filter treatment biasanya akan menghasilkan effluent

yang mengandung zat-zat asam organik dan senyawa anorganik yang memerlukan

chlor lebih banyak untuk proses oksidasinya, oleh sebab itu sebelum effluent

dialirkan ke bak chlorinasi ditampung dulu ke dalam bak/ kolam stabilisasi untuk

memberikan kesempatan oksidasi zat-zat tersebut diatas, sehingga akan menurunkan

jumlah chlorine yang dibutuhkan pada proses chlorinasi nanti.

Sistim anaerobik treatment terdiri dari komponen-komponen antara lain

sebagai berikut: Pump Sump (Pompa Air Kotor), Septik Tank (Inhoff Tank),

anaerobic filter, bak stabilisasi, bak chlorinasi, tempat pengeringan lumpur, dan

ruang kontrol.

c) Septik-Tank

Septik-tank dipergunakan untuk mengolah air kotor pada rumah tangga,

termasuk limbah cair rumah sakit. Dengan mengalirnya semua limbah air ke dalam

septik-tank bahaya ini dapat diperkecil. juga dapat diharapkan bahwa dengan lebih

banyaknya kotoran yang dapat larut ke dalam air sehingga lumpur yang harus

ditampung di dalam septik-tank dapat diperkecil.

Frekuensi pembuangan lumpur antara 1 dan 4 tahun. Pada perencanaan akan

dibuat dua macam septik-tank yaitu septik-tank yang lumpurnya harus dibuang

setiap setahun sekali dan septik-tank yang lumpurnya dibuang setiap 4 tahun sekali.

Universitas Sumatera Utara

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

Dasar septik-tank dibuat miring sehingga lumpur dapat berkumpul

menyebelah dan kemudian mengalir dengan sendirinya ke dalam ruang lumpur ke

dua yang letaknya berdampingan dengan septik-tank. Dengan adanya ruang lumpur

kedua ini dapat terjamin bahwa yang dikeluarkan hanyalah lumpur yang betul-betul

sudah menjadi busuk dan stabil serta tidak terdapat lagi bakteri pathogen dan dapat

diharapkan juga tidak dapat mengandung telur-telur cacing.

Pengelolaan air limbah bertujuan untuk :

1. Perlindungan kesehatan masyarakat dari bahaya terjangkitnya penyakit,

karena air limbah merupakan tempat yang baik untuk berkembang biak

bermacam-macam bibit penyakit.

2. Melindungi timbulnya kerusakan tanaman, terutama jika air limbah

mengandung zat-zat yang membahayakan kelangsungan hidup tanaman.

3. Menjamin apabila air limbah dibuang kelingkungan atau ke badan air tidak

merusak badan air.

4. Tidak mengotori sumber air minum seperti sumur penduduk di sekitarnya

5. Tidak mencemarkan alam sekitarnya, misalnya tempat rekreasi, kolam

renang, pemandangan dan tidak menimbulkan bau.

d) Sifat Limbah Cair

Sifat limbah rumah sakit yang dibuang ke saluran meliputi ukuran, fungsi dan

kegiatan rumah sakit mempengaruhi kondisi air limbah yang dihasilkan. secara

umum air limbah mengandung buangan pasien, bahan otopsi jaringan hewan yang

digunakan di laboratorium, sisa makanan dari dapur, limbah laundry, limbah

Universitas Sumatera Utara

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

laboratorium berbagai macam bahan kimia baik toksik maupun non toksik, dan lain-

lain.

Karakteristik kimia, fisik dan biologi limbah rumah sakit bisa mengandung

bermacam-macam mikroorganisme tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat

pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang, dan jenis sarana yang ada.

e) Langkah-langkah pengolahan limbah cair

Menurut Sugiharto (2000) langkah-langkah pengolahan air limbah rumah

sakit.

1. Pengolahan Pendahuluan

Proses ini dilakukan dengan cara pembersihan agar mempercepat dan

memperlancar proses selanjutnya. kegiatan berupa pengambilan benda

terapung dan pengambilan benda yang mengendap seperti pasir. Tahap ini

bertujuan menghilangkan zat padat yang kasar dengan jalan melewatkan air

limbah melalui saringan kasar sehingga benda-benda besar bisa diambil.

2. Pengolahan Pertama

Pengolahan ini bertujuan untuk memisahkan lemak dan minyak yang timbul

dipermukaan kemudian dipisahkan untuk diambil. Kemudian air yang telah

dipisahkan dari benda-benda yang terapung dan minyak seperti di atas

dialirkan ke bak pengolahan kedua.

3. Pengolahan Kedua

Pengolahan ini dirancang untuk dmenguraikan bahan organik seperti yang

terkandung dalam ekskreta, limbah dapur, sabun dan deterjen melalui

Universitas Sumatera Utara

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

mikroorganisme. Umumnya pengolahan ini bersifat aerob karena bakteri

membutuhka oksigen untuk dapat menguraikan limbah.

4. Pengolahan Ketiga

Pengolahan ini digunakan apabila pada pengolahan petama dan kedua masih

banyak terdapat zat yang berbahaya untuk itu diperlukan pengolahan secara

khusus sesuai dengan kandungan zat yang ada di air limbah.

5. Pembunuhan Bakteri

Pengolahan ini bertujuan untuk mengurangi atau membunuh bakteri

mikroorganisme patogen yang ada di air limbah contoh yang sering

digunakan adalah klorin yang dapat mematikan bakteri dengan cara merusak

atau menginaktifkan enzim utama sehingga terjadi kerusakan dinding sel

mikroorganisme.

6. Pengolahan Lanjut

Dari tahap pengolahan yang sudah dilakukan di atas maka hasilnya adalah

berup lumpur yang perlu dilakukan pengolahan secara khusus agar dapat

dimanfaatkan untuk keperluan lain.

2.6.5. Pengelolaan Tempat Pencucian Linen (Laundry)

Laundry adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana

penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan desinfektan, mesin uap (steam boiler),

pengering, meja dan mesin setrika.

1. Suhu pencucian 700C dalam waktu 25 menit atau 950C dalam 10 menit.

2. Ditempat laundry tersedia air bersih dengan air yang memadai, air panas

untuk desinfeksi dan desinfektan.

Universitas Sumatera Utara

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

3. Peralatan cuci diletakkan dekat dengan saluran pembuangan air limbah.

4. Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen infeksius dan non

infeksius.

5. Dilengkapi saluran air limbah tertutup dilengkapi dengan pengolahan awal

sebelum dialirkan ke IPAL.

6. Tersedia ruang terpisah sesuai kegunannya misalnya ruang linen kotor, ruang

linen bersih, ruang perlengkapan kebersihan, ruang perlengkapan cuci, ruang

kereta linen, kamar mandi dan ruang pengering.

7. Perlakuan yang ada: Pemilahan antara bahan infeksius dan non infeksius,

menghitung dan mencatat linen di ruangan, mmenimbang berat linen sesuai

kapasitas mesin cuci, deterjen dan desinfektan. Membersihkan linen kotor

dari tinja, urin, darah, muntahan dan merendam dengan desinfektan.

Kemudian mencuci berdasarkan tingkat kekotorannya. Dilanjutkan

pengeringan, penyetrikaan dan penyimpanan sesuai jenisnya dan pintu lemari

tertutup. Petugas harus memakai pakaian kerja khusus, APD dan dilakukan

pemeriksaan kesehatan secara berkala dan immunisasi Hepatitis B.

2.6.6. Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang Pengganggu Lainnya

Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya adalah upaya

untuk mengurangi populasi serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya

sehingga keberadannya tidak menjadi vektor penularan penyakit, termasuk

didalamnya adalah nyamuk, kecoa, tikus, lalat, kucing dan anjing. Pencegahan

dengan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M (mengubur, menguras, menutup),

pembuangan air limbah dalam saluran tertutup, pembersihan tanaman sekitar agar

Universitas Sumatera Utara

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

tidak menjadi tempat perindukan nyamuk, pemasangan kawat kasa di seluruh

ruangan. Menyimpan bahan makanan dan minuman secara tertutup, pengelolaan

sampah yang baik, menutup lubang atau celah agar kecoa tidak masuk ke ruangan.

Melakukan penutupan saluran terbuka, lubang di dinding, plafon, pintu dan jendela

agar tikus tidak masuk. Agar binatang pengganggu lain tidak masuk perlu

melakukan pengelolaan makanan dan pengelolaan sampah dengan baik.

Dalam hal ini keadaan hygiene sanitasi yang tidak baik dapat dikurangi dan

dihilangkan sesuai dengan Permenkes Nomor 1204 / Menkes / X / 2004 tentang

persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Sebagai tempat umum merupakan

bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem pelayanan kesehatan yang

memerlukan perhatian dan penanganan yang serius dari aspek hygiene sanitasinya.

Untuk menangani hal tersebut diperlukan penelitian yang mendasar bagi manusia

dan sanitasi dasar yang ada di lingkungan dengan cara mengamati penerapan

persyaratan hygiene sanitasi dasar sebagai tujuan penelitian.

2.6.7. Dekontaminasi dengan Disinfeksi dan Sterilisasi

Desinfeksi adalah proses menurunkan jumlah mikroorganisme penyebab

penyakit atau yang berpotensi patogen dengan cara fisika atau kimiawi. Proses

disnfeksi harus didahului dengan proses dekontaminasi atau pencucuian yang

memadai dengan menghilangkan sebagian besar kuman yang terdapat pada

permukaan benda. Sedangkan sterilisasi adalah suatu proses perlakuan terhadap

bahan atau barang dimana pada akhir proses tidak dapat ditunjukkan adanya

mikroorganisme pada bahan/barang tersebut.(Dirjen PM dan PL,2002).

Universitas Sumatera Utara

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

2.7. Konsep Perilaku

2.7.1. Batasan Perilaku

Menurut Notoadmodjo (2003) dari segi biologis, perilaku adalah suatu

kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Dengan kata

lain kata lain perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik

yang dapat diamati langsung seperti berbicara, berjalan, tertawa, dan sebagainya.

Skinner dalam Notoadmomodjo (2003) merumuskan bahwa perilaku merupakan

respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (ransangan dari luar).

2.7.2. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organism) terhadap

stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan

kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan.

Seorang ahli bernama Becker dalam Notoadmodjo (2003) membuat klasifikasi

perilaku kesehatan menjadi tiga yaitu: perilaku hidup sehat, perilaku sakit, dan

perilaku peran sakit.

1. Perilaku Hidup Sehat

Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya

atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya,

antar lain:

a. Makan dengan menu seimbang

b. Olah raga teratur

c. Tidak merokok

d. Tidak minum minuman keras dan narkoba

Universitas Sumatera Utara

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

e. Istirahat cukup

f. Mengendalikan stress

g. Perilaku atau gaya hidup yang positif bagi kesehatan.

2. Perilaku Sakit

Perilaku sakit mencakup respon seseorang terhadap sakit, pengetahuan

tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya

(Notoadmodjo, 2003).

3. Perilaku Peran Sakit

Dari segi sosiologis, orang sakit (pasien) mempunyai peran, yang mencakup

hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Hak dan

kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama

keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit (the sick role).

Perilaku ini meliputi:

a. Tindakan untuk mendapat kesembuhan.

b. Mengenal/mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/penyembuhan penyakit

yang layak. Mengetahui hak (hak memperoleh perawatan, memperoleh

pelayanan kesehatan dan sebagainya) serta kewajiban orang sakit

(memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada dokter dan

petugas kesehatan.

2.7.3. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Perilaku

Menurut Green yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003), faktor-faktor yang

merupakan penyebab perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor presdiposisi seperti

pengetahuan, sikap keyakinan, dan nilai, berkenaan dengan motivasi seseorang

Universitas Sumatera Utara

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

bertindak. Faktor pemungkin atau faktor pendukung (enabling) perilaku adalah

fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau memfasilitasi terjadinya

perilaku seseorang atau masyarakat. Terakhir faktor penguat seperti keluarga,

petugas kesehatan dan lain-lain.

2.7.4. Domain Perilaku

Menurut Notoadmodjo (2003) meskipun perilaku adalah bentuk respon atau

reaksi terhadap stimulus atau ransangan dari luar organism (orang), namun dalam

memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari

orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun simulusnya sama bagi

beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang

membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku.

Didalam Notoadmodjo (2003) dijelaskan bahwa Benyamin bloom seorang

ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia kedalam 3 (tiga) domain yaitu:

kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam perkembangannya, teori Bloom ini

dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yaitu: pengetahuan

(knowledge), sikap (attitude), tindakan (practice).

1. Pengetahuan (Knowledge)

Defenisi pengetahuan menurut Notoadmodjo (2003) adalah hasil dari tahu

yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Pengetahuan yang ada pada diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab

masalah kehidupan yang dihadapinya sehari-hari dan digunakan untuk menawarkan

Universitas Sumatera Utara

Page 50: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini pengetahuan dapat diibaratkan

sebagai suatu alat yang dipakai manusia dalam menyelesaikan persoalan yang

dihadapi (Notoadmodjo, 2003).

2. Sikap (Attitude)

Menurut Zimbardo dan Ebbesen dalam Ahmadi (2007) sikap adalah suatu

presdiposisi (keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau objek yang

berisi komponen-komponen cognitive, affective, dan behavior. Secara umum dalam

Ahmadi (2007) dapat disimpulkan bahwa sikap adalah kesiapan merespon yang

sifatnya positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten.

Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap dalam Ahmadi (2007) ada

dua hal, yaitu:

a. Faktor intern

Yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini

berupa selectivity atau daya pulih seseorang untuk menerima dan mengolah

pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Pilihan terhadap pengaruh dari luar

itu biasanya disesuaikan dengan motif dan sikap didalam diri manusia,

terutama yang menjadi minat perhatiannya. Misalnya orang yang sangat haus

akan memperhatikan peransang yang dapat menghilangkan hausnya itu dari

peransang-peransang yang lain.

b. Faktor ekstern

Yaitu faktor yang terdapat diluar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi

sosial diluar kelompok.

Universitas Sumatera Utara

Page 51: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap

terbentuk dalam hubungannya dengan suatu objek, orang, kelompok, lembaga, nilai,

melalui hubungan antara individu, hubungan didalam kelompok, komunikasi surat

kabar, buku, poster, radio, televisi dan sebagainya, terdapat banyak kemungkinan

yang mempengaruhi timbulnya sikap. Lingkungan yang terdekat dengan kehidupan

sehari-hari banyak memiliki peranan. Keluarga yang terdiri dari orang tua, dan

saudara-saudara dirumah, memiliki peranan yang penting (Ahmadi, 2007).

Fungsi Sikap:

a. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri

b. Sikap berfungsi sebagai alat pengukur tingkah laku

c. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman

d. Sikap berfungsi sebagai alat pernyataan kepribadian

3. Tindakan (Practise)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor-faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas.

Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak

lain.

Tindakan mempunyai beberapa tingkatan yaitu:

a. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek

b. Respon Terpimpin (Guided Response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai.

Universitas Sumatera Utara

Page 52: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34915/5/Chapter II.pdf · Pengertian Sanitasi ... XI / 1992 tentang Pedoman Organisasi

c. Mekanisme (Mecanism)

Dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu

sudah merupakan kebiasaan.

d. Adopsi (Adoption)

Suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya

tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan.

2.8. Kerangka Konsep

1. Perilaku Hygiene Perawat • Pengetahuan • Sikap • Tindakan

2. Fasilitas sanitasi meliputi:

1) Penyediaan air bersih.

2) Toilet/ Kamar Mandi 3) Pengelolaan Limbah

Padat. 4) Pengelolaan Limbah

Cair. 5) Pengelolaan Tempat

Pencucian Linen . 6) Pengendalian

Serangga dan Tikus dan binatang penggangu lainnya.

7) Dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi.

Pencegahan Infeksi Nosokomial di RSUD

Perdagangan Kabupaten Simalungun

Universitas Sumatera Utara