bab ii tinjauan dan landasan teori ii.1 tinjauan umum …thesis.binus.ac.id/doc/bab2/2012-1-00690-ar...

32
7 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II.1.1 Redesain Redesain yang berasal dari kata redesign terdiri dari 2 kata, yaitu re- dan design. Dalam Bahasa Inggris, penggunaan kata re- mengacu pada pengulangan atau melakukan kembali, sehingga redesign dapat diartikan sebagai design ulang. Beberapa definisi redesain dari beberapa sumber : - Menurut American Heritage Dictionary (2006) “redesign means to make a revision in the appearance or function of”, yang dapat diartikan membuat revisi dalam penampilan atau fungsi. - Menurut Collins English Dictionary (2009), ”redesign is to change the design of (something)”, yang dapat diartikan mengubah desain dari (sesuatu). - Menurut Salim’s Ninth Collegiate English-Indonesian Dictionary (2000), redesign berarti merancang kembali. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa redesain mengandung pengertian merancang ulang sesuatu sehingga terjadi perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang ulang identik dengan membangun kembali karya arsitektur yang dirasakan kurang tepat guna. Heinz Frick dan Bambang Suskiyanto (2007), mengartikan kata-kata membangun kembali dengan membongkar secara seksama dan atau memperbaiki kesalahan yang telah dibangun. Membangun kembali juga berarti menggunakan kembali gedung yang sudah ada tetapi tidak dimanfaatkan lagi seperti fungsi semula. Redesain dalam arsitektur dapat dilakukan dengan mengubah, mengurangi ataupun menambahkan unsur pada suatu bangunan Redesain perlu direncanakan secara matang, sehingga didapat hasil yang efisien, efektif, dan dapat menjawab masalah yang ada dalam bangunan tersebut.

Upload: trandiep

Post on 09-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

7  

BAB II

TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI

II.1 Tinjauan Umum

II.1.1 Redesain

Redesain yang berasal dari kata redesign terdiri dari 2 kata, yaitu re-

dan design. Dalam Bahasa Inggris, penggunaan kata re- mengacu pada

pengulangan atau melakukan kembali, sehingga redesign dapat diartikan

sebagai design ulang. Beberapa definisi redesain dari beberapa sumber :

- Menurut American Heritage Dictionary (2006) “redesign means to

make a revision in the appearance or function of”, yang dapat diartikan

membuat revisi dalam penampilan atau fungsi.

- Menurut Collins English Dictionary (2009), ”redesign is to change the

design of (something)”, yang dapat diartikan mengubah desain dari

(sesuatu).

- Menurut Salim’s Ninth Collegiate English-Indonesian Dictionary

(2000), redesign berarti merancang kembali.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa redesain

mengandung pengertian merancang ulang sesuatu sehingga terjadi

perubahan dalam penampilan atau fungsi.

Dalam arsitektur, merancang ulang identik dengan membangun

kembali karya arsitektur yang dirasakan kurang tepat guna. Heinz Frick dan

Bambang Suskiyanto (2007), mengartikan kata-kata membangun kembali

dengan membongkar secara seksama dan atau memperbaiki kesalahan yang

telah dibangun. Membangun kembali juga berarti menggunakan kembali

gedung yang sudah ada tetapi tidak dimanfaatkan lagi seperti fungsi semula.

Redesain dalam arsitektur dapat dilakukan dengan mengubah,

mengurangi ataupun menambahkan unsur pada suatu bangunan Redesain

perlu direncanakan secara matang, sehingga didapat hasil yang efisien,

efektif, dan dapat menjawab masalah yang ada dalam bangunan tersebut.

Page 2: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

8  

Redesain yang dilakukan dengan penambahan baru pada bangunan

harus memperhitungkan interaksi antara bangunan yang lama dengan

bangunan yang baru. Dibner (1985), menjelaskan beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam merancang bangunan tambahan, antara lain :

• Ukuran dan bentuk. Ukuran dan bentuk bangunan yang ada tidak perlu

harus tetap sama ketika penambahan baru dirancang. Namun, desain

penambahan harus dilihat sebagai satu unit dengan keseluruhan

bangunan.

• Lahan. Kebanyakan bangunan ditambahkan secara horizontal daripada

vertikal. Oleh sebab itu, ukuran lahan yang memadai menjadi sangat

penting.

• Struktur. Sebelum desain struktural dari bangunan baru dimulai, sistem

struktur bangunan yang ada harus ditinjau kecukupannya untuk

menangani efek dari penambahan baru. Jika penambahan baru

berdekatan dengan pijakan yang ada dan dinding pondasi, harus

dirancang dan dibangun sangat hati-hati untuk menghindari

mengganggu stabilitas bangunan yang ada.

• Sistem Mekanikal dan Elektrikal. Sistem mekanikal dan elektrikal

dalam sebuah bangunan umumnya telah dirancang sesuai dengan

kebutuhan dari bangunan tersebut. Dengan adanya penambahan baru

pada bangunan tentunya membutuhkan sistem mekanikal dan elektrikal

baru yang dapat menjawab kebutuhan baru, baik yang berasal dari

bangunan lama dan bagian tambahan dari bangunan.  

Page 3: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

9  

II.1.2 Wisma Atlet

- Pengertian wisma

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), wisma mengandung 2

pengertian yaitu : 1) bangunan untuk tempat tinggal, kantor, dsb;

gerha; 2)  kumpulan rumah; kompleks perumahan; permukiman.

- Pengertian atlet

Dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) didapatkan pengertian

atlet, yaitu olahragawan; terutama yang mengikuti perlombaan atau

pertandingan (kekuatan, ketangkasan, dan kecepatan).

Dari 2 pengertian tersebut, dapat disimpulkan pengertian wisma atlet

adalah sebuah bangunan yang diperuntukkan bagi atlet atau olahragawan

sebagai hunian sementara dan dapat menjadi penunjang kegiatan atlet dalam

rangka mengikuti pertandingan.

Dalam sebuah makalah yang berkaitan dengan program pembangunan

fisik Gelora Senayan, Prof. Drs. Andyana Manuaba (1983) menjelaskan

berbagai kriteria seputar permukiman atlet, diantaranya harus dapat

menciptakan satu situasi dan kondisi yang sehat, aman, nyaman, dan efisien,

sehingga tidak mengurangi kesehatan, kesegaran, den prestasi atlet. Apabila

permukiman atlet merupakan gedung bertingkat, maka perlu pengaturan

sebagaimana yang seharusnya, yakni ada kamar-kamar tidur, restaurant,

lobby, dan segala perlengkapannya, ruang rapat, dan seterusnya,

sebagaimana layaknya sebuah hotel.

Hotel merupakan sebuah sarana akomodasi komersial yang ditujukan

sebagai fasilitas bermukim sementara. Lamanya waktu konsumen menginap

di sebuah hotel bervariasi, tergantung beberapa hal, di antaranya kepentingan

konsumen dan daya tarik hotel. Durasi bermukim tersebut menjadi salah satu

dasar klasifikasi hotel, yang dapat dibedakan menjadi :

• Transit Hotel, yaitu hotel dengan waktu inap tidak lama (harian).

Rancangan seperti ini perlu dilengkapi berbagai fasilitas yang dapat

memberikan layanan kepada konsumen dalam waktu singkat, misalnya

laundry, restoran, dan agen perjalanan.

Page 4: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

10  

• Semiresidential Hotel, yaitu hotel dengan rata-rata waktu inap

konsumen cukup lama (mingguan). Rancangan hotel seperti ini perlu

dilengkapi berbagai fasilitas yang dapat memberikan layanan yang

membuat konsumen yang bermukim relatif lama tidak bosan, misalnya

dengan penyediaan fasilitas kebugaran dan rekreasi.

• Residential Hotel, yaitu hotel dengan waktu kunjungan tergolong lama

(bulanan). Oleh karena tamu menginap dalam durasi lama, maka

suasana ‘homy’, nyaman, dan aman adalah aspek yang dapat membuat

tamu-tamu merasa betah berada di hotel tersebut. Rancangan hotel

seperti ini perlu dilengkapi berbagai fasilitas yang dapat memberikan

layanan konsumen serupa dengan layanan kehidupan sehari-hari,

misalnya fasilitas perbelanjaan, fasilitas kebugaran, dan fasilitas

rekreasi. (Endy Marlina, 2008).

Time Saver Standard yang dikutip dalam Endy Marlina (2008),

mejelaskan pembagian ruang-ruang hotel dalam 2 kelompok, yaitu bagian

depan (front of the house) dan bagian belakang (back of the house), yang

pengaturan fungsinya sebagai berikut:

1. Back of the house, biasanya diisi berbagai fasilitas sebagai berikut:

a. Fasilitas laundry

Luasan ruang laundry tergantung dari aktivitas yang ada di

dalamnya. Untuk hotel berbintang, laundry cukup luas dan berfungsi

sebagai tempat mencuci, mengeringkan, setrika, dan mesin press

yang digunakan untuk melayani tamu dan juga karyawan (Rutes, W.

& Penner, 1992).

b. Housekeeping Department

Ruang ini mempunyai berbagai fungsi yang meliputi ruang kepala

departemen dan ruang asisten. Selain itu, juga dibuat gudang untuk

menyimpan peralatan yang digunakan oleh housekeeper dan tempat

khusus untuk menjahit kain sprei, sarung bantal dan gorden yang

dipersiapkan untuk pelayanan kamar tamu hotel.

Page 5: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

11  

c. Servis makanan dan sayuran

Aktivitas ini tidak terlalu membutuhkan ruang yang luas karena

makanan dan sayuran tersebut selalu berjalan dan tidak bertahan

lama di tempat tersebut. Setelah selesai diperiksa, ditimbang dan

disahkan, bahan pangan akan dikirim ke gudang yang kering atau

basah sesuai kebutuhan, atau dimasukan ke dalam pendingin untuk

diawetkan. Khusus makanan kaleng, botol, atau makanan instan

lainnya yang tidak membutuhkan lemari pendingin, akan

dipindahkan ke gudang yang kering. Sayuran akan langsung dibawa

ke tempat memasak. Pada bagian ini lemari es sangat diperlukan.

Board untuk memotong sayuran juga harus sesuai dengan ketinggian

manusia sehingga memudahkan pekerjaan memasak. Untuk

minuman seperti susu, penyimpanan dilakukan di dalam lemari es

khusus yang terpisah dari sayuran, ikan, dan daging.

d. Ruang Mekanikal

Ruangan ini berisi peralatan untuk heating dan cooling yang berupa

tangki dan pompa untuk menjaga sistem operasi mekanikal sesuai

kebutuhan.

2. Front of the house, berisi ruang-ruang seperti berikut:

a. Ruang registrasi tamu

Penempatan ruang registrasi harus terlihat dan berada di area lobby.

Tidak ada aturan yang pasti tentang panjang meja registrasi ini,

tetapi hotel berbintang yang mempunyai kamar berjumlah 100

sampai 200 kamar akan memerlukan dua meja agar dapat melayani

semua pengunjung dengan cepat. Dalam area tersebut juga dipasang

alat pengontrol yang bekerja secara elektrik untuk membantu tamu

yang akan check in dan check out.

b. Servis penyimpanan kunci

Pada hotel berbintang, area penyimpanan kunci kamar dan area

penerima tamu ditempatkan terpisah.

Page 6: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

12  

c. Kasir

Penempatan kasir berhadapan dengan registration desk. Untuk hotel

berbintang yang memiliki beberapa restoran dan fasilitas komersial

yang lain, perlu dilakukan pengaturan khusus untuk keuangan yaitu

melalui deposit box yang aman. Jika cara ini digunakan, pihak hotel

harus bekerja sama dengan pihak bank.

d. Ruang Administrasi

Peletakan ruang administrasi harus berhubungan langsung dengan

lobby. Untuk hotel berbintang, terdapat ruang manajer administrasi

beserta ruang asistennya dan juga terdaoat ruang resepsionis yang

berada di antara lobby dan ruang manajer. Untuk hotel yang lebih

modern, terdapat ruang untuk menyediakan makanan bagi manajer

dan asistennya.

e. Lobby

Lobby adalah ruangan yang cukup luas yang terletak dekat

penerimaan tamu di front office. Ruangan tempat duduk-duduk hotel

biasanya berada di lobby, yang merupakan semacam ruang tunggu.

Selain itu, ruangan ini juga dilengkapi tempat duduk yang terpisah,

yang disediakan bagi tamu untuk beristirahat dan bersantai sambil

membaca atau menonton televisi, dan lain-lain. Penataan ruang

lobby sebaiknya lebih menonjol daripada ruang lainnya, yang dapat

dilihat dari finishing, warna, material, pencahayaan, dan

dekorasinya.

f. Fasilitas transportasi vertikal mekanik (elevator)

Untuk menambah kenyamanan konsumen, sebuah hotel yang

berupa bangunan bertingkat harus dilengkapi dengan alat

transportasi vertikal mekanik, biasanya berupa lift (elevator).

Penempatan elevator harus dapat terlihat oleh publik dari berbagai

arah sehingga harus pula berdekatan dengan entrance dan

registration desk.

Page 7: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

13  

g. Guest Room

Dalam menentukan rancangan guest room, pertimbangan pertama

terletak pada ukuran ruang. Panjang dan lebar ruangan ditentukan

oleh jumlah furnitur yang mengisi ruangan dan tingkat kemewahan

suatu hotel. Guest room yang paling umum terdapat dalam suatu

hotel adalah twin bed room, single bed room, dan suites room.

h. Fasilitas restoran

Restoran pada hotel harus memperhatikan kenyamanan termasuk

coffee shop, yang dapat dipenuhi dengan pelayanan yang cepat dan

variasi menu. Tamu-tamu yang ingin makan di restoran dan bar

yang ada di hotel dapat memesan di tempat yang disediakan oleh

hotel. Ada beberapa hotel yang menyediakan klab-klab malam di

mana para tamu dapat menikmati musik dan berdansa sambil

menikmati hidangan makanan dan minuman yang dipesan.

i. Koridor

Berdasarkan pertimbangan kenyamanan sirkulasi, panjang

koridor pada hotel maksimal adalah 30 m.

Selain bagian kamar, kenyamanan sebuah hotel juga ditentukan

oleh pengaturan sirkulasinya, yang secara umum dapat dibedakan

menjadi 2, yaitu:

• Public circulation (sirkulasi publik), terbagi lagi menjadi dua,

yaitu resident guest dan non-resident guest.

Kedua jalur sirkulasi ini harus cukup terpisah dan simpel,

dimulai dari entrance foyer (lobby). Jika terdapat ‘ballroom

suite’ maka peletakannya harus terpisah dari blok ruang tidur

dan juga dari public room lainnya di hotel. Akses langsung

dari reception area ke blok ruang tidur harus dihindari, dan

jalur sirkulasi untuk non-resident guest tidak boleh melalui

blok ruang tidur. Harus ada akses dari ruang tidur ke public

rooms dan entrance, serta diusahakan ada akses ‘resident

only’ dari ruang tidur ke dining room.

Page 8: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

14  

• Service circulation (sirkulasi staf dan servis duct), harus

terpisah dari sirkulasi publik. Tidak boleh terjadi sirkulasi

silang di antara keduanya.

j. Kamar mandi guest room

Kamar mandi juga perlu dilengkapi dengan kotak obat di luar

kamar mandi, peletakan handuk yang strategis dan mudah dicapai,

serta dirancang dengan material dinding dan lantai anti licin.

Sebuah wisma atlet, jika menerapkan fungsi layaknya sebuah hotel,

perlu dipertimbangkan lagi mengenai beberapa hal, antara lain:

- Penggunaan variasi kelas guest room. Hal tersebut akan menimbulkan

rasa ketidakadilan dalam diri atlet. Manuaba (1983), menegaskan bahwa

sejauh mungkin harus diatur supaya setiap atlet merasa adanya keadilan

di dalam memberikan kamar dan merasa mudah untuk mencapai fasilitas

lainnya. Rasa tidak adanya keadilan akan berakibat luas pada prestasi

mereka.

- Fasilitas restaurant atau kantin pada wisma atlet harus dibuat sedemikian

rupa, sehingga dapat merangsang nafsu makan, misalnya dengan

penggunaan warna yang tepat dan pengaturan menu makanan.

Pengaturan menu makanan dapat dilakukan dengan keanekaragaman

menu yang disiapkan dalam bentuk self-service. (Manuaba, 1983)

Self-service atau biasa disebut buffet service merupakan sistem pelayanan

restoran, di mana semua makanan secara lengkap (dari hidangan

pembuka, sup, hidangan utama, hidangan penutup, dsb) telah ditata dan

diatur dengan rapi di atas meja hidang atau meja prasmanan, tamu bebas

mengambil sendiri hidangannya sesuai selera, sedangkan minuman pada

umumnya disajikan oleh pelayan (Charlita Okke Silvanne, 2010).

- Perlu diusahakan suatu situasi dan kondisi seperti di rumah untuk

melenyapkan kebosanan dan kejemuan yang berakibat luas pada prestasi,

apalagi kalau peristiwa olah raga itu berjalan cukup lama (Manuaba,

1983).

Page 9: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

15  

II.1.3 Perilaku dan Hubungannya dengan Arsitektur

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 3 (2001), pengertian

perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau

lingkungan. Menurut Joyce Marcella (2004), kata perilaku menunjukkan

manusia dalam aksinya, berkaitan dengan semua aktivitas manusia secara

fisik; berupa interaksi manusia dengan sesamanya ataupun dengan

lingkungan fisiknya. Arti perilaku mencakup perilaku yang kasatmata,

seperti makan, menangis, memasak, melihat, bekerja, dan perilaku yang

tidak kasat mata, seperti fantasi, motivasi, dan proses yang terjadi pada

waktu seseorang diam atau secara fisik tidak bergerak.

Altman dalam Sriti Mayang Sari (2003), menjelaskan bahwa manusia

dan alam lingkungan pada hakikatnya merupakan satu kesatuan yang tidak

dapat dipisahkan. Senada dengan hal tersebut, Winston Churchill dalam

Joyce Marcella (2004), mengemukakan “We Shape Our Buildings and

afterwards our buildings shape us” yang dapat diartikan kita membentuk

bangunan kita, setelah itu bangunan membentuk kita.

Pamudji Suptandar (1994), menjelaskan bahwa banyak sekali

perencanaan atau perancangan yang tidak didasarkan atas behavior (yang

dapat berupa hobby, pekerjaan, kegiatan, kebiasaan dan semua hal yang

menyangkut sifat dan perilaku) dari orang-orang yang akan memakainya,

maka apabila perencanaan tersebut selesai dilaksanakan pada akhirnya tidak

dirasakan kenikmatannya oleh si pemakai. Dengan premis dasar bahwa

perancangan arsitektur ditujukan untuk manusia, maka untuk mendapatkan

perancangan yang baik, arsitek perlu mengerti apa yang menjadi kebutuhan

manusia. (Joyce Marcella, 2004).

Page 10: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

16  

II.2 Tinjauan Khusus

II.2.1 Kelelahan

Dalam kehidupan sehari-hari, bila kita melakukan aktivitas fisik berat,

misalnya melakukan olahraga berat, maka akan timbul kelelahan. Beberapa

definisi kelelahan menurut berbagai sumber :

- Menurut Giriwijoyo, Kartinah, dan Sulianti (2008), kelelahan adalah

menurunnya kualitas dan kuantitas kerja atau olahraga yang

disebabkan oleh karena (akibat dari) melakukan kerja atau olahraga

yang telah dilakukan sebelumnya

- Dinangsit (2009) mendefinisikan kelelahan (fatigue) sebagai rasa capek

yang tidak hilang waktu istirahat, yang dapat berupa kelelahan fisik

ataupun mental.

- Menurut Indra Darma Sitepu (2008),  Kelelahan adalah suatu tanda

yang bersifat sebagai pengaman yang memberitahukan tubuh bahwa

kerja yang dilakukan telah mendekati batas maksimal kemampuannya.

Kelelahan pada dasarnya merupakan keadaan fisiologis normal yang

dapat dipulihkan dengan beristirahat.

Kelelahan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu kelelahan fisik dan

kelelahan mental. Kelelahan fisik terjadi ketika otot tidak dapat melakukan

kegiatan apa pun semudah seperti sebelumnya, sedangkan kelelahan mental

terjadi ketika kita tidak dapat memusatkan pikiran seperti sebelumnya

(Dinangsit, 2009)

Menurut Med Express (2009), kelelahan menunjukkan beberapa gejala,

antara lain:

1. Nyeri otot dan persendian.

2. Lemah otot dan keletihan.

3. Kehilangan motivasi

4. Menghindari latihan fisik

5. Kekurangan energi, sulit berkonsentrasi, dan melaksanakan tugas-tugas

biasa.

6. Rasanya ingin tidur untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiran.

7. Mata merah, berair, dan teriritasi

Page 11: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

17  

Sedangkan menurut Suma’mur yang dikutip oleh Sudana (2009), ada

30 gejala kelelahan yang terbagi dalam 3 kategori yaitu :

1. Menunjukkan terjadinya pelemahan kegiatan.

Perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki merasa

berat, sering menguap, merasa kacau pikiran, menjadi mengantuk,

merasakan beban pada mata, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak

seimbang dalam berdiri, mau berbaring.

2. Menunjukkan terjadinya pelemahan motivasi

Merasa susah berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak

berkonsentrasi, tidak dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu,

cenderung untuk lupa, kurang kepercayaan, cemas terahadap sesuatu,

tidak dapat mengontrol sikap, tidak dapat tekun dalam pekerjaan.

3. Menujukkan gambaran kelelahan fisik akibat keadaan umum

Sakit kepala, kekakuan di bahu, merasa nyeri di punggung, terasa

pernafasan tertekan, haus, suara serak, terasa pening, spasme dari

kelopak mata, tremor pada anggota badan, merasa kurang sehat.

Manuaba (1983), menyebutkan beberapa faktor yang mempercepat

timbulnya kelelahan, antara lain :

- Situasi atau pekerjaan yang monotoni

- Beban fisik dan mental yang berat dan lama

- Mikro-klimat yang tidak memadai

- Mental psikologis

- Penyakit, kurang gizi, rasa sakit dalam melakukan pekerjaan.

Andiningsari (2009), mengemukakan beberapa penyebab dasar

kelelahan yang berasal dari individu, antara lain:

1. Stress dan emosi

2. Depresi

3. Penyakit medis

4. Chronic Fatigue Dysinfection Syndrome (CFIDS)

5. Gangguan tidur

6. Gizi

Page 12: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

18  

Penurunan kualitas dan kuantitas kerja atau olahraga yang disebabkan

oleh karena intensitas dan durasi kerja atau olahraga menyebabkan gangguan

homeostasis (Giriwijoyo, dkk, 2008). Homeostasis adalah salah satu aspek

penting bagi seseorang untuk tetap mampu melakukan aktivitas fisik dengan

baik. Jika terjadi gangguan homeostasis, maka kemampuan seseorang untuk

melakukan aktivitas fisik pun menjadi terganggu. Dinangsit (2009),

menjelaskan gangguan homeostasis dapat disebabkan oleh beberapa hal

berikut :

1. Sumber energi tidak diperoleh.

2. Terganggunya keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh yang

disebabkan terjadinya dehidrasi.

3. Timbunan sampah metabolisme akibat dari melakukan aktivitas fisik

yang berat.

Timbunan sampah metabolisme yang berupa asam laktat ini dapat

terjadi karena jumlah oksigen yang masuk melalui pernafasan lebih

kecil dari tingkat kebutuhan, sehingga reaksi oksidasi dalam tubuh

menjadi tidak seimbang. (Eraliesa, 2009)

Gangguan homeostasis pada ketiga keadaan tersebut di atas secara

subjektif akan terasa sebagai kelelahan yang bersifat akut sampai pada yang

bersifat kronis. Kelelahan yang bersifat kronik terjadi oleh karena tidak

sempurnanya pemulihan dari kelelahan sebelumnya yang menyebabkan

terjadinya akumulasi kelelahan. Akumulasi kelelahan terjadi akibat

gangguan homeostasis berkepanjangan yang menyebabkan menurunnya

kinerja sel. Kelelahan kronis berdampak buruk bagi penampilan atlet pada

hari-hari berikutnya oleh karena atlet harus bertanding dalam kondisi

homeostasis yang tidak normal, yang akan menjadi semakin tidak normal

dengan tidak sempurnanya pemulihan setiap setelah pelatihan, dan

khususnya setelah pertandingan (Giriwijoyo,dkk, 2008).

Selain beberapa faktor di atas, kesesakan juga mempengaruhi kelelahan

pada individu. Gifford (1987), menyatakan bahwa kesesakan adalah

perasaan subjektif akan terlalu banyaknya orang di sekitar individu.

Sedangkan Altman (1975), mendefinisikan kesesakan sebagai persepsi

Page 13: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

19  

subjektif individuakan keterbatasan ruang dikarenakan stimulus spasial dan

sosial yang berlebih dan mekanisme regulasi-privasi tidak bekerja secara

efektif sehingga privasi yang didapat kurang dari yang diinginkan.

Reaksi individu terhadap kesesakan cukup beragam, misalnya

mengeluh, meninggalkan tempat hingga berusaha beradaptasi dengan

mengubah lingkungan atau menyesuaikan diri. Apabila strategi

penanggulangan masalah yang dilakukan berhasil mengatasi

ketidaknyamanan yang timbul akibat rasa sesak yang dialami, akan muncul

kemampuan adaptasi dalam ruangan padat yang menimbulkan kesesakan,

tetapi apabila strategi penanggulangan masalah yang dimiliki tidak mampu

mengatasi ketidaknyamanan yang timbul, maka individu dapat mengalami

tegangan kembali yang menguras tenaga dan pikirannya dan apabila hal ini

terus dibiarkan individu dapat mengalami gangguan fisiologis maupun

psikologis.

Gangguan fisiologis akibat kesesakan berupa kenaikan tekanan darah

dan detak jantung, selain itu kesesakan dapat menimbulkan penyakit seperti

gangguan dalam pencernaan. Secara psikologis, individu dapat mengalami

gangguan dalam penampilan kerja atau prestasi kerja yang menurun, suasana

hati yang cenderung murung,berkurangnya keinginan menolong dan

kecenderungan untuk melihat orang lain dari sisi buruk hingga gangguan

mental (Zuhriyah, 2007).

II.2.2 Pemulihan

Proses pemulihan atau recovery sangat dibutuhkan saat tubuh telah

mengalami rasa lelah yang berat. Pemulihan yang baik adalah apabila

dengan proses pemulihan tersebut seseorang tidak merasa lelah akibat

aktivitas fisik sebelumnya saat orang itu harus melakukan aktivitas fisik

selanjutnya.. Dalam melakukan suatu sesi peatihan, seoarang atlet

membutuhkan teknik-teknik pemulihan efektif agar atlet tesebut mampu

mengikuti sesi latihan selanjutnya dengan baik, tanpa mengalami kelelahan

(Dinar Dinangsit, 2009).

Page 14: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

20  

Hakekat pemulihan adalah pengembalian kondisi homeostasis pada

kondisi yang normal. Kelelahan yang timbul akibat sumber energi dalam

tubuh terkuras habis karena melakukan aktivitas fisik yang berat atau

berlangsung lama dapat diatasi dengan memulihkan sumber energi di dalam

tubuh (Giriwijoyo, dkk, 2008). Pemasukan energi yang rendah dapat

mengakibatkan kehilangan massa otot, gangguan fungsi menstruasi,

kehilangan atau kegagalan untuk mendapatkan kepadatan tulang, suatu

peningkatan resiko kelelahan, cedera dan penyakit, dan suatu proses

pemulihan yang memanjang (American College of Sport Medicine, 2009).

Oleh sebab itu perlu diperhatikan kebutuhan nutrisi seimbang atlet untuk

mencapai pemulihan homeostasis.

Pemulihan terhadap kelelahan oleh penyebab yang manapun, sudah

harus pulih dalam waktu 24 jam sejak dimulainya pertandingan. Pemulihan

dapat terjadi secara spontan, akan tetapi dapat pula dipercepat melalui upaya

rekayasa (Giriwijoyo, dkk, 2008). Kalau tidak terlalu berat kelelahan bisa

hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup. Selain melakukan istirahat dan

tidur, banyak referensi yang mengatakan bahwa alangkah baik apabila para

pekerja keras setelah mengalami kelelahan yang berlebihan untuk pemulihan

mandi air hangat (Dinar Dinangsit, 2009).

Pemulihan dapat dilakukan secara aktif dan pasif. Pemulihan aktif bisa

dilakukan dengan lari ringan, renang santai, atau melakukan olahraga

lainnya dengan intensitas yang rendah. Pemulihan pasif dilakukan dengan

menggunakan rangsangan dari luar, yaitu seperti massage, berendam di air

hangat, whirlpool, atau mandi dengan uap (spa) (Dinar Dinangsit, 2009).

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pemulihan

merupakan aspek penting yang sangat dibutuhkan dalam mencapai kondisi

fisik atlet yang prima, sehingga atlet dapat melakukan aktivitasnya dengan

baik dan optimal, baik saat latihan, maupun pertandingan. Oleh sebab itu

perlu diupayakan berbagai metode dan cara pemulihan untuk mencapai hasil

yang optimal, beberapa diantaranya dengan memanfaatkan fasilitas berikut :

Page 15: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

21  

1. Fasilitas Spa

Kata dan konsep SPA berasal dari masa Kekaisaran Romawi.

Pada masa itu terjadi pertempuran hebat. Kemudian, dicari suatu cara

untuk memulihkan pasukan militernya dari luka-luka dan penyakit.

Dari usaha tersebut dirancang tempat mandi atau tempat berendam di

sekitar sumur-sumur air panas untuk menyembuhkan badan mereka

yang sakit. Tempat ini disebut “aquae” dan perawatan mandinya

disebut “Sanus Saban Aquam” yang artinya kesehatan oleh/melalui air

atau “Squash per Aqua” (SPA).

SPA merupakan suatu fasilitas pusat pemulihan kesehatan fisik

maupun spiritual (Rejuvenation Center) dengan aktivitas relaksasi dan

penyegaran seperti health screening, wellness center dan SPA and

beauty center yang dikemas dengan pendekatan-pendekatan alamiah

yang mengkombinasikan pemanfaatkan teknologi tinggi dan teknik-

teknik tradisional.

Sebagai fasilitas perawatan kesehatan dan kecantikan yang

memanfaatkan air, terdapat beberapa terminologi SPA (air) yaitu:

a) Hydrotherapy, adalah istilah umum untuk terapi air, terdiri dari

whirpool bath, hot roman pool, hot tub, Jacuzzi, dan mandi

mineral.

b) Balneotherapy, adalah istilah umum untuk perawatan air mineral

yang menggunakan sumber air panas, mineral, atau air laut.

c) Crenotherapy (Crounotherapy), adalah semua jenis perawatan

dengan menggunakan air mineral, lumpur, dan uap air.

d) Thalassotherapy (Thalasso berarti laut dalam Bahasa Yunani);

perawatan ini menggunakan manfaat produk laut sebagai vitamin

dan mineral. (Endy Marlina, 2008)

2. Fasilitas Massage

Massage dalam bahasa Indonesia dapat juga disebut pijat.

Massage atau pijat tidak hanya berkhasiat membuang rasa lelah dan

stres, tetapi juga dipercaya menjaga kebugaran, sekaligus

meningkatkan kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitasya.

Page 16: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

22  

Massage adalah suatu proses untuk mempercepat sirkulasi darah dalam

otot. Dengan semakin cepat sirkulasi darah dalam jaringan, maka

semakin cepat pula rasa pulih akan tercapai. (Dinar Dinangsit,2009)

Pada saat ini ada beberapa jenis massage yang telah

dikembangkan dan telah dipergunakan dengan umum seperti massage

kecantikan, Thai massage, Warm Stone massage, Shiatsu massage,

Swedish / Sport massage, dan lain-lain. (Nova dalam Sitepu, 2007).

Coach yang dikutip oleh Sitepu (2007), menyatakan Sport massage

merupakan terapi yang sangat efektif untuk mengurangi kelelahan otot

dan menyeimbangkan sistem musculoskeletal, apabila dilakukan secara

teratur dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan kerja otot

yang berlebihan. Berdasarkan atas penelitian yang telah dilakukan oleh

para ahli, sport massage memberikan dampak yang positif dalam

menurunkan tingkat kelelahan (fatigue) dari atlet dan juga dapat

meningkatkan prestasi diri mereka. Adapun efek dari pemberian sport

massage seperti yang antara lain :

• Mengurangi tingkat kelelahan otot.

• Menguraikan asam laktat dan memperlancar aliran darah.

• Merelaksasi otot.

• Meredakan ketegangan otot.

• Mencegah terjadinya cedera.

• Mempercepat penyembuhan akibat dari overuse otot.

• Memberikan rasa nyaman pada tubuh dan pikiran.

Selain dengan melakukan kegiatan istirahat, pemulihan aktif, dan

pemulihan pasif, penerapan warna yang tepat juga dapat membantu proses

pemulihan. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Sriti Mayang Sari (2003),

Sebuah lingkungan binaan akan mempunyai nilai penyembuhan lebih jika

implementasi warna diaplikasikan secara tepat.

Menurut Helen Graham dalam Charlita Okke Silvanne (2010),

penggunaan warna dalam penyembuhan bukanlah hal yang baru. Sekarang

bidang ini disebut terapi warna, yang merupakan penemuan kembali dari

beberapa prinsip dan praktek yang sudah diketahui sejak zaman dahulu kala.

Page 17: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

23  

Berikut ini beberapa efek psikologis yang dapat ditimbulkan oleh warna

yang dikemukakan oleh Helen Graham, yaitu:

1. Merah

Memberi energi pada kaki, tungkai, pinggul, sendi pinggul, dasar

tulang punggung, prostat, testis, saluran kemih dan kelamin. Warna ini

merangsang aktivitas fisik dan vitalitas, perasaan aman, stabil, percaya

diri, dan kehangatan. Warna ini dapat digunakan pada benda-benda

atau hal-hal di dalam ruang atau gedung di mana dibutuhkan aktivitas

fisik yang tinggi dan di ruang bermain anak-anak.Warna ini sebaiknya

tidak digunakan pada anak-anak, dan orang dewasa yang hiperaktif,

yang menggunakan kekerasan dan agresif, atau pada situasi kerja yang

menggunakan mesin-mesin yang bisa berbahaya dan membutuhkan

konsentrasi, ruang untuk membaca, atau kamar tidur.

2. Oranye

Warna ini memberi energi pada hati, limpa, pankreas, ginjal, dan

kandung kemih. Warna ini merangsang metabolisme, pencernaan,

penghilangan racun, daya tahan terhadap penyakit, energi-energi fisik

dan emosi, seksualitas, penampilan atlet dan selera fisik, mengatur

keseimbangan gula dan cairan di dalam tubuh.Warna ini dapat

digunakan pada ruang bermain, ruang latihan, sanggar tari, dan ruang

olah raga, atau tempat terjadi perkumpulan sosial. Warna ini sebaiknya

tidak digunakan pada ruang istirahat.

3. Kuning

Kuning memberi energi pada kelenjar adrenalin, sistem saraf simpatik,

sehingga memberikan energi pada otot, denyut jantung, pencernaan,

dan peredaran darah. Warna ini merangsang saluran pencernaan,

aktivitas mental, kejelasan mental, alasan lisan, dan kekuatan kemauan.

Warna kuning baik digunakan untuk ruang baca dan belajar, ruang

pertemuan sosial dan tempat di mana diperlukan pembicaraan yang

hidup, dan untuk dekorasi ruang atau gedung yang digunakan oleh

anak-anak yang mengalami kesulitan belajar. Warna ini sebaiknya

Page 18: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

24  

tidak digunakan pada anak dan orang dewasa yang hiperaktif, agresif,

atau memiliki kelainan perilaku, dan ruang istirahat.

4. Hijau

Memberi energi pada kelenjar timus, warna ini merangsang jantung,

paru-paru, bronchus, lengan, tangan, kulit, peredaran darah sirkuler,

dan sistem daya tahan tubuh. Hijau menunjukkan perasaan yang positif,

kasih sayang, dan kepekaan. Warna ini cocok digunakan untuk ruangan

dimana dibutuhkan ketenangan dan kedamaian, diperlukan kepekaan

atau aktivitasnya melibatkan sentuhan fisik, serta ruang-ruang istirahat.

5. Biru langit

Memberi energi pada kelenjar tiroid sehingga memberi energi pada

metabolisme, pengendalian suhu tubuh. Warna ini merangsang suara,

ungkapan diri, komunikasi, tanggung jawab pribadi, dan pendengaran.

Warna ini cocok digunakan untuk kamar tidur, ruang istirahat, klinik,

setiap ruangan atau bangunan yang digunakan untuk prosedur klinik,

penyimpan produk susu, penyimpanan dingin, dan bagi mereka yang

sedang menderita gangguan insomnia dan mengalami shock. Warna ini

sebaiknya tidak digunakan pada anak atau orang dewasa yang

mengalami kedinginan atau menggigil, dan bagi penderita kekurangan

fungsi tiroid atau metabolisme yang lambat.

6. Biru gelap

Memberi energi pada kelenjar pineal. Warna ini merangsang otak

bagian bawah, sistem saraf pusat dan sistem endokrin terutama hormon

serotonin dan melatonin. Karena itu biru gelap merangsang aktivitas

hormonal di seluruh tubuh, proses-proses yang tidak disadari, imajinasi,

pemahaman, naluri dan kemampuan psikis atau paranormal. Warna ini

baik untuk digunakan pada ruang-ruang kontemplasi (renungan) dan

meditasi. Jangan gunakan warna ini untuk ruang bermain atau pusat

aktivitas fisik.

7. Ungu atau violet

Memberikan energi pada kelenjar pituitary. Warna ini merangsang otak

bagian atas dan sistem saraf, kreativitas, ilham, estetika (keindahan),

Page 19: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

25  

kemampuan artistick, dan cita-cita luhur. Warna ini cocok untuk

dihunpada orang-orang yang ingin mengilhami aktivitas artistik, estetik,

imajinatif, dan spiritualitas, memfasilitasi pemusatan perhatian yang

jelas, kesadaran dan meditasi, ruang-ruang teater, ruang kelas anak-

anak. Warna ini sebaiknya tidak digunakan untuk ruangan yang

digunakan untuk hiburan atau di mana kita menginginkan adanya

percakapan, atau di ruangan dan bangunan yang ditinggali oleh orang

yang memiliki gangguan mental, terutama mereka yang menderita

delusi (pikiran atau pandangan yang tidak berdasar atau tidak rasional)

atau depersonalisasi (kehilangan rasa memiliki identitas pribadi) atau

kecenderungan untuk mengundurkan diri.

Meskipun demikian, belum adanya keseragaman pendapat yang

universal terhadap efek warna tertentu menyebabkan wacana warna

sebagai mediasi penyembuhan sering dianggap tidak ilmiah. Pada

kenyataannya beberapa riset yang mengangkat topik healing color

tidak jarang menghasilkan simpulan yang beragam, tidak persis sama,

bahkan bertentangan. Meskipun demikian, perspektif warna

mempunyai signifikansi dari sisi psikologis makin diterima, bukan saja

oleh kalangan psikolog, namun meluas sampai ke desain dan arsitektur.

(Sriti Mayang Sari, 2003)

II.2.3 Rancangan Permukiman Atlet yang Mengupayakan Solusi untuk

Masalah Kelelahan

Permukiman atlet di daerah tempat pertandingan seringkali menjadi

tempat hunian sementara atlet yang akan mengikuti pertandingan. Untuk

mencapai kesegaran fisik dan mental yang baik, kenyamanan tinggal

ditempat tersebut harus benar-benar diperhatikan Berdasarkan pemikiran

tersebut, ada baiknya kalau pemukiman atlet dapat direncanakan dengan

memperhatikan prinsip-prinsip Ergonomi (Manuaba, 1983).

Fokus perhatian dari sebuah kajian ergonomis akan mengarah ke upaya

pencapaian sebuah perancanganan desain suatu produk yang memenuhi

persyaratan ‘fitting the task to the man’ (Granjean, 1982), sehingga setiap

Page 20: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

26  

rancangan desain harus selalu memikirkan kepentingan manusia, yakni

perihal keselamatan, kesehatan, keamanan maupun kenyamanan.

Untuk melaksanakan kajian atau evaluasi (pengujian) bahwa desain

sudah memenuhi persyaratan ergonomis adalah dengan mempertimbangkan

faktor manusia, dalam hal ini ada empat aturan sebagai dasar perancangan

desain, yakni :

• Memahami bahwa manusia merupakan fokus utama perancangan

desain, sehingga hal-hal yang berhubungan dengan struktur anatomi

(fisiologik) tubuh manusia harus diperhatikan, demikian juga dengan

dimensi ukuran tubuh (anthropometri).

• Menggunakan prinsip-prinsip kinesiologi dalam perancangan desain

(studi mengenai gerakan tubuh manusia dilihat dari aspek

biomechanics), tujuannya untuk menghindarkan manusia melakukan

gerakan kerja yang tidak sesuai, tidak beraturan dan tidak memenuhi

persyaratan efektivitas efisiensi gerakan.

• Pertimbangan mengenai kelebihan maupun kekurangan (keterbatasan)

yang berkaitan dengan kemampuan fisik yang dimiliki oleh manusia di

dalam memberikan respon sebagai kriteria-kriteria yang perlu

diperhatikan pengaruhnya dalam perancangan desain.

• Mengaplikasikan semua pemahaman yang terkait dengan aspek

psikologi manusia sebagai prinsip-prinsip yang mampu memperbaiki

motivasi, attitude, moral, kepuasan dan etos kerja.

Selain unsur di atas perlu diperhatikan juga pengaruh lingkungan

terhadap manusia. Lingkungan Fisik manusia antara lain dipengaruhi oleh :

1. Cahaya; Mata diharapkan memperoleh cahaya yang cukup,

pemandangan yang menyenangkan, menenangkan pikiran, tidak silau,

dan nyaman. Pencahayaan yang kurang dapat mengakibatkan kelelahan

pada mata.

2. Kebisingan; aspek yang menentukan tingkat gangguan bunyi terhadap

manusia adalah lama waktu bunyi terdengar, intensitas, besarnya arus

energi, dan frekuensi.

Page 21: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

27  

3. Getaran mekanis; Getaran mekanis dapat diartikan sebagai getaran-

getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat mekanis. Gangguan yang

ditimbulkan dapat mempercepat datangnya kelelahan dan

menyebabkan timbulnya beberapa penyakit.

4. Temperatur; temperatur yang terlalu panas akan mengakibatkan cepat

timbulnya kelelahan tubuh, sedangkan temperatur yang terlalu dingin

membuat gairah kerja menurun.

5. Kelembaban; Jika udara panas dan kelembaban tinggi, terjadi

pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran dan denyut jantung

makin cepat.

6. Warna; permainan warna dalam desain memberi dampak psikologis

bagi pengamat dan pemakainya. (Wardani, 2003)

Usaha penerapan prinsip-prinsip ergonomi harus sudah dimulai dalam

merencanakan dan mengelola permukiman olahragawan atau atlet, sehingga

keberadaan mereka di tempat tersebut benar-benar dalam situasi, kondisi

sehat, aman, nyaman, dan efisien karena dengan adanya ergonomi, beban

tambahan yang tidak perlu dapat dihilangkan (Manuaba, 1983)

Page 22: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

28  

II.3 Studi Banding dan Studi Literatur

Wisma Fajar (Studi lapangan mengenai bangunan eksisting pada tapak)

Wisma Fajar pada awalnya difungsikan sebagai mess karyawan

Singapura yang bekerja di Jakarta, bangunan tersebut dibangun pada tahun 1974

dan difungsikan pada tahun 1980. Keadaan ruang pada Wisma Fajar dirasakan

kurang sesuai untuk hunian atlet. Foto 2.1. Wisma Fajar, Senayan

(Sumber : dokumentasi pribadi)

Wisma Fajar terdiri dari 3 tower yang memiliki 11 lantai, dengan pembagian :

- Lantai dasar, terdapat ruang ME, carport (tidak berfungsi sebagai carport, di

beberapa tower, pada carport terdapat toko dan musholla), dan gudang. Gambar 2.1 Denah lantai dasar Wisma Fajar

(Sumber : dokumentasi pribadi)

Foto 2.2 Lantai dasar Wisma Fajar

(Sumber : dokumentasi pribadi)

Page 23: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

29  

- Lantai 2 sampai dengan 11 (10 lantai), terdapat 2 unit tipikal. Gambar 2.2 Unit Hunian Wisma Fajar beserta ruangnya

(Sumber : dokumentasi pribadi)

Pada tiap unitnya terdapat beberapa ruang, antara lain :

• 1 ruang duduk

• 4 ruang tidur, termasuk ruang tidur pembantu

• 3 kamar mandi, termasuk kamar mandi pembantu

• 1 dapur

• 1 ruang jemur

• 1 balkon

Sebagian besar unit digunakan sebagai hunian, pada beberapa lantai juga

difungsikan untuk kantor.

Page 24: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

30  

Foto 2.3Unit dengan fungsi kantor

(Sumber : dokumentasi pribadi)

Lantai 12 (atap), terdapat ruang mesin lift. Gambar 2.3 Denah lantai 12 Wisma Fajar

(Sumber : dokumentasi pribadi)

Transportasi vertical menggunakan lift (dengan kapasitas 3-5 orang) dan tangga Foto 2.4 Alat transportasi vertikal pada Wisma Fajar

(Sumber : dokumentasi pribadi)

Secara umum, Wisma Fajar dapat dikatakan belum memenuhi standar

keselamatan. Wisma fajar dengan ketinggian 12 lapis, tidak memiliki tangga

kebakaran yang terpisah dengan tangga sirkulasi.

Page 25: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

31  

Pada Wisma Fajar hanya terdapat sebuah kantin yang terletak di samping

parkir motor, tidak ada penghubung langsung antara Wisma Fajar dengan kantin

tersebut, sehingga akan sulit untuk diakses pada kondisi tertentu, misalnya saat

hujan. Kondisi kantin tersebut juga kurang nyaman dan kurang sehat, hal ini

dapat disimpulkan dari letaknya yang dekat dengan area parkir, memungkinkan

makanan tercemar oleh gas buangan kendaraan bermotor dan debu.

Wisma Atlet Ragunan (Studi lapangan mengenai wisma atlet)

Wisma Atlet Ragunan berada di dalam kawasan Gelora Ragunan, Jakarta

Selatan. Wisma atlet Ragunan memiliki 3 lantai hunian dengan total 72 kamar,

20 kamar pada lantai 1, 26 kamar pada lantai 2. Lantai 1 dikhususkan untuk atlet

putri, lantai 2 dikhususkan untuk atlet putra, dan lantai 3 khusus untuk atlet

pelatnas. Foto 2.5 Wisma Atlet Ragunan

(Sumber : dokumentasi pribadi)

(Sumber : dokumentasi pribadi)

Fasilitas yang disediakan oleh wisma atlet Ragunan, antara lain :

• Unit hunian, yang terdiri dari uang tidur dengan kapasitas maksimal

untuk 4 orang, kamar mandi, dan ruang jemur. Gambar 2.4 Unit hunian Wisma Atlet Ragunan

(Sumber : dokumentasi pribadi)

Page 26: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

32  

• Ruang serbaguna berkapasitas 50-60 orang yang difungsikan sebagai

ruang seminar, kumpul pelatih, dan briefing. Foto 2.6 Ruang serbaguna

(Sumber : dokumentasi pribadi)

• Ruang makan. Selain sebagai tempat untuk makan bersama para atlet,

tempat ini sering digunakan sebagai ruang bersama, misalnya untuk

sosialisasi, briefing, dsb. Foto 2.8 Ruang makan

(Sumber : dokumentasi pribadi)

• Ruang duduk dan menonton televisi. Pada Wisma Ragunan, atlet tidak

diperkenankan membawa peralatan elektronik seperti televisi, computer,

laptop, dsb karena dikhawatirkan dapat menyebabkan atlet tidak fokus

pada program pembinaan. Namun, Wisma Atlet Ragunan menyediakan

ruang menonton pada setiap lantainya, sehingga atlet tetap dapat

memperoleh hiburan, tetapi tetap tekontrol dengan adanya pembatasan

waktu. Foto 2.7 Ruang duduk dan menonton

(Sumber : dokumentasi pribadi)

Page 27: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

33  

Youth Olympic Village, Singapore (Studi literatur mengenai wisma atlet)

Perkampungan atlet ini menghabiskan lahan sekitar 55 hektar untuk

kawasan hunian dan alun-alun atau plasa. Memiliki 10 bangunan wisma yang

dapat menampung kurang lebih 5.000 atlet internasional dan tim ofisial. Wisma

menggunakan pengamanan dengan keycard.

Fasilitas umum yang terdapat pada bangunan wisma, antara lain Ruang

tidur diperuntukkan bagi 2 orang dengan fasilitas ranjang, kursi, dan meja

belajar, toilet dan fasilitas shower, ruang televisi, ruang pertemuan, ruang

ibadah, self service laundry, dan ruang medis. Dilengkapi dengan pelayanan 24

jam pada front desk, petugas kebersihan, dan jasa laundry untuk pribadi dan

seragam tim. Fasilitas lainnya adalah ruang makan yang terbagi menjadi 2, yaitu

ruang makan utama yang dapat menampung 1.800 orang dan ruang makan

casual/ santai dapat menampung 450 orang. Makanan yang disediakan telah

dikonsultasikan dengan ahli nutrisi. Selain itu juga dilengkapi dengan fasilitas-

fasilitas pendukung olahraga dan rekreasi. Gambar 2.5 Ruang-ruang pada YOV

(Sumber : Google)

The Walters Art Gallery (Studi literature mengenai penambahan bangunan

baru)

Walters Art Gallery berlokasi di Baltimore, Maryland dengan luas area

28.000 ft2. Bangunan ini merupakan karya arsitek Delano dan Aldrich yang

selesai pada tahun 1905. Pada tahun 1974 terdapat penambahan luas area sebesar

100.000 ft2 pada bangunan ini untuk fungsi ruang pameran, pertokoan,

perpustakaan, dan auditorium. Proyek ini melibatkan berbagai pihak diantaranya

arsitek (Shepley Bulfinch Richardson & Abott), asosiasi arsitek (Meyer, Ayers,

dan Saint Baltimore), structural engineer (Ewel Bombardt & Bombardt dan

asosiasi), dan mechanical electrical engineer (Egli and Gomf, Inc).

Page 28: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

34  

Gambar 2.6 The Walters Art Gallery

(Sumber : Building Addition Design)

Pada proyek dilakukan penambahan bangunan secara horizontal dengan

7 lantai pada bangunan baru yang disesuaikan dengan ketinggian bangunan lama

yang hanya berjumlah 4 lantai. Bangunan baru dirancang dengan 2 lantai di

bawah tanah dan 2 lantai teratas yang tersembunyi dari fasad agar tercipta

keseimbangan dengan bangunan lama yang membentuk satu kesatuan. Gambar 2.7 Site plan The Walters Art Gallery

(Sumber : Building Addition Design)

Gambar 2.8 Potongan The Walters Art Gallery

(Sumber : Building Addition Design)

Page 29: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

35  

Warna dan tekstur dari bangunan baru juga menyesuaikan dengan fasad

batu kapur pada bangunan lama. Pada bangunan tambahan dinding eksterior

terdiri dari kaca yang oleh layar beton untuk memberikan penyebaran cahaya

alami tidak langsung untuk pameran. Di sudut-sudut bangunan, bukaan antara

layar memungkinkan sinar matahari langsung dan pemandangan ke luar.

II.5 Kesimpulan Sementara

Redesain yang dapat diartikan merancang ulang identik dengan

membangun kembali karya arsitektur yang dirasakan kurang tepat guna.

Redesain dapat dilakukan dengan mengubah, mengurangi ataupun

menambahkan unsur pada suatu bangunan, sehingga didapat hasil yang efesien,

efektif, dan dapat menjawab masalah yang ada dalam bangunan tersebut.

Wisma atlet harus dirancang sebagaimana layaknya sebuah hotel, yang di

dalamnya terdapat ruang-ruang tidur, restaurant, lobby, ruang rapat, fasilitas

laundry, housekeeping, dsb. Dalam wisma atlet perencanaan dan perancangan

harus memperhatikan aspek keadilan dan dapat menghadirkan suasana seperti di

rumah. Restaurant untuk atlet meggunakan sistem self-service.

Perencanaan atau perancangan wisma atlet perlu memperhatikan

behavior (yang dapat berupa hobby, pekerjaan, kegiatan, kebiasaan dan semua

hal yang menyangkut sifat dan perilaku) dari orang-orang yang akan

memakainya karena perancangan arsitektur ditujukan untuk manusia, maka

untuk mendapatkan perancangan yang baik, arsitek perlu mengerti apa yang

menjadi kebutuhan manusia.

Kelelahan merupakan salah satu behavior dari atlet yang perlu mendapat

perhatian khusus karena kelelahan pada atlet menyebabkan menurunnya kualitas

dan kuantitas kerja atau olahraga yang akan berakibat negatif pada pencapaian

prestasi atlet. Kelelahan dapat dibedakan menjadi kelelahan fisik dan kelelahan

mental. Penyebab kelelahan dapat berasal dari faktor eksternal dan internal.

Penyebab eksternal antara lain beban dan intensitas pekerjaan yang tinggi,

pekerjaan ataupun kegiatan yang monoton, kondisi lingkungan (kebisingan, suhu

udara, pencahayaan, dsb), dan kesesakan, sedangkan faktor internal dipengaruhi

oleh keadaan individu itu sendiri yang dapat berupa status gizi, gangguan tidur,

penyakit, dan kondisi psikis individu.

Page 30: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

36  

Kelelahan oleh penyebab manapun sudah harus pulih dalam waktu 24

jam. Oleh sebab itu diperlukan berbagai metode untuk mempercepat proses

pemulihan. Pemulihan dapat dilakukan antara lain dengan memulihkan sumber

energi, istirahat, pemulihan pasif, dan pemulihan aktif. Pemulihan sumber energi

dapat diperoleh dengan kegiatan makan yang sesuai dengan standar kebutuhan

nutrisi. Istirahat dapat dilakukan dengan kegiatan duduk, bersantai, ataupun

tidur. Pemulihan pasif dapat dilakukan dengan spa dan massage, sedangkan

pemulihan aktif dapat dilakukan dengan kegiatan olahraga ringan, seperti

berenang, berjalan, dan bersepeda santai. Selain itu, penerapan warna yang tepat

juga dapat membantu proses pemulihan.

Untuk mencapai kondisi fisik dan mental yang baik, pemukiman atlet

harus direncanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip ergonomi, di mana

setiap rancangan desain harus selalu memikirkan kepentingan manusia, yakni

perihal keselamatan, kesehatan, keamanan maupun kenyamanan. Beberapa hal

yang perlu diperhatikan dalam penerapan prinsip ergonomi adalah ukuran tubuh

manusia, gerak tubuh manusia, keterbatasan manusia, aspek psikologi, dan

faktor lingkungan yang mempengaruhi manusia, seperti cahaya, kebisingan,

getaran mekanis, temperatur, kelembaban, dan warna.

Dari hasil studi banding, didapatkan fakta bahwa kondisi pada Wisma

Fajar sangat berbeda dengan kondisi wisma atlet pada umumnya, seperti pada

Wisma Atlet Ragunan dan YOV. Umumnya wisma atlet terdiri dari unit hunian,

ruang makan, ruang bersama atau ruang pertemuan, fasilitas laundry, ruang

menonton, ruang medis, dan ruang ibadah. Pada Wisma Atlet Ragunan juga

disediakan ruang jemur pada unit hunian karena kebanyakan atlet yang

menempatinya lebih memilih mencuci pakaian sendiri secara manual.

Page 31: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

37  

BAB III

PERMASALAHAN

Untuk menyusun konsep perancangan dalam kasus redesain Wisma Fajar

Senayan untuk fungsi wisma atlet yang mendukung pemulihan kelelahan, perlu

diketahui permasalahan-permasalahan apa saja yang mungkin akan dihadapi selama

proses perancangan. Dalam hal ini perlu memperhatikan beberapa aspek, antara lain :

1. Aspek manusia

Dengan mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas dan kebutuhan

manusia sebagai pelaku kegiatan, antara lain seperti: gaya hidup, kebiasaan, nilai-

nilai dan sistem yang dianut, standard-standard kenyamanan (dimensi tempat duduk,

dimensi ruang, dimensi furniture). Dalam hal ini permasalahan yang perlu dikaji,

antara lain :

Bagaimana program ruang yang dapat menjawab kebutuhan atlet akan pemulihan

kelelahan?

2. Aspek Ruang

Dengan mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan ruang dalam suatu

bangunan yang dapat berupa ruang privat, maupun ruang publik. Pertimbangan

dapat berupa faktor kenyamanan dalam ruang (kenyamanan thermal, akustik,

pencahayaan), organisasi ruang, hubungan ruang, penggunaan warna dan material

dalam ruang, sirkuasi dalam ruang, penggunaan furniture yang sesuai, dsb.

Bagaimana merancang ruang yang dapat mendukung proses pemulihan kelelahan

atlet?

3. Aspek lingkungan

Dengan mempertimbangkan hal-hal yang ada pada tapak, yang dapat berupa

sirkulasi dari lingkungan menuju bangunan dan sebaliknya, vegetasi pada tapak,

faktor ketidaknyamanan yang berasal dari lingkungan (suhu dan kelembaban udara,

kebisingan, dan radiasi matahari), dsb.

Bagaimana meminimalisir ketidaknyamanan lingkungan yang dapat mengganggu

proses pemulihan kelelahan?

Bagaimana memanfaatkan potensi lingkungan sehingga dapat mendukung proses

pemulihan kelelahan atlet?

Page 32: BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00690-AR BAB 2.pdf · perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang

38  

4. Aspek Bangunan

Dengan mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan bangunan, yang dapat

berupa sistem utilitas, massa bangunan, struktur bangunan fasad bangunan, material

pada bangunan, dsb.

Bagaimana sistem-sistem dalam bangunan yang dapat mendukung proses

pemulihan kelelahan, serta tidak menambah beban lelah bagi atlet?