bab ii tinjauan pustakarepository.ump.ac.id/7428/3/witri astuti bab ii.pdf · 2018-02-22 · b)...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori Medis
1. Definisi
a. Definisi Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro,
2007 : h. 180).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa
bantuan (Manuaba, 2010 ; h. 164).
Jadi persalinan dapat didefinisikan sebagai suatu proses
pengeluaran hasil dari konsepsi yang berupa janin dan uri yang telah
cukup bulan dan mampu hidup diluar kandungan.
Tanda – tanda persalinan menurut (Manuaba, 2010 ; h.173) antara
lain :
1) Terjadinya his persalinan
a) Pinggang terasa nyeri yang menjalar ke depan.
b) Sifatnya teratur, interfal makin pendek, dan kekuatannya makin
besar.
c) Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks.
d) Makin beraktifitas kekuatan makin bertambah.
8
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
2) Pengeluaran lendir
Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan :
a) Pendataran dan pembukaan.
b) Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis
servikalis lepas.
c) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.
3) Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menyebabkan
pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang
pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan
persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.
4) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks (Manuaba,
2010 ; h. 169) :
a) Perlunakan serviks.
b) Pendataran serviks.
c) Terjadi pembukaan serviks.
b. Mekanisme persalinan
Mekanisme persalinan merupakan cara penyesuaian diri dan
lewatnya janin melalui panggul ibu. Ada enam gerakan dengan
overlapping yaitu :
1) Penurunan
Penurunan yaitu meliputi engagement pada diameter oblique kanan
panggul, berlangsung terus selama persalinan normal pada waktu
janin melalui jalan lahir. Pada primigravida sebelum persalinan mulai
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
sudah harus terjadi penurunan kepala yang jelas dalam proses
engagement. Pada multi mungkin engagement tidak akan terjadi
sampai persalinan betul-betul berjalan baik (Oxorn, 2010 ; h. 84).
2) Flexi
Efek dari pada flexi adalah untuk merubah diameter terendah dari
occipitofrontalis menjadi suboccipito bregmatica yang lebih kecil dan
lebih bulat (Oxorn, 2010 ; h. 84).
3) Putar paksi dalam
Keelastisitasan diafragma pelvis dan tekanan intrauterine yang
disebabkan oleh his yang berulang-ulang, maka kepala mengadakan
rotasi (Wiknjosastro, 2007 ; h. 189).
4) Ekstensi
Setelah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubu kecil
dibawah simfisis, maka dengan suboksiput sebagai hipomoklion,
kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan. Dengan
kekuatan his bersamaan dengan kekuatan mengedan maka berturut-
turut tampak bregma, dahi, muka, dan akhirnya dagu (Wiknjosastro,
2007 ; h. 189).
5) Putaran paksi luar
Gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk
menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak
(Wiknjosastro, 2007 ; h. 189).
6) Ekspulsi
Kepala telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan
belakang selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dahulu, baru
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
kemudian bahu belakang. Demikian pula dilahirkan trokanter depan
terlebih dahulu, baru kemudian trokanter belakang kemudian bayi
lahir seluruhnya (Wiknjosastro, 2007 ; h. 314).
7) Proses persalinan
Menurut (Wiknjosastro, 2007 : h. 181) persalinan dibagi menjadi 4
kala yaitu :
a) Kala I serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. Kala I
dinamakan kala pembukaan.
b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan
lengkap sampai bayi lahir.
c) Kala III dinamakan kala uri dimana uri plasenta terlepas dari
dinding uterus dan dilahirkan.
d) Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 2 jam setelah
melahirkan.
8) Partograf
Untuk dapat menjamin keberhasilan partograf dengan baik maka
partograf tidak dipergunakan pada kasus (Manuaba, 2010 ; 158) :
a) Wanita hamil dengan tinggi badan kurang dari 145 cm.
b) Perdarahan antepartum.
c) Pre-eklamsia berat dan eklamsia.
d) Persalinan prematur.
e) Persalinan bekas seksio sesaria atau bekas operasi rahim
(uterus).
f) Persalinan dengan hamil ganda.
g) Kelainan letak.
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
h) Pada keadaan gawat janin.
i) Dugaan kesempitan panggul.
j) Persalinan induksi.
k) Hamil dengan anemia.
c. Definisi Ketuban pecah dini
Ketuban dinyatakan pecah dini apabila terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung (Saifudin, 2006 ; h. 218).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum awitan
persalinan, tanpa memperhatikan usia gestasi (Varney, 2007 ; h. 788).
Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah sebelum ada tanda –
tanda inpartu, dan setelah ditunggu satu jam belum juga mulai ada tanda
– tanda inpartu. Early ruptur of membrane adalah ketuban yang pecah
pada saat fase laten (Manuaba, 2003 ; h. 72).
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban
sebelum persalinan (Wiknjosastro, 2008 ; h. 677).
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput janin sebelum
persalinan dimulai (Norwitz, 2007 ; h. 119).
Ketuban pecah dini adalah suatu keadaan dimana selaput ketuban
pecah pada kehamilan yang telah viabel dan 6 jam setelah itu tidak diikuti
dengan terjadinya persalinan (Achadiat, 2004 ; h. 81).
Dengan demikian ketuban pecah dini dapat didefinisikan pecahnya
selaput ketuban pada fase laten tanpa memandang usia kehamilan dan
setelah ditunggu 6 jam tidak segera diikuti proses persalinan.
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
2. Etiologi
Ada beberapa faktor yang merupakan penyebab ketuban pecah dini
a. Infeksi
Inveksi yang dimaksud disini seperti vaginosis bakterial, trikomonas, dan
gonore, (Varney, 2007 : h. 788).
1) Vaginosis bakterial merupakan sindrom klinik akibat pergantian flora
normal vagina dengan bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi.
Vaginosis bacterial telah diasosiasikan dengan gangguan kehamilan
termasuk abortus spontan pada kehamilan trimester pertama dan
kedua, kelahiran prematur, rupture membrane yang prematur,
persalinan yang prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah,
korioamnionitis, endometritis pasca persalinan, dan infeksi pasca
operasi sesar (Wiknjosastro, 2009 ; h. 928).
2) Trikomonas merupakan penyakit infeksi protozoa yang disebabkan
oleh tricomonas vaginalis yang menyerang traktus urogenitalis
bagian bawah bila infeksi ini ditemukan pada trimester dua kehamilan
dapat mengakibatkan premature rupture membrane, bayi berat lahir
rendah, dan abortus (Wiknjosastro, 2009 ; h. 927).
3) Gonore selama kehamilan telah diasosiasikan dengan pelvic
inflammatory disease (PID), infeksi ini sering ditemukan pada
trimester pertama sebelum korion berfungsi dengan desidua dan
mengisi kavum uteri. Pada tahap lanjut gonore diasosiasikan dengan
rupture membran yang premature, kelahiran premature,
korioamnionitis, dan infeksi pasca persalinan (Wiknjosastro, 2009 ; h.
925).
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
b. Serviks yang inkompetensia merupakan ketidakmampuan serviks uteri
untuk memprtahankan kehamilan yang disebabkan oleh trauma bedah
serviks pada konisasi, dilatasi berlebihan serviks pada terminasi
kehamilan atau laserasi obstetric (Wiknjosastro, 2009 ; h. 760 – 763).
Inkompetensia serviks ditegakan berdasarkan peristiwa yang sebelumnya
terjadi, yakni minimal dua kali keguguran pada pertengahan trimester
tanpa disertai awitan persalinan (Varney, 2006 ; h. 609). Serviks
inkompeten dibuktikan dengan dilatasi serviks pasif, tanpa nyeri yang
diikuti penggelembungan selaput ketuban kedalam vagina, pecahnya
ketuban, dan pelahiran janin yang tidak matur (Sinclair, 2009 ; h. 86).
c. Kekurangan tembaga dan asam askorbik (vitamin c) dapat berakibat
pertumbuhan struktur abnormal, dikarenakan asam askorbik merupakan
komponen kolagen. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme
menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput
ketuban pecah (Wiknjosastro, 2009 : h. 678).
Selain ketiga faktor diatas, ada beberapa keadaan yang dapat beresiko
terjadinya ketuban pecah dini :
a. Keletihan karena bekerja dapat peningkatan risiko ketuban pecah dini
(Varney, 2007 ; h. 788). Menurut Norwitz pada usia kehamila cukup
bulan, kelemahan fokal terjadi pada selaput janin diatas os serviks internal
yang memicu robekan (Norwitz, 2007 ; h. 119). Sehingga jika ibu bekerja
dengan keadaan hamil tua dapat berpotensi mengalami ketuban pecah
dini.
b. Riwayat KPD pada kehamilan sebelumnya, kemungkinan akan berulang
pada kehamilan berikutnya (Joseph Nugroho, 2010 ; h. 186). Dikarenakan
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
dicurigai ibu mengalami inkompetensia serviks seperti yang disebutkan
dalam teori (Wiknjosastro, 2009 ; h. 760 – 763) serviks inkompetensia
merupakan ketidakmampuan serviks uteri untuk memprtahankan
kehamilan yang disebabkan oleh trauma bedah serviks pada konisasi,
dilatasi berlebihan serviks pada terminasi kehamilan atau laserasi
obstetric.
c. Pernah menggunakan kontrasepsi jenis IUD terdapat kemungkinan terjadi
rabas vagina yang menyebabkan infeksi, sehingga persalinannya terjadi
ketuban pecah dini (Varney, 2007 : h. 457).
d. (Norwitz, 2007 ; h. 42) menyebutkan bahwa diabetes militus dalam
kehamilan berpotensi mengalami polihidramnion. Pada bukunya (Varney,
2007 ; h. 788) mengatakan bahwa insiden ketuban pecah dini lebih tinggi
pada wanita dengan inkompetensia serviks, polihidramnion, malpresentasi
janin, kehamilan kembar, dan infeksi vagina. Hamil dengan polidramnion
akan mengalami overdistensi uterus yang kemungkinan besar dapat
menyebabkan ketuban pecah dini sehingga ibu dengan diabetes militus
tidak menutup kemungkinan mempunyai resiko mengalami ketuban pecah
dini.
e. (William, 2005 ; h. 479) menguraikan bahwa normalnya pembukaan
serviks dipermudah oleh efek hidrostatik selaput ketuban yang belum
pecah namun pada panggul sempit saat kepala tertahan di PAP seluruh
gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus bekerja secara langsung
pada bagian selaput ketuban yang menutupi serviks yang membuka.
Akibatnya kemungkinan besar terjadi pecah selaput ketuban.
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
3. Patofisiologi
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh
kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena
pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput
ketuban inferior rapuh. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme
kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput
ketuban pecah. Salah satu penyebabnya adalah berkurangnya asam
askorbik sebagai komponen kolagen yang dapat mengakibatkan struktur
abnormal sehingga menyebabkan ketuban pecah dini (Wiknjosastro, 2008 ;
h. 678).
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala untuk mendeteksi terjadinya ketuban pecah dini
menurut (Varney, 2007; h.789) :
a. Wanita yang mengalami KPD biasanya mengeluh keluar cairan yang terus
– menerus (jernih, keruh, kuning, atau hijau) dan perasaan basah pada
celana dalam.
b. Cairan yang keluar biasanya jernih atau keruh jika bercampur mekonium.
c. Cairan yang keluar berbau apek yang khas dan berbeda dengan bau urin.
5. Diagnosa
Karena resiko infeksi intra uterin (korioamnionitis) meningkat seiring
insiden pecah ketuban, penting agar bidan menegakan diagnosa yang akurat
tanpa meningkatkan resiko infeksi (Varney, 2007 ; h. 789). Data berikut
digunakan untuk menegakan diagnosa:
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
a. Anamnesa
Penderita merasa mengeluarkan cairan dari vagina dan kadang –
kadang disertai dengan tanda tanda persalinan lainnya (Wiknjosastro,
2009 ; h. 679).
b. Pemeriksaan fisik
Lakukan palpasi abdomen untuk menentukan volume cairan amnion.
Apabila pecahnya ketuban telah pasti, terdapat kemungkinan mendeteksi
berkurangnya cairan karena terdapat peningkatan molase uterus dan
dinding abdomen disekitar janin dan penurunan kemampuan balotemen
dibandingkan temuan pada pemeriksaan sebelum pecah ketuban
(Varney, 2007 ; h. 789). Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda – tanda
infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38°C, leukosit darah > 15.000/mm³
serta air ketuban keruh dan berbau (Wiknjosastro, 2008 ; h. 680).
c. Inspeksi
Minta wanita mengejan (perasat valsava). Secara bergantian beri
tekanan pada fundus perlahan – lahan atau naikan dengan perlahan
bagian presentasi pada abdomen untuk memungkinkan cairan melewati
bagian presentasi pada kasus kebocoran berat sehingga dapat
mengamati kebocoran cairan (Varney, 2007 ; h. 789).
d. Pemeriksaan spekulum
Visualisas serviks untuk menentukn dilatasi jika pemeriksaan dalam
tidak akan dilakukan dan untuk mendeteksi prolaps tali pusat atau
ekstremitas janin (Varney, 2007 ; h. 789).
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Leukosit darah untuk menentukan adanya infeksi ( Wiknjosastro,
2008 ; h. 680).
2) Uji pakis positif : apus specimen pada objek glas biarkan seluruhnya
kering biarkan minimal 10 menit, inspeksi objek glas dibawah
mikroskop untuk memeriksa pola pakis (Varney, 2007 ; h. 789).
3) Uji nitrazin positif : kertas berwarna mustard-emas yang sensitive
terhadap pH ini akan berubah warna menjadi biru gelap jika kontak
dengan bahan bersifat basa (Varney, 2007 ; h. 789).
4) pH vagian : pH permpuan hamil sekitar 4,5 dan bila ada cairan
ketuban pHnya menjadi sekitar 7,1 – 7,3 (Wiknjosastro, 2009 ; h.
679)
b. Pemeriksaan USG
Ultrasonografi dapat sangat membatu memberikan gambaran jelas
mengenai pecahnya ketuban. (Varney, 2007 ; h. 789).
7. Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini antara lain :
a. Komplikasi maternal menurut (Manuaba, 2007 ; h.179).
1) Korioamnionitis.
2) Infeksi masa nifas.
b. Komplikasi neonatal
1) Infeksi neonatal (Wiknjosastro, 2008 ; h. 678 - 679).
2) Hipoksia dan asfiksia (Wiknjosastro, 2008 ; h. 678 - 679).
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
8. Penatalaksanaan medis
Sebelum melakukan penatalaksanaan ketuban pecah dini, Menurut
(Manuaba, 2007 ; h. 180) ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan
antara lain :
a. Fase laten
1) Lamanya waktu sejak ketuban pecah sampai terjadi proses
persalinan.
2) Semakin panjang fase laten semakin besar kemungkinan terjadi
infeksi.
3) Mata rantai infeksi merupakan asendens infeksi, antara lain :
a) Korioamnionitis
(1) Abdomen terasa tegang.
(2) Pemeriksaan laboratorium terjadi leukositosis.
(3) Protein C reaktif meningkat.
b) Desiduitis : infeksi pada desidua.
b. Perkiraan berat badan janin dapat ditentukan dengan pemeriksaa USG.
Semakin kecil berat badan janin, semakin besar kemungkinan kematian
dan kesakitan sehingga tindakan terminasi memerlukan pertimbangan
keluarga.
c. Presentasi janin intra uteri
Pada kelainan letak lintang dan bokong, harus dilakukan dengan
jalan seksio sesarea.
Penatalaksanaan ketuban pecah dini menurut sebagai berikut :
1) Konservatif
a) Rawat inap di rumah sakit
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Rawat inap yang dimaksud disini adalah tirah baring untuk
mengurangi keluarnya air ketuban sehingga masa kehamilan
dapat diperpanjang (Saifuddin, 2006 ; h. 219).
b) Berikan antibiotika : ampisilin 4 X 500 mg atau eritromisin bila
tidak tahan ampisilin dan metronidazol 2 X 500 mg selama 7 hari
(Wiknjosastro, 2009 ; h. 680).
c) Berikan kortikosteroid sebelum usia kehamilan 30 – 32 minggu
dengan memberikan betametason 12 mg setiap 24 jam untuk 2
dosis atau deksametason 6 mg setiap 12 jam untuk 4 dosis
(Sinclair, 2009 ; h.135).
d) Jika umur kehamilan 32 – 37 minggu, belum inpartu. Terminasi
kehamilan pada usia kehamilan 37 minggu (Saifuddin, 2006 ; h.
219).
2) Aktif
a) Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin bila gagal
seksio sesaria. Dapat diberikan misoprostol 50 µg intravagina tiap
6 jam maksimal 4 kali (Saifuddin, 2006 : hal 219).
b) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan
persalinan diakhiri (Saifuddin, 2006 ; h. 219) :
(1) Bila skor pelvic < 5 lakukan pematangan serviks, kemudian
induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio
sesaria.
(2) Bila skor pelvic > 5 induksi persalinan, partus pervagina.
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Tabel. 2.1 PENILAIAN STATUS SERVIKS DENGAN SKOR BISHOP
SKOR Dilatasi (cm) Pembukaan (%) Posisi (stase) Konsistensi Posisi serviks
0 0 – 30 − 3 Padat Posterior
1 1 – 2 − 2 Sedang Posisi tengah
2 3 – 4 − 1 atau 0 Lunak Anterior
3 ≥ 5 ≥ 8 − −
(Norwitz, 2007; h.120).
Indikasi untuk melakukan induksi pada ketuban pecah dini (PROM)
menurut (Manuaba, 2001 ; h. 224).
1) Pertimbangan waktu dan berat badan janin dalam rahim.
a) Pertimbangan waktu : apakah 6, 12, atau 24 jam.
b) Berat bada janin sebaiknya diatas 2.000 grm atau lebih.
2) Terdapat infeksi intra uterin.
a) Temperature naik diatas 38°C dengan pengukuran rectal.
b) Terdapat tanda infeksi melalui hasil :
(1) Pemeriksaan laborat.
(2) Pemeriksaan kultur air ketuban.
Induksi persalinan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1. Induksi dengan metode drip oksitosin :
Untuk menghasilkan kontraksi yang memadai dan menimbulkan
pembukaan serviks dan penurunan janin serta menhindari stimulasi
berlebihan terhadap uterus yang dapat menimbulkan status janin yang
mengkhawatirkan, pada hiperstimulasi penghentian segera oksitosin hampir
selalu menurunkan frekuensi kontraksi dengan cepat sekitar 5 menit (Wiliam,
2005 ; h.522). Pada teori (Manuaba, 2010 ; h.454) induksi dapat dilakukan
dengan drip oksitosin yaitu dengan pemberian dekstrose 5% dengan 5 IU
oksitosin, tetesan pertama antara 8 – 12 tetes permenit. Setiap 15 menit
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
dilakukan penilaian bila tidak ada his yang adekuat tetesan ditambah 4 tetes
sampai maksimal 40 tetes. Bila sebelum tetesan ke 40 sudah timbul his yang
adekuat tetesan terakhir dipertahankan sampai persalian berlangsung.
2. Induksi dengan misoprostol :
Tablet misoprostol yang dimasukan ke dalam vagina lebih efektif, komite
merekomendasikan pemakaian misoprostol intravagina dalam dosis sekitar
25 µg seperempat tablet 100 µg. pemberian misoprostol pervagina dapat
berakibat hiperstimulasi uterus disertai perubahan frekuansi DJJ. Pada
pemberian misoprostol dapat menyebabkan rupture uteri terutama pada ibu
dengan riwayat bedah sesar (Wiliam, 2005 ; h. 518-519).
Menurut (Varney, 2007 ; h. 790) apapun pilihan penatalaksanaan
perawatan persalinan yang digunakan sama seperti yang lain, dengan
tambahan sebagai berikut :
1) Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu seringkali
didahului kondisi ibu yang menggigil.
2) Lakukan pematauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum
awitan persalinan adalah tindakan yang adekuat sepanjang DJJ
dalam batas normal. Pemantauan DJJ ketat dengan alat pemantauan
janin elektronik secara kontinu dilakukan selama induksi oksitosin
untuk melihat tanda gawat janin akibat kompresi tali pusat atau
induksi. Takikardia dapat mengindikasikan infeksi intra uteri.
3) Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
4) Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan,
perhatikan juga hal - hal berikut :
a) Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasanya.
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
b) Bau rabas atau cairan di sarung tangan.
c) Warna rabas atau cairan di sarung tangan.
5) Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh
gambaran yang jelas dari setiap infeksi yang timbul. Seringkali terjadi
peningkatan suhu tubuh akibat dehidrasi.
9. Prosedur tetap penatalaksanaan ketuban pecah dini di RSUD Prof. dr.
Margono Soekardjo.
a. Pada kehamilan preterm
1) Bila masih hidup tidak ada tanda – tanda infeksi maka bias dikelola
dengan :
a) Istirahat berbaring.
b) Ampicilin injeksi 1 gram tiap 6 jam (sebelumnya dilaukan test
sensitivitas terlebih dahulu).
c) Bila ada kontraksi uterus diberikan isoxuprine nol tablet 3x1
2) Pengawasan TTV terutama tanda infeksi dan pengeluaran
pervaginam maka :
a) Bila selama pengawasan air ketuban tidak keluar lagi selama > 2
hari dan tanda – tanda infeksi tidak ada kehamilan diteruskan
sampai boleh pulang.
b) Bila selama perawatan ditemukan tanda – tanda infeksi maka
kehamilan diakhiri dengan induksi persalinan.
3) Bila kehamilan > 28 minggu tetapi < 38 minggu untuk pematangan
paru, diberikan kortikosteroid injeksi 20 mg dexametason tiap 12 jam
selama 2 hari.
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
b. Pada kehamilan aterm
1) Pada presentasi kepala dan sudah timbul proses persalinan, tidak
ada indikasi bedah caesar maka tunggu persalinan pervaginam.
2) Pada presentasi kepala dan ketuban pecah > 6 jam proses
persalinan belum terjadi maka dilakukan induksi persalinan (bila tidak
ada kontra indikasi persalinan pervaginam).
3) Pada presentasi kepala, ketuban pecah dini < 6 jam dan tidak ada
tanda – tanda infeksi intra uterin bisa ditunggu sampai 6 jam setelah
keluar air ketuban :
a) Bila timbul inpartu spontan, tunggu persalinan pervaginam.
b) Bila sampai 6 jam belum ada tanda – tanda inpartu maka
dilakukan induksi.
B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
1. Manejemen Pelayanan Kebidanan
Adalah proses pemecahan masalah yang digunaka sebagai metode
untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
temuan, ketrampilan, dalam rangkaian logis untuk pengambilan keputusan
yang berfokus pada klien (Simatupang, 2008 ; h. 121). Proses manajemen
menurut Helen Varney ada 7 langkah yang berurutan yaitu :
Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Adalah mengumpulkan data dasar yang menyeluruh untuk mengevaluasi
ibu dan bayi baru lahir. Data dasar ini meliputi pengkajian riwayat,
pemeriksaan fisik dan panggul sesuai indikasi, meninjau kembali proses
perkembangan keperawatan saat ini atau catatan rumah sakit terdahulu, dan
meninjau kembali data hasil laboratorium dan aporan penelitian terkait secara
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
singkat, data dasar yang diperlukan adalah semua data yang berasal dari
sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi ibu dan bayi baru lahir.
Bidan mengumpulkan data dasar awal lengkap, bahkan jika ibu dan bayi baru
lahir mengalami komplikasi yang mengharuskan mereka mendapat konsultasi
dokter sebagai bagian dari penatalaksanaan kolaborasi (Varney, 2007 ; h.
27).
Langkah II : Menginterpretasi Data
Pada langkah ini, dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis
atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
data – data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik
(Simatupang, 2008 ; h. 124).
Langkah III : Mengidentifikasi masalah atau diagnosia potensial
Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi
(Simatupang, 2008 ; h. 124).
Langkah IV : Identifikasi kebutuhan akan tindakan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien (Simatupang, 2008 ; h. 125).
Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh yang
ditentukan oleh langkah – langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini, tugas bidan adalah
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
merumuskan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan
bersama sebelum melaksanakannya (Simatupang, 2008 ; h. 125).
Langkah VI : Melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada lankah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman
(Simatupang, 2008 ; h. 125).
Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah
diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan terhadap masalah yang telah
diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis (Simatupang, 2008 ; h. 126).
Metode pendokumentasian secara SOAP meliputi :
(S) Subjektif : Pernyataan yang diungkapkan oleh ibu atau keluarganya.
(O) Objektif : Pernyataan yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh bidan
sewaktu melakukan pemeriksaan.
(A) Asesment : Kesimpulan dari data – data subjektif dan objektif yang
didapat.
(P) Planing : Rencana yang akan dilakukan berdasarkan hasil evaluasi
data diatas.
2. Penerapan Manajement Pelayanan Kebidanan
a. PENGKAJIAN
Pada langkah ini, dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan
semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap (Simatupang, 2008 ; h. 124). Ada dua jenis pengkajian data dari
pasien yaitu data subjektif dan data objektif (Priharjo, 2007 ; h. 14).
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
1) Data subjektif
a) Identitas pasien
Pekerjaan
Keletihan karena bekerja dapat peningkatan risiko ketuban pecah
dini (Varney, 2007 ; h. 788).
b) Keluhan utama
Pada kejadian ketuban pecah dini data subjektif dapat pula
diperoleh dari keluhan yang dikatakan ibu seperti keluarnya cairan
berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu
(Saifuddin, 2006 ; h. M -112).
c) Riwayat Kesehatan
Data riwayat kesehatan ini dapat kita gunakan sebagai penanda
akan adanya penyulit masa hamil dan persalinan.
(1) Riwayat kesehatan dahulu dan sekarang
(a) Apakah ibu memiliki riwayat / sedang mengalami penyakit
yang disebabkan oleh organisme anaerob seperti
vagionosis bekterial dengan ciri – ciri seperti ibu pernah
mengeluh keputihan yang gatal dengan warna abu – abu
atau putih susu dan berbau (Varney, 2006 ; h. 399),
gonoroe dengan gejala nyeri abdomen bagian bawah,
disuria, rabas vagina berwarna kekuningan dan berbau
busuk (Varney, 2006 ; h. 403), klamidia dengan gejala
keputihan yang berbau dan oedem pada srviks (Varney,
2006 ; h. 402), trikomonas dengan keluhan keputihan
yang gatal dan iritasi (Wiknjosastro, 2009 ; h. 927) yang
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
menyebabkan infeksi yang menyebar secara hematogen
sehingga pada persalinannya mengalami ketuban pecah
dini (Sinclair, 2010 ; h. 132).
(b) Apakah ibu mempunyai riwayat penakit diabetes militus
seperti yang disebutkan pada teori (Norwitz, 2007 ; h. 42)
menyebutkan bahwa diabetes militus dalam kehamilan
berpotensi mengalami polihidramnion. Pada bukunya
(Varney, 2007 ; h. 788) mengatakan bahwa insiden
ketuban pecah dini lebih tinggi pada wanita dengan
inkompetensia serviks, polihidramnion, malpresentasi
janin, kehamilan kembar, dan infeksi vagina. Hamil
dengan polidramnion akan mengalami overdistensi uterus
yang kemungkinan besar dapat menyebabkan ketuban
pecah dini sehingga ibu dengan diabetes militus tidak
menutup kemungkinan mempunyai resiko mengalami
ketuban pecah dini.
(2) Riwayat kesehatan keluarga
(a) Apakah ibu mempunyai riwayat penakit diabetes militus
seperti yang disebutkan pada teori (Norwitz, 2007 ; h. 42)
menyebutkan bahwa diabetes militus dalam kehamilan
berpotensi mengalami polihidramnion. Pada bukunya
(Varney, 2007 ; h. 788) mengatakan bahwa insiden
ketuban pecah dini lebih tinggi pada wanita dengan
inkompetensia serviks, polihidramnion, malpresentasi
janin, kehamilan kembar, dan infeksi vagina. Hamil
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
dengan polidramnion akan mengalami overdistensi uterus
yang kemungkinan besar dapat menyebabkan ketuban
pecah dini sehingga ibu dengan diabetes militus tidak
menutup kemungkinan mempunyai resiko mengalami
ketuban pecah dini.
d) Riwayat Obstetri
(1) Riwayat Haid
(a) Fluor albus
Untuk mengetahui apakah ibu mengalami fluor albus atau
tidak karena pengeluaran fluor dapat di diagnosis sebagai
trikomonas vaginalis (Manuaba, 2007 ; h. 163). Penyakit
yang disebabkan oleh organisme anaerob seperti
vagionosis bekterial, gonoroe, klamidia, trikomonas yang
menyebabkan infeksi yang menyebar secara hematogen
sehingga pada persalinannya mengalami ketuban pecah
dini (Sinclair, 2010 ; h. 132).
(b) HPHT
Umur kehamilan dapat diketahui berdasarkan HPHT (Hari
pertama menstruasi terakhir). Jika umur kehamilan 37 –
42 minggu pada 24 jam pertama kemungkinan akan
terjadinya infeksi sedangkan pada umur kehamilan < 37
minggu kemungkinan akan mengalami prematuritas
(Varney, 2007 ; h. 790).
(2) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
(a) Riwayat kehamilan dahulu
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
Untuk mengetahui apakah pada kehamilan sebelumnya
pernah mengalami ketuban pecah dini atau tidak,
dikarenakan menurut Norwitz ibu dengan riwayat KPD
pada kehamilan sebelumnya kemungkinan akan berulang
pada kehamilan selanjutnya (Joseph dan Nugroho, 2010 ;
h. 186). Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu pernah
keguguran sebanyak dua kali, dikarenakan dua kali
keguguran pada pertengahan trimester tanpa disertai
awitan persalinan dapat menyebabka inkompetensia
servik yang berpotensi KPD pada kehamilan berikutnya
(Varney, 2006 ; h. 609).
(b) Riwayat persalinan dahulu
Dikaji untuk mengetahui apakah pada persalinan
sebelumnya ibu pernah mengalami komplikasi KPD atau
tidak dikarenakan ketuban pecah dini dapat berulang
pada persalinan berikutnya (Joseph dan Nugroho, 2010 :
h. 186).
(c) Riwayat Kehamilan Sekarang
Riwayat kehamilan sekarang dikaji mengenai frekuensi
ANC, keluhan, hasil pemeriksaan, dan asuhan yang
diberikan yang dapat digunakan untuk mendeteksi dini
komplikasi, ketidaknyamanan saat kehamilan, dan setiap
keluhan kehamilan yang dialami seorang wanita sejak
hari menstruasi terakhirnya (Varney, 2007; h. 525).
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
e) Riwayat KB
Ditanyakan untuk mengetahui apakah pasien pernah
menggunakan kontrasepsi, jenis kontrasepsi, berapa lama, jika
menggunakan KB IUD terdapat kemungkinan terjadi rabas vagina
yang menyebabkan infeksi, sehingga persalinannya berpotensi
mengalami ketuban pecah dini (Varney, 2007 ; h. 457).
f) Pola kebutuhan sehari – hari
(1) Pola Nutrisi
Kekurangan tembaga dan asam askorbik (vitamin c) dapat
mengakibatkan pertumbuhan struktur abnormal dikarenakan
asam askorbik merupakan komponen kolagen. Perubahan
struktur, jumlah sel, dan katabolisme menyebabkan aktivitas
kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah
(Wiknjosastro, 2009 : h. 678).
(2) Pola eliminasi
Perasaan sakit saat buang air kecil dan sering pipis
merupakan tanda gejala dari infeksi vagina yaitu gonoroe
(Wiknjosastro, 2007 ; h. 299 – 300) yang menurut (Varney,
2007 ; h. 788) infeksi vagina / servik seperti vaginosis
bakterial, trikomonas, klamidia, dan gonoroe adalah faktor
prediaposisi terjadinya ketuban pecah dini.
(3) Pola aktifitas
Hubungan yang signifikan juga telah ditemukan antara
keletihan karena bekerja dan peningkatan risiko ketuban
pecah dini (Varney, 2007 ; h. 788).
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
(4) Pola personal hygien
Ditanyakan untuk mengetahui kebersihan pasien, karena
risiko infeksi intra uterin meningkat seiring insiden pecah
ketuban (Varney, 2007 ; h. 789).
2) Data objektif
Data yang diperoleh dari pengkajian fisik pasien (Priharjo, 2007 ;
h. 14).
a) Keadaan umum
(1) Suhu
Diagnosis dugaan korioamnionitis ditegakan ketika wanita
mengalami ketuban pecah dini dan suhu tubuh 38°C atau
lebih (Varney, 2007 ; h. 791) dan leukosit darah >
15.000/mm³ (Wiknjosastro, 2009 ; h. 680).
(2) Tinggi badan
Berkaitan dengan kemungkinan panggul sempit, bila tinggi
kurang dari 150 cm (Manuaba, 2001 : hal. 183). Seperti yang
diuraikan oleh (William, 2005 ; h. 479) dalam teorinya
disebutkan bahwa bahwa normalnya pembukaan serviks
dipermudah oleh efek hidrostatik selaput ketuban yang belum
pecah namun pada panggul sempit saat kepala tertahan di
PAP seluruh gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus
bekerja secara langsung pada bagian selaput ketuban yang
menutupi serviks yang membuka. Akibatnya kemungkinan
besar terjadi pecah selaput ketuban.
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
b) Status present
Genitalia
Vulva yang gatal, bengkak dan kemerahan merupakan salah satu
penanda adanya infeksi vagina seperti tikomonas dan gonoroe,
yang menurut (Varney, 2007 ; h. 788) infeksi vagina / servik
seperti vaginosis bakterial, trikomonas, klamidia, gonoroe,
merupakan faktor predisposisi terjadinya ketuban pecah dini.
c) Status obtetrikus
(1) Palpasi
Palpasi abdomen untuk menentukan volume cairan amnion
(Varney, 2007 ; h. 789).
(2) Auskultasi DJJ
Setelah terjadi invasi mikroorganisme ke dalam cairan
ketuban, janin akan terinfeksi karena janin menelan atau
transpirasi air ketuban, ditandai dengan terjadinya takhikardia
denyut jantung bayi > 160 kali permenit (Saifuddin, 2006 ; h.
257).
(3) Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam perlu dilakukan untuk menilai vagina
terutama dindingnya, keadaan serta pembukaan serviks,
kapasitas panggul, ada atau tidaknya penghalang (tumor)
pada jalan lahir, sifat fluor albus dan apakah ada alat yang
sakit umpamanya bartolinitis, pecah tidaknya ketuban,
presentasi kepala janin, turunya kepala dalam ruang
panggul, penilaian besarnya kepala terhadap panggul, dan
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
apakah partus telah mulai atau sampai dimanakah partus
telah berlangsung (Wiknjosastro, 2007 ; h. 193).
(4) Pemeriksaan penunjang
(a) Leukosit darah untuk menentukan adanya infeksi (
Wiknjosastro, 2008 ; h. 680).
(b) Uji pakis positif : apus specimen pada objek glas biarkan
seluruhnya kering biarkan minimal 10 menit, inspeksi
objek glas dibawah mikroskop untuk memeriksa pola
pakis (Varney, 2007 ; h. 789).
(c) Uji nitrazin positif : kertas berwarna mustard-emas yang
sensitive terhadap pH ini akan berubah warna menjadi
biru gelap jika kontak dengan bahan bersifat basa
(Varney, 2007 ; h. 789).
(d) pH vagian : pH permpuan hamil sekitar 4,5 dan bila ada
cairan ketuban pHnya menjadi sekitar 7,1 – 7,3
(Wiknjosastro, 2009 ; h. 679)
(e) Pemeriksaan USG untuk membatu memberikan
gambaran jelas mengenai pecahnya ketuban (Varney,
2007 ; h. 789).
b. INTERPRETASI DATA
1) Diagnosa kebidanan
Ny…, umur…th, G…P…A…,umur kehamilan…pada persalinan
kala I.
Data dasar :
Dasar Subjektif
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
a) Wanita yang mengalami KPD biasanya mengeluh keluar cairan
yang terus – menerus (jernih, keruh, kuning, atau hijau) dan
perasaan basah pada celana dalam.
b) Cairan yang keluar biasanya jernih atau keruh jika bercampur
mekonium.
c) Cairan yang keluaran berbau apek yang khas dan berbeda
dengan bau urin (Varney, 2012 ; h.789).
Dasar Objektif
a) Suhu
Pada kasus ketuban pecah dini kenaikan suhu tubuh
38°C atau lebih (Varney, 2007 ; h. 791). Hal ini dikarenakan
adanya infeksi korioamnionitis.
b) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan palpasi abdomen terdapat peningkatan
molase uterus dan dinding abdomen disekitar janin dan
penurunan kemampuan balotemen dibandingkan temuan pada
pemeriksaan sebelum pecah ketuban (Varney, 2007 ; h. 789).
c) Pemeriksaan penunjang
(1) Uji pakis positif : inspeksi objek glas dibawah mikroskop
untuk memeriksa pola pakis (Varney, 2007 : h. 789).
(2) Uji nitrazin positif : kertas berwarna mustard - emas yang
sensitive terhadap pH ini akan berubah warna menjadi biru
gelap jika kontak dengan bahan bersifat basa (Varney, 2007 :
h. 789).
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
c. DIAGNOSA POTENSIAL
Pada ibu : Infeksi intra uterin jika terdapat tanda – tanda suhu lebih dari
38°C dan leukosit darah > 15.000/mm (Wiknjosastro, 2009 ;
h. 680).
Pada anak : asfiksia dikarenakan dengan pecahnya ketuban terjadi
oligohidramnion yang menekan talipusat hingga terjadi
asfiksia atau hipoksia (Wiknjosastro, 2009 ; h. 679).
d. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU
KOLABORASI DAN KONSULTASI
1) Pencegahan infeksi :
Selama persalinan
a) Membatasi sebanyak mungkin masuknya kuman – kuman dalam
jalan lahir.
b) Menjaga supaya persalinan tidak berlarut – larut.
c) Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
d) Semua petugas yang berada di kamar bersalin harus menutup
hidung dan mulut dengan masker.
e) Alat – alat, kain – kain yang dipakai dalam persalinan harus suci
hama.
f) Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika perlu.
g) Pencegahan perdarahan dengan memberikan transfuse darah,
jika perlu (Wiknjosastro, 2007 ; h. 698).
2) Persiapan resusitasi
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
a) Informasikan unit neonatologi mengenai adanya persalinan risiko
tingkat tinggi yang sedang terjadi. Dokter spesialis anak / petugas
kesehatan yang terampil dan terlatih dalam resusitasi harus
menghadiri semua persalinan risiko tinggi.
b) Untuk persalinan normal, petugas yang ahli dalam resusitasi
neonatus harus hadir.
c) Untuk asfiksia, dua petugas yang ahli dalam resusitasi dan dua
asisten harus hadir.
d) Semua peralatan harus disiapkan dan dicek fungsinya sebelum
persalinan.
e) Pemanas radian / infant warmer dinyalakan dan handuk / kain
hangat tersedia.
f) Cek alat penghisap lender, oksigen, sunggkup wajah dengan
ukuran yang sesuai dengan berat bayi, serta balon resusitasi.
g) Siapkan sebuah pipa endotrakea (ET) dengan ukuran yang
sesuai dengan berat bayi, potong hingga 13 – 15 cm.
h) Siapkan obat – obatan, kateter umbilical, dan sebuah baki
(Wiknjosastro, 2009 ; h. 349).
e. PERENCANAAN
1) Observasi TD,suhu, nadi, DJJ, his, dan pembukaan serviks.
2) Lakukan tindakan pencegahan infeksi.
3) Lakukan penatalaksanaa sesuai dengan usia gestasi.
f. PELAKSANAAN
1) Melakukan observasi tanda – tada vital dan kemajuan persalinan
untuk mengetahui ada tidaknya kemungkinan gawat janin dengan
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
mengobservasi DJJ, his, Nadi setiap 30 menit, TD, suhu, dan
pembukaan serviks setiap 4 jam.
2) Melakukan pencegahan infeksi dengan cara membatasi masuknya
kuman – kuman ke dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan
tidak berlarut – larut, menyelaesaikan persalinan dengan trauma
sedikit mungkin, semua petugas yang berada di kamar bersalin harus
menutup hidung dan mulut dengan masker, alat – alat dan kain yang
dipakai dalam persalinan harus sudah disuci hamakan, pemeriksaan
dalam dilakukan jika perlu saja, dan mencegahan perdarahan
dengan memberikan transfusi darah jika diperlukan.
3) Melakukan penatalaksanaan persalinan konservatif dan aktif dilihat
dari usia gestasi menurut (Norwitz, 2006 ; h.118) :
a) Penatalaksanaan Konservatif, jika :
(1) KPD preterm ( < 37 minggu )
Jika tidak ada kontra indikasi, maka lakukan tatalaksana
observasi mencakup
(a) KPD < 32 minggu
1)) Pemberian antibiotika untuk servikovaginal positif.
2)) Pembatasan aktifitas.
3)) Pemantauan infeksi.
4)) Pemeriksaan janin secara regular.
5)) USG secara teratur per 3 – 4 minggu.
6)) Pengobatan kortikosteroid antenatal.
7)) Pemberian antibiotik spectrum luas untuk
memperpanjang masa laten.
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
(b) KPD 32 – 34 minggu
1)) Pemberian antibioik untuk memperpanjang masa
laten.
2)) Pemberian kortikosteroid antenatal : betametason
dengan dosis 12 mg IM per 24 jam x 2 dosis atau
deksametason dengan dosis 6 mg IM per 12 jam x 4
dosis.
(c) KPD > 34 minggu
1)) Pematangan paru tidak perlu dilakukan.
2)) Pertimbangkan untuk melahirkan bayi (resiko infeksi
lebih tinggi dari pada prematuritas).
(2) KPD aterm ( > 37 minggu )
(a) Jika tidak ada kontra indikasi, maka lakukan tatalaksana
observasi.
(b) Induksi segera dengan atau tanpa pematangan serviks.
b) Penatalaksanaan Aktif, jika :
(1) KPD preterm ( < 37 minggu )
Jika terdapat kontra indikasi, tatalaksana :
(a) Gawat janin.
(b) Perdarahan pervaginam tanpa diketahui penyebabnya.
(c) Proses melahirkan aktif.
(d) Korioamnionitis.
Segera lahirkan dan beri antibiotika untuk korioamnnitis.
(2) KPD aterm ( > 37 minggu )
Jika terdapat kontra indikasi, tatalaksana :
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
(a) Gawat janin.
(b) Perdarahan pervaginam tanpa diketahui penyebabnya.
(c) Proses melahirkan aktif.
(d) Korioamnionitis.
Segera lahirkan dan beri antibiotika untuk korioamnnitis.
g. EVALUASI
Pada kasus KPD dapat dilakukan induksi jika suhu tubuh ibu > 38°C,
skor bishop > 5, dan presentasi kepal. Dilakukan SC jika suhu tubuh >
38°C, presentasi bukan kepala, dan tanda gawat janin seperti DJJ > 160 x
permenit.
DATA PERKEMBANGAN I
S : Ibu mengatakan ingin meneran seperti ingin BAB
O : Hasil observasi kemajuan persalinan meliputi TTV, his, DJJ, pembukaan, POD
jika skor bishop > 5 dengan presentasi kepala maka dilakukan penatalaksaan
persalinan pervaginam, tetapi jika bukan presentasi kepala maka dilakukan
penatalaksanaan persalinan untuk SC.
A : Ny…., G…P…A…umur…tahu, umur kehamilan…minggu, janin hidup
intra uteri, preskep, pada persalinan kala II.
P : Penatalaksanaan persalinan pervaginam
- Persiapan partus set.
- Pantau DJJ setiap 5 – 10 menit sekali.
- Bantu ibu memilih posisi yang nyaman.
- Setelah pembukaan lengkap, pimpin ibu untuk meneran jika ada kontraksi.
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012
- Anjurkan ibu untuk istirahat dan minum jika tidak ada kontraksi.
- Bayi lahir dengan asfiksia, segera lakukan resusitasi bayi baru lahir.
- Cek apakah ada janin berikutnya.
DATA PERKEMBANGAN II
S : Ibu mengatakan perutnya masih mulas
O : Observasi tanda – tanda lepasnya plasenta
A : Ny…., P…A…umur…th, pada persalinan kala III.
P : Melakukan manajemen aktif kala III
- Menyuntikan oksitosin.
- Lakukan penegangan tali pusat, dan lihat tanda lepasnya plasenta yaitu : tali
pusat bertambah panjang, terdapat semburan darah.
- Setelah plasenta lahir, lakukan segera masase fundus uteri.
DATA PERKEMBANGAN III
S : Ibu merasa senang tehadap kelahiran bayinya dan ibu masih merasa mulas.
O : TTV, kontraksi, dan perdarahan.
A : Ny…., P…A…umur…th, pada persalinan kala IV.
P : Penatalaksanaan persalinan kala IV
- Lakukan pemantauan TD, Nadi, Suhu, Respiratori, dan jumah perdarahan
setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama kemudian pantau kembali setiap 30
menit pada 1 jam kedua.
Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012