bab ii teori dan kajian pustaka a. tinjauan penelitian...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Djamaran (2010), dalam penelitiannya tentang Analisis Efektivitas dan Efisiens i
E-filing pada Ditektorat Dirjen Pajak menjelaskan bahwa, efektivitas sistem e-filing telah
tercapai karena telah tercapainya tujuan dari sistem ini yaitu mengurangi proses
perekaman manual di kantor pajak. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dengan e-filing,
petugas pajak tidak perlu lagi melakukan kegiatan perekaman data SPT wajib pajak
karena data SPT wajib pajak (file e-SPT) e-filing langsung terekam dalam database
Kantor Pusat DJP secara online dan real time. Sedangkan efisiensi dapat dilihat pada
terjadinya penghematan sumber daya sistem, yang meliputi: penghematan SDM dan
biaya operasional di KPDJP, dengan diimplementasikannya sistem ini dibandingkan
dengan sistem manual. Selain itu didukung dengan perangkat keras dan perangkat lunak
yang reliable serta meminimalkan adanya kapasitas yang menganggur.
Pahala dan Rizky (2012), dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Persepsi
Penerapan Sistem E-Filling Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dengan
Perilaku Wajib Pajak Sebagai Variabel Intervening Dan Biaya Kepatuhan Sebagai
Variabel Moderasi, bahwa Persepsi penerapan sistem e-filling, perilaku dan biaya
kepatuhan secara parsial masing-masing berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib
pajak, akan tetapi dalam hal ini perilaku wajib pajak tidak bisa membuat hubungan tidak
langsung antara persepsi penerapan sistem e-filling terhadap tingkat kepatuhan wajib
pajak dan biaya kepatuhan juga tidak dapat memoderasi hubungan antara persepsi
penerapan sistem e-filling dengan tingkat kepatuhan wajib pajak.
Sugiharti dkk., (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Efektivitas Dan
Kelayakan Sistem Pelaporan Pajak Menggunakan E-Filing Terhadap Kepuasan Wajib
7
Pajak; Studi Pada KPP Pratama Malang Utara Periode 2015. Mengatakan bahwa bahwa
sistem e-filing layak sebagai sarana pelaporan pajak sehingga menimbulkan kepuasan
yang dirasakan oleh wajib pajak orang pribadi dalam melaporkan pajak terhutang.
Laili (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Efektivitas Pelaporan
Pajak Dengan Menggunakan Elektronik-Filling (E-Filling) Pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Semarang Tengah Satu” bahwa Efektivitas Pelaporan pajak jika dilihat
berdasarkan statistik jumlah pengguna e-filling dengan jumlah wajib pajak yang aktif
terdaftar. dari tahun 2008 sampai tahun 2011 total pengguna e-filling adalah 1.090 dan
jumlah wajib pajak yang aktif terdaftar adalah 8.091. sedangkan berdasarkan statistik
wajib pajak pertahunnya sampai tahun 2011 total jumlahnya adalah 5865 dan wajib pajak
yang aktif terdaftar total jumlahnya 8.091. Jika tingkat pencapaian atau keberhasilan
lebih tinggi dari target yang telah ditentukan berarti sudah efektif tetapi sebaliknya jika
pencapaian atau keberhasilannya lebih rendah dari target yang telah di tentukan
sebelumnya berarti belum efektif.
B. Teori dan Kajian Pustaka
1. Teknologi Informasi
Menurut Lantip dan Rianto (2011:4) teknologi informasi diartikan sebagai ilmu
pengetahuan dalam bidang informasi yang berbasis komputer dan perkembanganya
sangat pesat. Hamzah dan Nina (2011:57) juga mengemukakan teknologi informas i
adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data. Pengolahan itu termasuk
memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai
cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan,
akurat, dan tepat waktu.
8
Teknologi informasi dan komunikasi adalah segala sesuatu yang mendukung untuk
me-record, menyimpan, memproses, mendapat lagi, memancar/mengantarkan dan
menerima informasi. Behan dan Holme dalam Munir (2009:31).
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwa teknologi
informasi adalah suatu teknologi berupa (hardware, software, useware) yang digunakan
untuk memperoleh, mengirimkan, mengolah, menafsirkan, menyimpan,
mengorganisasikan, dan menggunakan data secara bermakna untuk memperoleh
informasi yang berkualitas.
2. Pajak Penghasilan
Menurut UU No. 28 Tahun 2007,“Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
undang, dengan tidak mendapat timbal baliksecara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Menurut Adriani dalam Waluyo (2011:2) pajak adalah iuran kepada negara (yang
dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib pajak membayarnya menurut peraturan-
peraturan , dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan
yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan
dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut Suandy dalam Smeets (2011:2) pajak adalah prestasi kepada pemerintah
yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa
adakalanya timbal balik (kontarprestasi) yang dapat ditunjukkan dalam hal individua l,
maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
Dari beberapa pengetian pajak menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
pengertian pajak adalah pembayaran atau iuran masyarakat kepada kas negara menurut
9
peraturan-peraturan yang dapat dipaksakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah
dengan tidak mendapat timbal balik melainkan manfaatnya dirasakan oleh masyarakat
umum.
a. Subjek Pajak Penghasilan
Subjek pajak penghasilan adalah orang pribadi atau badan usaha yang diwajibkan
untuk membayar pajak penghasilan sesuai dengan undang-undang dan peraturan pajak
penghasilan yang berlaku.
1). Jenis subjek pajak penghasilan ada dua yaitu :
a). Orang Pribadi atau Perseorangan
- Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di
indonesia ataupun diluar negeri.
- Warisan yang belum terbagi adalah warisan sebagai satu kesatuan merupakan
subjek pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris.
b). Badan Usaha Tetap dan BUT (Bentuk Usaha Tetap)
- Badan Usaha adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha
yang meliputi :
1. Perseroan Terbatas (PT)
2. Persekutuan/perseroan komanditer (CV)
3. BUMN atau BUMD
4. Firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan
5. Yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya.
- Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh
pribadi yang tidak bertempat tinggal di indonesia, orang pribadi yang berada
10
di indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan di indonesia.
Bentuk-bentuk usaha tetap berupa:
Tempat kedudukan usaha, cabang perusahaan kantor, kantor perwakilan,
gedung kantor, pabrik, bengkel, pertambangan dan penggalian sumber alam.
2). Objek Pajak Penghasilan
Berdasarkan Pasal 4, Undang-undnag Perpajakan Nomor 38 Tahun 2008, yang
menjadi objek pajak penghasilan (PPh) adalah penghasilan yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari
indonesia maupun dari luar indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk
apapun.
Yang termasuk objek pajak penghasilan meliputi :
a). Penggantian atau imbalan
b). Hadiah
c). Laba bersih usaha
d). Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
e). Penerimaan kembali
f). Bunga
g). Deviden
h). Royalti.
11
3). Yang Bukan Termasuk Objek Pajak
Penghasilan yang bukan objek pajak adalah penghasilan yang diterima oleh wajib
pajak tidak dibebani/terutang pajak penghasilan, walaupun jenis penerimaan termasuk
dalam pengertian penghasilan. Berikut jenis penghasilan tang tidak termasuk objek pajak
penghasilan meliputi:
a). Bantuan atau sumbangan
b). Harta hibahan
c). Warisan
d).Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan
e). Pembayaran dari perusahaan asuransi
f). Deviden
g). Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun
h). Beasiswa.
3. Wajib Pajak
Pengertian Wajib Pajak menurut UU No 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan berbunyi: “Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan,
meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak
dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Menurut Rahman (2010:32) Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang
ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan yaitu memungut atau memotong
pajak tertentu yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.
Menurut Mardiasmo (2011 : 23) definisi dari Wajib Pajak itu sendiri yaitu Wajib pajak
12
adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong, dan pemungut
yang mempunyai hak dan kewajiban sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Sedangkan Menurut Kurnia dan Suhayati 2010 definisi Wajib Pajak adalah
orang pribadi atau badan meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, pemungut pajak,
yang mempunytai hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
perpajakan termasuk pemungut pajak dan pemotong pajak tertentu pasal 1 butir 2 UU
KUP.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Wajib Pajak
adalah subyek pajak yang terdiri dari orang pribadi atau badan yang memenuhi syarat-
syarat obyektif yang ditentukan oleh Undang Undang, yaitu menerima atau memperoleh
penghasilan kena pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Efektivitas
Menurut Gibson dalam Tangkilisan (1984:28) efektivitas adalah konteks perilaku
organisasi merupakan hubungan antar produksi, kualitas, efisiensi, fleksibilitas,
kepuasan, sifat keunggulan dan pengembangan. Efektivitas pada dasarnya berhubungan
dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan
hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan
operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir
kagiatan (spending wisely). Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan
dampat (outcome) dari keluaran (output) program dalam mencapai tujuan program.
Semakin besar kontribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau sasaran
yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi .
13
Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya.
Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dikatakan
telah berjalan dengan efektif.
5. Efisiensi
Pengertian efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktivitas. Pengukuran
efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan
terhadap input yang digunakan (cost of output). Proses kegiatan operasional dapat
dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan
penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya (spending well).
Indikator efisiensi menggambarkan hubugan antara masukan sumber daya oleh
suatu unit organisasi (misalnya: staf, upah, biaya administratif) dan keluaran yang
dihasilkan. Indikator tersebut memberikan informasi tentang konversi masukan menjadi
keluaran (yaitu: efisiensi dari proses internal). Ulum (2008).
Sedangkan Menurut William N. Dunn dalam Habibah (2003, hal. 430).
berpendapat bahwa:
“Efisiensi berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat
efektivitas tertentu. Efisiensi yang merupakan sinonim dari rasionalitas ekonomi,
adalah merupakan hubungan antara efektivitas dan usaha, yang terakhir umumnya
diukur dari ongkos moneter. Efisiensi biasanya ditentukan melalui perhitungan biaya
per unit produk atau layanan. Kebijakan yang mencapai efektivitas tertinggi dengan
biaya terkecil dinamakan efisien”.
14
Efisiensi dibutuhkan agar supaya dalam proses internal sebuah organisasi kita
dapat mengukur apakah sumber daya yang dipakai boros atau tidak. Jadi efisiensi tidak
hanya dikaitkan dengan uang, tetapi dikaitkan dengan manusianya, waktu, peralatan, dan
biaya yang dikeluarkan.
6. E-Filing
E-filing adalah Surat Pemberitahuan Masa atau Tahunan yang berbentuk formulir
elektronik dalam media komputer, dimana penyampaiannya dilakukan secara elektronik
dalam bentuk data digital yang ditransfer atau disampaikan ke Direktorat Jenderal Pajak
melalui Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider yang telah
ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak dengan proses secara online dan real time.
Wajib Pajak yang menggunakan sistem e-filing ini medapatkan perlindungan
hukum. Direktorat jenderal pajak dapat memberikan jaminan kepada Wajib Pajak atas
keamanan, kerahasiaan dan keasliannya. Tanda tangan digital yang dibubuhkan dalam
SPT electronic merupakan proses penyisipan status subjek hukum pada informasi, bahwa
pengirim informasi adalah subjek hukum yang benar. Dasar hukum mengenai e-filing ini
antara lain:
a. Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. PER-26/PJ/2012 tentang Tata Cara
Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan;
b. Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. PER-1/PJ/2014 tentang Tata Cara
Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang
menggunakan formulir 1770 S atau 1770 SS secara e-filing melalui website
direktorat jenderal pajak (www.pajak.go.id).
15
a. Pihak-Pihak Yang Dapat Memanfaatkan E-Filing
Terdapat dua pihak yang dapat memanfaatkan e-filing dalam melaporkan SPT
Tahunan antara lain:
1). WP Orang Pribadi yang sumber penghasilannya diperoleh dari satu atau lebih
pemberi kerja dan memiliki penghasilan lainnya yang bukan dari kegiatan usaha
dan/atau pekerjaan bebas.
2). Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai penghasilan selain dari usaha dan/atau
pekerjaan bebas dengan jumlah penghasilan bruto tidak lebih dari Rp60.000.000,00
setahun (pekerjaan dari satu atau lebih pemberi kerja).
b. Manfaat E-Filing
Adapun terdapat tujuh manfaat bagi wajib pajak jika menggunakan e-filing melalui
situs DJP antara lain:
1). Penyampaian SPT dapat dilakukan secara cepat, aman, dan kapan saja (24x7);
2). Murah, tidak dikenakan biaya pada saat pelaporan SPT;
3). Penghitungan dilakukan secara tepat karena menggunakan sistem komputer;
4). Kemudahan dalam mengisi SPT karena pengisian SPT dalam bentuk wizard;
5). Data yang disampaikan WP selalu lengkap karena ada validasi pengisian SPT;
6). Ramah lingkungan dengan mengurangi penggunaan kertas; dan
7). Dokumen pelengkap (fotokopi Formulir 1721 A1/A2 atau bukti potong PPh,
SSP Lembar ke-3 PPh.
16
c. Prosedur Penggunaan E-Filing
1). Pengajuan Permohonan untuk Mendapatkan eFIN
a) Wajib Pajak secara tertulis mengajukan permohonan untuk mendapatkan eFIN
(Electronic Filing Identification Number) yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan
Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar, sesuai dengan contoh surat permohonan,
dengan melampirkan: fotocopy kartu Nomor Pokok Wajib Pajak atau Surat
Keterangan Terdaftar, dan dalam hal Pengusaha Kena Pajak disertai dengan
fotocopy Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
b) Permohonan sebagaimana dimaksud di atas dapat disetujui apabila: Alamat yang
tercantum pada permohonan sama dengan alamat dalam database (masterfile)
Wajib Pajak di Direktorat Jenderal Pajak
c) Kepala Kantor Pelayanan Pajak harus memberikan keputusan atas permohonan
yang diajukan oleh Wajib Pajak untuk memperoleh Electronic Filing Identification
Number (eFIN) paling lama 2 (dua) hari kerja sejak permohonan diterima secara
lengkap.
d) Jika eFIN (Electronic Filing Identification Number) hilang,Wajib Pajak dapat
mengajukan permohonan pencetakan ulang dengan syarat: menunjukkan kartu
NPWP atau Surat Keterangan Terdaftar yang asli dan dalam hal Pengusaha Kena
Pajak harus menunjukkan surat Pengusaha Kena Pajak yang asli.
2). Pendaftaran
a) Wajib Pajak yang sudah mendapatkan eFIN dapat mendaftar melalui penyedia Jasa
Aplikasi yang resmi ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.
b) Setelah Wajib Pajak mendaftarkan diri, website pajak akan memberikan: User ID
dan Password, Aplikasi e-SPT (Surat Pemberitahuan dalam bentuk elektronik)
disertai dengan petunjuk penggunaannya dan informasi lainnya, Sertifikat (digital
17
certificate) yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan eFIN yang
didaftarkan oleh Wajib Pajak pada jasa aplikasi resmi yang ditunjuk oleh Direktur
Jenderal Pajak. Digital certificate ini akan berfungsi sebagai pengaman data Wajib
Pajak dalam setiap proses e-filing.
a). Penyampaian e-SPT Secara e-filing
1) Dengan menggunakan aplikasi e-SPT yang telah didapat maka Surat
Pemberitahuan Pajak dapat diisi secara offline oleh Wajib pajak.
2) Setelah pengisian SPT lengkap maka Wajib Pajak dapat mengirimkan secara
online ke Direktorat Jenderal Pajak.
b). Hal yang Harus Diperhatikan Setelah Proses E-Filing
1). Bukti Transaksi e-filing
a) Wajib Pajak akan menerima bukti penerimaan secara elektronik dari Direktorat
Jenderal Pajak yang dibubuhkan di bagian bawah induk SPT.
b) Bukti penerimaan secara elektronik ini berisi informasi yang meliputi: NPWP,
tanggal, jam, Nomor Tanda Terima Elektronik (NTTE), Nomor Transaksi
Pengiriman ASP (NTPA), Kode ASP.
2). Masa Pemberlakuan e-filing
a) Penyampaian SPT secara e-filing dapat dilakukan selama 24 jam sehari dan 7 hari
seminggu dengan standar waktu Indonesia Bagian Barat (WIB).
b) SPT yang disampaikan secara e-filing pada akhir batas waktu penyampaian SPT
yang jatuh pada hari libur, dianggap disampaikan tepat waktu.
18
3). Penyempurnaan e-filing
a) Sesuai dengan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER 47/PJ/2008, WP
pengguna e-filing tidak perlu lagi menyampaikan hardcopy SPT dan SSP lembar
ke 3 bila telah memenuhi ketentuan.
b) Wajib Pajak wajib menyampaikan lampiran dokumen lainnya yang wajib
dilampirkan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar, secara
langsung atau melalui pos secara tercatat dengan pengantar lampiran dari PER
47/PJ/2008, paling lama: 14 hari sejak batas terakhir pelaporan SPT jika SPT
disampaikan sebelum batas akhir penyampaian; dan 14 hari sejak tanggal
penyampaian SPT secara e-filing jika SPT disampaikan setelah batas akhir
penyampaian.
c) SPT dianggap telah diterima dan tanggal penerimaan SPT sesuai dengan tanggal
yang tercantum pada Bukti Penerimaan secara elektronik, sepanjang Wajib Pajak
telah memenuhi kewajibannya.
d) Bila kewajiban menyampaikan dokumen lainnya yang wajib dilampirkan
dikirimkan melalui pos tercatat, maka tanggal penerimaan induk SPT beserta
lampirannya adalah tanggal yang tercantum pada bukti pengiriman surat.
e) Jika Wajib Pajak tidak menyampaikan induk SPT beserta lampirannya dalam
jangka waktu yang ditentukan, maka Wajib Pajak dianggap tidak menyampaikan
SPT.
7. Surat Pemberitahuan (SPT)
SPT adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan
dan pembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan (Nugroho, 2009). SPT berfungsi sebagai sarana melaporkan dan
19
mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkan oleh wajib
pajak (Waluyo, 2010). Pasal 3 UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 menegaskan bahwa
setiap WP wajib mengisi surat pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam
bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang
Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikan ke kantor DJP tempat WP terdaftar
atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh DJP.
Ada dua jenis SPT yang diatur dalam UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 pasal 1
angka 12 dan13 yaitu SPT Masa dan SPT Tahunan. SPT Masa adalah surat
pemberitahuan untuk suatu masa pajak, sementara SPT Tahunan adalah surat
pemberitahuan untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak. UU KUP Nomor 28
Tahun 2007 pasal 3 angka 3 dituliskan tentang batas waktu penyampaian SPT. SPT
Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir masa pajak, dan SPT Tahunan WPOP
paling lama 3 bulan setelah akhir tahun pajak, sedangkan SPT WP Badan, paling lama 4
bulan setelah akhir tahun pajak.
a. Isi SPT
Isi SPT Tahunan PPh menurut Peraturan Menteri Keuangan nomor 234/PMK.03/2014
anatara lain harus memuat data:
Jenis pajak;
Nama wajib pajak dan nomor pokok wajib pajak;
Masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak yang bersangutan;
Tanda tangan wajib pajak atau kuasa wajib pajak;
Jumlah peredaran usaha;
Jumlah penghasilan, termasuk penghasilan yang bukan merupakan objek pajak;
Jumlah penghasilan kena pajak;
20
Jumlah pajak yang terutang;
Jumlah kredit pajak;
Jumlah kekurangan atau kelebihan pajak;
Jumlah harta dan kewajiban;
Tanggal pembayaran pajak penghasilan pasal 29; dan
Data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha wajib pajak.
b. Tata Cara Pelaporan e-SPT
Tata cara pelaporan e-SPT adalah sebagai berikut:
1). Wajib pajak melakukan instalasi aplikasi e-SPT pada sistem komputer yang
digunakan untuk keperluan administrasi perpajakannya.
2). Wajib pajak menggunakan aplikasi e-SPT untuk merekam data-data perpajakan
yang akan dilaporkan, antara lain:
a). Data identitas wajib pajak pemotong/pemungut dan identitas wajib pajak yang
dipotong/dipungut seperti NPWP, nama, alamat, kode pos, nama KPP, pejabat
penandatangan, kota, format nomor bukti potong/pungut, nomor awal bukti
potong/pungut, kode kurs mata uang yang digunakan.
b). Bukti pemotongan/pemungutan PPh.
c). Faktur Pajak.
d). Data perpajakan yang terkandung dalam SPT.
e). Data Surat Setoran Pajak (SSP) seperti masa pajak, tahun pajak, tanggal setor,
Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN), Kode Akun Pajak/Kode Jenis
Setoran (KJS) dan jumlah pembayaran pajak.
3). Wajib pajak yang telah memiliki sistem administrasi keuangan/perpajakan sendiri
dapat melakukan proses impor data dari sistem yang dimiliki wajib pajak ke dalam
21
aplikasi e-SPT dengan mengacu kepada format data yang sesuai dengan aplikasi e-
SPT.
4). Wajib pajak mencetak bukti potong/pungut dengan menggunakan aplikasi e-SPT
dan menyampaikannya kepada pihak yang dipotong/dipungut.
5). Wajib pajak menandatangani SPT Masa PPh/PPN dan/atau SPT Tahunan PPh hasil
cetakan aplikasi e-SPT.
6). Wajib pajak menandatangani SPT Masa PPh/PPN dan/atau SPT Tahunan PPh hasil
cetakan aplikasi e-SPT.
7). Wajib pajak membentuk file data SPT dengan menggunakan aplikasi e-SPT dan
disimpan dalam media elektronik (CD, flash disk).
8). Wajib pajak menyampaikan e-SPT ke KPP tempat wajib terdaftar dengan cara: a.
Secara langsung atau melalui pos/perusahaan jasa kurir ekspedisi/kurir dengan
bukti pengiriman surat, dengan membawa atau mengirimkan formulir induk SPT
Masa PPh dan atau SPT Masa PPN dan atau SPT Tahunan PPh hasil cetakan e-
SPT yang telah ditandatangani dan file data SPT yang tersimpan dalam bentuk
elektronik serta dokumen lain yang wajib dilampirkan; atau b. Melalui e-filling
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
9). a. Atas penyampaian e-SPT secara langsung diberikan tanda penerimaan surat dari
TPT sedangkan penyampaian e-SPT melalui pos atau jasa ekspedisi/kurir bukti
pengiriman surat dianggap sebagai tanda terima SPT.
b. Atas penyampaian melalui e-Filling diberikan bukti penerimaan elektronik.