bab ii skripsi aniii

45
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Pembuluh Darah Otak Arteri otak Otak disuplai oleh dua a. carotis interna dan dua a. vertebralis. Keempat arteri ini beranastomosis pada permukaan inferior otak dan membentuk circulus Willisi (circulus arteriosus) (Snell, 2006). Arteri karotis Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis komunis kira- kira setinggi tulang rawan tiroid. Arteri karotis komunis kiri langsung bercabang dari arcus aorta , tetapi arteri karotis komunis kanan berasal dari arteri brakiosefalika (merupakan sisa arcus aorta kanan yang panjangnya 1 inci). Arteri karotis eksterna mendarahi wajah, tiroid, lidah, dan faring. Cabang dari arteri karotis eksterna yaitu arteri meningea media, mendarahi struktur-struktur dalam di daerah wajah dan mengirimkan satu cabang yang besar ke duramater (Price, 2005). Arteri karotis interna masuk ke dalam tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum, menjadi arteri cerebri anterior dan media. Arteri cerebri media adalah lanjutan langsung dari arteri karotis interna. Segera sesudah masuk ke dalam ruang subaraknoid dan sebelum bercabang-cabang, arteri karotis interna mempercabangkan arteri oftalmika yang masuk kedalam orbita dan memdarahi mata dan isi orbita lainnya, bagian-bagian hidung dab sinus-sinus udara (Price, 2005). Arteri cerebri anterior berjalan ke depan dan medial, dan masuk ke dalam fissure longitudinalis cerebri. Arteri tersebut bergabung dengan arteri yang sama dari sisi yang lain melalui arteri communicans anterior. Pembuluh ini berbelok ke

Upload: santi-puspita-sari-bakkara

Post on 11-Oct-2015

73 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

MEDICINE

TRANSCRIPT

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    1/45

    1

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Anatomi Pembuluh Darah Otak

    Arteri otak

    Otak disuplai oleh dua a. carotis interna dan dua a. vertebralis. Keempat arteri

    ini beranastomosis pada permukaan inferior otak dan membentuk circulus Willisi

    (circulus arteriosus) (Snell, 2006).

    Arteri karotis

    Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis komunis kira-

    kira setinggi tulang rawan tiroid. Arteri karotis komunis kiri langsung bercabang dari

    arcus aorta , tetapi arteri karotis komunis kanan berasal dari arteri brakiosefalika

    (merupakan sisa arcus aorta kanan yang panjangnya 1 inci). Arteri karotis eksterna

    mendarahi wajah, tiroid, lidah, dan faring. Cabang dari arteri karotis eksterna yaitu

    arteri meningea media, mendarahi struktur-struktur dalam di daerah wajah dan

    mengirimkan satu cabang yang besar ke duramater (Price, 2005).

    Arteri karotis interna masuk ke dalam tengkorak dan bercabang kira-kira

    setinggi kiasma optikum, menjadi arteri cerebri anterior dan media. Arteri cerebri

    media adalah lanjutan langsung dari arteri karotis interna. Segera sesudah masuk ke

    dalam ruang subaraknoid dan sebelum bercabang-cabang, arteri karotis interna

    mempercabangkan arteri oftalmika yang masuk kedalam orbita dan memdarahi mata

    dan isi orbita lainnya, bagian-bagian hidung dab sinus-sinus udara (Price, 2005).

    Arteri cerebri anterior berjalan ke depan dan medial, dan masuk ke dalam

    fissure longitudinalis cerebri. Arteri tersebut bergabung dengan arteri yang sama dari

    sisi yang lain melalui arteri communicans anterior. Pembuluh ini berbelok ke

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    2/45

    2

    belakang di atas corpus callosum, dan cabang-cabang corticalnya menyuplai

    permukaan sebagian cortex selebar 1 inci (2,5 cm) pada permukaan lateral yang

    berdekatan. Dengan demikian arteri cerebri anterior menyuplai area tungkai gyrus

    precentralis. Sejumlah cabang-cabang sentralis menembus substansi otak dan

    mensuplai massa subtantia grisea di bagian dalam hemispherium cerebri (Snell,

    2006).

    Arteri vertebralis

    Arteri vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteri subklavia sisi yang sama.

    Arteri subklavia kanan merupakan cabang dari arteri inominata, sedangkan arteri

    subklavia kiri merupakan cabang langsung dari aorta. Arteri vertebralis memasuki

    tengkorak melalui foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan medula obloganta.

    Kedua arteri bersatu menbentuk arteri basilaris (Price, 2005).

    Arteri basilaris, dibentuk dari gabungan kedua arteri vertebralis, berjalan naik

    di dalam alur pada permukaan anterior pons. Pada pinggir atas pons bercabang dua

    menjadi arteri cerebri posterior (Snell, 2006). Cabang-cabang sistem vertebrobasilaris

    ini mendarahi medulla oblongata, pons, serebelum, otak tengah dan sebagian

    diansefalon (Price, 2005).

    Arteri cerebri posterior pada masing-masing sisi melengkung ke lateral dan

    belakang di sekeliling mesencephalon. Cabang-cabang cortical menyuplai permukaan

    inferolateral lobus temporalis dan permukaan lateral dan medial lobus occipitalis.

    Jadi menyuplai cortex visual. Cabang-cabang central menembus substansi otak dan

    menyuplai (a) massa substantia grisea di dalam hemisphere cerebri dan (b)

    mesencephalon (Snell, 2006).

    Circulus willisi

    Circulus willisi terletak di dalam fossa interpeduncularis pada dasar otak.

    Circulus ini di bentuk oleh anastomosis antara kedua arteri carotis interna dan kedua

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    3/45

    3

    arteri vertebralis. Arteri communicans anterior, arteri cerebri anterior, arteri carotis

    interna, arteri communicans posterior, arteri cerebri posterior, dan arteri basilaris ikut

    menbentuk circulus ini. Circulus Willisi memungkinkan darah yang masuk melalui

    arteri carotis interna atau arteri vertebralis di distribusikan ke setiap bagian dari kedua

    hemispherium cerebri. Cabang-cabang cortical dan central dari circulus ini menyuplai

    substansi otak (Snell, 2006).

    Vena otak

    Vena-vena otak tidak menpunyai jaringan otot di dalam dindingnya yang

    sangat tipis dan tidak menpunyai katup. Vena tersebut keluar dari otak dan bermuara

    ke dalam sinus venosus cranialis. Terdapat vena-vena cerebri, cerebella, dan batang

    otak. Vena magna cerebri di bentuk dari gabungan kedua vena interna cerebri dan

    bermuara ke dalam sinus rectus (Snell, 2006).

    2.2 Fisiologi Peredaran Darah Otak

    Otak mendapatkan lebih-kurang 800 mL darah per menit (50-60 mL/ 100 g/

    menit) yang mencerminkan kebutuhan metabolik (komsumsi oksigen) otak yangcukup tinggi. Metobolisme serebral dan demikian pula aliran darah serebral tidak

    bervariasi menurut aktivitas mental (Kumar, 2013).

    Autoregulasi aliran darah serebral normalnya bekerja pada tekanan darah

    rerata antara 60-150 mmHg (Kumar, 2013). Autoregulasi otak adalah kemampuan

    otak normal mengendalikan volume aliran darahnya sendiri di bawah kondisi tekanan

    darah arteri yang selalu berubah-ubah (Price, 2006).

    Terdapat tiga faktor metabolik yang dikenal baik memengaruhi CBF

    (Guyton, 2000). Faktor-faktor ini adalah konsentrasi karbon dioksida (PaCO2),

    konsentrasi ion hidrogen atau keasaman darah (pH), dan konsentrasi oksigen (PaO2)

    (Price, 2006). Beberapa faktor lain yang memengaruhi CBF adalah volume dan

    kekentalan darah, tekanan perfusi, dan TIK (Price, 2006).

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    4/45

    4

    2.3 Stroke

    a. Definisi Stroke

    stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi

    sistem saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik dan

    menit). Gejala-gejala ini berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian

    (Ginsberg, 2008).

    Stroke menurut definisi World Health Organization (WHO) adalah suatu

    tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global),

    dengan gejala gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat

    menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler

    (Sjahrir,2003).

    b. Epidemiologi

    Menurut taksiran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 20,5 juta

    jiwa di dunia sudah terjangkit stroke pada tahun 2001. Dari jumlah itu 5,5 juta telah

    meninggal dunia.(Sutrisno, 2007).

    Stroke merupakan penyebab kematian ketiga tersering di Negara maju, setelah

    penyakit jantung dan kanker. Setiap tahun, hampir 700.000 orang amerika mengalami

    stroke, dan stroke mengakibatkan hampir 150.000 kematian. Pada satu saat, 5,8 juta

    orang di amerika serikat mengalami stroke, yang mengakibatkan biaya kesehatan

    berkenaan dengan stroke mendekati 70 milyar dolar per tahun. Selain itu, 11% orang

    amerika berusia 55-64 mengalami infark serebral silent; prevalensinya meningkatsampai 40% pada usia 80 tahun dan 43% pada usia 85 tahun.(Goldszmidt, 2013).

    Di Indonesia penyakit ini menduduki posisi ketiga setelah jantung dan kanker.

    Sebanyak 28,5% penderita stroke meninggal dunia. Sisanya menderita kelumpuhan

    sebagian atau total. Hanya 15% saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    5/45

    5

    atau kecacatan. Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) menyebutkan bahwa 63,52 per

    100.000 penduduk berumur di atas 65 tahun di taksir terjangkit stroke. Setengah juta

    penduduk di sini akan terjangkit penyakit itu. Sedangkan jumlah orang yang

    meninggal dunia di perkirakan 125.000 jiwa per tahun.(Sutrisno, 2007).

    Di Indonesia, penyebab kematian utama pada semua umur adalah stroke

    (15,4%), yang disusul oleh TB (7,5%), Hipertensi (6,8%), dan cedera (6,5%). Hasil

    Riskesdas 2007, prevalensi stroke di Indonesia ditemukan sebesar 8,3 per 1.000

    penduduk, dan yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 6 per 1.000.

    Prevalensi stroke tertinggi Indonesia dijumpai di Nanggroe Aceh Darussalam (16,6per 1.000 penduduk) dan terendah di Papua (3,8 per 1.000 penduduk) (Depkes, 2009)

    c. Etiologi

    Ginsberg (2005) menyatakan thrombosis arteri (atau vena) pada susunan saraf

    pusat dapat disebabkan oleh satu atau lebih dari trias Virchow:

    Abnormalitas dinding pembuluh darah, umumnya penyakit degeneratif,

    dapat juga inflamasi (vaskulitis) atau trauma (diseksi),

    Abnormalitas darah, misalnya polisitemia,

    Gangguan aliran darah.

    Embolisme dapat merupakan komplikasi dari penyakit degeneratif arteri

    susunan saraf pusat, atau dapat juga berasal dari jantung:

    Penyakit katup jantung

    Fibrilasi atrium

    Infark miokard yang baru terjadi

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    6/45

    6

    d. Klasifikasi Stroke

    Berdasarkan atas jenisnya, stoke dibagi atas:

    1. Stroke Non hemoragik

    Stroke jenis ini pada dasarnya disebabkan oleh oklusi pembuluh darah

    otak yang kemudian menyebabkan terhentinya pasokan oksigen dan glukosa

    ke otak. Stroke ini sering diakibatkan oleh trombosis akibat plak

    aterosklerosis arteri otak atau suatu emboli dari pembuluh darah di luar otak

    yang tersangkut di arteri otak. Jenis stroke ini merupakan jenis stroke yang

    tersering didapatkan, sekitar 80% dari semua stroke. Stroke jenis ini juga bisa

    disebabkan oleh berbagai hal yang menyebabkan terhentinya aliran darah otak

    antara lain, syok, hipovolemia, dan berbagai penyakit lain. (Sudoyo, 2007).

    2.

    Stroke Hemoragik

    Stroke jenis ini merupakan sekitar 20% dari semua stroke. Stroke jenis

    ini diakibatkan oleh pecahnya suatu mikro aneurisma di otak. Stroke ini

    dibedakan atas: perdarahan intraserebral, subdural, dan subaraknoid (Sudoyo,

    2007).

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    7/45

    7

    Stroke dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria. Menurut

    Misbach(1999) dalam Ritarwan (2002), klasifikasi tersebut antara lain:

    1. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya :

    a) Stroke iskemik

    a. Transient ischemic attack (TIA)

    b. Thrombosis arteri

    c. Emboli serebri

    b) Stroke hemoragik

    a. Perdarahan intraserebral

    b. Perdarahan subarachnoid

    2. Berdasarkan stadium dan pertimbangan waktu :

    a. Serangan iskemik sepintas atau TIA

    Pada bentuk ini gejala neurologi yang timbul akibat gangguan peredaran

    darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.

    b. Reversible ischemic neurologic deficit (RIND)

    Gejala neurologic yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari

    24 jam tetapi tidak lebih dari seminggu.

    c. Progresing stroke atau stroke in evolution

    Gejala neurologic yang makin lama makin berat.

    d. Completed stroke

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    8/45

    8

    Gejala klinis sudah menetap.

    3. Berdasarkan sistem pembuluh darah

    Sistem karotis dan sistem vertebra-basiler

    e. Faktor Resiko

    Faktor resiko adalah faktor atau kondisi tertentu yang membuat seseorang

    rentan terhadap serangan strok. Faktor resiko stroke umumnya dibagi menjadi 2

    kelompok besar sebagai berikut:

    Faktor resiko internal, yang tidak dapat dikontrol/ di ubah / dimodifikasi

    o Umur : makin tua kejadian stroke makin tinggi

    o Ras/ suku bangsa: bangsa Afrika/negro, Jepang dan Cina lebih sering

    terkena stroke. Orang yang berwatak keras terbiasa cepat dan buru-

    buru, seperti orang Sumatra, Sulawesi dan Madura rentan terhadap

    stroke.

    o Jenis kelamin: laki-laki lebih beresiko dibandingkan wanita.

    o Riwayat keluarga (orang tua, saudara) yang pernah mengalami stroke

    pada usia muda maka yang bersangkutan beresiko tinggi terkena

    stroke.

    Faktor resiko eksternal, yang dapat dikontrol/ diuabah/ di modifikasi:

    o Hipertensi

    o Diabetes mellitus

    o Transient Ischemic Attack (TIA) = serangan lumpuh sementara

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    9/45

    9

    o Fibrilasi atrial jantung

    o

    Pasca stroke, mereka yang pernah terserang stroke

    o Abnormalitas lemak: lipoprotein

    o Fibrinogen tinggi dan perubahan hemoreologikal lain

    o Perokok (utamanya rokok sigaret)

    o Peminum alcohol

    o Hiperhomocysteinemia

    o Infeksi: virus dan bakteri

    o Obat-obatan, misalnya obat kontrasepsi oral/pil KB

    o Obesitas/ kegemukan

    o Kurang aktifitas fisik

    o Hiperkolesterolemia

    o

    Stres fisik dan mental

    Faktor resiko generasi baru

    o Defesiensi atau kurangnya hormon wanita (estrogen)

    o Homosistein tinggi

    o Plasma fibrinogen

    o Faktor VII pembekuan darah

    o tissue Plasminogen Activator (t-PA)

    o Plasminogen activator inhibitor type I

    o Lipoprotein (a)

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    10/45

    10

    o C-reactive protein (CRP), yang terjadi saat inflamasi/ infeksi

    o

    Chlamydia pneumonia (infeksi)

    o Virus herpes/ sitomegalovirus, helicobacter pylori.

    o Dan setiap infeksi yang meningkatkan heat shock protein (HSP) yang

    merupakan pertanda adanya proses auto-imun

    o Genetik atau bawaan (ACE polymorphisms, human leucocyte

    antigen/ HLA-DR, class II genotype) sebagai genetic markers pada

    aterosklerosis. (Junaidi, 2011).

    Sutrisno (2007) menyatakan faktor resiko stroke dibagi 2 bagian:

    Faktor resiko mayor (yang kuat) meliputi:

    o Tekanan darah tinggi

    o Penyakit jantung, gangguan pembuluh darah koroner, dan karotis

    o

    Diabetes mellitus

    o Polisetemia

    o Riwayat pernah terkena stroke

    Faktor resiko minor meliputi:

    o Kadar lemak yang tinggi dalam darah

    o Hemotokrit tinggi

    o Kebiasaan merokok

    o Kegemukan

    o Kadar asam urat tinggi

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    11/45

    11

    o Kurang olahraga

    o

    Fibrinogen tinggi

    2.4 Stroke Iskemik

    a. Definisi

    Stroke iskemik didefinisikan, secara patofisiologis, sebagai kematian jaringan

    otak karena pasokan darah yang tidak adekuat. Definisi klinis stroke iskemik ialah

    defisit neurologis fokal yang timbul akut dan berlangsung lebih lama dari 24 jam dan

    tidak di sebabkan oleh perdarahan.(Lumbantobing, 2004).

    Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan

    fungsi otak fokal atau global, dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam

    atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain

    vaskuler (Kelompok Studi Stroke Perdossi, 2011 ). Menurut hasil studi Chaturvedi,

    stroke iskemik lebih kerap menyerang pada pagi hari hingga siang. Sekitar pukul 6.00

    hinga 12.00. (Sutrisno, 2007).

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    12/45

    12

    b. Klasifikasi

    Sjahrir (2003) menyatakan menurut Adam dkk. (1993), kelompok penelitian

    TOAST (Trial of Org in Acute Stroke Treatment), mengklasifikasikan subtipe stroke

    iskemik berdasarkan faktor resikonya, gambaran klinik, penemuan hasil imejing otak

    CT scan atau MRI, kardio imejing, dupleks imejing arteri ekstrakranial, arteriografi

    dan pemeriksaan laboratorium. Klasifikasi tersebut di uraikan sebagai berikut:

    1.

    Arterosklerosis arteri besar (embolus/ trombus)

    2. Kardioembolism

    3. Oklusi pembuluh darah kecil (lakunar)

    4. Stroke akibat dari penyebab lain yang menentukan

    5. Stroke akibat dari penyebab lain yang tidak menentukan

    a.

    Ada 2 atau lebih penyebab terindentifikasi

    b. Tidak ada evaluasi

    c. Evaluasi tidak komplet

    Kejadian stroke iskemik sekitar 70 85% dari total kejadian stroke. Macam

    atau derajat dari stroke iskemik berdasarkan perjalanan klinisnya sebagai berikut:

    TIA (transient ischemic attack) atau serangan stroke sementara, gejala defisit

    neurologis hanya berlangsung kurang dari 24 jam.

    RIND (reversible ischemic neurological deficits), kelainan atau gejala

    neurologis menghilang antara lebih dari 24 jam sampai 3 minggu.

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    13/45

    13

    Stroke progresif atau stroke in evalution yaitu stroke yang gejala klinisnya

    secara bertahap berkembang dari yang ringan sampai semakin berat.

    Stroke komplit atau completed stroke, yaitu stroke dengan defisit neurologis

    yang menetap dan sudah tidak berkembang lagi.(Junaidi, 2012).

    c. Patofisiologi

    Oklusi pembuluh darah serebral akan melalui serangkaian kejadian yang

    menyebabkan kerusakan ireversibel saraf dan kematian sel (infrak) pada bagian otak

    yang terkait. Pada jaringan serebral terjadi serangkaian perubahan dalam neuron, sel

    sel glia dan komponen structural lainnya yang berjalan dari gangguan awal fungsi

    hingga disrupsi total structural dan kematian sel. Iskemik serebral dimulai dengan

    oklusi pembuluh darah serebral oleh thrombus atau emboli. Neuron jauh lebih rentan

    terhadap efek iskemik dibandingkan sel-sel glia. Neuron yang paling rentan adalah

    neuron piramidalis hipokampus, dan tingkat kerentanan neuron ini kemudian diikuti

    oleh neuron pada serebelum, striatum serta neokorteks.(Kumar, 2013).

    Sjahrir (2003) Iskemik otak mengakibatkan perubahan dari sel neuron otak

    secara bertahap:

    Tahap 1:

    a. Penurunan aliran darah

    Otak adalah organ yang sangat aktif bermetabolisme. Berat otak hanya sekitar

    2% dari seluruh berat tubuh, tetapi dalam keadaan istirahat otak

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    14/45

    14

    membutuhkan sekitar 20% dari output kardiak. Penggunaan energi otak dan

    aliran otak bergantung pada derajat aktivitas neuron. Di sini berperan proses

    autoregulasi, yaitu kapasitas sirkulasi serebral dalam mempertahankan level

    secara konstan CBF (cerebral blood flow) terhadap perubahan-perubahan

    tekanan darah (yaitu pada Mean arterial blood pressure (MABP) antara 50-

    150 mmHg). CBF normal adalah 50 ml/100 gr otak/menit. Jika terjadi tekanan

    darah tinggi secara kronis, level atas atau bawah autoregulasi akan bertambah.

    Hal ini mengindikasikan adanya toleransi tinggi terhadap hipertensi dan juga

    sensitif terhadap hipotensi. Kecepatan aliran darah otak bervariasi antara 40-

    70 cm/detik. Apabila CBF meninggi atau arteri menyempit, kecepatan segmen

    arteri tersebut akan meninggi. Jika aliran darah 20 ml/ 100 gr/ menit,

    gambaran aktivitas EEG (elektroensefalogram) akan terganggu. CMRO2

    mulai turun jika CBF juga turun dibawah 20ml/ 100gr/ menit. Sel membran

    dan fungsi sel akan terganggu sangat parah seandainya CBF turun dibawah

    10ml/ 100gr/ menit. sel neuron tidak bertahan hidup jika aliran darah di

    bawah 5ml/ 100gr/ menit.

    Aliran darah otak CBF normal 60cc/ 100gr otak/ menit, jika CBF menurun

    35-60 cc/ 100 gr otak/ menit = daya cadang serebrovaskular, 20-35cc/ 100gr/

    menit= otak kehilangan fungsi neurologis, 10-20cc/ 100gr/ menit = aktifitas

    listrik sel otak berhenti, 20cc/ 100gr/ menit = reduction of evoked pontesial,

    18cc/ 100gr/ menit = arrest of cortical unit activity, 14cc/100gr/menit =

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    15/45

    15

    suppression of evoked pontensial disturbances of tissue water content

    development of cytotoxic oedema, < 10 cc/100 gr/ menit = kematian sel saraf.

    b. Pengurangan O2

    Dalam keadaan normal komsumsi oksigen yang biasanya di ukur sebagai

    CMRO2(cerebral metabolic rate for oxygen) normal 3.5 cc/100 gr otak/menit.

    Keadaan hipoksia juga mengakibatkan produksi molekul oksigen tanpa

    pasangan electron. Keadaan ini di sebut oxygen free radicals. Radikal bebas

    ini menyebabkan oksidasi fatty acid di dalam organel sel dan plasma sel yang

    mengakibatkan disfungsi sel.

    c. Kegagalan energi

    Berbeda dengan organ tubuh lainya, otak hanya mengunakan glukosa sebagai

    substrat dasar untuk metabolisme energy mengubah ADP (adenosine difosfat)

    menjadi ATP () adenosin trifosfat). Sunplai produksi ATP secara konstan

    penting untuk mempertahankan integritas neuron, mayoritas kation Ca+, Na

    +

    ektraseluler (di luar sel saraf) dan K+ intraseluler. Produksi ATP sangatlah

    efisien dengan adanya O2. Otak normal membutuhkan 500 cc O2dan 75-100

    mg glukosa setiap menitnya (total sekitar 125 mg glukosa perharinya). Jika

    suplai O2berkurang (hipoksia), proses anaerob glikolisis akan terjadi dalam

    pembentukan ATP dan laktat sehingga akhirnya produksi energy menjadi

    kecil dan terjadi penumpukan asam laktat, baik di dalam sel saraf maupun di

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    16/45

    16

    luar sel saraf (lactic acidosis). Akibatnya fungsi metabolisme sel saraf

    terganggu.

    d. Terminal depolarisasi dan kegagalan homeostasis ion

    Jika neuron iskemik, terjadi beberapa perubahan kimiawi yang berpotensi dan

    memacu peningkatan kematian sel, kalium akan bergerak pindah menembus

    sel membran ke ektraselulerm, dan kalsium akan bergerak ke dalam sel. Pada

    keadaan normal sel membrane mampu mengontrol keseimbangan ion intra

    dan ektra sel.

    Tahap 2:

    a. Eksitoksitas dan kegagalan homeostatis ion

    Pada keadaan iskemik aktivitas neurotransmitter eksitatori (glutamate,

    aspartat, asam kainat) meninggi di daerah iskemik tersebut. Keadaan hipoksia,

    hipoglikemia, dan iskemik berkontribusi dalam menurunkan energy dan

    meninggikan pelepasaan glutamate, glutamat uptake justru berkurang.

    Peninggian pelepasan glutamat berakibat neuron lebih peka untuk rusak

    karena sifat toksik glutamat tersebut mengakibatkan kematian sel. Glutamat

    membuka pintu masuk reseptor di membran sehingga meninggikan influks

    Na+

    dan Ca2+

    ke dalam sel. Masuknya Na+dalam jumlah besar ke dalam sel

    diikuti oleh Cl-

    dan air sehingga menyebabkan edema sel. Glutamat adalah

    suatu agonist NMDA (N-metyl D-aspartat) dan non NMDA(kainate dan

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    17/45

    17

    quisqualate) reseptor. NMDA reseptor berikatan dengan membrane channel

    dengan permeabilitas Ca

    2+

    yang tinggi.

    b. Spreading depression

    Derajat keparahan iskemik yang disebabkan blokade dari arteri bervariasi

    dalam zona yang berada di daerah yang suplai oleh arteri tersebut. Pada pusat

    zona tersebut aliran darah sangatlah rendah (0-10 ml/100gr/menit) dan

    kerusakan iskemik sangatlah parah. Sehingga dapat menyebabkan nekrosis.

    Proses ini disebut core of infarct. Di daerah pinggir zona tersebut aliran darah

    agak lebih besar sekitar 10-20 ml/100gr/menit karena adanya aliran kolateral

    sekitarnya, sehingga menyebabkan kegagalan elektrik tanpa disertai kematian

    sel permanen. Daerah tersebut daerah iskemik penumbra, keadaan antara

    hidup dan mati, sel neuron keadaan paralisis/ disfungsi menunggu aliran darah

    dan oksigen yang adekuat untuk suatu restorasi. Disebelah luar dari daerah

    penumbra ada daerah yang disebut daerah oligemia.

    Tahap 3:

    a. Inflamasi

    Respons inflamatorik pada stroke iskemik akut menpunyai pengaruh buruk

    yang memperberat bagi perkembangan infrak serebri. Berbagai penelitian

    menunjukkan adanya perubahan kadar sitokin pada penderita stroke iskemik

    akut. Microglia merupakan makrofag serebral yang merupakan sumber

    sitokin yang utama di serebral. Sitokin adalah mediator peptida molekuler

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    18/45

    18

    merupakan protein atau glikoprotein yang di keluarkan oleh suatu sel dan

    mempengaruhi sel lain dalam suatu proses inflamasi, contohnya limfokin dan

    interleukin (IL) yang terdiri dari beberapa jenis yaitu IL-1 beta, IL-6, IL-8,

    TNF alfa (Tumor Necrotizing Factor) yang merupakan sitokin pro

    inflamatorik. Adanya IL-8 tersebut merupakan diskriminator terkuat yang

    membedakan kasus stroke dengan non stroke. Produksi sitokin yang berlebih

    ini mengakibatkan:

    Plugging mikrovaskular serebral dan pelepasan mediator vasokonstruktif

    endothelin sehingga memperberat penurunan aliran darah.

    Eksaserbasi kerusakan blood brain barrier dan parenkim melalui

    pelepasan enzim hidrolitik, proteolitik, dan produksi radikal bebas yang

    akan menambah neuron yang mati (Suroto, 2002).

    Tahap 4 : apoptosis

    d. Gejala dan tanda

    Transient ischemic attack (TIA) atau serangan stroke sementara

    Pada TIA, kelainan neurologis yang timbul berlangsung hanya dalam

    hitungan menit sampai sehari penuh. TIA biasanya disebabkan oleh sumbatan karena

    thrombus atau emboli. Gejala dan tanda-tandanya sesuai dengan bagian yg terserang,

    apakah sistem karotis atau vertebrobasilaris.(Junaidi, 2012).

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    19/45

    19

    Gejala-gejala penyumbatan sistem karotis:

    1.

    Gejala penyumbatan arteri karotis interna

    a) Buta mendadak (amaurosis fugaks)

    b) Disfasia bila gangguan terletak pada sisi dominan

    c) Hemiparesis kontra lateral dan dapat disertai sindrom horner pada sisi

    sumbatan

    2. Gejala-gejala pemyumbatan arteri serebri anterior

    a) Hemiparesis kontra lateral dengan kelumpuhan tungkai lebih menonjol

    b) Gangguan mental (bila lesi di frontal)

    c) Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh

    d) Inkontinensia

    e) Bisa kejang-kejang

    3.

    Gejala-gejala penyumbatan arteri serebri media

    a) Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi hemiparesis yang sama, bila

    tidak di pangkal maka lengan menonjol

    b) Hemihipestesia

    c) Gangguan fungsi luhur pada korteks hemifer dominan yang terserang

    a.1 afasia motorik/sensorik

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    20/45

    20

    4. Gangguan pada kedua sisi

    Karena adanya sklerosis pada banyak tempat, penyumbatan dapat pada kedua

    sisi. Timbulnya gangguan pseudobulbar, biasanya pada vascular dengan

    gejala-gejala:

    - hemiplegia dupleks

    - sukar menelan

    - gangguan emosional, mudah menangis

    Keadaan ini sering pula dijumpai pada lues, radang, sklerosis multipleks.

    Saraf kranial dan inti-intinya dapat terlibat dan menimbulkan kelumpuhan

    jenis neuron motorik perifer disertai atrofi otot, fenomena ini disebut sindrom

    paralisis bulbar.

    Gejala-gejala gangguan sistem Vertebro-basilar:

    1.

    Sumbatan/ gangguan pada arteri serebri posterior

    - Hemianopsia homonim kontralateral dari sisi lesi

    - Hemiparesis kontralateral

    - Hilangnya rasa sakit, suhu, sensorik proprioseptif (termasuk rasa getar)

    kontralateral (hemianestesia).

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    21/45

    21

    Bila salah satu cabang ke thalamus tersumbat, timbullah sindrom talamikus,

    yakni:

    - Nyeri talamik, suatu rasa nyeri yang terus menerus dan sukar dihilangkan;

    pada pemeriksaan raba terdapat anesthesia, tetapi pada tes tusukan timbul

    rasa nyeri (anesthesia dolorosa).

    - Hemikhorea, disertai hemiparesis, disebut sindrom Dejerine marie

    2. Gangguan/ sumbatan pada arteri vertebralis

    Bila sumbatan pada sisi yang dominan dapat terjadi sindrom Wallenberg.

    Sumbatan pada sisi yang tidak dominan seringkali tidak menimbulkan gejala.

    3. Sumbatan/ gangguan pada arteri serebeli posterior inferior

    - Sindrom Wallenberg berupa ataksia serebelar pada lengan dan tungkai

    disisi yang sama, gangguan N.II (oftalmikus) dan refleks kornea hilang

    pada sisi yang sama. Selain itu, dapat pula terjadi

    - Sindrom horner sesisi dengan lesi

    - Disfagia, apabila infark mengenai nucleus ambigus ipsilateral

    - Nistagmus, jika terjadi infark pada nucleus vestibularis

    - Hemihipestesia alternans

    4. Sumbatan/ gangguan pada cabang kecil a. basilaris (a.paramedian) ialah

    paresis nervus kranialis yang nucleusnya terletak di tengah-tengah N III, N VI

    dan NXII disertai hemiparesis kontralateral.

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    22/45

    22

    Sindrom di batang otak

    Mesensefalon

    Sindrom weber berupa, paralisis N III dengan hemiplegia kontralateral,

    disebut hemiplegia alternans N III. Kausanya seringkali lues.

    Sindrom arteri basilaris: sumbatan total menimbulkan hemiplegia dupleks dan

    kelumpuhan otot-otot bulbar (bulbar palsy).

    Pons

    - Sindrom fovelli: hemiparesis kontralateral dan konjugasi ke sisi lesi

    - Sindrom Millard-Goebler: hemiparesis kontralateral, paresis N VII

    ipsilateral, dan konjugasi kea rah sisi lesi.

    Medulla Oblongata

    Sindrom Wallenberg, dengan gejala-gejala:

    -

    Vertigo, muntah, disertai cegukan

    - Analgesi dan termounestesi wajah homolateral, dan pada badan dan

    anggota pada sisi kontralateral

    - Sindrom horner

    - Disfagia

    Gejala sereberal berupa ataksia, hipotoni dan nistagmus homolateral. (Harsono,

    2007)

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    23/45

    23

    e. Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang

    Untuk mendiagnosis stroke, Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke di

    Indonesia antara lain mengemukakan hal berikut (Lumbantobing, 2004) :

    Diagnosis stroke ditegakkan berdasarkan temuan klinis

    CT-Scan tanpa kontras merupakan pemeriksaan baku emas untuk menentukan

    jenis patologi stroke, lokasi dan ekstensi lesi serta menyingkirkan lesi non

    vaskuler

    Pungsi lumbal dapat dilakukan bila ada indikasi khusus

    MRI dilakukan untuk menentukan lesi patologik stroke secara lebih tajam

    Neurosonografi dilakukan untuk mendeteksi adanya stenosis pembuluh darah

    ekstrakranial dan intrakranial dalam membantu evaluasi diagnostik, etiologik,

    terapi dan prognosis.

    1. Anamnesis

    a. Tanda kardinalnya adalah onset mendadak (biasanya dalam detik) dari

    defisit neurologis (misalnya lemas, baal, disfasia, dan sebagainya)

    b. Kapan pertama kali memperhatikan adanya defisit neurologis? Apakah

    timbul mendadak atau bertahap?

    c.

    Gejala apa yang teramati: lemas, baal, diplopia, disfasia, atau jatuh?

    d. Adanya pengabaian sensoris?

    e. Adakah gejala penyerta berikutnya: nyeri kepala, mual, muntah atau

    kejang?

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    24/45

    24

    f. Adakah defek neurologis lain baru-baru ini (misalnya TIA atau

    amaurosis fugax)?

    g. Adakah saksi mata atas peristiwa tersebut?

    h. Adakah masalah selanjutnya (misalnya aspirasi, kerusakan akibat

    jatuh)?

    i. Pernah pasien jatuh atau mengalami trauma kepala sebelumnya

    (pertimbangan hematoma subdural/ ekstradural)?

    j. Sejauh mana disabilitas dan adakah efek gangguan fungsional?

    k. Nilailah aktivitas kehidupan sehari-hari, misalnya dengan Barthels

    Indeks of Daily Living.

    Riwayat penyakit dahulu

    a. Adakah riwayat stroke sebelumnya, TIA, amaurosis fugax, kolaps,

    kejang, atau perdaharan subaraknoid?

    b. Adakah riwayat penyakit vascular yang diketahui (misalnya stenosis

    karotis, aterosklerosis koroner, penyakit vascular perifer)?

    c. Adakah riwayat perdarahan atau kecenderungan pembekuan?

    d. Adakah kemungkinan sumber embolik (misalnya fibrilasi atrium,

    katup buatan, stenosis karotis, diseksi karotis, atau vertebra)?

    e. Adakah riwayat hipertensi, hiperkolesterolemia, atau merokok?

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    25/45

    25

    Obat-obatan

    a.

    Apakah pasien mengkomsumsi antikougulan (misalnya warfarin) atau

    obat antiplatelet (misalnya aspirin)?

    b. Apakah baru-baru ini pasien mengkomsumsi trombolitik?

    Riwayat keluarga dan social

    a. Adakah riwayat stroke dalam keluarga?

    b. Dapatkan riwayat merokok dan alkohol pasien?

    2.Pemeriksaan Fisik

    a. Apakah pasien sakit ringan atau berat?

    b. Pastikan jalan napas stabil dan terjaga. Mungkin posisi perlu diubah

    menjadi posisi pemulihan atau bahkan intubasi. Beri oksigen dan

    pastikan pernapasan serta sirkulasi dipertahankan

    c.

    Periksan tingkat kesadaran: gunakan Skor Koma Glasgow

    d. Nilailah bicara: periksa pemahaman pasien akan perintah dan

    dengarkan saat pasien berbicara. Jika tampak ada kesulitan, minta

    pasien menyebutkan nama objek tertentu. Minta pasien mengulangi

    suati frase yang anda ucapkan.

    e. Adakah disatria atau disfasia?

    f. Nilailah postur pasien

    g. Apakah pasien normal/ hemiplagik/ deserebrasi/ dekortikasi?

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    26/45

    26

    h. Lakukan pemeriksaan fisik neurologis lengkap. Khususnya adakah

    defisit neurologi fokal (misalnya kelemahan di satu sisi).

    i. Periksa tonus. Tonus bisa normal atau sedikit menurun pada awal

    stroke atau baru sembuh dari stroke akibat lesi neuron motorik atas

    (upper motor neurone, UMN), tetapi biasanya tonus akhirnya

    meningkat sampai tingkat abnormal.

    j. Apakah kekuatan berkurang? Jika ya, adakah distribusi piramidalis

    (yaitu pada lengan fleksor lebih kuat, sedangkan pada tungkai

    ekstensor yang lebih kuat)?

    k. Adakah gangguan koordinasi? Adakah tanda-tanda lesi serebelar?

    l. Apakah refleks menurun atau meningkat? Seperti tonus, refleks

    mungkin normal atau berkurang pada awal atau setelah lesi neuron

    motorik atas, tetapi biasanya refleks akhirnya meningkat sampai

    tingkat abnormal

    m. Adakah defisit saraf kranial?

    n. Adakah tanda neurologis menunjukkan lesi pada bagian SSP tertentu

    atau gangguan suplai arteri tertentu?

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    27/45

    27

    Tabel e. Barthels Index of Daily Living

    Aktivitas Skor

    Makan

    Mandi

    Merawat diri

    Berpakaian

    Buang air

    besar

    Buang air

    kecil

    0 = tidak mampu

    1 = perlu bantuan memotong, mengoles mentega dan sebagainya,

    atau perlu mengubah diet

    2 = independen

    0 = dependen

    1 = independen (atau mandi pancuran)

    0 = perlu bantuan untuk perawatan pribadi

    1 = independen untuk wajah/rambut/gigi/bercukur (perawatan

    tersedia)

    0 = dependen

    1 = perlu bantuan tetapi bisa melakukan sendiri setengah dibantu

    2 = independen (termasuk kancing, resleting, pita, dan

    sebagainya)

    0 = inkontinensia

    1 = kadang-kadang kecelakaan

    2 = kontinen

    0 = inkontinensia, atau terpasang kateter dan tidak mampu

    mengatur sendiri

    1 = kadang-kadang mengompol (< sekali sehari)

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    28/45

    28

    Menggunakan

    toilet

    Bergerak

    (dari tempat

    tidur dan

    kembali lagi)

    Mobilitas

    (pada tempat

    datar)

    Tangga

    Jumlah

    2 = kontinen

    0 = dependen

    1 = perlu bantuan, tetapi bisa dilakukan sesuatu sendiri

    2 = independen (menyalakan dan mematikan, berpakaian,

    mengelap)

    0 = tidak mampu, tidak seimbang saat duduk

    1 = perlu banyak bantuan (satu atau dua orang, fisik), bisa duduk

    2 = sedikit bantuan (verbal atau fisik)

    3 = independen

    0 = imobil atau 50 yards

    2 = berjalan dengan bantuan satu orang (verbal atau fisik), >50

    yards

    3 = independen (tetapi mungkin perlu bantuan; misalnya

    tongkat) >50 yards

    0 = tidak mampu

    1 = perlu bantuan (verbal, fisik membawa alat bantu)

    2 = independen

    = /20

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    29/45

    29

    Skor total digunakan untuk memperkirakan tingkat ketergantungan. Sebagai

    pedoman kasar, skor 14 seringkali sesuai dengan tingkat bantuan yang

    didapatkan di rumah jompo; skor total 10 mungkin hanya sesuai dengan

    kepulangan ke rumah disertai dukungan maksimal dan selalu di damping

    perawat. (Gleadle, 2005).

    3. Pemeriksaan Laboratorium

    a. Hitung darah lengkap untuk mengidentifikasi penyebab potensial stroke:

    hematokrit >60%; WBC >150.000/mm3; trombosit >1 juta/mm

    3 atau

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    30/45

    30

    4. Pemeriksaan Penunjang

    1. Computerised Tomography Scanning (CT Scan)

    CT Scan mampu untuk membedakan stroke iskemik atau stroke

    perdarahan dan dapat menilai letak, besar, luas dari area infark (setelah 24

    jam). Namun cara ini tidak cukup peka untuk digunakan sebagai pedoman

    penggunaan obat trombolitik. (Junaidi, 2011).

    CT Scan dapat mendiagnosa secara akurat suatu perdarahan akut, lesi

    menjadi hipodens selama 3 minggu dan kemudian membentuk suatu

    postthemorrhagic pseudocyst. Pada kasus stroke iskemik, warna otak akan

    lebih banyak berwarna hitam, sedangkan stroke hemoragik lebih banyak

    berwarna putih. (Sutrisno, 2007).

    2.

    Magnetic Resonance Imaging (MRI)

    MRI dengan modifikasi diffusion dan perfusion imaging sangat

    bermanfaat dan dapat memperlihatkan area iskemik atau mendiagnosis

    stroke iskemik lebih dini. Cara ini mampu mendeteksi adanya kelainan

    otak dalam waktu 6 jam. (Junaidi, 2011).

    Ada beberapa jenis pemeriksaan sekuens MRI.

    Pertama, MR Angiografi. MRA digunakan untuk menentukan adanya

    penyakit oklusif berat pada arteri ekstrakranial dan arteri intracranial yang

    besar. Pencitraan ini juga digunakan untuk menemukan adanya aneurisme

    pada pasien predisposisi. Pemeriksaan ini juga bisa dimanfaatkan untuk

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    31/45

    31

    mendapatkan pencitraan pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak.

    (Goldszmidt, 2009).

    Kedua, MR Diffusion Weighted, untuk mendeteksi kelainan pada 4 jam

    pertama serangan stroke. Bahkan pada MRI generasi terakhir stroke

    iskemik yang hiperakut (baru terjadi) dapat terdeteksi. Pemindaiannya

    hanya berlangsung 14-20 menit saja. (Sutrisno, 2007).

    Ketiga, MR Perfusion Weighted. Gunanya untuk mengamati apakah ada

    daerah penumbra pada pasien-pasien yang dicurigai adanya TIA.

    MR Spectroscopy dapat digunakan untuk membedakan suatu tumor atau

    infeksi. Lalu, MR fuctional berguna melihat area broca (pusat bicara)

    maupun area motorik (pusat gerakan) terhadap tumor atau kelainan lainya

    pada otak dan penglihatan.(Sutrisno, 2007).

    3.

    Single Photon Emission CT (SPECT)

    Alat ini menggunakan tehnik isotop yang menggunakan sinar gamma.

    Isotop yang dipakai adalah radio isotop xenon 133. Bisa mendeteksi

    daerah di otak yang terganggu. Selain itu juga dapat mendeteksi jenis

    serangan dalam 4 jam setelah serangan.

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    32/45

    32

    4. Positron Emission Tomography (PET)

    Berguna untuk memantau gangguan fisiologi, seperti metabolisme glukosa

    dalam otak, densitas neuroreseptor, dan lain-lain. Tetapi pemeriksaan

    dengan alat ini sangat mahal dan pemeriksaannya sangat lama.(Sutrisno,

    2007).

    PET dapat juga dipakai untuk mengukur dan membedakan daerah iskemik

    yang masih reversibel dan yang sudah irreversibel. Selain itu, PET juga

    mengukur CBF, perfusi pengambilan dan komsumsi oksigen. (Junaidi,

    2011).

    5. Cerebral Angiography

    Angiografi digunakan untuk menjelaskan jenis, lokasi dan keparahan

    penyakit oklusif vascular serta untuk mengidentifikasi kelainan vaskular

    yang mengarah ke perdarahan otak (aneurisme sakular, malformasi AV).

    (Goldszmidt, 2009).

    6. Carotid Ultrasound

    Ultrasonografi ini khusus mendeteksi gangguan pembuluh darah di leher

    menuju otak. Biasanya dipakai untuk memeriksa orang yang sudah

    terkena stroke atau beresiko tinggi terkena stroke sebagai skrining awal.

    Pemyempitan pembuluh darah yang biasanya diakibatkan timbunan

    kolesterol, pengumpalan darah, dan aliran darah juga bisa dideteksi

    dengan USG ini.(Sutrisno, 2007).

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    33/45

    33

    7. Echocardiogram

    Dibagi atas 2 macam yaitu:

    a. Transthoracic Echocardiogram (TTE)

    TTE bisa memberikan informasi mengenai ukuran bilik-bilik jantung,

    gerakan dinding jantung, gerakan katup jantung, dan perubahan

    struktur di sekitar jantung. Peralatan ini berguna untuk mendeteksi

    pengumpalan darah sejenis stroke iskemik yang diakibatkan adanya

    emboli di jantung. TTE di manfaatkan setelah serangan jantung dan

    sebagai bagian evaluasi stroke. (Sutrisno, 2007).

    b. Transesophageal Echocardiogram (TEE)

    TEE hanya berperan menyampaikan gambaran mengenai struktur

    jantung dan pembuluh darah. TEE di berikan bila hasil TTE tak

    memuaskan karena memberikan resolusi yang lebih baik dan diambil

    dari dalam tubuh bukan dari luar tubuh. (Sutrisno, 2007).

    8. Electrocardiogram (EKG)

    Dapat digunakan untuk memantau denyut jantung. Alat ini bisa

    menggambarkan irama denyut jantung yang bisa memicu stroke atau

    sebagai alat evaluasi stroke.

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    34/45

    34

    f. Pemeriksaan Neurologik dengan Skala Stroke

    Sistem skoring adalah suatu sistem yang berdasarkan data klinis yang ada

    pada saat pasien masuk rumah sakit dengan gejala klinis antara iskemik dan

    perdarahan (Junaidi, 2012). Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan skala atau

    sistem skoring yang formal seperti National Institutes of Health Stroke Scale

    (NIHSS). NIHSS tidak hanya menilai derajat defisit neurologis, tetapi juga

    memfasilitasi komunikasi antara pasien dan tenaga medis, mengindentifikasi

    kemungkinan sumbatan pembuluh darah, menentukan prognosis awal dan komplikasi

    serta menentukan intervensi yang diperlukan. Skor NIHSS < 20 mengindikasikan

    stroke dalam tingkat ringan sampai sedang. Skor NIHSS 20 mengindikasikan stroke

    dalam tingkat yang parah (Adams, dkk, 2007).

    Tabel f.National Institutes of Health Stroke Scale(NIHSS)

    Respons Skor Respons Skor

    1a. tingkat kesadaran

    Sadar

    Mengantuk

    Stupor

    Koma

    1b. respons terhadap pertanyaan

    tingkat- kesadaran *

    0

    1

    2

    3

    6. motorik kaki

    a. kiri

    b. kanan

    tanpa penyimpangan

    menyimpang tapi tidak

    sepenuhnya turun

    menahan gravitasi tetapi

    0

    1

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    35/45

    35

    Menjawab keduanya

    dengan benar

    Satu jawaban yang benar

    Jawaban tidak ada yang

    benar

    1c. respons terhadap perintah

    tingkat kesadaran

    Mematuhi keduanya

    dengan benar

    Mematuhi satu dengan

    benar

    Tidak mematuhi

    keduanya

    2. tatapan terbaik

    Normal

    Kelumpuhan tatapan

    parsial

    Kelumpuhan tatapan total

    3. lapangan pengelihatan

    Tanpa kehilangan

    penglihatan

    0

    1

    2

    0

    1

    2

    0

    1

    2

    0

    jatuh sebelum 5 detik

    tidak ada usaha melawan

    gravitasi

    tidak ada gerakan

    7. ataksia

    tidak ada

    salah satu anggota tubuh

    dua anggota tubuh

    8. sensoris

    normal

    kehilangan ringan

    kehilangan berat

    9. bahasa

    normal

    afasia ringan

    afasia berat

    10. disartia

    normal

    ringan

    berat

    2

    3

    4

    0

    1

    2

    0

    1

    2

    0

    1

    2

    0

    1

    2

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    36/45

    36

    Hemianopia parsial

    Hemianopia total

    4. kelumpuhan pada wajah

    Normal

    Kelumpuhan parsial

    Kelumpuhan parsial

    Kelumpuhan total

    5. motorik lengan

    a. kiri

    b. kanan

    tanpa penyimpangan

    menyimpang tapi tidak

    sepenuhnya turun

    menahan gravitasi tetapi

    jatuh sebelum 10 detik

    tidak ada usaha melawan

    gravitasi

    tidak ada gerakan

    1

    2

    0

    1

    2

    3

    0

    1

    2

    3

    4

    11. ekstingsi/ kurangnya

    perhatian

    normal

    ringan

    berat

    0

    1

    2

    * pertanyaan tingkat kesadaran: berapa umurmu?bulan apakah ini?

    perintah kesadaran: remas tanganku (memggunakan tangan yang tidak lumpuh),

    tutup mata anda.

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    37/45

    37

    Selain dari NIHSS ada bebapa sistem skoring yang sering digunakan dirumah

    sakit antara lain (Junaidi, 2012):

    1. The allen Score (sistem skoring allen)

    Sistem ini menggunakan berbagai data klinis dari analisa multivariasi dari

    kelompok pasien. Bila skor tinggi, kemungkinan besar diagnosanya stroke

    perdarahan dengan akurasi sekitar 93%.

    Tabel f.1 sistem Allen Score

    Allen score = < 6 infrak/iskemik

    7 perdarahan

    2. The Siriraj Stoke Score (sistem skoring stroke siriraj)

    Siriraj stroke score, lebih mudah pengukurannya dibandingkan dengan allen

    score. Tingkat ketepatan kedua score ini adalah 91% untuk allen dan 93%

    untuk siriraj.

    Allen Score

    1. Onset apoplektik

    2. Derajat kesadaran

    3. Respons plantar

    4. Tekanan diastol

    5.

    Petanda atheroma

    6. Riwayat hipertensi

    7. Riwayat TIA

    8. Penyakit Jantung

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    38/45

    38

    Tabel f.2 (sistem skoring siriraj)

    (2,5 x derajat kesadaran) + (2 x muntah)

    + (2 x nyeri kepala) + (0,1 x tekanan diastolic)

    (3 x petanda ateroma)12.

    Skor > 1 : perdarahan

    < - 1 : infark otak

    Antara -1 dan 1 : perlu kurve

    probabilitas atau CT- Scan

    3. The Besson Score (skor untuk diagnosa stroke iskemik)

    The besson score adalah sistem skoring sederhana yang dapat di hitung

    dengan sangat cepat. Tingkat akurasinya antara 93% dan 100% dengan

    confidence interval 95%.

    Perhitungan:

    [ (2 x komsumsi alkohol) + (1,5 x respon plantar) + (3 x nyeri kepala) + (3 x

    riwayat hipertensi) (5 x riwayat TIA = transient neurological deficit)

    (penyakit arteri periferal) (1,5 x riwayat hiperlipidemia) (2,5 x fibrilasi

    arterial saat masuk)]

    Siriraj Score

    1. Derajat kesadaran

    2. Muntah

    3. Nyeri kepala

    4. Tekanan diastolic

    5. Petanda ateroma

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    39/45

    39

    Tabel f.3 (sistem skoring besson)

    2.5. Profil Lipid

    Lipid plasma yaitu, kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas,

    berasal dari makanan (eksogen) dan dari sintesia lemak (endogen). Lipid tidak larut

    dalam plasma, sehingga lipid terikat pada protein sebagai mekanisma transpor dalam

    serum. Ikatan ini menghasilkan empat kelas utama lipoprotein: kilomikron,

    lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL), lipoprotein densitas rendah (LDL), dan

    lipoprotein densitas tinggi (HDL) (Price, 2005).

    Besson Score

    1. Riwayat hipertensi

    2. Riwayat TIA

    3. Riwayat hiperlipidemia

    4. Komsumsi alcohol

    5. Nyeri kepala

    6. Penyakit arteri peripheral

    7. Fibrilasi arterial saat masuk

    8. Respon plantar

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    40/45

    40

    Kolesterol

    Kolesterol adalah sterol yang paling dikenal oleh masyarakat. Kolesterol di

    dalam tubuh mempunyai fungsi ganda, yaitu di satu sisi diperlukan dan di sisi lain

    dapat membahayakan bergantung berapa banyak terdapat di dalam tubuh dan di

    bagian mana.

    Kolesterol merupakan komponen esensial membran struktural semua sel dan

    merupakan komponen utama sel otak dan saraf. Kolesterol terdapat dalam

    konsentrasi tinggi dalam jaringan kelenjar dan di dalam hati di mana kolesterol

    disintesis dan disimpan.Kolesterol merupakan bahan antara pembentukan sejumlah

    steroid penting, seperti asam empedu, asam folat, hormon-hormon adrenal korteks,

    estrogen, androgen, dan progesterone.

    Sebaliknya kolesterol dapat membahayakan tubuh.Kolesterol bila terdapat

    dalam jumlah terlalu banyak di dalam darah dapat membentuk endapan pada dinding

    pembuluh darah sehingga menyebabkan penyempitan yang dinamakan aterosklerosis.

    Bila penyempitan terjadi pada pembuluh darah jantung dapat menyebabkan penyakit

    jantung koroner dan bila pada pembuluh darah otak penyakit serebrovaskular.

    Kolesterol di dalam tubuh terutama diperoleh dari hasil sintesis hati.Bahan

    bakunya diperoleh dari karbohidrat, protein atau lemak. Jumlah yang disintesis

    bergantung pada kebutuhan tubuh dan jumlah yang diperoleh dari makanan

    (Almatsier, 2004).

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    41/45

    41

    LDL (Low Density L ipoprotein)

    LDL merupakan 50% dari masa total lipoprotein di plasma. Partikel-

    partikelnya lebih kecil dari trigliserida yang kaya akan lipoprotein, dan bahkan

    konsentrasi LDL yang meningkat dengan hebat tidak mengubah kejernihan dari

    plasma.

    Jenis LDL yang lebih kecil mengandung jumlah kolesterol ester yang lebih

    sedikit. Meningkatnya jumlah dari partikel yang lebih kecil ditemukan pada pasien

    dengan beberapa bentuk umum dari dislipoproteinemia yang sering dihubungkan

    dengan penyakit arteri koroner (Henry, 2001).

    LDL adalah kolesterol utama yang membawa lipoprotein di dalam plasma.

    Peningkatan LDL terjadi oleh karena penurunan dari katabolisme LDL ataupun

    peningkatan dari biosintesis dan sekresi dari VLDL yang disebabkan oleh tingginya

    masukan asam lemak bebas ke dalam hati (Larsen, 2003).

    HDL (H igh Density L ipoprotein)

    HDL merupakan partikel kecil yang mengandung 50% protein, 20%

    kolesterol, 30% fosfolipid, dan trigliserida (Henry, 2001).

    HDL memperoleh kolesterol dari sel dan mengirimnya ke hati untuk ekskresi

    atau ke sel lain yang membutuhkan kolesterol (Larsen, 2003).

    Bila sel-sel lemak membebaskan gliserol dan asam lemak, kemungkinan

    kolesterol dan fospolipid akan dikembalikan pula ke dalam aliran darah. Hati dan

    usus halus akan memproduksi HDL (lipoprotein dengan densitas tinggi) yang masuk

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    42/45

    42

    ke dalam aliran darah. HDL mengambil kolesterol dan fospolipid yang ada didalam

    aliran darah. HDL menyerahkan kolesterol ke lipoprotein lain untuk diangkut

    kembali kehati guna diedarkan kembali atau dikeluarkan dari tubuh. (Almatsier,

    2004).

    Trigliserida

    Trigliserida mengandung tiga molekul asam lemak sehingga effisien untuk

    penyimpanan bentukan dari energi metabolik (Burtis, 2006).

    Terdiri dari tiga molekul asam lemak yang diesterifikasi menjadi molekul

    gliserol. Bertujuan untuk menyimpan asam lemak dan membentuk droplet lemak

    yang besar di jaringan adiposa.

    Trigliserida yang disimpan di jaringan adiposa merupakan simpanan energi

    utama tubuh. Untuk menjadi tersedia sebagai sebuah substrat energi, ketika

    trigliserida disimpan di jaringan adipose maka akan dihidrolisa oleh hormone yang

    sensitif lipase menjadi asam lemak (Larsen, 2003).

    Kilomikron

    Kilomikron adalah partikel besar yang diproduksi oleh usus, yang kaya akan

    trigliserida (85% sampai 95%), secara relatif memiliki sedikit kolesterol bebas dan

    fosfolipid, dan mengandung 1% sampai 2% protein. Karena ratio lipid/proteinnya

    sangat tinggi, kilomikron tidak lebih padat dari air, dan bahkan mengapung walaupun

    tidak disentrifuge (Henry, 2001).

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    43/45

    43

    VLDL (Very Low Density L ipoprotein)

    VLDL disintesis oleh hati, dan produksinya distimulasi oleh peningkatan dari

    pengiriman asam lemak bebas ke hepatosit baik karena asupan yang tinggi akan

    makanan rendah lemak ataupun karena perpindahan asam lemak dari jaringan adiposa

    akibat puasa atau diabetes melitus yang tidak terkontrol, sedangkan IDL umumnya

    terdapat pada plasma dengan konsentrasi rendah (Larsen, 2003).

    IDL (I ntermediate Density L ipoprotein)

    Lipoprotein ini kurang mengandung trigliserid (30%), lebih banyak kolesterol

    (20%) dan relative lebih banyak mengandung apoprotein B dan E. IDL adalah zat

    perantara yang terjadi sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi LDL, tidak terdapat

    dalam kadar yang besar kecuali bila terjadi hambatan konversi lebih lanjut.

    (Katzung,2007).

    Lipoprotein a (Lp (a))

    Lipoprotein a (Lp a) dibentuk dari LDL dan protein (a) yang dihubungkan

    dengan jembatan disulfida. Protein (a) sangat homolog dengan plasminogen tapi tidak

    diaktivasi oleh aktivator plasminogen jaringan. Protein dijumpai dalam berbagai

    isoform dengan berat molekuler yang berbeda. Kadar Lp (a) bervariasi mulai dari nol

    hingga melampaui 500 mg/dL dan ditentukan terutama oleh faktor genetik. Lp (a)

    dapat dijumpai pada plak arteroskrelotik dan dapat juga berperan menimbulkan

    penyakit koroner dengan menghambat trombolisis. Kadarnya meningkat pada

    nefrosis (Katzung, 2007).

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    44/45

    44

    Tabel 2.5 kadar lipid serum normal

    Klasifikasi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, san trigliserida menurut

    NCEP ATP III 2001

    Kadar Kolesterol Keterangan

    Kolesterol total (mg/dl)

    240

    Kolesterol LDL (mg/dl)

    190

    Kolesterol HDL (mg/dl)

    60

    Trigliserida (mg/dl)

    500

    Optimal

    Diinginkan

    Tinggi

    Optimal

    Mendekati optimal

    Diinginkan

    Tinggi

    Sangat tinggi

    Rendah

    Tinggi

    Optimal

    Diinginkan

    Tinggi

    Sangat tinggi

  • 5/20/2018 Bab II Skripsi AniII

    45/45

    45